Professional Documents
Culture Documents
Berdasarkan warna bijinya dikenal kedelai putih dan kedelai hitam. Pemeliharaan kedelai hitam
umumnya lebih mudah dari pada kedelai putih. Kendelai putih membutuhkan tanah yang lebih
subur, serta memerlukan pengairan dan pemeliharaan lebih baik dari pada kedelai hitam. Kedelai
hitam umunya hanya digunakan untuk bahan baku kecap, sedangkan kedelai putih untuk bahan
baku tempe dan tahu serta makanan lainnya (tauco dan lain-lain). Berdasarkan umurnya dikenal
jenis kedelai :
Kedelai berumur pendek (70 – 80 hari) Misalnya jenis kedelai putih varietas Genjah
Slawi, Sindoro, Sumbing, Ringgit dan Welirang.
Kedelai berumur panjang (90 – 120 hari) kedelai putih misalnya varietas Lawu, Pandan
dan No. 29, sedangkan kedelai hitam misalnya No. 16 dan No. 27.
Tanaman kedelai dapat diusahakan di dataran rendah mulai dari 0 – 500 m d.p.l. dengan curah
hujan relatif rendah (suhu tinggi), tetapi membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan
tanamannya. Sebagai barometer untuk mengetahui apakah keadaan iklim di suatu daerah, cocok
atau tidak untuk tanaman kedelai, dapat dibandingkan dengan tanaman jagung yang tumbuh di
aderah tersebut.Apabila tanaman jagung dapat tumbuh baik dan hasilnya juga baik, berarti iklim
di daerah sesuai untuk tanaman kedelai. Namun kedelai mempunyai daya tahan yang lebih baik
daripada jagung.
Budidaya tanaman kedelai umumnya ditanam pada awal dan akhir musim hujan di sawah
(teknis, setengah teknis dan tadah hujan) dan lahan kering. Dengan pola tanam rotasi (tumpang
gilir) dan atau tumpangsari dengan tanaman setahun lainnya, misalnya jagung, padi, tebu dan
ketela pohon, sebagaimana banyak dijumpai di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung,
NTB, dan NTT.
Beberapa pola tanam yang banyak dilakukan para petani antara lain dengan variasi sebagai
berikut :
KEDELAI
KEDELAI PADI
Oktober Januari Februari
Mei
PADI KEDELAI + JAGUNG
Lahan Kering
Pada I kedelai dipanen pad akhir Desember dan jagung pada akhir Januari, serta pada II kedelai
dipanen pada akhir Mei dan jagung pada akhir Juni.
Teknik Budidaya
Teknik budidaya kedelai yang dialukakan sebagian besar petani umumnya masih sangat
sederhana, baik dalam hal pengolahan tanah, pemupukan dan pemberantasan hama/penyakitnya,
sehingga produksinya masih relatif rendah.Sebagian besar petani tidak melakukan pengolahan
tanah (TOT = tanpa olah tanah), terutama tanah bekas padi atau tebu. Tanah hanya dibersihkan
dari je-rami padi dan daun tebu, yang selanjutnya bibit kedelai ditebar atau ditugal terlebih
dahulu untuk lubang untuk penanaman biji kedelai. Selain itu kualitas bibitnya kurang baik,
sehingga produksinya relatif rendah.
Dalam hal pemupukan, sebagian besar petani belum melakukannya secara intensif atau semi
intensif. Tidak menggunakan pupuk sama sekali atau minim sekali jumlahnya. Demikian juga
dalam hal pemberantasan hama penyakit dapat dikatakan kurang sekali, sehingga banyak
kerugian atau rendahnya produksi akibat serangan hama penyakit. Teknik produksi yang cukup
intensif adalah sebagai berikut :
Pengolahan Tanah
Di lahan kering dengan tanaman tumpang sari, tanah diolah dua kali dengan alat bajak dan luku,
sedangkan di sawah dengan tanaman monokultur, tanah dibersihkan dari jerami, kemudian tanah
diolah satu kali.Untuk tanah yang pH-nya rendah, diberi kapur atau dolomit antara 200 – 300 Kg
per ha. Pada saat ini juga tanah diberi pupuk dasar, yaitu pupuk SP-36 sebanyak 100 Kg untuk
monokultur, sedangkan bila tumpang sari dengan jagung dosisnya adalah sebanyak 200 kg – 250
kg per ha.
