You are on page 1of 8

Nutrisi Tumbuhan

Tanaman menggunakan mineral anorganik untuk gizi, baik ditanam di lapangan atau
dalam sebuah wadah. Akar menyerap nutrisi sebagai ion mineral dalam air. Banyak faktor
yang mempengaruhi asupan nutrisi bagi tanaman, tanaman gizi adalah istilah yang
memperhitungkan keterkaitan unsur-unsur mineral dalam tanah atau solusi yang tak dinodai
serta peran mereka dalam pertumbuhan tanaman. Hubungan timbal ini melibatkan
keseimbangan kompleks unsur-unsur mineral penting dan bermanfaat bagi pertumbuhan
tanaman optimal. (Campbell, 2003 : 338)

Sebagian besar berat basah tumbuhan terna disebabkan oleh kandungan air.
Kandungan air dapat dihitung dengan cara memanaskan sejumlah material tumbuhan segar
yang telah ditimbang dalam oven 980 C sampai beratnya tidak berkurang lagi. Berat bahan
kering yang tertinggal setelah airnnya hilang disebut berat kering. Sebagian besar bahan
kering tersusun atas senyawa organik yang dihasilkan oleh fotosintesis dari bahan dasar
karbondioksida dan air. Sebagian senyawa organik ini tersusun oleh karbon, hidrogen, dan
oksigen saja. Hal ini terdapat selulosa, yang menyusun kira–kira sepertiga dari berat kering
bahan. Senyawa–senyawa organik lain memiliki kerangka karbon yang tersusun atas ketiga
unsur ini, walaupun satu atau beberapa unsur lain merupakan bagian lain molekul. (Loveless,
1991: 333)

Sebuah tanaman tidak dapat menyelesaikan siklus hidup tanpa adanya unsur-unsur
mineral penting. Fungsi elemen ini tidak dapat tergantikan oleh unsur mineral lain. Unsur-
unsur ini secara langsung terlibat dalam metabolisme tanaman. Unsur menguntungkan adalah
mereka yang dapat mengimbangi efek racun dari unsur-unsur lain atau dapat menggantikan
nutrisi mineral dalam beberapa fungsi lain yang kurang spesifik seperti pemeliharaan tekanan
osmotik. Pengabaian nutrisi menguntungkan dalam produksi komersial dapat berarti bahwa
tanaman yang tidak tumbuh optimal potensi genetik mereka tetapi hanya diproduksi pada
tingkat subsistensi. Ada 20 unsur mineral yang diperlukan atau bermanfaat bagi pertumbuhan
tanaman. (Campbell, 2003: 338)

Unsur – unsur yang diperlukan oleh tumbuhan dibedakan menjadi dua yaitu unsur
esensial dan tidak esensial, pertama, suatu unsur disebut esensial jika tumbuhan tak mampu
menyempurnakan daur hidupnya (misalnya membentuk biji yang viabel) tanpa unsur
tersebut. Kedua, suatu unsur adalah esensial bila unsur tersebut menjadi bagian dari molekul
atau kandungan yang esensial bagi tumbuhan itu (contohnya, nitrogen dalam protein, dan
magnesium dalam klorofil). Bila suatu unsur disebut esensial, maka unsur itu haruslah secara
langsung berperan dalam tumbuhan, dan bukan menyebabkan suatu unsur lain menjadi lebih
mudah tersedia, atau melawan efek unsur lain. Unsur esensial dibagi lagi menjadi dua yakni
mikrohara dan makrohara. Mikrohara atau disebut dengan unsur kelumit dibutuhkan dalam
jaringan pada konsentrasi sama dengan atau kurang dari 100 mg/kg bahan kering. Dan yang
dimaksud makrohara adalah unsur yang dibutuhkan pada konsentrasi 1000 mg/kg bahan
kering. (Salisbury, 1995 : 133)

