Professional Documents
Culture Documents
B. BATASAN MASALAH
Dengan terbatasnya waktu , tenaga, fasilitas, serta dana, maka kami membatasi cakupan penelitian kami pada
gangguan pernapasan pada karyawan unit produksi PT. Semen Tonasa Periode 2002 - 2006
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini
adalah :
1. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan masa kerja ?
2. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan jenis pekerjaan ?
3. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan usia ?
4. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan pemakaian alat pelindung diri ?
5. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan kadar debu diudara tempat kerja ?
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan informasi tentang tentang gangguan pernapasan yang dialami oleh karyawan unit produksi PT.
Semen Tonasa 2002-2006
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran usia karyawan unit produksi yang mengalami gangguan pernapasan periode 2002-2006.
b Mengetahui gambaran masa kerja karyawan unit produksi yang mengalami gangguan pernapasan periode 2002-
2006.
c. Mengetahui gambaran jenis pekerjaan karyawan unit produksi yang mengalami gangguan pernapasan periode
2002-2006.
d. Mengetahui gambaran pemakaian alat pelindung diri karyawan unit produksi yang mengalami gangguan
pernapasan periode 2002-2006.
e. Mengetahui gambaran kadar debu lingkungan kerja pada unit produksi PT. Semen Tonasa periode 2002-2006.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Hasil dari penelitian ini diaharapkan menjadi bahan masukan bagi perusahaan itu sendiri untuk mengambil
langkah kebijakan dalam menunjang pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan ilmiah yang bermanfaat bagi pembaca atau
penelitinya.
3. Bagi peneliti, merupakan pengalaman berharga dalam memperluas wawasan pengetahuan dalam bidang
kesehatan dan keselamatan kerja.
F. ACUAN PENELITIAN
1. Tinjauan kepustakaan
2. Bimbingan dan arahan dari pembimbing dan staf dosen bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran
Komunitas FK-UNHAS.
3. Seminar dan diskusi
4. Survey lapangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Macam-macam Debu
Dari macamnya debu dikelompokan ke dalam :
a. Debu Organik (debu kapas, debu daun daunan, tembakau dan sebagainya).
b. Debu Mineral (merupakan senyawa komplek : SiO2, SiO3, arang batu dll) dan
c. Debu Metal (Debu yang mengandung unsur logam: Pb, Hg, Cd, Arsen, dll).
Dari segi karakter zatnya debu terdiri atas :
a. Debu Fisik (Debu tanah, batu, mineral, fiber)
b. Kimia (Mineral organik dan inorganik)
c. Biologis ( Virus, bakteri, kista) dan debu radio aktif .
Ditempat kerja jenis jenis debu ini dapat ditemui di kegiatan pertanian, pengusaha keramik, batu kapur, batu bata,
pengusaha kasur, pasar tradisional, pedagang pinggir jalan dan lain lain.
Anthrakosilikosis
Anthrakosilikosis ialah pneumokoniosis yang disebabkan oleh silika bebas bersama debu arang atu. Penyakit ini
mungkin ditemukan pada tambang batu bara atau karyawan industri yang menggunakan bahan batu bara jenis lain.
Gejala penyakit ini berupa sesak nafas, bronchitis chronis batuk dengan dahak hitam (Melanophtys). Penilaian
paparan dapat dinilai dengan pengambilan sample debu ukuran selektif dari zona pernapasan, lebih disukai sample
perorangan. Juga dapat dilakukan analisis berkala sejumlah sample debu yang dapat masuk saluran pernapasan
untuk mengetahui mineral komponennya. Selain itu dapat dilakukan uji radiology.
Tidak ada penanganan spesifik pada anthrakosilikosis, namun apabila pada gambaran radiology terdapat tanda
Sindrom Caplan, maka pekerja sebaiknya dijauhkan dari paparan.
Asbestosis
Asbestosis adalah jenis pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu asbes dengan masa latennya10-20 tahun.
Asbes adalah campuran berbagai silikat yang terpenting adalah campuran magnesium silikat pekerja yang umumnya
terkena penyakit ini adalah pengelola asbes, penenunan, pemintalan asbes dan reparasi tekstil yang terbuat dari
asbes.
Gejala yang timbul berupa sesak nafas,batuk berdahak/riak terdengan rhonchi di basis paru, cyanosis terlihat bibir
biru. Gambar radiologi menunjukan adanya titik titik halus yang disebut “ground glass appearance”, batas jantung
dengan diafragma tidak jelas seperti ada duri duri landak sekitar jantung (Percupine heart), jika sudah lama terlihat
penumpukan kapur pada jaringan ikat.
Penilaian paparan dapat dilakukan dengan pengambilan sample udara statis di lokasi-lokasi yang telah ditetapkan
memakai filter membrane, impinger, presipitator,termal, atau konimeter. Akan tetapi yang paling disukai adalah
pengambilan sample perorangan.
