You are on page 1of 13

TUGAS BERPIKIR SISTEMATIS

SYSTEM DENGAN EMERGING PROPERTIES

DEFINISI DARI BEPIKIR SISTEMATIS

OLEH:

BUDI ASTIKA

MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM WM 64

PPM SCHOOL OF MANAGEMENT

2010
System with emerging properties

1. Emerging properties: menyala dan dapat dioprasikan


System: komputer
Element: RAM, procesor, mother board, driver, power suply, monitor, kabel,listrik

2. Emerging properties: baling-baling berputar


System: kipas angin
Element: dinamo, kabel, listrik, baling-baling

3. Emerging properties: menyala dan dapat digunakan untuk berkomunikasi


System: Handphone
Element: LCD, baterai, kartu SIM, speaker, antena penangkap signal, pulsa
Cara Berfikir Sistem dan Penerapannya dalam Analisa Persoalan Sosial

Di awal millenium ini dunia sedang menghadapi beberapa persoalan besar yang saling terkait satu sama
lain dalam satu jalinan permasalahan yang kompleks. Persoalan-persoalan tersebut tidak dapat
diselesaikan hanya dengan mengandalkan satu bidang keahlian saja, tanpa mengubah secara mendasar
cara kita memandang persoalan tersebut. Cara berpikir sistem adalah salah satu pendekatan yang dapat
digunakan untuk memandang persoalan secara lebih holistik.

Latar Belakang

Setelah dua ribu tahun yang tercatat dalam penanggalan, dunia ini telah mengalami perubahan besar di
segala bidang kehidupan. Kemajuan teknologi secara signifikan telah menjadikan dunia terhubung dalam
suatu jaringan informasi yang memungkinkan orang berkomunikasi dengan orang di belahan dunia yang
lain dalam hitungan detik, memberikan pemahaman bahwa bumi hanyalah setiik air di tengah lautan
tata surya yang maha luas, memungkinkan orang tahu bahwa di dalam segenggam tanah di hutan tropis
Amazon terkandung beraneka ragam spesies bakteri yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada
populasi seluruh umat manusia di dunia ini.

Kemajuan ini bukannya tidak berdampak. Kemiskinan sebagai ekspresi dari kesenjangan dan
ketidakadilan sosial dan kerusakan lingkungan besar-besaran adalah salah satu potret umum yang
terjadi di negara-negara yang melakukan pembangunan. Setelah melakukan pembangunan dengan
sukses yang tampak dalam GNP dan GDP, ternyata pembangunan menyisakan berbagai persoalan
seperti hutang luar negeri yang tak terbayar, kerusakan hutan, berkurangnya sumber daya alam yang tak
dapat diperbaharui, berkurangnya kualitas sumber daya alam yang dapat diperbaharui, meningkatnya
kesenjangan sosial, meningkatnya kemiskinan, pelanggaran HAM, perang, dan akumulasi kapital dunia
ke tangan perusahaan-perusahaan multinasional yang tak terjangkau oleh hukum negara.

Ilmu pengetahuan modern telah memecah persoalan-persoalan dunia ini menjadi bagian-bagian kecil,
misalnya berdasarkan sektor. Masalah ekonomi dipecahkan oleh ekonom, masalah politik dipecahkan
oleh politikus. Masalah lingkungan dipecahkan oleh para ahli Ekologi. Pendekatan ini disebut
pendekatan reduksionis.. Padahal semua persoalan ini bukanlah persoalan yang berbeda-beda,
melainkan hanyalah sisi-sisi yang berbeda dari bangunan yang sama, realitas dunia ini. Persoalan ini
berhubungan satu dengan yang lain dalam satu jaring-jaring permasalahan yang kompleks. Apa yang
diputuskan oleh sekelompok elite di sidang PBB akan berpengaruh terhadap kehidupan para petani di
Banglades dan sebaliknya. Keputusan untuk berhenti bertani yang dilakukan oleh salah seorang petani di
pelosok Irian akan berpengaruh pada persediaan pangan dunia.

