You are on page 1of 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Cabai Rawit
1. Sejarah Cabai Rawit
Menurut sejarah persebarannya, tanaman cabai berasal dari daratan
Amerika Latin terutama Meksiko. Pada mulanya, cabai ini merupakan tanaman
liar, lalu dibudidayakan oleh petani setelah diketahui manfaatnya. Penyebaran
tanaman cabai ke berbagai penjuru dunia secara alamiah dilakukan oleh burung
(cabai burung). Pada abad ke-8, tanaman cabai mulai menyebar ke Amerika
Selatan dan Amerika Tengah. Dan Pada abad ke-15 dibawa para pedagang
sebagai komoditas antar Negara sehingga menyebar ke Eropa. Jenis tanaman ini
sampai ke Indonesia diantaranya adalah melalui para pedagang dan orang-orang
Eropa yang pernah singgah di Indonesia.
2. Klasifikasi dan Nama Umum Cabai Rawit
a. Klasifikasi Cabai Rawit
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, cabai digolongkan sebagai berikut :
Nama latin Cabai Rawit : Capsicum frutescens L
Sinonim : C. ,fastigiatum BL, C. minimum Roxb.
Familia : solanaceae.
Suku : sirih-sirihan
Nama Ilmiah : Piper retrofractum
(http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=213 jm 19:09 )
b. Nama Umum Cabai Rawit
1) Nama Daerah cabai rawit dari Sumatera; leudeuaarum, pentek (Gayo), situdu
langit, lacina sipane (Simelungmz), lada limi (Nias), mutia (Melayu). Jawa:
cabe rawit, cengek (SLCnda), lombok jempling, jemprit, rawit, gambir, setan,
cempling (Jawa), cabhi letek, taena manok (Madura). Nusa Tenggara: tabia
krinyi (Bali), kurus (Alor). Sulawesi: kaluya kapal (bent.), mareta dodi
(Mongond.), malita diti (Gorontalo), m.didi (Buol), lada masiwu (Baree),
marica, capa, laso meyong (Mak.), meyong, ladang burica, marica (Bug.), rica
halus, padi (Manado). Maluku: Abrisan kubur (Seram), karatupa batawe
(Elpaputi), katupu walata (Waraka), araputa patawe (Atamano), kalapita batawi
(Amahai), karatuba manesane (Nuaulu), karatupa. batawi (Sepcc), maricang
kekupe (Weda), rica gufu (Ternate). Irian: metrek wakfoh (Sarmi), basen tanah
(Barik).
2) Nama Asing cabai rawit adalah La jiao (C), cayenne peper (B), piment de
cayenne (P), piment enrage, guineapfeffer (J), pasites, sili (Tag.), cayenne, chilli
(I).
3) Nama Simplisia cabai rawit adalah Capsici frutescentis Fructus (buah cabe
rawit).
(http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=213jm 19:09)
3. Varietas Cabai Rawit
a. Dibedakan menjadi 3 jenis :
1) Cabai kecil ( cabai jemprit )
Buah cabai ini kecil-kecil, bila masih muda berwarna hijau. Setelah tua
(masak) menjadi merah menyala. Rasanya sangat pedas dan beraroma
merangsang karena kadar minyak atsirinya banyak.
2) Cabai putih ( cabai cengkek )
Buahnya berukuran 1-3 cm dan panjangnya 2,5-10 cm. Bila masih muda,
bewarna putih dan rasanya kurang pedas. Setelah tua bewarna jingga (agak
kuning) dan terasa pedas. Cabai ini mirip dengan cabai jemprit.
3) Cabai hijau ( cabai ceplik )
Buahnya berukuran hanpir sama dengan cabai putih. Namun warnanya hijau
agak putih ketika muda, dan menjadi merah menyala dan terasa pedas ketika
masak. Bentuknya montok berujung tumpul.
b. Menurut Departemen Kesehatan RI, dibedakan tiga macam :
1) Cabai rawit ( cengek leutik )
Ukuran buahnya kecil dan bediri tegak pada tangkainya. Warna buah muda
yaitu hijau dan setelah tua akan berwarna merah.
2) Cabai Domba ( cengek bodas )
Ukuran buahnya lebih besar dari cengek leutik. Ketika muda berwarna
putih, dan ketika tua berwarna jingga.
3) Ceplik
Ukurannya buahnya besar, berwarna hijau waktu masih muda setelah tua
berubah menjadi merah.
c. Masyarakat tani di kutoarjo, Jawa Tengah menggolongkan cabai tiga macam
jenis cabai :
1) Cabai rawit kecil
Panjangnya 1-2 cm dan rasanya pedas sekali ( cengek leutik ).
2) Cabai rawit putih
Buahnya berbentuk langsing dan panjangnya 4-6 cm ( cengek bodas ). Bila
dibandingkan, cabai rawit kecil rasanya masih kalah pedas.
3) Cabai rawit hijau
Buahnya cukup panjang antara 3-4 cm. Rasanya lebih pedas disbanding
cabai rawit putih, tetapi kalah pedas dengan cabai rawit kecil. ( Husna Amin,
2007).
Kandungan Zat Kimia Cabai
Kandungan zat kimia cabai tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Zat Kimia Cabai (mg/100g) adalah sebagai berikut:
Kandungan Zat
Kimia Cabai
Cabai Rawit
(Leutik)
Cabai
Merah
(Ceplik)
Cabai
Hijau
Cabai
Merah
Kering
Cabai
Jawa
(Domba)
Energi (Kal) 103 31 23 311 32
Protein (g) 4,7 1,0 0,7 15 1,5
Lemak (g) 2,4 0,3 0,3 6,2
0,4
Karbohidrat (g) 19,9 7,3 5,2 61,8
7,2
Kalsium (mg) 45 29 14 160
31
Fosfor (mg) 85 24 23 370
26
Vit.A (SI) 11,050 470 260 576
500
Vit.C (mg) 70 181 84 50 155
( sumber : Husna Amin, 2007 )
Manfaat Cabai Rawit
Cabai dapat dimanfaatkan sebagai penyembuh luka, pereda demam
tinggi, meredakan pilek dan hidung tersumbat, mencegah stroke, meringankan
sakit kepala dan nyeri sendi, meningkatkan nafsu makan, menurunkan kolesterol
dan sebagai antibiotik alami, memiliki kandungan antioksidan (Sumber
Foto:Antaraphoto).
Vitamin C
Definisi Vitamin C
Vitamin C adalah vitamin yang berbentuk kristal putih agak kuning tidak
berbau, mudah larut dalam air, terasa asam, mencair suhu 190-192ºC dan
merupakan suatu asam organik. Rumus molekul vitamin C adalah (C6H8O6) dan
berat molekulnya adalah 176,13. Vitamin C mempunyai dua bentuk molekul
aktif yaitu bentuk tereduksi (asam askorbat) dan bentuk teroksidasi (asam
dehidro askorbat). Bila asam dehidroaskorbat teroksidasi lebih lanjut akan
berubah menjadi asam diketoglukonat yang tidak aktif secara biologis. Manusia
lebih banyak menggunakan asam askorbat dalam bentuk L ; bentuk D asam
askorbat hanya dimetabolisme dalam jumlah sedikit. D asam askorbat banyak
digunakan sebagai bahan pengawet (daging). Manusia tidak dapat mensintesis
asam askorbat dalam tubuhnya karena tidak mempunyai enzim untuk mengubah
glukosa atau galaktosa menjadi asam askorbat, sehingga harus disuplai dari
makanan (Andarwulan, Nuri, Sutrisno Kaswari,1992).
Tata Nama dan Struktur Vitamin C
a. Tata Nama Vitamin C
1) Nama Umum Vitamin C adalah Vitamin C, Asam askorbat, Asam ceitamad
(ceritamid acid).
2) Nama Trivial Vitamin C adalah Asam heksuronat (Hexuronic Acid), Antiscorbutin,
Vitamin anti-scorbut (Anti-scorbutat vitamin), Scorbutamin.
3) Nama Kimia Vitamin C adalah L-asam askorbat, L-xylo-asam askorbat.
Struktur Vitamin C
Fungsi Vitamin C
Vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak. Salah satu
fungsi utama dari vitamin C adalah berperan dalam Pembentukan kolagen
dalam jaringan ikat, Pembentukan gigi, Metabolisme tirosin, Sintesis
neurotransmitters, Penggunaan Fe, Ca, dan Folasin (Muchtadi, Deddy, 2009).
Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilin dua asam
amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksilisin. Kedua senyawa
ini merupakan komponen kolagen yang penting. Penjagaan agar fungsi itu tetap
banyak dipengaruhi oleh cukup tidaknya kandungan vitamin C dalam tubuh.
Fungsinya adalah dalam proses penyembuhan luka serta daya tahan tubuh
melawan infeksi, penyakit dan stress, mengoksidasi fenilalanin menjadi tirosin,
reduksi ion feri menjadi fero dalam saluran pencernaan sehingga besi lebih
mudah terserap, melepaskan besi dari tranferin dalam plasma agar dapat
bergabung ke dalam ferinitin jaringan, serta pengubahan asam folat menjadi
bentuk aktif asam folinat. Vitamin C juga berperan dalam pembentukan hormon
steroid dari kolestrol ( Sumber : Wikipedia ). Vitamin C berfungsi respirasi sel
dan kerja enzim yang mekanismenya belum sepenuhnya dimengerti.
Metabolisme Vitamin C
Kekurangan Vitamin C dapat menyebabkan penyakit disebut scorbut.
Kerusakan terjadi di dalam jaringan yang terdapat didalam rongga mulut, di
tulang dan gigi geligi serta kerusakan di dalam darah. Pada dasarnya kerusakan
mengenai matrix jaringan ikat zat perekat antar selular. Pada dinding pembuluh
kapiler, zat perekat antar selular defektip, sehingga sel-sel endothel saling
renggang dan terjadi perdarahan. Dengan dilakukannya test Fragilitas Kapiler
diperlihatkan dengan menurunnya daya tahan terhadap tekanan darah dengan
meningkatnya fragilitas dinding (mudah menjadi rusak) kapiler darah tersebut.
Bila jaringan tubuh ada dalam kondisi jenuh oleh vitamin C maka dari
dosis yang diberikan parenteral, sebagian besar akan diekskresikan di dalam
urine dan apabila suplai vitamin C didalam jaringan tidak mencukupi, maka
sebagian besar dari dosis vitamin C yang diberikan di dalam tubuh dan sedikit
