You are on page 1of 59

SEKILAS TENTANG SUMBERDAYA KELAUTAN

Negara kepulauan tropis Indonesia kaya akan beragam sumberdaya laut


dan pesisir. Bermacam jenis ikan, burung laut, terumbu karang, mangrove dan
biota lainnya hidup di laut yang terbentang diantara ribuan pulau. Berbagai tipe
pantai, teluk, gelombang, angin, mineral dan sumberdaya lainnya terhampar luas
di pesisir dan laut lepas. Kekayaan sumberdaya tersebut bukan saja menjadi
penghidupan bagi penduduk di sekitar laut tapi juga mendatangkan pendapatan
dan devisa negara.
Secara teritorial, yuridiksi dan fungsional, laut Indonesia meliputi batas-
batas wilayah kedaulatan, pulau-pulau kecil terluar, alur pelayaran, tata ruang
kelautan nasional, kawasan konservasi laut dan lingkungan pantai serta
lingkungan laut. Dalam batas wilayah dan kawasan tersebut indonesia memiliki
kedaulatan untuk mempertahankan laut dan menggelola semua sumberdaya yang
ada di dalamnya.
Laut Indonesia dengan berbagai kedalaman, arus permukaan, gelombang
dan cekungan merupakan ladang penghasil sumberdaya berbagai mineral dan
energi yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Mineral logam dan non logam, batu
bara, gambut, minyak, gas, dan potensi energi lainnya tersedia di laut lepas dan
dapat dieksploitasi untuk kepentingan Indonesia.
Selain menjadi ladang energi dan mineral, laut Indonesia juga menjadi
akuarium dunia dengan berbagai jenis ikan, moluska, mamalia laut, burung-
burung laut, dan biota lain yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Terumbu karang,
padang lamun, rumput laut tumbuh menghiasi dasar laut dan menjadikan laut
Indonesia sebagai tempat berlangsungnya kehidupan berbagai jenis biota.
Mangrove yang tumbuh berderet di pantai menjadi pelindung pantai dan kawasan
pesisir.
Kehidupan di pesisir dengan aktivitas para nelayan berlayar, menebar
jaring, berlabuh dan menjual hasil tangkapan merupakan kesibukan untuk
menggerakkan roda perekonomian agar kehidupan sosial dan ekonomi tetap
berlangsung. Selain perekonomian nelayan, pesisir juga diramaikan dengan

1
pelayaran, kesibukan pelabuhan, dan kunjungan wisatawan ke berbagai obyek
wisata yang ada di laut dan pesisir.
Bebagai informasi sumberdaya tersebut disajikan pada Atlas Sumberdaya
Kelautan dalam bentuk peta narasi. Peta menunjukkan lokasi atau persebaran
sumberdaya dan narasi memberikan gambaran tentang sumberdaya yang
ditampilkan pada peta.

2
WILAYAH KEDAULATAN DAN HAK KEDAULATAN

Setiap negara memiliki hak dan wewenang menetapkan batas negaranya


sendiri. Untuk itu pada tanggal 13 Desember 1957 Indonesia mendeklarasikan
suatu ketetapan tentang wilayah perairan Negara Republik Indonesia yang
kemudian dikenal dengan Deklarasi Djoeanda. Deklarasi tersebut kemudian
dikukuhkan melalui peraturan pemerintah pengganti UU No.4 tahun 1960 atau
dikenal dengan UU No.4 Prp.tahun 1960. Akan tetapi karena batas terluar wilayah
negara dapat berbatasan dengan wilayah negara lain, maka penetapan batas
tersebut wajib memperhatikan ketentuan hukum internasional yang belaku.
Prinsipnya adalah garis batas mempunyai kedudukan sebagai hak bersama atau
“Res Communis”.
Tata cara menetapkan batas laut antar negara telah di atur secara garis
besar dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Prosedur
umum penetapan garis batas laut teritorial antara dua negara yang berhadapan atau
berdampingan misalnya diatur dalam pasal 15 Konvensi Hukum Laut (UNCLOS
1982).
Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 dengan UU No. 17 tahun 1985 dan
setelah UNCLOS 1982 dinyatakan berlaku efektif, pada tanggal 16 November
1994, maka Indonesia merevisi UU No. 4 / Prp. Tahun 1960 dengan UU No. 06
tahun 1996 tentang Perairan Indonesia yang kemudian menetapapkan PP No. 06
tahun 1996 dan PP No. 38 tahun 2002 mengatur batas-batas laut Indonesia,
diantaranya mencakup;
a. Indonesia berhak mentapkan lebar laut teritorialnya hingga batas yang
tidak melebihi 12 (dua belas) mil laut yang diatur dari garis pangkal
kepulauan.
b. Perairan pulau Indonesia meliputi perairan yang ditutup oleh garis pangkal
lurus kepulauan yang ditarik sesuai dengan ketentuan pasal 47, tanpa
memperhatikan kedalaman atau jaraknya dari pantas. Negara memiliki
kedaulatan meliputi ruang udara di atas perairan kepulauan juga dasar laut dan
tanahnya dibawahnya, dan sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya. Di

3
perairan Kepulauan Negara di wajibkan untuk membolehkan kapal-kapal
asing untuk melaksanakan hak lintas damai dan lintas alu-alur kepulauan.
c. Perairan perdalaman adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat
dari garis-garis penutup sungai, keluh atau pelabuhan yang terletak di perairan
kepulauan Indonesia (sesuai dengan ketentuan pasal 50).
d. Lebar laut zona tambahan tidak dapat melalui 24 mil laut dari garis
pangkal kepulauan Indonesia. Di zona tambahan ini dapat melaksanakan
pengawasan yang diperlukan untuk mencegah pelanggaran atas ketentuan
hukum dalam wilayahnya.
e. Zona Ekonomi Ekslusif adalah suatu daerah diluar dan berdampingan
dengan laut teritorial yang lebarnya tidak melebihi 200 mil laut dan garis
pangkal. Di perairan ini Indonesia mempunyai hak berdaulat untuk keperluan
eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan alam
Hayati maupun non-hayati. Indonesia juga mempunyai yurisdiksi berkenaan
dengan pembuatan dan pemakaian, instalasi dan bangunan, riset ilmiah
kelautan serta perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.
f. Landas Kontinen meliputi dasar laut dan tanah di bawahya dari daerah
dibawah permukaan laut sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratannya
hingga pinggiran luar tepi kontinen, atau hingga jarak 200 mil laut dari garis
pangkal, dalam hal pinggiran luar tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut.
Batas terluar landas kontinen tidak boleh melebihi 350 mil laut dari garis
pangkal dan ditetapkan dengan berdasarkan kriteria-kriteria, antar lain: jarak,
kedalaman, dan ketebalan batu endapan. Penetapan landas kontinen diluar 200
mil laut tersebut harus sampaikan kepada Komisi Batas-Batas Landas
Kontinen dengan bukti-bukti yang relevan.

4
ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI)

Indonesia adalah Negara kepulauan. Negara kepulauan berarti suatu


Negara yag seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup
pulau-pulau lain. Sebagian negara kepulauan Indonesia perlu menghormati
perjanjian yang ada dengan negara lain dan harus mengakui hak perikanan
tradisional dan kegiatan yang sah negara tetangga yang berdampingan dengan
perairan Indonesia .
Dengan tunduk pada ketentuan pasal 53 tanpa mengurangi pasal 50
UNCLOS 1982, semua kapal negara berhak menikmati lintas damai melalui
perairan kepulauan. Suatu negara kepulauan dapat menentukan alur laut dan rute
penerbangan diatasnya, yang cocok digunakan untuk lintas kapal dan pesawat
udara asing yang terus menerus dan langsung serta secepat mungkin melalui atau
diatas perairan kepulauannya dan laut territorial yang berdampingan dengannya.
Air Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang digunakan untuk
melaksanakan hak lintas alur laut kepulauan untuk pelayaran dari laut Cina
Selatan ke Samudera Hindia atau sebaliknya melintasi Laut Natuna, Selat
Karimata, Laut Jawa, dan Selat Sunda adalah ALKI I. ALKI I bercabang untuk
pelayaran dari Selat Singapura melalui Laut Natuna atau sebaliknya.
Alur laut kepulauan yang dapat digunakan untuk melaksanakan hak lintas
alur laut untuk pelayaran dari Laut Sulawesi ke Samudera Hindia atau sebaliknya
melalui Selat Makasar, Laut Flores, dan Selat Lombok adalah Alur Laut
Kepulauan II.
Alur Laut Kepulauan yang digunakan untuk melaksanakan hak pelyaran
lintas laut Alur Kepulauan dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia atau
sebaliknya melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan
Laut Sawu adalah ALKI III yang garis sumbunya menghubungkan titik-titik
penghubung dari ALKI IIIA-1 samapai dengan ALKI IIIA-13.

5
PULAU-PULAU KECIL TERLUAR

Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari sekitar 17.504 pulau.


Selain pulau-pulau besar seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan
Papua, masih ada puluhan ribu pulau kecil lainnya yang tersebar di territorial laut
Indonesia. Diantara pulau-pulau kecil tersebut beberapa diantaranya adalah pulau-
pulau yang berbatasan tetangga. Jumlah pulau-pulau kecil terluar tersebut
sebanyak 92 pulau.
Pulau-pulau kecil terluar merupakan kawasan strategis dan memiliki posisi
sangat penting karena di pulau-pulau tersebut terdapat titik dasar (TD) dan titik
referensi (TR) yang digunakan untuk menarik garis pangkal batas wilayah
(territorial) NKRI. Selain memiliki posisi penting pulau-pulau kecil juga
mempunyai potensi sumber daya alam yang dapat dijadikan modal pembangunan.
Disisi lain pulau-pulau kecil terluar juga merupakan kawasan yang rawan
terhadap ancaman.
Ancaman terhadap pulau-pulau kecil terluar meliputi ideologi, politik,
ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan keamanan. Hal tersebut dikarenakan
pulau-pulau kecil terluar berada di wilayah perbatasan dengan negara-negara lain.
Diantara 92 pulau kecil terluar terdapat 12 pulau yang membutuhkan perhatian
khusus. Keduabelas pulau tersebut adalah Pulau Rondo, Sekatung, Nipa, Berhala,
Marore, Miyangas, Marampit, Batek, Dana, Fani, Fanildo dan Brass.
Aspek kedaulatan diperlukan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar
terutama yang berbatasan dengan negara lain. Pengelolaan tersebut ditunjukan
untuk menjaga pertahanan dan keamanan. Sedangkan aspek prosperity (ekonomi)
diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, mengembangkan
peluang kerja sama bilateral dengan negara lain, dan mengurangi kesenjangan
dengan masyarakat di pulau lain maupun dengan negara tetangga.

6
TATA RUANG KELAUTAN NASIONAL

Dalam Undang-undang No.24 tahun 1992 tentang penataan ruang,


disebutkan bahwa ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan,
dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk
hidup lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan
hidupnya. Tata Ruang merupakan wujud pemanfaatan ruang dan sebagaimana
tergambar pada pola pemanfaatan/penggunaan/peruntukan ruang serta sistem
pusat-pusat serta jaringan yang berbentuk struktur luar. Pengertian tata ruang
dapat dimaksudkan sebagai wujud pemanfaatan ruang sebagaimana yang terlihat
pada kondisi di lapangan (existing condition), dan tata ruang sebagai gambaran
pemanfaatan ruang kedepan yang diharapkan akan terwujud sesuai rencana atau
yag lazim disebut dengan Rencana Tata Ruang.
Tema tata ruang lautan nasional dalam atlas ini dimaksudkan untuk
menyajikan pola dan struktur ruang lautan ; beberapa mewakili unsur struktur
ruang pada kondisi yang ada, dan bersama yang lain merupakan gambaran atau
tata ruang ke depan sebagaimana yang diharapkan. Sumber tema berdasarkan atas
konsep rencana tata ruang yang materinya telah menjadi masukan dalam proses
revisi peraturan Pemerintah no.47 tahun 1997 tentang rencana tata ruang Wilayah
Nasional (RTRWN). Selain itu memperhatikan hasil-hasil loka karya materi
akademis rancangan peraturan perungang-undangan penataan ruang lautan; serta
kebijakan dan program-program strategi/prioritas dibidang kelautan perikanan.
Isi tema tata ruang lautan sebagaimana dimuat dalam peta, khususnya
mencakup konsep regionalisasi, pengembangan struktur ruang, konservasi laut
serta kawasan perbatasan melalui isi tema tersebut dimaksudkan tergambar
bagaimana Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan (Arcipelagic State)
dengan pola dan struktur lautannya serta kawasan perbatasan yang memiliki nilai
strategis nasional perlu dikelola secara terpadu dengan memperhatikan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Aspek-aspek
penting yang dipertimbangkan untuk ditampilkan dalam tema, yaitu meliputi;
 Kawasan Andalan Laut

7
 Kawasan Kerjasama Kelautan
 Wilayah Pengelolaan Perikanan
 Pusat-Pusat Pengembangan Kelautan
 Pelabuhan Perikanan
 Outer Ring Fishing Port
 Kawasan Konservasi Laut
 Pusat-pusat Kegiatan Nasional dan Wilayahnya.