Dunia sedang mencari bentuknya. Dunia sedang berevolusi ke satu tingkat peradaban baru yang lebih
berkualitas daripada tingkat peradaban sebelumnya. Hal ini berarti harus ada penyelesaian terhadap
persoalan-persoalan umum dunia seperti ketidakadilan sosial, kemiskinan dan kerusakan lingkungan
tadi. Dengan paradigma yang lama, yakni pendekatan reduksionis, permasalahan-permasalahan tadi
tidak mungkin terselesaikan.
Dibutuhkan sebuah paradigma baru mengenai cara manusia memandang persolan dunia ini yang akan
menentukan langkah-langkah penyelesaian yang akan diambil. Hal itu dapat terjadi jika segenap umat
manusia bekerja-sama ke arah perubahan itu.

Cara berpikir sistem adalah salah satu pendekatan yang diperlukan agar manusia dapat memandang
persoalan-persoalan dunia ini dengan lebih menyeluruh dan dengan demikian pengambilan keputusan
dan pilihan aksi dapat dibuat lebih terarah kepada sumber-sumber persoalan yang akan mengubah
sistem secara efektif.

Pendekatan Sistem

Sistem adalah sekumpulan elemen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dan membentuk fungsi
tertentu. Sistem dikelompokkan menjadi dua yaitu sistem statis yang tidak berubah terhadap waktu dan
sistem dinamis yang sellau berubah dengan berubahnya waktu.

Ilmu pengetahuan modern telah mencapai kemajuannya dengan memecah-mecah sistem menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil dan mempelajari secara mendalam masing-masing bagian itu.
Pendekatan ini tidak berlaku untuk sistem. Sebuah sistem adalah lebih daripada bila seluruh
komponennya dijumlahkan. Dan sistem akan bekerja bila seluruh komponennya terletak dan terhubung
pada tempatnya.

Termasuk di dalam cara berpikir sistem adalah kemampuan untuk melihat melalui lensa yang berbeda.
Lensa-lensa tersebut adalah time horizon (rentang waktu) dan space horizon (rentang tempat).

Pemilihan lensa akan mempengaruhi isu yang diangkat dan cara penanganan masalah. Misalnya masalah
banjir di Jakarta. Perspektif waktu beberapa minggu akan menyebabkan orang memandag banjir sebagai
persoalan yang memerlukan evakuasi bagi para korban dan pembangunan tanggul darurat. Perspektif
waktu 5 sampai 10 tahun menempatkan banjir sebagai isu kebutuhan pembangunan bendungan baru.
Perspektif 30 tahun menempatkan banjir sebagai dampak dari kebijakan tata ruang yang salah. Dalam
interval 100 tahun, banjir dapat disadari sebagai dinamika pergeseran aliran sungai dan isu yang
diangkat adalah kebijakan tata ruang yang disesuaikan dengan dinamika tersebut.

Keseluruhan pengertian dari fenomena banjir tidak berasal dari satu perspektif saja. Dengan kata lain,
tidak ada satu pun lensa yang hanya benar sendiri.

Dalam kurun waktu yang lebih panjang, banjir dapat dilihat sebagai salah satu bagian dari fenomena
perubahan dunia yang konstan dan bagaimana banjir di sungai Gangga India dapat mempengaruhi pasar
pangan global.

