You are on page 1of 15

Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga -


Pendidikan Ekonomi Dasar
Sun, 09/12/2007 - 2:40pm — godam64

Tingkat konsumsi seseorang dipengaruhi oleh banyak hal yang berkaitan. Seseorang
membelanjakan uang yang dimiliki sebelumnya dipengaruhi oleh banyak pertimbangan
akibat adanya kalangkaan. Berikut ini dipaparkan penyebab perubahan tingkat
pengeluaran atau konsumsi dalam rumah tangga :

A. Penyebab Faktor Ekonomi

1. Pendapatan
Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan
pengeluaran konsumsi. Contoh : seseorang yang tadinya makan nasi aking ketika
mendapat pekerjaan yang menghasilkan gaji yang besar akan meninggalkan nasi aking
menjadi nasi beras rajalele. Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi 3 kali
ketika dapat tunjangan tambahan dari pabrik.

2. Kekayaan
Orang kaya yang punya banya aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang
besar. Contonya seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah
kost biasanya akan memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan demikian
orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karena punya banyak pemasukan
dari hartanya.

3. Tingkat Bunga
Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang
lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi
dibanding dengan membelanjakan banyak uang.

4. Perkiraan Masa Depan


Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan
konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya
sekolah, ada yang sakit buatuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.

B. Penyebab Faktor Demografi

1. Komposisi Penduduk
Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka
konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu
daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu
tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi.
2. Jumlah Penduduk
Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit.
Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya sangat banyak pula.

C. Penyebab / Faktor Lain

1. Kebiasaan Adat Sosial Budaya


Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di
daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan
memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar
pesta adat biasanya memeiliki pengeluaran yang besar.

2. Gaya Hidup Seseorang


Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi
jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang
lain maupun dengan kartu kredit.

Dalam ilmu ekonomi terdapat tiga konsep utama yakni, produksi, konsumsi, dan
distribusi. Ketiga konsep itu bukan merupakan sesuatu yang baru. Karena secara
akademis, ketiga konsep itu selalu melekat pada kurikulum setiap jenis dan jenjang
sekolah. Selain itu dalam kehidupan sehari-hari ketiga hal itu merupakan inti dari
kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan.

1. Produksi
1.1. Pengertian dan Ruang Lingkup
Produksi adalah setiap kegiatan yang ditujukan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Dalam pengertian yang lebih luas, produksi didefinisikan sebagai setiap tindakan yang
ditujukan untuk menciptakan atau menambah ‘nilai’ guna suatu barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Dengan demikian, tidak semua kegiatan/ proses produksi
adalah berupa perubahan bentuk suatu barang.
Nilai barang dan jasa tersebut dibedakan menjadi:
• Nilai penggunaan subjektif atau guna ialah kesanggupan barang jasa untuk memuaskan
kebutuhan manusia.
• Nilai penggunaan objektif yaitu arti yang diberikan seseorang kepada suatu barang atau
jasa tertentu untuk memuaskan kebutuhannya.
Untuk menciptakan dan atau menambah nilai guna suatu barang dapat ditempuh melalui:
1. Mengubah suatu bentuk barang menjadi barang baru (kegunaan bentuk/ form utility).
2. Memindahkan suatu barang dari suatu tempat ke tempat lain (kegunaan tempat/ place
utility).
3. Mengatur waktu penggunaan suatu barang (kegunaan waktu/time utility).
4. Menciptakan suatu jasa (kegunaan jasa/ service utility).
Barang-barang yang dihasilkan dalam suatu proses produksi dapat dibedakan menjadi:
• Barang konsumsi, yakni barang-barang yang langsung dapat memuaskan pemakai
(konsumen)
• Barang produksi, yakni barang-barang yang sengaja diproduksi untuk proses produksi
selanjutnya atau untuk menghasilkan barang-barang lain.
Perbedaan antara barang produksi dan konsumsi tidak selalu jelas. Hal itu dikarenakan
pada kondisi tertentu suatu barang dapat dapat digolongkan sebagai barang konsumsi,
tetapi di saat lain justru digolongkan sebagai barang produksi.

