You are on page 1of 32

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. ANTAM Tbk. merupakan salah satu perusahaan tambang milik negara
yang sangat besar peranannya di bidang industri pertambangan Indonesia,
dimana selain memberi kontribusi terhadap pendapatan negara juga membuka
kesempatan kerja bagi masyarakat di sekitar areal pertambangan.

Salah satu kegiatan yang dilakukan PT. ANTAM Tbk. adalah kegiatan
penambangan bijih nikel di P. Gee, yaitu sejak tahun 1998, dimana dalam
beberapa tahun kedepan deposit bijih nikel yang ada diperkirakan akan segera
habis dan dengan demikian kegiatan penambangan pun akan berakhir.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.
1211.K/008/M.PE/1995 maka perusahan pertambangan yang akan masuk
masa pasca tambang diwajibkan untuk membuat Rencana Penutupan
Tambang selambatnya satu tahun sebelum berakhirnya operasi kegiatan
penambangan dan pengolahan mineral, dimana salah satu kewajiban
perusahaan adalah melakukan rehabilitasi lahan terganggu akibat
penambangan.

Kegiatan rehabilitasi lahan perlu dilakukan dengan sebaik mungkin, secara


menyeluruh dengan memperhatikan berbagai aspek. Agar kegiatan rehabilitasi
lahan dapat berjalan dengan berencana, terarah, berjalan efektif dan
menghasilkan lahan pasca tambang yang memenuhi kriteria sesuai kaidah
yang berlaku, maka diperlukan adanya Disain Program Menyeluruh Rehabilitasi
Lahan di P. Gee Pasca Penambangan.

PROPOSAL TEKNIS I-1


Dalam membuat Disain Program Menyeluruh Rehabilitasi Lahan di P. Gee
Pasca Penambangan, maka terlebih dahulu perlu diketahui kegiatan
penambangan yang dilakukan di pulau tersebut, terutama kegiatan-kegiatan
yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

Beberapa dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan pertambangan


antara lain berupa : terjadinya perubahan bentang alam, erosi dan sedimentasi,
penurunan produktivitas lahan, pencemaran air permukaan, penurunan
permukaan air tanah (water table), terganggunya flora dan fauna, dan
terjadinya perubahan iklim mikro, serta gangguan kesehatan masyarakat akibat
merosotnya kualitas lingkungan.

• PERUBAHAN BENTANG ALAM


• EROSI DAN SEDIMENTASI
• PENURUNAN PRODUKTIVITAS LAHAN
• PENCEMARAN AIR PERMUKAAN
KEGIATAN
PENAMBANGAN
• PENURUNAN PERMUKAAN AIR TANAH
• TERGANGGUNYA FLORA/FAUNA
• PERUBAHAN IKLIM MIKRO
Error!
• GANGGUAN KESEHATAN MASYARAKAT

Gambar 1. Dampak Kegiatan Penambangan terhadap Komponen Lingkungan

Dampak lingkungan yang ditimbulkan tersebut seringkali masih tetap


berlangsung meskipun kegiatan penambangan telah berakhir. Oleh karena itu,
perlu dilakukannya disain yang benar-benar dapat mengatasi permasalahan
lingkungan yang ada.

PROPOSAL TEKNIS I-2


1.2. Maksud dan Tujuan

PT. Envitech Bumi Lestari adalah sebuah perusahaan konsultan yang bergerak
dalam bidang lingkungan dan pertambangan, berkeinginan untuk diikutsertakan
dalam pekerjaan pembuatan dokumen Disain Program Menyeluruh Rehabilitasi
Lahan di P. Gee Pasca Penambangan.

Usulan Teknis ini berisi tentang pemahaman konsultan mengenai Kerangka


Acuan Kerja (KAK) yang telah dibuat PT. ANTAM Tbk. dan teknologi yang
ditawarkan PT. Envitech Bumi Lestari untuk merehabilitasi lahan P. Gee.
Dokumen yang akan disusun maupun masukan teknologi yang akan diberikan
oleh konsultan akan mengacu kepada tujuan utama dilakukannya penyusunan
dokumen, yaitu :

a. Membuat rencana induk kegiatan rehabilitasi lahan di P. Gee,


b. Melakukan inventarisasi permasalahan, kendala dan masukan teknologi
dalam melakukan kegiatan rehabilitasi lahan di P. Gee sehingga dapat
berjalan efektif dan efisien,
c. Melakukan simulasi kondisi lahan P. Gee pasca pertambangan.

1.3. Kegunaan

Kegunaan dokumen Disain Program Menyeluruh Rehabilitasi Lahan di P. Gee


Pasca Penambangan bagi PT. ANTAM Tbk. adalah sebagai berikut :

a. Sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan kegiatan reklamasi dan


revegetasi lahan eks penambangan dan langkah terganggu lainnya di P.
Gee,
b. Sebagai acuan dalam melakukan pemantauan dalam rehabilitasi lahan,
c. Sebagai informasi bagi perusahaan, kontraktor maupun stake holder
lainnya berkaitan dengan rehabilitasi lahan di P. Gee,
d. Sebagai pilot project kegiatan rehabilitasi lahan di PT. ANTAM Tbk.

PROPOSAL TEKNIS I-3


BAB II.
GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

2.1. Gambaran Umum Kegiatan di Pulau Gee

Secara geografis, P. Gee terletak antara titik koordinat :

128o 19’ 15” - 128o 20’ 00” Bujur Timur dan


0o 49’ 00” - 0o 50’ 00” Lintang Utara.

Secara administratif P. Gee terletak dalam wilayah administratif Kabupaten


Halmahera Timur, Propinsi Maluku Utara.

Rincian kegiatan yang ada di P. Gee adalah sebagai berikut :

Pemilik Kegiatan : PT. ANTAM Tbk.


