Professional Documents
Culture Documents
Pancang
Pemancangan Tahap Awal dan Pemancangan Selanjutnya
Pondasi yang digunakan untuk causeway adalah tiang pancang baja dengan diameter 600
mm dengan spesifkasi sesuai dengan ASTM A252 Grade 2. Panjang masing-masing pipa
12 m, dengan kedalaman pemancangan rata-rata untuk Sisi Surabaya sekitar 25 m dan sisi
Madura 33 m.
Persiapan
Hal penting yang harus diperhatikan adalah monitoring stok tiang pancang pipa baja yang
sudah di-coating, sesuai kebutuhan untuk menjaga kontinuitas pekerjaan pemancangan.
Selanjutnya adalah pemindahan stok pipa ke tepi pantai sesuai dengan kebutuhan.
Peralatan yang digunakan untuk pemindahan ini adalah crane service 25 ton dan truk
trailer.
dari surveyor. Apabila sudah sesuai dengan posisi yang diinginkan, maka tiang pancang
sudah siap untuk dipancang.
Untuk tiang pancang dengan kondisi miring (sudut 1:10) maka dibuat perbandingan
dengan menggunakan mal yang dilengkapi dengan waterpass. Apabila sudah tepat maka
tiang pancang di turunkan sesuai dengan kemiringannya dan siap untuk dipancang.
Selanjutnya tiang pancang yang elevasinya tidak sama dipotong dengan menggunakan
alat las, setelah terlebih dahulu diukur dengan menggunakan teodolit.
Pengisian Pasir
Pengisian pasir dilakukan dengan menggunakan ponton 120 ft, yang mampu menampung
pasir 200 m3 sesuai dengan kebutuhan satu pile cap serta excavator PC 200 dengan
kapasitas ± 67 m3/ jam.
Pengisian beton
Besi isian pancang dipersiapkan di
stockyard. Stok besi diangkut dengan
truk menggunakan bantuan crane
menuju dermaga dan dinaikkan ke atas
ponton. Besi isian dimasukan ke tiang
pancang dengan bantuan crane. Untuk
mengantisipasi agar tulangan besi
tersebut tidak jatuh, maka pada ujung
tulangan dimasuki besi melintang yang
panjangnya lebih dari diameter pipa
pancang.
Selanjutnya truk mixer dari batching plan menuju ke pompa pengecoran (concrete pump).
Pengecoran dilakukan dengan concrete pump yang dilengkapi dengan belalai untuk
memasukkan beton ke tiang pancang.
Secara prinsip Metoda Perpotongan Kemuka yang digunakan untuk Sisi Surabaya dan Sisi
Madura diuraikan sebagai berikut:
Titik-titik tempat alat ukur digeser ke kiri atau ke kanan dari as BM sejauh setengah
diameter pipa pancang (300 mm), disesuaikan dengan posisi tepi tiang pancang yang akan
dibidik. Untuk memudahkan pelaksanaan, bagian tiang pancang yang di-stake-out atau
dibidik adalah tepi tiang pancang, bukan bagian tengahnya.
• Bacaan sudut vertikal teodolit-1 dan teodolit-2 diset pada elevasi 2,50 meter
dengan melalui perhitungan pengesetan sudut vertikal.
• Bacaan sudut horizontal teodolit-1 dengan acuan arah centerline jembatan diset
sebesar b = 03º 59' 42" mengarah ke
garis singgung tepi tiang pancang.
• Mengarahkan ladder crane pancang yang memegang tiang pancang di atas kapal
ponton ke sasaran bidik teropong teodolit-1 dan teodolit-2. Kemudian
singgungkan tepi tiang pancang (seperti gambar ilustrasi) dengan komando dari
surveyor. Apabila tepi kiri dan tepi kanan sudah tepat bersinggungan, maka tiang
pancang tersebut sudah berada di posisi yang tepat dan siap pancang. Cara tersebut
digunakan untuk tiang pancang tegak
• Untuk tiang pancang miring dengan perbandingan sudut 1:10, ladder crane
pancang diset membentuk sudut 1:10 dengan menggunakan mal yang dilengkapi
dengan waterpass. Tiang pancang kemudian diarahkan ke arah bidikkan teropong
teodolit-1 dan teodolit-2 dan disinggungkan ke tepi kiri dan tepi kanannya hingga
tepat. Apabila sudah tepat, maka tiang pancang tersebut diturunkan sesuai
kemiringan dan siap untuk dipancang. Secara prinsip dari 2 (dua) setting sudut
horizontal saja sudah cukup memadai untuk penentuan posisi secara tepat, sedang
setting sudut horizontal yang ketiga, keempat dan seterusnya hanya berfungsi
sebagai control/ checking, apakah 2 (dua) setting suduthorizontal yang kita
lakukan sudah benar atau tidak.