Para pemikir sistem mengubah tingkat perhatian (level of perspective) mereka dari masalah kepada
sistem yang memuat masalah tersebut. Tingkat ini dapat mencakup paradigma, data, perilaku, struktur
sebab akibat (cause-and-effect structure), kebijakan, maupun institusi dan budaya. Pada setiap tingkat
diperlukan pemahaman tersendiri akan sistem yang dimaksud.
Hal-hal yang perlu dipahami

Beberapa nilai yang terkandung dalam cara berpikir sistem :

1. Menghargai bagaimana model mental mempengaruhi cara pandang kita

2. Mengubah perspektif untuk melihat leverage point baru

3. Melihat pada kesalingtergantungan (interdependencies)

4. Merasakan dan menghargai kepentingan jangka panjang dan lingkungan

5. Memperkirakan yang biasanya tidak diperkirakan

6. Berfokus pada struktur yang membangun dan menyebabkan perilaku sistem

7. Menyadari bagian yang tersulit tanpa tendensi untuk menyelesaikannya dengan tergesa-gesa

8. Mencari pengalaman

9. Menggunakan bahasa pola dasar dan analogi untuk mengantisipasi perilaku dan kecenderungan
untuk berubah.

Ada tiga bentuk representasi yang membantu menjelaskan perilaku sistem:

• Data dalam urutan waktu (time series data): Data ini adalah data perilaku riil sistem yang terjadi pada
saat tertentu, misalnya tinggi air di sungai ketika banjir pada saat tertentu. Ini adalah cara paling
sederhana untuk mengamati sistem.

• Diagram modus referensi (Reference Mode Diagram): Ini menggambarkan gerakan dari 3 atau 4
variable kunci yang saling berhubungan (sebuah pola perilaku) pada sistem selama jangka waktu
tertentu. Diagram ini didasarkan pada rentang waktu yang cukup untuk melihat struktur yang
membentuk perilaku.

• Diagram struktural (Structural Diagram): Diagram struktural adalah jaringan hubungan sebab-akibat
(cause-and-effect relationships) yang menentukan perilaku sistem. Diagram struktural ini terdiri atas link
dan loop yang membentuk pola hubungan sebab akibat. Link adalah hubungan antara dua variabel di
dalam sistem. Disebut positif apabila penambahan pada satu variable menyebabkan penambahan juga
pada variable yang lain. Loop adalah satu lingkaran sebab akibat yang terdapat di dalam sistem. Loop
disebut positif apabila penambahan pada satu variabel menyebabkan penambahan pada sistem
tersebut secara global. Sebuah sistem dapat terdiri atas banyak loop. Sebuah loop yang dominan
mempengaruhi perilaku sistem disebut dominant loop.
Contoh :

Hubungan antara populasi dan kelahiran adalah sebuah link positif. Semakin banyak populasi akan
menyebabkan semakin banyak kelahiran. Hubungan antara kelahiran dan populasi adalah sebuah link
yang juga positif. Semakin banyak kelahiran akan menyebabkan semakin banyak populasi. Kedua link
positif ini akan membentuk loop positif. Artinya penambahan pada salah satu variabel, baik populasi
maupun kelahiran akan menyebabkan penambahan terus menerus pada dua variabel tersebut.

Hubungan antara populasi dengan kematian adalah sebuah link positif. Semakin banyak populasi akan
menyebabkan orang yang ami semakin banyak. Sebaliknya hubungan antara kematian dengan populasi
adalah link negatif. Semakin banyak kematian maka jumlah populasi akan semakin menurun. Hubungan
keseluruhan antara populasi dengan kematian membentuk loop negatif.

Studi kasus

Kasus berikut ini adalah persoalan yang dihadapi oleh para petani di sebuah desa di Bogor. Penduduk
desa tersebut rata-rata memiliki lebih dari dua anak meskipun banyak ibu mengaku mengikuti program
KB.

Sebagian besar penduduk desa tersebut buta huruf dan sedikit di antaranya pernah sekolah meskipun
tidak tamat sekolah dasar. Sebagian dari mereka tingkat keinginan sekolahnya rendah sementara
sisanya yang berkeinginan kuat terbentur masalah biaya.

Mata pencaharian utama mereka adalah bertani. Selama dua puluh tahun terakhir pola budidaya yang
dominan berlangsung di desa tersebut adalah pola revolusi hijau, tampak dari cirinya yang intensif
menggunakan pupuk kimia dan pestisida. Saat ini para petani mengeluh harga pupuk dan benih
bertambah tinggi, sementara harga jual produk di tingkat petani sangat rendah. Ditambah lagi dengan
hama tanaman yang makin parah, kualitas benih yang terus menurun dan kualitas tanah yang makin
tidak subur.