Nama Kegiatan : Tambang Nikel P. Gee
Lokasi Kegiatan : P. Gee, Kabupaten Halmahera Timur, Propinsi
Maluku Utara
Luas Areal : Luas areal P. Gee sekitar 100 Ha
Potensi Cadangan : Potensi cadangan bijih nikel ekonomis diperkirakan
akan habis pada tahun 2007.
Sistem Penambangan : Tambang Permukaan
Usia Tambang : Sejak tahun 1998.

PROPOSAL TEKNIS II - 1
2.2. Pencapaian ke Lokasi Kegiatan

P. Gee dapat dicapai dari Jakarta dengan dengan menggunakan pesawat


udara reguler dengan rute Jakarta – Ternate – Buli, dari Buli ke P. Gee
dilanjutkan dengan menggunakan perahu motor. Secara lebih rinci pencapaian
ke lokasi studi dapat dilihat pada tabel 2.1. dan gambar 2.1. berikut :

Tabel 2.1. Pencapaian ke Lokasi Kegiatan

No. Rute Alat Transportasi Waktu Tempuh


1. Jakarta – Ternate (Melalui Menado Pesawat Udara
atau Makasar)

2. Ternate – Buli Pesawat Udara CASA 212 40 menit

3. Buli – P. Gee Perahu Motor 20 menit

Gambar 2.1. Rute Pencapaian ke Lokasi Kegiatan

PROPOSAL TEKNIS II - 2
2.3. Gambaran Kondisi Lahan yang Akan Direhabilitasi

Kondisi permukaan lahan bekas tambang di P. Gee dapat dilihat pada gambar
2.2., dimana bentuk permukaan lahan yang ada cukup bervariasi dari datar
hingga curam. Kondisi lereng yang terkupas dan berbentuk curam terutama
pada bagian sebelah barat pulau, sedangkan pada sisi lainnya tebing pantai
masih berwarna hijau (tidak terganggu).

Pada saat kegiatan anwidjzing diperlihatkan foto P. Gee dari udara, terlihat dari
foto tersebut bahwa sebagian besar lahan di Pulau Gee telah terkupas tanah
pucuknya (top soil), sehingga yang tersisa adalah bahan induk (saprolit) yang
berwarna kemerahan yang diduga memiliki kandungan Fe yang cukup tinggi.

Gambar 2.2. Peta Topografi P. Gee

PROPOSAL TEKNIS II - 3
BAB III.
LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan pembuatan dokumen Disain Program Menyeluruh


Rehabilitasi Lahan di P. Gee Pasca Penambangan adalah sebagai berikut :

a. Studi Literatur
b. Penyusunan Kerangka Acuan dan Presentasi
c. Studi Lapangan dan Analisis Laboratorium
d. Penyusunan Dokumen Disain Program Menyeluruh Rehabilitasi Lahan di
P. Gee Pasca Penambangan
e. Presentasi Disain Program
f. Perbaikan dan Penyempurnaan Dokumen.

3.1. Studi Literatur

Studi Literatur meliputi hal-hal sebagai berikut :


a. Peraturan perundangan yang berkaitan
b. Keadaan tapak kegiatan saat ini berdasarkan
- Data lingkungan fisik (iklim, penggunaan lahan dll)
- Data pendukung lainnya seperti data citra satelit
c. Kondisi daerah dan potensi pengembangan
- Kondisi lahan
- Potensi sumberdaya lokal yang dapat dimanfaatkan
- Kelembagaan

3.2. Penyusunan Kerangka Acuan dan Presentasi

Berdasarkan studi literatur, selanjutnya disusun rencana detil kerangka acuan


kerja yang akan dilaksanakan dan format dokumen yang akan dihasilkan,

PROPOSAL TEKNIS III - 1


sehingga pengumpulan data lapangan diperkirakan akan terpenuhi secara
menyeluruh. Kerangka Acuan Kerja berisikan sebagai berikut :

1. Pendahuluan
2. Deskripsi Kegiatan
3. Ruang Lingkup Studi
4. Metode Pengumpulan Data dan Analisis
5. Susunan Tim
6. Rencana Detil Studi Lapangan
7. Usulan Format Dokumen yang dihasilkan.

Selanjutnya Kerangka Acuan Kerja harus dipresentasikan dihadapan Tim dari


PT. ANTAM Tbk. untuk mendapat masukan dan penyempurnaan.

3.3. Studi Lapangan dan Analisis Laboratorium

Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja, dilakukan studi lapangan untuk


mendapatkan data data yang diperlukan khususnya data primer, baik itu melalui
pengambilan contoh lingkungan fisik maupun non fisik, dan hasil penelitian
lainnya yang berkaitan bagi pengembangan potendi sumberdaya setempat.
Selanjutnya data-data tersebut dilakukan analisis di laboratorium yang
representatif. Pengumpulan data di lapangan sedikitnya mencakup.

- Kondisi lingkungan fisik tapak kegiatan


- Kondisi sumberdaya lokal dan kemungkinan memanfaatkannya
- Kondisi saat ini dan prediksi pasca tambang
- Rencana pengembangan ke depan (berdasarkan dari rencana tata kota
ruang wilayah daerah, potensi sumberdaya, serta ketersediaan sarana
dan prasarana)
- Hal-hal lain yang berkaitan.

PROPOSAL TEKNIS III - 2


3.4. Penyusunan Disain Program Menyeluruh Rehabilitasi Lahan di P. Gee
Pasca Penambangan

Penyusunan Disain Program Menyeluruh Rehabilitasi Lahan di P. Gee Pasca


Penambangan, harus mengacu dan memasukkan unsur teknologi dengan tetap
memperhatikan nilai estetika, sehingga program dapat dilaksanakan secara
efektif, realistis dan dengan biaya yang wajar serta hasil rehabilitasi
mengandung nilai estetika. Hasil akhir yang dituju dari program adalah :

- Keberlanjutan ekosistem
- Ekosisitem yang berbentuk, khusus flora dan fauna mendekati rona awal
- Kemanfaatan bagi seluruh stakeholders.

