You are on page 1of 22

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT


PADA SEKTOR PUBLIK DAN BEBERAPA KARAKTERISTIK
UNTUK MENINGKATKANNYA
Oleh : Nasrullah Djamil

ABSTRACT
Audit quality is defined as the probability that the auditor will both discover and
report a breach in the clients’ accounting system (De Angelo,1981).
Determinants of Audit Quality in the Public Sector are number of years the
auditor has audited the client (Tenure), number of client audited by the auditor,
the size and financial helath of the client, auditor work will be subject to review
by third parties, eficient independent auditor, level of audit fees and level of plan
audit quality. And characteristic to improve audit quality are improve auditor
experience, education, professionalism, understanding internal control client, a
good planning of audit work, and VFM audit work.

A. PENDAHULUAN

Akuntansi dan pelaporan keuangan suatu unit pemerintahan,

menyajikan informasi keuangan yang berguna untuk membuat

keputusan ekonomi, politik dan sosial. Untuk memperlihatkan

akuntabilitas dan pertanggungjawaban aparatur pemerintah atas tugas

yang diberikan kepadanya. Informasi keuangan tersebut juga berguna

untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasi. Pemakai

informasi keuangan unit pemerintahan menurut Jones & Pendlebury

(1996) dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu :

1. Governing bodies,
2. Investors and creditors,
3. Resource providers,
4. Oversight bodies,
5. Constituents.

*) Dosen PNS DPK Pada STIE Nasional Banjarmasin


2

Dan informasi yang dibutuhkan adalah:


1. Financial viability,
2. Fiscal Compliance,
3. Management performance,
4. Cost of Services provided.

Menurut FASAB (Federal Accounting Standards Advisory Board, 1994)

menyebutkan bahwa ada empat kelompok pemakai informasi keuangan yaitu :

citizens (including news media, pressure groups, state and local


legislatures and executives, analysts), the legislative branch (including
their staff), and two groups in the executive branch, namely the senior
members and the program managers. If the terms of federal financial
reporting, they are assumed to have four ‘needs’: (1) Budgetary integrity,
(2) operating performance, (3) stewardship, (4) Deterring fraud, waste and
abuse.

Untuk memenuhi kebutuhan para pemakai tersebut, informasi keuangan

yang disajikan dalam laporan keuangan harus diperiksa oleh auditor yang

independen. Dan pada era transparan dan terbuka saat ini, menuntut auditor untuk

lebih bertanggung jawab terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan, dengan

mendasarkan pada kode etik dan standard profesi. Kontribusi audit adalah untuk

menyajikan akuntabilitas, selama dia memberikan pendapat yang independen,

apakah laporan keuangan suatu entitas atau organisasi menyajikan hasil operasi

yang wajar dan apakah informasi keuangan tersebut disajikan dalam bentuk yang

sesuai dengan kriteria atau aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Pada sektor publik, pemeriksaan biasanya dilakukan oleh BPKP atau oleh

akuntan publik atas penunjukkan BPKP, yang dalam menjalankan profesinya

akuntan tersebut diatur oleh standar profesional dan kode etik profesi. Dalam

pasal 1 ayat (2) Kode Etik Akuntan Indonesia mengamanatkan: bahwa setiap

anggota harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan


3

tugasnya. Dengan mempertahankan integritas, ia akan bertindak jujur, tegas, dan

tanpa pretensi. Dengan mempertahankan objektivitas, ia akan bertindak adil,

tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan

pribadinya. Dengan adanya kode etik ini, masyarakat akan dapat menilai sejauh

mana seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah

ditetapkan oleh profesinya.

Kontribusi audit ini juga untuk melihat akuntabilitas pemerintah secara

riel, menilai integritas, kinerja dan pertanggungjawaban aktivitas pemerintah.

Dalam sektor publik ini pengaruh hukum pada praktik audit lebih besar, sehingga

auditing pada sektor publik ini menempatkan seorang auditor minimal didasarkan

pada audit keuangan dan regularitas, dan lebih jauh pada penilaian value for

money. Jadi audit pada sektor publik (pemerintahan) adalah bertujuan untuk

memberi jaminan tentang pengendalian intern dalam governmental entity dan

ketaatannya pada hukum dan peraturan (Gauthier,1991).