Selain bertani penduduk juga mencari penghasilan tambahan di kota, misalnya dengan menjadi buruh
atau berjualan kecil-kecilan dalam skala yang sangat kecil. Manajemen keuangan mereka masih sangat
lemah terbukti dengan bercampurnya uang untuk kebutuhan usaha dengan uang untuk kebutuhan
sehari-hari. Ini juga disebabkan oleh modal dan penghasilan yang mereka peroleh sangat kecil.

Dalam sepuluh tahun terakhir tingkat kepemilikan tanah para petani terus menurun seiring dengan
tumbuhnya real-estate mewah di sekitar desa tersebut. Di tambah lagi desa tersebut terletak perbukitan
yang sangat cocok untuk membangun kuburan Cina. Saat ini rata-rata penduduk memiliki kurang dari
seperempat hektar.

Para pemuda di desa tersebut sebagian besar adalah penganggur yang menggantungkan hidupnya pada
orang tua mereka atau pada pekerjaan-pekerjaan sesaat seperti menjadi tukang bangunan, kuli angkut,
pedagang dan buruh pabrik musiman. Sebagian lagi hidup dalam sulitnya hidup sebagai preman dan
tukang palag, menghabiskan waktu untuk minum dan judi.
Gadis-gadis desa itu terjebak pada ritual hidup mulai dari anak-anak menjadi kemudian menunggu
seseorang untuk menikahinya. Sebagian dari mereka terjebak pada masalah kawin cerai dalam usia
muda. Suami mereka menikah dengan orang lain, meninggalkannya bersama anak-anak mereka yang
masih kecil.

Penduduk desa tersebut menganut agama Islam yang taat dan sangat tunduk kepada para kiyai. Tiga kali
seminggu ibu-ibu mengikuti acara pengajian di rumah-rumahanggota kelompok secara bergantian. Naik
haji adalah suatu prestise tersendiri dan dianggap lebih penting ketimbang penggunaan uang untuk
keperluan lain. Syukuran adalah budaya yang dilakukan setiap ada peringatan hari-hari yang dianggap
penting, misalnya perkawinan, kelahran, sunatan, serta berbagai peringatan hari raya agama.
Pengeluaran untuk sosial penduduk desa ini seringkali lebih besar daripada pengeluaran pribadi mereka.

Bagaimana anda memandang masalah desa tersebut dengan pendekatan sistem ?

Apa usulan anda untuk penyelesaian masalah tersebut ?

disadur dr file bid hikmah dan advokasi

PP IRM Jakarta

(masmul)

Sumber: http://chengxplore.blogspot.com/2008/07/cara-berfikir-sistem-dan-penerapannya.html
Berfikir Sistem

Sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk
mencapai tujuan (Mc Leod).

Salah satu gambar contoh pada sekelompok elemen2, seperti berikut :

Beberapa gambar onggokan sepeda yang telah dipisah2 guna memberikan contoh suatu
kelompok atau bagian2 yang membutuhkan kerjasama atau hubungan untuk dapat difungsikan.
Dengan sade saja, hanya dapat diduduki saja. Dengan roda satu saja, hanya dapat didorong2 saja.
Dengan pegangan saja, hanya dapat dipegang2 saja. Artinya suatu bagian/ komponen/ elemen
yang masih terpisah tanpa hubungan dan kerjasama, maka belum bisa berarti/ berfungsi apa2.

Coba bandingkan gambar berikut :

Gambar ini mengajak kita berfikir bahwa ternyata dari beberapa onggokan2 onderdil sepeda
yang disatukan akan menimbulkan keterkaitan, hubungan dan kerjasama untuk dapat dinaiki
sambil diroda bergerak dengan rodanya sehingga dapat diarahkan melalui pegangannya untuk
menuju kemana saja yang dituju. Ini adalah salah satu contoh berfikir sistem.

