You are on page 1of 26

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOPROSES

Semester : V (LIMA)
Tahun Ajaran : 2010
Kelompok : II (Dua)
Tgl. Percobaan : 25 September 2010
Judul Percobaan : Fermentasi Alkohol

NAMA NIM
Bella Simbolon 080405034

Keadaan ruangan :
Tekanan Ruangan : 760 mmHg
Suhu : 30 oC

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TEKNIK


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN
Nama / NIM : Bella Simbolon / 080405034
Kelompok : II (Dua)
Modul : Fermentasi Alkohol
Tanggal Percobaan : 25 September 2010

Medan, 2010
Asisten

( Refina Sari Siregar)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN
Nama / NIM : Bella Simbolon / 080405034
Kelompok : II (Dua)
Modul : Fermentasi Alkohol
Tanggal Percobaan : 25 September 2010

Medan, 2010
Dosen

( Ir. Netti Herlina, MT)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENUGASAN
Nama / Nim : Andi Nata / 070405002
Bella Simbolon / 080405034
Febrina L Gultom / 080405065
Kelompok : II (Dua)
Modul : Fermentasi Alkohol
Tgl. Percobaan : 25 September 2010

 Jus Jambu Biji Merah (Guava)


 Ragi instan (Fermipan)
 Karet gelang
 Plastik
Perlakuan I
Jus Guava 350 ml
Perlakuan II
Jus Guava 250 ml
Perlakuan III
Jus Guava 50 ml
Δt = 15 menit
t = 90 menit

Medan, 2010
Asisten

( Refina Sari Siregar)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAPORAN SEMENTARA
Nama / Nim : Andi Nata / 070405002
Bella Simbolon / 080405034
Febrina L Gultom / 080405065
Kelompok : II (Dua)
Modul : Fermentasi Alkohol
Tgl. Percobaan : 25 September 2010

Perlakuan
Waktu
I II III
No (menit
CO2 Bau CO2 Bau CO2 Bau
)
(ml) Alkohol (ml) Alkohol (ml) Alkohol
Sedikit
1. 15 0 Tidak ada 0 Tidak ada 0
menyengat
Sedikit
2. 30 0,1 Tidak ada 0 Tidak ada 0
menyengat
Sedikit
3. 45 0,4 Tidak ada 0,25 Tidak ada 0
menyengat
Sedikit
4. 60 0,6 Tidak ada 0,35 Tidak ada 0
menyengat
Sedikit
5. 75 0,9 Tidak ada 0,4 Tidak ada 0
menyengat
Sedikit Sedikit
6. 90 1,05 0,55 0 Menyengat
menyengat menyengat
Sangat Sangat
7. 2970 23,7 19,8 Menyengat 12,2

Medan, 2010
Asisten

( Refina Sari Siregar)

I JUDUL PERCOBAAN : Fermentasi Alkohol


II TUJUAN PERCOBAAN : Percobaan fermentasi alkohol bertujuan untuk
memperkenalkan dasar – dasar fermentasi
dan membuat grafik pertumbuhan mikroba.

