Professional Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
3.1. Ergonomi
Istilah “Ergonomi” berasal dari bahasa Latin, yaitu Ergon (kerja) dan
kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan dimana saja manusia berada 1.
Ergonomi merupakan studi tentang manusia, fasilitas kerja dan lingkungan yang
saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan
manusia.
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental dan
1
Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna Widya, Surabaya,
2004, p.1
2
Tarwaka.dkk, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Uniba Press,
Surakarta, 2004, p.7
jaminan sosial baik selama waktu produktif maupun setelah tidak produktif.
antropologis dan budaya dari sistem kerja, sehingga tercipta kualitas kerja dan
3
3.1.3. Tipe-tipe Masalah Ergonomi
yang berbeda, bergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh seperti :
a. Anthropometric
tubuh secara linier, termasuk berat dan volume, jarak jangkauan, tinggi mata
antara dimensi terhadap desain ruang dan sarana kerja. Pemecahan masalah ini
b. Cognitive
Masalah cognitive muncul ketika beban kerja berlebih atau berada di bawah
jangka waktu pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain fungsi ini
3
Tarwaka.dkk, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Uniba Press,
Surakarta, 2004, p.8
meningkatkan performansi.
c. Musculoskeletal
Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal tersebut
d. Cardiovaskular
e. Psychomotor
performansi pekerjaan.
(desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras
seperti misalnya perkakas kerja (tools), control and display, dan lain-lain.
misalnya penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja
keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem kerja untuk
mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia dan
desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (Visual Display Unit Station). Hal
suatu perkakas kerja untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan
efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang
tepat.
cukup mempelajarinya dari satu segi ilmu saja, tetapi diperlukan berbagai disiplin
ilmu antara lain psikologi, antropologi, faal kerja, biologi, sosiologi, perencanaan
kerja, fisika, dan lain-lain. Disiplin ilmu tersebut berfungsi sebagai pemberi
informasi dan para ahli teknis bertugas untuk meramu masing-masing informasi
langsung kepada manusia dalam bentuk lambang atau tanda. Persoalan yang
langsung dan oleh karena itu kita perlu memikirkan bagaimana merancang
Dalam hal ini dilakukan penyelidikan tentang aktivitas manusia pada saat
Pengukuran kekuatan fisik manusia dalam hal ini adalah mengukur berapa
4
Sutalaksana, dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Laboratorium Tata Cara Kerja dan Ergonomi
Departemen Teknik Industri, ITB, 1979, p.64
1. Kriteria Fisiologi
besarnya tenaga yang akurat berdasarkan kriteria ini agak sulit karena
perubahan fisik dari keadaan normal menjadi keadaan fisik yang aktif akan
2. Kriteria Operasional
yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh pada saat melaksanakan
gerakan. Secara umum gerakan yang dapat dilakukan tubuh atau anggota
Ukuran tempat kerja harus sesuai dengan ukuran dimensi tubuh manusia. Hal
aplikasi yang sistematis dari segala informasi relevan yang berkaitan dengan
lingkungan kerja yang dipakai. Untuk analisa dan penelitian maka ergonomi
3. Kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu yang pendek
desain kondisi kerja yang dapat membuat nyaman manusia dalam bekerja.
Posisi tubuh saat bekerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang
terhadap tubuh. Bekerja dengan posisi duduk mempunyai keuntungan antara lain: 5
1. Mengurangi kelelahan dan keluhan subjektif bila bekerja lebih dari dua jam.
terlalu lama dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan
melengkung, maka untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik tanpa pengaruh
5
Tarwaka.dkk, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Uniba Press,
Surakarta, 2004, p.23
4. Objek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggian lebih
7. Seluruh objek yang dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan dengan
posisi duduk.
tinggi permukaan bagian atas dari landasan tempat duduk diukur dari permukaan
lantai. Jika suatu landasan tempat duduk terlalu tinggi letaknya, bagian bawah
peredaran darah. Landasan tempat duduk yang tidak memungkinkan telapak kaki
melemah, sebaliknya jika letak suatu landasan tempat duduk terlalu rendah, kaki
akan memanjang dan posisinya maju ke depan. Pada posisi demikian kaki akan
vertikal dari permukaan lantai hingga bagian bawah paha tepat di bagian belakang
lutut) harus menjadi ukuran pada data yang digunakan untuk menentukan tinggi
merupakan pedoman yang tepat karena data ini mencakup bagian populasi yang
landasan tempat duduk (jarak yang diukur dari bagian depan hingga belakang
sebuah tempat duduk). Apabila kedalaman landasan tempat duduk terlalu sempit,
bagian bawah paha. Secara antropometrik, jarak dari pantat ke lipatan dalam lutut
(jarak horizontal dari permukaan paling belakang pantat hingga bagian belakang
dari kaki bagian bawah) merupakan pedoman penentuan kedalaman tempat duduk
yang tepat.
Tempat duduk dengan alas yang keras dan datar tidak akan nyaman
digunakan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengatasi masalah ini salah
satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pemberian bantalan pada dasarnya.
Tujuan pemberian bantalan ini dapat juga sebagai upaya penyebaran tekanan.
Tetapi jika peracangan bantalan tidak tepat, tegangan tekanan yang dihasilkan
- Untuk busa bantalan medium, ketebalan bantalan 1,5 inci atau 3,8 cm.
- Untuk busa bantalan yang rapat, ketebalan bantalan 0,5 inci atau 1,3 cm.
pada lantai atau injakan kaki. Tulang belakang akan membungkuk ke depan jika
landasan kerja terlalu rendah dan bahu akan terangkat pada posisi rileks jika
landasan kerja terlalu tinggi. Prinsip untuk mengatur ketinggian landasan kerja
1. Jika memungkinkan sediakan meja yang dapat diatur turun dan naik.
dari bahu dan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit
menurun.
berlebihan.
manusia dengan satu atau beberapa mesin yang saling berinteraksi untuk
mencakup semua objek fisik seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda
7
Sanders dan Mc.Cormick. Human Factor in Engineering and Design, Mc.Graw-Hill, New York,
1987.p.344
8
Sutalaksana, dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Laboratorium Tata Cara Kerja dan Ergonomi
Departemen Teknik Industri, ITB, 1979, p.62
dibebankan kepadanya.