1.2. Faktor Produksi


Barang dan jasa akan terus mengalir, namun untuk memenuhi kebutuhan akan kedua hal
itu akan selalu mempunyai batas. Hal ini dikarenakan proses produksi memerlukan
sumber-sumber ekonomi, dan dari sebagian sumber-sumber ekonomi yang tersedia selalu
terbatas jumlahnya.
Mansfield mengungkapkan, …, sumber daya adalah materi/ bahan atau jasa yang
digunakan untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang dapat digunakan untuk
memuaskan berbagai keinginan manusia… Seluruh sumber daya yang keberadaannya
langka disebut sebagai sumber daya ekonomi… Tidak peduli sekaya apapun suatu
masyarakat, dia tetap saja memiliki keterbatasan jumlah sumber dayanya.
Menurut Melotte dan Moore, sumber daya ekonomi merupakan sumber-sumber atau
faktor-faktor produksi yang bersifat langka yang digunakan dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan seoptimal mungkin.
John Jacson dan Campbell R. McConnell mengelompokkan faktor produksi ke dalam
empat kategori: land, capital, labour, dan entrepreneurial ability atau enterprise.
1. Land (Sumber Daya Alam)
Jacson dan McConnell berpendapat, land atau alam berkaitan dengan seluruh sumber
daya yang bersifat alami –semua yang sudah tersedia di bumi yang dapat digunakan
dalam proses produksi. Tanah, air, matahari, hutan, mineral, dan minyak bumi termasuk
primary factor (faktor utama) bagi produksi di samping tenaga kerja. Seluruh sumber
daya alam merupakan faktor produksi asli karena sudah tersedia dengan sendirinya tanpa
harus diminta oleh manusia.

2. Capital (Modal)
Jackson dan McConnell menyatakan, modal atau barang-barang investasi berkaitan
dengan keselutuhan bahan dan alat yang dilibatkan dalam proses produksi seperti alat
(perkakas), mesin, perlengkapan, pabrik, gudang, pengangkutan, dan fasilitas distribusi
yang digunakan memproduksi barang dan jasa bagi konsumen akhir.
Mansfield berpendapat senada, kapital berhubungan dengan bangunan, peralatan,
persediaan, dan sumber daya produksi lainnya yang memberikan kontribusi pada
aktivitas produksi, pemasaran, dan pendistribusian barang-barang.

Modal tidak hanya terbatas pada uang tetapi lebih mengarah pada keseluruhan
kolektivitas atau akumulasi barang-barang modal yang oleh Jackson dan McConnell
disebut sebagai investasi. Investasi hanya bisa terwujud jika ada tabungan masyarakat.
Kegiatan ini akan sangat sulit dilakukan bila tingkat pendapatan masyarakat rendah.
3. Labour (Tenaga Kerja)
Menurut Spencer, tenaga kerja merupakan istilah yang luas yang digunakan para ahli
ekonomi yang menunjuk pada bakat mental yang dimiliki laki-laki maupun perempuan
yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa.
Ahli ekonomi Marxisme, Mao Ze Dong, memandang tenaga kerja dalam proses produksi
merupakan unsur yang paling mendasar. Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan
banyak bergantung pada aktivitas yang dilakukan orang tersebut dalam proses produksi.
Singkatnya, keterlibatan dalam produksi merupakan sumber utama pengetahuan
seseorang.

Karya seseorang di dalam produksi merupakan kegiatan praktis yang paling mendasar.
Dunia pekerjaan menjadi sumber utama dalam pengembangan pengetahuan seseorang.
Secara naluriah manusia perlu bekerja dan secara fisik maupun mental, di usia tertentu
mereka sanggup dan siap bekerja. Namun kenyataannya tidak semua angkatan kerja
dapat atau terlibat dalam kegiatan produksi karena lapangan kerja yang terbatas.

Di Indonesia sejak terjadi krisis moneter pada Juli 1997 yang kemudian disusul dengan
krisis ekonomi berkepanjangan menyebabkan angka pengangguran meningkat. Apalagi
pertumbuhan ekonomi Indonesia belum sanggup menyerap jumlah tenaga kerja yang
signifikan. Hal ini diperparah dengan adanya urbanisasi prematur.

