You are on page 1of 21

HALAMAN PENGESAHAN

Gorontalo,…Juni 2010 Kaprodi TITL

Guru Pembimbing,

Ramlan Ahmad Harun S.Pd Arjan Masuara S.Pd

NIP.19660712 200312 1 003 NIP. 19700812 200312 1 005

Mengetahui,

Kepala SMK N 3 Gorontalo

Drs.AMIR KUNUTI

NIP. 19571101 198603 1 019

Laporan ini telah diperiksa, disahkan dan disetujui untuk memenuhi salah

satu syarat menempuh Ujian Nasional SMK N 3 Gorontalo Tahun Pembelajaran

2010 / 2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua, sehingga saya dapat
melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di PT PLN (Persero) Sub Ranting
Atinggola dan menyelesaikan pembuatan laporan ini tanpa suatu halangan
apapun.
Laporan Praktek Kerja Industri ini saya susun sebagai syarat untuk
mengikuti Ujian Nasional SMK Negeri 3 Gorontalo pada tahun pembelajaran
2010 / 2011.
Bahwasanya dalam mambuat Laporan Praktik Kerja Industri ini tidak lepas
dari beberapa pihak yang telah banyak membantu saya dalam pembuatan laporan
ini. Untuk itu saya menyampaikan ucapan terima kasih saya kepada :
1. Bapak Drs. Amir Kunuti, selaku Kepala SMK N 3 Gorontalo yang telah
memberi kesempatan kepada saya untuk melaksanakan Prakerin.
2. Bapak Alfons E. Salindeho, selaku Manager PT PLN (persero) Sub
Ranting Atinggola yang telah mengijinkan saya untuk melaksanakan
Prakerin di PT PLN (persero) Sub Ranting Atinggola.
3. Bapak Arjan Masuara S.Pd, selaku Kepala Program Keahlian (kaprodi)
Jursan Teknik Instalasi Tenaga listrik (TITL) di SMK N 3 Gorontalo.
4. Bapak Hendra Abas, selaku Pembimbing di Industri yang telah membantu
saya dalam melaksanakan Prakerin di dunia industri.
5. Bapak Drs. Sufarno Maskowa selaku Pembimbing PRAKERIN di
Sekolah.
Sebagai realisasi, saran dan anjuran beliau, saya dengan segenap daya
upaya, berusaha untuk menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi saya dan para pembaca.
Gorontalo, …November 2010
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 DASAR PELAKSANAN

Dalam pelaksanaan Magang Kerja Industri ( PRAKERIN ) ini di dasarkan atas beberapa
kebijakan Pemerintah :

 Kebijakan Pemerintah yang tertera dalam GBHN Tahun 1984 tentang Pendidikan yang
dijabarkan dalam tujuan Pendidikan Nasional yang diperkuat UUD No.2 Tahun 1988.
 Keputusan MenDikBut RI No.0490/II/1993 Tentang DIKMENJUR.
 Surat keputusan MenDikBut RI No.080/II/1993 Tentang Kurikulum SMK.
 Sesuai dengan petunjuk pelaksaan PRAKERIN dan direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan 1997 No.64388 siswa SMK harus mengikuti PRAKERIN pada semester IV.
 Pelaksanan Kalender Pendidikan Tahun Pelajaran 2009/2010
 Program Kerja SMK Negeri 3 Gorontalo Tahun Pelajaran 2009/2010

1.2. TUJUAN

1.Peserta Diklat

 Meningkatkan pengalaman siswa bagaimana Organisasi Usaha Manajemen Usaha dan


Asosiasi Usaha pada DUDI.
 Memberi kesempatan kepada peserta Diklat untuk memasyarakatkan diri pada suasana
atau iklim lingkungan kerja.
 Meningkatkan, memperluas dan memantapkan kemampuan peserta Diklat untuk
memasuki Dunia Usaha dan Dunia Industri.

2.Bagi Sekolah Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI)

 Meningkatakn, memperluas dan memantapkan proses penerapan Teknologi dari


Lapangan DU/DI.
 Memberikan peluang pada siswa tamatan SMK untuk langsung terjun kepada masyarakat
dengan mandiri.

1
1.3. MANFAAT

1. Peserta Diklat

 Dapat meningkatkan serta memperluas wawasan dalam Dunia Kerja Industri.


 Dapat melatih diri untuk disiplin dan tanggung jawab.
 Menciptakan kreatif dan inisiatif peserta Diklat dalam Dunia Industri.