Penanganan kasus spesifik tidak ada, namun apabila ada gejala maka pasien sebaiknya dijauhkan dari paparan
lebih lanjut. Adapun efek lanjut berupa kanker paru ditangani seperti kasus yang tidak berkaitan dengan asbestosis.
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat menghirup serat-serat asbes, dimana pada
paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas.
Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes
mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut. Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan
pleura (selaput yang melapisi paru-paru).8
Berryliosis
Berryliosis, Penyebabnya adalah debu yang mengandung Berrylium, terdapat pada pekerja pembuat aliasi berrylium
tembaga, pada pembuatan tabung radio, pembuatan tabung Fluorescen pengguna sebagai tenaga atom.
Byssinosis
Byssinosis disebabkan oleh debu kapas atau sejenisnya dikenal dengan : Monday Morning Syndroma”atau”Monday
Fightnesí” Sebagai gejala timbul setelah hari kerja sesudah libur, terasa demam, lemah badan, sesak nafas, baruk-
batuk, “Vital Capacity” jelas menurun setelah 5-10 tahun bekerja dengan debu.
Stannosis
Stannosis Penyebab debu bijih timah putih (SnO)
Siderosis
Siderosis disebabkan oleh debu yang mengandung (Fe202)9,5
4. Pengendalian/pencegahan
a. Terhadap sumbernya
Pengontrolan debu di ruang kerja terhadap sumbernya antara lain :
1) Isolasi sumber agar tidak mngeluarkan debu di ruang kerja dengan “ Local Exhauster” atau Dengan melengkapi
Water Sprayer pada cerobong asap
2) Subtitusi alat yang mengeluarkan debu dengan yang tidak mengeluarkan debu.
b. Pencegahan terhadap transmisi
1) Memakai metoda basah yaitu, penyiraman lantai, pengeboran basah, (Wet Drilling)
2) Dengan alat (Scrubber, Electropresipitator, Ventilasi Umum)
c. Pencegahan terhap tenaga kerjanya
Antara lain menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan menggunakan masker.11
BAB III
KERANGKA KONSEP
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif
BAB V
GAMBARAN UMUM PT SEMEN TONASA
B. STRUKTUR ORGANISASI13
PT. Semen Tonasa dalam menjalankan kegiatannya, sejumlah karyawan yang tersebar dalam beberapa bagian
dalam perusahaan dengan tugas dan tanggung jawab yang berbeda, kesemuanya dimaksudkan untuk
memperlancar kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Untuk mengkoordinir para karyawan dan demi
lancarnya pengawasan pekerjaan maka perlu untuk membentuk struktur organisasi perusahaan dengan tujuan
melibatkan seluruh karyawan serta segenap tenaga kerja yang ada dalam perusahaan untuk menunjang suksesnya
perusahaan karena tanpa adanya suatu struktur organisasi, maka dapat mengakibatkan kesimpangsiuran dalam
menjalankan tugas-tugas karyawan/ bawahan. Untuk menghindari hal ini, maka pimpnan perusahaan menjalankan
adanya kerjasama dari orang-orang tersebut, serta mempunyai satu tujuan yaitu merealisasikan tujuan oerganisasi.
Yang dimaksud dengan tujuan organisasi adalah kerangka yang menunjukkan pembagian tugas dan wewenang,
tanggung jawab dan hubungan antara fungsi-fungsi dalam organisasi.
Sehingga dengan melihat struktur organisasi, dapat diketahui hubungan antara pimpinan dan bawahan atau
sebaliknya. Demikian juga garis wewenang dari hubungan tersebut.
Secara umum dapat kita lihat pada lampiran tentang susunan struktur organisasi PT. Semen Tonasa.
C. KEADAAN PERSONALIA13
Tenaga kerja di PT (Persero) Semen Tonasa terdiri dari tenaga kerja wanita dan pria. Di mana tenaga kerja pada PT.
Semen Tonasa terdiri dari tenaga kerjapada unit non produksi (staf di kantor). Adapun pembagian tenaga kerja pada
PT. Semen Tonasa ini terbagi atas tiga macam, yaitu: karyawan organik (tetap), pekerjaan kontrak (ikatan kerja) dan
percobaan/ non organik.
Disiplin kerja yang digunakan pada PT. Semen Tonasa dengan menetapkan jam kerja karyawan yang dibagi atas
tiga shift sebagai berikut: Shift I: 07.30 – 15.30, Shift II: jam 15.30 – 23.30, dan Shift III: jam 23.30 – 07.30.