III TEORI
3.1 Jambu Biji Merah (Guava)
Jambu biji merah punya multimanfaat bagi kesehatan. Buah ini sangat
kaya vitamin C dan beberapa jenis mineral yang mampu menangkal berbagai
jenis penyakit degeneratif, serta menjaga kebugaran tubuh. Daun dan kulit
batangnya mengandung zat antibakteri, yang dapat menyembuhkan beberapa
jenis penyakit. Jambu biji secara taksonomi tergolong ke dalam famili
Myrtaceae, genus Psidium, spesies guajava. Karena itu, dalam bahasa Latin
disebut Psidium guajava. Tanaman jambu biji termasuk tanaman perdu yang
cepat beradaptasi dengan lingkungan dan memiliki daya regenerasi yang baik.
Daun jambu seringkali digunakan untuk pengobatan diare, gastroenteritis, dan
keluhan-keluhan lain yang berhubungan dengan pencernaan. Daun jambu kaya
akan senyawa flavonoid, khususnya quercetin. Senyawa inilah yang memiliki
aktivitas antibakteri dan yang berkontribusi terhadap efek antidiare. Polifenol
yang ditemukan pada daun diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Seperti halnya daun jambu, kulit batang tanaman ini juga memiliki aktivitas
antibakteri. Ekstrak dari kedua bagian tanaman ini secara in vitro bersifat toksik
terhadap beberapa bakteri penyebab diare, seperti Staphylococcus, Salmonella,
Shigella, Bacillus, Escherichia coli, Clostridium, dan Pseudomonas.
Ketersediaan vitamin C yang cukup dalam darah dapat mendorong kerja
selenium dalam menghambat sel kanker, terutama kanker paru-paru, prostat,
payudara, usus besar, empedu, dan otak. Serat jambu biji juga mengandung
potasium sekitar 14 mg/100 gram buah. Potasium berfungsi meningkatkan
keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman
zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan pada
jaringan sel tubuh, serta menurunkan tekanan darah tinggi Jenis serat yang
cukup banyak terkandung di dalam jambu biji adalah pectin (Anonim, 2010b).
Jambu biji merah dapat digunakan untuk terapi penyembuhan diabetes mellitus
karena rendah kalori dan glukosa (Anonim, 2009a).
Berikut ini adalah kandungan zat gizi dalam 100 gram jambu biji:
Tabel 3.1 Kandungan Gizi Dalam 100 Gram Jambu Biji
Kandungan Jumlah Kandungan Jumlah
Energi 49,00 kal Vitamin C 87,00 mg
Vitamin A 25 SI Kalsium 14,00 mg
Protein 0,90 gr Niacin 1,10 mg
Vitamin B1 0,05 mg Fosfor 28,00 mg
Lemak 0,30 gr Serat 5,60 gr
Vitamin b2 0,04 mg Zat Besi 1,10 mg
karbohidrat 12,20 gr Air 86 gr
(Anonim, 2009b)

3.2 Fermentasi
Fermentasi sudah dikenal sejak zaman dahulu, dengan kecenderungan
terhadap keterlanjutan lingkungan hidup, dan pengembangan sumber daya yang
dapat diperbaharui, menyebabkan peningkatan upaya dan keterlibatan dalam
upaya mengambil kembali produk – produk fermentasi, seperti asamorganik
aditif, makanan dan bahan kimia (Lieke, 2007). Fermentasi adalah proses
produksi energi dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum,
fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik akan tetapi, terdapat
definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi sel
dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal (Anonim,
2010a). Dari sisi biokimia, fermentasi berhubungan dengan pembangkitan energi
dengan proses katabolisme senyawa – senyawa organik, yang berfungsi sebagai
donor elektron dan terminal electron acceptor. Dari sisi industrial microbiologist,
fermentasi berhubungan dengan proses produksi produk dengan menggunakan
mikroorganisme sebagai biokatalis (Lieke, 2007).

3.2.1 Jenis – Jenis Fermentasi


Fermentasi dibedakan atas fermentasi solid state dan sub
merged. Fermentasi solid state adalah metode menumbuhkan
mikroorganisme di kondisi yang kandungan airnya terbatas tanpa memiliki
aliran air yang mengalir bebas. Mikroorganisme tumbuh pada permukaan
padatan yang lembab, tetapi juga dapat berhubungan dengan udara secara
langsung. Fermentasi solid dapat mengurangi biaya manufaktur karena
menggunakan limbah pertanian padat dan mengurangi biaya aerasi.
Beberapa keuntungan fermentasi solid state adalah:
 Investasi modal rendah dan mengurangi pengeluaran.
 Rendahnya pemakaian air.
 Rendahnya kebutuhan energi proses fermentasi karena tidak adanya
agitasi.
 Tidak terbentuknyaa busa karena tidak ada air yang berlebih.
 Media fermentasi yang sederhana.
 Kebutuhan ruangan fermentasi lebih kecil.
 Dapat dilakukan pada skala operasi yang bermacam – macam.
 Tidak dibutuhkannya aerasi.
 Lebih mudah mengontrol kontaminasi bakteri.
 Mengurangi induksi dan supresi dari spora.
 Rendahnya biaya untuk proses downstream.
Fermentasi submerged adalah proses fermentasi yang
mikroorganisme dan substrat berada menjadi satu dalam submerged state
dalam media cair dalam jumlah yang besar. Perbedaan mendasar antara
fermentasi solid state dan fermentasi submerged misalnya adalah dapat
dilihat dari kondisi mikroorganisme dan substrat, status substrat, keberadaan
air, suplai oksigen, kebutuhan energi dan lain – lain (Lieke, 2007).

