You are on page 1of 17

KOMPETENSI GURU DALAM MENINGKATKAN

PROFESIONALISME GURU

Disusun Oleh:

OLEH :

I G A ISTRI RIMBAWATI PRAWITA


( 17 )

PROGRAM AKTA MENGAJAR IV


ANGKATAN 59
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun
untuk sekedar memperkaya pustaka di lingkungan SD Negeri 2 Cibogogirang,
dengan judul “ KOMPETENSI GURU DALAM
MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU ” .
Terima kasih banyak kami haturkan kepada semua pihak yang telah
mendukung hingga rampungnya makalah ini. Mohon maaf atas segala
kekurangannya.

Demikianlah, semoga bermanfaat.

Purwakarta, Maret 2010


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................


i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. LATAR BELAKANG ........................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4
A. KOMPETENSI GURU ........................................................................ 4
B. KOMPETENSI PROFESIONAL GURU ................................................ 6
C. GURU PROFESIONAL DALAM PROSES PENDIDIKAN....................... 10
BAB III PENUTUP ..............................................................................................
14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................


15
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu
kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial.
Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki
pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik.
Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
memerlukan prinsip-prinsip profesional. Mereka harus (1) memiliki bakat, minat,
panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar
belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di samping
itu,
mereka juga harus (4) mematuhi kode etik profesi, (5) memiliki hak dan
kewajiban dalam melaksanakan tugas, (6) memperoleh penghasilan yang
ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7) memiliki kesempatan untuk
mengembangkan profesinya secara berkelanjutan, (8) memperoleh perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan (9) memiliki
organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber UU tentang Guru dan Dosen).
Bila kita mencermati prinsip-prinsip profesional di atas, kondisi kerja pada
dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki titik lemah pada hal-hal berikut:
1) Kualifikasi dan latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan bidang
tugas. Di lapangan banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran
yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan latar belakang
pendidikan yang dimilikinya.
2) Tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Guru
profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi
pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, seorang guru
selain terampil mengajar, juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan
dapat bersosialisasi dengan baik.
Penghasilan tidak ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. Sementara ini
guru yang berprestasi dan yang tidak berprestasi mendapatkan
penghasilan yang sama. Memang benar sekarang terdapat program
sertifikasi. Namun, program tersebut tidak memberikan peluang kepada
seluruh guru. Sertifikasi hanya dapat diikuti oleh guru-guru yang ditunjuk
kepala sekolah yang notabene akan berpotensi subjektif.
4) Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan profesi secara
berkelanjutan. Banyak guru yang terjebak pada rutinitas. Pihak
berwenang pun tidak mendorong guru ke arah pengembangan
kompetensi diri ataupun karier. Hal itu terindikasi dengan minimnya
kesempatan beasiswa yang diberikan kepada guru dan tidak adanya
program pencerdasan guru, misalnya dengan adanya tunjangan buku
referensi, pelatihan berkala, dsb.
Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well.
Artinya, guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak
mengerti dan memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam
minimal satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas
profesional.
Dengan integritas barulah, sang guru menjadi teladan atau role model.
Menyadari banyaknya guru yang belum memenuhi kriteria profesional,
guru dan penanggung jawab pendidikan harus mengambil langkah. Hal-hal
yang dapat dilakukan di antaranya (1) penyelenggaraan pelatihan. Dasar
profesionalisme adalah kompetensi. Sementara itu, pengembangan
kompetensi mutlak harus berkelanjutan. Caranya, tiada lain dengan pelatihan.
(2) Pembinaan perilaku kerja. Studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber
di awal abad ke -20 dan penelitian-penelitian manajemen dua puluh tahun
belakangan bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan
pada berbagai wilayah kehidupan ternyata ditentukan oleh perilaku manusia,
terutama perilaku kerja.
(3) Penciptaan waktu luang. Waktu luang (leisure time) sudah lama
menjadi sebuah bagian proses pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan
klasik (Yunani-Romawi) adalah menjadikan manusia makin menjadi
"penganggur

terhormat", dalam arti semakin memiliki banyak waktu luang untuk


mempertajam intelektualitas (mind) dan kepribadian (personal). (4) Peningkatan
kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu "membangun"
manusia muda dengan penuh percaya diri, guru harus memiliki
kesejahteraan yang cukup.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini, penulis akan membahas beberapa masalah yang
berkaitan dengan kompetensi guru dalam meningkatkan profesional guru,
yaitu  “Bagaimana upaya peningkatan kompetensi guru dalam dunia
pendidikan?”.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KOMPETENSI GURU
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini
jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi
formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengaj arkan
suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Guru adalah profesi
yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk menyongsong
pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Guru dengan  segala
kemampuannya dan daya upayanya mempersiapkan pembelajaran bagi
peserta didiknya. Sehingga tidak salah jika kita menempatkan guru sebagai
salah satu kunci pembangunan bangsa menjadi bangsa yang maju dimasa
yang akan datang. Dapat dibayangkan jika guru tidak menempatkan fungsi
sebagaimana mestinya, bangsa dan negara ini akan tertinggal dalam
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian waktu tidak
terbendung lagi perkembangannya.