2. Bagi Sekolah dan Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI)

 Dapat meningkatkan, memperluas dan memantapkan proses penerapan Teknologi dari


Lapangan Kerja dan Industri.
 Dapat meningkatkan kerja sama yang baik dengan DU/DI.

BAB II
ORIENTASI KEGIATAN PRAKERIN

2.1. SEJARAH BEDIRINYA INDUSTRI / DUDI


2.1.1 Sejarah Berdirinya PT. PLN Persero
Kelistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke 19,pada saat beberapa perusahaan
Belanda, antara lain pabrik gula dan pabrik the mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk
keperluan sendiri. Kelistrikan untuk kemanfaatan umum mulai pada saat perusahaan swasta
Belanda yaitu NV. NIGEM yang semula bergerak di bidang gas memperluas usahanya di bidang
listrik untuk kemanfaatan umum. Pada tahun 1927 pemerintah Belanda membentuk S’LANDS
WATER KRACH BEDRIJVEN(LWB )yaitu perusahaan listrik Negara yang mengelola PLTA
Plengan, PLTA Bengkok Dago,PLTA Ubrung dan kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan di
Madium, PLTA Tes diBengkulu, PLTA Konsealama di Sulawesi Utara, dan PLTU di Jakarta.
Selain itu,dibeberapa kotapraja di bentuk perusahaan-perusahaan listrik kotopraja.

Dengan menyerahkan pemerintah Belanda kepada jepang dalam perang dunia II maka
Indonesia dikuasai jepang. Oleh karena itu, perusahaan listrik dan gas yang diambil alih oleh
jepang dan semua personil dalam peusahaan listrik tersebut diambil alih oleh orang-orang
Jepang. Dengan jatuhnya Jepang ke tangan sekutu dan diproklamasikan kemerdekaan RI pada
tanggal 17 Agustus 1945,maka kesempatan yang baik ini di manfaatkan oleh pemuda dan buruh

2
listrik dan gas untuk mengambil alih perusahaan- perusahaan listrik dan gas yang dikuasai
Jepang.

Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan kekuasaan Jepang kemudian
pada September 1945 Delegasi dari buruh / pegawai listrik dan gas yang diketuai oleh Kobarsjhi
menghadap pimpinan KNI Pusat yang pada waktu itu diketahui oleh Mr. Kasman Singodimedjo
untuk melaporkan hasil perjuangan mereka. Selanjutnya delegasi Kobarsjhi bersama-sama
dengan pimpinan KNI Pusat menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-
perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah RI. Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden
Soekarno dan kemudian dengan penetapan pemerintah tahun 1945 No. 1 tertanggal 27 oktober
1945,maka dibentuklah jawatan listrik dan gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan
Tenaga.

Dengan adanya Agresi Belanda I dan II sebagian besar perusahaan-perusahaan listrik


dikuasai kembali oleh pemerintah Belanda. Pegawai-pegawai yang tidak mau bekerjasama
kemudian mengungsi dan menggabungkan diri pada kantor-kantor jawatan lisrik dan gas di
daerah-daerah RI yang bukan daerah pendudukan Belanda untuk meneruskan perjuangan. Para
pemuda kemudian mengajukan Mosi yang dikenal dengan Mosi Kobarsjih tentang Nasionalisasi
perusahaan listrik dan gas swasta kepada parlemen RI. Selanjutnya dikeluarkan keputusan
presiden RI No. 163 tanggal 3 Oktober 1953 tentang Nasionalisasi perusahaan listrik milik
bangsa asing di Indonesia jika waktu konsesinya habis.

Sejalan dengan meningkatnya perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan Irian


jaya dari cengkeraman penjajahan Belanda, maka dikeluarkan undang-undang No.86 tahun 1958
tanggal 27 desember 1958 tentang nasionalisasi disemua perusahaan Belanda, dan peraturan
pemerintah No. 86 tahun 1958 tanggal 27 desember 1958 tentang nasionalisasi di semua
perusahaan Belanda, dan peraturan pemerintah No.18 tahun 1958 tentang Nasionalisasi
perusahaan listrik dan gas milik Belanda. Dengan adanya undang-undang tersebut, maka seluruh
perusahaan listrik Belanda berada di tangan bangsa Indonesia.

Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia mengalami pasang surut sejalan dengan pasang


surutnya perjuaangan bangsa. Tanggal 27 Oktober 1945 kemudian dikenal sebagai Hari Listrik
Dan Gas. Hari tersebut telah diperingati untuk pertamakali pada tanggal 27 Oktober 1946
bertempat di Gedung Badan Pekerja Komite Nasional Pusat ( BPKNIP ) Yogyakarta. Penepatan
secara resmi tanggal 27 Oktober 1945 sebagai Hari Listrik dan Gas berdasarkan keputusan
Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No. No.20 tahun 1960. Namun kemudian

3
berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listirk No. 235/KPTS/1975
TANGGAL 30 September 1975 peringatan hari listrik dan gas digabung dengan hari kebaktian
Pekerjaan Umum Tenaga Listrik yang jatuh pada tanggal 3 Desember. Mengingat pentingnya
semangat dan nilai-nilai hari listrik. Maka berdasarkan keputusan Menteri Pertambangan Dan
Energi No.1134.K/43.PE/1992 tanggal 31 Agustus 1992 ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai
Hari Listrik Nasional.
kerjasama ini maka terjadi kekompakan antara pimpinan dan bawahan. Dan hal demikian
sering terjadi.

Dalam menjalankan tugasnya seorang karyawan tentu tidak dapat menjalankan tugas
tanpa adanya kerja sama atau kekompakan antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena
itu,setiap karyawan harus mampu bekerja sama dengan yang lainnya. Dengan demikian
walaupun masih terdapat hal yang tidak di inginkan pada karyaawan seperti disiplin waktu
ataupun tanggung jawab akan tetapi antara pimpinan,karyawan dan karyawati masih memiliki
hubungan kerja sama atau kekompakan antara satu dengan yang lainnya. Hubungan kerja sama
adalah merupakan satu hal yang sangat penting bagi mereka.
2.1.2 Sejarah Singkat PLN Wilayah VII SULUTTENGGO

Berdirinya kantor PLN Wilayah VII Suluttenggo yaitu pada tanggal 27 desember
1941,dimana perusahaan masih milik belanda dengan KEPRES No.163/1953 yang terdiri dari :
A. ANIM
B. OEEM
C. EBALON
Khusus daerah gorontalo yaitu EBALON (ELETRIK BAT LOMBOK) yang berdiri pada
tahun 1930. dimana kantor PLN pada waktu itu masih berbadan swasta,kemudian pada tanggal
10 desember 1957,Kantor PLN dilakukan dengan Undang-Undang Nasionalisme dengan
No.1567/1958 dan PP No.18/1959 menjadi PLN yang berpusat di Jakarta,yang terdiri dari :
a. Perusahaan milik Negara
b. Perusahaan yang dinasionalisasikan
PLN Wilayah VII Suluttenggo Cabang Gorontalo ini adalah salah satu Unit dari PLN Exploitasi
V manado,kemudian muncul lagi PP no.18/1972 tertanggal 3 juni 1972 ditangani oleh
Departemen PUTC.
Pada tahun 1977 ditangani langsung oleh Departemen pertambangan dan energi,pada waktu
PLN dirubah menjadi PLN Wilayah VII Manado dan PLN Wilayah VII Cabang Gorontalo
adalah salah satu Unit PLN Wilayah manado yang meliputi:
a. Wilayah VII meliputi Sulawesi Utara dan Tengah
b. Cabang Gorontalo meliputi wilayah kerja kota dan kab Gorontalo.
4
Dilihat dari situasi dan kondisi kegiatan maka daerah Gorontalo sudah dapat memenuhi
syarat untuk berdiri sendiri sebagai kantor pelayanan kepentingan masyarakat yang bergerak di
bidang jasa. Adapun PLN wilayah VII Suluttenggo sudah 10 kali mengalami pergantian
pimpinan

