You are on page 1of 4

Pandangan Plato tentang Ide-ide, Dunia Ide dan Dunia

Indrawi
Ide-ide

Sumbangsih Plato yang terpenting adalah ilmunya mengenai ide.[4] Pandangan Plato terhadap
ide-ide dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi.[4] Ide yang dimaksud oleh Plato
bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern.[4] Orang-orang modern berpendapat ide adalah
gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja. Menurut Plato ide tidak diciptakan
oleh pemikiran manusia.[4] Ide tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran
manusia yang tergantung pada ide.[4] Ide adalah citra pokok dan perdana dari realitas,
nonmaterial, abadi, dan tidak berubah.[1] Ide sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita.
[1]
. Ide-ide ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.[1] Misalnya, ide tentang dua buah
lukisan tidak dapat terlepas dari ide dua, ide dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan ide
genap.[1] Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan ide-ide
tersebut.[1] Puncak inilah yang disebut ide yang “indah”.[1] Ide ini melampaui segala ide yang ada.
[1]

Dunia Indrawi

Dunia indrawi adalah dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat
dirasakan oleh panca indera kita.[1] Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan
daripada dunia ideal.[4] Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini.[4] Segala sesuatu yang
terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.[4]

Dunia Ide

Dunia ide adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita.[1] Dalam dunia ini tidak ada
perubahan, semua ide bersifat abadi dan tidak dapat diubah.[1] Hanya ada satu ide “ yang bagus”,
“yang indah”.[2] Di dunia ide semuanya sangat sempurna.[2] Hal ini tidak hanya merujuk kepada
barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil
buah intelektual.[2] Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".[2]

Pandangan Plato tentang Karya Seni dan Keindahan


Pandangan Plato tentang Karya Seni

Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide.[5] Sikapnya
terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik).[5] Plato memandang negatif
karya seni.[5] Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos.[5] Menurut Plato, karya seni
hanyalah tiruan dari realita yang ada.[5] Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli.[5]
Yang asli itu adalah yang terdapat dalam ide.[5] Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah
daripada yang nyata ini.[5]
[sunting] Pandangan Plato tentang Keindahan

Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi,
yang terdapat dalam Philebus.[rujukan?] Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya
terletak pada dunia ide.[rujukan?] Ia berpendapat bahwa kesederhanaan adalah ciri khas dari
keindahan, baik dalam alam semesta maupun dalam karya seni.[rujukan?] Namun, tetap saja,
keindahan yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan
keindahan pada tingkatan yang lebih rendah.[5]

Buku karangan plato yang terkenal berjudul, "Etika, Republik, Apologi, Phaedo, dan Krito".

Aristoteles (Bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM) adalah seorang
filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung.[rujukan?] Ia menulis berbagai
subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan,
etnis, biologi dan zoologi.[rujukan?] Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi
seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.[rujukan?]

Riwayat hidup
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk
wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM.[rujukan?] Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas
dari Makedonia.[rujukan?] Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato.[1] Belakangan ia
meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun.[rujukan?] Aristoteles
meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari
Makedonia.[rujukan?] Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena.[rujukan?]
Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri
yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM.[rujukan?] Perubahan politik
seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna
menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates.[rujukan?] Aristoteles meninggal tak
lama setelah pengungsian tersebut.[rujukan?]Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk
menekankan pengetahuan.[rujukan?]

[sunting] Pemikiran
Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di
Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia
mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang
membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain
kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan
karya seni.[rujukan?]

Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan
spesies-spesies biologi secara sistematis.[rujukan?] Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya
akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.[rujukan?]

Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles
menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis).[rujukan?] Pemikiran
lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan,
sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis.[rujukan?] Karena benda tidak dapat bergerak
dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak
lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan
theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
[rujukan?]
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang
bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal.
[rujukan?]
Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi,
eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).[rujukan?]

Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme
yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang
telah ada.[rujukan?] Misalkan ada dua pernyataan (premis)[rujukan?]:

 Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).


 Sokrates adalah manusa (premis minor)
 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati

Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari
bentuk demokrasi dan monarki.[rujukan?]

Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi
dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat
beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang
prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan
bahkan teori retorika dan puisi.[rujukan?]

Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike.[1]
Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.[1] Ia mengatakan
bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.[1] Menurut Aristoteles
keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material.[1] Menurut Aristoteles
sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil [[chatarsis]] disertai
dengan estetika.[1] Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar.[2]
Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif.[2] Dorongan normatif yang dimaksud adalah
dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut.[2] Wujud itu ditiru dari
apa yang ada di dalam kenyataan.[2].aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu
Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam
bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa
masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.

[sunting] Pengaruh
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan
penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya
yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya.[rujukan?] Hal ini terjadi karena teori-
teori tersebut karena dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada
umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan
pada asumsi-asumsi yang keliru.[rujukan?]

Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan
pemikiran keagamaan lain pada umumnya.[rujukan?] Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan
teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi
oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198).
[rujukan?]
Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang
otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari
ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan
oleh Dante Alighieri

You might also like