sekali yang diekskresikan di dalam urine. Vitamin C dapat dioksidasi secara
reversible menjadi dehydro vitamin C dan katabolisme menghasilkan asam
oksalat. Kadar vitamin C di dalam jaringan tubuh dan di dalam darah yang
dianggap normal ialah 0,8-10 mg% tanpa disertai ekskresi dari dosis percobaan
yang meningkat. Vitamin C diekskresikan di dalam urine, sebagian kecil di
dalam tinja dan sebagian kecil di dalam air keringat (Sediaoetama, Achmad
Djaeni, 2000).
Sifat Vitamin C
Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air dan mudah
rusak dalam pemanasan yang terlalu lama. Vitamin C mempunyai bentuk
serbuk, atau hablur putih agak kuning, tidak berbau, mempunyai rasa asam
(Sumber : Wikipedia).
Vitamin C apabila dalam bentuk kristal kering akan bersifat lebih stabil,
tetapi dalam bentuk larutan vitamin C mudah rusak karena oksidasi oleh oksigen
dari udara (Sediaoetama, Achmad Djaeni, 2000).
Sumber Vitamin C
Sumber vitamin C terdapat di dalam bahan makanan terutama buahbuahan
segar misalnya jeruk, strowbery, nanas, tomat dan mangga, Sedangkan
kadar vitamin C yang lebih rendah terdapat di dalam sayuran segar. Di dalam
buah-buahan vitamin C hanya terdapat konsentrasi tinggi dibagian kulit buah,
dan vitamin C dengan kadar rendah yaitu pada daging buah dan bijinya.
Metode Penetapan Kadar Vitamin C
1. Metode Fisika
a. Metode Spektroskopis
Metode ini berdasarkan pada kemampuan vitamin C yang terlarut dalam
air untuk menyerap ultraviolet dengan panjang maksimum 265 nm.
b. Metode Polarografik
Metode ini berdasarkan pada potensial oksidasi asam askorbat dalam
larutan asam atau pangan yang bersifat asam.
2. Metode Kimia
Metode kimia merupakan metode yang paling banyak dan paling sering
digunakan. Sebagian besar metode didasarkan pada kemampuan daya reduksi
yang kuat dari vitamin C.
Macam-macam penetapan metode kimia antara lain:
a. Titrasi dengan Iodin
Kandungan vitamin C dalam larutan dapat ditentukan secara titrasi
dengan menggunakan larutan 0.01 N Iodin.
b. Titrasi dengan Metylen Blue
Vitamin C dapat direduksi oleh metylen blue dengan bantuan cahaya
menjadi bentuk senyawa leuco (leuco-metylene blue). Reaksi ini sering
digunakan untuk menentukan Vitamin C secara kuantitatif.
c. Titrasi dengan 2,6-dikhlorofenol indofenol
Metode ini adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menentukan
vitamin C dalam bahan pangan. Di samping mengoksidasi vitamin C, pereaksi
indofenol juga mengoksidasi senyawa lain, misalnya senyawa-senyawa
sulfidhril, thiosianat, senyawa-senyawa piridimium, bentuk tereduksi dari
turunan asam nikosianat dan riboflavin. Dalam larutan vitamin C, terdapat juga
bentuk dehidro asam askorbat yang harus diubah menjadi asam askorbat. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara menambahkan gas nitrogen atau CO2 ke dalam
larutan. Karena jumlah dehidro asam askorbat yang aktif sangat kecil dan tidak
berarti sebagai sumber vitamin C ( tetapi dalam bahan-bahan yang disimpan
jumlahnya cukup besar ), maka kadar vitamin C dapat ditentukan secara
langsung dengan titrasi dikhlorofenol Indofenol. Bahan pangan yang akan
diukur kandungan vitamin C nya diekstrak dengan asam kuat dalam waktu yang
cukup. Asam kuat yang dapat digunakan antara lain, asam metafostat dan asam
oksalat. Penggunaan asam dimaksudkan untuk mengurangi oksidasi vitamin C
oleh enzim-enzim oksidasi dan pengaruh glutation yang terdapat dalam jaringan
tanaman.
c. Metode Giri (Test Ferrisianida dan Amonium Molybdat)
Asam askorbat dalam asam trikhloro asetat akan mereduksi kalium
ferrisianida, yang jika kemudian ditambah amonium molybdat menghasilkan
endapan merah kecoklatan.
d. Test Vanadium
Vitamin C akan menghasilkan warna biru yang kemudian berubah
menjadi hijau jika direaksikan dengan pereaksi yang dibuat dengan
mencampurkan vanadium pentoksida dengan asam sulfat.
e. Test Emas Triklorida
Kemampuan asam askorbat untuk mereduksi emas triklorida digunakan
untuk mengukur kandungan vitamin C.
f. Test Furfural
Jika vitamin C didihkan dalam asam khlorida akan membentuk furfural
yang jumlahnya dapat ditentukan dengan anilin photorogencinal atau resorsinol.