Cara berfikir sistem, bukan menguraikan masalah kompleks menjadi lebih sederhana, tetapi
melihat dari jarak yang lebih jauh sehingga keterkaitan yang kompleks di antara subsistem tetap
terlihat.

Banyak orang yang sangat fasih mengatakan sistem, tapi bagaimana sih itu wujudnya ? Prof Hari
K berkata, sistem ada di dunia nyata, sehingga harus ditemukan, dirancang dan dimanipulasi,
hanya ada di dalam pikiran dan merupakan konstruksi mental untuk didialogkan.

Manfaat berfikir sistem menurut beliau, yaitu dapat memberi pemahaman atas keterkaitan
elemen-elemen yang mempengaruhi kinerja organisasi, menjadi bahasa bersama untuk dialog
tentang struktur dan proses sistem, memetakan apa yang dipahami bersama

Sumber : http://sudarianto.blogspot.com/2008/12/berfikir-sistem.html
Berpikir Serba-sistem dan Berpikir Strategik

March 26, 2008 By sapto

Oleh: Dr. M. Shohibul Iman

Kita sering mendengar istilah yang mirip, tapi sesungguhnya berbeda makna, yakni Systematic thinking
(berpikir sistematik), Systemic thingking (berpikir sistemik), dan Systems thinking (berpikir serba-sistem).
Semua istilah itu berakar dari kata yang sama “sistem” dan “berpikir”, namun menunjukkan konotasi
yang berbeda, karena itu memiliki tujuan yang berbeda pula.

Konsep sistem setidaknya menyangkut pengertian adanya elemen atau unsur yang membentuk
kesatuan, lalu ada atribut yang mengikat mereka, yaitu tujuan bersama. Karena itu, setiap elemen
berhubungan satu sama lain (relasi) berdasarkan suatu aturan main yang disepakati bersama. Kesatuan
antar elemen (sistem) itu memiliki batas (boundary) yang memisahkan dan membedakannya dari sistem
lain di sekitarnya.

Perbedaan di antara ketiga istilah tersebut bisa ditelusuri lebih lanjut. Berpikir sistematik, artinya
memikirkan segala sesuatu berdasarkan kerangka metode tertentu, ada urutan dan proses pengambilan
keputusan. Di sini diperlukan ketaatan dan kedisiplinan terhadap proses dan metoda yang hendak
dipakai. Metoda berpikir yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda, namun semuanya
dapat dipertanggungjawabkan karena sesuai dengan proses yang diakui luas.

Berpikir sistemik, maknanya mencari dan melihat segala sesuatu memiliki pola keteraturan dan bekerja
sebagai sebuah sistem. Misalnya, bila kita melihat otak, maka akan terbayangkan sistem syarat dalam
tubuh manusia atau hewan. Bila kita melihat jantung akan terbayangkan sistem peredaran darah di
seluruh tubuh. Bila kita melihat koperasi, unit usaha kecil dan menengah (UKM), Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), dan konglomerat, maka kita memandangf sistem perekonomian nasional.

Sementara itu berpikir serba-sistem adalah menyadari bahwa segala sesuatu berinteraksi dengan
perkara lain di sekelilingnya, meskipun secara formal-prosedural mungkin tidak terkait langsung atau
secara spasial berada di luar lingkungan tertentu. Systems thinking lebih menekankan pada kesadaran
bahwa segala sesuatu berhubungan dalam satu rangkaian sistem. Cara berpikir seperti berseberangan
dengan berpikir fragmented-linear-cartesian. Berpikir serba-sistem mengkombinasikan antara analytical
thinking (kemampuan mengurai elemen-elemen suatu masalah) dengan synthetical thinking
(memadukan elemen-elemen tersebut menjadi kesatuan).