Isi dokumen harus mencakup hal-hal sebagai berikut :

- Pendahuluan
- Landasan Keilmuan dan Teknologi
- Kondisi Tapak Saat Ini
- Disain Tapak Pasca Tambang
- Program Rehabilitasi
- Program Monitoring
- Prakiraan Biaya

3.5. Presentasi Dokumen

Rencana Disain Program Menyeluruh Rehabilitasi Lahan di P. Gee Pasca


Penambangan dihadapan Tim PT ANTAM Tbk. di Jakarta.

3.6. Perbaikan Dokumen

Dokumen Disain Program Menyeluruh Rehabilitasi Lahan di P. Gee Pasca


Penambangan yang telah dipresentasikan, selanjutnya disempurnakan sesuai
saran dan masukan, sehingga dapat diterima oleh PT ANTAM Tbk..

PROPOSAL TEKNIS III - 3


BAB IV.
METODOLOGI STUDI

Reklamasi lahan bekas tambang bertujuan memperbaiki atau menata


kegunaan lahan yang terganggu akibat kegiatan penambangan agar berfungsi
sesuai peruntukannya.

Secara teknis kegiatan reklamasi lahan bekas tambang diharapkan dapat


mengubah lahan yang semula labil menjadi stabil, yang mudah tererosi dan
mudah longsor menjadi tidak mudah tererosi dan tidak mudah longsor. Dengan
demikian lahan hasil reklamasi dapat secara aman dimanfaatkan untuk
berbagai pengembangan kegiatan pembangunan.

Kegiatan reklamasi tidak hanya berhenti sampai pada pengaturan bentuk lahan
(lanscaping) saja. Rencana pemanfaatan lahan hasil reklamasi sangat penting
agar kegiatan reklamasi menimbulkan nilai manfaat dan dampak posistif bagi
lingkungan sekitarnya. Secara ideal, pemanfaatan lahan hasil reklamasi dapat
berupa : pengembangan permukiman, pengembangan pusat perdagangan,
pengembangan pusat pendidikan, pengembangan pertanian, pengembangan
hutan kemasyarakatan, pengembangan pariwisata, dan lain-lain tergantung
pada potensinya.

Penentuan pola pemanfaatan lahan bekas pertambangan memperhatikan


beberapa parameter lingkungan, diantaranya daya dukung lingkungan fisik,
keberadaan sarana dan prasarana jalan, serta mengacu pada pola
pemanfaatan ruang (tata ruang wilayah).
Secara sistematis tujuan dan harapan kegiatan reklamasi lahan bekas
pertambangan sebagaimana disajikan pada diagram berikut.

PROPOSAL TEKNIS IV -1
Sebelum Reklamasi Sesudah Reklamasi Peluang
Pengembangan

Pemukiman

• Tidak Stabil • Stabil


Perdagangan

• Mudah tererosi • Tdk mudah tererosi Pendidikan


• Mudah Longsor • Tdk mudah Longsor
• Tidak produktif • Produktif
Pertanian

• Tdk bernilai ekonomi • Bernilai ekonomi Pariwisata


• Tidak marketable • Marketable
Pekebunan

Perhutanan
Gambar 4.1. Tujuan dan Harapan Kegiatan Rehabilitasi Lahan Pasca Penambangan

Seperti halnya Gambar 4.1. di atas, tujuan dan harapan dari rehabilitasi lahan di
P. Gee adalah membuat mudah tererosi menjadi tidak terosi dan yang mudah
longsor menjadi tidak mudah longsor (stabil). Namun demikian,
pengembangan lahan di P. Gee pasca penambangan diarahkan kepada
perhutanan kembali (revegetasi).

PROPOSAL TEKNIS IV -2
4.1. Pendekatan Dan Mekanisme Studi
Pendekatan studi dalam kegiatan pembuatan “Disain Program Menyeluruh
Rehabilitasi Lahan di P. Gee Pasca Penambangan” disajikan pada Gambar 4.1.
Sedangkan Mekanisme Alur kegiatan studi yang dilakukan disajikan pada
Gambar 4.2.

DASAR HUKUM

RONA LINGKUNGAN AWAL


KEGIATAN PENAMBANGAN
Studi Literatur

1. Identifikasi Permasalahan
2. Arahan Rehabilitasi Lahan berdasarkan Permasalahan Ling-
kungan yang Ada
3. Penelaahan Deskripsi Kegiatan Penambagan
4. Penelaahan Permasalahan Lingkungan KERANGKA
5. Lingkup Pekerjaan ACUAN KERJA
6. Metode Pengumpulan Dan Analisis Data
7. Rencana Detil Studi Lapangan
8. Jangkauan Waktu Studi

DATA PRIMER / SEKUNDER

STUDI LAPANGAN DAN ANALISIS DATA

KAJIAN KEILMUAN DAN PERATURAN WAWASAN


DISAIN
PROGRAM

INPUT TEKNOLOGI DAN ESTETIKA

DISAIN

Gambar 4.1. Bagan Alur Pendekatan Studi Pembuatan Disain Program Menyeluruh
Rehabilitasi Lahan di P. Gee Pasca Penambangan

PROPOSAL TEKNIS IV -3
DOKUMEN LELANG

P
E
R
STUDI LITERATUR S
DATA SEKUNDER I
A
P
A
N
USULAN TEKNIS

DATA AWAL
(Tambahan Data Sekunder)
K
E
R
ANALISIS DATA AWAL A
N
G
K
A
PRESENTASI DRAFT KAK MASUKAN & KOREKSI A
C
U
A
N

K
E
PERBAIKAN KAK R
J
A
ANALISIS DATA TERKINI
(Primer & Sekunder)
L
A
PENYUSUNAN DISAIN PROGRAM P
SURVEY LAPANGAN O
R
A
N
PRESENTASI DISAIN PROGRAM
&
E
MASUKAN & KOREKSI V
A
L
U
A
PERBAIKAN & PENYEMPURNAAN S
DOKUMEN I

Gambar 4.2. Bagan Alur Mekanisme Pelaksanaan Pembuatan Disain Program Menyeluruh
Rehabilitasi Lahan di P. Gee Pasca Penambangan

PROPOSAL TEKNIS IV -4
4.2. Metoda Pengumpulan Dan Analisis Data

Pengumpulan data primer dilakukan melalui survey ke lokasi kegiatan di P. Gee


dengan melakukan pengukuran maupun pengambilan sampel untuk dilakukan
analisis laboratorium. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui pustaka dan
dokumen dari PT. ANTAM Tbk. Maupun instansi terkait.
Metoda pengumpulan dan analisis data yang digunakan akan disesuaikan
dengan komponen yang ditelaah dan kondisi lapang.