Dari hasil akhir fermentasi, dibedakan menjadi fermentasi asam


laktat/asam susu dan fermentasi alkohol.
1. Fermentasi Asam Laktat
Fermentasi asam laktat yaitu fermentasi dimana hasil akhirnya adalah
asam laktat. Peristiwa ini dapat terjadi di otot dalam kondisi anaerob.
enzim
Reaksinya: C6H12O6 2C2H5OCOOH + Energi
Prosesnya :
enzim
- Glukosa asam piruvat (proses Glikolisis).
C6H12O6 2C2H3OCOOH + Energi
- Dehidrogenasi asam piravat akan terbentuk asam laktat.
2C2H3OCOOH + 2NADH2 2C2H5OCOOH + 2NAD
Energi yang terbentuk dari glikolisis hingga terbentuk asam laktat :
8 ATP - 2 NADH2 = 8 - 2(3 ATP) = 2 ATP.

2. Fermentasi Alkohol
Pada beberapa mikroba peristiwa pembebasan energi terlaksana karena
asam piruvat diubah menjadi asam asetat + CO2 selanjutaya asam asetat
diabah menjadi alkohol. Dalam fermentasi alkohol, satu molekul
glukosa hanya dapat menghasilkan 2 molekul ATP, bandingkan dengan
respirasi aerob, satu molekul glukosa mampu menghasilkan 38 molekul
ATP.
Reaksinya :
- Gula (C6H12O6) asam piruvat (glikolisis)
- Dekarbeksilasi asam piruvat.
Asam piruvat asetaldehid + CO2.
- Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase diubah menjadi alcohol
(etanol).
2 CH3CHO + 2 NADH2 2 C2H5OH + 2 NAD.
Ringkasan reaksi :
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2NADH2 + Energi

3. Fermentasi Asam Cuka


Fermentasi asam cuka merupakan suatu contoh fermentasi yang
berlangsung dalam keadaan aerob. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri
asam cuka (Acetobacter aceti) dengan substrat etanol. Energi yang
dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi
alkohol secara anaerob.
Reaksi:
C6H12O6 2C2H5OH 2CH3COOH + H2O + 116 kal
(Anonim, 2000).

3.2.2 Sistem Fermentasi


Fermentasi adalah reaksi dengan menggunakan biokatalis untuk
mengubah bahan baku menjadi produk. Biokatalis yang digunakan adalah
bakteri, yeast atau jamur (fungi). Prosesnya dilakukan dalam sebuah bejana
yang disebut dengan bioreaktor atau fementor. Umpan yang masuk ke
fermentor disebut substrat. Substrat utama yang digunakan oleh
mikrooorganisme untuk memberikan energi pertumbuhan dan produksi
produk akhir. Mikroorganisme juga membutuhkan nutrien lainnya. Nutrien
ini juga menyediakan elemen – elemen kunci pada penyusunan struktur
molekul dari komponen 2 sel seperti nukleus, dinding sel, dan membran.
Nutrien yang umum adalah sulfur, phospor, potasium, magnesium, nitrogen,
dan mineral lainnya tergantung pada spesifik organisme. Nutrien ini
ditambahkan dalam bentuk amonia. Sel yang hidup membutuhkan oksigen
untuk memelihara pertumbuhan, sehingga kebutuhan oksigen untuk
fermentasi dengan mikroorganisme aerobik disuplai dengan gelembung
udara ke dalam fermentor. Fermentasi dengan menggunakan
mikroorganisme ini mendapatkan oksigen dari bahan substrat yang memiliki
ikatan kimia dengan oksigen. Persamaan umum yang digunakan untuk
fermentasi dapat ditulis sebagai berikut:
mikroba
Nutrien + sumber karbon+oksigen produk + produk samping + panas
Sumber karbon yang umum adalah glukosa, molase dan bahkan
alkohol. Produk samping yang umum adalah biomass, gabungan beberapa
teknologi yang berada dalam sebuah unit operasi (Lieke, 2007).
3.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Fermentasi
Pada kondisi di alam, pengaruh faktor – faktor lingkungan tidak
dapat dipisahkan satu sama lainnya, tetapi berpengaruh secara simultan
saling mempengaruhi. Interaksi ini berlangsung secara otomatis dan berubah
berdasar tempat dan waktu. Interaksi antara suhu, aktivitas air, pH, garam,
gula, dan adanya bahan pengawet sering dipelajari dalam upaya
menghambat pertumbuhan khamir pada makanan atau digunakan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan khamir dalam produksi alkohol. Pertumbuhan
mikroorganisme selama proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: konsentrasi garam, suhu, dan oksigen (Anonim, 2008).