System)
Terdapat mekanisme khusus yang akan mengolah input atau informasi dari
luar sebelum masuk ke dalam sistem kerja manusia, demikian pula reaksi
yang berasal dari sistem ini akan diolah atau dikontrol terlebih dahulu
Pada sistem ini mesin akan memberikan power (tenaga) dan manusia akan
aktivitas seperti umumnya dijumpai pada prosedur kerja yang normal. Fungsi
operator hanyalah memonitor dan menjaga agar mesin tetap bekerja dengan
9
Sritomo Wignjosoebroto. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya, Surabaya, 1995.p.35-
40.
apabila diperlukan.
Merancang sistem manusia mesin yang efektif dan efisien perlu dipahami
1. Keunggulan Manusia
- Mengindra stimulus yang sangat rendah seperti bunyi, cahaya, rasa, dan
lain-lain.
- Menyimpan informasi dalam jumlah yang besar dan waktu yang lama
dalam ingatan.
padat.
10
Sanders dan Mc.Cormick. Human Factor in Engineering and Design, Mc.Graw-Hill, New
York, 1987.p.526
- Memelihara kinerja yang relatif stabil dalam periode kerja yang relatif
panjang.
Kerja
sistematis dan pemeriksaan dengan seksama mengenai cara yang berlaku atau
sistem kerja. Sistem kerja merupakan komponen kerja seperti manusia, mesin,
material serta lingkungan fisik berinteraksi dengan aturan tertentu untuk mencapai
suatu tujuan.
1. Komponen Material
2. Komponen Manusia
Hal yang perlu diperhatikan adalah posisi orang pada saat bekerja sehingga
3. Komponen Mesin
Desain dari mesin merupakan faktor utama yang harus disesuaikan dengan
prinsip ergonomi.
Hal yang perlu diperhatikan adalah apakah kondisi lingkungan fisik aman dan
nyaman.
11
Sritomo Wignjosoebroto. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya, Surabaya,1995.
p.100-104.
Manusia
istirahat.
diperlukan saja yang bekerja agar tidak terjadi penghamburan tenaga dan
kelelahan.
- Pekerjaan harus diatur sehingga gerak mata terbatas pada bidang yang
semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap (gerak
rutin).
- Letakkan bahan dan peralatan kerja pada jarak yang dapat dengan mudah
- Tinggi tempat kerja atau mesin harus disesuaikan dengan ukuran tubuh
tersebut.
lebih baik.
berlainan.
- Siapkan dan letakkan semua peralatan kerja pada posisi tepat untuk
kerja setempat yang terjadi dalam suatu stasiun kerja dan dapat juga untuk
Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas. Dengan menggunakan peta kerja dapat dilihat semua langkah
atau kejadian yang dialami oleh benda kerja mulai dari masuk ke pabrik yang
menjadi produk, baik produk jadi atau produk setengah jadi. Dengan
menggunakan peta kerja maka usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses
produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Peta kerja merupakan alat yang baik
untuk menganalisa suatu pekerjaan sehingga akan mudah untuk menganalisa dan
biaya produksi secara keseluruhan, jadi peta ini merupakan alat yang baik untuk
Berdasarkan kegiatannya peta kerja dibagi atas dua kelompok besar, yaitu:
tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk
kerja setempat apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang
biasanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Hubungan antara
beberapa stasiun kerja, di mana satu sama lainnya saling berhubungan dan
stasiun kerja.
koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari kombinasi antara
pekerja dan mesin. Dengan demikian peta ini merupakan alat yang baik digunakan
untuk mengurangi waktu menganggur. Kegunaan peta pekerja dan mesin antara
lain berupa informasi yang paling penting diperoleh melalui peta pekerja dan
mesin yaitu hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi
mesin yang ditanganinya. Dengan informasi ini, kita mempunyai data yang baik
sistem kerja.
hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang
ditanganinya. Dengan informasi ini dapat diambil data yang memadai untuk
Tata letak tempat kerja merupakan salah satu factor yang menentukan
letak tempat kerja diharapkan dapat menempatkan elemen sistem kerja pada
penyelesaian.
penggunaan tenaga.
gerobak dorong dapat menggunakan alat peluncur atau yang bertenaga motor.
tempat lain banyak terdapat mesin yang menganggur, maka penambahan tugas
dan melakukan kepentingan pribadi lainnya, tentu hal ini pun akan merugikan,
baik bagi perusahaan atau pekerja itu sendiri. Pekerja akan cenderung lebih
yag dialami pekerja, terutama yang dirasakan dalam jangka panjang akan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat peta pekerja
sekarang atau usulan, tanggal dipetakan, dan nama orang yang membuat peta
tersebut.
dan waktu kerja, sehingga dapat diketahui penggunaan waktu dari pekerja
atau mesin tersebut. Satuan waktu biasanya digunakan dalam detik. Lambang
Peta pekerja dan mesin ini, seperti peta-peta lainnya mempunyai fungsi
khusus, sehingga penganalisis harus dapat memilih mana diantara peta kerja
tersebut yang paling cocok untuk pekerjaan yang akan dianalisis. Peta pekerja dan
mesin dapat digunakan hanya jika terdapat hubungan kerja sama antara mesin
atau fasilitas kerja dengan pekerja/operator. Dari peta ini dapat dihitung waktu
menganggur dari pekerja dan mesin serta menentukan jumlah mesin yang dapat
bantuan pekerja.
operator.
oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai pada yang sangat
sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang
lama, maka dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen,
dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini disebut juga musculoskeletal disorders
(MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot
1. Keluhan sementara (Reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
pembebanan dihentikan.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih berlanjut.
diantaranya adalah :
berat.