8
KAWASAN KONSERVASI LAUT

Kawasan konservasi Laut adalah kawasan pesisir, pulau-pulau kecil, dan


atau laut dengan ciri khas tertentu yang dikelola untuk memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman hayati dan nilainya dengan tetap
mempertimbangkan aspek pemanfaatan yang berkelanjutan.

Kawasan konservasi laut terdiri dari :


1. Taman Nasional Laut
Adalah kawasan perairan yang ditunjuk untuk a) melindungi Integritas
sekologi dari satu atau beberapa ekosistem untuk generasi sekarang dan
mendatang, b) meniadakan eksploitasi atau okupasi yang bertentangan
dengan kegunaan dari penunjukan kawasan ini, dan c) menyediakan suatu
situs untuk tujuan spiritual, pengetahuan, pendidikan, rekreasi dan wisata
yang ramah lingkungan dan budaya.
2. Suaka Marga Satwa Laut
Untuk memastikan kondisi alam yang baik guna melindungi spesies nasional
penting, komunitas biota, atau unsur fisik lingkungan guna kelestariannya di
masa mendatang.
3. Kawasan Konservasi Laut Daerah
Adalah kawasan konservasi laut yang berada di dalam wilayah kewenangan
pemerintah daerah dan ditetapkan serta dikelola oleh daerah serta monitoring
dan evaluasi.
4. Cagar Alam Laut
Adalah suaka pesisir dan laut karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan
biota laut dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindingi dan
perkembangannya berlangsung secara alami.
5. Taman Wisata Alam Laut
Adalah kawasan pelestarian ekosistem pesisir dan laut yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi laut.

9
LINGKUNGAN PANTAI DAN LAUT

Kawasan pantai (coastal zone) merupakan zone transisi yang berhubungan


langsung antara ekosistem laut dan ekosistem darat (terrestrial). Ekosistem yang
ada di sepanjang pantai tersebut bukan hanya hutan bakau (mangrove) saja tetapi
juga hutan payau lain, terumbu karang, estuaria, delta, dan sebagainya. Ekosistem
tersebut selain merupakan sumber daya ekonomi juga mempunyai fungsi ekologis
yang melindungi lingkungan pantai dan laut.
Fungsi ekologis ekosistem tersebut antara lain sebagai pelindung pantai,
pengatur luapan banjir, tempat pengendapan sedimen dan bahan pencemar,
sebagai sumber makanan biota laut (udang, kepiting, kerang-kerangan, dan biota
lain yang bernilai ekonomis tinggi). Diperkirakan setidaknya 30% pantai di
seluruh Indonesia masih terlindung oleh terumbu karang pinggiran(fringing reefs)
dan atol. Terumbu karang yang utuh diperkirakan tinggal 7 % dan lainnya dalam
kondisi rusak.
Zona pantai memiliki nilai ekonomi tinggi yang dihasilkan dari kekayaan
dan keragaman ekosistem. Zona pantai tersebut dihuni lebih kurang 60%
penduduk Indonesia. Hal ini menyebabkan adanya eksploitasi sumber daya yang
dapat mengakibatkan degradasi lingkungan pantai dan laut. Tekanan
kependudukan yang berasosiasi dengan kegiatan ekonomi akan menyebabkan
kerusakan lingkungan pantai dalam sekala besar.
Kawasan laut dan pesisir kepulauan Indonesia merupakan kawasan paling
produktif di dunia. Iklim tropis yang lembab dan tingginya curah hujan
memungkinkan berkembangnya secara ekstensif ekosistem terumbu karang cincin
(atoll) seperti yang terdapat di Takabonerate di Laut Flores. Atol tersebut
merupakan atol terbesar di dunia. Hutan bakau berkembang sangat baik di pantai
timur Sumatera, pantai selatan dan barat Kalimantan serta pantai Irian Jaya. Hutan
bakau (mangrove) di Irian Jaya merupakan hutan terluas di Indonesia.
Di wilayah pesisir biasanya intensitas kegiatan manusia cukup tinggi
misalnya permukiman, perkotaan, kawasan industri (industrial estate), pelabuhan,
pelayaran, rekreasi dan pariwisata, pertanian, penangkapan ikan, pertambakan,

10
pembangkit tenaga listrik, konservasi alam. Berbagai kegiatan tersebut belum
tentu saling mendukung bahkan dalam banyak kasus kegiatan tersebut menjadi
pusat konflik kepentingan.

11
12
ARUS PERMUKAAN FEBRUARI DAN AGUSTUS

Pebruari
Pada bulan pebruari arah angin di wilayah Indonesia umumnya dari arah
barat sehingga mengakibatkan arus permukaan laut umumnya bergerak dari arah
baratdaya – baratlaut dengan kecepatan antara 12cm/detik s/d 38cm/detik, kecuali
di perairan sebelah utara Nusa Tenggara Barat, laut Sewu, Laut Banda, Perairan
disekitar Talaud berkisar 50cm/detik s/d 75cm/detik. Di Perairan sebelah barat
Nangroe Aceh Darussalam, Samudra Hindia sebelah selatan jawa hingga nusa
tenggara timur bagian barat, arus permukaan laut bergerak dari arah timur –
tenggara dengan kecepatan sekitar 25 cm/detik, sedangkan diselat sunda arus
bergerak dari arah timur laut dengan kecepatan 25 cm/detik.
Arus permukaan laut di Selat Malaka bergerak dari arah tenggara dengan
kecepatan sekita5 cm/detik, sedangkan di Laut Cina selatan bergerak dari arah
timur laut – timur dengan kecepatan berkisar 25 cm/detik, kecuali di pesisir timur
malaysia kecepata arus dapat mencapai kecepatan 50 cm/detik.
Di laut Mindanau arus permukaan laut bergerak memutar atau melingkar
dengan kecepatan 12 cm/ detik s/d 25 cm/detik, sedangkan di Laut Sulawesi
bergerak dari arah barat laut - timur laut dengan kecepatan berkisar 12 cm/detik
s/d 50 cm/detik.
Untuk Selat Makasar bergerak dari arah utara – timur laut dengan
kecepatan 12 cm/second, sedangkan diperairan timur pulau sumba, laut timur,
sebelah utara pulau Barbar dan kepulauan Tanibar arus permukaan laut bergerak
dari arah timur dengan kecepatan 25 cm/second.

Agustus
Pada Bulan Agustus di wilayah Indonesia angin bertiup dari arah timur,
hal ini menyebabkan arus permukaan laut umumnya bergerak dari arah timur
laut–tenggara dengan kecepatan 12cm/detik s/d 50 cm/detik, kecuali di
Kepulauan Talaud, Laut Halmahera, Samudera Pasifik sebelah utara Papua
kecepatan bisa mencapai 50 cm/detik atau lebih.

13
Disebelah barat Sumatera arus permukaan laut bergerak dari arah barat
laut – utara dengan kecepatan 12 cm/detik s/d 25 cm/detik. Sedangkan di Laut
Cina Selatan sebelah timur Malaysia bergerak dari arah selatan – barat daya
dengan kecepatan 12 cm/detik s/d 50 cm detik.
Di laut Mindanau, Laut Sulawesi, Selat Makassar arus permukaan laut
bergerak dari barat laut sampai timur laut dengan kecepatan berkisar 12 cm/detik
s/d 38 cm/detik. Sedangkan di Laut Maluku, Halmahera, Samudera Pasifik
sebelah utara Papua arus bergerak dari arah selatan – barat dengan kecepatan
berkisar 25 cm/detik s/d 75 cm/detik, di perairan sebelah utara Nusa Tenggara
Barat hingga Laut Banda arus permukaan laut, bergerak dari arah barat daya –
barat laut dengan kecepatan berkisar 12 cm/detik s/d 25 cm/ detik.

14
CEKUNGAN SEDIMEN TERSIER SUMBERDAYA MINERAL DAN
ENERGI LEPAS PANTAI

Merupakan informasi yang mencakup data dasar geologi bawah


permukaan dan geofisika kedaulatan wilayah Indonesia yang meliputi sebaran
satuan batuan dan sedimen permukaan dasar laut. Ketebalan sedimen Resen
(endapan sedimen baru), pola struktur, stratigrafi dasar laut berikut dengan proses
geodinamikanya, anomaly magnet total, serta gaya berat.
Satuan batuan permukaan dasar laut merupakan batuan dasar yang terdapat
di dasar laut dapat berasal dari proses pembentukan batuan secara langsung yang
berupa proses penerobosan cairan magma dari dalam perut bumi yang kemudian
membeku di permukaan dasar laut maupun proses pembentukan gunung api di
dasar laut, sedangkan sedimen permukaan dasar laut merupakan satuan batuan
hasil pengendapan (sedimentasi) dari proses pelapukan batuan yang berada di
daratan yang kemudian terangkut oleh air sungai maupun air hujan dan
selanjutnya di endapkan di dasar laut. Satuan dan batuan sedimen ini menyimpan
potensi sumberdaya alam berupa sumber energi, bahan tambang, mineral serta
jasad renik yang menjadi sumber makanan biota laut.
Pola struktur dan stratigrafi dasar laut mencakup informasi yang meliputi
pola kekar/retakan dan sesar/rekahan yang berasal dari proses geodinamika berupa
pengangkatan maupun penurunan permukaan dasar laut.
Anomali magnet total dan gaya berat merupakan aspek geofisika kelautan
yang memberikan informasi geofisika yang mempengaruhi proses geodinamika
antara lain berupa data kegempaan dan sebagainya.
Data dasar ini dapat dipergunakan sebagai bahan kajian potensi energi dan
sumberdaya mineral di dasar laut, serta memenuhi kebutuhan informasi geologi
bawah permukaan laut untuk evaluasi secara regional sehingga dapat menunjang
kegiatan pengelolaan dan pelestarian potensi lingkungan pantai dan perairan
sekitarnya, terutama yang erat kaitannya dengan pengembangan kawasan secara
terpadu untuk mendukung pengelolaan wilayah di sektor perekonomian dan
industri strategis serta kerekayasaan di wilayah pantai dan perairan Indonesia.

15
BATIMETRI

Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan kedalaman laut dan di


sajikan dengan menggunakan garis kontur kedalaman. Garis kontur adalah garis
abstrak yang menghubungkan beberapa tempat atau lokasi yang memiliki
ketinggian atau kedalaman yang sama.
Peta batimetri tidak sedetail peta rupa bumi yang menyajikan data
ketinggian dan kenampakan permukaan bumi. Untuk pengukuran topografi,
surveyor membutuhkan sejumlah titik-titik kontrol yang di pakai sebagai titik
dasar tinggi. Titik kontrol tersebut dikatakan pada statsiun pasang surut untuk
mendapatkan referensi ketinggian terhadap muka laut rata-rata.
Pengkuran kedalaman laut pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan
Ecosounding. Prinsip pengukuran dengan ecosounding adalah memancarkan
gelombang suara kearah dasar laut. Alat Echosounder akan mencatat waktu pada
saat gelombang suara dipancarkan ke dasar laut dan waktu kedatangan pantulan
gelombang suara tersebut.
Secara matematis jarak merupakan hasil perkalian antara kecepatan
gelombang dengan waktu. Kecepatan gelombang suara sudah diketahui dan waktu
perambatan gelombang dapat dihitung dari selisih waktu pemancaran gelombang
dengan waktu kedatangan pantulan gelombang. Hasil perkalian kecepatan dengan
waktu rambat gelombang menunjukan jarak dalam hal ini adalah kedalaman laut.
Peta batimetri digunakan dalam sebagai sektor antara lain perhubungan
laut, pertambangan, eksplorasi sumberdaya laut, penelitian dan lain sebagainya.
Dengan tersedianya peta batimetri, informasi kedalaman laut, gambaran dasar
laut, dapat diketahui. Informasi tersebut diperlukan untuk kegiatan misalnya
pembangunan pelabuhan atau dermaga, pelayaran kapal laut, penambangan
minyak lepas pantai, eksplorasi sumberdaya kelautan nonmigas, penelitian batas
landas kontingen Negara dan lain sebagainya.