3.3 Aplikasi Fermentasi Alkohol


Adapun aplikasi dari fermentasi alkohol adalah pembuatan bioetanol
dari singkong.
Singkong diolah menjadi bioetanol, pengganti premium. Singkong
adalah salah satu sumber pati. Pati senyawa karbohidrat kompleks. Sebelum
difermentasi diubah dulu menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana.
Untuk mengurai pati, perlu bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan ini
menghasilkan enzim alfamilase dan glikomilase yang berperan mengurai pati
menjadi glukosa atau gula sederhana. Setelah menjadi gula, bam difermentasi
menjadi etanol. Proses pengolahannya adalah sebagai berikut:

Mulai

Kupas 125 kg singkong


segar,bersihkan dan cacah
Keringkan

Apakah kadar air 16% ?


Tidak

Ya

Masukkan 25 kg singkong kering


ke stainless 120 liter

Tambahkan air hingga 100 liter

Panaskan hingga 1000C selama 0,5 jam

Aduk hingga jadi bubur dan kental

Dibiarkan 2 jam

A B

A B

Apakah bubur berubah menjadi 2 lapisan? Tidak


Ya

Ditambah air

Apakah kadar gula 17 – 18 %? Tidak

Ya

Difermentasi pada suhu 28 – 320, pH 4,5 – 5,5 selama 3


hari

Apakah pati beubah jadi 3 lapisan? Tidak

Ya

Tidak Apakah etanol sudah 12%?

Ya

Sedot larutan Etanol

Didestilasi
Apakah etanol sudah 95%? Tidak

Ya

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Bioetanol Dari Singkong


(Anonim, 2007)

IV BAHAN DAN PERALATAN


4.1 Bahan Dan Fungsi
1. Ammonium Sulfat ((NH4)2SO4)
Fungsi : sebagai sumber nitrogen bagi pertumbuhan mikroba.
2. Kalium Klorida (KCl)
Fungsi : sebagai senyawa mineral yang dibutuhkan oleh mikroba untuk
melakukan pertumbuhan dan juga sebagai reagensia dalam
fermentasi.
3. Ragi Instan (Fermipan)
Fungsi : sebagai penghasil bakteri Sacharomyces cereviciae untuk proses
fermentasi.
4. Air (H2O)
Fungsi : sebagai pelarut.
5. Jambu Biji Merah (Guava)
Fungsi : sebagai sampel dan sumber mikroba.

4.2 Peralatan Dan Fungsi


1. Erlenmeyer
Fungsi : sebagai media fermentasi.
2. Gelas ukur
Fungsi : untuk mengukur volume cairan.
3. Batang pengaduk
Fungsi : untuk menghomogenkan campuran fermentasi.
4. Karet gelang
Fungsi : untuk mengencangkan plastik penutup pada erlenmeyer.
5. Plastik
Fungsi : untuk menutup erlenmeyer supaya bahan tidak jatuh.
6. Rotary shaker
Fungsi : untuk mengaduk campuran bahan – bahan yang digunakan
dalam proses fermentasi di dalam erlenmeyer.
7. Loop
Fungsi : untuk mengambil bahan (cara kerjanya seperti sendok).
V PROSEDUR
5.1 Prosedur Perlakuan I
1. Dimasukkan sampel sebanyak 350 ml ke dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan 100 ml aquadest, 3 loop KCl, 3 loop (NH 4)2SO4, 2 loop
ragi instan (fermipan), aduk hingga rata.
3. Tutup erlenmeyer dengan plastik dan ikat dengan karet gelang .
4. Aduk dengan rotary shaker selama 15 menit.
5. Amati perubahan gas CO2, dan perubahan bau alkohol pada erlenmeyer.
6. Pengamatan dilakukan tiap selang waktu 15 menit dan dilakukan 6 kali
pengamatan.
7. Buat grafik perubahan gas CO2 dan perubahan bau alkohol terhadap
perubahan waktu aktivitas mikroba.
8. Disimpan di dalam steril kabinet selama 49,5 jam.
9. Amati perubahan gas CO2, dan perubahan bau alkohol dalam
erlenmeyer.