Menurut Prebisch, pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang antara perkotaan dan
pedesaan telah menimbulkan urbanisasi prematur yang terjadi bersamaan dengan
deformasi struktural. Karenanya tenaga kerja yang pindah ke perkotaan dan mengalami
proses pertumbuhan tinggi tidak dapat ditamoung secara berarti dalam proses produksi.

Sebagai salah satu faktor produksi, tenaga kerja dapat digolongkan:


• Tenaga kerja terdidik (skilled labour), yaitu golongan tenaga kerja yang telah mengikuti
jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
• Tenaga kerja terlatih (trained labour), yaitu golongan tenaga kerja yang telah mengikuti
pelatihan dan memiliki pengalaman tertentu.
• Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih (unskilled labour), yaitu golongan tenaga
kerja yang menangani pekerjaan yang tidak memiliki keahlian khusus.

4. Entrepreneurial ability (kewirausahaan)


Wirausaha walaupun sama-sama merupakan human resources seperti labour, namun
dalam pembahasan faktor produksi dipisahkan karena dalam diri seorang wirausaha
terdapat seperangkat bakat.

Jackson dan McConnell menyatakan:


• Seorang wirausaha mengambil inisiatif mengkombinasikan sumber daya alam, modal,
dan tenaga kerja untuk memproduksi barang dan jasa, baik dalam perannya sebagai
pembakar semangat karyawan atau sebagai katalisator.
• Seorang wirausaha memiliki pekerjaan membuat keputusaan-keputusan yang berkenaan
dengan kebijakan dasar usaha, yakni keputusan tidak rutin yang menjadi acuan jalannya
bisnis perusahaan.
• Seorang wirausaha merupakan inovator, berupaya mengenalkan dasar-dasar bisnis
sebuah produk baru, teknik-teknik produk baru, bahkan format baru organisasi
perusahaan.
• Seorang wirausaha haruslah berani menanggung risiko. Risikonya bukan hanya waktu,
usaha, dan reputasi bisnisnya, tetapi juga investasi dana dan keseluruhan aspek yang
berkaitan dengan pemegang saham.

Sejumlah karakteristik wirausaha menurut para ahli antara lain: berani menanggung
risiko, memiliki kekuasaan dan kewibawaan, memiliki hasrat untuk bertanggung jawab,
memiliki kekuasaan dan kewibawan, memiliki inovasi dan inisitif, mampu
memperhitungjan risiko dan kebutuhan berprestasi, mampu mengendalikan diri, memiliki
rasa percaya diri dan berorientasi pada pencapaian sasaran, menyukai tantangan, serta
berorientasi pada pertumbuhan, independen dan memiliki keterampilan teknik.

1.3. Fungsi Produksi


Fungsi produksi merupakan suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan sifat
perkaitan antara faktor-faktor produksi dengan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor
produksi juga dikenal dengan istilah input dan output.
Rumus fungsi produksi: Q = f (L, C, R, S)
Q = tingkat produksi yang dihasilkan (output)
L = tenaga kerja
C = jumlah modal
R = kekayaan alam
S = kewirausahaan

Atau Q = f (x1, x2, x3 …, xn)


Q = Jumlah output yang dihasilkan
x1, x2, x3 …, xn = Faktor-faktor produksi (input) yang digunakan

Dalam faktor produksi dikenal the law of diminishing return (hukum hasil yang semakin
berkurang) yang menjelaskan sifat pokok dari pertautan di antara tingkat produksi dan
tenaga kerja yang digunakan. Bila suatu macam input ditambah penggunaannya
sedangkan input-input lainnya tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap
tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tapi setelah mencapai
suatu tingkat tertentu tambahan output akan semakin menurun bila input tersebut terus
ditambah.

Rumus produk rata-rata (AP) = TP/L


AP = Produk rata-rata (Average product)
L = Tenaga kerja (labour)
TP = Produk keseluruhan (Total product)

2. Distribusi dan Konsumsi

A. Distribusi
Distribusi merupakan setiap tindakan atau usaha yang dilakukan baik oleh orang atau
lembaga yang ditujukan untuk menyalurkan barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke
konsumen. Produsen perlu memikirkan saluran yang bagaimana yang akan dipilih untuk
menyalurkan barang dan jasanya dengan tepat dan biaya murah.