• Dalam pelaksanaan penentuan titik-titik pancang tersebut, perlu adanya alat
komunikasi, guna koordinasi antara tim pengukur (surveyor) dengan tim pancang,
serta operator crane. Penentuan titik-titik BM yang dipakai untuk referensi posisi
alat ukur berdiri disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan maksud
memudahkan pengukuran dan sasaran tidak terhalang. Metoda perpotongan
kemuka yang dipilih untuk penentuan posisi titik-titik pancang Jembatan
Suramadu, secara teknis memenuhi persyaratan dan tidak terlalu sulit
dilaksanakan.
Abutment
dan Pier
Head
Pelaksanaan Pembuatan dilakukan Bertahap
Panjang : 32 Panjang : 30 m
Beton dengan K-350 dibuat berdasarkan hasil test pencampuran/ trial mix. Untuk setiap
truk mixer beton yang berasal dari batching plant, dilakukan uji slump beton. Slump yang
dipersyaratkan adalah t ± 8-12 cm.
Pengujian
Ultrasonic
Pengujian terhadap Sambungan Las pada Tiang
Pancang
Tujuan pengujian ultrasonic adalah melakukan pengujian terhadap kualitas las yang
digunakan untuk menyambung dua pipa tiang pancang. Pengujian dilakukan dengan
standart ANSI/AWS.DI.I (Structural Welding Code, 2002 Edition) dan Ultrasonic
Examination Procedure for Steek Structure. (Doc No: UT22 HH).
Krautkramer dengan dilengkapi probe normal, probe sudut 70º Block kalibrasi V1 dan
V2. Coupant yang digunakan adalah CMC. Pengujian material dengan metode ultrasonic
digunakan gelombang transversal maupun longitudinal. Kedua gelombang tersebut
dibangkitkan oleh suatu probe (transduser) yang juga berfungsi sebagai penerima
gelombang.
{mosimage}
Prisip dasar pengujian sambungan las tiang pancang dengan adalah dengan ultrasonic test
merambatkan gelombang ultrasonic ke dalam material yang akan diuji melalui transducer
probe.Apabila gelombang tersebut mengenai bidang yang tegak lurus dengan arah
gelombang, maka akan dipantulkan kembali dan diterima oleh transducer probe dalam
bentuk pulsa pada layar CRT (monitor ultrasonic) yang merupakan pulsa cacat (defecta)
atau pulsa pantulan balik dari dinding belakang.
PDA test bertujuan untuk memverifikasikan kapasitas daya dukung tekan pondasi tiang
pancang terpasang. Dari hasil-hasil pengujian akan didapatkan informasi besarnya
kapasitas dukung termobilisir dengan faktor keamanan 2, dan dipakai untuk menilai
apakah beban kerja rencana dapat diterima oleh tiang terpasang.
Pelaksanaan
Pengujian dilaksanakan sesuai ASTM D-4945, yang dilakukan dengan memasang dua
buah sensor yaitu strain transduser dan accelerometer transduser pada sisi tiang dengan
posisi saling berhadapan, dekat dengan kepala tiang. Kedua sensor tersebut mempunyai
fungsi ganda, masing-masing menerima perubahan percepatan dan regangan. Gelombang
tekan akan merambat dari kepala tiang ke ujung bawah tiang (toe) setelah itu gelombang
tersebut akan dipantulkan kembali menuju kepala tiang dan ditangkap oleh sensor.
Gelombang yang diterima sensor secara otomatis akan disimpan oleh komputer. Rekaman
hasil gelombang ini akan menjadi dasar bagi analisa dengan menggunakan program
TNOWAVE-TNODLT, di mana gelombang pantul yang diberikan oleh reaksi tanah
akibat kapasitas dukung ujung dan gerak akan memberikan kapasitas dukung
termobilisasi (mobilized capacity). Hasil Pengujian Angka penurunan yang diambil
sebagai immediate displacement (perpindahan sesaat) saat beban mencapai kapasitas
dukung dengan faktor keamanan (FK) = 2, dan tidak menyatakan penurunan konsolidasi.
Beban kerja yang diharapkan per-tiang adalah 140 ton.