16
SEBARAN BAHAN GALIAN BATUBARA,
GAMBUT, MINYAK DAN GAS
Kelompok bahan galian penghasil energi terdiri dari minyak, gas bumi,
batubara, dan gambut. Semua bahan galian tersebut termasuk dalam golongan A
atau strategis. Minyak dan gas bumi umumnya menempati cekungan-cekungan
khusus dan cekungan-cekungan yang mengandung batubara dan gambut. Gambut
adalah peringkat batubara paling muda belum mengalami proses pengarangan,
biasanya dijumpai di kawasan rawa-rawa.
Pada peta sebaran galian batubara, gambut, minyak dan gas dapat dilihat
persebaran untuk batubara di Sumatera terbanyak ada di Provinsi Sumatera
Selatan, Bengkulu, Riau dan Jambi. Batubara juga ditemui di Provinsi Nangroe
Aceh Darusssalam, Sumatera Utara namun tidak dalam jumlah banyak. Batubara
dijumpai di Pulau Jawa di pantai bagian selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY
dan Jawa Timur. Di Indonesia bagian timur, batubara banyak di jumpai di
Sulawesi Selatan, Pulau Buton, Pulau Seram, dan Irian Jaya. Lokasi yang paling
banyak batubara di Kalimantan yang tersebar di semua Provinsi.
Persebaran sumberdaya gambut tidak seluas persebaran batubara. Gambut
dijumpai di Pulau Sumatera yaitu di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, daan
sebagian kecil di Sumatera Utara dan Lampung. Lokasi lain persebaran gambut
ada di Irian Jaya/Papua, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan
Tengah.
Sumberdaya minyak dan gas bumi (migas) dikelompokan menjadi dua
yaitu: 1) daerah cekungan minyak dan gas bumi, 2) cekungan sumberdaya minyak
dan gas bumi berproduksi. Lokasi persebaran kelompok 1 ada di pantai dan laut
bagian barat Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Selain itu
juga dapat dijumpai di laut sebelah barat laut Provinsi Lampung, Bengkulu dan
Sumatera Barat. Persebaran di Pulau Jawa dapat di jumpai di pantai bagian
selatan, laut maupun daratan dari mulai Provinsi Banten sampai Provinsi Jawa
Timur. Sebaran migas juga dapat dijumpai di lepas pantai laut Pulau Jawa,
sebelah selatan Nusa Tenggara Barat sampai Nusa Tenggara Timur, Selat
Makasar, Laut Sulawesi, Teluk Timoti, Laut Banda, Teluk Banda, Teluk Bone,

17
Teluk Weda, Laut Seram sebelah utara Irian Jaya/Papua, dari Teluk Cenderawasih
ke arah timur dan Irian Jaya bagian selatan hingga lepas pantai.
Kelompok cekungan minyak dan gas bumi berproduksi terdapat di
sepanjang pantai Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara bagian
tenggara hingga lepas pantai. Daerah lain yang termasuk kelompok ini adalah
Provinsi Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Persebaran di Pulau Jawa terdapat di
pantai bagian utara hingga lepas pantai Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Timur dan Pulau Madura bagian utara hingga lepas pantai di Laut Jawa.
Di Kalimantan hanya terdapat di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur
hingga lepas pantai. Di Indonesia bagian timur dapat dijumpai di kepala burung
Irian Jaya/Papua dan Pulau Seram.

18
SEBARAN SEDIMEN WILAYAH LAUT

Sedimen merupakan material butiran-butiran yang dapat di transportasikan


oleh aliran air dan seringkali di endapkan sebagai lapisan butiran-butiran yang
solid di dasar sungai, laut, atau tubuh air lainnya. Sedimen adalah proses
pengendapan material. Sedimen merupakan produk manusia penghambat aliran
air karena kecepatan aliran akan berkurang dengan adanya muatan material.
Sedimen juga dapat dipindahkan oleh angin dan es. Padang pasir dan dune
(gemuk) adalah contoh endapan yang dipindahkan dan dibangun oleh angin.
Glacial moraine dan till adalah contoh sedimen yang dialirkan oleh es. Gaya
gravitasi juga menyebabkan terjadinya sedimen seperti misalnya talus, longsoran
sisi gunung yang membentuk fenomena karst (batu gamping).
Laut, samudera, dan danau menumpuk sedimen sepanjang waktu. Material
dapat diendapkan di daratan (terrestrial) atau diendapkan di laut (marin) atau
dapat juga berupa terrrigenous (material yang berasal dari perut bumi) yang
berada di daratan tapi diendapkan di lingkungan daratan, laut, atau danau.
Sedimen yang terendapkan menjadi sumber terbentuknya batuan sedimen yang
dapat berisi fosil dari binatang-binatang laut atau sungai yang mati dan
terselubungi oleh lapisan sedimen yang menumpuk.
Lingkungan laut dan samudera seringkali menjadi tempat sedimen
diendapkan. Sedimen dapat terdiri dari material-material yang berasal dari perut
bumi yang dibawa oleh sungai dan aliran air yang dekat laut atau dapat berupa
sedimen laut lain misalnya pasir. Dilaut bagian tengah organisme tertentu juga
berperan serta dalam pembentukan sedimen karena kulit dan rumah binatang-
binatang laut yang mati akan tenggelam di dasar laut. Beberapa jenis endapan
yang dapat ditemui di wilayah laut Indonesia adalah sebagai berikut;
1. Batu keras: semua sedimen yang terdiri dari partikel atau batuan yang
bergaris tengah lebih daripada 2 mm.
2. Pasir dan lanau : sedimen yang terdiri dari partikel yang bergaris
tengah antara 2 mikron – 2 mm.

19
3. Lumpur : semua sedimen yang berasal dari perut bumi berukuran
sangat kecil dan mengandung komponen-komponen pasir dan partikel-
partikel silt. Sedimen tersebut termasuk diantaranya adalah Lumpur biru,
Lumpur hijau, Lumpur hitam, abu gunung berapi, lempung hujau, dan lain
sebagainya.\
4. Selut gampingan : semua endapan mengeras yang partikelnya
berukuran pasir atau lebih halus mengandung sekitar 30% atau lebih CaCO3
kecuali endapan yang semuanya tersusun dari cangkang mollusca atau koral.
5. Selut silikaan : semua endapan mengeras yang paling sedikit 30%
cangkang organisme silikaan.
6. Lempung : semua endapan pelagis yang berbutir halus bergaris tengah
kurang dari 4 mikron, tersusun dari kurang lebih 30% jasad organisme dan
kurang lebih 30%CaCO3.
7. Koral : semua endapan yang berasal dari bangkai terumbu karang.

20
21
SEBARAN RATAAN PASIR

Rataan pasir merupakan sebagian atau keseluruhan wilayah pantai yang


terdiri dari kuarsa carbonat dan feldspar. Biasanya bagian yang paling banyak dan
paling keras adalah sisa-sisa pelapukan batu gunung. Di daerah tertentu seperti
bila dibagian depan pantai terdapat habitat terumbu karang, maka pasir akan lebih
di dominasi oleh sisa-sisa pecahan terumbu karang yang berwarna putih. Pantai
yang berpasir dibatasi hanya di daerah yang terdapat gerakan air kuat yang
mengangkut partikel-partikel halus dan ringan dan terendap pada pantai yang
landai.
Partikel yang kasar dari pantai berpasir tersebut menyebabkan hanya
sebagian kecil permukaannya yang menyerap bahan organik baik yang terlarut
maupun yang berkurang sangat kecil serta yang tersedia untuk bakteri. Total
bahan organik dan organisme yang hidup di pantai berpasir jauh lebih kecil.
Sedimen yang kasar tidak dapat menahan air dengan baik, akibatnya lapisan
permukaan bisa menjadi kering sampai sedalam beberapa sentimeter di bagian
atas pantai yang menghadap matahari pada saat surut.
Organisme yang hidup di pantai pasir sangat sedikit karena kondisi alam
yang sangat tidak stabil dengan ketersediaan bahan makanan yang sangat kurang.
Dengan kondisi yang demikian kesuburan pantai berpasir sangat rendah bahkan
mungkin paling rendah jika dibandingkan dengan wilayah pesisir lainnya.
Beberapa organisme menggunakan pantai tersebut sebagai tempat bertelur,
menetaskan telur, dan berenang dalam air.
Faktor utama yang menonjol di daerah pantai berpasir adalah 1). Pola arus
yang dinamis, 2). Gelombang yang akan melepaskan eneginya di pantai, 3).
Angin pengangkut pasir, 4). Kisaran suhu yang luas, 5). Kekeringan, 6), partikel
yang padat (kekeruhan) dan,7). Substrat yang tidak stabil.

22
TERUMBU KARANG

Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem khas yang terdapat di


daerah tropis. Ekosistem ini mempunyai produktivitas organik sangat tinggi.
Komponen biota ekosistem terumbu karang adalah hewan karang batu (stony
coral), hewan yang tergolong scleractinia yang kerangkanya terbuat dari kapur,
tetapi juga banyak biota lain yang memiliki peran penting terbentuknya terumbu
karang ini. Semua biota tersebut saling menjalin himpunan fungsional yang
harmonis sehingga membentuk ekosistem terumbu karang.
Terumbu karang memiliki tiga fungsi utama dalam ekosistem laut yaitu :
sebagai pelindung fisik pantai, sumber hayati dan estetika. Kerusakan pada
terumbu karang akan menyebabkan pantai terkikis bahkan bukan tidak mungkin
akan menyebabkan tenggelamnya pulau karang. Terumbu karang sebagai sumber
daya hayati dapat pula mengahsilkan berbagai produk yang mempunyai nilai
ekonomi penting seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang,
kerang mutiara, dan sebagainya. Terumbu karang berfungsi estetika karena akan
membentuk obyek wisata taman laut.
Formasi terumbu karang pada umumnya dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
golongan : terumbu karang pantai (frigging reef), terumbu karang penghalang
(barrier reef), dan terumbu karang cincin (atol). Terumbu karang pantai terdapat
disepanjang pantai dan mencapai kedalaman maksimum sekitar 40m.
pertumbuhan terbaik terjadi pada daerah yang menerima pukulan ombak.
Terumbu karang pantai tidak di jumpai pada pesisir yang mempunyai banyak
sungai besar.
Terumbu karang penghalang berada jauh di pantai (puluhan sampai
ratusan km) dipisahkan oleh goba (lagoon) yang memiliki kedalaman sekitar 40-
75m. terumbu karang penghalang memiliki akar yang mampu menembus
kedalaman lebih daripada kedalaman normal terumbu karang. Meskipun terumbu
karang penghalang terdapat diluar pantai benua, tetapi yang lebih umum adalah
disekitar pulau-pulau gunung api.

23
Atol merupakan terumbu karang yang bentuknya melingkar seperti cincin
mengitari goba yang dalamnya sekitar 40-100m. Atol memiliki kedalaman akar
melampaui kedalaman akar terumbu karang lainnya. Atol terbesar di Indonesia
adalah Atol takabonerate di Laut Flores sebelah tenggara Pulau Selayor. Atol
seluas 2.220 km² merupakan Atol terbesar ketiga di dunia atau terbesar setelah
Atol kwajalein, Atol suvadiva, Atol Takabonerate, merupakan sistem terumbu
karang yang kompleks memiliki 21 pulau kecil berupa gugus pasir (sand clay),
sembilan diantaranya dihuni oleh penduduk.
Jumlah karang yang hidup di Indopasifik menurut Wells (1954) dan Rosen
(1971) sejumlah 700 jenis dari 88 genus. Jumlah karang diperairan Atlantik
diperkirakan berjumlah 35 jenis dari 26 genus. Berdasarkan hasil ekspedisi
Snelius II tahun 1984 karang yang hidup di perairan Indonesia berjumlah 75
genus dan 350 spesies merupakan terumbu karang terluas di dunia (60.000 km).