4.2.1. Data Iklim

Metoda Pengumpulan Data


Data iklim yang akan dikumpulkan berupa : temperatur maksimun dan minimun,
kelembaban udara, jumlah hari hujan, curah hujan, lama penyinaran matahari,
arah angin dan kecepatan angin. Data ini dikumpulkan secara periodik, untuk
10 tahun terakhir.

Data iklim akan digunakan terutama untuk menunjang kegiatan penanaman


(revegetasi), terutama untuk menganalisis pola curah hujan.

Lokasi Pengambilan Contoh


Data iklim akan diambil dari stasiun pengamat cuaca terdekat dengan lokasi
kegiatan.

Metoda Analisis Data


Data iklim yang diperoleh selanjutnya diseleksi dan dikelompokkan secara
statistik dan disajikan dalam bentuk tabulasi, selanjutnya dilakukan analisis
parameter iklim yang diperlukan.

PROPOSAL TEKNIS IV -5
4.2.2. Topografi

Metoda Pengumpulan Data


Pengukuran topografi akan dilakukan dengan menggunakan alat ukur “Total
Station”, yaitu alat ukur yang merupakan instrumen gabungan antara teodolit
elektronik dan sekaligus alat ukur jarak elektronik (electronic distance
measuring – EDM), yang mempunyai tingkat ketelitian yang cukup tinggi.

Gambar 4.3. Alat Ukur Total Station beserta Tripod dan Target (Prisma dan Tiang galah)

Pengukuran topografi yang dilakukan akan memetakan semua bentuk lahan di


P. Gee, yang akan berguna dalam analisis kestabilan lereng, penataan bentuk
lahan (landscaping) dan kegiatan revegetasi.

Lokasi Pengambilan Contoh


Pengukuran topografi dilakukan pada seluruh bagian pulau dengan tingkat
survei detil.

Metoda Analisis Data

PROPOSAL TEKNIS IV -6
Hasil pengukuran topografi akan diplot menjadi peta topografi baik secara
manual maupun digital dengan menggunakan software yang ada.

4.2.3. Tanah

Metoda Pengumpulan Data


Pengumpulan data tata guna lahan dan geologi dilakukan melalui pengumpulan
data sekunder yang dapat diperoleh dari Dinas Pertambangan, Bappeda, BPN,
Bakosurtanal yang berupa peta tanah, geologi, tataguna lahan dan status
lahan. Sementara data primer tentang tanah diperoleh dari hasil pengamatan
langsung di lapangan. Ada dua bentuk pengamatan yang dilakukan, yaitu
pengamatan tanah dengan bor belgi dan pengamatan tanah profil dengan cara
membuat galian profil tanah (pits). Dari setiap profil tanah diambil contoh tanah
yang selanjutnya dianalisis di laboratorium.

Lokasi Pengambilan Contoh


Pengambilan contoh tanah melalui pemboran dilaksanakan dengan membuat
grid pada seluruh pulau, dengan jarak antar pemboran sejauh 25 x 25 meter.
Selanjutnya pengamatan profil dan pengambilan tanah utuh diambil dengan
pertimbangan sistem lahan, bahan induk, jenis tanah, satuan lahan dan
topografi.

Metoda Analisis Data


Tujuan pengambilan data tanah adalah untuk memprediksi tingkat bahaya erosi
dan kestabilan tanah yang berpengaruh terhadap kesetabilan lereng.
Selanjutnya data hasil analisa tanah diplot ke dalam peta yang menunjukkan
tingkat bahaya erosi dan tingkat kestabilan tanah, sehingga perencanaan
topografi/lereng dapat memenuhi nilai keamanan dan nilai estetika.

4.2.4. Hidrologi

Metoda Pengumpulan Data

PROPOSAL TEKNIS IV -7
Pengukuran debit dilakukan dengan mengetahui kecepatan limpasan air pada
kelas lereng yang berbeda beda. Debit ini dapat diukur dengan alat yang biasa
digunakan yaitu “current meter”. Selain debit air juga diukur kecepatan infiltrasi
air dan permeabilitasnya dengan alat yang secara umum dipakai yaitu
“infiltrometer”. Selain itu juga dilakukan pengukuran sediment terlarut/terangkut
dalam air di laboratorium.

Lokasi Pengambilan Contoh


Lokasi pengukuran debit dan sedimentasi, ditentukan dengan mempertimbang-
kan kondisi lereng, bahan induk dan tutupan lahan/vegetasi.

Metoda Analisis Data


Penghitungan debit air dapat digunakan metode rasional sementara sedimen
terlarut dapat digunakan metode “sediment delivery ratio”. Setelah diketahui
besar debit dan sedimen terlarut pada berbagai kondisi lereng, bahan induk dan
vegetasi, maka dapat direncanakan kondisi optimum yang dapat digunakan
dalam reklamasi pada berbagai tingkat lereng dan juga dapat ditentukan jenis
vegetasi yang dapat menurunkan debit dan sedimen terlarut.

4.2.5. Vegetasi

Metoda Pengumpulan Data


¾ Vegetasi Alam
Pengumpulan data vegetasi alam dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung di lapang (observasi lapang) secara diskriptif dengan mencatat jenis-
jenis yang ditemukan dan dengan menggunakan metoda jalur berpetak. Selain
itu dilakukan wawancara dengan penduduk dan melakukan studi pustaka
mengenai data vegetasi alam yang ada di wilayah studi.
¾ Vegetasi Budidaya
Informasi mengenai vegetasi budidaya dilakukan dengan pengamatan
langsung, wawancara dengan penduduk dan monografi desa serta studi

PROPOSAL TEKNIS IV -8
literatur. Data yang dikumpulkan adalah jenis tanaman yang dibudidayakan
oleh penduduk di sekitar lokasi.