12
Tarwaka.dkk, Ergonomi Untuk keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Uniba Press,
Surakarta, 2004, p.117-120
terjadi karena otot menerima tekana akibat beban kerja secara terus-menerus
5. Penyebab kombinasi
1. Rekayasa Teknik
berikut :
penggunaan peralatan
lainnya.
2. Rekayasa Manajemen
bahaya.
hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran
terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif
seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Salah satunya adalah
diketahui bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari
Tidak Sakit (TS), Agak Sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit (SS). Dengan
melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 3.1. maka dapat
diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.
3.1.9. Antropometri
Istilah Antropometri berasal dari kata “anthro” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Antropometri dapat diartikan sebagai satu studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia 13. Manusia pada umumnya
13
Sritomo Wignjosoebroto. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya, Surabaya, 1995.p.60
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara
- Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, komputer, dan lain-
lain.
(adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yang sangat penting dalam
a) Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
dengan bertambahnya umur sejak awal kelahiran sampai dengan umur sekitar
20 tahunan.
dengan ukuran tubuh wanita, kecuali untuk beberapa ukuran tubuh tertentu
Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karekteristik fisik
Posisi tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak.
Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan “Static
e) Cacat tubuh
Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variansi yang berbeda pula
tubuh orangpun akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain.
g) Kehamilan (Pregnancy)
Kondisi ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus bagi
Agar rancangan suatu produk dapat sesuai dengan ukuran tubuh manusia
Rancangan produk dibuat agar dapat memenuhi dua sasaran produk, yaitu:
ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-
rata.
b. Dapat digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari
didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90-th, 95-th, atau 99-th.
14
Sutalaksana, dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Laboratorium Tata Cara Kerja dan Ergonomi
Departemen Teknik Industri, ITB, 1979. p.78
terendah, seperti 1-th, 5-th, atau 10-th dari distribusi data antropometri yang
ada. Contohnya penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang
Tertentu (Adjustable).
oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang
paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang letaknya bisa
digeser maju dan mundur, begitu juga dengan sandarannya bisa dirubah
manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini adalah justru sedikit
berikut :15
dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah mengunakan data static
ukuran rata-rata.
terhadap dimensi tubuh tersebut atau ukurannya telah tersedia dan dapat
f. Jika data berasal dari sampel dan perancangan produk atau fasilitas kerja
15
Sanders dan Mc.Cormick. Human Factor in Engineering and Design, Mc.Graw-Hill, New
York, 1987.p.338
sebagainya.
dilihat pada Gambar 3.2. Nama dimensi tubuh untuk pengukuran antropometri
membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur
kerja berdiri, duduk maupun postur kerja lainnya. Pada beberapa jenis pekerjaan
terdapat postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang
bahkan cacat tubuh. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan
postur membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka
waktu yang lama. Untuk mengatasi masalah ini maka stasiun kerja harus
kondisi fisik pekerja, agar operator dapat menjaga postur kerjanya dalam
keadaan tegak dan normal. Ketentuan ini sangat ditekankan khususnya pada
postur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal. Untuk
hal-hal tertentu operator harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya
3. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri dengan leher, kepala, dada atau
QEC adalah suatu alat untuk penilaian terhadap resiko kerja yang
WMSDs) pada tempat kerja. QEC menilai gangguan resiko yang terjadi pada
Faktor Kode 1 2 3 4
Kekuatan
c <1 kg 1-4 kg 4 kg
tangan
Tidak
Vibrasi d Sedang Tinggi
ada/kecil
Faktor Kode 1 2 3 4
Sumber : www.hse.gov.uk
Faktor Kode 1 2 3
Cenderung
Berputar atau
Belakang A Hampir netral berputar atau
bengkok sedikit
bengkok
Frekuensi pergerakan
B ≤ 3 / menit Kira-kira 8 / menit ≥12 / menit
bagian belakang
Pada atau
Tinggi tugas C setinggi Setinggi dada Setinggi bahu
pinggang
Postur pergelangan
E Hampir lurus Bengkok / berputar
tangan/tangan
Pergerakan
pergelangan F ≤ 10 / menit 11-20 / menit ≥ 20 / menit
tangan/tangan
Kadang-kadang
Bengkok/ berputar
bengkok/berputar
Postur leher G Hampir netral secara berlebihan
secara berlebihan
pada kepala/leher
pada kepala/leher
Sumber : www.hse.gov.uk
Exposure level (E) dihitung berdasarkan persentase antara total skor aktual
X
E (%) = × 100 %
X maks
Dimana :
Xmaks = total skor maksimum untuk postur kerja ( punggung + bahu / lengan +
maksimum (Xmaks = 162) apabila tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau
tenaga/beban yang relatif rendah. Untuk Pemberian skor maksimum (Xmaks = 176)
membawa beban.
penyajian, analisis dan penafsiran data. Metode tersebut terbagi dalam dua kelompok
dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna.