2.1.3 Sejarah Singkat PLN (persero) Sub Ranting Atinggola

PT. PLN ( Persero ) Sub Ranting Atinggola merupakan perusahaan Negara yang bergerak
dalam bidang kelistrikan. Perusahaan ini didirikan guna demi kesejahteraan masyarakat. Di
Indonesia listrik merupakan suatu kebutuhan yang amat penting untuk menunjang kelancaran di
berbagai bidang usaha. Hal ini dilihat dari segi dunia usaha yang ada di Indonesia. Kita melihat
semakin banyak orang menggunakan listrik bahkan disebuah rumah tanggapun orang pasti
menggunakan listrik. Oleh karena itu, listrik boleh dikatakan sebagai kebutuhan yang sangat
penting bagi kehidupan. Perusahaan ini memberikan pelayanan listrik terhadap masyarakat yang
ada diwilayah Atinggola dan sekitarnya. Bagi rakyat, listrik itu sangat penting demi menunjang
kelangsungan hidup. Hal ini di sebabkan oleh perubahan zaman. Di Negara – Negara kecil pun
orang sering menggunakan listrik. Biasanya orang menggunakan tenaga listrik untuk
keperluaan tertentu saja,sebagai contoh pada perusahaan-perusahaan,mereka menggunakan
untuk kelancaran usahanya. Pada perusahaan industri misalnya mereka menggunakan listrik.
Seperti pemakaian alat-alat yang menggunakan tenaga listrik. Hal ini di gunakan untuk
mengolah bahan agar menjadi seperti yang diharapkan. Selain itu, listrik juga digunakan sebagai
penerang dan lain – lain.
Masyarakat menyadari berapa pentingnya listrik bagi kehidupan, maka sudah tidak
diragukan lagi mengapa Negara Indonesia menggunakan listrik. Oleh karena itu kita diharapkan
melakukan penghematan dalam penggunaan listrik atau dengan kata lain hanya
menggunakannya pada hal – hal yang dianggap penting saja karena begitu banyak yang
memerlukannya. PLN ini sangat penting karena adanya listrik dan listrik sangat penting
dibutuhkan walaupun orang membayar listrik dangan biaya yang terlalu besar dalam pemakaian
penggunaan tenaga listrik, akan tetapi menurut mereka itu adalah suatu kebutuhan dimana
untukmenunjang kelangsungan hidup. PLN ini pun masih menggunakan listrik kerena usahanya
pun memerlukan tenaga listrik demi kelancaran usahanya. Misalnya,penggunaan
computer,mesin Epson,air dan lain-lain. Itu semua menggunakan listrik,tanpa adanya listrik
tidak dapat digunakan.

Biasanya PLN ini sering kali melakukan pemadaman untuk setiap daerah atau kawasan
tertentu secara bergiliran. Hal ini disebabkan karena mesin yang digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik dalam keadaan rusak. Jadi PLN harus melakukan pemadaman.
5
2.2 Visi Dan Misi PT. PLN ( persero )

VISI
 Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang unggul dan terpercaya
dengan bertumpuh pada potensi insani.
MISI
 Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,berorientasi pada kepuasan
pelanggan ,anggota perusahaan,dan pemegang saham.
 Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.
 Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
 Menjalankan kegiatan usahanya berwawasan lingkungan.

MOTO
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik ( ELECTRICITY FOR A BETTER LIFE )

2.3 Struktur Organisasi PT PLN (persero) Sub Ranting Atinggola

6
Manajer Ranting
Alpons Salindeho

Supervisor Dist Suv Pelayanan


Nazarudin Yunus Pelanggan
YUNUS UMAR
Suv Administrasi/keungan
Hj. Marta Buka

Junior Oficel Loket Off Line


Jainudin Gusti SATPAM Susanti Otoluwa
HASAN BIMA Novie Bolongkod
HAMSA BASIRU

TEKNIK DISTRIBUSI Koordinator Cater


Suswitno Ardani Noval Basiru
Kasmul Sunge
Masdar Polohi
Mohamad Pakaya
Muhtar Uno CATER
Ismail Paku’u Sunaryo Karim
Muis Buka
Erwin S Sano

BAB IV
PEMBAHASAN

SAKELAR DAN PENGAMAN PADA JARING DISTRIBUSI

4.1 Perlengkapan Penghubung dan Pemisah

Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) dan Kendali ialah suatu perlengkapan atau peralatan
listrik yang berfungsi sebagai pengendali, pengubung dan pelindung serta membagi tenaga listrik
7
dari sumber tenaga listrik seperti; pembangkit, gardu induk, gardu distribusi dan transformator
ke saluran pelayanan atau ke pelanggan. Jika komponen-komponen dari PHB terlihat dari luar
tanpa perlindungan selungkup tertutup maka PHB itu dari jenis terbuka. Pembuatan lain adalah
PHB tertutup. Menurut ukuran dan bentuknya PHB disebut elmari, kotak atau meja hubung bagi.

4.1.1 Ciri-ciri lemari hubung bagi antara lain:

Selungkup dan kerangka pada umumnya terbuat dari besi Dapat bediri sendiri pada
lantai, pada dinding atau dipasang dalam dinding Di bagian papan terdapat panel atau
konstruksi panel-panel logam sebagai penutup dan perlindungan dari komponen-komponen yang
terdapat di dalamnya dan panel itu ditempatkan alat pelayanan atau alat ukur.