Lokasi Pengambilan Contoh


Titik pengamatan vegetasi ditempatkan secara proposional pada 5 transek
yang memotong tegak lurus kontur dengan jarak antar transek adalah 100
meter. Selain itu diambil sampel pada titik ketinggian yang berbeda.
Metoda Analisis Data
Metoda analisis terhadap flora dilakukan secara matematis, diskriptif dan
tabulasi data-data lapangan terutama jenis-jenis yang dilindungi undang-
undang. Selanjutnya dapat di tentukan jenis vegetasi yang akan ditanam
supaya mendekati ke rona lingkungan awal.

4.2.6. Satwa

Metoda Pengumpulan Data


¾ Satwa Budidaya
Pengumpulan data jenis satwa budidaya dilakukan melalui pengamatan
langsung dan wawancara dengan penduduk serta melakukan studi pustaka.
¾ Satwaliar
Pengamatan satwaliar dilakukan melalui pengamatan langsung dan studi
literatur. Pengamatan langsung dilakukan dengan metoda perjumpaan
langsung dan membuat transek jalur dengan mencatat jejak satwa (kotoran,
sarang, dan jejak lain). Sedangkan pengamatan secara tidak langsung
dilakukan melalui wawancara dengan penduduk sekitar lokasi.

Lokasi Pengambilan Contoh


Titik pengamatan satwaliar sama dengan pengamatan vegetasi, yaitu
ditempatkan secara proposional pada 5 transek yang memotong tegak lurus
kontur dengan jarak antar transek adalah 100 meter. Sedangkan pengamatan
satwa budidaya dilakukan di desa terdekat.

PROPOSAL TEKNIS IV -9
Metoda Analisis Data
Metoda analisis terhadap satwa/fauna dilakukan secara matematis, diskriptif
dan tabulasi data-data lapangan terutama jenis-jenis yang dilindungi undang-
undang. Selanjutnya dapat ditentukan jenis satwa yang akan dikembalikan agar
mendekati kondisi rona lingkungan awal.

PROPOSAL TEKNIS IV - 10
BAB V.
RENCANA TEKNIS REKLAMASI TAMBANG DAN INPUT
TEKNOLOGI

Kegiatan reklamasi tambang harus sarat dengan teknologi untuk menunjang


keberhasilannya. Tahapan-tahapan dalam kegiatan reklamasi beserta teknologi
yang dipergunakan dijelaskan berikut ini:

1. Penetapan Sasaran Reklamasi

Sasaran akhir reklamasi adalah terciptanya lahan bekas tambang yang


kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat
dimanfaatkan kembali sesuai peruntukannya. Dengan demikian lahan hasil
reklamasi dapat secara aman dimanfaatkan untuk berbagai pengembangan
kegiatan pembangunan masyarakat.

2. Perencanaan Reklamasi

Mempersiapkan rencana reklamasi pasca tambang yang akan dilakukan.


Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain :
- Melakukan identifikasi areal yang akan direklamasi, yaitu melakukan
studi penginderaan jauh dengan melakukan kegiatan penafsiran citra
satelit beresolusi tinggi, seperti citra Iconos atau QuickBird.
- Melakukan survey lapangan, berupa pengukuran topografi pada areal
yang akan direklamasi dan penyelidikan kondisi tanah/batuan yang
terdapat pada areal yang akan direklamasi. Hasil pengukuran topografi
akan digunakan sebagai dasar kegiatan landscaping, sedangkan
penyelidikan kondisi tanah sangat berguna sebagai masukan dalam
kegiatan revegetasi.
- Membuat disain rencana teknis reklamasi yang akan dilakukan.

PROPOSAL TEKNIS V-1


3. Tataletak Lahan (Landscaping)

- Tahap kegiatan landscaping meliputi :


- Pembersihan lahan,
- Penggalian (cut),
- Pengambilan tanah penutup (quori),
- Penimbunan (fill),
- Penggaruan/perataan lahan, dan
- Pemadatan lahan.

4. Pengelolaan Tanah Pucuk dan Tanah penutup

Kegiatan pengelolaan tanah pucuk dan tanah penutup harus mengacu pada
hal-hal yang harus diperhatikan berikut ini :
- Tanah pucuk merupakan media tumbuh bagi tanaman
- merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan pertumbuhan
tanaman pada kegiatan reklamasi
- pengelolaan tanah pucuk adalah untuk mengatur dan memisahkan tanah
pucuk dengan lapisan tanah lain.
- Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan
ditempatkan pada tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya dan
timbunan tanah pucuk tidak lebih dari 2 meter
- Pengupasan tanah pucuk sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan
basah untuk menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah

5. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

Pengendalian erosi dan sedimentasi selayaknya tidak hanya dilakukan


beriringan pada tahap kegiatan penambangan saja, tetapi juga pada saat
kegiatan penutupan tambang, hal ini bertujuan agar program reklamasi yang
dilakukan dapat berjalan dengan semestinya.
a. Meminimasikan areal terganggu. Kegiatan ini dilakukan sebelum
kegiatan penambangan, yaitu dengan membuat rencana detail kegiatan
penambangan dan reklamasi, serta membuat batas-batas yang jelas
areal tahapan penambangan.