Dari hasil uji pembebanan dinamis meliputi kapasitas dukung termobilisasi, yang
besarnya ditentukan oleh beban dan energi, maka kapasitas dukung termobilisasi dengan
FK=2 yang dihasilkan dinilai memenuhi target beban rencana dengan penurunan
(displacement) dan masih dalam batas yang aman.
PDA
Test
Pengujian Beban pada Tiang Pancang Baja
PDA test bertujuan untuk memverifikasikan kapasitas daya dukung tekan pondasi tiang
pancang terpasang. Dari hasil-hasil pengujian akan didapatkan informasi besarnya
kapasitas dukung termobilisir dengan faktor keamanan 2, dan dipakai untuk menilai
apakah beban kerja rencana dapat diterima oleh tiang terpasang.
Pelaksanaan
Pengujian dilaksanakan sesuai ASTM D-4945, yang dilakukan dengan memasang dua
buah sensor yaitu strain transduser dan accelerometer transduser pada sisi tiang dengan
posisi saling berhadapan, dekat dengan kepala tiang. Kedua sensor tersebut mempunyai
fungsi ganda, masing-masing menerima perubahan percepatan dan regangan. Gelombang
tekan akan merambat dari kepala tiang ke ujung bawah tiang (toe) setelah itu gelombang
tersebut akan dipantulkan kembali menuju kepala tiang dan ditangkap oleh sensor.
Gelombang yang diterima sensor secara otomatis akan disimpan oleh komputer. Rekaman
hasil gelombang ini akan menjadi dasar bagi analisa dengan menggunakan program
TNOWAVE-TNODLT, di mana gelombang pantul yang diberikan oleh reaksi tanah
akibat kapasitas dukung ujung dan gerak akan memberikan kapasitas dukung
termobilisasi (mobilized capacity). Hasil Pengujian Angka penurunan yang diambil
sebagai immediate displacement (perpindahan sesaat) saat beban mencapai kapasitas
dukung dengan faktor keamanan (FK) = 2, dan tidak menyatakan penurunan konsolidasi.
Beban kerja yang diharapkan per-tiang adalah 140 ton.
{mosimage}
Dari hasil uji pembebanan dinamis meliputi kapasitas dukung termobilisasi, yang
besarnya ditentukan oleh beban dan energi, maka kapasitas dukung termobilisasi dengan
FK=2 yang dihasilkan dinilai memenuhi target beban rencana dengan penurunan
(displacement) dan masih dalam batas yang aman.
Special
Blended
Cement
Mengantisipasi Serangan Sulfat dan Korosi pada
Daerah laut
Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu baik konstruksi Causeway, Approach Bridge
maupun Main Span sebagian besar konstruksinya menggunakan beton bertulang. Hal ini
berarti sebagian besar proyek ini menggunakan bahan semen. Mengingat Jembatan
suramadu terletak di laut maka konstruksinya harus tahan terhadap lingkungan laut,
karena itu konstruksi beton harus tahan terhadap air laut, serangan sulfat, korosi pada besi
beton serta suhu beton yang ditimbulkan oleh reaksi hidrasi semen dan air.
Walaupun bahan sejenis semen yang disebut "Hydraulic Cement" ditemukan tahun 1796
oleh Joseph Parker dari Kent (Inggris) yang dibuat dari butiran-butiran batu kapur dan
kemudian dikenal dengan nama "Roman Cement", akan tetapi semen baru diproduksi
pada tahun 1802 di Perancis.
Semen baru ini terbuat dari butiran-butiran nodule, disusul kemudian pembuatan semen
dari batu kapur yang dicampur dengan tanah liat oleh Edger Dobbs dari Inggris tahun
1810 dan oleh Vicat dari Perancis (1813) serta James Frost dari Inggris (1822). Akhirnya
sebuah paten tentang cara pembuatan batu-batuan atas nama Joseph Aspdin yang tinggal
di daerah Portland, negara Inggris yang ditemukan tahun 1824 dan dikukuhkan dengan
nama "Portland Cement".
Definisi Pozolan menurut ASTM C 618-96 adalah bahan yang mengandung senyawa
silika atau silika dan alumina, di mana walaupun Pozolan tidak punya sifat sementasi,
tetapi dengan bentuknya yang halus, dengan adanya air maka akan terjadi, bereakasi
secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu biasa, membentuk senyawa yang
memiliki sifat-sifat seperti semen (kalsium silikat dan kalsium aluminat hidrat).