sebagian data untuk kemudian sampai pada peramalan atau penarikan kesimpulan
yaitu :
dari semua data dibagi dengan banyaknya data. Rata-rata untuk sampel
simbol µ. Data terbagi atas data yang dikelompokkan dan data yang tidak
yaitu dengan menjumlahkan semua data yang dibagi dengan banyaknya data
∑ Xi
i =1
X =
n
Keterangan :
Σ = Tanda jumlah
n = Banyaknya data
∑X
i =1
f
i u
X = k
∑f i =1
i
Keterangan :
k = banyaknya kelas
f = frekuensi
2. Standar Deviasi
standar deviasi untuk menghilangkan pengaruh positif dan negatif selisih data
∑ ( Xi − U ) 2
1 n n
σ= i =1
atau σ = n.∑ Xi 2 − (∑ Xi ) 2
n n i =1 i =1
n n n
∑ ( Xi − X )2 n∑ X i − (∑ X i ) 2
2
s= i =1
atau s = i =1 i =1
(n − 1) n(n − 1)
Nilai maksimum adalah nilai terbesar dari sejumlah data yang disimbolkan
dengan Xmaks. Nilai minimum adalah nilai terkecil dari sejumlah data
4. Range
R = X maks − X min
5. Median
Median dari segugus data yang telah diurutkan dari data terbesar hingga data
terkecil adalah pengamatan yang tepat di tengah bila data itu ganjil atau rata-
rata dua pengamatan di tengah bila data itu genap. Untuk data yang telah
1
2 n − F2
M e = L2 + C
f2
6. Modus
Modus segugus pengamatan adalah nilai yang paling sering terjadi atau
d1
M o = L + C
d1 + d 2
1942. Istilah lain yang sering digunakan antara lain distribution-free statistics dan
assumption-free test. Dari istilah ini dengan mudah terlihat bahwa metode statistik
dimiliki terdistribusi normal. Apabila salah satu atau kedua syarat pada uji
statistik parametrik ini tidak terpenuhi, maka uji statistika parametrik tidak dapat
nonparametrik.
1. Apabila hipotesis yang harus diuji tidak melibatkan suatu parameter populasi.
2. Apabila data telah diukur dengan skala yang lebih lemah dibanding yang
Sebagai contoh, data mungkin terdiri atas data hitung atau data peringkat,
3. Apabila asumsi yang diperlukan agar penggunaan suatu uji pada statistik
kabur/tidak valid. Dalam banyak hal, rancangan suatu proyek riset mungkin
data mungkin mengungkapkan bahwa salah satu atau beberapa asumsi yang
4. Apabila hasil riset harus segera disajikan dan perhitungan dikerjakan manual.
Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data berdistribusi
normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik. Cara yang biasa dipakai
S). Kedua tes dinamakan masuk dalam kategori Goodness of Fit Test, yaitu uji
apakah data empirik yang didapatkan dari lapangan sesuai dengan distribusi
teoritik tertentu. Kedua uji ini memiliki perbedaan yang dapat dijadikan landasan
dalam memilih uji yang tepat untuk data yang akan diolah. Perbedaan tersebut
16
Andi Supangat, Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Nonparametrik, Jakarta,
Kencana, 2008, p.307-311
melakukan analisis statistik jika kita tidak memiliki informasi tentang populasi
dengan fakta yang didasarkan secara teoritis (yang diharapkan). Hal ini sejalan
dengan konsep kenyataan yang sering terjadi bahwa hasil observasi biasanya
selalu tidak tepat dengan yang diharapkan (tidak sesuai) dengan yang
probabilitas).
kritis tersebut ditetapkan dari tabel chi-square . Dalam menentukan uji nyata
dari suatu persoalan yang diungkapkan, jumlah derajat kebebasan (v) ditentukan
oleh:
sampelnya.
sebagai berikut : jika > maka ada perbedaan yang nyata dan
jika < maka tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil
(hipotesis) sering digunakan taraf nyata 1%, 5% dan 10% atau dengan kata
lain pengamatan dilakukan dengan tingkat keyakinan antara 99%, 95% dan
90%. Selanjutnya batas pengamatan ini dijadikan sebagai batas nilai kritis
seperti distribusi normal dan lainnya sesuai dengan distribusi empiris, yaitu
distribusi yang diperoleh dari data sampel yang dijadikan sebagai objek
pengamatan.
METODOLOGI PENELITIAN
Serdang Pasar III Kecamatan Tanjung Morawa. UD. Tiga Bawang merupakan
usaha pembuatan keripik ubi dengan merek Dora yang mengolah 6 ton ubi kayu
setiap harinya.
Studi pada penelitian ini dilakukan dengan 2 cara yaitu studi eksploratif
dilakukan untuk mengetahui tentang sejarah dan latar belakang perusahaan dan
yang ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. Jadi
penelitian ini meliputi proses pengumpulan, penyajian, dan pengolahan data, serta
analisis dan interpretasi. Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan data keluhan
Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah fasilitas kerja perajangan ubi
kayu, operator laki-laki di UD. Tiga Bawang dan prosedur kerja pada stasiun
perajangan. Pada stasiun perajangan terdapat tiga fasilitas kerja yang dioperasikan
oleh tiga operator. Operator bertugas merajang ubi kayu dari stasiun pengupasan
setiap stasiun kerja dan mengangkat output dari stasiun kerja tersebut ke stasiun
kerja berikutnya.
Variabel adalah setiap hal dalam suatu penelitian yang datanya diperlukan
untuk penelitian tersebut (Mustafa, 2006). Pada penelitian ini terlebih dahulu
postur kerja aktual operator pada stasiun perajang untuk mengidentifikasi keluhan
Dari hasil pengolahan data dirumuskan perbaikan rancangan yang akan dilakukan
pada fasilitas kerja yaitu penyesuian dimensi fasilitas kerja dengan dimensi tubuh
operator, perbaikan bentuk dan bahan yang digunakan, dan perbaikan prosedur
kerja. Dari perbaikan dimensi fasilitas kerja dapat ditentukan variabel penelitian
yaitu data antropometri yang sesuai untuk melakukan perbaikan rancangan terdiri
dari tinggi bahu duduk, lebar pinggul pada posisi duduk, panjang popliteal, tinggi
kerja. Untuk perbaikan prosedur kerja diperlukan variabel waktu dan urutan
terikat adalah dimensi dan postur kerja pada fasilitas kerja usulan, sedangkan
Dimensi yang diukur meliputi : tinggi mata pisau dari lantai, ukuran lubang
untuk memasukkan ubi serta panjang, tinggi dan lebar tempat duduk yang
5. Data waktu dan urutan proses kerja aktual pada stasiun perajangan. Diukur
1. Panduan wawancara
dengan pemilik usaha dan karyawan. Panduan wawancara ini dapat dilihat
pada lampiran.
di stasiun perajangan.
perajangan.