24
MANGROVE

Hutan mangrove merupakan tipe hutan khas yang terdapat di sepanjang


pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Seringkali juga
disebut sebagai hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutang
mangrove. Istilah mangrove digunakan untuk segala tumbuhan yang hidup di
lingkungan yang khas.
Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai
yang relatif datar. Mangrove tumbuh subur dan meluas pada muara sungai yang
besar atau delta yang airnya mengandung Lumpur dan pasir. Mangrove tidak
dapat hidup di pantai yang terjal, berombak besar, dengan arus pasang surut kuat.
Hal tersebut dikarenakan tidak terjadinya pengendapan Lumpur, pasir, dan
subktrat yang diperlukan untuk pertumbuhan bakau.
Karena berada di perbatasan darat dan laut hutan mangrove merupakan
ekosistem yang rumit berkaitan dengan lingkungan darat dan lingkungan laut.
Mangrove di Indonesia dikenal mempunyai keragaman jenis tinggi sebanyak 89
jenis tumbuhan, 35 jenis diantaranya berupa pohon, dan selebihnya berupa terna
(5 jenis), perdu (9 jenis), Liana (9 jenis), Epifit (29 jenis), dan parasit (2 jenis).
Berbagai tumbuhan dari hutan mangrove dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan. Produk hutan mangrove dapat digunakan untuk kayu baker, pembuatan
arang, pembuatan penyamak, untuk konstruksi bangunan, obat-obatan, bahan
industri kertas, dan lain sebagainya. Hutan mangrove memiliki arti penting dalam
ekosistem perairan. Berbagai jenis hewan laut hidup dikawasan ini bergantng pada
mangrove. Perairan mangrove dikenal sebagai tempat asuhan (Nursery ground)
bagi hewan aquatic yang bernilai ekonomis tinggi seperti udang, ikan, dan kerang-
kerangan.
Fungsi lain mangrove adalah untuk melindungi garis pantai dari erosi.
Akar-akarnya kokoh dapat meredam pengaruh gelombang, menahan Lumpur
hingga lahan mangrove semakin luas dan mendorong terbentuknya tanah timbul.

25
PAUS DAN LUMBA-LUMBA

Meskipun dikenal sebagai ikan tetepi dalam pengertian biologis Ikan Paus
sebenarnya merupkan hewan menyusui (mamalia), tergolong dalam ordo (bangsa)
“Cetaceae”, yang bernapas dengan patu-paru dan telah menyesuaiakan diri hidup
dalam air. Makanan paus berupa plankton “crustaceae”.
Satu hal unik yang ada di dunia adalah paus yang hidup didaerah tropis
sejak bertus-ratus tahun lalu hanya ada di Indonesia. Paus dijumpai di Pulau
Lembata (Lomblen) dan Lamakera di Pulau Solor yang ada di Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Di daerah laut dalam terutama di perairan Indonesia bagian
timur banyak dijumpai paus berukuran besar. Telah diketahui bahwa di Indonesia
terdapat 24 jenis ‘cetaceae’.
Paus terbesar adalah “Balaenoptera Musculus” yang panjang tubuhnya
dapat mencapai 30 meter. Paus merupkan pengelana yang hebat. Paus dapat
menempuh perjalanan lebih 20.000 km /tahun. Wilayah sebarannya antara lain di
Samudra Hindia, Samudra Pasifik sampai antartika. Indonesia merupakan jalur
penting migrasi paus antara samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Perkiraan jalur
migrasi di Indonesia diantaranya melalui selat-selat di pulau Nusantenggara.
Lumba-lumba merupakan mamalia kuatis yang memiliki hubungan dekat
dengan paus. Ada kurang lebih 40 spesies lumba-lumba dari 17b Negara. Ukuran
lumba-lumba berpariasi antara panjang 1,2 m dengan bobot 40 Kg (Lumba-lumba
mau) samapai dengan lebih dari pada 9,5 m dan bobot mencapai 10 ton (Lumba-
lumba orca). Lumba-lumba ditemukan diperairan seluruh dunia kebanyakan dari
paparan dunia dan merupakan karnifora khususnya pemakan ikan dan udang.
Lumba-lumba dianggap sebagai binatang yang paling pandai, bersahabat dan
memiliki potensi untuk bermain sehingga cukup dikenal oleh manusia.
Lumba-lumba dan bersama paus dan porpoise dianggap sebagai turunan
mamalia darat seperti artiodactyl jamus. Lumba-lumba diperkirakan masuk
keperairan sekitar 50 juta tahun yang lalu. Lumba-lumba memiliki tubuh panjang
lentur untuk berenang cepat. Lumba-lumba memiliki warna kulit abu-abu dengan
semburat putih pada sisi bawahnya dan warna gelap pada bagian belakang.

26
Lumba-lumba sering dianggap sebagai salah satu spesies yang paling
cerdas, meskipun cukup sulit untuk menyatakan seberapa cerdas di bandingkan
secara langsung dengan spesies lain karena perbedaan yang kompleks pada alat
sensor, mode respon dan sipat pengetahuan.
Lumba-lumba sering melompat ke atas permukaan air sering juga
membentuk akrobat (khususnya jenis spiner dolphin). Ilmu tidak begitu
memahami maksud kelakuan lumba-lumba tersebut, mungkin saja sebagai upaya
untuk melihat lokasi kerumunan ikan. Seperti yang dilakukan burung-burung yang
sedang mencari mangsa. Bermain merupakan salah satu kegiatan penting yang
dilakukan oleh lumba-lumba bahkan sering juga dapat diamati sedang bermain
dengan rumput laut atau dengan lumba-lumba lainnya. Lumba-lumba sering kali
terlihat menikmati gerakan gelombang dan kadang-kadang “ berselancar” dan
membuat gelombang dibawah perahu.
Lumba-lumba memiliki peranan dalam budaya manusia. Lumba-lumba
sangat dikenal dalam mitologi yunani sampai ada banyak mata uang (koin)
dengan gambar seorang pria atau anak laki-laki yang sedang mengendarai lumba-
lumba. Lumba-lumba berperan dalam tarian seni. Dimitos hindu, lumba-lumba
sungai ganga diasosiasikan dengan sungai ganga.

27
DUYUNG

 Status koinservasi: kategori terancam secara internasional.


 Keberadaan atau peluang ancaman: di usulkan oleh Negara dalam kondisi
terancam, terutama di Indonesia bagian barat dan Tengah. Di mAluku dan
Papua dalam kondisi berpeluang terancam.
 Status hukum: Spesies ini dilindungi penuh dengan keputusan menteri
Pertanian No.327/Kpts/Um/1972. Duyung di beberapa bagian Indonesia yang
diburu secara terbuka terutama di Aru. Bagian tubuh duyung khususnya
daging, gigi, dan telinga diperdagangkan secara bebas.
 Perlindungan habitat: Tidak ada daerah perlindungan secara khusus untuk
habitat makanan bertelur, tetapi upaya pelestarian duyung sedang diusulkan
terutama di Aru Tenggara, Teluk Cenderawasih, Teluk Kupang, Arakan,
Togian, Teluk Dalam, Teluk Lasolo, Selat Wawanoi, dan Pantai Barat
Kalimantan Selatan.
 Persebaran: Pertamakali di temukan di seluruh wilayah Indonesia dan laut
yang bertetangga dengan Indonesia dan relative masih agak sulit agak di
temukan di Australia Barat, Selat Torres, dan Papua Nugini. Jumlah duyung di
Indonesia di bagian Barat dan Tengah diperkirakan menurun dan masih cukup
keberadaannya di beberapa daerah.
 Populasi: Populasi tersebar diketahui di dua tempat yaitu di sebelah barat
Teluk Cenderawasih dan Kepulauan Aru. Jumlah populai yang lebih sedikit di
temukan di Teluk Kupang (Timor), Arakan (Sulawesi Utara), kepulauan
Togian, Teluk Tomini (Sulawesi Tengah), dan mungkin juga di tremukan di
beberapa teluk dan selat kecil di sekitar Sulawesi, termasuk di kepulauan
Spermonde, Kalimantan Selatan Kepulauan Bangka Belitung. Jumlah populasi
tidak diketahui secara pasti tetapi perkiraan total kurang dari 5000 dan
cenderung menurun jumlahnya.
 Makanan: makanan duyung berupa rumput laut di perairan dangkal, di Teluk,
atau di belakang karang. Lokasi penting yang diketahui sebagai tempat makan
di sebelah barat teluk Cenderawasih dan tenggara kepulauan Aru.

28
 Bertelur. Tempat, waktu perkawinan, dan bertelur duyung tidak diketahui
secara pasti, tetapi di perkirakan di teluk yang terlindung, Esturia, ebelah barat
Teluk Cenderawasih, dan sebelah tenggara Kepulauan Aru.
 Perlindungan: Duyung diperkirakan berlindung dari badai dan musuhnya pada
teluk yang terlindung dan Estuari.
 Migrasi: jalur perpindahan duyung tidak diketahui. Kemungkinan besar
duyung berpindah kearah daratan dan melalui jalur terumbu karang untuk
makan pada malam hari. Doperkirakan duyung berpindah dari Papua Nugini
ke sepanjang pantai selatan melintas ke Indonesia dan Kepulauan Aru dimana
mereka biasa diburu.
 Ancaman: ancaman alam termasuk badai dan ikan Hiu. Tempat makan duyung
seringkali terancam pasir, pengerukan rumput laut, dan air yang menuju
pantai. Duyung diburu untuk konsumsi okal dan perdagangan (daging, gigi,
dan air mata duyung). Duyung seringkali tertangkap tidak sengaja pada jaring
ikan pare dan ikan Hiu.

29
PENYU LAUT

Penyu laut hidup di perairan tropis dan subtropik. Diantara tujuh jenis
penyu yang dikenak di dunia, lima jenis penyu hidup di Indonesia. Tiga
diantaranya mempunyai arti penting sejak dulu, yakni penyu hijau atau penyu
daging ( chelonia mydas ), penyu sisik atau penyu kembang ( eretmochelys
imbricata) dan penyu blimbing (dermochelys coriacea). Dua jenis penyu lainnya
terdapat secara sporadic yakni penyu abau – abu atau penyu bromo (lepidochelys
olivacea) dan penyu tempayan (carreta careta).
Penyu hijau adalah penyu yang paling banyak dikenal, daging dan telurnya
dinilai tinggi oleh penggemarnya. Penyu sisik mempunyai nilai ekonomi terutama
sisiknya yang berwarna indah dan digunakan untuk bahan kerajinan serta
perhiasan. Penyu blimbing adalah jenis yang sudah semakin langka padahal
belum banyak diketahui biologinya.
Penyu hijau mempunyai batok punggung keras terdiri dari sisik – sisik
polygonal yang tidak saling tumpang tindih, warnaya coklat kehijauan. Makanan
penyu hijau adalah lamun ( sea grass) tetapi juga memakan biota lain terutama
bila penyu berada di perairan terbuka.
Penyu hijau bertelur sepanjang tahun dan musim puncak produksi telur
berbeda – beda untuk setiap lokasi. Puncak produksi telur penyu hijau di Pulau
Berhala terjadi pada bulan November – Januari, di Sukabumi (jawa barat) pada
bulan November – Februari, di banyuwangi (jawa timur) pada bulan Desember –
Maret, di Ai Ketapang (Sumbawa) pada bulan April – Juli.
Musuh utama penyu adalah manusia. Daging penyu yang nikmat,
menyebabkan penyu diburu oleh manusia. Di Bali, daging penyu diburu oleh
penduduk untuk digunakan dalam upacara tradisional. Di Sulawesi Utara penyu
juga diburu oleh manusia untuk di konsumsi. Selain untuk dikonsumsi, penyu
juga diperdagangkan dalam bentuk sudah dikeringkan. Kurang lebih 20.000 ekor
penyu hijau yang di daratkan di Bali dan pulau – pulau di sekitar Bali bahan juga
dari Nusa Tenggara Timur, Sulawesi dan Maluku.

30
BURUNG-BURUNG LAUT

Burung laut yang dimaksud pada umumnya adalah burung yang mencari
makanan dilaut. Burung laut mempunyai banyak ragam yaitu burung pantai
(shore bird), burung migrasi (migratory bird) dan burung laut sejati. Burung
pantai adalah yang menghuni di pantai saja dan seringkali terbang sampai
keperairan payau atau perairan darat. Burung migrasi adalah burung yang terbang
dari bagian belahan bumi lain, burung ini terbang cukup jauh melintasi samudra.
Burung laut sejati adalah burung yang telah sepenuhnya menyesuaikan diri secara
fisiologia dan anatomis untuk hidup diatas laut.
Sebaran koloni burung laut Indonesia dapat dilihat pada peta. Beberapa
lokasi diantaranya dinyatakan sebagai margasatwa atau suaka alam. Beberapa
lokasi koloni diantaranya di Muara Angke Jakarta dan Pulau Rambut, di Pulau
Dua Teluk Banten Jawa Barat, di Laut Banda lokasi kolni berada di Pulau Gunung
Api dan Pulau Manuk. Selain itu koloni juga terdapat di Pulau Kakabia Laut
Flores, di Sulawesi Utara koloni berada di Batu Kapal, Pulau Burung dan Pulau
Popaja. Koloni burung di Bali berada di Pantai Uluwatu, lokasi koloni burung di
Jawa selatan berada di Rongkop dan Nusa Burung. Lokasi koloni sarang burung
laut biasanya terletak diperairan yang subur disekitar pantai atau diperairan
terbuka.
Burung Pantai meskipun hidup dari laut namun tidak semuanya dapat
berenang, biasanya burung tersebut memiliki paruh dan kaki panjang dan mencari
mangsa diperairan dangkal. Burung-burung semacam ini dalam Bahasa Inggris
disebut Wading Bird atau Wader. Sebagian besar Wader dari suku Ciconidaea,
Ardeidae dan Charadriideae. Wader dari suku ciconidaea yang cukup dikenal
adalah bangau Tong-tong. Kebanyakan burung pantai menjadi pendatang
(migratory wader) di Indonesia. Beberapa jenis burung pendatang tersebut ada di
Karang Gading (pantai timur Sumatera Utara), Way Kambas Lampung, pantai
timur Jawa Timur, pantai selatan Bali, dan Pantai Merauke.