Pada tumbuhan nitrogen diperlukan dalam jumlah sangat besar, sedangkan besi
dalam jumlah sangat kecil, dibandingkan dengan unsur–unsur lain. Dari ketujuh unsur di
bawah ini nitrogen diperoleh sebagai ion nitrat (NO3- ) atau ion ammonium (NH4+), fosfor
sebagai ortofosfat (H2PO4-), dan belerang sebagai ion sulfat (SO42-); empat unsur lain diserap
sebagai kation (K+, Ca2+, Mg2+, Fe2+, atau Fe3+). Ketujuh unsur ini diperlukan oleh tumbuhan
yang sedang tumbuh dalam jumlah besar, sebab kekurangan atau defisiensi salah satu dari
ketujuh unsur ini akan jelas tampak dalam waktu singkat (sering hanya dalam waktu
bebebrapa hari) dengan munculnya gejala pertumbuhan tidak sehat. Karena defisiensi
masing–masing unsur cenderung untuk menghasilkan gejala yang khas, maka biasanya maka
biasanya mudah dikenal unsur mana yang tidak ada, dengan cara melihat penampilan luar
tumbuhan itu. (Loveless, 1991: 335)

Gejala kekahatan suatu unsur terutama bergantung pada dua faktor yaitu fungsi unsur
tersebut dan mudah tidaknya unsur tersebut berpindah dari daun tua ke daun yang lebih muda
atau ke organ–organ lainnya. Contoh yang baik untuk menjelaskan kedua faktor tersebut
adalah klorosis yang disebabkan oleh Mg. Karena Mg adalah bagian essensial molekul
klorofil, maka klorofil tak terbentuk tanpa Mg atau terbentuk dalam jumlah sedikit bila
konsentrasi Mg rendah. Klorosis pada daun tua yang terletak lebih rendah terlihat lebih parah
dari pada daun muda. Perbedaan tersebut menggambarkan bahwa bagian yang lebih muda
dari tumbuhan mempunyai kemampuan untuk mengambil hara yang mudah bergerak (mobil)
dari bagian yang lebih tua. (Salisbury, 1995 : 143-144)

Prinsip umum yang telah berkembang dari pengamatan mengenai kebutuhan akan
mineral ialah bahwa kebutuhan akan unsur tertentu itu hampir selalu sangat khusus sifatnya.
Jadi natrium tidak dapat mengganti kalium walaupun kedua unsur itu sangat mirip sifat–sifat
kimianya. Bagi beberapa unsur kekhususan ini dapat dijelaskan, sebab unsur–unsur ini
merupakan komponen molekul organik penting dalam metabolisme. (Loveless, 1991 : 337)

1. Makrohara

Unsur–unsure makrohara merupakan unsur yang sangat dibutuhkan oleh


tumbuhan. Di bawah merupakan beberapa contoh makrohara dan fungsi makrohara
tersebut bagi tumbuhan :

a. Nitrogen, haramakro yang diperlukan dalam jumlah besar, merupakan penyusun


semua asam amino, protein juga penyusun asam nukleat, klorofil, dan banyak lagi
senyawa penting untuk metabolisme.

b. Belerang, seperti halnya nitrogen, juga terlibat dalam metabolisme protein, sebab
unsur ini terdapat pada protein yang mampu membentuk ikatan disulfida, baik di
dalam maupun di antara ikatan peptida.

c. Magnesium, memasuki struktur klorofil dan karena itu penting bagi fotosintesis.
Lebih lanjut diketahui bahwa magnesium itu diperlukan semua tumbuhan, sebab
berperan dalam reaksi–reaksi enzim.

d. Fosfor, berhubungan dengan mekanisme biokimia yang menyimpan energi dan


kemudian memindahkannya ke dalam sel–sel hidup. Selain sintesis ATP dan ADP
dan fosfat anorganik, fosfor ini berpartisipasi dalam fosforilasi berbagai senyawa
perantara fotosintesis dan respirasi.

e. Kalsium, merupakan komponen penting dalam lamela tengah sel–sel tumbuhan tinggi
serta penting dalam mempertahankan struktur dan sifat selaput sel.

f. Kalium, berfungsi dalam mengaktifkan bagi sekurang–kurangnya enzim pada


glikolisis. Selain itu, kekurangan kalium mempengaruhi kecepatan fotosintesis,
sintesis protein, dan respirasi, karena kalium memegang peranan penting dalam semua
jalur metabolisme. Kalium juga faktor penting dalam mengatur potensi osmossis sel,
pada sel–sel pengawal daun kalium memegang peranan kunci dalam mekanisme
gerakan stomata.