PROPOSAL TEKNIS V-2


b. Membatasi / mengurangi kecepatan air limpasan. Pembuatan teras-teras
serta saluran diversi (pengelak) dilakukan untuk membatasi atau
mengurangi kecepatan air limpasan yang dapat menggangu kestabilan
lahan.
c. Meningkatkan infiltrasi (peresapan air). Dilakukan dengan cara
penggaruan tanah serta pembuatan lubang-lubang tanaman.
d. Pengelolaan air yang keluar dari lokasi tambang. Dengan membuat
kolam sedimen (sedimen pond)

6. Revegetasi

Salah satu tahapan paling penting pada kegiatan reklamasi tambang adalah
revegetasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan revegetasi yaitu:
a. Penyusunan rancangan teknis tanaman.
Rancangan teknis tanaman adalah rencana detail kegiatan revegetasi
yang menggambarkan:
- Kondisi lokasi
- Jenis tanaman yang akan ditanam
- Uraian jenis pekerjaan
- Kebutuhan bahan dan alat
- Kebutuhan biaya
- Waktu pelaksanaan kegiatan

Rancangan diatas dapat disusun berdasarkan analisa kondisi biofisik


dan sosial ekonomi lokasi setempat. Kondisi biofisik meliputi topografi
(bentuk lahan), iklim, hidrologi, kondisi awal dan kondisi vegetasi asli.
Sedangkan data sosial ekonomi yang diperlukan atara lain demografi,
sarana, prasarana dan aksesibilitas.

Jenis tanaman yang digunakan adalah tumbuhan lokal yang sesuai


dengan iklim dan kondisi tanah setempat. Hal ini memungkinkan
tanaman dapat bekembang dengan baik, dibandingkan jika harus
mengintroduksi tanaman dari luar lokasi.

PROPOSAL TEKNIS V-3


b. Persiapan lapangan
Kegiatan persiapan lapangan yang akan digunakan untuk dilakukan
revegetasi meliputi 3 (tiga) hal pokok yaitu :
ƒ Pembersihan lahan
Pembersihan lahan ini sangat menentukan keberhasilan
reklamasi (revegetasi). Kegiatan ini meliputi pembersihan lahan
dari tanaman pengganggu (alang-alang, liliana dll.), hal ini
bertujuan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik tanpa ada
persaingan dengan tanaman pengganggu.
ƒ Pengolahan lahan
Pengolahan tanah diperlukan untuk menunjang perakaran
tanaman, sehingga unsur hara tanah dapat terserap secara
optimal. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan penggaruan.
Sementara untuk lahan dengan lereng yang curam pengolahan
dapat dilakukan searah dengan kontur.
ƒ Perbaikan tanah
Kualitas tanah yang kurang bagus bagi pertumbuhan tanaman
perlu mendapatkan perhatian khusus melalui perbaikan tanah
seperti penggunaan gypsum, kapur, mulsa, pupuk (organik
maupun anorganik). Dengan perlakuan tersebut diharapkan dapat
memperbaiki persyaratan tumbuh tanaman.
• Peningkatan bahan organik tanah
Bahan organik tanah dapat ditingkatkan dengan berbagai
cara :
1. Dengan penambahan pupuk kompos/organik.
Permasalahan dalam pengomposan adalah waktu
pengomposan yang lama. Tetapi sekarang telah banyak
dikembangkan produk yang dapat mempercepat
pengomposan seperti OrgaDec atau SuperDec.
2. Penanaman tanaman Cover Crop yang berumur pendek.
Selain dapat meningkatkan bahan organik tanah,
tanaman tersebut juga dapat meningkatkan kandungan
nitrogen tersedia. Tetapi cara ini membutuhkan waktu

PROPOSAL TEKNIS V-4


yang lebih lama dibandingkan dengan penambahan
bahan organik secara langsung.
• Pemupukan
Penggunaan pupuk anorganik (dosis, jenis dan waktu
pemupukan) dapat diterapkan setelah memper-hitungkan
kondisi hara tanah aktual. Hal ini dimaksud-kan supaya
tanaman mencapai pertumbuhan yang optimal.

c. Pengadaan bibit/persemaian
Bibit yang dibutuhkan utnuk revegetasi dapat memenuhi melalui
pembelian bibit siap tanam, atau melalui pengadaan bibit. Apabila
melalui pengadaan bibit dapa mengikuti ketentuan:
ƒ Pengadaan benih
Benih yang digunakan untuk revegetasi harus diperoleh dengan cara
mengumpulkan dari sumber benih atau membeli dari perusahaan
pengada yang telah ditunjuk secara resmi, sehingga benih dapat
diketahui secara jelas asal-usulnya dan bermutu tinggi/benih unggul.
ƒ Persemaian
(1) Pemilihan lokasi persemaian
Lokasi persemaian harus memenuhi persyaratan dekat dengan
sumber air, tanahnya datar dan mudah dicapai serta cukup
mendapat cahaya matahari. Kondisi ekologisnya mendekati calon
areal penanaman.
(2) Tahapan dan kegiatan Pembuatan Persemaian
a. Penaburan benih
Benih yang berukuran halus sebelum ditabur, lebih dahulu
dicampur dengan pasir halus. Sementara benih dengan
ukuran lebih besar ditabur langsung di bedeng tabur atau
kantung semai.
b. Penyapihan
Penyapihan dilakukan untuk memindahkan bibir siap sapih
dari bak perkecambahan ke pot yang telah diisi media sapih
dan dilaksanakan di rumah pertumbuhan.

PROPOSAL TEKNIS V-5


c. Pemeliharaan bibit
Untuk memperoleh bibit yang baik perlu dilakukan penyiraman,
pemupukan, penyulaman, penyiangan rumput, pemotongan
akar serta pemberantasan hama dan penyakit.
d. Pemanenan dan pengangkutan bibit
Setelah bibit memiliki pertumbuhan yang normal, perakaran
yang baik dan tidak terserang penyakit, maka bibit siap
dipanen dan ditanam dilapangan.

d. Pelaksanaan penanaman
Tahapan dalam pelaksanaan penanaman meliputi pengaturan arah
larikan tanaman, pemasangan ajir, distribusi bibit, pembuatan lubang
tanam dan penanaman.
ƒ Pemasangan arah larikan
Arah larikan tanaman biasanya sejajar kontur atau pada daerah relatif
datar.
ƒ Pemasangan ajir
Pemasangan ajir mengikuti arah larikan tanaman. Pemasang-an ajir
tanaman mengikuti jarak tanam yang ditetapkan biasanya 2 x 3
meter.
ƒ Distribusi bibit
Dilakukan setelah kegiatan pembuatan lubang tanam atau dilakukan
setelah penanaman ajir.
ƒ Pembuatan Lubang dan Penanaman Tanaman
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm. Sebelum bibit
ditanam terlebih dulu diamati apakah daunnya sehat dan begitu juga
dengan kondisi perakarannya.