Menurut APB statements (1993) menyatakan bahwa:

As well as financial statements, audit and related service engagements


may involve other financial information, or non financial information, such as:
1. the adequacy of internal control systems
2. compliance with statutory, regulatory or contractual requirements
3. economy, efficiency and effectiveness in the use of resources (value
for money auditing, and
4. environmental practices

Walaupun sudah ada standar dan kode etik profesi, tapi masih sering

terjadi kasus-kasus kolusi dan korupsi atau penyelewengan, sehingga masyarakat

mulai menyangsikan komitmen auditor terhadap kode etik profesinya. Jika kode

etik dan standar dijalankan dengan benar dan konsisten, maka kasus-kasus
4

penyimpangan tersebut tidak seharusnya terjadi. Untuk itu auditor pemerintah

yang melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan departemen (lembaga

pemerintahan) dan perusahaan - perusahaan milik negara (BUMN/BUMD),

dituntut untuk bertindak secara profesional dan mentaati standar pemeriksaan dan

aturan perilaku pemeriksaan yang telah ditetapkan, agar kualitas audit dapat

dijaga dan ditingkatkan.

Menurut Hunt & Vitell [1986, dalam Khomsiyah & Nur Indriantoro

(1998)], bahwa kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka

akan adanya masalah etika dalam profesinya, sangat dipengaruhi oleh lingkungan

budaya atau masyarakat dimana profesi itu berada, lingkungan profesinya,

lingkungan organisasi atau tempat ia bekerja serta pengalaman pribadinya. Sikap

masyarakat yang pasif, sistem pengawasan yang masih lemah dari organisasi

profesi auditor terhadap anggotanya, kerjasama yang tidak sehat antara BPKP

dengan klien, turut mempengaruhi perilaku etika auditor. Bahkan menurut

Sudibyo (1995), dunia pendidikan akuntansi mempunyai pengaruh yang besar

terhadap perilaku etika auditor.

Berdasarkan hasil beberapa riset atau survey sebelumnya menyatakan,

bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas audit pada sektor publik

yang dihasilkan, dan beberapa karakteristik yang dapat meningkatkan kualitas

audit ini. [Gauthier, 1991; Aldhizer III, 1995; Raman and Wilson,1994; Deis and

Giroux, 1992; dan lain-lain]. Pada artikel ini saya mencoba mengambil intisari

intisari beberapa hasil penelitian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kualitas

audit tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit, dan beberapa


5

karakteristik untuk meningkatkan kualitas audit tersebut. Organisasi artikel ini

saya mulai dengan pendahuluan , kemudian kualitas audit dan hubungannya

dengan ukuran auditor, kualitas audit sektor swasta, kualitas audit sektor

publik, perbandingan kualitas audit pada sektor publik dan sektor swasta, faktor-

faktor yang mempengaruhi kualitas audit, beberapa karakteristik untuk

meningkatkan kualitas audit. Dan tulisan ini diakhiri dengan kesimpulan.

B. KUALITAS AUDIT DAN HUBUNGANNYA DENGAN UKURAN


AUDITOR

De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai

probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya

suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Probabilitas penemuan suatu

pelanggaran tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan independensi

auditor tersebut. Beberapa penelitian seperti De Angelo (1981); Goldman &

Barlev (1974); Nichols & Price (1976) umumnya mengasumsikan bahwa auditor

dengan kemampuannya akan dapat menemukan suatu pelanggaran dan kuncinya

adalah auditor tersebut harus independen. Tetapi tanpa informasi tentang

kemampuan teknik (seperti pengalaman audit, pendidikan, profesionalisme, dan

struktur audit perusahaan), kapabilitas dan independensi akan sulit dipisahkan.

Ukuran perusahaan audit menurut Deis & Giroux (1992) diukur dari

jumlah klien dan prosentase dari audit fees dalam usaha mempertahankan

kliennya untuk tidak berpindah pada perusahaan audit yang lain.

Beberapa penelitian di Amerika dan Australia menyebutkan bahwa adanya

hubungan antara kualitas audit dengan ukuran perusahaan audit. Hubungan


6

tersebut terjadi dalam kaitannya dengan reputasi perusahaan audit tersebut.