31
KETAM KELAPA
 Status Perlindungan
Kategori terancam internasional
 Status Hukum
Tidak dilindungi
 Perlindungan Habitat
Tidak ada secara langsung perlindungan habitat ini, tetapi di Kepulauan
Togian (Sulawasi Tengah) dan Mapia (Papua) diusulkan untuk mendapat
supaya ada kelestarian.
 Persebaran
Sebelumnya dikepulauan kecil dari kepulauan Talaud dan nanusa Utara dan
Sunda Timur kecil di Selatan, dan kepulauan Maluku sampai Papua
 Populasi
Status dan lokasi ketam kelapa tidak diketahui, tatapi dikepulauan togian
diketahui memiliki populasi banyak. Kepiting kelapa juga ada dikepulauan
Mapia dan Nanusa. Jumlah ketam kelapa tidak diketahui tetapi cenderung
menurun.
 Makanan
Ketam kelapa mencari makanan ditanah dan tidak memiliki habitat makanan
khusus. Makanan utamnya termasuk tumbuh-tumbuhan (daun, buah, padmaus,
atrtocarpus, terminalia, canarium coconut).
 Perkembangbiakan
Tidak diketahui cara perkawinannya, telur dikeluarkan di laut pda waktu
penetasannya dan larva muda kembali ke darat.
 Tempat Perlindungan
Perlindungan di lubang tanah, khususnya antara sksr pohon stsu celah batu
kapur.
 Ancaman
Pada waktu kecil predator alami oleh larva planckivarous dan ketika besar
oleh babi liar dan babi rusa. Ketam Kelapa di kumpulkan untuk konsumsi

32
lokal dan perdagangan, dikenal zat rasanya. Ketam Kelapa juga diekspor
untuk konsumsi ke Hongkong.

33
SUMBERDAYA IKAN PELAGIS BESAR

Jenis ikan permukaan yang berukuran besar seperti Tuna/Cakalang,


Tongkol dan Ikan Padang merupakan kelompok ikn pelagis besar. Ikan-ikan
tersebut memiliki sifat migrasi sangat jauh bahkan dapat melampoi batas Negara
sahingga untuk kepentingan ‘stock assessment’ Ikan Pelagis Besar ini dinegara-
negara yang saling berbatasab perlu ada kerjasama.
Ikan Tuna terdiri atas 13 spesies mearupakan anggota ‘Thunnini Family
Scombridge’. Tuan dapat dibagi atas Tuna Besar dan Tuna Kecil. Tuna Besar
umumnya mempunyai kuran panjng 40 – 180 cm, namun panjang maksimum
yang pernah dilaporkan 236 cm. sedangkan Tuna Kecil berukuran panjang antara
20 – 80 cm sedangkan panjag maksismum 105 cm.
Perairan Indonesia memiliki banyak jenis Tuna Besar : Tuna Mata Besar,
Albakora, Tuna Sirip Biru Utara, Tuna Sirip Hitam. Selebihnya sebanyak 7
spesies digolongkan kedalam spesies Tuna Kecil antara lain : Cakalang, Tongkol
dan Tongkol Kecil. Banyaknya jenis tna diperairan Indonesia ini di kerenakan
perairan Indonesia memiliki iklim tropis yang sesuai dengan habitat Ikan Tuna.
Jenis tuna besar yang umumnya ditangkap diperairan Indonesia adalah
Madidihang, Tuna Mata Besar, Albakora, dan kadang-kadang Tuna Sirip Biru
Selatan. Penyebaran jenis Tuna Mata Besar, Madidihang, dan Albakora ada
disemua perairan Indonesia. Penyebaran ikan cakalang terdapat di semua perairan
Indonesia kecuali di perairan Luat Jawa, Selat Malaka, dan Laut Cina Selatan.
Tongkol terdapat di semua perairan Indonesia terutama yang dekat deangan
pantai.
Kawasan Timur Indonesia merupakan tempat terbaik bagi perikanan tuna,
khususnya tuna yang berinegrasi umtuk mencari makan di Sumudera Pasifik.
Migrasi tuna mengikuti arua laut hangat ekuator Pasifik Utara yang bergerak cepat
kearah barat dan memasuki perairan Indonesia bagian Timur melalui Laut
Sulawasi, Laut Plores, Laut Banda, Laut Maluku, dan Laut Halmahera.

34
SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL

Ikan pelagis kecil adalah jenis ikan permukaan atau didekat permukaan
yang biasanya bermigrasi cukup jauh. Sala satu sifat ikan jenis pelagis kecil
adalah suka bergerombol, hidup bergerombol disekitar rumpon atau cahaya
lampu, sehingga penyebarannya dalam satu perairan tidak merata.
Pada umumnya kelompok ikan sumberdaya kecil terdiri dari ikan-ikan
kecil seperti Ikan Kembung, Bentong, Layang, Selar, dan lain sebagainya. Pada
umumnya kepadatan (ton/km2) ikan-ikan pelagis diperairan yang lebih dangkal
atau dekat permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan densitas yang ada di laut
yang lebih dalam, kecuali di daerah upwelling yang kaya akan unsur hara.
Secara kuantitas kelompok Ikan Pelagis kecil merupakan jenis ikan yang
paling banyak tertangkap. Jenis Ikan Pelagis kecil paling banyak memberikan
kontribusi terhadap hasil produksi perikanan laut nasional. Kelompok Ikan Pelagis
Kecil biasanya tertangkap dengan: pukat cincin, paying, jarring insang, bagan
apung atau tancap dan jaring lingkar lainnya.
Ikan Pelagis Kecil menurut statistic perikanan nasional dikelompokkan 16
kelompok. Produksi perikanan Pelagis Kecil di dominasi oleh 6 kelompok Ikan
Besar yang masing-masing produksinya berkisar 100.000 ton. 6 kelompok ikan
tersebut adalah Ikan Layang (Decapterus spp), Kembung (Rastrelliger spp), Teri
(Stolephorus spp), Lemuru Bali (Sardenilla Lemuru), dan jenis-jeis Selar
(Selaroides spp, Alapes spp, dan Atule spp).
Hasil survey dan analisis serta Catc/Effort menunjukkan bahwa potensi
sumberdaya Ikan Pelagis Kecil yang cukup besar berada di perairan laut Cina
Selatan, Laut Banda, Laut Arafuru, dan Pantai Barat Sumatera.
Penangkapan ikan-ikan Pelagis Kecil di Indonesia sebagian besar telah
menunjukkan tingkat pengelolaan yang berlebihan atau mendekati tingkat
maksimal kecuali di perairan Maluku dan Irian Jaya. Sementara di wilayah Selat
Malaka dan Pantai Utara Jawa telah menunjukkan kejenuhan penangkapan Ikan
Pelagis Kecil. Kejenuhan penangkapan di Selat Malaka mencapai 98%, Pantai
Utara Jawa mencapai 74% dan Pantai Timur Sumatera mencapai 51%.

35
DEMERSAL

Merupakan kelompok ikan yang menghuni dasar atau dekat perairan. Cirri
umum dari sumber daya tersebut antara lain : aktivitas rendah, gerak ruang yang
tidak jauh dan memebentuk kelompok relative kecil. Secara ekologis udang
termasuk sumber daya demersal.
Ikan demersal memiliki daya tahan penangkapan yang rendah. Beberapa
jenis Demersal merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi
diantarannya Petek, Bawal, Kerapu, Gagap Merah, Jerbung, Udang Windu,
Udang Dogol, dan Udang Krosok.
Ikan Demersal tersebar di seluruh perairan terutama di Paparan Sunda dan
Laut Arafuru dengan kecenderungun kepadatan populasi dan potensi di daerah
sekitar pantai.
Pengelompokkan sumber daya Ikan Demersal dalam rangka
menggambarkan penyebaran dan komposisi menurut kategori nilai ekonomis
adalah sebagai berikut : Kelompok komersial utama terdiri dari : Ikan Kerapu,
Bambangan, Bawal Putih, Kakap, Manyung, Jenaha, Kuwe, dan Nome.
Kelompok kedua terdiri atas : Gerot-gerot, Bawal Hitam, Ketang-ketang,
Baronang, Pari, dan Cucut. Kelompok komersial ketiga terdiri dari : Petek,
Beloso, Kuniran, Mata Merah, Keong-keong, Gabus Laut. Kelompok Ikan
campuran terdiri atas jenis-jenis ikan : Srinding, Lidah, Kapas-kapas, Swanggi
Batu, dan jenis lain hasil tangkapan yang relative rendah.

36
TERIPANG

Teripang merupakan suatu echinoderma dari klass holothuroidea dengan


tubuh yang bengkok dan kulit yang lunak. Biasanya teripangbini ditemukan di
dasar laut di seluruh Dunia. Dinamai teripang karena bentuk tubuhnya yang
menyerupai mentimun. Sama dengan semua echinoderma lainnya, teripang
memiliki tulang dalam yang ada di bawah kulit.
Teripang biasanya pemakan bangkai binatang, mencari makan di bebatuan
di benthic layer. Makanannya berupa plankton dan bahan-bahan organik lainnya
yang ada di laut. Di lokasi teripang memperkirakan mendapat makanan, teripang
akan memposisikan dirinya di tempat tersebut untuk menangkap makanan dengan
sungutnya. Cara lain mencari makanan dengan menggali endapan/timbunan di
dasar laut dengan sungutnya. Kadang-kadang teripang menemukan ikan ikan
segar dibawah endapan tersebut.
Teripang mengisap oksigen dari air dengan pipa pernafasannya yang
bercabang ke kloaka masuk ke dalam anusnya. Teripang bernafas dengan cara
mendorong air masuk ke saliran anusnya dan kemudian menghembuskan keluar.
Teripang berbiak dengan cara melepas sperma dan sel telur ke dalam air laut.
Bergantung dengan kondisi yang ada, satu teripang dapat berbiak menjadi ribuan
gamets.
Teripang merupakan makanan lezat di negara-negara timur seperti
Malaysia, China, Jepang dan Indonesia. Teripang juga bernilai tinggi sebagai
bahan obat-obatan. Beberapa varietas teripang seperti gamat di Malaysia dianggap
sebagai bahan-bahan untuk kesehatan yang sangat bagus. Terdapat beberapa
perusahaan Farmasi yang dibangun dengan produk utama dari gamat. Ekstraksi
gamat disiapkan dan dibuat kedalam bentuk minyak, kream atau bahan kosmetik.
Efektifitas ekstraksi teripang sebagai bahan obat-obatan yang menyembuhkan
penyakit atau juga mengurangi rasa sakit masih menjadi objek peneitian yang
dilakukan para ahli.
Tingkat potensi dan produksi teripang di wilayah perairan Indonesia
ditampilkan dengan bargraf pada peta.

37
POTENSI DAN PRODUKSI LOBSTER

Beberapa kelompok Krustasea yang berbeda juga disebut Lobster.