5.2 Prosedur Perlakuan II


1. Dimasukkan sampel sebanyak 350 ml ke dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan 100 ml aquadest, 3 loop (NH4)2SO4, 2 loop ragi instan
(fermipan), aduk hingga rata.
3. Tutup erlenmeyer dengan plastik dan ikat dengan karet gelang .
4. Aduk dengan rotary shaker selama 15 menit.
5. Amati perubahan gas CO2, dan perubahan bau alkohol pada erlenmeyer.
6. Pengamatan dilakukan tiap selang waktu 15 menit dan dilakukan 6 kali
pengamatan.
7. Buat grafik perubahan gas CO2 dan perubahan bau alkohol terhadap
perubahan waktu aktivitas mikroba.
8. Disimpan di dalam steril kabinet selama 49,5 jam.
9. Amati perubahan gas CO2, dan perubahan bau alkohol dalam erlenmeyer.

5.3 Prosedur Perlakuan III


1. Dimasukkan sampel sebanyak 350 ml ke dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan 2 loop ragi instan (fermipan), aduk hingga rata.
3. Tutup erlenmeyer dengan plastik dan ikat dengan karet gelang .
4. Aduk dengan rotary shaker selama 15 menit.
5. Amati perubahan gas CO2, dan perubahan bau alkohol pada erlenmeyer.
6. Pengamatan dilakukan tiap selang waktu 15 menit dan dilakukan 6 kali
pengamatan.
7. Buat grafik perubahan gas CO2 dan perubahan bau alkohol terhadap
perubahan waktu aktivitas mikroba.
8. Disimpan di dalam steril kabinet selama 49,5 jam.
9. Amati perubahan gas CO2, dan perubahan bau alkohol dalam erlenmeyer.

VI HASIL DAN PEMBAHASAN


6.1 Hasil Percobaan
6.1.1 Perlakuan I Dengan Sampel Jambu Biji Merah (Guava)
Gambar 6.1 Perlakuan I

6.1.2 Perlakuan II Dengan Sampel Jambu Biji Merah (Guava)

Gambar 6.2 Perlakuan II


6.1.3 Perlakuan III Dengan Sampel Jambu Biji Merah (Guava)
Gambar 6.3 Perlakuan III

6.1.4 Data Hasil Percobaan


Tabel 6.1 Data Hasil Percobaan Fermentasi Alkohol
Perlakuan
Waktu
No (menit I II III
)
CO2 Bau CO2 Bau CO2 Bau
(ml) Alkohol (ml) Alkohol (ml) Alkohol
Sedikit
1. 15 0 Tidak ada 0 Tidak ada 0
menyengat
Sedikit
2. 30 0,1 Tidak ada 0 Tidak ada 0
menyengat
Sedikit
3. 45 0,4 Tidak ada 0,25 Tidak ada 0
menyengat
Sedikit
4. 60 0,6 Tidak ada 0,35 Tidak ada 0
menyengat
Sedikit
5. 75 0,9 Tidak ada 0,4 Tidak ada 0
menyengat
Sedikit Sedikit
6. 90 1,05 0,55 0 Menyengat
menyengat menyengat
Sangat Sangat
7. 2970 23,7 19,8 Menyengat 12,2
menyengat menyengat

Pada percobaan fermentasi alkohol yang dilakukan dengan 3


perlakuan diperoleh 3 hasil yang berbeda. Untuk perlakuan I yang mendapat
penambahan Kalium klorida (KCl) dan Ammonium sulfat ((NH4)2SO4) hasil
yang diperoleh mikroba dapat bertumbuh dengan baik. Untuk perlakuan II tanpa
penambahan Kalium klorida (KCl) hasilnya tetap bertumbuh tetapi fementasinya
tidak seperti perlakuan I. Untuk perlakuan III yang hanya mendapat penambahan
ragi instan (Fermipan), perubahan bau alkohol langsung terasa, tetapi perubahan
gas CO2 nya sangat lambat. Karena tidak ada sumber karbon sehingga sulit
untuk menghasilkan gas CO2.