Beberapa penelitian tersebut menyebutkan bahwa:

1. DeAngelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit secara langsung

berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk

ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar

adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk

menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan

audit yang kecil. Karena perusahaan audit yang besar jika tidak memberikan

kualitas audit yang tinggi akan kehilangan reputasinya, dan jika ini terjadi

maka dia akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan kehilangan klien.

2. Libby (1979) melaporkan bukti bahwa bank loan officers menganggap bahwa

adanya perbedaan dalam reputasi dari accounting firms, dia membedakan

antara the big eight group dan non the big eight.

3. Shockley (1981) mengindikasikan bahwa persepsi dari independen auditor

secara signifikan berbeda antara perusahaan audit yang besar dan kecil.

4. Lennox (1999), menyatakan bahwa perusahaan audit yang besar lebih mampu

menangkap signal akan penyelewengan keuangan yang terjadi dan

mengungkapkannya dalam pendapat audit mereka.

5. Dye (1993) Auditor yang mempunyai kekayaan atau asset yang lebih besar

mempunyai dorongan untuk menghasilkan laporan audit yang lebih akurat

dibandingkan dengan auditor dengan kekayaan yang lebih sedikit. Auditor


7

yang memiliki kekayaan lebih besar (deeper pockets) adalah audit size firms

yang besar.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa adanya

hubungan yang positip antara auditor size dan audit quality, dimana Auditor size

dari beberapa penelitian tersebut dinyatakan sebagai auditor yang memiliki klien

yang lebih banyak dan mempunyai kekayaan yang lebih besar (deeper pockets)

dan berkaitan dengan reputasi auditor tersebut.

Di Indonesia, hubungan antara kualitas audit dengan ukuran perusahaan

audit (KAP) belum dapat dilihat dengan jelas, selain belum ada penelitian yang

dilakukan juga pasar untuk perusahaan audit belum mencerminkan pasar yang

kompetitif. Pada sektor publik, audit biasanya dilakukan oleh BPKP, audit akan

dilakukan oleh perusahaan audit (KAP), jika pemeriksaan tersebut diminta oleh

BPKP. Sehingga pada sektor publik ini di Indonesia masih belum mencerminkan

adanya hubungan antara kualitas audit tersebut dengan Kantor Akuntan Publik

(KAP).

C. KUALITAS AUDIT SEKTOR SWASTA (PRIVATE SECTOR)

Seperti yang telah diungkapkan bahwa kualitas audit adalah probabilitas

seorang auditor, dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan yang

terjadi dalam sistem akuntansi klien. Probabilitas penemuan penyelewengan

tergantung pada kemampuan teknikal auditor, seperti pengalaman auditor,

pendidikan, profesionalisme dan struktur audit perusahaan. Sedangkan


8

probabilitas auditor tersebut melaporkan penyelewengan tersebut tergantung

pada independensi auditor.

Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang

dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau

standar auditing. Standar auditing mencakup mutu profesional (profesional

qualities) auditor independen, pertimbangan (judgment) yang digunakan dalam

pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor.

1. Standar Umum: auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang

memadai, independepensi dalam sikap mental dan kemahiran profesional

dengan cermat dan seksama

2. Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan: perencanaan dan supervisi audit,

pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern, dan bukti audit

yang cukup dan kompeten.

3. Standar pelaporan: pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum, pernyataan mengenai ketidakkonsistensian

penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengungkapan informatif

dalam laporan keuangan, dan pernyataan pendapat atas laporan keuangan

secara keseluruhan.

D. KUALITAS AUDIT SEKTOR PUBLIK

Secara teknik audit sektor publik adalah sama saja dengan audit pada

sektor swasta. Mungkin yang membedakan adalah pada pengaruh politik negara

yang bersangkutan dan kebijaksanaan pemerintahan. Tuntutan dilaksanakannya


9

audit pada sektor publik ini, adalah dalam rangka pemberian pelayanan publik

secara ekonomis, efisien dan efektif. Dan sebagai konsekuensi logis dari adanya

pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dalam menggunakan dana, baik yang

berasal dari pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah itu sendiri.

