You are on page 1of 3

2 Konsep Peningkatan Kemakmuran Masyarakat

Menurut Islam
Maret 24, 2008 — sirbram

Kehidupan yang makmur adalah idaman setiap insan. oleh sebab itu setiap orang akan selalu
berusaha untuk dapat menjalani hidup dalam keadaan makmur. Dari sekian banyak konsep
peningkatan kemakmuran yang ditawarkan kepada masyarakat oleh berbagai kalangan, ternyata
tidak ada yang bisa menjamin 100% kalau konsep-konsep tersebut bisa berhasil, kecuali hanya
beberapa konsep yang bisa dijamin secara mutlak akan berhasil meningkatkan kemakmuran
masyarakat suatu negeri. Konsep yang dimaksud ialah konsep peningkatan kemakmuran yang
ditawarkan langsung oleh Allah Sang pemberi Kemakmuran tersebut melalui Al Qur`an dan
Assunnah. Dikatakan konsep-konsep tersebut bisa dijamin kepastiannya, karena memang ketika
Allah telah menjanjikan Sesuatu perkara maka mustahil Allah mengingkarinya. Allah Ta`ala
berfirman dalam Surat Ali Imraan [3]:9 dalam rangka memperkenalkan diriNya: “….
Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.”

Dalam hal ini Allah Ta`ala telah menjanjikan 2 konsep jitu peningkatan kemakmuran masyarakat
yang ditawarkan kepada kita dan kita diwajibkan untuk memilih salah satunya.

1. Meningkatkan kemakmuran dengan maksiat dan durhaka kepada Allah

Didalam konsep yang pertama ini Allah memberitakan kepada kita bahwa bila penduduk suatu
negeri ingin mencapai kemakmuran dalam hidupnya, maka hendaklah ia bermaksiat dan durhaka
kepada Allah, maka Allah akan bukakan pintu-pintu kesenangan dan kemakmuran padanya,
sebagaimana firman Allah Ta`ala dalam surat Al An`am (42-45):

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu,
kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya
mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka
tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami
kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada
mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. Maka tatkala mereka melupakan
peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu
kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah
diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu
mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-
akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

Pada ayat diatas, Allah Ta`ala memberitakan bahwa dahulu kala terdapat ummat-ummat yang
mereka itu durhaka kepada Allah, kemudian disebabkan oleh kedurhakaan mereka itu Allah pun
menimpakan adzab dalam bentuk cobaan kepada mereka berupa kesengsaraan dan kemelaratan
dengan harapan mereka sadar akan kekuasaan Allah dan mau tunduk dan kembali (bertaubat)
kepada Allah Ta`ala. Namun ternyata, bukannya bertaubat kembali kepada Allah atas dosa-dosa
maksiat yang telah mereka lakukan, malah semakin keras hati mereka dan tidak mau mengambil
pelajaran ataupun mengintrospeksi diri dari musibah yang Allah timpakan tersebut. Dan
keadaanpun semakin diperparah lagi ketika syaithan ikut andil dengan membisikkan racunnya ke
dada-dada mereka, sehingga perbuatan durhaka dan maksiat yang mereka lakukan itu seolah-
olah merupakan perbuatan yang baik dan indah. Terus menerus mereka dalam keadaan demikian,
sampai akhirnya mereka terlena dan larut serta merasa aman tentram dalam lautan kedurhakaan
dan kemaksiatan itu, kemudian tiba-tiba setelah itu Allah menurunkan kepada mereka adzab
tahap kedua, setelah adzab tahap pertama yang dalam bentuk kesengsaraan dan kemelaratan tadi
ternyata tidak berhasil membikin mereka jera dan kembali kepada Allah Ta`ala. Hanya saja
adzab Allah dalam tahap kedua ini bentuknya berbeda dari yang pertama. Kalau pada adzab
tahap pertama tadi langsung diawali dengan ditimpakan berbagai musibah dan kesengsaraan
kepada mereka, namun pada adzab tahap kedua ini justru diawali dengan dibukakannya pintu-
pintu kesenangan bagi mereka, sehingga kehidupan mereka berubah menjadi makmur,
perekonomian mereka terus meningkat dan segala macam kemewahan serta kesenangan-
kesenangan lainnya yang memang sengaja Allah siapkan untuk mengantarkan mereka kepada
sebuah petaka yang akan membinasakan mereka. Akibatnya, semakin besarlah kesombongan
mereka dengan kedurhakaan yang mereka lakukan itu serta semakin besar pula penolakan
mereka terhadap agama Allah karena merasa dengan kedurhakaan dan kemaksiatan itu ternyata
mereka bisa hidup dengan makmur. Maka pada saat mereka sedang terlena itulah Allah sambar
mereka dengan siksaan secara tiba-tiba, hingga akhirnya mereka terdiam putus asa karena tidak
punya kesempatan lagi untuk bertaubat dan memperbaiki amal mereka tersebut, berhubung
mereka telah mati meninggalkan dunia. Maka pintu-pintu kemakmuran dan kesenangan itu justru
akan dibuka ketika penduduk suatu negeri itu terus menerus bermaksiat dan durhaka kepada
Allah tanpa memperdulikan peringatan-peringatan Allah Ta`ala.