Dibandingkan dengan sifat fisika semen Portland maka kekuatan awal semen Portland
Pozolan agak lebih rendah akan tetapi pada perkembangan reaksi berikutnya, akan terjadi
dua reaksi yang bersamaan yaitu reaksi antara Portland cement dengan air dan reaksi
antara silika aktif (amorf) dengan Ca (OH)2 dan air sehingga kekuatan Portland Pozolan
semakin lama menjadi semakin tinggi.
Uji kimia dan fisika serta permeability test terhadap Special Blended Cement telah
dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri dan Perdagangan di Jl Sangkuriang 14 Bandung, dengan hasil-hasil sebagai
berikut:
Pengujian kimia didasarkan pada Standar ASTM C 595 Type IP (MS) yang dalam hal ini
persyaratan kandungan Magnesium Oksida (Mg O), Belerang Trioksida (SO3) dan Hilang
Pijar (LOI) masing-masing sebesar 1,27%, 1,62% dan 2,15% telah memenuhi standar
yang disyaratkan.
Pengujian fisika didasarkan pada Standar ASTM C 595 Type IP (MS) yang dalam hal ini
pengujian kehalusan, waktu pengikatan dengan alat Vicat, kekekalan bentuk, kuat tekan,
panas hidrasi serta ketahanan sulfat, hasilnya juga telah memenuhi persyaratan standar.
Test permeability
Pengujian permeability test sesuai dengan DIN 1048, bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana penetrasi air bila dipermukaan beton diberi tekanan secara berurutan 1 bar selama
2x24 jam, 3 bar selama 1x24 jam dan 7 bar selama 1x24 jam sehingga dapat diketahui
bahwa beton tersebut dapat menahan penetrasi serangan sulfat. Persyaratan penetrasi air
sesuai DIN 1048 untuk serangan Sulfat sedang maksimum adalah 5 cm dan untuk
serangan sulfat kuat maksimum adalah 3 cm.
Hasil pengujian terhadap salah satu benda uji untuk "Kekedapan Air"
Teknologi SBC
Dari hasil uji kimia terhadap benda uji air laut seperti yang ditunjukkan dalam tabel
disamping, menunjukkan bahwa air laut di Selat Madura, baik disisi Surabaya, di tengah
Selat Madura, maupun di sisi Madura mempunyai kadar sulfat dan klor yang dapat
dikatagorikan berat. Senyawa-senyawa sulfat dan klorida selain di air laut, juga ditemukan
di tanah dan di lingkungan industri, dan hal ini dapat merusak beton dan tulangan beton.
Dengan data-data tersebut maka sangat jelas bahwa dalam pembangunan Jembatan
Suramadu sangat memerlukan jenis semen yang mempunyai ketahanan terhadap serangan
sulfat yang tinggi. Lebih jauh akan dijelaskan bahwa jenis semen SBC mempunyai
keunggulan teknologi dalam meningkatkan resistensi terhadap serangan air laut dan
serangan sulfat dibandingkan dengan semen Portland type II dan semen Portland type V.
Seputar perbedaan aktivitas peningkatan resistensi SBC terhadap serangan air laut dan
sulfat baik pada SBC maupun semen Portland Cement type II maupun type V dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Penelitian juga ditujukan untuk melihat sejauh mana penetrasi air yang terjadi pada
masingmasing campuran bila diuji dengan metode DIN 1048, sehingga dapat diketahui
tingkat beton tersebut dapat menahan serangan sulfat. Pengujian-pengujian kuat tarik
belah, kuat lentur, hammer test untuk digunakan sebagai acuan pengawasan di lapangan.
Dengan penelitian seperti yang disebutkan diatas maka dapatlah disampaikan beberapa
catatan sebagai berikut:
Walaupun untuk K250 dan K350 secara kuat tekan cukup dengan FAS 0,63 dan 0,54,
akan tetapi agar beton memenuhi syarat tahan sulfat berat maka untuk kedua mutu beton
tersebut disarankan menggunakan FAS 0,50 ( DIN 1048 Campuran beton mutu K500
diperoleh dengan menggunakan FAS 0,34 dan beton bersifat kedap air, hal ini terlihat dari
penetrasi air yang tidak dalam, sehingga memenuhi persyaratan beton tahan sulfat sesuai
DIN 1048.
Coating
Pencegahan Korosi pada Tiang Pancang
Perhatian Khusus di Kawasan Laut
Struktur baja yang dibangun di kawasan laut memerlukan perhatian khusus. Laju korosi
akibat kondisi lingkungan dengan salinitas yang tinggi, perlu dicegah dan dikendalikan.