Agar pelaksanaan pengelolaan dana masyarakat yang diamanatkan

tersebut transparan dengan memperhatikan value for money, yaitu menjamin

dikelolanya uang rakyat tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan,

akuntabel dan berorientasi pada kepentingan publik, maka diperlukan suatu

pemeriksaan (audit) oleh auditor yang independen.

Pelaksanaan audit ini juga bertujuan untuk menjamin dilakukannya

pertanggung jawaban publik oleh pemerintah, baik pemerintah daerah maupun

pemerintah pusat. Pengertian audit menurut Malan (1984) adalah suatu proses

yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

mengenai asersi atas tindakan dan kejadian ekonomi, kesesuaian dengan standar

yang telah ditetapkan dan kemudian mengkomunikasikannya kepada pihak

pemakai.

GAO standard (Malan, 1984) menyatakan bahwa Governmental audit

dibagi dalam 3 elemen dasar yaitu:

1. Financial and compliance yang bertujuan untuk menentukan apakah operasi

keuangan dijalankan dengan baik, apakah pelaporan keuangan dari suatu audit

entity disajikan secara wajar dan apakah entity tersebut telah mentaati hukum

dan peraturan yang ada.


10

2. Economy dan efficiency, untuk menentukan apakah entity tersebut telah

mengelola sumber-sumber (personnel, property, space and so forth) secara

ekonomis, efisien dan efektif termasuk sistem informasi manajemen,

prosedur administrasi atau struktur organisasi yang cukup.

3. Program results, menentukan apakah hasil yang diinginkan atau keuntungan

telah dicapai pada kos yang rendah.

Ketiga hal tersebut dijalankan auditor dalam melakukan pemeriksaan untuk

mencapai kualitas audit yang baik. Dan berdasarkan beberapa pendapat dapat

dianggap bahwa kualitas audit yang baik itu adalah pelaksanaan audit yang

mendasarkan pada pelaksanaan Value For Money (VFM) audit yang dilakukan

secara independen, keahlian yang memadai, judgment dan pengalaman.

VFM audit menurut Mardiasmo (2000) merupakan ekspresi pelaksanaan

lembaga sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen dasar yaitu ekonomi,

efisiensi dan efektivitas.

 Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu

pada harga yang termurah. Ekonomi merupakan perbandingan input

dengan input value

 Efisiensi: tercapainya output yang maksimum dengan input tertentu.

Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan

standar kinerja yang telah ditetapkan

 Efektivitas: menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan

target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan

perbandingan outcome dengan output (target/result).


11

E. PERBANDINGAN KUALITAS AUDIT PUBLIC SECTOR DAN PRIVATE


SECTOR.

Berdasarkan hasil penelitian Brown & Raghunandan (1995) menyebutkan

bahwa kualitas audit pada sektor publik, didasarkan pada Quality Control

Reviews yang dilakukan oleh Regional Inspector Generals (RIGs) adalah lebih

rendah dibandingkan dengan kualitas audit pada sektor swasta (private sector),

didasarkan pada Peer Review untuk anggota dari SEC Practice Section of the

AICPA (SECPS). Rendahnya kualitas audit pada auditor pemerintah, menurut

Brown & Reghunandan, karena mereka dihadapkan pada litigation risk yang

rendah Tetapi hasil temuan tersebut masih perlu dilakukan pengujian kembali,

karena kemungkinan perbandingan tersebut tidak akan menghasilkan kesimpulan

yang sama jika dilakukan pada lingkungan yang berbeda (misalnya lingkungan

negara atau daerah yang berbeda). Perbedaan tersebut kemungkinan dikarenakan :

1. Tipe perusahaan audit dan yang diaudit (Auditor firm & Auditee) yang

berbeda

2. Sifat industri dan proses audit yang berbeda

3. Tipe dari kualitas yang melakukan review

4. Dan metode pemilihan audit untuk melakukan review

Pada Tabel 1 menggambarkan perbandingan Government quality control

program peer review untuk anggota SECPS menurut Randal J.Elder (1997).

Perbandingan tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa kualitas audit

yang dilaporkan Governmental Sector lebih rendah.