Vitamin C atau asam askorbat-L merupakan nutrisi penting bagi manusia, di mana ia
berfungsi sebagai vitamin. Askorbat (sebuah ion dari asam askorbat) diperlukan untuk
berbagai reaksi metabolik penting dalam semua hewan dan tanaman. Hal ini dilakukan
secara internal oleh hampir semua organisme; pengecualian mamalia menonjol adalah
sebagian besar atau semua order Chiroptera (kelelawar), dan seluruh subordo
Anthropoidea (Haplorrhini) (tarsius, monyet dan kera). Hal ini juga diperlukan oleh
marmut dan beberapa jenis burung dan ikan. Kekurangan vitamin ini menyebabkan
penyakit kudis pada manusia. Hal ini juga banyak digunakan sebagai bahan tambahan
makanan.

The pharmacophore vitamin C adalah ion askorbat. Dalam organisme hidup, askorbat
adalah anti-oksidan, karena melindungi tubuh terhadap stres oksidatif, dan merupakan
kofaktor dalam beberapa reaksi enzimatik vital. asam askorbat akhirnya diisolasi pada
tahun 1933 dan disintesis pada tahun 1934.

Menggunakan dan asupan harian yang direkomendasikan vitamin C adalah masalah on-
debat, dengan RDI berkisar 45-95 mg / hari. Pendukung megadosage mengusulkan dari
200 ke atas dari 2000 mg / hari. Sebuah meta-analisis ini dari 68 percobaan suplementasi
antioksidan dapat diandalkan, melibatkan total 232.606 orang, menyimpulkan bahwa
mengkonsumsi askorbat tambahan dari suplemen mungkin tidak bermanfaat sebagai
pemikiran.

