You are on page 1of 4

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER

FILSAFAT ILMU

Oleh :

Nama : Attia Nurani


NIM : 20102513074

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
Perbedaan memperoleh pengetahuan berdasarkan tingkat kepastian
kebenaran adalah sebagai berikut:
Untuk mendapatkan pengetahuan dapat dilihat berdasarkan jenis
dan cara mengngetahui hingga pada perbedaan tingkat kepastian
kebenaran. Perbedaan tersebut berupa melalui kemampuan pengindraan
setiap individu dan ditentukan oleh kemampuan akan pikiran yang
berbeda-beda bagi setiap objek menurut Suhartono (2005). Berikut
penjelasan perbedaan tersebut:
a. Pengetahuan yang diperoleh melalui pengindraan
Alat inderawi berupa mata, telinga, hidung, lidah dan kulit semua
adalah perangkat yang membentuk tubuh manusia untuk melakukan
sesuatu yang menghubungkan dengan nilai rasa terhadap dan menjadi
suatu kebenaran dari objek. Salah satu contoh dari apa yang dirasakan
oleh indera dan menjadi suatu pengetahuan adalah ketika anak kecil
dilarang bermain dengan api karena panas. Namun karena ank kecil
tersebut belm merasakan panas itu seperti apa anak kecil tersebut
mencoba bermain api dan indera kulitnya merasakan langsung rasa api
yang panas dan tidak baik bagi kulit. Anak kecil tersebut mendapatkan
pengetahuan langsung dari inderawinya bahwa rasa api panas. Menurut
John Locke menyatakan bahwa seluruh pengetahuan berasal dari
pengalaman (Tafsir, 1999;160) Berdasarkan buku Critique, pengalaman
tidak lain adalah lapangan yang menghasilkan pengetahuan. Pengalaman
mengatkan kepada kita apa-nya, bukan apa ia sesungguhanya.
Pengalaman tidak menunjukkan hakikat objek yang dialami oleh karena
itu pengalaman tidak dapat menghasilkan kebenaran umum.
Pengetahuan yang diperoleh mengalui pengalaman inderwi disebut
masuk pada sumber empirisme. Kaum empirisme berpendapat
pengetahuan didapatkan lewat pengalaman yang konkret. Gelaja-gejala
alamiah menurut mereka adalah bersifat nyata. Selain itu dapat
dinyatakan lewat tangkapan panca indera manusia. Selanjutnya kita
melihat adanya karakteristik lain yakni adanya kesamaan dan
pengulangan berbagai keadaan. Pengetahuan yang ddapatkan
menggunakan metode induktif hingga pengetahuan dapat berlaku secara
umum. Meski dari penginderaan yang merasakan langsung sesuatu
namun terdapat keterbatasan. Keterbatasan hanya ada sisi-sisi tertentu
dari objek-objek fisik yang menampak dan menggejala (appearance), di
depan indera saja (Suhartono, 2005:70). Selanjutnya menurut
Suriasumantri (1990) “panca indera manusia sangat terbatas
kemampuannya dan terlebih penting lagi panca indera masnusia bisa
melakukan kesalahan”. Contohnya ketika kita dipantai kita melihat air laut
sangat berwana biru dan dapat kita simpulkan air laut berwana biru,
namun ketika kita mengambil air laut tersebut tidak berwana atau bening
seperti air biasanya. Pada aliran empirisisme pengetahuan bersumber
pada pengalaman , terutama pada pengetahuan dalam pembuktian-
pembutiannya melalui eksperimentasi, observasi, dan induksi.
Ada pertanyaan yang muncul tentang pengalaman manusia yaitu
mengenai hakikat pengalaman yang merupakan cara dalam menemukan
pengetahuan dan pancaindera sebagai alat menangkapnya.
Pertanyaannya adalah apakah yang sebenarnya dinamakan pengalaman.
Kaum empiris tidsak bisa memberikan jawaban yang meyakinkan
mengenai hakikat pengalaman itu sendiri.

b. Pengetahuan yang ditentukan oleh kemampuan akal pikiran


Akal Pikiran (Anumana Pramana), secara harfiah kata’’ anumana “
berarti pengetahuan kemudian, yaitu mengetahui yang diketahui. Akal
pikiran memiliki sifat lebih ruhani. Akal pikiran mampu menangkap hal-hal
yang metafisis, spiritual, abstrak, universal yang seragam dan yang
bersifat tetap, tidak berubah-ubah. Akal pikiran cenderung memberikan
pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat
tetap. Aliran tentang sumber pengetahun bersal dari akal pikiran disebut
Rasionalisme. Fungsi pikiran manusia hanyalah mengenali prinsip
tersebut yang lalu menjadi pengetahuannya. Prinsip itu sendiri sesudah
ada dan bersifat apriori dan dapat diketahui manusia lewat kemampuan
berpikir rasional. Hanya dengan mengetahui. prinsip yang didapat lewat
penalaran rasional maka dapat mengerti kejadian-kejadian yang berlaku
dalam alam sekitar. Pengetahuan memang didapatkan melalui
pengalaman indrawi namun akal. Rasionalisme menghadirkan
aksioma-aksioma, prinsip-prinsip atau definisi-definisi umum
sebagai dasar atau titik tolak, sebelum akhirnya menjelaskan
kenyataan atau memahami sesuatu. Prof. Dr. Ahmad Tafsir, bahwa
“rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal
(reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan
mengetes pengetahuan.” pada aliran rasionalisme pengetahuan itu
berupa a priori, bersumber dari penalaran dan pembuktian-pembuktian
pada logika dan matematika melalui deduksi,
Salah satu contoh nyata seorang pewala+-k lawas Pepeng yang
menderita penyakit saraf mengakibatkan kelumpuhan anggota inderanya,
namun pelawak itu tetap dapat berkarya karena masih dapat berfikir
menggunakan akal pikirannya. Pernyataan yang dikeluarkannya adalah
“kehidupan belum berhenti sebelum hati dan pikiran mati” Pernyataan
tersebut merupakan salah satu makna dari pertanyaa Filsuf Jerman
Immanuel Kant yaitu “ apakah ada yang dapat diketahui indera
seandainya seluruh benda dan indera dibuang. Seandainya tridak ada
benda dan tidak ada alat pengindera, apakah ada sesuatu yang dapat kita
ketahui?. Menurut Edward (1967) secara terminologi rasionalisme
dipandang sebagai aliran yang menekankan akal budi (rasio) sebagai
sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan bebas
(terlepas) dari pengalaman inderawi. Hanya pengetahuan yang diperoleh
melalui akal yang memenuhi syarat semua pengetahuan ilmiah.
Pengalaman hanya dipakai untuk mempertegas pengetahuan yang
diperoleh akal. Akal tidak memerlukan pengalaman. Akal dapat
menurunkan kebenaran dari diri sendiri, yaitu atas dasar asas-asas
petama yang pasti.

You might also like