You are on page 1of 12

Bagian I

PENDAHULUAN

A. Sejarah Asuransi

Diharapkan dengan mengawali pengetahuan tentang Sejarah Asuransi dengan lebih


mudah karena akan lebih menghayati atau menjiwai tentang latar belakang dan asal
usulnya. Dari penggalian sejarah perekonomian dan kebudayaan manusia, sejak
zaman sebelum masehi ditemukan riwayat asal usul sampai perkembangan asuransi
seperti sekarang ini. Pada perkembangan awalnya asuransi tentu belum berbentuk
seperti sekarang, namun dalam bentuk yang masih samar. Manusia pada umumnya
mempunyai naluri selalu berusaha menyelamatkan jiwanya dari berbagai ancaman,
termasuk ancaman kekurangan makan/pangan.

Salah satu riwayat mengenai masalah ini tercantum pada Al-Qur’an Surat Yusuf ayat
43 – 49 dan Kitab Injil Perjanjian Lama Genesis 41. Diriwayatkan tentang salah
seorang Raja di Negeri Mesir yang bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang kurus-
kurus masingrmasing menelan seekor sapi yang gemuk. Dalam mimpinya yang
kedua Raja melihat tujuh butir gandum yang kosong. Nabi Yusuf A.S. diminta
menafsirkan mimpi tersebut dan menerangkan bahwa negara Mesir akan mengalami
tujuh tahun berturut-turut panen gandum yang subur dan kemudian tujuh tahun
berikutnya berturut-turut akan mengalami masa paceklik. Selanjutnya NabiYusuf
AS. memberi saran agar pada saat panen yang melimpah itu sebagian panen
dicadangkan untuk masa paceklik yang akan datang.

Selain itu sebuah buku kuno dari India yang dinami “Rig Veda” yang ditulis dalam
bahasa Sansekerta menyebutkan riwayat tentang “Yoga Kshema” yang berarti
pertanggungan. Riwayat di atas adalah sebagai bukti bahwa manusia senantiasa
memikirkan dan mempersiapkan kehidupan masa depannya.

Sekitar tahun 2250 SM bangsa Babylonia hidup di daerah lembah sungai Euphrat dan
Tigris (sekarang menjadi wilayah Irak), pada waktu itu apabila seorang pemilik kapal
memerlukan dana untuk mengoperasikan kapalnya atau melakukan suatu usaha
dagang, ia dapat meminjam uang dari seorang saudagar (Kreditur) dengan
menggunakan kapalnya sebagai jaminan dengan perjanjian bahwa si Pemilik kapal
dibebaskan dari pembayaran hutangnya apabila kapal tersebut selamat sampai tujuan,
di samping sejumlah uang sebagai imbalan atas risiko yang telah dipikul oleh
pemberi pinjaman. Tambahan biaya ini dapat dianggap sama dengan “uang premi”
yang dikenal pada asuransi sekarang. Di samping kapal yang dijadikan barang
jaminan, dapat pula dipakai sebagai jaminan berupa barang-barang muatan (Cargo).
Transaksi seperti ini disebut “RESPONDENT/A CONTRACT”.

 
B. Sejarah Asuransi Di Indonesia

Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda dan negara kita
pada waktu itu disebut Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di negeri kita ini
sebagai akibat berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan
perdagangan di negeri jajahannya.

Untuk menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi mutlak diperlukan.


Dengan demikian usaha pera.suransian di Indonesia dapat dibagi dalam dua kurun
waktu, yakni zaman penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman sesudah Perang Dunia
II atau zaman kemerdekaan. Pada waktu pendudukan bala tentara Jepang selama
kurang lebih tiga setengah tahun, hampir tidak mencatat sejarah perkembangan.
Perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Hindia Belanda pada zaman penjajahan
itu adalah :

1. Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang Belanda.


2. Perusahaan-perusahaan yang merupakan Kantor Cabang dari Perusahaan
Asuransi yang berkantor pusat di Belanda, Inggris dan di negeri lainnya.

Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda, perkembangan asuransi


kerugian di Hindia Belanda terbatas pada kegiatan dagang dan kepentingan bangsa
Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya. Manfaat dan peranan asuransi belum
dikenal oleh masyarakat, lebih-lebih oleh masyarakat pribumi.

Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu itu masih
sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan pengangkutan.
Asuransi kendaraan bermotor masih belum memegang peran, karena jumlah
kendaraan bermotor masih sangat sedikit dan hanya dimiliki oleh Bangsa Belanda
dan Bangsa Asing lainnya. Pada zaman penjajahan tidak tercatat adanya perusahaan
asuransi kerugian satupun. Selama terjadinya Perang Dunia II kegiatan perasuransian
di Indonesia praktis terhenti, terutama karena ditutupnya pemsahaan- perusahaan
asuransi milik Belanda dan Inggris

C. Pengertian Asuransi

Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 :

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
Pada hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah asuransi
(tertanggung) dengan perusahaan asuransi (penanggung) mengenai pengalihan resiko
dari nasabah kepada perusahaan asuransi.

Resiko yang dialihkan meliputi: kemungkinan kerugian material yang dapat dinilai
dengan uang yang dialami nasabah, sebagai akibat terjadinya suatu peristiwa yang
mungkin/belum pasti akan terjadi (Uncertainty of Occurrence & Uncertainty of
Loss). Misalnya :

1. Resiko terbakarnya bangunan dan/atau Harta Benda di dalamnya sebagai


akibat sambaran petir, kelalaian manusia, arus pendek.
2. Resiko kerusakan mobil karena kecelakaan lalu lintas, kehilangan karena
pencurian.
3. Meninggal atau cedera akibat kecelakaan, sakit.
4. Banjir, Angin topan, badai, Gempa bumi, Tsunami

Setiap asuransi pasti bermanfaat, yang secara umum manfaatnya adalah :

1. Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita


satu pihak.
2. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang
memakan banyak tenaga, waktu dan biaya.
3. Transfer Resiko; Dengan membayar premi yang relatif kecil, seseorang atau
perusahaan dapat memindahkan ketidakpastian atas hidup dan harta bendanya
(resiko) ke perusahaan asuransi
4. Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian
yang timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.
5. Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan
jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
6. Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan
dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk
asuransi jiwa.
7. Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha

 
 

Bagian II

ASURANSI KEBAKARAN

Memberikan pertanggungan pada harta benda berupa gedung/bangunan rumah,


kantor, hotel, pabrik, toko, dan lain-lain, berikut isinya (perabotan, perlengkapan,
furniture, mesin-mesin, persediaan bahan baku serta barang jadi dan lain-lain)
terhadap kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh resiko kebakaran, kejatuhan
pesawat terbang, sambaran petir, peledakan dan asap.

Jenis asuransi kerugian yang memberikan jaminan/ganti rugi terhadap bangunan atau
isinya akibat kebakaran. Resiko-resiko yang dijamin didalam polis Asuransi
Kebakaran terdiri dari 2 (dua) bagian besar yaitu :

A. Jaminan Standar Asuransi Kebakaran

1. Kebakaran : Kebakaran yang ditimbulkan oleh api sendiri, akibat kurang hati-hati
kesalahan pelayan sendiri, tetangga, perampok, ataupun sebab lainnya.

2.  Petir : Kerusakan dan/atau kerugian terhadap harta benda yang


dipertanggungjawabkan akibat tersambar petir.

3.  Peledakan : Segala macam ledakan terkecuali ledakan yang ditimbulkan atau
disebabkan oleh tenaga nuklir

4.  Kejatuhan pesawat terbang : Kerusakan dan/atau kerugian atas harta benda yang
dipertanggungkan akibat Kejatuhan Pesawat Terbang atu Benda-benda yang jatuh
dari Pesawat Terbang.

5.  Asap : Asap yang berasal dari kebakaran harta benda dan/atau kepentingan yang
dipertanggungkan

B. Jaminan Tambahan atau Perluasan

Dengan tambahan Premi, maka jaminan Standard Asuransi Kebakaran Indonesia


dapat diperluas dengan jaminan tambahan yang diinginkan.
 

Jaminan Terhadap Kerusakan Akibat :

1. Kerusuhan dan Pemogokan, Kerusakan akibat Perbuatan Jahat, Tertabrak


Kendaraan.
2. Angin Topan, Badai, Banjir, dan Kerusakan Akibat Air.
3. Tanah Longsor
4. Biaya-biaya Pembersihan Puing

Objek Pertanggungan

Objek Pertanggungan untuk jenis Asuransi Kebakaran ini adalah segala jenis
Bangunan dengan segala macam kegunaan (okupasi), dan/atai isinya (diluar harga
tanah).

Tertanggung

Yang dapat menjadi tertanggung dalam polis Asuransi Kebakaran adalah Setiap
orang pemilik Bangunan dan / atau isinya Bank atau Lembaga Keuangan lainnya
yagn memberikan dana untuk pembelian dan bangunan dimaksud dijadikan
agunannya.