12

Tabel.1 Perbandingan Governmental Quality Control Review dan SECPS Peer


Review.
Element of Process Federal Programs Quality SECPS Peer Review
Control Review
Audit Firms Primarily non Big 6 firms Primarily Big 6 firms
Auditees Governmental entities Public companies
Nature of industry Specialized accounting Mix of specialized and non-
specialized industries
Nature of audit Compliance Financial
Quality reviewer Government regulator CPA Firm
Selection process Risk based selection Required for all firms
Sumber : Randal J.Elder. Accounting Horizon Vol.11 No.1 March 1997

Agar kepercayaan masyarakat akan hasil laporan audit atau hasil

pemeriksaan tidak berkurang bahkan mungkin hilang, maka kualitas audit

tersebut perlu ditingkatkan. Alasan lain meningkatkan kualitas audit adalah

(Elder,1997) :

1. bahwa auditor sekarang lebih perhatian terhadap isu-isu yang berhubungan

dengan kualitas audit untuk non federal audits

2. Untuk dapat menghadapi risiko yang mungkin muncul dari pelaksanaan

kegiatan

3. Perlunya petunjuk tambahan untuk pelaksanaan audit.

Untuk dapat meyakinkan apakah hasil laporan audit tersebut dapat

dipercaya, maka pelaksanaan audit tersebut perlu mempertimbangkan masalah

kualitas audit dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Kualitas audit

menurut De Angelo (1981) mendefinisikan bahwa kualitas audit sebagai

probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan suatu

penyelewengan dalam sistem akuntansi klien. Probabilitas dari penemuan suatu

penyelewengan tersebut tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan

probabilitas dari pelaporan kesalahan tergantung pada independensi auditor.


13

Pada sektor publik berarti kualitas audit adalah probabilitas seorang

auditor atau pemeriksa (dalam hal ini di Indonesia adalah BPKP) dapat

menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan yang terjadi pada suatu

instansi atau pemerintah (baik pusat maupun daerah). Probabilitas dari temuan

dan penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal pemeriksa (BPKP) dan

probabilitas pelaporan kesalahan tergantung pada independensi pemeriksa dan

kompetensi pemeriksa tersebut untuk mengungkapkan penyelewengan. Untuk

dapat meningkatkan kualitas audit maka perlu diketahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas audit tersebut.

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT

Probabilitas seorang auditor atau pemeriksa menemukan penyelewengan,

umumnya diasumsikan oleh peneliti adalah positip dan tetap dengan anggapan

bahwa semua auditor mempunyai kemampuan teknis dan independen, dan ini

merupakan kunci dari permasalahan kualitas audit.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992)

yang melakukan investigasi tentang determinan dari kualitas audit oleh

Independen CPA firm di Texas pada Audits of Independen School District. Study

ini menganalisa temuan-temuan Quality Control Review (QCR) yang diperoleh

melalui pengukuran langsung secara relatif atas kualitas audit. Deis & Giroux

menjelaskan adanya dua variabel yang mempengaruhi kualitas audit, dari dua

variabel tersebut dia melahirkan 4 hipotesis, yang menyatakan korelasinya dengan

kualitas audit yaitu:


14

1. Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan

terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau instansi. Peneliti berasumsi

bahwa semakin lama dia telah melakukan audit, maka kualitas audit yang

dihasilkan akan semakin rendah. Karena auditor menjadi kurang memiliki

tantangan dan prosedur audit yang dilakukan kurang inovatif atau mungkin

gagal untuk mempertahankan sikap professional skepticism.

2. Jumlah klien. Peneliti berasumsi bahwa semakin banyak jumlah klien maka

kualitas audit akan semakin baik. Karena auditor dengan jumlah klien yang

banyak akan berusaha menjaga reputasinya.