2. Meningkatkan kemakmuran dengan Iman dan Taqwa kepada Allah Ta`ala

Didalam konsep yang kedua ini, Allah memberitakan kepada kita, bahwa bila penduduk suatu
negeri ingin mencapai kemakmuran dalam hidupnya, maka hendaknya ia ta`at kepada Allah
Ta`ala, maka Allah akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Dalam hal ini
Allah Ta`ala berfirman dalam surat Al A`raaf (96) : “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.”

Dalam ayat yang mulia ini Allah menjelaskan, seandainya penduduk suatu negeri itu beriman
dan bertaqwa kepada Allah, maka niscaya Allah akan melimpahkan berkah-berkah untuk mereka
dan memudahkan mereka mendapatkannya dari segala arah. Terdapat beberapa penafsiran
ulama` terhadap firman Allah yang artinya: “ Pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi”. Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma mengatakan :
“Niscaya Kami lapangkan kebaikan (kekayaan) untuk mereka dan Kami mudahkan bagi mereka
untuk mendapatkannya dari segala arah” [Tafsir Abi As-Su’ud, 3/253]. Menurut Imam Ar-Razi,
maksudnya adalah keberkahan langit dengan turunnya hujan, keberkahan bumi dengan
tumbuhnya berbagai tanaman dan buah-buahan, banyaknya hewan ternak dan gembalaan serta
diperolehnya keamanan dan keselamatan. Hal ini karena langit adalah laksana ayah, dan bumi
laksana ibu. Dari keduanya diperoleh semua bentuk manfaat dan kebaikan berdasarkan
penciptaan dan pengurusan Allah. [At-Tafsirul Kabir, 12/185. Lihat pula, Tafsirul Khazin 2/266
dan Tafsir At-Tahrir wa Tanwir, 9/22]

Demikianlah ketika penduduk suatu negeri itu beriman dan bertaqwa, maka Allah akan
lapangkan kekayaan dan kemakmuran padanya, langit dan buminya diberkahi oleh Allah,
sehingga hujan yang turun dari langit yang diberkahi, ketika membasahi bumi yang juga
diberkahi, akan menumbuhkan berbagai tanaman dan buah-buahan yang subur dan segar, serta
terpeliharanya hewan ternak dan gembalaan disana. Sehingga keadaan yang demikian itu
mendatangkan kemakmuran yang luar biasa bagi penduduk negeri itu dengan sebab beriman dan
bertaqwanya mereka.

Silahkan Memilih !

Setelah kita memahami 2 (dua) konsep peningkatan kemakmuran yang diberitakan Allah Ta`ala
didalam Al Qur`an. Tentunya kita sebagai mukmin yang berakal akan memilih konsep yang
diridhai oleh Allah Ta`ala yakni mencapai kemakmuran dengan melaksanakan keta`atan kepada
Allah, bukan dengan kemaksiatan dan kedurhakaan kepadaNya. Sebab memang benar,
kemakmuran itu akan bisa tercapai dengan kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah,
berhubung hal tersebut diberitakan langsung oleh Allah Ta`ala didalam Al Qur`an tentang hal
tersebut, namun akibat akhir dari perbuatan itu adalah kebinasaan. Bila tidak kita yang
merasakan, maka pasti anak cucu kita nanti akan yang akan merasakan warisan dari perbuatan
durhaka yang dilakukan bapak moyangnya tadi, sehingga pada akhirnya anak cucu kita akan
mengutuk dan melaknati bapak moyangnya tadi yang saat itu sudah berada di alam kubur,
na`udzubillah min dzaalik.

Maka silahkan piilih, jalan mana yang akan kita tempuh untuk mencapai kemakmuran hidup ini.
Kalaupun ada orang yang bergelimang dengan maksiat namun hidupnya makmur, bahkan
semakin ia bermaksiat dan durhaka kepada Allah malah semakin makmur, maka berhati-hatilah,
jangan-jangan itu adalah makar (tipu daya) Allah agar orang itu terus lalai dan lalai dari
peringatan Allah hingga akhirnya datang kepadanya azdab yang membinasakan. Karena memang
konsep peningkatan kemakmuran model pertama itu sifatnya melalaikan dan membikin orang
tambah sombong dengan kedurhakaannya itu hingga akhirnya binasa tanpa sempat memperbaiki
amalannya. Sementara kemakmuran yang hakiki dan diridhoi oleh Allah Ta`ala adalah yang
dicapai dengan cara beriman dan bertaqwa kepada Allah. Sehingga langit, bumi dan seisi alam
ini akan menjadi shahabat baginya, yang akan melimpahkan berkah-berkah dari Allah ta`ala dan
mencurahkan kemakmuran dari segala arah bagi penduduk negeri itu. Sebuah kemakmuran yang
hakiki, kemakmuran yang akan semakin mendekatkan ia kepada Allah Ta`ala. Wallahu A`lamu
Bish Shawaab

You might also like