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran langsung
operator, data antropometri operator, data waktu dan uraian proses kerja di stasiun
perajangan, dan data dimensi fasilitas kerja. Pengambilan data gambaran umum
data lain yang dianggap perlu untuk penelitian ini dilaksanakan tanggal 10 – 14
Agustus 2009, data keluhan muskuloskeletal dan penilaian postur kerja operator
pada tanggal 28-29 Oktober 2009 dan pengukuran data waktu dan uraian proses
sebagai berikut:
1. Wawancara
Melakukan tanya jawab dan diskusi tentang hal yang berhubungan dengan
2. Kuesioner
fasilitas kerja, pengamatan dan pengambilan foto postur kerja aktual operator,
sample) dengan cara mengambil subjek didasarkan atas strata, random atau daerah
mengetahui gerakan yang tidak sesuai dengan postur kerja alami manusia. Dari
hasil pengolahan data SNQ dan QEC dapat diketahui bagian tubuh operator yang
mengalami keluhan sakit dan pegal serta postur kerja yang tidak alamiah yang
aktual sehingga dapat dianalisa bagian yang perlu diperbaiki untuk mendapatkan
selanjutnya diukur dan dikumpulkan sebagai data dalam pembuatan peta pekerja
dan mesin sehingga dapat dianalisa hubungan kerjasama antara fasilitas kerja
SNQ yang telah dibagikan kepada operator mesin perajang yaitu sebanyak 3
Postur kerja aktual operator dianalisa dan dinilai dengan menggunakan QEC
sehingga dapat diketahui skor penilaian postur kerja dan level resiko. Dari
QEC.
sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik. Pada penelitian ini uji
software SPSS 15.0 for Windows. Metode Chi-Square digunakan karena data
uji kenormalan data. Program ini akan secara otomatis menampilkan output
Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data dimensi tubuh
yang diambil seragam atau berada pada batas kendali atas (BKA) dan dan
batas kendali bawah (BKB). Apabila dalam satu pengukuran terdapat satu
jenis atau lebih data tidak seragam maka data tersebut akan langsung ditolak
atau dilakukan revisi dengan cara membuang data out of control tersebut dan
usaha tersebut yaitu memperoleh profit dari hasil penjualan untuk menambah
tingkat ketelitian 5% peneliti yakin data yang disajikan layak untuk membuat
BKA = X + 2σ BKB = X − 2σ
Jika X min > BKB dan Xmax < BKA maka data seragam.
Jika X min < BKB dan Xmax > BKA maka data tidak seragam.
Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data dimensi tubuh
operator yang telah dikumpulkan dan telah melewati uji sebelumnya sudah
digunakan persamaan :
2
n 2 n
40 N ∑ X i − ∑ X i
2
i =1 i =1
N'= n
∑
i =1
Xi
Keterangan:
N = Pengamatan pendahuluan
Jika NI > N, maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data.
Data waktu dan urutan proses perajangan ubi kayu digambarkan dalam
sebuah peta yaitu peta pekerja dan mesin sekarang sebelum dilakukan
berikut:
metoda sekarang atau usulan, tanggal dipetakan, dan nama orang yang
detik.
1. Analisis hasil SNQ yang telah dibagikan kepada tiga operator fasilitas kerja
fasilitas kerja.
gerakan yang tidak sesuai dengan postur kerja alami manusia sehingga dapat
3. Analisis kondisi aktual fasilitas kerja sehingga dimensi, bahan dan bentuk
usulan.
usulan.
butir penting dalam penelitian ini. Kesimpulan merupakan perumusan dari tahap
Studi Pustaka
Literatur antropometri, postur kerja, peta kerja, uji statistik
dan perancangan fasilitas kerja yang ergonomis
Pengolahan Data :
- Pengolahan SNQ
- Penentuan skor dan level resiko postur kerja aktual
- Merumuskan tindakan perbaikan rancangan fasilitas kerja
- Penentuan dimensi antropometri yang sesuai
Pengolahan Data :
- Uji kenormalan data
- Uji keseragaman
- Uji kecukupan data
- Perhitungan dimensi rancangan fasilitas kerja
untuk mengetahui tingkat keluhan muskuloskeletal pada tiap bagian tubuh dengan
masing-masing kategori rasa sakit, sehingga dapat diketahui bagian tubuh mana
yang paling merasakan sakit untuk dilakukan perbaikan rancangan fasilitas kerja
yang dapat meminimalkan rasa sakit tersebut. Rekapitulasi bobot SNQ dapat
dilihat pada Tabel 5.1. Nilai bobot pada masing-masing kategori tersebut yaitu:
Sakit : bobot 2
Kategori rasa sakit yang dirasakan saat bekerja adalah sebagai berikut:
Tidak sakit : Bagian tubuh operator tidak terasa nyeri sedikitpun karena
benda kerja.
Agak sakit : Bagian tubuh operator mulai terasa nyeri, namun rasa nyeri yang
Sangat sakit : Bagian tubuh operator merasakan nyeri yang sangat luar biasa
cukup besar.
Keterangan :
pengolahan SNQ dapat dilihat pada Gambar 5.1. dari histogram dapat diketahui
masing-masing kategori rasa sakit yang dirasakan oleh operator pada bagian tubuh
tertentu, yaitu :
1. Operator 1 merasakan sangat sakit pada bahu kiri, bahu kanan, pinggul ke
belakang, pantat, pergelangan tangan kiri, paha kiri dan paha kanan.
Merasakan sakit pada lengan atas bagian kiri, lengan atas bagian kanan, siku
kiri, siku kanan, lengan bawah bagian kiri, lengan bawah bagian kanan,
pergelangan tangan kanan dan telapak tangan kiri. Merasakan agak sakit pada
telapak tangan kanan, lutut kiri, lutut kanan, betis kiri dan betis kanan.
2. Operator 2 merasakan sangat sakit pada bahu kiri, bahu kanan, pinggul ke
belakang, pantat, pergelangan tangan kiri, paha kiri dan paha kanan.