Kita harus memahami dan akhirnya memadukan dua kemampuan dasar ini: melakukan Analisis dan
Synthesis. Analisis adalah alat untuk memahami elemen-elemen suatu permasalahan. Misalnya,
mengapa terjadi banjir dan longsor di suatu daerah? Maka, kita perlu meneliti: saluran air, kondisi
tanah, aliran sungai, kondisi gunung atau hutan di hulu, dan curah hujan yang terjadi.
Setelah itu, kita melakukan sintesis, yakni proses untuk memahami bagaimana elemen-elemen itu
berfungsi secara bersama-sama. Di sini kita dituntut memahami elemen-elemen tersebut secara
mendasar sebelum memadukannya. Kita bisa melihat hubungan yang jelas antara curah hujan yang
tinggi dengan kondisi hutan atau gunung yang gundul, lalu menyebabkan aliran sungai yang sangat deras
dan akhirnya menyembur ke daerah tertentu. Kondisi makin parah, apabila saluran air di daerah sangat
buruk, sehingga tak bisa menampung aliran air yang melimpah (banjir) dan kondisi tanah yang rawan
hingga menyebabkan longsor.

Dalam interaksi antar elemen itu kita memahami bahwa segala hal merupakan bagian dari suatu sistem,
dengan kata lain segala hal berinteraksi satu sama lain. Tak ada suatu perkara di atas muka bumi ini yang
berdiri sendiri, sebab semuanya saling terkait. Memahami proses interaksi ini sulit karena selain banyak
ragamnya, juga terkadang tidak tampak kasat mata, dan satu sama lain saling mempengaruhi, sehingga
tak jelas faktor mana yang lebih dulu muncul.

Kita perlu Pola dari interaksi antar elemen dalam suatu Sistem. Untuk memahami bekerjanya suatu
sistem akan lebih mudah pada tingkat POLA, bukan pada DETAILNYA. Jika kita ingin memahami hutan,
maka kita pandang secara keseluruhan, bukan mengamati pohonnya satu per satu. Berpikir serba-sistem
adalah cara agar kita menemukan POLA secara sadar dan proaktif.

Dalam satu persoalan yang kompleks, kita membutuhkan cara berpikir sistemik yang berbeda dengan
cara konvensional. Ada dua langkah dalam menerapkan berpikir sistemik. Pertama, kita mendaftar dan
menemukan elemen-elemen permasalahan yang ada. Kedua, menemukan tema atau pola umumnya.
Hal ini berbeda jauh dengan mereka yang menerapkan berpikir non-sistemik, sebab mereka mungkin
menemukan dan mendaftar sejumlah elemen permasalahan, tapi kemudian memilih elemen tertentu
untuk menjadi fokus perhatian. Dalam hal itu, mereka mengabaikan elemen lain yang dipandang tak
berpengaruh, padahal mungkin saja justru paling menentukan pola yang berkembang di dalam sistem.

Systems thinking sedikit berbeda systemic thinking. Berpikir sistemik lebih menekankan pada pencarian
pola-hubungan (Pattern), maka berpikir serba-sistem lebih menekankan pada pemahaman bagaimana
(How) elemen-elemen itu berhubungan. Dengan pemahaman How tersebut, maka kita dapat
menemukan elemen mana yang memiliki pengaruh vital dan solusi yang komprehensif, sehingga tidak
menimbulkan masalah baru.