Meskipun Lobster yang dimaksud dalam kelompok ini biasanya diasosiasikan
dengan Lobster yang memiliki kuku. Lobster berkuku bukan jenis Lobster yang
punya kaitan erat dengan Lopster spiny atau Slipper yang tidak memililki kuku.
Kedekatan kekerabatan jenis Lobster ini justru dengan Lobster karang
enoplemotopus dan tiga famili dari Ikan air tawar cryfish.
Lobster binatang invertebrate dan memiliki tulang luar kenyal yang
berfungsi melindungi dirinya. Lobster hidup di perairan dekat pantai yang
biasanya di bebatuan berpasir dan berlumpur. Sering kali terlihat sendirian berada
di sekitar bebatuan.
Meskipun beberapa hasil studi menyatakan bahwa Lobster adalah hewan
pemakai bangkai. Memangsa hewan yang tergolong kelompok molusca dan jasad
binatang yang sudah hancur. Tetapi studi terbaru menyatakan bahwa Lobster
memakan ikan hidup, memburu kerang, landak laut, alga, rumput laut, dan
beberapa binatag hidup lainnya. Kadang-kadang Lobster juga memangsa sesame
Lobster. Lobster tumbuh hidup sepanjang hidupnya dan hidup dalam waktu lama.
Lobster sebagai anthropoda memiliki tubuh simetris bilateral, memiliki
kuku yang tidak sama, kuku yang khusus seperti kalajengking. Pada umumnya
Lobster bergerak lamban pada dasar laut dan pantai. Dalam keadaan bahaya dan
perlu untuk membebaskan diri, Lobster akan menyelam secara cepat dengan
gerakan memutar-melingkar pada perutnya, kecepatan gerak yang pernah tercatat
5 m per detik.
Sebaran, tingkat potensi, dan produksi Lobster di setiap wilayah perairan
Indonesia di bargraf seperti terlihat dalam peta.

38
POTENSI DAN PRODUKSI CUMI-CUMI

Cumi-cumi merupakan kelompok cephalopoda laut yang besar dan


beraneka. Seperti semua cephalopoda, cumi-cumi dibedakan dengan adanya
bentuk kepala yang berbeda, simetri bilateral, berlapis, bersungut dengan
penghisap. Cumi-cumi seperti sotong memiliki delapan tangan dan dua sungut
yang tersusun sepasang. Cumi-cumi adalah tipe muskuar hidrosat. Jika sungut
dipotong tidak akan tumbuh lagi. Cumi-cumi dapat menyamarkan dirinya dengan
sekelilingnya untuk menghindari predator.
Cumi-cumi merupakan karnivora sejati, memakan ikan dan invertebrata
lainnya. Cumi-cumi biasanya memiliki dua sungut yang dapat memanjang
terutama untuk menangkap makanan. Cumi-cumi tersebut sangat rakus, cepat
bergerak, predator yang tumbuh dengan cepat dan sering berada dalam jumlah
cukup banyak di laut yang produktif. Masa hidup cumi-cumi berkisar satu tahun
setelah bertelur tetapi beberapa cumi-cumi raksasa memiliki masa hidup dua
tahun atau lebih.
Cumi-cumi juga memiliki zat warna yang menempel dalam kulitnya dan
mempunyai kemampuan untuk memancarkan tinta jika keberadaanya terancam.
Struktur tulangnya tersimpan di dalam (dalam gurita/oktopus tulang tersebut tidak
ada), pada cumi-cumi terdapat satu tulang datar yang terlindungi lapisan tipis.
Cumi-cumi mempunyai kaki khusus yang disebut siphon atau hyponome yang
memungkinkan cumi-cumi tersebut bergerak dengan mendorong air dibawah
tekanan.
Mulut cumi-cumi dilengkapi dengan taring tajam yang terbuat dari cithin
digunakan untuk membunuh dan merobek-robek. Dalam perut ikan paus yang
tertamgkap seringkali terdapat mulut cumi-cumi, karena mulut cumi-cumi
merupakan bagian yang tidak dapat dicerna oleh usus. Sebagian besar cumi-cumi
panjang tubuhnya tidak lebih dari 60 cm, meskipun ada juga cumi-cumi rksasa
yang mencapai panjangnya sampai 13 m.
Cumi-cumi sangat dikenal sebagai makanan dalam berbagai hidangan
secar luas di Korea dan Italia. Di banyak pasaran dan restoran terutama yang

39
menggunakan bahasa inggris, cumi-cumi lebih dikenal dengan nama calamari,
berasal dari bahasa Yunani-Italia. Spesies cumi ditemukan diwilayah perairn
tertentu dan menjadi tangkapan besar dalam dunia perikanan.
Tingkat potensi dan produksi cumi-cumi di setiap wilayah perairn
Indonesia digambarkan dalam bentuk bargraf seperti dapat dilihat pada peta.

40
POTENSI PRODUKSI UDANG PENAEID

Jenis udang yang menunjang perikanan di Indonesia terdiri dari jenis-jenis


yang termasuk kedalam Famili Penaedae, terutama udang yang berukuran
besardari generae Penaeus dan Metapenaeus. Darri kedua generae tersebut
terdapat sembilan (9) jenis udang yang memiliki arti ekonomis penting berkaitan
dengan besarnya stok dan wilayah penyebarannya yang ada di hampir seluruh
perairan Indonesia. Kesembilan jenis tersebut adalah penaeus, marguiensis,
penaeus indicus, penaeus orientalis (kelompok udang jerbung), penaeus
monodon, Penaeus Semisulcatus, penaeus latisulcatus (kelompok udang windu),
dan Metapenaeus ensis, Metapenaeus monoceros, Metapenaeus dobsoni
(kelompok udang dogol).
Daerah penyebaran udang terdapat di sepanjang perairan pantai yang
relatif dangkal dan terlindung, misalnya di perairan estuaria dan teluk-teluk yang
terdapat bermuara sungai atau hutan mangrove. Secara geografis Indonesia
mempunyai beberapa daerah penyebaran udang yang baik, seperti :
1. Pantairat Barat Sumatera (Meulaboh, Sibolga, Air Bangis, Bengkulu)
2. Pantai timur Sumateta (Langsa sampai dengan Teluk lampung)
3. Sepaanjang pantai utara Pulau Jawa, pantai selatan Jawa (Binuangeun,
Pangandaran, Cilacap, Selat Jogjakarta, Pacitan, Nusa Barung, dan Grajagan)
4. Rat barat Kalimantan (perairan Pemangkat sam[ai Ketapang)
5. Pantai selatan Kalimantan (Perairan Satai sampai Kotabaru)
6. Pantai timur kalimantan (perairan Berau, Sangkulirang, Muara Pantuan,
Semboja, Tanah Grogot)
7. Sulawesi (teluk bone dan Selat Makasar
8. Nusa Tenggara Barat (Teluk Cempi, Teluk waworada)
9. Nusa Tenggara Timur (Timur Sumba, Teluk Kupang),
10. Perairan Maluku sampai Papua, irian Jaya Barat (Laut arafura Selatan
Merauke, Teluk Bintuni, Sele, Muara sungai Membramo). Laut arafura
merupaka daerah tangkapan udang yang terluas dan terbaik yang ada di
Indonesia.

41
Secara ekosistem, penyebaran udang dibagi menjadi dua daerahyaitu
daerah muara sungai atau estuarin dan daerah lepas pantai. Pada perairan estuaria
merupakan daerah pemijahan (spawning ground) udang berada pada stadia post
larva dan yuwana (juvenile) yang biasanya berukuran kecil, sedangkan dilepas
pantai udang berada pada stadia dewasa dan umumnya berukuran besar.

42
POTENSI DAN PRODUKSI IKAN KARANG

Diperkirakan lebih dari 4.000 spesies ikan atau sekitar 18% jumlah ikan
yang ada di dunia dapat ditemukan di daerah terumbu karang. Ikan-ikan yang
hidup di terumbu karang biasanya berukuran kecil dan menetap sepanjang
hidupnya di daerah tersebut. Ikan karang secara sederhana dapat didefinisikan
sebagai semua ikan yang hidupnya di terumbu karang. Mendefinisikan ikan-ikan
yang hidup di terumbukarang sebagai ikan karang sebenarnya juga sangat sulit,
karena tidak semua ikan yang hidup di karang merupakan famili dari ikan karang.
Distribusi dan kelimpahan ikan karang sangat dipengaruhi oleh faktor
biologi dan fisik di daerah terumbu karang. Faktor-faktor tersebut diantaranya
adalah gelombang, arus, cuaca, sedimentasi, kedalaman perairan, fisiografi, dan
kompleksitas terumbu karang. Dengan kata lain keragaman dan kelimpahan ikan
karang sangat berkaitan dengan kompleksitas dan kesehatan terumbu karang
sebagai habitat. Diperkirakan di laut Indo-Pasifik, Kepulauan Indonesia dan
Filipina jumlah dan keragaman ikan karang merupakan jumlah ikan yang terbesar
di dunia.
Salah satu fenomena yang menarik mengenai ikan karang adalah adanya
perbedaan jenis ikan pada siang hari dan malam hari. Pada habitat terumbu
karang, ruang merupakan pembatas bagi dua kelompok ikan terumbu karang yang
hidup pada waktu siang dan malam. Pada malam hari Komunitas Ikan Karang
Diurnal yang keluar dari terumbu karang dan aktif mencari makan. Pada siang
hari Komunitas Ikan Nokturnal aktif keluar dari terumbu karang dan mencari
makan.
Perkiraan potensi ikan karang di Indonesia yang telah disepakati hanya
beberapa jenis yaitu Kerapu (Serranidae), Lencam (Lethrinidae), Ekor
Kuning/Pisang-pisang (Caesionidae), Baronang (Siganidae), Lencam
(Lethrinidae), Kaka tua (Scraridae), dan Napoleon/Mamigmg/Siomay (Labridae).
Sumberdaya ikan karang belum dimanfaatkan secara merata masih terbatas
pada daerah-daerah yang mudah terjangkau dan terhadap komoditas tertentu saja.
Hanya beberapa jenis yang telah dimanfaatkan secara intensif karena mudah

43
ditangkap, nilai komersial dan tingkat kepadatannya tinggi. Beberapa jenis
tersebut diantaranya adalah Ikan Ekor Kuning dan Ikan Pisang-pisang.

44
NELAYAN, EKONOMI DAN SOSIAL

POPULASI NELAYAN

Jumlah nelayan pada tahun 2003 tercatat sebanyak 3.857.597 orang atau
meningkat 26,63% dibandingkan jumlah nelayan pada tahun 2002 yang berjumlah
3.064.473 orang, jumlah nelayan laut meningkat 15,04% jumlah nelayan sembilan
utama dan sembilan tambahan juga mengalami kenaikan masing-masing 18,73
dan 23,52%.
Pada tahun 2003 jumlah nelayan perikanan laut berjumlah 3.311.821
orang. Sebagian besar nelayan perikanan laut adalah nelayan penuh waktu yaitu
sebanyak 1.792.671 orang orang atau 52,23% dari total nelayan perikanan laut.
Sebanyak 33,58% atau 1.112.217 orang merupakan nelayan sembilan utamadan
14,19% atau 469.933 orang merupakan nelayan sembilan tambahan.
Daerah utara Jawa memiliki jumlah nelayan laut paling banyak yaitu
30,11% dari seluruh nelayan perikanan laut. Jumlah nelayan kategori nelayan
penuh banyak terdapat di daerah utara Jawa, Selat Malaka, dan Maluku – Papua.
Nelayan sembilan utama banyak terdapat di daerah utara Jawa, Selatan Sulawesi,
Maluku – Papua. Sedangkan nelayan sembilan tambahan banyak terdapat di
daerah Maluku – Papua, utara Jawa dan Utara Sulawesi.
Jumlah nelayan perikanan perairan umum pada tahun 2003 sebanyak
545.776 orang. Sebanyak 37,80% adalah nelayan penuh, 40,70% nelayan
sembilan utama, dan 21,50 nelayan sembilan tambahan. Peningkatan jumlah
nelayan perairan umum dikarenakan adanya peningkatan jumlah nelayan sembilan
di perairan umum pada tahun 2002 sebanyak 170.045 menjadi 206.284 orang atau
meningkat sebesar 21,31%. Jumlah nelayan peraira umum terbanyak di daerah
Sumatera yaitu 35,25%. Nelayan perairan umum di Kalimantan dan Jawa masing-
masing sebanyak 22,06% dan 32,00%.