Penugalan Lubang
Untuk tanaman monokultur, dibuat lubang dengan tugal dengan jarak 20 x 30 cm, sedangkan
untuk tumpangsari dengan jagung lubang untuk kedelai 30 x 30 cm dan untuk jagung 90 x 90
cm. Lubang untuk jagung dibuat terlebih dahulu, dan setelah jagung tumbuh 2 – 3 minggu
kemudian dibuat lubang untuk kedelai.
Penanaman Kedelai
Untuk tanaman monokultur, biji kedelai dimasukan dalam lubangang telah dibuat. Untuk
tanaman tumpang sari, biji jagung ditanam ter-lebih dahulu dan 2 – 3 minggu kemudian baru
ditanam kedelai.
Pemberantasan Penyakit
Untuk mencegah atau memberantas hama/penyakit, maka mulai umur 25 hari dan 50 hari
disemprot dengan pestisida (karbofuran) sebanyak 5 – 10 liter.
Pengairan/Drainase
Untuk memperoleh pertumbuhan yang baik, maka bila kekurangan air, tanaman perlu diberi
pengairan, terutama pada umur 1 – 50 hari. Demikian pula bila tanahnya terlalu banyak air, perlu
adanya drainase.
Panen
Panen kedelai dilakukan bila sebagian daunnya sudah kering. Caranya adalah dengan mencabut
batang tanaman, termasuk daunnya. Selanjutnya dijemur dan setelah kering, batang berbuah
tersebut dihamparkan diatas tikar bambu. Kemudian dipukul-pukul agar bijinya jatuh ketikar.
Selanjutnya biji kedelai dimasukkan dalam karung.
Produksi
Produksi kedelai yang diusahakan secara monokultur secara intensif, se-benarnya dapat
mencapai 2,00 – 2,50 ton per Ha. Akan tetapi karena pertimbangan teknis dalam MK PKT ini
angka produksi yang digunakan untuk analisis adalah sebesar 1,5 ton.Sedangkan produksi secara
tradisional maksimum hanya 1,00 – 1,50 ton per ha. Produksi kedelai yang diusahakan secara
tumpangsari dengan jagung secara intensif dapat mencapai 1,5 – 1,75 ton kedelai per Ha dan 2 –
2,5 ton jagung per Ha. Dengan cara intensifikasi ini selain produksinya meningkat, juga
kualitasnya (ukuran biji, keutuhan) meningkat pula, sehingga harganya juga akan meningkat.
Dengan demikian pendapatan petani atau laba usaha akan meningkat dengan adanaya kenaikan
produksi dan harga.
Budidaya tanaman kedelai di masa depan perlu menyusun perencanaan untuk mengurangi
ketergantungan pada bahan-bahan kimia, dengan menerapkan teknologi yang akrab lingkungan,
yaitu penerapan teknologi bio-plus. Dengan penerapan teknologi yang lebih maju dan
mengurangi bahan-bahan kimia ini, maka PKT budidaya tanaman kedelai kelak akan
menghasilkan produktivitas yang lebih baik dan akrab lingkungan. Cara yang paling tepat untuk
mencapai penerapan teknologi masa depan pada setiap PKT ini, adalah mendorong perusahaan
INTI untuk menyusun suatu konsep pengembangan PKT yang berorientasi ke depan secara
gradual, baik secara individual oleh perusahaan Inti itu sendiri, atau bekerjasama dengan isntitusi
lain seperti Lembaga-Lembaga Penelitian (dari universitas atau lembaga lainnya).
Titik-Titik Rawan
Masalah teknis yang dihadapi petani dalam budidaya tanaman kedelai antara lain masalah
pengadaan bibit yang tidak terseleksi (bukan bibit unggul), pengadaan pupuk dan obat-obatan,
serta masalah iklim. Seperti telah diuraikan di depan, bahwa hambatan ini antara lain karena
faktor-faktor internal petani. Oleh karenanya, dalam PKT Budidaya Tanaman Kedelai ini, sangat
ditekankan pentinya peranan UB selaku Inti, di mana selain menyediakan bibit unggul, juga
bertindak sebagai pembinan dalam pengaturan jadwal penanaman, pengarahan pemberian pupuk
dan obat-obatan serta penyuluhan dan pembinaan teknis lainnya.