Jam istirahat masing-masing shift adalah 1 jam. Pembagian shift ini adalah untuk jam kerja pada unit produksi yaitu
yang bekerja di dalam pabrik. Sedangkan karyawan yang bekerja pada unit non produksi (staf yang bekerja di luar
pabrik) tidak menggunakan pembagian shift, tetapi menggunakan jam kerja dari jam 07.30 – 15.30 setiap hari,
dengan jam istirahat 1 jam.7
D. PRODUKSI13
1. Bahan Baku
Bahan baku utama yang dipergunakan untuk memproduksi semen adalah:
a. Batu Kapur
Batu kapur diperoleh dari lokasi yang telah dikuasai perusahaan, terletak di areal pabrik. Batu kapur merupakan
komponen bahan baku utama industri semen (80% dari seluruh kebutuhan bahan baku). Jumlah cadangan batu
kapur di sekitar lokasi pabrik, yang dikuasai perusahaan saat ini diperkirakan dapat digunakan oleh pabrik Semen
Tonasa II, III, IV untuk jangka waktu ratusan tahun.
b. Tanah Liat
Tanah liat seperti halnya batu kapur juga diperoleh dari lokasi sekitar pabrik yang telah dikuasai oleh perusahaan.
Tanah liat merupakan komponen utama baku kedua setelah batu kapur (17% dari seluruh kebutuhan bahan baku).
Untuk jumlah pemakaian tersebut, cadangan yang telah dikuasai perusahaan maupun yang berada di sekitar lokasi
pabrik, mampu memenuhi kebutuhan Pabrik Semen Tonasa II, III, dan IV untuk jangka waktu ratusan tahun.
c. Pasir Silika
Pasir silika sebagai bahan baku pembantu yang digunakan untuk mengoreksi komposisi kimia tanah liat yang
tersedia di lahan dekat pabrik Semen Tonasa I. Jumlah pemakaian pasir silika sebesar 3% dari kebutuhan totalbahan
baku. Cadangan pasir silika yang telah dikuasai oleh perusahaan saat ini di lokasi yang tidak jauh dari pabrik dapat
memenuhi kebutuhan pasir silika dalam jangka waktu puluahn tahun.
Di samping itu beberapa daerah yang dekat dengan lokasi pabrik seperti Kabupaten Maros, Bone, Pinrang tersedia
cukup banyak.
d. Gipsum
Gipsum yang digunakan pada waktu penggilingan semen seluruhnya merupakan produksi dalam negeri yang dapat
dibeli dari PT. Petro Kimia Gresik.
2. Proses pembuatan semen
Quarry
Batu kapur di quarry diledakkan dengan bahan peledak. Dengan alat berat batu kapur dipilih yang berdiameter
maksimum 170 cm, kemudian diangkut dengan Dup Truck ke alat pemecah.
Crusher
Batu kapur hasil quarry dioecah oleh Hummer Crusher sehingga kecil-kecil dengan diameter maksimum 3 cm.
Clay Pit (Tanah Liat)
Tanah liat diambil dengan alat berat dan diangkut ke tempat penampungan tanah liat.
Pasir Dryer
Clay yang berada di tempat penampungan (Storage Hall) dikeringkan dalam clay dryer agar mendapatkan kadar air
maksimum 3% kemudian dikumpulkan dalam silo.
Pasir Silika
Pasir silika yang diambil dari tempat penampungan pasir silika dikirim ke raw mill bersama-sama dengan kapur dan
tanah liat.
Raw Mill
Batu kapur, tanah liat dan pasir silika bersama-sama digiling dalam raw mill sampai menjadi tepung atau raw meal
dan dimasukkan ke dalam silo. Proses penggilingan tersebut selalu mendapatkan pengawasan dari laboratorium
sehingga raw meal yang dihasilkan langsung siap dibakar.
Kiln
Raw meal dari silo diangkat ke kiln untuk dibakar dengan temperatur 1250o C s/d 1500o C sehingga menghasilkan
klinker (terak).
Finish Mill
Klinker (terak) bersama-sama gipsum 4% digiling dalam finish mill dan menghasilkan semen.
Packing/ Pengantongan Semen
Sebelum dipasarkan, semen dikemas dalam sak di unit pengantongan semen. Semen dipasarkan juga dalam bentuk
curah.
E. Pelayanan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja13
Dalam pelayan kesehatan dan keselamatan kerja, perusahaan telah berbuat banyak untuk meningkatkan derajat
ksehatan bagi karyawannya, antara lain:
1. penyuluhan, baik yang dilakukan oleh biro pelyanan keshatan maupun biro kesehatan dan keselamatan kerja,
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, seperti cara pemakaian alat pelindung diri (masker, hearing protector,
dll). Juga pemasangan pamflet dan spanduk-spanduk yang bertemakan kesehatan dan keselamatan kerja.
2. penyediaan alat-alat pelindung diri bagi seluruh karyawan, terutama yang bekerja pada lokasi atau tempat yang
beresiko tinggi.
3. pengawasan secara ketat yang dilakukan oleh biro kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terhadap lingkungan
pekerja.
4. tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan di lingkungan perusahaan berupa 1 (satu) buah rumah sakit dengan 3
orang dokter serta sejumlah tenaga paramedis. Di rumah sakit tersedia obat-obatan dan sejumlah alat-alat
kesehatan.
5. dilakukan pemeriksaan kesehatan pada karyawan di awal masuk bekerja di perusahaan dan pemeriksaan berkala
setahun sekali disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti tes labolatorium, foto thorax, audiometri.
DAFTAR PUSTAKA