4.1.2 Fungsi PHB untuk :

o Mengendalikan sirkuit dilakukan oleh saklar utama


o Melindungi sirkuit dilakukan oleh fase/pelebur
o Membagi sirkuit dilakuan oleh pembagian jurusan/kelompok

4.1.3 Syarat-syarat umum :

Secara umum sebuah PHB harus disusun dan dipasang sedemikian rupa sehingga terlihat
rapi dan teratur, selain itu keberadaan PHB juga menentukan bahwa pemeliharaan, pemeriksaan
dan pelayanan harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan aman. Selanjutnya sesuai dengan
syarat pengoperasian kemudahan pengamatan pengukuran, penekanan tombol, pemutaran atau
pelayanan saklar, maka perkerjaan-pekerjaan ini harus dapat dilakukan dari bagian depan, tanpa
alat bantuan, seperti tangga atau alat-alat lainnya.
Sehubungan dengan itu syarat PHB juga menentukan bahwa di bagian depan, lorong dan sisi kiri
kanan PHB harus terdapat ruang bebas selebar sekurang-kurangnya 0,75 meter untuk tegangan
rendah atau

 meter pada tegangan menengah dan tinggi PHB sekurang-kurangnya


 meter. Lorong yang di sisi kanan kirinya terdapat instalasi listrik tanpa dinsing
pengaman, lebarnya harus sekurang-kurangnya 1,5 meter.

Di sekitar PHB tidak boleh diletakkan barang yang mengganggu kebebasan bergerak.
Untuk pemasangan pada dinding di tempat-tempat umum lemari dan kotak PHB harus dipasang
pada ketinggian sekurangkurangnya 1,2 meter dari lantai. Pada instalasi perumahan ketinggian
ini ditetapkan 1,5 meter dari lantai. Syarat PHB menetapkan bahwa lemari dan kontak hubung
bagi tidak boleh dipasang di kamar mandi, tempat cuci tangan, di atas kompor atau di atas bak
air.

4.2 Macam-macam PHB :


Menurut kebutuhannya PHB dibedakan menjadi 2 macam yaitu : PHB Utama dan PHB sub
instalasi atau PHB cabang.
• PHB Utama ialah PHB yang menerima aliran tenaga listrik dari sumber melalui saklar
utama konsumen dan membagikan tenaga listrik tersebut ke seluruh alat pemakai pada
instalasi konsumen.
• PHB Sub Instalasi atau PHB Cabang ialah PHB dari suatu instalasi untuk mensuplai
tenaga listrik kepada satu konsumen dan instalasi tersebut merupakan bagian dari
instalasi yang mensuplai konsumen tunggal atau lebih.

Menurut tegangan sumbernya, PHB dibedakan menjadi sesuai dengan tingkat tegangan
sistemnya yaitu : PHB tegangan rendah (TR), PHB tegangan menengah (TM) dan PHB tegangan
tinggi (TT).
8
• PHB TR yaitu PHB yang banyak dipasang pada instalasi baik milik PLN maupun milik
pelanggan, PHB yang terpasang milik pelanggan, PHB yang terpasang milik PLN
biasanya ditempatkan gardu induk distribusi sisi sekunder trafo distribusi sedangkan
PHB yang di pelanggan biasanya terpasang pada dinding atau ruangan tertentu setelah
APP ditempat pelanggan tersebut.
• PHB TM ialah PHB yang terdapat pada pembangkit atau GI sisi TM berbentuk lemari
panel (kubikel) tertutup terbuat dari bahan besi atau berbentuk gardu sel terbuka yang
dilengkapi peralatan ukur dan pengaman (proteksi).
• PHB TT adalah PHB yang menggunakan peralatan-peralatan dengan kapasitas yang
besar dan mempunyai resiko bahaya yang tinggi pula sehingga pemasangan PHB TT ini
biasanya ditempat khusus dan terbuka (switch yard) yang dilengkapi rambu-rambu, pagar
dan peralatan pengaman yang memadai. Menurut tipenya PHB di kelompokkan menjadi
2 tipe yaitu tipe tertutup dan tipe terbuka.
• PHB dengan tipe tertutup yaitu apabila seluruh komponen PHB berada disuatu tempat
yang tertutup oleh selungkup/pelindung mekanis maupun pelindung elektris.
• PHB tipe terbuka yaitu PHB yang semua peralatan atau komponennya berada diluar dan
tampak secara kasar mata dan dilengkapi dengan pagar maupun peralatan isolasi huna
melindungi dari bahaya mekanis dan elektrisnya.