(Loveless, 1991 : 338)


2. Mikrohara

Mikrohara umumnya berarti penting, sebab terlihat dalam berbagai reaksi enzim
yang khas. Hal ini merupakan penjelasan mengapa mikrohara hanya diperlukan dalam
jumlah kecil. Unsur besi, tembaga, dan molibdenum semuanya berhubungan dengan
enzim–enzim yang mengkatalisis reaksi–reaksi oksidasi– reduksi. Unsur–unsur ini
mampu berfungsi dalam reaksi karena sifat perubahan valensi dalam ionnya, berikut
merupakan unsur–unsur dari mikrohara :

a. Besi (Fe), merupakan struktur molekul pigmen respirasi yang dikenal dengan nama
sitokrom, bergiliran dalam bentuk feri dan fero. Dalam bentuk feri berarti menerima
sebuah elektron, dan berbentuk fero berarti melepas sebuah elektron.

b. Tembaga (Cu), berperilaku sama dalam sistem asam askorbat oksidase yang molekul
oksigen. Sistem ini bergantung pada kupro dan kupri yang terikat pada molekul
pembawa. Logam ini merupakan enzim nitrat reduktase yang mengkatalis reduksi
nitrat menjadi nitrit.

c. Seng (Zn) dan mangan (Mn), penting bagi tumbuhan berbunga.

d. Boron (B) dan Klor (Cl), boron berfungsi dalm translokasi gula, sedangkan klor
berperan serta dalam proses fotosintesis. Hilangnya salah satu dari kedua unsur itu
dalam tumbuhan menimbulkan penyakit yang berat atau bahkan kematian.

Dan masih banyak lagi mikrohara yang memiliki peranan penting bagi kelangsungan
hidup tumbuhan. (Loveless, 1991 : 339)

Tubuh menanggapi kekurangan unsur esensial dengan menunjukan unsur kekahatan


yang khas. Gejala yang terlihat meliputi terhambatnya pertumbuhan akar, batang, dan daun,
serta klorosis atau nekrosis pada bebagai organ. Gejala khas sering membantu untuk
mengetahui fungsi suatu unsur tumbuhan. Berikut ini beberapa contoh gejala kekahatan hara
pada tumbuhan. (Salisbury ,1995 : 143)
1. Nitrogen (N)

Daun yang lebih tua atau lebih rendah letaknya banyak terpengaruh, efeknya
mengelompok atau menyebar. Umumnya meluas ke seluruh tubuh tumbuhan, dedaunan
di bawah agak mengering atau terbakar, tumbuhan berwarna coklat terang, tangkai
pendek dan pipih bila kekahatan terjadi pada taraf pertumbuhan lanjut.

2. Fosfor (P)

Tumbuhan menjadi hijau tua, sering muncul warna merah dan ungu, tangkai pendek dan
pipih jika kekahatan unsur terjadi pada taraf pertumbuhan lanjut.

3. Magnesium (Mg)

Berefek pada tumbuhan menjadi sering mengelompok, bercak warna atau klorosis
dengan atau tanpa bercak, jaringan mati pada daun yang terletak lebih bawah, sedikit
atau tak ada daun yang terletak di bawah yang mengering. Daun dengan bercak warna
atau klorosis memerah secara khas seperti pada tanaman kapas, ujung dan tepi daun
melengkung ke bawah atau ke atas dan tangkainya terlihat pipih.

