You are on page 1of 4

Morfologi/bentuk bakteri

Berbagai bentuk tubuh bakteri


Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
 Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa
variasi sebagai berikut:
o Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
o Diplococcus, jka bergandanya dua-dua
o Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
o Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
o Staphylococcus, jika bergerombol
o Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
 Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan
mempunyai variasi sebagai berikut:
o Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
o Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
 Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai
berikut:
o Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran
o Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena
itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri
yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.
Alat gerak bakteri
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk
lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus
jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikro, dan
panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri
dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
 Atrik, tidak mempunyai flagel.
 Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
 Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
 Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.
 Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu,
kelembapan, dan cahaya.
 Suhu
Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan:
 Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C, dengan suhu
optimum 15 °C.
 Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C, dengan suhu
optimum 25° – 40 °C.
 Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75 °C,
dengan suhu optimum 50 - 65 °C
Pada tahun 1967 di Yellow Stone Park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu
93° – 500 °C.
 Kelembapan
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan
kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses
pembekuan dan pengeringan.
 Cahaya
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel
mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi
komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh
cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan.
Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia
tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang
anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut
endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air.
Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat
tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah
satu ujungnya.
Pertumbuhan Bakteri Dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Temperatur, umumnya bakteri tumbuh baik pada suhu antara 25 - 35 derajat C.
2. Kelmbaban, lingkungan lembab dan tingginya kadar air sangat menguntungkan untuk
pertumbuhan bakteri
3. Sinar Matahari, sinar ultraviolet yang terkandung dalam sinar matahari dapat mematikan
bakteri.
4. Zat kimia, antibiotik, logam berat dan senyawa-senyawa kimia tertentu dapat menghambat
bahkan mematikan bakteri.

Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan
atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh
bakteri.
Golongan antibiotika
Antibiotika dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Antibiotika golongan aminoglikosid, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari
bakteri.
2. Antibiotika golongan sefalosforin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta
mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri.
3. Antibiotika golongan klorampenikol, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari
bakteri.
4. Antibiotika golongan makrolida, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
5. Antibiotika golongan penisilin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan.
6. Antibiotika golongan beta laktam golongan lain, bekerja dengan menghambat sintesis
peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri.
7. Antibiotika golongan kuinolon, bekerja dengan menghambat satu atau lebih enzim
topoisomerase yang bersifat esensial untuk replikasi dan transkripsi DNA bakteri.
8. Antibiotika golongan tetrasiklin, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
9. Kombinasi antibakteri
10. Antibiotika golongan lain
Macam-macam antibiotika
Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan kimiawinya.
Ada enam kelompok antibiotika[1] dilihat dari target atau sasaran kerjanya(nama contoh diberikan
menurut ejaan Inggris karena belum semua nama diindonesiakan atau diragukan
pengindonesiaannya):
 Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan
Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
 Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, misalnya rifampicin,
actinomycin D, nalidixic acid;
 Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin, chloramphenicol,
kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;
 Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
 Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya oligomycin,
tunicamycin; dan
 Antimetabolit, misalnya azaserine.
1. Apa sebetulnya manfaat antibiotika?
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dibuat untuk melawan bibit penyakit, khususnya
kuman. Ada beragam jenis kuman, ada kuman yang besar, ada yang kecil, dengan sifat yang
beragam pula.
Kuman cenderung bersarang di organ tertentu di tubuh yang ditumpanginya. Ada yang suka
di otak, di paru-paru, di usus, saraf, ginjal, lambung, kulit, atau tenggorok, dan lainnya. Di
organ-organ tempat bersarangnya itu, kuman tertentu menimbulkan infeksi. Kuman tipus
menimbulkan penyakit tipus di usus, kuman TBC di paru-paru, selain bisa juga di tulang,
ginjal, otak, dan kulit. Kuman lepra di saraf dan kulit, kuman difteria di tenggorokan, tetanus
di saraf, dan banyak lagi
 
Awalnya, ditemukan jenis antibiotika penisilin, lalu sulfa, yang digunakan untuk mengobati
semua penyakit infeksi. Sekarang, sudah berpuluh-puluh jenis antibiotika ditemukan, baik
dari rumpun yang sama, maupun dari jenis yang lebih baru. Setiap antibiotika memiliki
kemampuannya sendiri dalam melawan kuman. Itu sebab, setiap rumpun kuman memiliki
penangkalnya masing-masing yang spesifik. Namun, kebanyakan antibiotika bersifat serba
mempan atau broadspectrum. Artinya, semua kuman dapat dibasminya.
Selain itu, ada pula jenis antibiotika yang sempit pemakaiannya, spesifik hanya untuk kuman-
kuman tertentu saja. Misalnya, antibiotika untuk kuman TBC (mycobacterium tuberculosis),
untuk lepra atau kusta (mycobaterium leprae), atau untuk tipus (salmonella tyhphi).

2.Kapan antibiotika digunakan?


Antibiotika digunakan jika ada infeksi oleh kuman. Infeksi terjadi jika kuman memasuki
tubuh. Kuman memasuki tubuh melalui pintu masuknya sendiri-sendiri. Ada yang lewat
mulut bersama makanan dan minuman, lewat udara napas memasuki paru-paru, lewat luka
renik di kulit, melalui hubungan kelamin, atau masuk melalui aliran darah, lalu kuman
menuju organ yang disukainya untuk bersarang.

Gejala umum tubuh terinfeksi biasanya disertai suhu badan meninggi, demam, nyeri kepala,
dan nyeri. Infeksi di kulit menimbulkan reaksi merah meradang, bengkak, panas, dan nyeri.
Contohnya bisul. Di usus,
bergejala mulas, mencret. Di saluran napas, batuk, nyeri tenggorok, atau sesak napas. Di otak,
nyeri kepala. Di ginjal, banyak berkemih, kencing merah atau seperti susu.
Namun, gejala suhu tubuh meninggi, demam, nyeri kepala, dan nyeri, bisa juga bukan
disebabkan oleh kuman, melainkan infeksi oleh virus atau parasit. Dari keluhan, gejala dan
tanda, dokter dapat mengenali apakah infeksi disebabkan oleh kuman, virus, atau parasit.

Penyakit yang disebabkan bukan oleh kuman tidak mempan diobati dengan antibiotika.
Untuk virus diberi antivirus, dan untuk parasit diberi antinya, seperti antimalaria, antijamur,
dan anticacing. Jika infeksi oleh jenis kuman yang spesifik, biasanya dokter langsung
memberikan antibiotika yang sesuai dengan kuman penyebabnya. Misal bisul di kulit,
tetanus, difteria, tipus, atau infeksi mata merah.

Untuk infeksi yang meragukan, diperlukan pemeriksaan khusus untuk memastikan jenis
kuman penyebabnya. Caranya dengan melakukan pembiakan (kultur) kuman. Bahan
biakannya diambil dari darah atau air liur, dahak, urine, tinja, cairan otak, nanah kemaluan,
atau kerokan kulit.

Dengan biakan kuman, selain menemukan jenis kumannya, dapat langsung diperiksa pula
jenis antibiotika yang cocok untuk menumpasnya (tes resistensi). Dengan demikian,
pengobatan infeksinya lebih tepat. Jika tidak dilakukan tes resistensi, bisa jadi antibiotika
yang dianggap mampu sudah tidak mempan, sebab kumannya sudah kebal terhadap jenis
antibiotika yang dianggap ampuh tersebut.

You might also like