4.3 Bentuk PHB

4.3.1 Bentuk Tertutup

Gambar 4.1 Bentuk lemari dengan bagian


depan yang ditarik keluar

4.3.2 Bentuk Terbuka

Gambar 4.2 Busbar tipe terbuka ( pandangan depan )


4.4 Busbar

4.4.1 Tipe Tertutup (Close Type)

Tipe tertutup ini banyak digunakan dan dikembangkan saat ini di pembangkitan atau
digardu induk yang areal kerjanya tidak luas, biasanya dipasang di lemari hubung bagi atau
kubikel karena bentuknya yang sederhana dengan konstruksi pemasangan yang sederhana
9
dengan konstruksi pemasangan yang praktis dan lebih aman, sebab setiap pintu lemari PHB nya
dilengkapi dengan penataan sistem interlock dimana saklar pentanahannya terdapat didalam
PHB tersebut.
Apabila pintu PHB akan dibuka maka terlebih dahulu posisi PMT harus terbuka dan saklar
pentanahan dimasukkan, baru pintu PHB dapat dibuka. Begitu pula pada waktu akan menutup
PMT maka posisi pintu tertutup dan saklar pentanahannya dalam keadaan terbuka.

4.4.2 Tipe Terbuka (Open Type)

Busbar pada tipe terbuka ini banyak dijumpai digardu sel atau gardu open type, dimana
semua peralatan termasuk rel pengumpul (Busbar) kelihatan secara visual. Hal ini menunjukkan
bahwa semua peralatan yang terpasang memerlukan tempat tersendiri sehingga membutuhkan
areal yang luas untuk tipe terbuka ini, karena masing-masing peralatan secara utuh akan
terpasang pada PHB tipe terbuka ini. Oleh karena keadaan terbuka tersebut sehingga bagian-
bagian yang bertegangan dari PHB ini sangat membahayakan operatornya, untuk mengatasi hal
tersebut maka pada PHB/Gardu terbuka selalu diberi pagar dan tanda rambu keselamatan kerja
untuk membatasi daerah berbahaya dan memperingatkan kepada semua petugas agar lebih
berhati-hati.

4.5 Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB TR)

Yang dimaksud dengan PHB TR adalah Perlengkapan Hubung Bagi yang dipasang pada
sisi TR atau sisi sekunder Trafo sebuah gardu Distribusi baik Gardu beton, Gardu kios, Gardu
portal maupun Gardu cantol. Adapun PHB TR yang banyak kita jumpai adalah PHB TR yang
ada pada Gardu Trafo Tiang (GTT).
PHB TR yang terpasang pada Gardu Trafo Tiang berbentuk lemari besi yang didalamnya
terdapat komponen-komponen antara lain :

1. Kerangka / Rak TR
2. Saklar Utama
3. NH Fuse Utama

10
4. Rel Tembaga
5. NH Fuse jurusan
6. Isolator penumpu Rel
7. Sirkuit Pengukuran
8. Alat ukur Ampere & Volt meter
9. Trafo Arus (CT)
10. Sistem Pembumian
11. Lampu Kontrol / Indikator

11
Keterangan Gambar:

1. Saklar Utama
2. NH Fuse Jurusan
3. Volt Meter
4. Fuse Kontrol
5. Kabel Juruan

4.5 Fungsi PHB TR

Fungsi atau kegunaan PHB TR adalah sebagai penghubung dan pembagi atau
pendistribusian tenaga listrik dari out put trafo sisi tegangan rendah TR ke Rel pembagi dan
diteruskan ke Jaringan Tegangan Rendah (JTR) melalui kabel jurusan (Opstyg Cable) yang
diamankan oleh NH Fuse jurusan masing-masing.

Untuk kepentingan efisiensi dan penekanan susut jaringan (loses) saat ini banyak unit
PLN yang mengambil kebijaksanaan untuk melepas atau tidak memfungsikan rangkaian
pengukuran maupun rangkaian kontrolnya, hal ini dimaksudkan agar tidak banyak energi listrik
yang mengalir ke alat ukur maupun kontrol terbuang untuk keperluan kontrol dan pengukuran
secara terus menerus, sedangkan untuk mengetahui besarnya beban maupun tegangan, dilakukan
pengukuran pada saat di perlukan saja dan bisa menggunakan peralatan ukur portable seperti
AVO atau Tang Ampere saja.