6.2 Pembahasan
6.2.1 Hubungan Perubahan Bau Alkohol Terhadap Waktu
30
Sangat
Menyengat

Menyengat
20

Bau Alkohol Perlakuan I


Sedikit Perlakuan
Menyengat
10 II
Perlakuan
III

Tidak berbau0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 1202970
130

Waktu (menit)

Gambar 6.4 Grafik Hubungan Perubahan Bau Alkohol Terhadap Waktu

Pada percobaan fermentasi alkohol diperoleh hubungan antara


perubahan bau lakohol terhadap waktu akibat aktivitas mikroba seperti grafik di
atas. Percobaan kali ini menggunakan sampel yaitu jambu biji merah (Guava).
Jambu biji merah memiliki kandungan glukosa yang rendah (Anonim, 2009a).
Glukosa ini digunakan sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan mikroba.
Semakin tinggi jumlah glukosa maka pertumbuhan juga semakin baik dan
jumlah alkohol yang dihasilkan juga akan semakin banyak. Perubahan bau
alkohol tersebut disebabkan oleh aktivitas mikroba yang berasal dari ragi instan
(Fermipan) dimana mikroba yang berperan adalah bakteri Sacharomyces
cereviceae. Reaksi perubahan bau alkohol tersebut dapat dituliskan sebagai
berikut:
mikroba
Glukosa (C6H12O6) Alkohol (C2H5OH) + CO2
Pertumbuhan mikroba pada proses fermentasi alkohol dipengaruhi
oleh beberapa hal yaitu suhu, pH, aktivitas air, garam, gula, dan waktu.
Perubahan pH dan habisnya sumber nutrisi dapat menyebabkan keadaan medium
buruk dan pertumbuhan mikroba menjadi lambat dan berkurang (Dwijoseputro,
1981). Pada percobaan fementasi alkohol kali ini diperoleh 3 hasil yang berbeda
untuk setiap perlakuan. Pada perlakuan I dilakukan penambahan Kalium klorida
(KCl), Ammonium sulfat ((NH4)2SO4) dan ragi instan (Femipan). Hasilnya pada
menit ke 15 hingga menit ke 75 belum ada alkohol yang dihasilkan. Hal ini
karena mikroba masih beradaptasi dengan mediumnya. Hal ini disebut fase
adaptasi. Pada menit ke 90 mikroba mulai tumbuh dan terjadi perubahan bau
alkohol, hal ini disebut fase permulaan pertumbuhan, pada menit ke 2970
alkohol yang dihasilkan sangat banyak dan mikroba mengalami pertumbuhan
dipercepat. Pada perlakuan II, pada menit ke 15 hingga menit ke 75 terjadi fase
adaptasi. Pada menit ke 90 terjadi fase permulaan pertunbuhan, pada menit ke
2970 terjadi fase pertumbuhan dipercepat. Pada perlakuan III, pada menit ke 15
hingga menit ke 75 hasilnya sama, ini disebut fase konstan.
Pada perlakuan I jumlah alkohol yang dihasilkan cukup banyak
terbukti dari aromanya. Hal ini karena pada perlakuan I terdapat penambahan
sumber mineral yaitu dari Kalium klorida (KCl), dan penambahan sumber
nitrogen yaitu dari Ammonium sulfa ((NH 4)2SO4). Pada perlakuan II jumlah
alkohol berkurang karena tidak ada penambahan sumber mineral. Pada
perlakuan III jumlah alkohol yang dihasilkan cukup banyak karena glukosa
langsung difermentasi oleh mikroba.

6.2.2 Hubungan Perubahan Gas CO2 Terhadap Waktu


1.4
23
1.2

Gelembung Gas 1
CO2 (ml) 0.8
0.6 Perlakuan I
Perlakuan II
0.4 Perlakuan
0.2 III

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
2970
t (menit)

