Professional Documents
Culture Documents
Masyarakat Madani
Civil Society
Anggota Kelompok :
1. Angger Kwarazmi Khamaisya
( 02 )
2. Arizal Bondan Sawega ( 03 )
3. Erdina Hana Jelita ( 09 )
4. Fandy Ahmad ( 11 )
5. Fedra Helmi Pamungkas B.
( 12 )
6. M. Iqbal Mahardika ( 15 )
7. Naufan Azka Habibullah
( 18 )
8. Viola Rachma Safitri ( 28 )
A. PENGERTIAN MASYARAKAT MADANI
Masyarakat madani atau civil society secara umum bisa diartikan sebagai suatu
masyarakat atau institusi sosial yang memiliki ciri - ciri antara lain : kemandirian, toleransi,
keswadayaan, kerelaan menolong satu samalain, dan menjunjung tinggi norma dan etika
yang disepakati secara bersama - sama (Din Syamsudin, 1998 : 12). Sebenarnya
masyarakat madani secara substansial sudah ada sejak zaman Aristoteles, yakni suatu
masyarakat yang dipimpin dan tunduk pada hukum. Penguasa, rakyat dan siapapun harus
taat dan patuh pada hukum yang telah dibuat secara bersama-sama. Bagi Aristoteles,
siapapun bisa memimpin negara secara bergiliran dengan syarat ia bisa berbuat adil. Dan
keadilan baru bisa ditegakkan apabila setiap tindakan didasarkan pada hukum. Jadi hukum
merupakan ikatan moral yang bisa membimbing manusia agar senantiasa berbuat adil.
Dalam mendefinisikan teRma masyarakat madani ini sangat tergantung pada kondisi sosio
- kultural suatu bangsa, karena bagaimanapun konsep masyarakat madani merupakan
bangunan terma yang lahir dari sejarah pergulatan bangsa Eropa Barat. Sebagai titik tolak,
disini akan dikemukakan beberapa definisi masyarakat dari berbagai pakar di berbagai
negara yang menganalisa dan mengkaji fenomena masyarakat madani ini(Tim ICCE, 2003):
1. Menurut Zbigniew Rau, masyarakat madani merupakan suatu masyarakat yang
berkembang dari sejarah, yang mengandalkan ruang dimana individu dan
perkumpulan tempat mereka bergabung, bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-
nilai yang mereka yakini. Ruang ini timbul di antara hubungan-hubungan yang
merupakan hasil komitmen keluarga dan hubungan-hubungan yang menyangkut
kewajiban mereka terhadap negara. Lebih tegasnya terdapat ruang hidup dalam
kehidupan sehari-hari serta memberikan integritas sistem nilai yang harus ada dalam
masyarakat madani, yakni individualisme,pasar dan pluralisme.
2. Menurut Han Sung-joo, masyarakat madani merupakan sebuah kerangka hukum yang
melindungi dan menjamin hak-hak dasar individu, perkumpulan sukarela yang
terbebas dari negara, suatu ruang pablik yang mampu mengartikulasikan isu-isu
politik, gerakan warga negara yang mampu mengendalikan diri dan independen, yang
secara bersama-sama mengakui norma-norma dan budaya yang menjadi identitas dan
solidaritas yang terbentuk serta pada akhirnya akan terdapat kelompok inti dalamnya.
3. Menurut Kim Sunhyuk, masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari
Dari berbagai batasan di atas, jelas merupakan suatu analisa dari kajian
kontekstual terhadap performa yang diinginkan dalam mewujudkan masyarakat madani.
Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan penekanan dalam mensyaratkan idealisme
masyarakat madani. Akan tetapi secara global dari ketiga batasan di atas dapat ditarik
benang emas, bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sebuah kelompok
atau tatanan masyarakat yang berdiri secara mandiri dihadapan penguasa dan negara,
memiliki ruang publik dalam mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga yang
mandiri yang dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingan publik.