Seorang guru yang mendidik banyak siswa dan siswi di sekolah


harus memiliki kompetensi. Kompetensi yang harus dimiliki diantaranya adalah :
1. Kompetensi Pribadi
Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian
ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau
panutan (yang harus digugu dan ditiru ). Sebagai seorang model guru
harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan
kepribadian ( personal competencies ), di antaranya: (1) kemampuan yang
berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan
agama yang dianutnya; (2) kemampuan untuk menghormati dan
menghargai antarumat beragama; (3) kemampuan untuk berperilaku
sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai yang berlaku di
masyarakat; (4) mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru
misalnya sopan santun dan tata karma dan; (5) bersikap demokratis dan
terbuka terhadap pembaruan dan kritik.
2. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan
yang berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan.
Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting. Oleh sebab
langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu,
tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi
sebagai berikut: (1) kemampuan untuk menguasai landasan
kependidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus
dicapai baik tujuan nasional, institusional, kurikuler dan tujuan
pembelajaran; (2) pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan,
misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang
teori-teori belajar; (3) kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran
sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya; (4) kemampuan dalam
mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran; (5)
kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber
belajar; (6) kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran; (7)
kemampuan dalam menyusun program pembelajaran; (8) kemampuan
dalam melaksanakan unsur penunjang, misalnya administrasi sekolah,
bimbingan dan penyuluhan dan; (9) kemampuan dalam melaksanakan
penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.
3. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan
Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai
anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi: (1)
kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman
sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional; (2) kemampuan
untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga
kemasyarakatan dan; (3) kemampuan untuk menjalin kerja sama baik
secara individual maupun secara kelompok.

B. KOMPETENSI PROFESIONAL GURU


Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan
oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar, tugas guru ini
sangat berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Hakikat profesi guru
merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih
terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan.
Ciri seseorang yang memiliki kompetensi apabila dapat melakukan
sesuatu, hal ini sesuai dengan pendapat Munandar bahwa, kompetensi
merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari
pembawaan dan latihan. Pendapat ini, menginformasikan dua faktor yang
mempengaruhi terbentuknya kompetensi, yakni ; (a) faktor bawaan, seperti
bakat, dan (b) faktor latihan, seperti hasil belajar.
Menurut Soedijarto, Guru yang memiliki kompetensi profesional perlu
menguasai antara lain:
(a) disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran,
(b) bahan ajar yang diajarkan,
(c) pengetahuan tentang karakteristik siswa,
(d) pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan,
(e) pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar,
(f) penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran,
(g) pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin,
guna kelancaran proses pendidikan.
Tuntutan atas berbagai kompetensi ini mendorong guru untuk
memperoleh informasi yang dapat memperkaya kemampuan agar tidak
mengalami ketinggalan dalam kompetensi profesionalnya. Semua hal yang
disebutkan diatas merupakan hal yang dapat menunjang terbentuknya
kompetensi guru. Dengan kompetensi profesional tersebut, dapat diduga
berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu
melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu. Keluaran yang bermutu
dapat dilihat pada hasil langsung pendidikan yang berupa nilai yang dicapai
siswa dan dapat juga dilihat dari dampak pengiring, yakni dimasyarakat.
Selain itu, salah satu unsur pembentuk kompetensi profesional guru adalah
tingkat komitmennya terhadap profesi guru dan didukung oleh tingkat abstraksi
atau kemampuan menggunakan nalar. Guru yang rendah tingkat
komitmennya, ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:
a. Perhatian yang disisihkan untuk memerhatikan siswanya hanya sedikit.
b. Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya hanya
sedikit.
c. Perhatian utama guru hanyalah jabatannya.

Sebaliknya, guru yang mempunyai tingkatan komitmen tinggi, ditandai


oleh ciri-ciri sebagai berikut:
a. Perhatiannya terhadap siswa cukup tinggi.
b. Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya
banyak.
c. Banyak bekerja untuk kepentingan orang lain.

Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme, yaitu guru yang


profesional adalah guru yang kompeten (berkemampuan). Karena itu,
kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan
kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya dengan
kemampuan tinggi. Profesionalisme seorang guru merupakan suatu
keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu
pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia
termasuk gaya belajar.
Pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan
kompetensi profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan”
untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan
peserta didik hanya mendengarkan. Dalam suasana seperti itu, peserta
didik secara aktif dilibatkan dalam memecahkan masalah, mencari sumber
informasi, data evaluasi, serta menyajikan dan mempertahankan pandangan
dan hasil kerja mereka kepada teman sejawat dan yang lainnya.
Sedangkan para guru dapat bekerja secara intensif dengan guru lainnya
dalam merencanakan pembelajaran, baik individual maupun tim, membuat
keputusan tentang desain sekolah, kolaborasi tentang pengembangan
kurikulum, dan partisipasi dalam proses penilaian. Kompetensi profesional
seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan
berhasil. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, terdiri
dari 3 (tiga) yaitu ; kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional mengajar. Keberhasilan guru dalam menjalankan profesinya
sangat ditentukan oleh ketiganya dengan penekanan pada kemampuan
mengajar. Dengan demikian, bahwa untuk menjadi guru profesional yang
memiliki akuntabilitas dalam melaksanakan ketiga kompetensi tersebut,
dibutuhkan tekad dan keinginan yang kuat dalam diri setiap guru atau calon
guru untuk mewujudkannya. Sebagai seorang guru perlu mengetahui dan
menerapkan beberapa prinsip mengajar agar seorang guru dapat
melaksanakan tugasnya
secara profesional, yaitu sebagai berikut:
1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi
mata pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media
dan sumber belajar yang bervariasi.
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam
berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian
pelajaran dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas
perkembangan peserta didik.
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi), agar
peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajarannya yang
diterimanya.
5. Sesuai dengan prinsip repitisi dalam proses pembelajaran, diharapkan
guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga
tanggapan peserta didik menjadi jelas.
6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara
mata pelajaran dan/atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan
cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung,
mengamati/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.
8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina
hubungan sosial, baik dalam kelas maupun diluar kelas.
9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara
individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya
tersebut.
10. Guru juga dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta
menggunakan hasilnya untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta
menggunakan hasilnya untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa
serta dapat melakukan perbaikan dan pengembangan.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang berkembang pesat,
guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus
mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih
banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan
mengolah sendiri informasi. Dengan demikian keahlian guru harus terus
dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar
seperti yang telah diuraikan di atas. Bertitik tolak dari pendapat para ahli
tersebut diatas, maka yang dimaksud “Kompetensi Profesionalisme Guru” adalah
orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidangnya
sehingga ia mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru
dengan hasil yang baik.
C. GURU PROFESIONAL DALAM PROSES PENDIDIKAN
Guru adalah suatu profesi, dimana sebelum ia bekerja sebagai guru,
terlebih dahulu dididik dalam suatu lembaga pendidikan keguruan, yang
didalamnya ia bukan hanya belajar ilmu pengetahuan bidang studi yang
akan diajarkan dan ilmu serta metode mengajar, tapi juga dibina agar
memiliki kepribadian sebagai guru.
Ki Hajar Dewatara telah menggariskan pentingnya peranan guru
dalam proses pembelajaran dengan ungkapan “ ing ngarso sung tulodho,
ing madyo mangun karso, tut wuri handayani ”, di mana guru harus dapat
menempatkan diri sebagai teladan, penasihat, pembimbing, dan motivator bagi
anak didiknya. Menurut data Human Devlopment Indek (HDI), guru yang
memiliki standar kualifikasi mengajar adalah berkisar 60% untuk SD, 40%
SLTP, 34% SLTA, dan 17,2% atau 69,477 guru mengajar tidak sesuai dengan
bidang studi atau latar belakang pendidikannya ”.
Dalam Jurnal Profesor Sujipto, Rektor UNJ menyebutkan bahwa ”Saat ini
baru 50 % dari guru Indonesia yang memiliki standarisasi dan kompetensi”.
Kondisi ini masih sangat jauh dari yang diharapkan, sehingga sangat wajar
mutu pendidikan kita tidak begitu bagus. Dari data HDI juga terungkap bahwa
kualitas sumber daya manusia Indonesia saat ini menduduki peringkat 105,