Vitamin C murni L-enantiomer dari askorbat; D-enantiomer sebaliknya tidak memiliki


signifikansi fisiologis. Kedua bentuk adalah bayangan cermin dari struktur molekul yang
sama. Ketika L-askorbat, yang merupakan agen pereduksi yang kuat, melakukan
mengurangi fungsinya, waktunya akan diubah ke bentuk teroksidasi nya, L-
dehydroascorbate-. L dehydroascorbate kemudian dapat dikurangi kembali ke bentuk L-
askorbat aktif dalam tubuh dengan enzim dan glutathione. Selama proses
semidehydroascorbic radikal asam terbentuk. Askorbat buruk radikal bebas bereaksi
dengan oksigen, dan dengan demikian, tidak akan membuat sebuah superoksida.
Sebaliknya dua radikal semidehydroascorbate akan bereaksi dan membentuk satu
askorbat dan satu dehydroascorbate. Dengan bantuan glutathione, dehydroxyascorbate
diubah kembali ke askorbat. Kehadiran glutathione sangat penting karena suku cadang
askorbat dan meningkatkan kapasitas antioksidan darah. Tanpa itu dehydroxyascorbate
tidak bisa mengubah kembali ke askorbat.

L-askorbatadalah asam gula lemah struktural terkait dengan glukosa yang terjadi baik
secara alami melekat pada ion hidrogen, membentuk asam askorbat, atau pada ion logam,
membentuk mineral askorbat.

Biosintesis
Sebagian besar hewan dan tumbuhan yang mampu mensintesis vitamin C sendiri, melalui
urutan empat langkah enzim-driven, yang mengubah glukosa menjadi vitamin C. Dalam
reptil dan burung biosintesis yang dilakukan di ginjal.

Di antara binatang-binatang yang telah kehilangan kemampuan untuk mensintesis


vitamin C adalah simians (khususnya haplorrhini subordo, yang meliputi manusia), babi
guinea, sejumlah spesies burung passerine (tetapi tidak semua dari mereka-ada beberapa
saran bahwa kemampuan itu kehilangan secara terpisah beberapa kali pada burung), dan
banyak (mungkin semua) keluarga utama kelelawar, termasuk serangga dan keluarga
kelelawar besar pemakan buah. Hewan ini tidak semua-gulonolactone oksidase L (Gulo)
enzim, yang dibutuhkan dalam langkah terakhir sintesis vitamin C, karena mereka
memiliki bentuk cacat dari gen untuk enzim (Pseudogene ΨGULO).

Beberapa spesies (termasuk manusia) dapat dilakukan dengan membuat tingkat yang
lebih rendah yang tersedia dari diet mereka dengan mendaur ulang vitamin C. dioksidasi

simians Kebanyakan mengkonsumsi vitamin dalam jumlah 10 sampai 20 kali lebih tinggi
dari yang direkomendasikan oleh pemerintah untuk manusia. Perbedaan ini merupakan
dasar banyak kontroversi pada saat ini tunjangan diet yang dianjurkan. Hal ini balas
dengan argumen bahwa manusia yang sangat baik untuk melestarikan makanan vitamin
C, dan mampu mempertahankan kadar vitamin C sebanding dengan simians lain, pada
asupan makanan jauh lebih kecil.

Seorang kambing dewasa, contoh khas binatang vitamin C-memproduksi, akan


memproduksi lebih dari 13 g vitamin C per hari dalam kesehatan normal dan biosintesis
akan meningkat "banyak kali lipat di bawah tekanan". Trauma atau cedera juga telah
ditunjukkan untuk menggunakan Facebook jumlah besar vitamin C pada manusia.

Beberapa mikroorganisme seperti ragi Saccharomyces cerevisiae''''telah terbukti untuk


dapat mensintesis vitamin C dari gula sederhana.