4. Kalium (K)

Daun dengan bercak warna atau klrosis, bercak jaringan mati kecil atau besar. Bercak
jaringan mati kecil, biasanya di ujung dan di antar urat daun, lebih jelas ditepi daun, dan
tangkainya terlihat pipih.

5. Seng (Zn)

Bercak meluas, menyebar dengan cepat, biasanya meliputi daerah antar urat daun dan
akhirnya mencapai urat sekunder bahkan primer, daunnya terlihat tebal, dan beruas
pendek.

6. Kalsium (Ca)

Daun muda atau kuncup daun yang terpengaruh, gejala mengelompok. Kuncup akhirnya
mati, terjadi setelah terjadi perubahan bentuk pada ujung atau pangkal daun muda. Daun
muda pada kuncup akhir mula–mula melengkung secara khas, akhirnya mati pucuk
mulai dari ujung dan tepi, sehingga pertumbuhan selanjutnya dicirikan oleh matinya
jaringan di daerah ini, dan akhirnya tangkai kuncup akhir mati.
7. Boron (B)

Daun muda pada kuncup akhir menjadi hijau muda di pangkalnya, lalu patah di situ,
pada pertumbuhan lanjut daun terpilin, akhirnya tangkai kuncup akhir mati pucuk.

8. Tembaga (Cu)

Kuncup akhir umumnya tetap hidup, layu atau klorosis pada daun muda atau daun
kuncup, dengan atau tanpa bercak jaringan mati, dan urat daun berwarna hijau muda atau
hijau tua. Daun muda layu tetap (efek ujung–terbakar) tanpa bercak atau gejala klorosis,
ranting atau tangkai tepat di bawah ujung dan pentul biji sering tak mampu tegak pada
tahap lanjut, bila kekurangan unsur ini tumbuhan akan menjadi parah.

9. Mangan (Mn)

Daun muda tidak layu, klorosis dengan atau tanpa bercak, jaringan mati tersebar di
seluruh daun. Bercak jaringan mati tersebar di seluruh daun, urat yang kering cenderung
tetap hijau, sehingga tampak seperti jala–jala.

10. Belerang (S)

Daun muda dengan urat dan jaringan antar urat daun berwarna hijau muda.

11. Besi (Fe)

Daun muda klorosis, urat pokoknya berwarna hijau khas, tangkai pendek dan pipih.

(Salisbury ,1995 : 144)

Dengan mengetahui elemen-elemen yang penting bagi pertumbuhan, maka dapat


dilakukan penamaan tumbuhan dengan menggunakan larutan media buatan yang
mengandung semua elemen yang diperlukan oleh tumbuhan. Ada 2 macam media yang
disusun oleh Hoagland dan Evan. Pada dasarnya ke-2 larutan media tersebut tersusun oleh
senyawa-senyawa kimia yang mengandung elemen-elemen yang diperlukan, dan diusahakan
bahan kimia yang dimiliki sebanyak mungkin unsur yang diperlukan (missal: KNO 3 mewakili
unsure K dan N). Untuk mengetahui kebutuhan mineral pada tumbuhan, umumnya dilakukan
dengan suatu teknik kultur pasir atau kultur pasir. (Sasmitamihardja, 1996: 67)
TINJAUAN PUSTAKA

FISOLOGI TUMBUHAN DASAR

NUTRISI TUMBUHAN

Disusun oleh :

Kelompok 5

Dewi Hartanti (09304244003)

Desti Wulandari (09304244004)

Ni Nengah A. W (09304244007)

Putri Lindawati (09304244017)

Dina Annisa Zakiya (09304244030)

Moch Dwi Irsyad S (09304244031)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI (Swadana)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A., dkk. 2003. Biologi Edisi Keenam – Jilid II. Jakarta: Erlangga

Dardjat Sasmitamihardja, dkk. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Depdikbud

Loveless. 1991. Prinsip–prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta: Gramedia

Salisbury, Frank B. dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung: ITB

You might also like