–Cara berpikir serba-sistem juga akan membentuk sikap yang sistemik dalam merespon permasalahan
(systemic attitude), yakni suatu pola perilaku yang tidak menabrak aturan main (rule of game) yang
sudah disepakati dalam satu sistem tertentu. Sebuah aturan yang ditetapkan dalam sistem memang
bersifat membatasi ruang gerak (self constraining), namun pada saat yang sama memampukan (self
enabling) setiap elemen untuk bekerja sesuai fungsinya dan berinteraksi dengan elemen lain. Jika tak
ada batasan fungsi yang jelas, maka setiap elemen itu akan saling bertabrakan dan malah berpotensi
menghancurkan sistem secara keseluruhan. Di sinilah pentingnya, berpikir dan bertindak serba-sistem
demi menjaga kesinambungan sistem sendiri. Pengubahan aturan main dimungkinkan dan dapat
diperjuangkan melalui cara-cara legal-rasional, sehingga sistem itu tumbuh semakin sehat dan matang.
Dalam kaitan dengan berpikir serba-sistem, seorang kader pemimpin juga perlu mengembangkan cara
berpikir strategis (strategic thinking). Strategi biasa dipahami sebagai cara seorang jenderal
memenangkan sebuah perang (war), yang mungkin saja terdiri dari rangkaian pertempuran (battle) dan
serangan fisik (attack). Seorang jenderal harus memiliki wawasan yang luas dan pandangan jauh ke
depan, sehingga tidak terjebak pada pertempuran kecil atau serang lawan yang datang silih berganti.

Dalam dunia bisnis, pemikiran sang jenderal itu kembangkan menjadi manajemen strategis (strategic
management), yang pada intinya bermakna kewaspadaan tingkat tinggi terhadap perubahan yang
terjadi di lingkungan sekitar (alert to the environment). Dari dinamika lingkungan dan perkiraan akan
kondisi yang terjadi, maka disusun perencanaan strategis (strategic planning).

Saat ini, kita menyaksikan semua orang sepakat bahwa perubahan telah menjadi keniscayaan (change
became the rule). Mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan zaman justru akan
dilindas zaman (change or die). Sebagaimana berpikir serba-sistem, maka berpikir strategik pun menjadi
prasyarat mutlak bagi seorang calon pemimpin, sebab dengan landasan itu dia akan mengetahui mana
tujuan dan mana alat, serta tidak terjebak pada hal-hal yang remeh temeh. Orang besar akan
mengambil keputusan besar yang menentukan arah sebuah bangsa besar seperti Indonesia ini.

*) Anggota Dewan Penasihat PPSDMS Nurul Fikri. Disarikan dari ceramah yang disampaikan dalam
Pendidikan Kepemimpinan Nasional (PKN) ke-2, PPSDMS Nurul Fikri di Jakarta, 2-7 September 2007.

Sumber: http://ppsdms.org/berpikir-serba-sistem-dan-berpikir-strategik.htm
Tanggapan dan komentar atas paparan teori di atas.

Berpikir sistem sebagai sebuah sistem

Menurut saya pribadi, proses berpikir itu sendiri adalah sebuah sistem dimana terdapat elemen-
elemen yang bersatu untuk mencapai suatu tujuan, pemecahan masalah misalnya. Berpikir logis
mengaitkan fakta-fakta yang ada sehingga menghasilkan suatu dinamika keterkaitan antar fakta
tersebut. Dari situ, dapat diperoleh akar permasalahan, misalnya. Teori-teori di atas sangat menjelaskan
logika berpikir supaya sistematik. Hal ini berarti bahwa setiap kejadian atau apa pun itu, adalah sebuah
sistem yang dapat dimengerti hubungan sebab-akibatnya. Oleh karena itu, suatu gejala dapat diuraikan
berdasarkan urutan terjadinya.

Berpikir sistem sangat diperlukan dalam kehidupan kita. Setiap manusia tentu saja memiliki
masalah yang harus dipecahkan. Mulai dari masalah yang skala besar maupun masalah dalam skala yang
kecil. Berpikir sistemik, maknanya mencari dan melihat segala sesuatu memiliki pola keteraturan dan
bekerja sebagai sebuah sistem. Misalnya, bila kita melihat otak, maka akan terbayangkan sistem syarat
dalam tubuh manusia atau hewan. Bila kita melihat jantung akan terbayangkan sistem peredaran darah
di seluruh tubuh. Bila kita melihat koperasi, unit usaha kecil dan menengah (UKM), Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), dan konglomerat, maka kita memandangf sistem perekonomian nasional.

You might also like