Merasakan sakit pada lengan atas bagian kiri, lengan atas bagian kanan, siku
kiri, siku kanan, lengan bawah bagian kiri, lengan bawah bagian kanan,
telapak tangan kanan, telapak tangan kiri betis kiri dan betis kanan.
pinggang ke belakang.
3. Operator 3 merasakan sangat sakit pada bahu kiri, bahu kanan, pinggul ke
belakang, pantat, pergelangan tangan kiri, paha kiri dan paha kanan.
Merasakan sakit pada lengan atas bagian kiri, lengan atas bagian kanan,
pergelangan tangan kanan, siku kiri, siku kanan, lengan bawah bagian kiri,
lengan bawah bagian kanan dan telapak tangan. Merasakan agak sakit pada
kanan.
Dari hasil tersebut dapat diketahui kategori rasa sakit dirasakan oleh ketiga
operator pada bagian tubuh tertentu yaitu kategori sangat sakit, sakit, agak sakit
dan tidak sakit. Bagian tubuh yang mengalami kategori sangat sakit disebabkan
oleh postur kerja yang tidak alamiah dan sering terjadi gerakan secara berulang-
ulang (frekuensinya lebih dari 10x / menit) dalam waktu yang lama (jam kerja
dengan merajang ubi. Bagian tubuh yang mengalami kategori sakit disebabkan
oleh postur kerja yang tidak alamiah dan terjadi gerakan secara berulang-ulang
tubuh yang mengalami kategori agak sakit terjadi karena postur tubuh statis dan
tidak alamiah yang terjadi dalam waktu yang lama karena duduk dan harus
terjadi pada bagian tubuh yang sama antar operator yaitu sebagai berikut :
sakit.
sakit.
4. Betis kanan
operator pada ukuran paling maksimum (paling panjang) pada tangan belum
tentu berada pada ukuran maksimum pada bagian tubuh yang lain. Untuk
dengan antropometri operator. Perbedaan ini juga disebabkan oleh tata letak
sehingga tata letak lebih teratur dan benda kerja berada jangkauan operator
5.2. Penilaian Postur Kerja Aktual dengan Quick Exposure Check (QEC)
postur kerja operator pengukuran serta pengamatan waktu dan uraian proses pada
Kondisi stasiun perajangan dapat dilihat pada Gambar 5.2. Layout kerja
Layout kerja karyawan dan aliran bahan pada stasiun perajangan adalah
sebagai berikut:
3 3 3
B 4 B 4 B 4
2 2 2
C C C
A A A
5 5 5
6 1 6 1 6 1
3. Mesin perajang
A. Operator mengambil ubi di atas lantai yang berada di samping kanan operator
Operator menumpuk ubi kayu di sekitar fasilitas kerja dengan jarak ± 50cm
X
E(0 0) = × 100%
X max
Dimana :
Sehingga :
68
E (%) = × 100% = 42%
162
bawah mata pisau untuk menampung hasil rajangan dengan jarak ± 40cm dari
operator.
56
E (%) = × 100% = 35%
162
15 cm dari operator
Operator menjangkau ubi kayu yang akan dirajang dengan jarak ± 30 cm dari
operator.
62
E (%) = × 100% = 38%
162
82
E (%) = × 100% = 51%
162
operator
76
E (%) = × 100% = 47%
162
goni, menjangkau ubi kayu, dan memasukkan ubi ke keranjang berada pada level
aman. Sementara elemen kerja menumpuk ubi, merajang ubi dan mengangkat
keranjang ke samping kiri postur kerjanya kurang baik disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
2. Merajang ubi kayu, disebabkan oleh posisi belakang punggung yang kadang-
kadang dalam keadaan membungkuk, tinggi tugas setinggi dada dan gerakan
tingkat muskuloskeletal tertinggi dialami operator pada bahu kiri, bahu kanan,
pinggul ke belakang, pantat, pergelangan tangan kiri, paha kiri, dan paha kanan.
Dari penilaian postur kerja dengan QEC dapat disimpulkan bahwa terjadi postur
kerja yang tidak ergonomis pada operator yang disebabkan oleh posisi belakang
yang kontiniu dan posisi leher yang membungkuk. Hal ini disebabkan oleh
fasilitas kerja yang tidak ergonomis terutama pada tempat duduk operator yang
benda kerja. Untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan perbaikan
rancangan pada tempat duduk operator agar sesuai dengan antropometri pekerja
dan bentuk serta bahan yang digunakan dapat memberikan kenyamanan pada
operator. Dimensi tubuh yang perlu diukur untuk mendapatkan data antropometri
yang akan dijadikan acuan dalam penentuan dimensi tempat duduk adalah lebar
Posisi mata pisau juga harus disesuaikan dengan postur duduk operator
sehingga posisi mata pisau tetap berada pada jangkauan operator. Dimensi tubuh
Keterangan :
Cooper, tipe YCL80B-4, ½ HP, 1400 rpm. Gambar fasilitas kerja aktual dapat
dilihat pada Gambar 5.11. Data dimensi fasilitas kerja aktual dapat dilihat pada
Tabel 5.18.
untuk menentukan dimensi fasilitas kerja yang baru. Data tersebut akan melewati
beberapa uji agar layak untuk membuat dimensi atau ukuran dalam perancangan
yang terdiri dari uji kenormalan data, keseragaman data dan kecukupan data.
pada perancangan fasilitas untuk populasi tertentu adalah data harus berdistribusi
normal, sehingga perlu dilakukan uji normalitas. Pada penelitian ini pengujian
SPSS 15.0 for windows. Metode Chi-Square digunakan karena data antropometri
data kontiniu (hasil pengukuran), dan ukuran sampel memenuhi (34 sampel)
data. Hasil seluruh pengujian dinyatakan normal karena chi kuadrat (X2) hitung <
chi kuadrat (X2) tabel. Pengujian kenormalan data dapat dilihat pada lampiran dan
tubuh yang diambil seragam atau berada pada batas kendali atas (BKA) dan batas
lebih data tidak seragam maka data tersebut akan langsung ditolak atau dilakukan
revisi dengan cara membuang data out of control tersebut dan melakukan
merancang fasilitas kerja yang ergonomis tidak berpengaruh langsung atau tidak
peneliti yakin data yang disajikan layak untuk membuat rancangan fasilitas kerja
BKA = X + 2σ BKB = X − 2σ
Jika X min > BKB dan Xmax < BKA maka data seragam.