45
RUMPUT LAUT

Salah penyebutan atau salah kaprah istilah rumput laut telah terjadi
beberapa abad silam, sehingga melalui buku Atlas ini perlu adanya pelurusan
pengertian yang benar. Rumput laut adalah jenis Alga (algae) atau ganggang laut,
tumbuh bersel satu satu maupun bersel banyak. Rumput laut yang dimaksud
adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris Seaweed, bukan Seagrass. Adapun
seagrass diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia manjadi lamun. Hamparan luas
padang padang lamun disebut Seagrassbed. Sepintas lalu beberapa jenis alga
bersel banyak memang dapat memperlihatkan sepertinya ada akar, batang, daun,
bunga, dan buah, padahal semua itu adalah semu. Rumput laut bukanlah rumput
dan tidak seperti rumput biasa. Dasar kenampakkan seperti rumput itulah para
nelayan pada mulanya menyebut rumput laut, padahal bukan rumput. Salah istilah
atau salah kaprah ini susah dibetulkan karena sudah menyebar luas dan bukan
hanya di kalangan nelayan maupun para pembudidaya rumput laut, tetapi juga
kepada para pedagang maupun para konsumennya. Cara hidup alga dapat bersifat
“fitoplankton” karena melayang di dalam air maupun “fito bentos”, karena mampu
melekat pada berbagai benda keras, terutama pada pecahan batu karang (ruble)
Indonesia memiliki berbagai jenis alga, yang menurut hasil penelitian
Weber van Bosse dalam ekspedisi Sibolga 1899 – 1900 di perairan Indonesia
bagian timur saja ada 782 jenis alga yang terdiri dari alga hijau, alga merah, dan
alga coklat. Menurut Zeneveled (1955), ada 56 jenis alga laut atau rumput laut
yang sangat bermanfaat di Indonesia. Dari 56 jenis ganggang besar tersebut ada 6
jenis yang terkenal, yaitu: Eucheuma, Gracillaria, Hypnea, Gelidium, Turbinaria,
dan Sargasum.
Berbagai jenis alga khususnya rumput laut tumbuhan dengan baik di
perairan laut dangkal hingga 30 meter, terutama pada terutama daerah umbalan air
laut dalam atau sering disebut wilayah yang sering ada upweeling, untuk
pembudidayaan rumput laut yang ideal adalah pada perairan yang sangat dangkal
yaitu pada posisi kedalaman 0,5 – 10 meter. Kualitas perairan yang diperlukan
adalah yang relatif jernih bernutrisi tinggi atau tepetnya sebagi berikut: pH antara

46
6,8 – 8,5, oksigen terlarut lebih dari 5 ppm, salinitas 30 – 36 permil, kecepatan
arus 30 – 66 cm/detik, suhu antara 24 – 33 derajat Celcius, unsur NH kurang dari
0,36 ppmm, kandungan posfat dan nitrat cukup, terlindung dan terbatas dari
gelombang besar, air cerah, babas dari berbagai bahan limbah dan pencemaran
laut. Rumput laut banyak tumbuhan pada wilayah bersubsrat dasar pasir ruble dan
pecahan batu karang. Hanya rumput laut jenis Gracillaria yang mampu tumbuh
diwilayah perairan kualitas agak rendah dan bahkan dapat tumbuh di tambak
Sebaran habitat rumput laut : Untuk Wilayah Kepulauan Sumatra, rumput
laut tumbuh dengan baik dan dibudidayakan di beberapa pulau sebelah barat
Pulau Sumatra mulai dari Aceh sampai Bengkulu. Untuk Provinsi Sumatra
Selatan habitat yang sesuai ada dibeberapa bagain dari Pulau Bangka dan
Belitung. Untuk daerah Lampung. Kepulauan Seeribu ada beberapa teluk di
bagian selatan yaitu Teluk Hanura dan Tanjung Putus Lampung. Kepulauan
Seribu ada beberapa tempat, termasuk pulau yang ada goba, sepertihalnya di Goba
Pulau Pari dan Pulau Semak Daun. Untuk wilayah pesisir pulau jawa lebih sangat
terbatas yaitu hanya di beberapa teluk yang sempit di Jawa Barat yaitu di Teluk
Banten, Pelabuhan Ratu, Cidaun, Cipatujah dan Pamengpeuk. Di Jawa Tengah
dan DIY hanya ada di Jepara, Cilacap dan pantai Gunungkidul. Di Jawa Timur
ada di Pacitan, Banyuwangi dab Sumenep. Wilayah Bali Selatan merupakan
penghasil rumput laut paling berkualitas, cepat panen dan dalam jumlah besar.
Beberapa pusat pengembangan rumput laut di Bali adalah di P. Serangan, Tanjung
Benca, Nusa Penida, Nusa Dua dan Nusa Lembongan. Beberapa tempat di NTT
tepatnya adalah di Tj. Karoso, Warambadi, P. Komodo, P. Besar Maumere. Di
Provinsi NTB rumput laut dikembangkan di Maringgi, P. Kambing, Teluk Ekas,
Teluk Saleh dan Teluk Warorada. Untuk wilayah Kalimantan ada di Pulau Laut
dan Terakan Kaltim, beberapa tempat di Sulawesi Tenggara lebih banyak wilayah
yang sesuai umtuk pembudidayaan. Dikepulauan Maluku dan Irian Jaya (Papua)
ada beberapa teluk yang sangat berpotensi untuk Penembangan budidaya rumput
laut.
Pemanfatan rumput laut yang lazim bagi para nelayan dan diolah secara
tradisional adalah untuk bahan makanan seperti halnya sayur, acara lalap,

47
manisan, kue dan obat maupun makanan ternak. Pengolahan rumput laut dengan
cara moderen adalah diekstrak dari getahnya sehingga dapat menghasilkan:
karaginan, furcelaran, algin, porpiran, floridean, dan agar-agar. Manfaat utama
rumput laut setelah diekstrak adalah bahan obat-obatan, gel, agar-agar dan bahan
kosmetik serta plastik.

48
PADANG LAMUN

Lamun adalah jenis rumput yang tumbuh di pesisir, terutama di dasar


perairan laut yang sangat dangkal. Lamun adalah tumbuhan aquatik yang hidup di
air laut, tumbuh sebagaimana rumput darat dengan komposisi akar, batang, daun
dan bunga. Bagian akar terbenam di dasar yang berlumpur, berpasir karang dan
bahkan di pecahan batu karang. Wilayah terumbu karang sebagai habitat lamun
maupun berbagai berbagai jenis alga dan biota karang lainnya. Komunitas luas
dan lebat berbagai jenis lamun maupun berbagai jenis lamun disebut padang
lamun (seagrassbed). Dengan demikian seagrass tidak diterjemahkan dalam
Bahasa Indonesia sebagai rumput laut, walupun kenyataannya adalah rumput laut.
Lamun bahasa Jawa berarti walaupun dalam bahasa Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa: walaupun secara fisik adalah rumput yang tumbuh di laut
namun disebut sebagai lamun. Tujuh marga lamundi Indonesia adalah sebagai
berikut: dari suku Hidrocharitaceeae ada tiga jenis, yaitu: Enhalus, Thallasia dan
Halophila. Ada empat dari dari suku Hidroceae yaitu: Halodule, Cymodoceae,
Syringodium dan Thalassodendron. Berbagai jenis biota laut yang hidup berkoloni
di padang lamun antara lain berbagai jenis: Krustasea, moluska, cacing, ikan hias,
ikan dari berbagai jenis jenis dan ukuran, mulai dari dari ukuran kecil (ikan teri)
hingga ikan dugong atau duyung sebagai konsumen utama lamun.
Lingkungan hidup atau habitat lamun tidak menuntut perairan berkualitas
bagus seperti rumput laut ataupun alga lainnya, akan tetapi padang lamun lebih
memerlukan dasar substrat sebagai tempat tumbuh kembang. Areal pertumbuhan
padang lamun ternyata lebih terbatas dibanding alga yang mampu hidup sebagai
phito plankton. Lamun bisa tumbuh dengan baik di kawasan perairan laut dengan
kualitas air yang lebih rendah, misalnya lebih keruh dan salinitas rendah, pada
perairan berlumpur, kondisi suhu lebih panas, maupun nutrisi lebih rendah. Faktor
pembatas yang paling berpengaruh bagi perkembangan dan pertumbuhan padang
lamun adalah kedalaman dasar sebagai sarana tumbuh.
Kalau ditinjau dari segi pemanfaatan langsung untuk kebutuhan sehari-hari
bagi manusia khususnya para nelayan atau pemukim di wilayah pesisir relatif

49
sangat kecil. Namun demikian, Lamun sangat bermanfaat khususnya jika di
pandang sebagai sub sistem dari ekosistem pesisir. Padang lamun merupakan
produsen bahan orgabik maupun oksigen yang dapat membantu proses pemijahan
berbagai biota laut seperti telah tersebut diatas. Peran padang lamun hampir sama
seperti peran hutan mangrove yaitu sumber bahan organik maupun penciptaan
lingkungan yang mendukung proses pemijahan berbagai ikan dan biota laut
lainnya. Padang lamun berperan pula dalam menahan laju erosi dasar laut,
membantu pengendapan lumpur dan menahan arus maupun ombak, dengan kata
lain sebagai stabilisator proses pembentukan pantai maupun proses yang
sebaliknya yaitu abrasi. Dengan demikian keberadaan padang lamun perlu dijaga
kelestariannya/perlu konservasi.
Sebaran geeografis padang lamun di dunia ada di 2 wilayah, yaitu di
wilayah Indo-Pasifik Barat dan wilayah perairan Karibia. Wilayah sebaran lamun
di Indonesia sudah semakin terbatas, dimana habitat lamun semakin terancam
pencemaran.

50
SUMBERDAYA IKAN HIAS

Perairan pantai merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan karang,


dan daerah karang merupakan tempat hidup bagi sebagian besar ikan hias dilaut.
Perairan Indonsesia terletak di daerah Katulistiwa dan merupakan daerah
pertemuan antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, hal ini menjadikan
wilayah laut Indonesia sebagai tempat penghasil ikan hias ikan hias yang kaya
raya.
Perairan Indonesia siperkirakan memiliki kurang lebih 253 jenis ikan hias
laut dan merupakan perairan yang terkaya dengan jenis-jenis ikan hias laut
dibandingkan dengan beberapa negara: Puerto Rico, Hawai, Singapura, Filipina,
Thailand, Srilangka, Kenya dan Ethiopia.
Di Kepulauan Seribu ditemukan 122 jenis ikan hias, 105 jenis diantaranya
termsuk dalam famili yang di dominasi oleh Pomacentridae, sedang 17 jenis
spesies termsuk famili Chaetodontiadae. Jenis ikan hias yang dominan (major
families) di Kepulauan Seribu adalah famili Pomacentridae.
Di selatan Jawa Barat (Ujung Genteng, Pemengpeuk, dan Pangandaran)
telah ditemukan 98 jenis ikan hias degan 87 jenis yang termasuk major families
dan 11 jenis termsuk famili Chaetodontidae. Jenis-jenis yang dominan terdiri dari
famili Pomacanthidae (Pomanchatus imperator), famili Acanthuroidae
(Acanthurus leucosteron), sedangakan jenis yang dominan dari famili
Chaetodontiadae adalah Chaetodon auriga.
Sebanyak 237 jenis ikan hias dengan 202 jenis termsuk major families dan
35 jenis termasuk Chaetodontiadae ditemukan di perairan Bali.

51
JALUR PELAYARAN DAN PELABUHAN

Indonesia sebagai negara maritim terdiri dari puluhan ribu pulau dan
dihubungkan dengan laut yang luas. Dengan kondisi semikian maka untuk
keperluan pembangunan, pertahanan, keutuhan wilayah, pergerakan penduduk
dan lain sebagainya diperlukan alat transportasi yang baik dan tangguh.
Berdasarkan data Pelayaran Indonesia Nasional Indonesia (PELNI) tahun
2006 jaringan transportasi laut dilayani oleh 22 kapal penumpang, yaitu: KM.
Umsini, KM. Kerinci, KM. Tidar, KM. Ciremai, KM. Dobonsolo, KM, BK.
Siguntang, KM. Lambelu, KM. Sinambung, KM. Kelud, KM. Dorondola, KM.
Nggapulu, KM. Laborar, KM. Kelimutu, KM. Lawit, KM. Tatamailau, KM.
Sirimau, KM> Awu, KM. Leuser, KM Binaiya, KM. Bukit Raya, KM.
Tilongkabila, KM. Pangrango, KM. Sangiang.
Jika dilihat dari peta jalur pelayaran dan pelabuhan, daerah terdapat
lalulintas lautnya adalah jalur pelayaran dari Pulau Jawa. Sebagaimana terlihat di
peta dari pelabuhab Tanjung Priok menuju ke Puulau Gunung Sitoli, Belawan
(Medan), Dumai, kepulauan Bangka Belitung. Jaringan pelayaran ke Kalimantan
dengan tujuan Potianak. Di Pulau Jawa sendiri jaringan antara pelabuhan juga
terlihat padat, dari Tanjung Priok ke Tanjung Emas dan Tnjung Perak. Jaringan
pelayaran dari Jawa juga sampai ke Sulawesi, bahkan ke Irian Jaya/Papua.
Jaringan pelayaran di Indonesia bagian timur kurang padat seperti jalur
pelayaran Indonesia bagian barat. Jalur pelayaran yang cukup panjang di
Indonesia bagia timur dilayani oleh KM. Tatamailu. Rute yang dilewati meliputi
Pulau Bali, Bima, Maumere, Tual, Dobo, Timika, Merauke kembali ke Timika,
Kaimana, Fak-fak, Ambon, Bau-bau, Makasar, dan kembali ke Bali.