Data atau Informasi yang Diperlukan Dalam Penutupan Asuransi Kebakaran


adalah :

1. Fungsi atau kegunaan bangunan (proses produksi yang ada dalam bangunan
tersebut).
2. Lokasi atau letak bangunan.
3. Nilai Bangunan, isi (isi bangunan ini dapat berupa mesin, stock barang, dan
lain-lain).
4. Perkiraan luas bangunan dan luas lahan dimana bangunan itu berdiri
5. Kondisi lingkungan sekitar letak bangunan (kiri, kanan, dengan maupun
belakang dari bangunan itu berdiri).
6. Komponen pembentukan dari bangunan (seperti atap, dinding, lantai, tiang,
tangga, rangka dan lain-lain) juga diperlukan untuk diketahui.
7. Informasi lain yang berkaitan dengan kepemilikan dari penghuni bangunan
tersebut (apakah pemilik atau penyewa, dan lain-lain).

Prosedur Klaim :
1. Memberikan laporan melalui telepon 1x 24 jam, disusulkan dengan laporan
tertulis serta melengkapi dokumen pendukung
2. Surat pengajuan klaim.
3. Estimasi klaim yang diajukan.
4. Bila diperlukan Perusahaan Asuransi akan menunjuk “Lost Adjusters” untuk
melakukan penelitian dan perhitungan kerugian

Lingkup Jaminan Asuransi Kebakakaran

Polis Standar Kebakaran Indonesia (PSKI)

Polis yang dipakai dasar perjanjian asuransi kebakaran di Indonesia saat ini adalah
“Polis Standar Kebakaran Indonesia” dikeluarkan oleh Dewan Asuransi Indonesia
dan disingkat namanya menjadi “PSKI”.

Sebab-sebab terjadinya kebakaran ada 3 (tiga) faktor :

1. Faktor manusia (sabotase, sembrono)


2. Faktor alat/mesin (gesekan, sambung singkat)
3. Faktor alam (gunung berapi, petir)

Luas jaminan PSKI adalah sebagai berikut :

1. Akibat kebakaran
2. Akibat petir
3. Akibat ledakan
4. Akibat kejatuhan pesawat terbang
5. Akibat asap

Sebagaimana diketahui, bahwa beberapa hal yang dikecualikan (tidak dijamin)


adalah antara lain akibat-akibat dari :

1. Kerusuhan dan perampokan.


2. Gempa bumi/letusan gunung berapi.
3. Angin topan. badai, banjir dan kerusakan akibat air.
4. Arus pendek.
5. Tanah longsor.
6. Gangguan usaha akibat kebakaran (kerugian akibat tidak langsung).
7. Kebakaran yang timbul dari sifat barang itu sendiri.
8. Pencurian atau kehilangan barang pada saat terjadinya peristiwa kebakaran.
9. Kesengajaan tertanggung, pelayan atau karyawan Tertanggung.
10. Diakibatkan oleh kebakaran hutan, semak, alang-alang dan gambut.

11. Akibat perang, penyerbuan, aksi musuh, dan sebagainya (lihat polis).

12. Reaksi nuklir.

Namun demikian, apabila Tertanggung menghendaki hal-hal yang dikecualikan


tersebut ikut dijamin, maka antara Tertanggung dan Perusahaan Asuransi dapat
mengadakan perjanjian tambahan, misalnya :

- Kerusuhan, Huru-hara, Terrorisme & Sabotase


– Tanah Longsor,
– Banjir, Genangan Air, Angin Topan dan Badai,
– Biaya Pempersihan,
– Gempa Bumi (dengan polis tersendiri).

Cara Mengasuransikan Asuransi Kebakaran :

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mempertanggungkan sesuatu terhadap


asuransi kebakaran adalah:

1. Menghubungi Penisahaan Asuransi/mengisi formulir yang disediakan

2. Petugas asuransi melalui survey atas obyek yang akan diasuransikan


Pada survey tersebut akan dilihat antara lain tentang :
a. Penggunaan bangunan/tempat barang yang akan diasuransikan
b. Jenis barang yang akan diasuransikan.
c. Konstruksi bangunan.
d. Alat pengaman/pemadam kebakaran.
e. Harga pertanggungan masing-masing barang yang bersangkut
f. Keadaan sekeliling masing-masing bangunan tersebut.

3. Berdasarkan hasil survey tersebut perusahaan asuransi akan membuat keputusan


tentang :
a. Setuju tidaknya atas pertanggungan tersebut.
b. Besamya premi yang harus dibayar oleh Tertanggung.