A. 1 Membangun Saluran Distribusi

Secara ekonomi, kegiatan distribusi secara ekonomi merupakan suatu upaya untuk
memberikan kegunaan waktu dan tempat. Dalam memutuskan saluran distribusi biasanya
melibatkan:

• Jumlah pedagang perantara yang akan dilibatkan


• Bagaimana memelihara saluran-saluran komunikasai antara berbagai tingkat dari
pedagang perantara
• Seleksi pedagang perantara yang khusus
• Penempatan menurut letak geografis dari persediaan barang
• Lokasi dari pusat-pusat distribusi

A.2 Jenis-jenis Saluran Distribusi


Menurut Vernon dan Jackson, berdasarkan intensitasnya, jenis saluran distribusi dapat
dibagi dalam 3 jenis:
• Bentuk intensif, merupakan jenis saluran yang memanfaatkan banyak pedagang besar
dan kecil
• Bentuk selektif, hanya memanfaatkan beberapa grosir dan sejumlah kecil pengecer
(retailer).
• Bentuk eksklusif, hanya melibatkan satu perantara dalam lingkungan masyarakat
tertentu untuk menangani produk.

A.3 Saluran Distribusi (Distribution Channel)


a. Distribusi langsung dari produsen ke konsumen

Perpindahan atau pergerakan material dilakukan secara langsung dari produsen ke


konsumen. Contohnya adalah peternak mengirimkan susu ternaknya langsung ke rumah
konsumen atau melalui toko pengecer miliknya sendiri dan melalui pos.

b. Saluran tidak langsung

• Produsen – pengecer – konsumen


Contoh barang yang didistribusikan dengan cara semacam ini adalah alat-alat rumah
tangga, furniture, dan alat-alat sekolah. Terkadang produsen membuat gudang-gudang
cabang untuk memenuhi permintaan produk di daerah lain.
• Produsen – grosir – pengecer
Barang yang disitribusikan dengan cara ini adalah yang tahan lama dan mudah
didapatkan seperti barang yang terbuat dari logam, obat-obatan, dan bahan makanan.
A.4 Lembaga-lembaga Distribusi
a. Wholesaler (grosir)
Merupakan pedagang perantara yang membeli barang dagangan untuk dijual kembali
terutama kepada pengusaha lain dan bukan kepada konsumen. Fungsi utamanya adalah
mengumpulkan dan menyebarkan.
b. Agen
Merupakan pedagang perantara yang tidak membeli dan memiliki barangbyang mereka
jual. Fungsi utamanya adalah melakukan penjualan bagi produsen. Agen biasanya
dibayar dengan komisi berdasarkan volume penjualannya.
c. Retailer (pedagang eceran)
Merupakan perusahaan yang membeli barang-barang dari produsen atau dari grosir
kemudian menjualnya kepada konsumen. Lembaga yang berniaga secara eceran antara
lain:
• Toserba (Department store)
Merupakan lembaga pemasaran eceran yang menjual berbagai jenis barang yang
dikelompokkan ke dalam departemen-departemen (bagian).
• Supermarket (Pasar swalayan)
Merupakan toko yang sangat besar terutama menjual bahan pangan dengan harga-harga
rendah. Setiap konsumen bekerja atas dasar melayani sendiri, dan pembayaran dilakukan
secara kontan.
• Toko khusus
Toko yang strategi pemasarannya dengan menawarkan pilihan yang banyak dari barang-
barang yang sejenis. Toko semacam ini banyak dijumpai di pusat-pusat perbelanjaan.
Contoh toko khusus: toko perhiasan, toko mainan, dan toko sepatu.

B. Konsumsi
B.1 Pengertian Konsumsi

Konsumsi merupakan tindakan pemenuhan kebutuhan atau tindakan menghabiskan dan


atau mengurangi nilai guna suatu barang atau jasa.