3. Ukuran dan kekayaan atau kesehatan keuangan klien juga berkorelasi dengan

kualitas audit. Dan korelasinya menunjukkan hubungan yang negatif, dengan

asumsi bahwa semakin sehat keuangan klien, maka ada kecendrungan klien

tersebut untuk menekan auditor untuk tidak mengikuti standar. Kemampuan

auditor untuk bertahan dari tekanan klien adalah tergantung pada kontrak

ekonomi dan kondisi lingkungan dan gambaran perilaku auditor, termasuk di

dalamnya adalah : (a) pernyataan etika profesional, (b) kemungkinan untuk

dapat mendeteksi kualitas yang buruk, (c) figur dan visibility untuk

mempertahan profesi, (d) Auditing berada (menjadi) anggota komunitas

profesional, (e) tingkat interaksi auditor dengan kelompok Professional Peer

Groups, dan (f) Normal internasional profesi auditor

4. Kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil

pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.


15

Penelitian mengenai kualitas audit pada sektor swasta (private sector)

dilakukan oleh Clive S.Lennox (1999), Nichols & Smith (1983), Eichenseher et

al (1989), Francis & Wilson (1988), Johnson & Lys (1990), Defond (1992), Firth

& Smith (1992) dan banyak lagi, pada intinya para peneliti tersebut menyatakan

bahwa kualitas audit berhubungan dengan ukuran perusahaan audit. Perusahaan

audit yang besar akan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan

dengan perusahaan audit yang lebih kecil.

Berdasarkan hasil penelitian Ramy Elitzur & Haim Falk (1996) menyatakan

bahwa :

1. Ceteris paribus, auditor independen yang efisien akan merencakan tingkat

kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan independen auditor yang

kurang efisien

2. Audit fees yang lebih tinggi akan merencanakan audit kualitas yang lebih

tinggi dibandingkan dengan audit fees yang lebih kecil.

3. Tingkat kualitas audit yang telah direncakan akan mengurangi over time

dalam pemeriksaan.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit adalah :

1. Tenure

2. Jumlah klien

3. Kesehatan keuangan klien

4. Adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas laporan audit.

5. Independen auditor yang efisien


16

6. Level of Audit fees

7. Tingkat perencanaan kualitas audit.

G. BEBERAPA KARAKTERISTIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS


AUDIT

Kualitas audit dinilai melalui sejumlah unit standardisasi dari bukti audit

yang diperoleh oleh auditor eksternal, dan kegagalan audit dinyatakan juga

sebagai kegagalan auditor independen untuk mendeteksi suatu kesalahan material.

Untuk meningkatkan kualitas audit maka kita harus memperhatikan beberapa hal

seperti:

1. Perubahan accounting requirements terhadap Legislation dan Statements of

Standard Accounting Practice.

2. Perubahan lingkungan bisnis

3. Meningkatkannya kompleksitas dari sistem akuntansi yang menggunakan

komputer.

Oleh karena itu para praktisi audit harus mengerti dengan baik apa yang membuat

suatu audit itu berkualitas. Dan berdasarkan hasil survey dari 93 audit pemerintah

yang dilakukan oleh American Institute of CPAs Federal assistance audit quality

mengidentifikasikan sejumlah atribut umum yang berhubungan dengan kualitas

audit. Dari atribut tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan

kualitas audit. Atribut atau karakteristik menurut Aldhizer et al (1995) yang

berkaitan dengan kualitas audit adalah :

1. Knowlegde of the industry


17

a. Average hours of biennial government auditing continuing professional


education earned by the audit team
b. Average percentage of time the partner spent on federal financial
assistance audits in the current year
c. Average percentage of time spent on federal financial assistance audits by
the audit team in the current year (partner, manager and in-charge auditor)
d. Average percentage of time spent on federal financial assistance audits by
the audit team in the last three year
e. Percentage of firm business relating to federal financial assistance audits

2. Familiarity with industry authoritative literature

3. Audit hours and audit fees


a. Manager time as a percentage of total audit hours
b. Hours spent by the audit team on the audit
c. Total audit fees

4. Whether the in-charge auditor was a CPA

5. General audit knowledge and experience


a. Hours of accounting and auditing CPE by the in-charge auditor
b. Percentage of total time spent doing audits by the audit team
c. Whether the audit firm derived at least 10% of its business from audits not
related to federal financial assistance
d. Average hours of accounting and auditing CPE earned by the audit team

6. Firm quality control commitment


a. Whether the audit report and work papers received a second partner
review
b. Whether the firm received on unqualified or qualified peer or quality
review
c. Whether the audit firm had a peer or quality review in the last three years
d. Whether responsibility for monitoring CPE for staff auditors (below the
in-charge level) was independent of the audit team and centralized.