4. Setelah itu barulah polis dan kwitansinya dibuat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Mengisi SPPA dengan baik dan sejujumya


2. Mengasuransikan barang/bangunan sebaiknya seharga pasaran (nilai sehat)
3. Untuk menentukan harga pasaran (nilai sehat) suatu bangunan hendaknya
tidak dipengamhi oleh nilai jual beli misalnya karena daerah “elit” maka
harganya lebih mahal, melainkan cukup dengan biaya membangun. Perlu
dicatat pula, bahwa nilai tanah tidak perlu dimasukkan, karena wataupun
terjadi kebakaran tidak akan musnah.
4. Perlu dipertimbangkan, selain dari jaminan yang terdapat dalam polis tandar
yaitu resiko kebakaran, peledakan. sambaran petir dan kejatuhan esawat
terbang apakah perlu dimintakan perluasan dengan resiko :

- Kerusuhan, Huru-hara, Terrorisme & Sabotase


– Tanah Longsor,
– Banjir, Genangan Air, Angin Topan dan Badai,
– Biaya Pempersihan,
– Gempa Bumi (dengan polis tersendiri).

C. Prosedur Pengajuan Ganti Rugi Asuransi Kebakaran

Berdasarkan azas Indemnity, asuransi hanya dapat menempatkan kembali


Tertanggung yang telah mengalami musibah kepada keadaan finansial sesaat
sebelum terjadinya musibah tersebut. Jadi Tertanggung tidak dibenarkan mencari
atau mendapat keuntungan dari klaim asuransi.

Adapun prosedurnya apabila terjadi kerugian, Tertanggung harus segera


memberitahukan kepada pihak Penanggung tentang kejadian musibah yang dialami
dan selanjutnya, dan selanjutnya memberi keterangan tertulis tentang hal ihwal yang
diketahui mengenai kejadian kerugian.

Dokumen yang harus dilakukan dan dilengkapi untuk pengajuan suatu tuntutan/klaim
asuransi kebakaran antara lain :

1. Pemberitahuan

Anda harus segera melaporkan kejadian kepada Penanggung (pihak asuransi).


Laporan pendahuluan ini bisa disampaikan secara lisan atau surat, teleks, faksimili,
dan lain-lain.

2. Laporan kerugian

Selanjutnya Anda harus mengisi  laporan / keterangan tertulis yang memuat hal-
ikhwal yang Anda ketahui mengenai kerugian / kerusakan yang diakibatkan oleh
peristiwa tersebut, dan blanko tersebut disiapkan oleh Penanggung (Perusahaan
Asuransi).
1. Tempat, tanggal, dan waktu terjadinya kebakaran / kerusakan
2. Sebab-sebab kebakaran / kerusakan
3. Besarnya kerugian menurut taksiran tertanggung yang dilengkapi dengan
segala sesuatu yang terbakar, musnah, hilang, rusak dan terselamatkan
4. Informasi lainnya yang menurut tertanggung perlu disampaikan kepada pihak
asuransi

3. Dokumen pendukung klaim

Tertanggung harus menyerahkan dokumen pendukung klaim kepada penanggung, 


misanya buku-buku catatan, foto-foto kerugian,  laporan dari BMG, dan sebagainya.

4. Penelitian Polis

Setelah menerima pemberitahuan adanya kerugian, penanggung akan melakukan


penelitian mengenai keabsahan (validitas) polis, yaitu :

1. Apakah penanggung memiliki kepentingan atas obyek yang mengalami


kebakaran / kerusakan
2. Apakah kebakaran / kerusakan terjadi dalam masa waktu pertanggungan
3. Apakah premi telah dilunasi / dibayar

5. Penelitian Klaim

Apabila validitas polis telah terkonfirmasi, selanjutnya penanggung akan melakukan


pemeriksaan / penelitian di lapangan untuk mengetahui :

1. Penyebab terjadinya kebakaran / kerusakan


2. Tempat terjadinya kebakaran / kerusakan
3. Jumlah kerugian yang dialami (taksiran)
4. Jumlah harga sisa dari bangunan / barang / mesin yang tidak terbakar / rusak
(taksiran)
5. Jika Anda kebetulan berada di tempat pada saat terjadinya peristiwa, maka
Anda wajib :
6. Menyelamatkan dan menjaga harta benda yang dipertanggungkan dan atau
kepentingan yang dipertanggungkan, serta mengijinkan orang lain
menyelamatkan dan menjaga harta benda dan atau kepentingan tersebut.
7. Memberikan bantuan sepenuhnya kepada pihak asuransi atau wakilnya atau
pihak lain yang ditunjuknya untuk melakukan penelitian atas kerugian dan
kerusakan yang terjadi.
8. Menjaga keselamatan harta benda dan atau kepentingan yang
dipertanggungkan yang masih bernilai.