Jenis kebutuhan manusia:


• Kebutuhan biologis untuk hidup
• Kebutuhan yang timbul dari budaya peradaban dan kebudayaan manusia itu sendiri
• Kebutuhan lain yang khas menurut masing-masing perorangan

B.2 Perilaku Konsumen


Dugaan-dugaan ilmu ekonomi yang dijadikan dasar pembahasan perilaku konsumen:
• Pendapatan konsumen tetap
• Barang-barang pemuas kebutuhan adanya terbatas
• Konsumen dengan pendapatan terbatas menghadapi suatu kenyataan bahwa harga
barang-barang tidak pada titik nol
• Setiap orang mengetahui preferensi kebutuhannya dengan baik
• Konsumen dapat berperilaku rasional dalam melakukan konsumsinya
• Selera konsumen tetap
Perilaku konsumen sejalan dengan hukum permintaan yang berbunyi: Bila harga suatu
barang naik maka jumlah barang yang diminta konsumen terhadap barang tersebut akan
turun, sebaliknya bila harga barang tersebut turun maka jumlah barang yang diminta akan
naik.

Hukum tersebut berlaku bila syarat-syarat terpenuhi (cateris paribus). Dalam mempelajari
perilaku konsumen dapat dilakukan melalui:
a. Pendekatan marginal utility (pendekatan cardinal)
Kepuasan bisa dinyatakan dengan angka-angka dan satuan ukuran kepuasannya adalah
utility (nilai guna). Ada dua konsep nilai guna, yakni:
• Nilai guna total, merupakan jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari
mengkonsumsi sejumlah barang tertentu.
• Nilai guna marginal, merupakan pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai
akibat dari pertambahan konsumsi satu unit barang tertentu.

Setiap orang akan berupaya memaksimumkan nilai guna dari barang dan jasa yang
dikonsumsinya. Syarat yang harus dipenuhi adalah setiap rupiah yang dikeluarkan untuk
membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberi nilai marginal yang
sama besar. Hukum ini disebut hukum memeratakan guna marginal setiap rupiah.

Rumusnya:
MUx = MUy = MUn
Px Py Pn

MU = Marginal utility
x,y, …n = barang yang dibeli
P = harga barang

b. Pendekatan indifference curve (pendekatan ordinal)


Merupakan model pendekatan yang tidak memerlukan anggapan bahwa kepuasan
konsumen bisa diukur. Indifference curve adalah kurva yang menunjukkan kombinasi
konsumsi dua jenis barang yang memperoleh tingkat kepuasan yang sama

Sifat-sifat indifference curve:


a) Turun miring dari kiri atas ke kanan bawah
Hal ini disebabkan jika jumlah barang x ditambah maka jumlah barang y akan dikurangi,
dan sebaliknya.

b) Cembung mengarah ke titik 0 atau origin


Garis indifference curve yang bergerak dari kiri atas menuju ujung kanan bawah berarti
pada awalnya konsumen lebih banyak mengkonsumsi barang y. Untuk mendapatkan
tambahan barang x maka konsumen harus melepaskan barang y lebih besar daripada
barang x yang diperlukan.

Semakin sedikit barang y yang dikonsumsi maka semakin besar kesediaannya untuk
melepas barang y untuk mendapatkan tambahan barang x. Proses pengurangan barang y
tersebut bila dibuat grafik akan berbentuk cembung ke arah titik origin. Hal ini
disebabkan perbandingan antara pertukaran barang y untuk mendapat tambahan barang x
tidak konstan atau bertambah, melainkan berkurang. Tingkat kesediaan konsumen untuk
melepas suatu barang tertentu guna mendapat tambahan barang lain disebut marginal rate
of substitution (MRS).

c) Tidak saling memotong


Indifference curve hanya berlaku untuk satu tingkat pendapatan tertentu. Jika tingkat
pendapatan seseorang naik atau turun maka indifference curve yang dimiliki orang
tersebut untuk suatu waktu dengan waktu yang lainnya akan berbeda, tidak hanya satu,
tetapi banyak bergantung pada frekuensi kenaikan atau penurunan dari pendapatannya.
Keadaan tersebut digambarkan sebagai indifference map. Kurva indifference-nya tidak
mungkin berpotongan.