Untuk penanaman di areal yang relatif datar dapat dilaksanakan sesuai


dengan prosedur diatas. Tetapi prosedur tersebut tidak dapat diterapkan
pada lokasi dengan lereng yang curam. Oleh karena itu, dapat
digunakan cara yang kami sebut sebagai ”Spike Plantation Technology”.
Metode ini merupakan adopsi dari cara-cara yang telah dilakukan oleh

PROPOSAL TEKNIS V-6


masyarakat dari sejak dulu, hanya saja dalam perkembangan-nya
ditambahkan beberapa cara yang dapat mempermudah pelaksanaan
dan meningkatkan keberhasilan revegetasi.
ƒ Tahap Persiapan
Pada tahap ini perlu disiapkan bambu (diameter 15-20 cm) yang
dipotong sebanyak 2 ruas yang dibuat runcing pada bagian ujungnya.
Bambu tersebut diberi rongga pada permukaannya. Selanjutnya
bambu tersebut diisi dengan campuran tanah, kotoran ternak
(sebagai bahan organik), bibit rumput dan cacing tanah.
ƒ Tahap Aplikasi
Setelah seluruh persiapan selesai, selanjutnya bambu tersebut
ditancapkan pada diding areal yang curam. Dengan cara ini
diharapkan cacing yang berada di dalam bambu dapat
menggemburkan tanah pada daerah yang ditancapi bambu dan
rumputnya dapat menjalar ke permukaan tanah dan menguatkan
kesetabilan tanah. Selanjutnya areal tersebut dapat ditanam dengan
tanaman tahunan yang diadopsi dari tanaman lokal.

e. Pemeliharaan
Semua metode penanaman akan berkurang tingkat keberhasilannya jika
tidak didukukng oleh pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan tanaman
dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tanaman sehingga dapat
diwujudkan keadaan yang optimum bagi pertumbuhan tanaman. Hal-hal
yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman berupa penyulaman,
pengendalian gulma, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit.
ƒ Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau rusak, dan tidak
sehat, untuk memperoleh pertumbuhan tanaman mencapai > 95%
dan harus dilakukan 15 – 30 hari setelah penanaman.
ƒ Pengendalian Gulma
Hal ini dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi. Secara
mekanis dapat dilakukan dengan penyiangan dan pendangiran,

PROPOSAL TEKNIS V-7


sedangkan secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan
herbisida.
ƒ Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk memacu pertumbuhan tanaman. Dalam
menentukan jenis, dosis dan waktu pemupukan perlu pertimbangan
jenis tanaman dan kesuburan tanah, serta terlebih dahulu dilakukan
analisa tanah.
ƒ Pengendalian Hama dan Penyakit
Kegiatan ini dapat dilakukan secara kimiawi jika kebutuhan sangat
mendesak, dimana keadaan cenderung menggagal-kan revegetasi
secara keseluruhan.

PROPOSAL TEKNIS V-8


BAB VI.
SUSUNAN TIM DAN JADWAL PEKERJAAN

Untuk mewujudkan pendekatan dan metodologi yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, diperlukan rencana kerja dan pelaksanaan pekerjaan yang
rasional sesuai jangka waktu yang tersedia. Langkah pertama adalah
menetapkan indikator kemajuan pekerjaan, yang terdiri dari :

1. Terbitnya Surat Perintah Kerja (SPK)


2. Persetujuan Kerangka Acuan Kerja
3. Persetujuan terhadap Desain Program Menyeluruh Rehabilitasi Lahan di
Pulau Gee Pasca Penambangan
4. Diterimanya seluruh pekerjaan.

Dari 4 (empat) indikator kemajuan pelaksanaan tersebut, pada dasarnya hanya


akan dapat terwujud sesuai jadwal apabila terdapat kerjasama yang baik antara
Tim Konsultan dengan para pihak terkait. Dari pihak Tim Konsultan akan
berusaha sekuat tenaga untuk memberikan segala sumber daya yang terbaik.
Disamping itu, kunci penyelesaian masalah keterbatasan waktu adalah adanya
kerjasama yang harmonis antara konsultan dengan pihak pemberi kerja.

5.1. Organisasi dan Manajemen

Agar tolok ukur/indikator keberhasilan dari setiap sasaran pekerjaan dapat


tercapai, sebelum tenaga ahli bertugas, kami akan melakukan konsolidasi
manajemen untuk mempersiapkan sebuah tim yang solid. Dalam melakukan
konsolidasi, strateginya adalah :
1. Kami akan mempelajari misi dan visi program yang terkait dengan
kegiatan dari pemberi kerja.
2. Misi dan visi tersebut akan dijadikan “jiwa/ruh” di segala aspek dalam
mencapai sasaran (goal) yang diharapkan.

PROPOSAL TEKNIS VI - 1
3. Dalam aspek teknis-manejemen, kami akan bertumpu pada strategi
penanganan pekerjaan yang tepat dan organisasi tim konsultan yang
efisien.
4. Dalam aspek sumber daya manusia, kami telah memilih tenaga ahli yang
memiliki motivasi tinggi dan bekerja sesuai dengan tuntutan pihak
pemberi kerja dan mampu melihat keterbatasan jangka waktu proyek
justru sebagai tantangan yang akan menggairahkan.
5. Dengan pendekatan demikian, kami akan mampu memberikan
pemecahan (solusi) terhadap masalah-masalah yang nantinya bakal
dihadapi.