Vitamin C dalam evolusi

Venturi Venturi dan menyarankan bahwa tindakan antioksidan asam askorbat


dikembangkan pertama kali di kerajaan tanaman ketika, sekitar 500 Mya, tanaman mulai
beradaptasi dengan kekurangan mineral segar-perairan muara sungai. Beberapa ahli
biologi menyatakan bahwa banyak vertebrata telah mengembangkan strategi metabolik
mereka adaptif di lingkungan muara. Dalam teori ini, beberapa 4-300 tahun yang lalu
ketika tanaman hidup dan binatang pertama yang mulai bergerak dari laut ke sungai dan
tanah, defisiensi yodium lingkungan merupakan suatu tantangan bagi evolusi kehidupan
di darat. Dalam tanaman, hewan dan ikan, diet terestrial menjadi kekurangan dalam
banyak mikronutrien laut penting, termasuk yodium, selenium, seng, tembaga, besi
mangan, dll alga Air Tawar dan tanaman darat, menggantikan antioksidan laut, perlahan-
lahan mengoptimalkan produksi antioksidan endogen lainnya seperti asam askorbat
polifenol,, karotenoid, flavonoid, tokoferol dll, beberapa di antaranya menjadi penting
"vitamin" dalam makanan hewan darat (vitamin C, A, E, dll).
asam askorbat atau vitamin C adalah kofaktor enzim yang umum pada mamalia yang
digunakan dalam sintesis kolagen. Askorbat merupakan agen pereduksi yang kuat
mampu cepat scavenging sejumlah spesies oksigen reaktif (ROS). teleost air tawar ikan
juga membutuhkan vitamin C makanan dalam diet mereka atau mereka akan
mendapatkan kudis (Hardie dkk, 1991.). Gejala yang paling dikenal luas kekurangan
vitamin C dalam ikan adalah scoliosis, lordosis dan warna kulit gelap. Air Tawar
salmonids juga menunjukkan gangguan pembentukan kolagen, internal / perdarahan sirip,
kelengkungan tulang belakang dan kematian meningkat.

Jika ikan ini disimpan di air laut dengan alga dan fitoplankton, maka suplemen vitamin
tampaknya menjadi kurang penting, mungkin karena ketersediaan lain yang lebih kuno,
antioksidan dalam lingkungan alam laut.

Beberapa ilmuwan telah menyarankan bahwa hilangnya kemampuan manusia untuk


membuat vitamin C mungkin telah menyebabkan evolusi monyet yang cepat ke manusia
modern. Namun, hilangnya kemampuan untuk membuat vitamin C dalam simians harus
memiliki terjadi jauh lebih kembali sejarah evolusioner daripada munculnya manusia atau
bahkan kera, karena jelas terjadi sesaat setelah perpecahan dalam Haplorrhini (yang tidak
dapat membuat vitamin C) dan perusahaan kakak clade yang ditahan kemampuan, yang
Strepsirrhini ("basah berhidung" primata). Kedua cabang berpisah sekitar 63 juta tahun
yang lalu (jtl). Sekitar 5 juta tahun kemudian (58 Mya), hanya dalam waktu singkat
setelahnya dari perspektif evolusi, infraorder yang Tarsiiformes, yang hanya tersisa
keluarga adalah bahwa dari tarsius (Tarsiidae), bercabang dari haplorrhines lain. Karena
tarsius juga tidak dapat membuat vitamin C, ini berarti mutasi tersebut telah terjadi, dan
dengan demikian harus memiliki terjadi antara dua titik penanda (63-58 Mya).

Telah dicatat bahwa hilangnya kemampuan untuk mensintesis askorbat mencolok evolusi
paralel hilangnya kemampuan untuk memecah asam urat. Asam urat dan askorbat
keduanya agen mengurangi kuat. Hal ini menimbulkan anggapan bahwa pada primata
yang lebih tinggi, asam urat telah mengambil alih beberapa fungsi askorbat.

Penyerapan, transportasi, dan pembuangan

Asam askorbat diserap dalam tubuh dengan baik transpor aktif dan difusi sederhana.
Tergantung Sodium Transport aktif - Natrium-Askorbat Co-Transporters (SVCTs) dan
pengangkutan heksosa (GLUTs) adalah dua pengangkutan yang diperlukan untuk
penyerapan. SVCT1 dan SVCT2 diimpor bentuk penurunan askorbat melintasi membran
plasma. GLUT1 dan GLUT3 adalah dua transporter glukosa dan hanya mentransfer
membentuk asam dehidroaskorbat dari Vitamin C. Meskipun asam dehidroaskorbat
diserap dalam tingkat lebih tinggi dari askorbat, jumlah asam dehidroaskorbat ditemukan
dalam plasma dan jaringan dalam kondisi normal rendah, sebagai sel cepat mengurangi
dehidroaskorbat asam askorbat. Dengan demikian, SVCTs tampaknya menjadi sistem
dominan untuk transportasi vitamin C dalam tubuh.