3. Ekonomi Kerakyatan
3.1 Latar Belakang Lahirnya Konsep Ekonomi Kerakyatan
Pasca perang dunia kedua, konsep ekonomi yang paling dominan adalah pemikiran yang
diwarnai teori pertumbuhan sebagai kekuatan utama yang dapat membawa kesejahteraan
bagi masyarakat. Teori pertumbuhan berpandangan, investasi termasuk penggunaan
teknologi modern akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi sehingga terjadi penyerapan
tenaga kerja atas dasar upah.

Faktanya, tidak semua negara mereguk kesuksesan. Sebab sejumlah kasus berbicara
bahwa pertumbuhan tidak bisa dinikmati rakyat hingga lapisan bawah. Bahkan di
beberapa negara berkembang kesenjangan sosial ekonomi semakin lebar. Karenanya di
Indonesia digagas konsep pembangunan yang bertumpu pada manusia dan berakar
kerakyatan yang dikenal sebagai ekonomi kerakyatan. Konsep ekonomi kerakyatan
dilakukan sebagai strategi membangun kesejahteraan dengan lebih memberdayakan
masyarakat.

3.2 Ekonomi Kerakyatan dan Pemberdayaan


Pemberdayaa masyarakat menurut Kartasasmita memiliki dua arah yakni: 1) Melepaskan
belenggu kemiskinan dan keterbelakangan, 2) memperkuat posisi lapisan masyarakat
dalam struktur kekuasaan.

Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan ekonomi merupakan strategi yang


merangkum nilai-nilai sosial. Konsep tersebut merupakan paradigma baru yang bersifat
people centered (berpusat pada masyarakat), participatory (partisipasi), empowering
(pemberdayaan), dan sustainable (berkelanjutan).

Menurut Kartasasmita, pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan ekonomi dapat


dilihat dari 3 sisi yaitu: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat, serta
memberdayakan juga berarti melindungi sehingga dalam pemberdayaan harus dicegah
yang lemah bertambah lemah karena kurang berdaya menghadapi yang kuat.
Jelas terdapat pertautan antara konsep ekonomi kerakyatan dan pemberdayaan, di mana
pendekatan utamanya adalah menjadikan masyarakat sebagai aktor pembangunanya
sendiri dan tidak menjadikannya sebagai obyek proyek pembangunan.

3.3 Ekonomi Kerakyatan Sebagai Manifestasi Pembangunan yang Berpusat pada Rakyat
Sistem ekonomi kerakyatan akan sanggup mengakomodasi kebhinekaan yang ada di
setiap daerah karena berpusat pada rakyat sehingga menghargai dan mepertimbangkan
prakarsa dan perbedaan lokal. Pembangunan yang berpusat pada rakyat mensyaratkan
desentralisasiyang cukup besar dalam proses pembuatan keputusan maupun pelaksanaan.

3 Dasar yang melandasi konsep pem bangunan yang berpusat pada rakyat:
1. Memusatkan pemikiran dan tindakan kebijaksanaan pemerintah pada penciptaan
keadaan-keadaan yang mendorong dan mendukung usaha-usaha rakyat untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri dan memecahkan masalah mereka sendiri pada tingkat
individu, keluarga, dan komunitas
2. Mengembangkan struktur dan proses organisasi yang berfungsi menurut kaidah-kaidah
sistem yang swa-organisasi
3. Mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi yang diorganisasi secara territorial
yang berlandaskan pada kaidah-kaidah pemilikan dan pengendalian modal.

Korten dan Syahrir berpendapat, salah satu tantangan terlaksananya pembangunan yang
berpusat pada rakyat adalah mengubah orientasi birokrasi pembangunan ekonomi itu
sendiri agar menjadi organisasi yang menghargai dan memperkuat kerakyatan. Sebab
selama ini organisasi dibentuk di sekitar kelompok-kelompok primer yang menyiapkan
dan memenuhi tujuan lokal.

Tantangan lainnya adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM) di setiap teritorial
Indonesia untuk berperan dalam ekonomi kerakyatan. Untuk meningkatkan mutu SDM
sekaligus mempercepat pelaksanaan kerangka kerja ekonomi kerakyatan bisa ditempuh
melalui program pengembangan wirausaha.