Menurut Rahardjo (1996) masyarakat madani identik dengan citacita Islam
membangun ummah. Masyarakat madani adalah suatu ruang (realm) partisipasi
masyarakat melalui perkumpulan-perkumpulan sukarela (voluntary association) melalui
organisai-organisasi masa. Masyarakat madani dan negara bergantung mana yang
dianggap primer dan mana yang sekunder. Sepertinya menurut pendapat tersebut, hak
berserikat merupakan prinsip dalam kehidupan bermasyarakat.
Sementara itu secara filosofis Yusuf (1998) memandang masyarakat madani
membangun kehidupan masyarakat beradab yang ditegakkan di atas akhlakul karimah,
masyarakat yang adil, terbuka dan demokratis dengan landasan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Allah SWT. Kualitas manusia bertaqwa secara essensial adalah manusia
yang memelihara hubungan dengan Allah SWT (habl min Allah) dan hubungannya dengan
sesama manusia (habl min al-nas)
Masyarakat madani jika dipahami secara sepintas merupakan format kehidupan
sosial yang mengedepankan semangat demokratis dan menjunjung tinggi nilai-nilai hak
asasi manusia. Dalam masyarakat madani, warga negara bekerjasama membangun ikatan
sosial, jaringan produktif dan solidaritas kemanusiaan yang bersifat non-govermental
untuk mencapai kebaikan bersama. Karena itu, tekanan sentral masyarakat madani adalah
terletak pada independensinya terhadap negara. Masyarakat madani berkeinginan
membangun hubungan yang konsultatif bukan konfrontatif antara warga negara dan
negara. Masyarakat madani juga tidak hanya bersikap dan berperilaku sebagai citizen yang
memiliki hak dan kewajiban, melainkan juga harus menghormati equal right,
memperlakukan semua warga negara sebagai pemegang hak kebebasan yang sama
(Ramlan Surbakti, 1995).
Disinilah kemudian, masyarakat madani menjadi alternatif pemecahan, dengan
pemberdayaan dan penguatan daya kontrol masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan
pemerintah yang pada akhirnya nanti terwujud kekuatan masyarakat sipil yang mampu
merealisasikan dan mampu menegakkan konsep hidup yang demokratis dan menghargai
hak-hak asasi manusia. Masyarakat madani dipercaya sebagai alternatif paling tepat bagi
demokratisasi, terutama di negara yang demokrasinya mengalami ganjalan akibat kuatnya
hegemoni negara. Tidak hanya itu, masyarakat madani kemudian juga dipakai sebagai cara
pandang untuk memahami universalitas fenomena demokrasi di berbagai negara.
1. Free Public Sphere, adanya ruang publik yang bebas sebagai sarana dalam
mengemukan pendapat. Pada ruang publik yang bebaslah individu dalam posisinya
yang setara mampu melakukan transaksi - transaksi wacana dan praksis politik
tanpa mengalami distorsi dan kekhawatiran. Sebagai sebuah prasyarat, maka untuk
mengembangkan dan mewujudkan masyarakat madani dalam sebuah tatanan
masyarakat, maka free publiksphere menjadi salah satu bagian yang harus
diperhatikan. Karena dengan menafikan adanya ruang publik yang bebas dalam
tatanan masyarakat madani, maka akan memungkinkan terjadinya pembungkaman
kebebasan warga negara dalam menyalurkan aspirasinya yang berkenaan dengan
kepentingan umum oleh penguasa yang tiranik dan otoriter.
Pada tataran kultural, kita sejatinya telah memiliki landasan cukup kuat.