SVCT2 terlibat dalam transportasi vitamin C di hampir setiap jaringan, hewan Knockout
untuk SVCT2 mati tak lama setelah lahir, menunjukkan bahwa
SVCT2-mediated transport vitamin C diperlukan bagi kehidupan.

Dengan asupan rutin tingkat penyerapan bervariasi antara 70 hingga 95%. Namun,
tingkat penyerapan menurun dengan meningkatnya asupan. Pada konsumsi tinggi (12g),
penyerapan manusia pecahan dari asam askorbat dapat serendah 16%, pada asupan
rendah (<20 mg) tingkat penyerapan dapat mencapai hingga 98%. Askorbat konsentrasi
melewati ambang ginjal penyerapan kembali lewat dengan bebas ke dalam urin dan
diekskresikan. Pada dosis diet tinggi (sesuai dengan beberapa ratus mg / hari pada
manusia) askorbat yang terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat plasma mencapai
ambang ginjal resorpsi, yaitu sekitar 1,5 mg / dL pada pria dan 1,3 mg / dL pada wanita.
Konsentrasi dalam plasma lebih besar dari nilai ini (dianggap mewakili kejenuhan tubuh)
dengan cepat diekskresikan dalam urin dengan waktu paruh sekitar 30 menit, konsentrasi
kurang dari jumlah batas ini secara aktif ditahan oleh ginjal, dan setengah-hidup untuk
sisa toko vitamin C dalam tubuh sangat meningkat, dengan memanjang setengah hidup
sebagai toko tubuh habis.

Meskipun menyimpan maksimal tubuh vitamin C sangat ditentukan oleh ambang ginjal
untuk darah, terdapat banyak jaringan yang menjaga konsentrasi vitamin C jauh lebih
tinggi dibandingkan dalam darah. jaringan biologis yang menumpuk lebih dari 100 kali
tingkat dalam plasma darah vitamin C adalah kelenjar adrenal, hipofisis, timus, korpus
luteum, dan retina.

Mereka yang memiliki 10 sampai 50 kali sekarang konsentrasi dalam plasma darah
termasuk otak, limpa, paru-paru, testis, kelenjar getah bening, hati, tiroid, mukosa usus
kecil, leukosit, pankreas, ginjal dan kelenjar ludah.

Asam askorbat dapat dioksidasi (dipecah) dalam tubuh manusia oleh L-askorbat oksidase
enzim. Askorbat yang tidak langsung dikeluarkan melalui air seni sebagai akibat dari
kejenuhan tubuh atau hancur dalam metabolisme tubuh lainnya dioksidasi oleh enzim ini
dan dihapus.

Kekurangan

Kudis adalah avitaminosis dihasilkan dari kekurangan vitamin C, karena tanpa vitamin
ini, kolagen disintesis terlalu tidak stabil untuk melakukan fungsinya. Kudis mengarah
pada pembentukan bintik hati pada kulit, gusi spons, dan pendarahan dari semua selaput
lendir. Bintik-bintik yang paling berlimpah di paha dan kaki, dan orang dengan penyakit
tampak pucat, merasa tertekan, dan sebagian bergerak. Dalam lanjutan kudis ada terbuka,
luka bernanah dan kehilangan gigi dan, akhirnya, kematian. Tubuh manusia hanya bisa
menyimpan sejumlah vitamin C,

Pemenang hadiah Nobel Linus Pauling dan Dr GC Willis telah menegaskan bahwa kronis
jangka panjang yang rendah kadar vitamin C (kudis kronis) merupakan penyebab
aterosklerosis.
masyarakat Barat umumnya mengkonsumsi cukup Vitamin C untuk mencegah penyakit
kudis. Pada tahun 2004 sebuah survei kesehatan masyarakat Kanada Kanada melaporkan
bahwa dari 19 tahun dan di atas memiliki asupan vitamin C dari makanan, 133 mg / hari
untuk pria dan 120 mg / hari untuk wanita, yang lebih tinggi dari rekomendasi RDA.
Dalam penelitian diet manusia, semua gejala yang jelas dari kudis sebelumnya
disebabkan oleh asupan vitamin C yang sangat rendah, dapat dibalik dengan suplemen
vitamin C sekecil 10 mg sehari. Namun, diperlukan asupan vitamin C untuk menangani
dengan infeksi atau jumlah besar memperbaiki jaringan (seperti dalam luka bakar) jauh
lebih tinggi dari dosis minimal yang diperlukan untuk membalikkan penyakit kudis.

You might also like