3.4 Ekonomi Kerakyatan dan Doktrin Ekonomi Indonesia


Dokrin ekonomi Indonesia muncul dari falsafah Pancasila yang merupakan subsistem
dari UUD 1945. Pasal utama bertumpunya doktrin ekonomi Indonesia adalah pasal 33
UUD 1945, dengan kelengkapannya pasal 27 ayat 2 dan pasal 34. Pasal-pasal itu bila
dikaitkan dengan kerangka kerja ekonomi kerakyatan jelas mempunyai hubungan yang
sangat erat. Sebab dalam ekonomi kerakyatan memuat pesan-pesan moral yang
berasaskan kekeluargaan dan kebersamaan serta berintikan kerakyatan.

Motif seseorang bekerja adalah untuk mencari penghasilan, penghasilan yang diperoleh
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan (untuk konsumsi) dan apabila
memungkinkan sisanya akan ditabung (saving), atau mungkin bisa diinvestasikan
(penanaman modal dalam perusahaan).
a. Menurut drs. Hananto dan Sukarto T.J
Konsumsi adalah bagian dari penghasilan yang dipergunakan untuk membeli barang-
barang atau jasa-jasa guna memenuhi hidup.
b. Menurut Albert C Mayers
Konsumsi adalah penggunaan barang-barang dan jasa yang langsung dan terakhir guna
memenuhi kebutuhan hidup manusia
c. Menurut ilmu ekonomi
Konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang
maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan demi menjaga kelangsungan hidup.

01. Pengertian Konsumsi

Dalam kehidupan sehari-hari, konsumsi seringkali dihubungkan pada masalah makanan


dan minuman, sesungguhnya tidak sesempit itu pengertian konsumsi, mengendarai
sepeda motor juga merupakan kegiatan konsumsi, karena akan mengurangi nilai guna
sepeda motor.

Konsumsi adalah suatu kegiatan manusia yang secara langsung menggunakan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang
berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa.
Contoh dari kegiatan konsumsi antara lain: makan, minum, naik kendaraan umum,
menonton film di bioskop.

02. Ciri-ciri Kegiatan Konsumsi

Kegiatan konsumsi yang dilakukan manusia secara umum memiliki ciri-ciri, antara
lain:

1. Barang yang dikonsumsi merupakan buatan manusia.


Misalnya: sepeda motor atau mobil.
2. Barang yang dikonsumsi ditujukan langsung untuk memenuhi atau memuaskan
kebutuhan hidup manusia.
Misalnya: manusia mengkonsumsi (membeli) motor untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, yaitu sebagai alat transportasi dari rumah ke tempat kerja.
3. Barang yang dikonsumsi akan habis atau akan mengalami penyusutan yang pada
akhirnya barang tersebut tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Misalnya: manusia menggunakan motor sebagai alat transportasi, lama kelamaan
nilai guna ekonomi dari motor tersebut akan berkurang.

03. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi, diantaranya:

1. Tingkat pendapatan masyarakat yaitu tingkat pendapatan (income=I) dapat digunakan untuk dua
tujuan: konsumsi (consumption=C) dan tabungan (saving=S), dan hubungan ketiganya dapat
terbentuk dalam persamaan I=C+S, adalah merupakan besar kecilnya pendapatan yang diterima
seseorang akan mempengaruhi pola konsumsi.
Semakin besar tingkat pendapatan seseorang, biasanya akan diikuti dengan tingkat konsumsi yang
tinggi, sebaliknya tingkat pendapatan yang rendah akan diikuti dengan tingkat konsumsi yang
rendah pula.
2. Selera konsumen, setiap orang memiliki keinginan yang berbeda dan ini akan mempengaruhi pola
konsumsi. Konsumen akan memilih satu jenis barang untuk dikonsumsi dibandingkan jenis barang
lainnya.