4.6 Konstruksi PHB TR

Menurut Konstruksinya PHB TR dibagi menjadi 2 (dua) macam konstruksi yaitu :


1. Konstruksi PHB TR 2 Jurusan
2. Konstruksi PHB TR 4 Jurusan
3.

12
Gambar 4.7. PHB-TR Dua Jurusan dan Empat Jurusan

4.7 Pengoperasian PHB TR

Untuk mengoperasikan PHB TR baru harus mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan
oleh manajemen dalam hal ini adalah unit operasi Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dalam
bentuk Standing Operation Procedure (SOP).

Adapun pembuatan SOP bisa mengambil contoh dari beberapa referensi antara lain:

• Instruction Manual Books


• Data Spesifikasi peralatan PHB TR
• Operation Guidance
• Kondisi Jaringan
• Pengalaman (Experience)
• Dan lain-lain

4.8 Konstruksi PHB TR Berdiri (Standing)

Keterangan Gambar:

1. Saklar Utama
2. NH Tuse Juruan
3. Volt meter
4. Fuse Kontrol
5. Kabel Jurusan

13
14
4.9 Langkah-langkah Kerja Pengoperasian PHB-TR

1. Petugas Pelaksana Menerima PK dari Asman Distrbusi untuk melakukan pengoperasian


Peralatan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB – TR) baru.
2. Siapkan Alat Kerja, Alat Ukur, Alat K-3. Material Kerja dan Alat Bantu sesuai dengan
kebutuhan
3. Setelah Petugas sampai di Lokasi gunakan Alat K-3 dan selanjutnya lapor ke Posko,
petugas akan mengoperasikan PHB - TR baru
4. Periksa konstruksi PHB – TR baru meliputi :

o Buka tutup Saklar Utama


o Lampu kerja dan Lampu Test
o Isolator Fuse Holder
o Konduktor pentanahan (arde)
o Kekencangan Baut
o Rating NH Fuse sesuai dengan kapasitas Trafo Terpasang

5. Barikan Vaselin pada Pisau Saklar Utama dan Fuse Holder


6. Lakukan pengukuran tahanan isolasi antar arel dan antara Rel dengan Body serta tahanan
pembumian dan dicatat dalam Formulir Berita Acara (BA).
7. Bersihkan Rel. Dudukan Fuse Holder, Pisau Saklar Utama (Hefboom Saklar). Sepatu
Kabel dari kotoran/korosi. Dan bersihkan ruangan dalam panel hubung bagi.
8. Periksa kekencangan peningkatan mur/baut pada Saklar Utama Sepatu Kabel, Rel, Fuse
Holder, kondisi isolator binnen dan Sistem pembumian.
9. Lakukan pemeriksaan hasil pekerjaan secara visual dan amankan seluruh peralatan kerja.
10. Lapor ke posko bahwa kondisi PHB – TR dan Petugas dalam keadaan aman dan
selanjutnya meminta tegangan dimasukkan (pemasukan CO gardu dilaksanakan oleh
petugas operasi SUTM).
11. Setelah menerima ijin pemasukan tegangan dari posko masukan CUT OUT (CO).
12. Lakukan penukaran tegangan pada sisi masuk saklar utama dan amati putaran fasa dan
selanjutnya catat dalam formulir BA.
13. Masukkan saklar utama (Hefbom Saklar).
14. Masukkan NH Fuse masing-masing jurusan.
15. Lapor ke posko, bahwa pekerjaan pengoperasian PHB – TR baru telah selesai dan
petugas akan meninggalkan lokasi pekerjaan.
16. Lepaskan Alat K-3 yang sudah tidak dipergunakan lagi.
17. Buat laporan dan berita acara pelaksanaan pekerjaan pengoperasian PHB – TR baru.
18. Buat laporan pekerjaan pengoperasian PHB – TR baru dan berita acara diserahkan
kepada Asman Distribusi.