dimana untuk wilayah Asia Tenggara Singapura menduduki peringkat 25,
Brunai peringkat 26, Malaysia peringkat 57, Thailand peingkat 57, dan
Philipina menempati peringkat 77. (Falah Yunus, 2007).
UU No.14 Tahun 2005 tentang, Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1
menyebutkan” Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
”. dasar, dan pendidikan menengah
Sedangkan pada pasal 7 ayat 1 disebutkan” Profesi guru   merupakan
bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai
berikut:
(a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme ;
(b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan , keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia;
(c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas;
(d). memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
Dengan demikian, kriteria guru profesional yang diamanatkan oleh
undang-undang tersebut adalah:
1.  Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas.
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
Lain lagi dengan tanggapan para siswa tentang bagaimana guru
profesional dalam perspektif mereka. Kriteria guru ideal dalam perspektif
siswa, di antaranya:
1. Dapat berperan sebagai orang tua yang senantiasa memperhatikan
anak didiknya, dan menghormati mereka dengan panggilan yang enak,
serta hafal nama panggilan setiap anak didiknya.
2. Dapat berperan sebagai teman belajar yang senantiasa menempatkan diri
pada posisi “peserta belajar” dengan tidak bersikap menggurui, sehingga
anak didik akan dapat termotivasi untuk bersaing dalam menyelesaikan
setiap masalahnya dalam proses pembelajaran.
3. Dapat berperan sebagai teman bergaul yang memposisikan diri
sebagai sahabat “sebaya” yang sikap dan gaya bahasanya akrab dengan
lingkungan seusia anak didik, serta dapat memberikan suasana santai
yang penuh inovasi dalam lingkungan pembelajaran di kelas.
Hal ini sesuai dengan sas Utama Quantum Teaching “ Bawalah dunia
mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.“
Dalam sudut pandang penulis, selain berbagai pendapat di atas, terdapat
beberapa kriteria lainnya yang harus dimiliki seorang guru dalam kegiatan belajar
di kelas, antara lain:
1. Dalam segi penampilan, guru harus berpakaian rapi, sopan, dan
enak dipandang, serta tidak tampil berlebihan. Guru juga harus dapat
menampilkan sikap dan menggunakan gaya bahasa yang sesuai dengan
lingkungan kelas tempat ia melakukan proses pembelajaran.
2. Dalam segi administrasi, guru harus menguasai berbagaiadministrasi
kependidikan yang digunakannya dalam proses belajar. Guru harus
menguasai kurikulum serta me miliki perencanaan dalam setiap kegiatan
pembelajarannya. Guru juga harus selalu membekali diri dengan perangkat
administrasi yang digunakan sebagai indikator perkembangan siswa di
kelas, seperti daftar hadir dan daftar nilai, pada setiap pertemuannya.
3. Dalam segi organisasi, guru harus mampu memposisikan diri
sebagai leader yang membawa anak didiknya ke dalam dunia pembelajaran.
Guru juga harus mampu berperan sebagai motivator dan fasilitator bagi
anak didiknya. Menurut Muhibbin Syah (2004), ada sepuluh kemampuan
dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan mutu belajar, yaitu:
1. Menguasai bahan ajar,
2. Mengelola program belajar mengajar,
3. Mengelola kelas,
4. Menggunakan media dan sumber belajar,
5. Menguasai landasan-landasan pendidikan,
6. Mengelola interaksi belajar mengajar,
7. Menilai prestasi siswa,
8. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan konseling di sekolah,
9. Mengenal dan melaksanakan administrasi sekolah, dan
10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna
keperluan pengajaran.
Bila ditelaah secara seksama, dapat kita temukan bahwa salah satu
kemampuan pokok yang wajib dikuasai oleh seorang guru profesional
adalah merencanakan, mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dalam
setiap proses pengajarannya. Karena itu, guru harus menjadi gudang
inovasi dalam menciptakan metode dan model-model pembelajaran yang
unik, menarik, dan sesuai dengan perkembangan jaman serta kondisi
lingkungan pengajarannya. Guru harus mampu berpikir kreatif serta bersikap
peka terhadap lingkungan sekitarnya dan lingkungan sekitar anak didiknya.
BAB III
PENUTUP

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa untuk menjadi guru
profesional, seseorang harus:
1. Mengerti dan menyenangi dunia pendidikan, dan didukung dengan
kompetensi profesionalisme.
2. Menerapkan prinsip mengajar yang baik serta mempunyai komitmen
yang tinggi terhadap pendidikan.
3. Mempunyai motivasi kerja yang baik sehingga dapat meningkatkan
kinerja guru dalam proses belajar mengajar.
4. Berjiwa sabar dan bisa dijadikan suri tauladan bagi anak didiknya, baik
dalam berkata maupun bersikap.
5. Memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar
mengajar yang efektif dan suasana sekolah yang kondusif.
6. Mengikuti perkembangan teknologi komunikasi dan informasi untuk
dunia pendidikan.
7. Mempunyai program pengajaran yang jelas dan terarah sesuai
dengan kurikulum.
8. Berbudi pekerti luhur dan berkepribadian yang santun dan
bertanggungjawab.
Demikian tulisan yang sangat sederhana ini, mudah-mudahan bisa
memberikan sumbangan pemikiran inovasi demi mencerdaskan kehidupan
anak bangsa dan pada akhirnya dapat memberi manfaat bagi kita semua
terutama bagi penulis sendiri tentunya.

You might also like