Jika X min < BKB dan Xmax > BKA maka data tidak seragam.
Χ=
X 1 + X 2 + .... + X n
=
∑X n
n n
Dimana:
n = Banyaknya pengamatan
X = Nilai rata-rata
n −1
= 64,73 cm
= 62,38 cm
Output dari uji keseragaman data untuk dimensi tinggi bahu duduk dapat dilihat
65
64,5
64
63,5 TBD
63 rata-rata
62,5 BKA
62
BKB
61,5
61
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33
Dari pengolahan data di atas dapat dilihat bahwa data tinggi bahu duduk
berada dalam batas kendali, hal ini berarti data tersebut seragam. Peta kontrol
dimensi tubuh yang lain dengan pengolahan data yang sama untuk dimensi tubuh
diambil sudah mewakili populasi yang ingin diteliti. Pengujian kecukupan data
probabilitas bahwa data terletak pada tingkat ketelitian yang telah ditentukan.
Untuk uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat kepercayaan
2
n 2 n
40 N ∑ X i − ∑ X i
2
i =1 i =1
N'= n
∑
i =1
Xi
N = Pengamatan pendahuluan
Jika NI > N, maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data.
(∑ X ) 2 = 2106,8 2 = 4669056,64cm 2
2
40 34 *137336,6 − 4669056,64
N'= = 0,13
2106,8
Hasil pengolahan data yang dilakukan didapat N '< N (0,13 < 34), maka
dapat disimpulkan data yang diperoleh sudah cukup. Uji kecukupan data pada
adalah :
hasil rancangan dapat digunakan dengan nyaman oleh seluruh populasi yang ada
d. LDK : 33,2 cm
d. PDK : 49,6 cm
d. TDK : 43 cm
d. Jarak Ubi : 76 cm
c. Kelonggaran : 20 cm
mesin perajang.
Dari peta pekerja dan mesin sekarang dapat dilihat hubungan antara
pekerja dan mesin aktual. Peta pekerja dan mesin sekarang dapat dilihat pada
Gambar 5.13.
SEKARANG USULAN
DIPETAKAN OLEH : WINDI WIGUNA
TANGGAL : 18 NOV 2009
SEKARANG USULAN
DIPETAKAN OLEH : WINDI WIGUNA
TANGGAL : 18 NOV 2009
SEKARANG USULAN
DIPETAKAN OLEH : WINDI WIGUNA
TANGGAL : 18 NOV 2009
OPERATOR MESIN
dan perbedaan tingkat dan kategori rasa sakit pada bagian tubuh operator. Untuk
tingkat dan kategori rasa sakit yang sama, keluhan muskuloskeletal disebabkan
oleh :
Disebabkan oleh postur kerja yang tidak alamiah dan sering terjadi gerakan
2. Kategori sakit disebabkan oleh postur kerja yang tidak alamiah dan terjadi
3. Kategori agak sakit terjadi karena postur tubuh statis dan tidak alamiah yang
Untuk tingkat kategori rasa sakit yang berbeda pada bagian tubuh yang
Contohnya operator pada ukuran paling maksimum (paling panjang) pada tangan
belum tentu berada pada ukuran maksimum pada bagian tubuh yang lain. Untuk
dengan antropometri operator. Perbedaan ini juga disebabkan oleh tata letak
dapat diatasi dengan melakukan pengaturan tata letak komponen sehingga tata
letak lebih teratur dan benda kerja berada jangkauan operator dengan postur kerja
yang ergonomis.
Dari hasil penilaian postur kerja dengan menggunakan metode QEC, pada
menjangkau ubi kayu, dan memasukkan ubi ke keranjang berada pada level aman.
Sementara elemen kerja menumpuk ubi, merajang ubi dan mengangkat keranjang
ke samping kiri postur kerja yang tidak ergonomis disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
5. Merajang ubi kayu, disebabkan oleh posisi belakang punggung yang kadang-
kadang dalam keadaan membungkuk, tinggi tugas setinggi dada dan gerakan
kurang fleksibel, gerakan lengan dan pergelangan tangan yang kontiniu dan
untuk dilakukan perbaikan dan dibandingkan dengan fasilitas kerja pada usulan
perbaikan.
Pada fasilitas kerja aktual jarak mata pisau ke lantai 60 cm, hal ini
menyesuaikan dengan tinggi tempat duduk sehingga terjadi sikap kerja yang tidak
alamiah terutama pada kaki operator dengan posisi mengapit wadah penampung
ubi hasil rajangan dan tidak dapat bergerak dengan leluasa karena terbatasnya
ruang gerak operator. Lubang tempat masuk ubi kayu yang akan dirajang terlalu
dekat dengan mata pisau sehingga dapat menimbulkan resiko tangan tergores atau
terpotong dan lubang tersebut berbentuk persegi panjang yang kurang sesuai
dengan bentuk ubi kayu. Bentuk alas duduk (bangku) operator yang berbentuk
antropometri operator serta bahan yang digunakan yaitu kayu tidak memberikan
kenyamanan terutama pada bagian dudukan karena bahan tersebut terlalu keras.
ubi hasil rajangan ke samping kiri operator dan menjangkau ubi yang akan
dirajang serta sekali-kali harus berdiri jika jarak ubi yang akan dijangkau terlalu
jauh. Ubi kayu yang akan dirajang diletakkan di atas lantai dengan posisi di
terus-menerus.