Pengakuan atas pentingnya hak - hak dasar secara eksplisit telah termaktub dalam
konstitusi. Begitu pula dengan berbagai ajaran agama - agama yang dipeluk oleh bangsa
Indonesia dan tradisi - tradisi yang dipraktekkan dalam hal toleransi dan penghormatan
terhadap kemajemukan. Sayangnya, kita lemah di dalam mewujudkan landasan tersebut
bahkan cenderung untuk menginterpretasikannya secara keliru. Karena itu, sejak dini para
pendiri bangsa kita, telah menekankan arti penting kemandirian pribadi sehingga perlu
adanya perlindungan terhadap hak - hak dasar mereka. Kembali pada persoalan
pengembangan masyarakat madani di negara kita, maka yang perlu menjadi perhatian
adalah bagaimana kita mempetakan secara gamblang elemen - elemenmana yang harus
ditunjang, baik pada tataran struktural maupun kultural. Dengan pemetaan yang tepat
maka diharapkan dapat dibuat strategi yang relevan serta produktif. Dalam pemberdayaan
elemen struktural, kita perlu memulainya dari pemahaman akan kekuatan dan kelemahan
struktur yang mendasari proses pembangunan dan modernisasi. Pemberdayaan atas elemen
kultural berarti melakukan penemuan kembali recovery) dan penafsiran ulang
(reinterpretation) terhadap khazanah nilai - nilai dan tradisi milik kita serta melakukan
pengambilan khazanah kultural dari luar yang relevan dengan keperluan kita.
1. Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi ini
berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam
masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat.
Bagi penganut paham ini pelaksanaan demokrasi liberal hanya akan menimbulkan
konflik, dan karena itu menjadi sumber instabilitas politik. Saat ini yang diperlukan
adalah stabilitas politik sebagai landasan pembangunan, karena pembangunan—
lebih terbuka terhadap perekonomian global –membutuhkan resiko politik yang
minim. Dengan demikian persatuandan kesatuan bangsa lebih diutamakan dari
pada demokrasi.
2. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi. Strategi ini
berpandangan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah menunggu
rampungnya tahap pembangunan ekonomi. Sejak awal dan secara bersama - sama
diperlukan proses demokratisasi yang pada essensinya adalah memperkuat
partisipasi politik. Jika kerangka kelembagaan ini diciptakan, maka akan dengan
sendirinya timbul masyarakat madani yang mampu mengontrol negara.
3. Strategi yang memilih membangun masyarakat madani sebagai basis yang kuat
kearah demokratisasi. Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dari
strategi pertama dan kedua. Dengan begitu strategi ini lebih mengutamakan
pendidikan dan penyadaran politik, terutama pada golongan menengah yang
semakinluas.
Ketiga model strategi pemberdayaan masyarakat madani tersebut dipertegas oleh
Hikam bahwa di era transisi ini harus dipikirkan prioritas - prioritas pemberdayaan
dengan cara memahami target-target group yang paling strategis serta penciptaan
pendekatan - pendekatan yang tepat didalam proses tersebut. Untuk keperluan itu, maka
keterlibatan kaum cendikia, LSM, ormas dan keagamaan dan mahasiswa, mutlak adanya.
Lebih tegasnya sebagaimana tertera dalam strategi menurut Hikam (1999) dibawah ini :
1. Pemetaan atau identifikasi permasalahan dasar menyangkut perkembangan
masyarakat madani, khususnya kelompok - kelompok strategis di dalamnya harus
mendapat prioritas. Pada tahap ini diupayakan penelitian atau pengkajian yang
mendalam baik secara umum maupun khusus terhadap potensi - potensi yang ada
dalam masyarakat untuk menumbuh - kembangkan masyarakat madani.
Umpamanya pemetaan terhadap segmen - s egmen kelas menengah yang diangap
dapat menjadi basis bagi tumbuhnya masyarakat madani berikut organisasi di
dalamnya. Kajian dan penelitian semacam ini sangat penting agar kita dapat dengan
segera melakukan proses recovery dan penataan kembali setelah munculnya
kesempatan karena jatuhnya rezim otoriter.
Azra Azyumardi. 2000. Menuju Masyarakat Madani (Gagasan, fakta, danTantangan). Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Din Syamsuddin, 1999, Etika Agama dalam membangun Masyarakat Madani, Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Hikam Muhammad, AS. 1999. Islam, Demokratisasi, dan Pemberdayaan Civil Society. Penerbit
Erlangga, Jakarta
Rahardjo,M. Dawam, 1996, Masyarakat Madani: Agama , Kelas Menengah dan Perubahan Sosial,
Jakarta.:LP3ES, 1999.cet. ke.1.…………………...1996, Agama dan Masyarakat Madani, dalam Seri
Dialog kebudayaan