7. The time needed to complete the audit (firm beginning of fieldwork to the
audit report date).

Dari Atribut atau karakteristik di atas maka langkah-langkah yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan kualitas audit adalah:


18

1. Perlunya melanjutkan pendidikan profesionalnya bagi suatu tim audit,

sehingga mempunyai keahlian dan pelatihan yang memadai untuk

melaksanakan audit.

2. Dalam hubungannya dengan penugasan audit selalu mempertahankan

independensi dalam sikap mental, arinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia

melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Sehingga ia tidak

dibenarkan memihak pada kepentingan siapa pun.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan, auditor tersebut

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama,

maksudnya petugas audit agar mendalami standar pekerjaan lapangan dan

standar pelaporan dengan semestinya. Penerapan kecermatan dan

keseksamaan diwujudkan dengan melakukan review secara kritis pada setiap

tingkat supervisi terhadap pelaksanaan audit dan terhadap pertimbangan yang

digunakan.

4. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan sebaik-baiknya dan jika

digunakan asisten maka dilakukan supervisi dengan semestinya. Kemudian

dilakukan pengendalian dan pencatatan untuk semua pekerjaan audit yang

dilaksanakan di lapangan.

5. Melakukan pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern klien

untuk dapat membuat perencanaan audit, menentukan sifat, saat dan lingkup

pengujian yang akan dilakukan


19

6. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten melalui inspeksi,

pengamatan, pengajuan pertanyaan, konfirmasi sebagai dasar yang memadai

untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

7. Membuat laporan audit yang menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Dan

pengungkapan yang informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, jika tidak maka harus dinyatakan dalam laporan audit.

8. Pada sektor publik melakukan VFM audit, yaitu melakukan audit kinerja yang

mencakup:

a. Audit tentang ekonomi dan efisiensi yang bertujua untuk menentukan

apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi dan menggunakan

sumber daya secara hemat dan efisien, dan mematuhi peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan efisiensi.

b. Audit program yang mencakup penentuan tingkat pencapaian hasil

program yang diinginkan atau manfaat yang telah ditetapkan oleh undang-

undang atau badan lain yang berwenang, menentukan efektivitas kegiatan

entitas, pelaksanaan program, kegiatan atau fungsi instansi yang

bersangkutan, dan menentukan apakah entitas yang diaudit telah mentaati

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan

program/kegiatan.

H. KESIMPULAN
20

Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor atau akuntan pemeriksa

menemukan penyelewengan dalam sistem akuntansi suatu unit atau lembaga,

kemudian melaporkannya dalam laporan audit. Probabilitas menemukan adanya

penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal dari auditor tersebut yang

dapat dilihat pada pengalaman auditor, pendidikan, profesionalisme dan struktur

audit perusahaan. Sedangkan probabilitas melaporkan penyelewengan tersebut

dalam laporan audit tergantung pada independensi auditor dalam menjaga sikap

mentalnya.

Kualitas audit pada sektor publik lebih rendah dibandingkan dengan

kualitas audit pada sektor swasta. Rendahnya kualits audit pada auditor

pemerintah, menurut Brown & Raghunandan, karena mereka dihadapkan pada

litigation risk yang rendah. Dan perbedaan tersebut kemungkinan dikarenakan:(1)

tipe auditor firm dan auditee yang berbeda, (2) sifat industri dan proses audit

yang berbeda, (3) tipe kualitas yang melakukan review, dan (4) metode pemilihan

audit untuk melakukan review yang berbeda.

Berdasarkan beberapa penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

audit adalah : (1) Tenure yaitu lamanya waktu (jumlah tahun) auditor tersebut

telah melakukan pemeriksaan suatu unit atau instansi, (2) Jumlah klien, (3) Size

dan kesehatan kuangan klien, (4) Adanya pihak ketiga yang akan melakukan

review atas laporan audit, (5) Independen auditor yang efisien, (6) level of audit

fees, (7) tingkat perencanaan kualitas audit.