5.2. Susunan Tim dan Uraian Tugas

Untuk mendukung kegiatan dari awal hingga akhir, Konsultan akan


menyediakan tim Tenaga Ahli yang mempunyai pengalaman cukup dalam
menjamin keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. Komposisi dan kualifikasi Tim
Tenaga Ahli yang terlibat serta uraian tugasnya dalam pekerjaan ini seperti
disajikan pada tabel berikut ini.

KOMPOSISI TIM DAN TUGAS-TUGASNYA

Posisi Uraian Tugas


Team Leader, Ahli Reklamasi - Bertanggung jawab terhadap seluruh aktifitas Tim
Lahan dan Lingkungan termasuk produk-produk yang dihasilkan.
- Bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan
koordinasi baik di tingkat pusat maupun daerah.
- Mengusulkan perencanaan strategis, perencanaan
kinerja, dan pengukuran kinerja setiap
program/kegiatan
- Merumuskan persoalan baik ditingkat pusat maupun
daerah.
- Mengeksplorasikan berbagai indikator kinerja,
perencanaan strategis, dan dampak dan manfaat
kegiatan-kegiatan bidang perencanaan teknis lahan.

PROPOSAL TEKNIS VI - 2
- Memastikan terakomodasinya berbagai masukan
berupa kendala permasalahan dalam pemahaman,
mendalam tentang rencana teknis reklamasi lahan
serta pelaporan.
- Memastikan terselenggaranya proses penyusunan
laporan secara partisipatif.
Ahli Kesuburan dan Fito- - Bertanggung jawab terhadap analisa kesuburan tanah
remediasi secara detil dan cara-cara penanganannya.
- Memberikan solusi/masukan/saran berupa input
teknologi yang akan diberikan pada saat reklamasi
berlangsung.
- Membantu Team Leader dalam menyusun laporan
dan presentasi laporan.
Ahli Lansekap - Bertanggung jawab terhadap aspek topografi dan
penataan lokasi sehingga mempunyai nilai estetika
yang tinggi.
- Melakukan analisis kestabilan lereng dan cara-cara
penanganannya.
- Membantu Team Leader dalam menyusun laporan
dan presentasi laporan.
Ahli Tanah/Kon-servasi - Bertanggung jawab terhadap analisis kemampuan
tanah dalam rangka pengembangan lahan khususnya
yang berkaitan dengan pengembangan sektor
pertanian dan perkebunan.
- Melakukan identifikasi erosi yang terjadi sekaligus
melakukan analisa hidrologi kawasan pulau Gee.
- Melakukan identifikasi kelayakan tanaman yang dapat
dikembangkan di lahan tersebut.
- Membantu Team Leader dalam menyusun laporan
dan presentasi laporan.
Ahli Kehutanan/Silvikultur - Bertanggung jawab terhadap analisis kelayakan
pengembangan tanaman (perkebunan/kehutanan)
termasuk melakukan perhitungan kelayakan secara
finansial dari pengembangan lahan tersebut.
- Melakukan identifikasi kelayakan jenis tanaman yang
dapat dikembangkan di lahan tersebut.
- Membantu Team Leader dalam menyusun dan
presentasi laporan.

PROPOSAL TEKNIS VI - 3
Ahli Geoteknik - Melakukan analisis batuan yang ada berkaitan
dengan kestabilan lereng

- Bersama-sama ahli tanah merancang tindakan


konservasi yang akan dilakukan

- Membantu Team Leader dalam menyusun laporan


dan presentasi laporan.

6.2. Jadwal Pekerjaan dan Network Planning

Konsultan memandang bahwa pekerjaan ini pada hakekatnya terdiri dari


sejumlah kegiatan yang dirangkaikan antara satu dengan yang lainnya maupun
tidak. Dalam hal ini teori network planning dapat mengatur rangkaian dari
kegiatan-kegiatan tersebut sehingga benar-benar dapat dilaksanakan secara
efisien dan efektif. Dengan memakai metode network planning ini, Konsultan
dapat dengan mudah mengetahui interelasi kegiatan dengan urutan yang logis,
mengidentifikasi jalur kritis (critical path) secara mudah dan yang tidak kalah
pentingnya yaitu dapat mendeteksi masalah-masalah yang harus segera
ditangani.

Berdasarkan analisis Konsultan, dalam pekerjaan ini terdapat beberapa


tonggak kemajuan (milestone), yaitu event-event yang mempunyai fungsi kunci
dilihat dari pencapaian keberhasilan pekerjaan yang apabila terlambat akan
mempunyai dampak negatif terhadap kegiatan-kegiatan lainnya, antara lain :

(a) Terbitnya Surat Perintah Kerja (SPK) dari Pemberi Kerja


(b) Persetujuan Desain Metode Pelaksanaan Pekerjaan dari Tim Teknis
(Counterpart)
(c) Persetujuan terhadap Rancangan dan Rencana Teknis dari Tim Teknis
(Counterpart)
(d) Persetujuan terhadap Rancangan dan Rencana Teknis dari Pihak Terkait
(Stakeholder) baik di pusat maupun di daerah dan masyarakat
(e) Diterimanya seluruh pekerjaan

PROPOSAL TEKNIS VI - 4
Mengingat keterbatasan waktu pekerjaan, maka Konsultan mengambil langkah-
langkah sebagai berikut:

(a) Mengkaji dan mengidentifikasi lingkup pekerjaan, menguraikan atau


memecahkan menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang
menjadi komponen pekerjaan.
(b) Menyusun kembali komponen-komponen tersebut menjadi mata rantai
dengan urutan yang sesuai logika ketergantungan, yang dapat berbentuk
seri dan atau pararel.
(c) Memberikan perkiraan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang
dihasilkan dari penguraian lingkup pekerjaan.
(d) Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) dan tenggang waktu penyelesaian
pekerjaan (float) pada network planning, yaitu jalur yang terdiri dari
rangkaian kegiatan yang apabila terlambat akan menyebabkan
keterlambatan pekerjaan secara keseluruhan.

PROPOSAL TEKNIS VI - 5

You might also like