Di proyek Jembatan Suramadu, masalah ini sudah diantisipasi. Pipa pancang yang dipakai
pada causeway (di sisi Surabaya dan sisi Madura) terbuat dari baja lunak (mild steel)
grade 2 sesuai ASTM A.252. Jenis pipa baja yang digunakan terdiri dari pipa SAW
(spiral) dan pipa ERW (longitudinal) dengan penempatan berdasarkan pada pertimbangan
laju korosi yang bervariasi sepanjang tiang pancang. Berdasarkan data penelitian yang
ada, daerah atmosfer dan splash zone memiliki laju korosi yang sangat tinggi (mencapai
0,l mm/ tahun). Sedangkan pada daerah sub-mergedDan immersed laju korosi hanya
0,01mm/tahun.
Untuk atmospheric zone sampai tidal zone (1meter di bawah pada / pasang surut dan 1
meter di bawah LWL pada daerah marine) digunakan pipa ERW sebagai tiang pancang
sedangkan pada daerah sub-merged dan immersed digunakan pipa SAW dengan
pertimbangan daerah las lebih panjang. Sebelum pipa SAW digunakan telah dilakukan
serangkaian pengujian. Dari hasil uji memperlihatkan bahwa kinerja sambungan las (baik
daerah HAZ maupun) weld metal lebihbaik atau sama dengan kualitas pada base metal,
ditinjau dari sifat mekanik, ketahanan korosi maupun mikrostrukturnya. Sistem proteksi
pada pipa pancang dilakukan dengan memakai coating system dan cathodic protection
system.
Coating pipa yang dipakai jenis epoxy glass flake 2000 mikron pada daerah splash zone
dan tidal zone. Sedangkan daerah submerged zone dipakai glass flake 450 mikron, dengan
garansi life time 25 tahun. Metode coating pipa dilakukan langsung lapangan sebelum di
pancang untuk menghasilkan kualitas coating yang optimal.
{mosimage}
Sistem proteksi cathodic digunakan untuk mengantisipasi cacat coating yang terjadi akibat
pemancangan, benturan dan gangguan lainnya. Sistem yang digunakan adalah sacrificial
anode yang dipasang pada tiap tiang pancang pada kedalaman 1 meter di bawah seabed
untuk daerah coast pasang surut. Atau minimal dua meter di bawah LWL untuk pipa
pancang di daerah marinel laut.
{mosimage}
{mosimage}
Pertimbangan digunakannya sacrificial anode antara lain adalah kemudahan dalam hal
pelaksanaan, perawatan, biaya operasional, aman terhadap lingkungan, serta lebih baik
dari sisi estetika.
Kebutuhan anode harus mempertimbangkan cacat coating yang terjadi di bawah seabed
akibat pemancangan. Informasi ini dapat diwakili dengan pengujian adesif dan kekuatan
geser atau uji geser yang dilakukan.
Kriteria Perencanaan
Proteksi cathodic direncanakan untuk mendapatkan voltage lebih rendah dari -850mV
yang diukur antara permukaan tiang pancang pipa baja terhadap referensi elektroda perak/
perak clorida yang tercelup air laut.
Penempatan Anode
Pemasangan anode harus didistribusikan agar tidak terjadi perbedaan potensial secara
drastis terhadap keseluruhan tiang pancang dan untuk mendapatkan kelebihan
perlindungan sesedikit mungkin. Proses korosi terjadi akibat reaksi elektrokimia, yang
disebabkan perbedaan potensial pada permukaan besi/ baja. Kombinasi reaksi "oksidasi"
dan "deduksi" disebut reaksi "REDOX"
OKSIDASI:
Fe+ ==> Fe 2+ + 2e
REDUKSI:
2H2 O + O2 + 4e ==> 4 OH-
Bahan metal dalam hal ini pipa baja apabila terletak pada lingkungan bahan/ zat yang
menyebabkan korosi. Sebagai contoh, oksigen, maka akan terjadi proses kimia antara baja
tersebut dengan zat-zat penyebab korosi. Untuk menghindari proses terjadinya korosi
salah satu caranya adalah dengan mengorbankan metal (Aluminium/ Al) yang mempunyai
sifat lebih kuat pengikatannya terhadap zat-zat korosif tersebut. Dengan demikian maka
pipa baja akan terlindungi selama aluminium tersebut masih melekat pada pipa baja (+ 25
tahun) dengan pemeriksaan berkala minimum 6 bulan sekali.