21

Sedangkan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kualitas audit adalah (1) Meningkatkan pendidikan profesionalnya, (2)

mempertahankan independensi dalam sikap mental, (3) Dalam melaksanakan

pekerjaan audit, menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan

seksama, (4) Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik, (5) memahami

struktur pengendalian intern klien dengan baik, (6) memperoleh bukti audit yang

cukup dan kompeten, (7) Membuat laporan audit yang sesuai dengan kondisi

klien atau sesuai dengan hasil temuan, (8) melakukan VFM audit.

REFERENSI

Aldhizer II, George R; John R.Miller & JosephF.Moraglio,1995. Common


Attributes of Quality Audits. Journal of Accountancy, January.

Brown. Clifford D. & K. Raghunandan, 1997. Audit Quality in Audits of Federal


Programs by Non-Federal Auditors: A Reply. Accounting Horizon
Vol.11 No.1. American Accounting Association.

DeAngelo,L.E, 1981, Auditor Size and audit quality. Journal of Accounting &
Economics

Deis, Donald R. Jr & Gary A.Giroux, 1992. Determinants of Audit Quality in the
Public Sector, The Accounting Review, Vol 67, No.3.

Dye,R, 1993. Auditing Standards, Legal Liability and Auditor Wealth, Journal of
Political Economy, Vol.101.

Elder. Randal J.1997. A Comment on Audit Quality in Audits of Federal


programs by Non-Federal Auditors. Accounting Horizon Vo.11 No.1.
American Accounting Association

Elitzur Ramy & Haim Failk, 1996. Planned Audit Quality. Journal of Accounting
& Public Policy, 15.247-269. North Holland.

Goldman,A & B.Barlev,1974, The Auditor Firm Conflict of Interest: Its


Implications for Independence. The Accounting Review. Vol.49
22

Ikatan Akuntan Indonesia (1994) Standar Akuntansi Keuangan: per 1 Oktober


1994, Jakarta, Salemba Empat

Jones. Rowan & Maurice Pendlebury, 1996. Public Sector Accounting, 4 th


edition. Pitman Publishing. London

Khomsiyah & Nur Indriantoro, 1998, Pengaruh Orientasi Etika Terhadap


Komitmen dan Sentivitas Etika Auditor Pemerintah di DKI Jakarta.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. VolI No.1

Lennox S. Clive, 1999, Audit Quality & Auditor Size: An Evaluation of


Reputation and Deep Pockets Hypotheses. Journal of Business Finance
& Accounting, 26(7) & (8). Sept/Oct.

Malan.Roland M; James R.Fountain.Jr; Donald S.Arrowsmith & Robert


L.Lockridge II.1984. Performance Auditing in Local Government.
Chicago,Illinois; Government Finance Officers Association.

Mardiasmo, 2000. Value For Money Audit Dalam Pemeriksaan Keuangan Daerah
Sebagai Upaya Memperkuat Akuntabilitas Publik. Bahan Seminar
Strategi Pemeriksaan Keuangan Daerah yang Ekonomis, Efisien &
Efektif dalam Rangak pelaksanaan Otonomi Daerah, Yogyakarta.

Mautz,R.K & H.A.Sharaf,1961: The Philosophy of Auditing, American


Accounting Association, Sarasota.

Nichols,D.R & K.H.Price, 1976: The Auditor Firm Conflict: An Analysis using
concepts of exchange theory. The Accounting Review. Vol.51

Raman.K.K & Earl R.Wilson,1994. Governmental Audit Procurement Practices


and Seasoned Bond Prices. The Accounting Review. Vol. 69 No.4.

Shockley,R.A,1982, Perceptions of Audit Independence: A Conceptual Model.


Journal of Accounting, Auditing & Finance 5 (Winter)

Sudibyo, Bambang,: 1995, Reduksi Norma Evidencial Matter Menjadi Norma


Evidence serta Dampaknya pada Kualitas Audit dan Pembukuan di
Indonesia. Jurnal Keuangan dan Moneter, Vol.2 No.2

Whitaker Anne & Peter Western, 1985. Quality Control of The Audit. Current
Issued Auditing. Edited by David Kent, Michael Sherer & Stuart Turkey.
Harper & Row Publishers. London

You might also like