You are on page 1of 1

Inti dari teori pertukaran Homans terletak di proposisi berdasarkan prinsip psikologis.

Menurut Homans mereka psikologis karena dua alasan: pertama,


mereka biasanya diuji pada orang-orang yang menyebut dirinya psikolog dan kedua, mereka psikologis karena tingkat di mana mereka berhubungan dengan
individu dalam masyarakat.

Semula George C. Homans tidak menaruh perhatian masalah pertukaran sosial dalam mengadakan pendekatan terhadap masyarakat karena pada awalnya ia
mengarahkan perhatian pada pendekatan fungsionalisme struktural. Pendekatan fungsionalisme struktural ternyata mempunyai arti yang sangat penting
karena mampu memberi masukan terhadap teori sosiologi, terutama dalam hubungannya dengan struktur, proses dan fungsi kelompok sebagaimana
tercantum dalam bukunya yang berjudul The Human Group.

pendekatan fungsionalisme struktural dianggap gagal dalam memberikan fenomena-fenomena baru yang muncul dalam interaksi sosial di masyarakat maka
ia berusaha menyempurnakannya dengan prinsip-prinsip pertukaran sosial. Berkenaan dengan hal tersebut maka ia tinggalkan pendekatan fungsionalisme
struktural dan selanjutnya menyatakan tentang pentingnya pendekatan psikologi dalam menjelaskan gejala-gejala sosial. Menurut pendapatnya dengan
psikologi dapat dijelaskan mengenai faktor yang menghubungkan sebab dan akibat. Dalam hal yang menghubungkan antara sebab dan akibat hanya dapat
dijelaskan oleh proposisi psikologi melalui pendekatan perilaku.

Pada intinya, untuk Homans, perilaku sosial adalah pertukaran material dan nonmaterial (misalnya, simbol persetujuan dan prestise) barang. Untuk orang
yang terlibat dalam pertukaran, apa yang mungkin memberikan biaya padanya, sama seperti apa yang mungkin mendapat hadiah, dan perilakunya cenderung
untuk mengubah kurang sebagai keuntungan, yaitu, biaya imbalan kurang, meningkat. Dengan kata lain, semakin dia mendapat, yang lebih jauh berharga
kurang unit nilai yang padanya, dan lebih sering ia akan memancarkan perilaku diperkuat oleh itu. Biaya, atau pahala yang hilang, dan nilai dari apa yang ia
memberi dan apa yang dia akan bervariasi dengan kuantitas apa dia memberikan dan mendapatkan sebagai. Tetapi orang yang terlibat dalam pertukaran
hubungan juga mengharapkan untuk menerima banyak sebagai imbalan dari sisi lain mereka diberikan kepada yang lain. Artinya, mereka berharap ada
menjadi pertukaran yang cukup adil imbalan dan biaya antara orang-orang tersebut.

George C. Homans menyatakan bahwa psikologi perilaku sebagaimana diajarkan oleh B.F. Skinner dapat menjelaskan pertukaran sosial. Adapun proposisi
yang mampu memberikan penjelasan pertukaran sosial, yaitu (1) proposisi sukses, artinya semakin perilaku itu memperoleh ganjaran, semakin orang
melaksanakan perilaku tersebut; (2) proposisi stimulus, artinya apabila stimulus menyebabkan adanya ganjaran maka pada kesempatan yang lain orang akan
melakukan tindakan apabila ada stimulus yang serupa; (3) proposisi nilai, artinya semakin tinggi nilai suatu tindakan maka semakin senang orang
melaksanakan; (4) proposisi deprivasi satiasi, artinya semakin orang memperoleh ganjaran tertentu maka semakin berkurang nilai itu bagai orang yang
bersangkutan; (5) proposisi restu-agresi, artinya ganjaran yang tidak seperti yang diharapkan maka akan menyebabkan marah dan kecewa serta dapat
menyebabkan perilaku yang agresif. Dari penjelasan diatas tampak bahwa George C. Homans membatasi analisisnya pada jenjang sosiologi yang miko.

George C. Homans maupun Peter M. Blau menilai analisisnya pada proses interaksi, namun Peter M. Blau melanjutkan analisisnya dengan membahas
struktur yang lebih besar. Dalam hal ini, Peter M. Blau menunjukkan bahwa dalam proses pertukaran dasar menghadirkan fenomena yang berupa struktur
sosial yang lebih kompleks.

menurut Peter M. Blau harapan-harapan yang akan diperoleh dalam pertukaran sosial, yaitu (a) ganjaran atau penghargaan; (b) lahirnya diferensiasi
kekuasaan; (c) kekuasaan dalam kelompok; dan (d) keabsahan kekuasaan dalam kelompok.

Peter M. Blau berpendapat bahwa (1) individu-individu dalam kelompok-kelompok yang sederhana (mikro) satu sama lain dalam pertukaran sosial
mempunyai keinginan untuk memperoleh ganjaran ataupun penghargaan; dan (2) tidak semua transaksi sosial bersifat simetris yang didasarkan pada
pertukaran sosial yang seimbang.

Pertukaran sosial yang tidak seimbang akan menyebabkan adanya perbedaan dan diferensiasi kekuasaan karena dalam pertukaran tersebut ada pihak yang
merasa lebih berkuasa dan mempunyai kemampuan menekan dan di lain pihak ada yang dikuasai serta merasa ditekan. Kekuasaan menurut Peter M. Blau
adalah kemampuan orang atau kelompok untuk memaksakan kehendaknya pada pihak lain.

Adapun strategi atau cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan kekuasaan terhadap orang lain yaitu memberikan sebanyak mungkin kepada pihak lain
yang membutuhkan, sebagai suatu upaya menunjukkan statusnya yang lebih tinggi dan berkuasa, agar mereka yang dikuasai merasa berutang budi dan
mempunyai ketergantungan.

Dalam pertukaran sosial menunjukkan adanya gejala munculnya kekuasaan yang terjadi pula dalam suatu kelompok. Dalam kelompok akan terjadi
persaingan antarindividu, dan tiap individu akan berusaha memperoleh kesan lebih menarik jika dibanding dengan yang lain. Agar orang itu terkesan lebih
menarik dari orang lain syaratnya dapat menarik perhatian orang lain. Dalam persaingan itu nantinya akan nampak adanya pihak atau orang yang dapat
menarik perhatian orang-orang yang dalam kelompok yang bersangkutan. Kelebihan orang yang bersangkutan dapat menarik perhatian orang lain
kemungkinan karena kepandaiannya, kejujurannya, kesopanannya ataupun kebijaksanaannya. Dari tiap-tiap kelompok akan ada yang menonjol dan yang
menonjol itu akhirnya akan muncul satu orang yang paling menarik perhatian orang dalam kelompok-kelompok tersebut maka muncullah kekuasaan, dalam
arti ada pemimpin dan ada yang dipimpin. Dalam hal ini, pemimpin (pemegang kekuasaan) akan memperoleh penghargaan sebagai akibat tanggung jawab
yang dapat dipenuhinya. Sementara orang yang dipimpin akan mendapat penghargaan karena ketaatannya, baik karena tugas yang diselesaikan maupun
kesediaannya mematuhi peraturan-peraturan yang ada.

Perintah yang dipatuhi adalah perintah yang diberikan oleh pemimpin yang sah. Agar perintah dipatuhi maka pemimpin (pemegang kekuasaan) harus
mempunyai wewenang. Wewenang yang dimiliki oleh pemegang kekuasaan digunakan untuk merekrut anggota dalam kelompok.

You might also like