4.10 Pemeliharaan PHB TR

Sebagaimana pengoperasian PHB TR pada kegiatan pemeliharaanpun diperlukan


langkah-langka atau prosedur pemeliharaan rutin periodik dan berkala yang disahkan oleh
manajemen unit setempat sebagai prosedur tetap dalam bentuk SOP.
Langkah-langkah pemeliharaan antara lain :
 Persiapan Pemeliharaan
 Pemeriksaan dan Pengukuran
 Pemeriksaaan Pemeliharaan
 Pemeriksaan Hasil Pemeliharaan
 Pembuatan Laporan Pemeliharaan

15
4.10.1 Pelaksanaan Pemeliharaan PHB TR

Di bawah ini ditunjukkan gambar pelaksanaan Pemeliharaan PHB TR dengan


membongkar, membersihkan, memeriksa, mengganti dengan peralatan yang baru bila peralatan
yang diperiksa tersebut sudah rusak dan

memasangkan kembali ke posisi semula kemudian mencoba dioperasikan oleh teknisi


pemeliharaan yang selanjutnya dibuatkan laporan pengganti peralatan hasil pemeliharaan PHB
TR tersebut.

4.10.2 Langkah-langkah Kerja Pelaksanaan Pemeliharaan PHB-TR

1. Petugas Pelaksana Menerima PK dari Asman Distrbusi untuk melakukan pemeliharaan


Peralatan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB – TR) baru.
2. Siapkan Alat Kerja, Alat Ukur, Alat K-3. Material Kerja dan Alat Bantu sesuai dengan
kebutuhan
3. Setelah Petugas sampai di Lokasi gunakan Alat K-3 dan selanjutnya lakukan pengukuran
tegangan, arus beban, dan putaran fasa serta catat dalam formulir.
4. Lepas beban jurusan dan buka saklar utama.
5. Laporkan pada Posko bahwa pekerjaan akan dilaksanakan dan meminta pelepasan CO
gardu (pelepasan CO gardu dilaksanakan oleh petugas operasi SUTM).
6. Tanahkan (Grounding) seluruh kabel jurusan dengan menggunakan Grounding cabel TR,
7. Bersihkan Rel, Dudukan Fuse Holder, Pisau Saklar Utama (Hefboom Saklar). Sepatu
Kabel dari kotoran/korosi. Dan bersihkan ruangan dalam Panel Hubung Bagi.
Gambar 6-10. Pemeriksaan titik sambungan dengan Thermavision

16
Gambar 6-12. Diagram Segaris Gardu Trafo Tiang (GTT)

17
Gambar 6-13. Pemasangan PHB-TR pada Gardu

Gambar 6-14. Diagram Satu Garis PHB-TR Gardu Tiang Trafo


18
Gambar 6-15. Pemasangan PHB-TR pada Gardu Control

8. Periksa kekencangan peningkatan mur/baut pada Saklar Utama Sepatu, Kabel, Rel, Fuse
Holder, Kondisi Isolator Binnen dan Sistem Pembumian.
9. Bila ada komponen PHB-TR yang rusak maka perbaiki atau ganti baru.
10. Berikan Vaseline pada Pisau Saklar Utama, Terminal Fuse Holder.
11. Ukur dan Catat nilai tahanan isolasi antar Rel dan atau Rel terhadap body setelah
Tahanan Pentanahan dan catat dalam formulir berita acara (BA).
12. Lakukan pada posko bahwa pekerjaan pemeliharaan telah selesai dan meminta
pemasukan CO gardu (pemasukan CO gardu dilaksanakan oleh petugas operasi SUTM).
13. Lepaskan pentanahan (Grounding cable TR) pada seluruh kabel jurusan.
14. Laporkan pada posko bahwa pekerjaan pemeliharaan telah selesai dan meminta
pemasukan CO gardu (pemasukan CO gardu dilaksanakan oleh petugas operasi SUTM).
15. Masukkan saklar utama tanpa beban, kemudian ukur besaran tegangan antara fasa dan
fasa, dan atara fasa dengan nol di rel, serta check arah putaran fasa dan selanjutnya catat
dalam formulir BA.
16. Lakukan pengecekkan Rating NH Fuse untuk disesuaikan dengan data Fuse semula.
17. Masukkan NH Fuse jurusan secara bertahap.
18. Lakukan pengukuran beban dan catat dalam formulir BA.
19. Tutup dan kunci pintu Panel PHB TR.
20. Tutup ke Posko bahwa pekerjaan memelihara PHB TR telah selesai dan petugas akan
meninggalkan lokasi pekerjaan.
21. Lepaskan alat K-3 yang sudah tidak dipergunakan lagi.
22. Buat laporan Berita Acara pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan PHB TR.
23. Laporkan penyelesaian pekerjaan dan penyerahan Formulir BA kepada Asman
Distribusi.

19

You might also like