Penunjukan Loss Adjuster

Dari hasil survei akan diketahui apakah klaim merupakan kasus sederhana atau
rumit. Bila sederhana, maka klaim akan ditangani sendiri oleh perusahaan, tetapi jika
rumit atau jumlahnya cukup besar atau penanganan klaim akan memakan waktu
lama, maka claim assessment diserahkan kepada Loss Adjuster yang ditunjuk oleh
penanggung dengan pemberitahuan kepada tertanggung.

Baik untuk kasus klaim yang ditangani sendiri maupun oleh Loss Adjuster,
tertanggung harus tetap menyediakan dokumen-dokumen pendukung klaim. Tahap
selanjutnya adalah penanggung mempelajari laporan dari Loss Adjuster.

Penyampaian

Dari proses penanganan klaim baik oleh penanggung sendiri maupun Loss Adjuster,
akan diketahui validitas klaim. Dalam hal klaim dianggap valid, penanggung akan
memberitahukan kepada tertanggung jumlah ganti rugi yang dibayar atau yang
menjadi tanggung jawab penanggung. Tetapi bila klaim dinyatakan invalid, maka
penanggung akan memberitahukan kepada tertanggung bahwa klaim ditolak disertai
alasannya. Jika jumlah ganti rugi yang dibayarkan tidak disepakati oleh tertanggung,
maka tertanggung berhak menunjuk Loss Accessor untuk menilai ulang kerugian
tersebut.

Penyelesaian

Setelah dicapai kesepakatan mengenai jumlah ganti rugi, pihak penanggung akan
mempersiapkan pembayaran klaim. Penanggung akan melaksanakan pembayaran
ganti rugi selambat-lambatnya sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditetapkan.

 
Bagian III

KESIMPULAN

Setelah mengetahui lebih lanjut mengenai asuransi kebakaran, maka dapat


disimpulkan bahwa yang dapat menjadi nasabah dalam asuransi kebakaran
adalah : seluruh individu atau badan usaha yang memiliki kepentingan atas objek
yang diasuransikan dapat menjadi nasabah, yaitu :

-    Pemilik obyek asuransi


-    Penyewa obyek asuransi
-    Bank / Lembaga Keungan Pemberi Kredit

Obyek Pertanggungan Dalam Asuransi Kebakaran

Obyek yang dipertanggungkan adalah bangunan, dengan contoh: rumah tinggal,


maupun pabrik beserta isinya seperti contohnya mesin dalam pabrik, office,
equipment, perabotan rumah tangga.

Harta Benda Yang Tidak Dapat Dijamin Dalam Asuransi Kebakaran

 Barang antik/kesenian, barang yang disimpan atas dasar komisi/kepercayaan


(barang titipan), emas batangan atau batu-batu permata/mulia yang belum
dipasang.
 Naskah, rencana, gambar atau disain, pola, model atau tuangan
 Efek, obligasi, atau segala macam dokumen, perangko, cek, buku akuntansi
atau buku usaha lainnya dan catatan sistem komputer
 Namun demikian, objek diatas tersebut masih dapat dipertanggungkan dengan
syarat bahwa objek dinyatakan secara tegas dalam polis.

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Premi dan Tarif untuk Asuransi
Kebakaran

v     Lingkungan sekitar bangunan tersebut.

v     Kelas kontruksi bangunan tersebut.

v     Peruntukan atau manfaat bangunan tersebut (okupasi).

v     Tersedianya fasilitas pemadam api (springkler/hydrant/alat pemadam api ringan)


v     Faktor-faktor lainnya

Untuk Asuransi Kebakaran, pada umumnya calon nasabah diharuskan mengisi


formulir yang menjelaskan mengenai rumah yang akan diasuransikan. Sebagai
contoh, akan ditaksir berapa kira-kira nilai rumah pada saat ini, apakah lokasi rumah
tersebut dapat dilalui pemadam kebakaran atau tidak, berapa luas tanahnya, dan lain-
lain. Dari formulir tersebut, pihak asuransi akan meneliti dan menentukan berapa
Uang Pertanggungan-nya, dan dari situ akan ditentukan berapa premi yang harus
ditanggung calon nasabah. Besar premi ini bervariasi pada setiap perusahaan
asuransi, namun biasanya besarnya sekitar 0,05% dari Uang Pertanggungan-nya. Itu
kalau untuk kebakaran saja. Kalau yang ditanggung tidak hanya risiko kebakaran,
tetapi juga termasuk kecurian, kebongkaran dan sebagainya (komplet), preminya
akan jadi semakin mahal. Biasanya kisarannya sekitar 0,2% dari Uang
Pertanggungan.

You might also like