3. Harga barang, jika harga suatu barang mengalami kenaikan, maka konsumsi barang tersebut akan
mengalami penurunan. Sebaliknya jika harga suatu barang mengalami penurunan, maka konsumsi
barang tersebut akan mengalami kenaikan. Kaitan konsumsi dengan harga barang dapat dibedakan
apakah barang tersebut bersifat substitusi (barang substitusi adalah barang yang dapat
menggantikan fungsi barang lainnya) atau komplementer (barang komplementer adalah barang
yang melengkapi fungsi barang lainnya).
Barang Substitusi

Barang Komplementer

4. Tingkat pendidikan masyarakat, tinggi rendahnya pendidikan masyarakat akan mempengaruhi


terhadap perilaku, sikap dan kebutuhan konsumsinya.
5. Jumlah keluarga, besar kecilnya jumlah keluarga akan mempengaruhi pola konsumsinya.
6. Lingkungan, keadaan sekeliling dan kebiasaan lingkungan sangat berpengaruh pada prilaku
konsumsi masyarakat. Contohnya, Indonesia yang memiliki daerah tropis tidak begitu
membutuhkan baju hangat dibandingkan dengan daerah di kutub utara dan kutub selatan.
04. Penggolongan Barang dan Jasa untuk Konsumsi

Penggolongan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi terbagi atas:

1. Barang yang habis dalam satu kali pakai, misalnya makanan dan minuman.
2. Barang yang habis untuk beberapa kali pakai, misalnya pasta gigi, shampo, sabun
cuci.
3. Barang yang habis dipakai dalam jangka waktu lama, misalnya rumah, motor,
mobil.

/div>

05. Aspek Positif dan Negatif Perilaku Konsumtif

Kegiatan mengkonsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan perilaku konsumtif


masyarakat. Perilaku konsumtif adalah perilaku manusia yang melakukan kegiatan
konsumsi yang berlebihan.

Perilaku konsumtif ini bila dilihat dari sisi positif akan memberikan dampak:

1. Membuka dan menambah lapangan pekerjaan, karena akan membutuhkan tenaga


kerja lebih banyak untuk memproduksi barang dalam jumlah besar.
2. Meningkatkan motivasi konsumen untuk menambah jumlah penghasilan, karena
konsumen akan berusaha menambah penghasilan agar bisa membeli barang yang
diinginkan dalam jumlah dan jenis yang beraneka ragam.
3. Menciptakan pasar bagi produsen, karena bertambahnya jumlah barang yang
dikonsumsi masyarakat maka produsen akan membuka pasar-pasar baru guna
mempermudah memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Bila dilihat dari sisi negatifnya, maka perilaku konsumtif akan menimbulkan dampak:
1. Pola hidup yang boros dan akan menimbulkan kecemburuan sosial, karena orang
akan membeli semua barang yang diinginkan tanpa memikirkan harga barang
tersebut murah atau mahal, barang tersebut diperlukan atau tidak, sehingga bagi
orang yang tidak mampu mereka tidak akan sanggup untuk mengikuti pola
kehidupan yang seperti itu.
2. Mengurangi kesempatan untuk menabung, karena orang akan lebih banyak
membelanjakan uangnya dibandingkan menyisihkan untuk ditabung.
3. Cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang, orang akan
mengkonsumsi lebih banyak barang pada saat sekarang tanpa berpikir
kebutuhannya di masa datang.

Namun, di tengah zaman ekonomi pasar yang ditunjang oleh sihir teknologi dan ilmu
pemasaran yang canggih, banyak orang tidak tahan menghadapi rayuan iklan berbagai
produk yang bertebaran di ruang-ruang keluarga melalui layar televisi atau media
lainnya. Para konsultan yang rajin memberikan konsultasi kepada masyarakat dalam
menghadapi masa Ramadan dan Idul Fitri antara lain konsultan keuangan pribadi dan
rumah tangga, termasuk konsultan dan penulis masalah keuangan keluarga Muslim dan
perencana keuangan. Untuk menghindari terjadinya kekosongan kas keuangan keluarga
apalagi utang, langkah pertama yang harus dilakukan ialah membuat komitmen disertai
penyusunan anggaran yang benar. Misalnya menjelang Ramadan, setiap keuarga
berkomitmen untuk mengeluarkan dana yang besarnya tak boleh melebihi THR atau dana
khusus yang sudah disiapkan. Pengeluaran yang tergolong sebagai prioritas utama adalah
pengeluaran yang tak ada subtituslnya.

You might also like