sehingga ubi yang jatuh tersebut tidak mengikuti proses berikutnya dan menjadi
limbah, hal ini disebabkan penyekat di belakang mata pisau terlalu pendek. Pada
fasilitas kerja aktual untuk mencegah hal tersebut diikatkan goni pada bagian
belakang mata pisau. Operator harus mengatur posisi goni pada bagian bawah
mengarah ke dalam keranjang dan ketika keranjang tersebut penuh operator harus
membersihkan goni dari ubi hasil rajangan yang menempel. Hal ini menyebabkan
UD. Tiga Bawang belum mempunyai prosedur yang baku atau tertulis
bagi karyawan dalam menjalankan proses kerja. Dari peta pekerja dan mesin
sekarang dapat disimpulkan bahwa pada prosedur kerja pada fasilitas kerja aktual
terlalu banyak menganggur sedangkan waktu operator lebih banyak bekerja tanpa
sedangkan fasilitas kerja hanya 0,37% dan selama operator bekerja independen
mesin perajang tetap dihidupkan sehingga terjadi pemborosan sumber daya yang
digunakan. Untuk itu prosedur kerja aktual perlu diperbaiki sehingga kerja
manusia dan mesin lebih seimbang dan karyawan dapat menjalankan proses kerja
Bentuk, ukuran dan bahan yang digunakan untuk tempat duduk operator
diganti. Bahan dudukan dibuat dari busa bantalan yang rapat dengan ketebalan 1,3
cm yang dilapisi kulit sintetis sehingga lebih nyaman saat diduduki, tidak licin,
mudah dibersihkan, tidak menyerap air dan tahan lama. Rangka kursi terbuat dari
stainless steel sehingga tahan karat. Hal ini cocok untuk kondisi di stasiun
perajangan yang selalu basah karena air yang berasal dari ubi yang telah dirajang.
Fasilitas kerja dilengkapi dengan tempat ubi kayu yang akan dirajang sehingga
atas landasan yang terbuat dari stainless steel dengan posisi di sebelah kiri
operator agar beban kerja lebih merata dan operator dapat menggunakan tangan
kiri dan tangan kanan secara bersamaan ketika proses perajangan berlansung.
dengan bentuk ubi kayu dan mencegah jari operator bersentuhan langsung dengan
maksimal ubi kayu yang akan dirajang. Pada bagian bawah mata pisau dilengkapi
dengan plat yang terbuat dari baja karbon agar ubi hasil perajangan jatuh persis ke
laki di UD. Tiga Bawang agar rancangan ergonomis sehingga dapat mengurangi
Gambar hasil rancangan fasilitas kerja usulan dapat dilihat pada Gambar
6.1.- 6.5.
Analisa postur kerja ini dilakukan berdasarkan gambar pada fasilitas kerja
usulan. Gambar tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.5.-6.6. Penilaian postur
kerja dengan menggunakan metode QEC untuk setiap elemen kerja dari kegiatan
42
E (%) = × 100% = 26%
162
64
E (%) = × 100% = 40%
162
Dari hasil penilaian postur kerja dengan menggunakan metode QEC untuk
setiap elemen kerja dari kegiatan perajangan pada fasilitas kerja usulan didapatkan
SEKARANG USULAN
DIPETAKAN OLEH : WINDI WIGUNA
TANGGAL : 26 NOV 2009
SEKARANG USULAN
DIPETAKAN OLEH : WINDI WIGUNA
TANGGAL : 26 NOV 2009
OPERATOR MESIN
WAKTU KERJA 62 60
WAKTU MENGANGGUR - 2
WAKTU TOTAL 62 62
1. Karyawan transportasi mengangkat ubi kayu yang telah dikupas dari stasiun
2. Operator mesin perajang menjangkau ubi kayu dari keranjang tempat ubi
Layout kerja karyawan dan aliran bahan pada usulan perbaikan rancangan
5 5 5
2 2 2
B 3 B 3 B 3
A A A
4 1 4 1 4 1
Keterangan:
8. Mesin perajang
11. Tumpukan keranjang kosong yang akan dijadikan tempat penampung ubi
D. Operator mengambil ubi kayu dari keranjang yang berada di samping kanan
operator
pencucian.
7.1. Kesimpulan
1. Dari hasil pengolahan SNQ terdapat perbedaan tingkat kategori rasa sakit
operator pada setiap bagian tubuhnya. Perbedaan ini juga disebabkan oleh
tata letak komponen pada masing-masing tempat kerja yang belum teratur.
2. Dari hasil penilaian postur kerja aktual, elemen kerja mengambil keranjang
kosong, mengatur posisi ujung goni, menjangkau ubi kayu, dan memasukkan
ubi ke keranjang berada pada level aman. Sementara elemen kerja menumpuk
ubi, merajang ubi dan mengangkat keranjang ke samping kiri postur kerjanya
tidak ergonomis.
dimensi fasilitas kerja adalah tinggi bahu duduk, lebar pinggul, panjang
3) Bahan tempat duduk yang terbuat dari busa bantalan yang rapat dengan
ketebalan 1,3 cm yang dilapisi kulit sintetis sehingga lebih nyaman saat
diduduki, tidak licin, mudah dibersihkan, tidak menyerap air dan tahan
lama.
4) Fasilitas kerja dilengkapi dengan tempat ubi kayu yang akan dirajang
pisau.
5. Pada bagian bawah mata pisau dilengkapi dengan plat yang terbuat dari baja
6. Dari hasil penilaian postur kerja pada fasilitas kerja usulan diperoleh semua
keranjang ubi kayu (6 kg) adalah 187 detik dan pada prosedur kerja usulan
waktu yang diperlukan adalah 62 detik. Terjadi penghematan waktu 125 detik
persiklus.
7.2. Saran
1. Usulan fasilitas kerja dan prosedur kerja yang baru ini sebaiknya digunakan di
kerja tersebut serta cara kerja operator lebih seragam dan efisien.
2. Perlu dilakukan sosialisasi penggunaan fasilitas kerja dan prosedur kerja yang
lapangan.