52
OBYEK WISATA BAHARI

Pariwisata bahari merupakan bagian dari sektor pariwisata berkaitan


dengan laut. Pariwisata bahari mencakup tiga dimensi objek wisata di permukaan
laut, di kedalaman laut, dan di daerah pantai. Ketiga dimensi objek wisata tersebut
memiliki keunikan dan daya tarik masing-masing. Hal ini dikarenakan laut
Indonesia memiliki karakteristik berbeda-beda untuk setiap daerah.
Dalam konteks pengembangan usaha pariwisata di Indonesia, sektor
pariwisata bahari khususnya wisata pantai merupakan sektor yang paling potensial
dikembangkan. Hal ini dikarenakan dukungan faktor alam dan investasi yang
tidak semahal investasi yang diperlukan untuk usaha pariwisata lainnya. Potensi
wisata pantai tersebar di seluruh Indonesia dan sebagaian begaian besar belum
dikembangkan secara maksimal.
Wisata pantai merupakn bagian wisata alam. Indonesia dapat dibagi
menjadi tiga kawasan sesuai dengan karakteristik alam, penduduk, dan sosial
budaya. Ketiga kawasan tersebut adalah adalah kawasan barat, kawasan tengah
(Kawasan wallacea), dan kawasan timur. Objek wisata bahari di Indonesia
antaralain berupa pasir putih, taman laut dengan keanekaragaman karang dan
ikan, olah raga, wisata dengan kapal pesiar ‘yacht’
Industri pariwisata memiliki tiga usaha yaitu sebagai industri tidak nyata
(industy of invisible export), industri keramahtamahan (hospitality Industry) dan
industri jasa pelayanan (service industry). Perkembangan pariwisata bahari akan
menarik/mendorong sektor perhubungan laut, industri rumah tangga atau
cenderamata, jasa pekerja pemandu wisata, hotel/penginapan, dan lain sebagainya.

53
PRASARANA PERIKANAN DAN PELABUHAN

Kebutuhan pelabuhan perikanan untuk pengembangan dunia nperikana


abad 21 dipandang cukup mendesak. Ada beberapa hal khusus yang perlu
mendapat perhatian khususnya dalam peningkatan pelayanan dan jumlah
pelabuhan perikanan, antara lain:
a. Terdapat kurang lebih 2,2 juta nelayan laut termasuk nelayan-nelayan kecil
yang bergerak dalam penangkapan ikan, pemrosesan, pemasaran,
pendistribusian yang memerlukan peningkatan pendapatan dan standar hidup
dengan menggantungkan pada pelabuhan perikanan sebagai pusat kegiatan
mereka.
b. Adanya tuntutan mutu ikan yang baik untuk konsumsi dalam negeri dan luar
negeri. Pelabuhan perikanan dalam hal ini berperan dalam mendukung
penyediaan es dan garam untuk pengawetan ikan hasil tangkapan nelayan.
c. Kebutuhan bahan baku untuk industri pemrosesan ikan domestik misalnya
untuk pengeringan, pengasapan, pemasakan, pembekuan ikan, dan lain
sebagainya. Bahan baku tersebut disediakan di pelabuhan perikanan.
d. Kebutuhan pelabuhan perikanan yang berfungsi untuk mengontrol kapal-
kapal nelayan yang beroprasi di Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia dan kapal
asing yang mencari ikan di perairan internasional dan perairan Indonesia.
Pengembangan pelabuhan perikanan di tujukan untuk meningkatkan
usaha-usaha peningkatan produksi penangkapan dan kualitas ikan, meningkatkan
pendapatan nelayan dan operator kapal-kapal ikan, meningkatkan suplai ikan
untuk konsumsi dalam negeri dan luar negeri, perluasan lapangan pekerjaan.
Pelabuhan perikanan berfungsi sebagaia: pusat perkembangan komunitas
nelayan, pusat perkembangan agribisnis dan ekonomi, pusat pembongkaran ikan
hasil tangkapan dan peralihan, pusat pemantauan kapal nelayan domestik maupun
kapal nelyan asing, pusat servis kapal nelayan, pusat pengontrolan kualitas ikan,
pemasaran dan distribusi, pusat untuk industri rumah tangga perikanan dan ekspor
ikan.

54
POTENSI BUDIDAYA LAUT

Budidaya laut adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan atau


mebiakkan serta memanen hasilnya yang dilakukan di laut. Perkembangan dari
beberapa jenis komoditi yang diusahakan oleh pengusaha kecil maupun
pengusaha dengan investasi besar adalah sebagai berijut:
1. Budidaya Rumput laut
Diantara komoditi budidaya laut, rumput laut saat inni merupakan komoditi
yang paling banyak menarik minat masyarakat dan pemilik modal.
Disamping permintaan pasar yang cukup baik, hal tersebut juga dikarenakan
penguasaan teknologi budidaya rumput laut yang relatif lebih mudah dan
tidak memerlukan modal investasi terlampau besar. Jenis yang dibudidayakan
adalah Euchema sp, dan Gracilaria sp.
2. Budidaya ikan Bersirip (Finfish maricilrture)
Spesies ikan budidaya laut adalah Kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina),
jenaha (Lutjanus Johni), Kakap Putih (Lates Calcarifer), dan Sunuk
(Plectropoma Maculata). Biasanya pembudidayaan ikan bersirip masih dalam
taraf pembesaran dengan mengumpulkan benih dari alam. Sedangkan yang
sudah dibudidayakan mulai dari pembenihan dan pembesaran adalah ikan
kakap putih. Beberapa daerah yang sudah mengembangkan adalah Riau
(Tanjung Pinang, Bengkalis), Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, dan Kalimantan Timur (Tarakan).
3. Budidaya Kerang-kerangan
Kerang mutiara merupakan jenis kerang-kerangan yang sibudidayakan yaitu
meliputi jenis pinctada maxsima dan Pinctada Margaitifera. Jenis kerang lain
yang dikembangkan adalah kerang hijau, dan kerah darah yang masih dalam
taraf percobaan. Walaupun telah behasil dengan baik namun masyarakat
belum benyak yang tertarik. Jenis karang yang baik untuk dipelihara dan
banyak dijumpai di perairan Indonesia antara lain Crassostera Iredelai dan
Crassostera echinata. Daerah yang sudah mengembangkan khusunya kerang
hijau adalah Kalimantan Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Riau dan NTB.

55
4. Budidaya Teripang (Sea Cucumber)
Jenis teripang sudah dibudidayakan di Indonesia adalah Teripang Pasir
(Holuthuria scraba). Daerah yang sudah mengembangkan diantaranya
Sulawesi Tenggara, Lmpung, Nusa Tenggara Barat. Teripang dipelihara di
laut dengan sistem kurungan atau dapat juga dikpelihara di kolam laut
(tambak). Benih teripang untuk budidaya masih diperoleh dari hasil
penangkapan di alam, kerena kpembenihan teripang walaupun sudah berasil
dilakukan namun belum dapat siap dihasilkan secara masal.
5. Komoditi lain
Komoditas lain yang mempunyai prosopek cukup baik untuk dibudidayakan
antara lain: Udang Barong, Ikan Hias, Tngkur Kuda, Tocha, Oyster, dan
Abalone.

56
BENIH DAN INDUK IKAN ALAM

Pengertian benih ikan di Indonesia masih belum seragam. Sebagai contoh


benih Ikan Bandeng yang sudah lama dikenal di Indonesia disebut sebagai nener
(milkfish), namun di beberapa daerah lainnya, nener lebih disebut sebagai anak
bandeng. Nener banseng sebenarnya adalah larva ikan banseng.
Selain larva, beberapa orang menyebut ikan-ikan kecil dan masih sangat
muda (beruyak) sebagai benih ikan. Padahal beruyak adalah post lava. Beberapa
benih ikan seperti Kakap Putihk Baronang dan Kerapu tidak atau sulit dikenali,
meskipun bentuknya sudah menyerupai ikan-ikan diatas namun ukurannya
tubuhnya masih kecil.
Benih memegang peranan penting dalam setiap kegiatan budidaya.
Kelangsungan usaha budidaya sangat ditentukan oleh pasokan benih ikan baik
yang berasal dari hasil tangkapan atau hasil budidaya. Sewasa ini benih ikan
masih mengandalkan hasil tangkapan nelayan.
Beberapa benih dan induk ikan alami: Ikan Sidat, Ikan Kakap Putih, Ikan
Kerapu, Ikan Baronang. Ikan Sidat memijah di laut dan menjdikan larva di laut
dalam namun selanjutnya hidup di air tawar. Ikan Sidat banyak dijumpai si
sungai-sungai yang bernuara si Samudra Hindia. Di Indonesia, Ikan Sidat banyak
dijumpai di sungai-sungai yang bernuara ke laut Jawa.
Ikan kakap hidup di perairan pantai yang dipengaruhi oleh aliran sungai.
Ikan ini memijah diperkirakan pada bulan Oktober – Desmber dan masuk ke
perairan sungai. Persebaran Ikan Kakap Putih sangat luas mulai perairan pantai
sampai perairan tawar.
Ikan Kerapu umumnya hidup pada terumbu karang dan biasanya
meletakkan telurnya pada terumbu karang. Setelah telur menetas anak-anak ikan
akan berkumpul di tempat pengasuhan yaitu perairan dangkal, biasanya kurang
dari 12 meter. Ikan Kerapu dapat dijumpai hampir di semua perairan Indonesia
dan Indo Pasifik.

57
Ikan Baronang menykai perairan yang bersalinitas tinggi, benih ikan
memiliki ketahanan terhadap keragaman selinitas yang tinggi. Beberapa ikan dan
dan anak ikan hidup dalam perairan yang lebih rendah daripada laut.
Ikan bandeng tersebar luas mulai dari pantai Afrika Timur sampai ke
Jepang selatan, Australia Utara. Tempat berkembang biak di perairan dekat
Kepulauan Salomo. Di Indonesia banyak dijumpai di perairan Pulau Madura dan
Pulau Kangean dan biasanya bergerak kearah barat dan timur dan Pulau Madura.
Nener bandeng biasanya saat tertangkap memiliki panjang 11 – 13 cm dan berat
0,01 gram.

58
JUMLAH KAPAL

Jumlah perahu/kapal perikanan pada tahun 2003 sebanyak 702.234 buah


dan mengalami penigkatan 18,03% dari jumlah perahu motor pada tahun2002
yang tercatat sebanyak 594.968. Peningkatan ini sisebabkan pertambahan jumlah
motor tempel yang cukup besar yaitu naik 24.05% dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 2002 – 2003 jumlah perahu/kapal perikanan laut mengalami
penigkatan 14,86%. Pada periode tersebut perahu motor tempel mengalami
kenaikan paling tinggi yaitu 21,68%, perahu tanpa motor dengan kenaikan 14,33
dan kapal motor dengan keniakan 7,93%.
Jumlah perahu motor/kapal perikanan laut sebanyak 526.171 buah. Dari
jumlah tersebut sebanyak 16.11% terdapat diperairan utara Jawa. 14,63% terdapat
diwilayah perairan Maluku – Papua, 12,90% terdapat di wilayah perairan perairan
Selatan Sulawesi, 12,06 % terdapat diperairan Selat Malaka, dan selatan dan barat
Kalimantan.
Perahu tanpe motor paling banyak ada di perairan Maluku – Papua
sebanyak 26,14% dari total jumlah perahu tanpa motor yang ada. Perahu tersebut
sebagian besar juga ada di selatan Sulawesi, utara Sulawesi, Bali, dan Nusa
Tenggara. Motor tempel paling banyak ada di utara Jawa mencapai 40,49% dari
keseluruhan motor tempel yang ada. Sementara motor tempel yang ada di Selat
Malaka sebanyak 28,66% dari jumlah total motor tempel yang ada.
Sebagian besar perahu/kapal perikanan laut merupakan perahu tanpa motor
yaitu sebanyak 47,37% dari jumlah total perahu/kapal perikanan laut. Jumlah
perahu tersebut pada tahun 2003 sebanyak 250.469 buah. Sedangkan jumlah
perahu/kapal kperikanan umum sebanyak 173.517 buah. Sebagaimana perikanan
laut, perahu tanpa motor juga mendominasi perikanan perairan umum bahkan
mencapai 89,27%.

59

You might also like