Gambar 6.5 Grafik Hubungan Perubahan Gas CO2 Terhadap Waktu

Dari grafik di atas terlihat bahwa gas CO 2 berbanding lurus terhadap


waktu, itu artinya semakin lama waktu fermentasi maka jumlah gelembung gas
akan semakin banyak. Pada percobaan kali ini, jumlah gelembung gas yang
dihasilkan tidak cukup banyak. Hal ini karena rendahnya kadar glukosa dan
kadar karbohidrat dalam jambu biji merah (Guava) (Anonim, 2009a). Dari
literatur diperoleh bahwa kada karbohidrat pada jambu biji hanya 12,20 gram /
100 gram jambu biji (Anonim, 2009b). Menurut teori, fementasi alkohol akan
menghasilkan panas. Reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:
mikroba
Nutrien + sumber karbon + O2 produk + produk samping + panas (Lieke,
2007). Panas yang dihasilkan inilah yang menyebabkan adanya gelembung gas
pada proses fermentasi alkohol.
Dari percobaan diperoleh hasil yang berbeda untuk setiap perlakuan.
Untuk perlakuan I dengan penambahan Kalium klorida (KCl) dan Ammonium
sulfat ((NH4)2SO4), hasilnya pada menit ke 15 belum ada gas CO2 pada fase ini
terjadi fase adaptasi, mikroba belum bertumbuh. Pada menit ke 30 mulai
menghasilkan gas CO2. Ini disebut fase permulaan pertumbuhan. Pada menit ke
45 – 90 gas CO2 semakin banyak, dan pada menit ke 2970 gas CO2 paling
banyak dihasilkan, ini disebut fase pertumbuhan dipercepat.
Pada perlakuan II dengan penambahan Ammonium sulfat ((NH 4)2SO4)
hasilnya, pada menit ke 15 hingga ke 30 belum ada gas CO 2, ini disebut fase
adaptasi. Pada menit ke 45 – 90 mulai menghasilkan gas CO 2 ini disebut fase
permulaan pertumbuhan, pada menit selanjutnya gas CO2 paling banyak
dihasilkan ini disebut fase pertumbuhan dipercepat. Pada perlakuan III tanpa
penambahan Kalium klorida (KCl) dan Ammonium sulfat ((NH4)2SO4) hasilnya,
pada menit ke15 – 90 tidak menghasilkan gas CO 2, dan pada menit ke 2970 CO 2
yang dihasilkan tidak banyak, karena tidak ada sumber mineral dan sumber
nitrogen sehingga proses fementasi tidak dapat berlangsung dengan baik.

VII KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah:
1. Pada perlakuan I, pertumbuhan mikroba berlangsung dengan baik
karena adanya sumber nutrisi dan mineral untuk membantu
pertumbuhan mikrobanya.
2. Pada perlakuan III, perubahan alkohol sangat terasa tetapi perubahan
gas CO2 sangat lambat.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi fermentasi alkohol adalah suhu,
aktivitas air, pH, garam, gula.
4. Produk akhir dari proses fermentasi alkohol adalah alkohol, gas CO2
dan energi.
5. Pertumbuhan mikroba pada proses fermentasi berbanding lurus dengan
waktu, karena semakin banyak waktu fermentasi maka jumlah mikroba
akan semakin banyak.

7.2 Saran
Adapun saran yang diberikan adalah:
1. Sebaiknya jumlah Kalium klorida (KCl), Ammonium sulfat
((NH4)2SO4) dan ragi instan (Fermipan) lebih divariasikan.
2. Sebaiknya saat mengikat dengan karet,diikat dengan erat agar plastik
tidak terbuka akibat tekanan gas CO2 dari dalam erlenmeyer.
3. Sebaiknya pH diukur untuk melihat perubahan pH yang terjadi selama
proses fermentasi.
4. Sebaiknya waktu fermentasi diperpanjang lagi untuk mengamati fase
lainnya setelah fase pertumbuhan dipercepat, misalnya melihat fase
pertumbuhan diperlambatdan fase kematian.
5. Sebaiknya kecepatan pengadukan divariasikan untuk melihat
pengaruhnya terhadap proses fermentasi.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Fermentasi. http://kambing.ui.ac.id/ Diakses pada tanggal 29
September 2010
. 2008. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Fermentasi.
http://ptpt2007.wordpress.com/ Diakses pada tanggal 29 September 2010
. 2007. Proses Pembuatan Etanol. http://teknologietanol.blogspot.com/
Diakses pada tanggal 29 September 2010
. 2009a. Buah Berserat Tinggi. http://carahidup.um.ac.id/
Diakses pada tanggal 29 September 2010
. 2009b. Manfaat Jambu Biji Dan Zat Yang Terkandung Di Dalamnya
http://prasetyomuchlas.wordpress.com/
Diakses pada tanggal 29 September 2010
. 2010a. Fermentasi. Http://id.wikipedia.ord/
Diakses pada tanggal 29 September 2010
. 2010b. Mengapa Jambu Merah. http://agustjakra.wordpress.com/
Diakses pada tanggal 29 September 2010
Riadi,Lieke. 2007. Teknologi Fermentasi. Graha Ilmu : Yogyakarta

You might also like