Professional Documents
Culture Documents
A. LATAR BELAKANG
kebijakan yang dikeluarkannya diharapkan dapat memberi wujud yang nyata dari
segala bidang pada saat ini masih dalam suatu proses perbaikan, yang mana
pemerintah selaku penguasa harus lebih terbuka kepada masyarakat, agar dalam
masyarakat, yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dan harus dilakukan
1
pengontrolan dan pengawasan terhadap pembangunan tersebut, agar dikemudian
dilakukan melalui kebijakan yang diambil oleh pemerintah mengenai sarana dan
prasarana dalam pembangunan fisik yang dilakukan masyarakat secara luas, salah
pembangunan yang perlu adanya pengaturan antara lain hasil hutan berupa kayu
dan bahan-bahan seperti besi/baja, pipa, batu, kerikil, pasir, batubata, minyak
bumi dan lain sebagainya. Sumber kekayaan tersebut diatur dan dikuasai oleh
negara sebagaimana diatur dalam Undang - Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3)
disebutkan bahwa Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
kekayaan alam juga dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria atau yang biasa kita sebut dengan
UUPA yaitu terdapat dalam pasal 2 yang menyebutkan bahwa hak menguasai dari
negara atas sumber daya alam memberi kewenangan kepada negara untuk : (a)
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut; (b) menentukan dan mengatur
2
orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang
angkasa.
tanah/bumi, air dan ruang angkasa, oleh karena itu negara memiliki kewenangan
untuk dapat melakukan pengaturan dalam hal penggunaannya agar tidak memberi
Kayu, besi/baja, pipa, batu, kerikil, pasir, batubata dan bahan lainnya
pengaturan, pengontrolan, dan pengawasan secara lebih lanjut. Salah satu bentuk
bundar, kayu masak dan bahan bangunan lainnya. Peraturan tersebut mengatur
mengenai kewajiban memiliki ijin apabila orang pribadi atau usaha yang
berbadan hukum melakukan kegiatan penumpukan kayu masak, kayu bundar dan
3
Tahun 2000 tentang ketentuan tempat penumpukan kayu bundar, kayu masak dan
bahan bangunan lainnya yaitu kegiatan menumpuk terhadap kayu bundar, kayu
masak dan segala macam bahan-bahan yang dapat digunakan untuk suatu
bangunan seperti besi/baja, pipa, balok, papan, kayu, batu, kerikil, pasir, batubata
dan bahan bangunan lainnya sudah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 22
Nomor 27 Tahun 2000 tentang ketentuan tempat penumpukan kayu bundar, kayu
lain :
1. Pasal 2 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap orang pribadi atau badan
Samarinda.
2. Pasal 4 yang menyatakan bahwa izin dapat dicabut apabila, atas permintaan
secara tertulis oleh pemegang izin, pemegang izin meninggal dunia kecuali
apabila ahli waris dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah pemegang izin
kepada kepala Daerah untuk meneruskan izin selama sisa jangka waktu
Pemerintah daerah.
4
Dari ketentuan-ketentuan tersebut diatas jelas bahwa orang pribadi
bahan-bahan yang disebutkan diatas harus memiliki ijin tempat penumpukan dari
walikota samarinda.
besi/baja, pipa, batu, kerikil, pasir, batubata dan bahan lainnya menurut peraturan
Perlu adanya pengaturan yang lebih rinci mengenai kegiatan penumpukan bahan
bangunan tersebut secara lebih jelas dan di tegakkan sesuai dengan peraturan
terhadap kegiatan menumpuk terhadap bahan kayu dan bahan bangunan lainnya
kehidupan masyarakat.
ketentuan tempat penumpukan kayu bundar, kayu masak dan bahan bangunan
Kunjang Kota Samarinda. Sehingga dari uraian diatas, Penulis membahas dalam
5
Efektivitas Penegakan Hukum Peraturan Daerah Nomor 22 tahun 2004
B. RUMUSAN MASALAH
Kota Samarinda ?
tempat penumpukan kayu bundar, kayu masak dan bahan bangunan lainnya
6
kayu bundar, kayu masak dan bahan bangunan lainnya Di Kecamatan
2. Manfaat Penelitian
7
D. Landasan Teoritis
1. Pengertian Efektivitas
Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif dalam bahasa
sikap warga masyarakat yang sesuai dengan hukum, atau pada kerasnya
1968:187-199).
8
apakah hukum itu “berlaku tidak”. Dalam teori-teori hukum tentang
kaidah hukum atau sebuah peraturan berfungsi bahkan hidup dalam tatanan
kaidah yang lebih tinggi tingkatannya, atau bila terbentuk menurut cara
dapat diartikan bahwa agar suatu hukum berfungsi atau agar hukum itu
benar-benar hidup dan bekerja dalam masyarakat maka suatu hukum atau
kaidah hukum harus memenuhi ketiga macam unsur tersebut diatas, Hal
tersebut karena :
9
- Jika hukum hanya berlaku secara yuridis maka kaidah itu
(dwaangmatreegel);
Maka sudah menjadi sebuah postulat atau asumsi yang pasti bahwa
hukum akan berfungsi dan bekerja serta hidup dalam masyarakat jika dalam
hukum (baik materi atau kaidahnya) dapat belaku secara yuridis, sosiologis
dan filosofis, hal tersebut dalam ilmu hukum dikenal dengan “Laws of Life”
hukum dapat berjalan dengan baik. Lima pilar hukum itu adalah instrumen
10
(political will) dari para pengambil keputusan merupakan faktor yang
atau peralatan yang tepat atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan,
jauh tujuan tercapai, baik secara kualitas maupun waktu, orientasinya pada
derajat pencapaian hasil yang diharapkan, semakin besar hasil yang dicapai
adalah :
11
hukum yang berlaku secara yuridis, sosiologis, dan filosofis. Suatu hukum
hukum tersebut diakui atau dapat diterima oleh masyarakat kepada siapa
sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi. Dalam
menjadi peraturan hukum yang mati atau dirasakan sebagai suatu tirai
tersebut dapat berlaku lama dan demikian akan didapat suatu kekekalan
yang dinamis. Karena itu materi yang diatur dalam peraturan perundang-
12
undangan haruslah lengkap, yang dirumuskan dengan teliti dan cermat
salah satu faktor yang menentukan proses penegakan hukum tidak hanya
1986:13).
13
Menurut Zainuddin Ali (2006:63), mengemukakan penegak hukum atau
sangat luas, sebab menyangkut petugas pada strata atas, menengah, dan
wewenangnya.
14
pemegang peranan (role occupant). Suatu hak sebenrnya merupakan
unsur-unsur, antara lain : peranan yang ideal (ideal role), peranan yang
atau fasilitas yang memadai, penegakan hukum tidak akan dapat berjalan
15
sebaiknya dianuti jalan pikiran sebagai berikut (Purbacaraka dan Soerjono
Soekanto 1983) :
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
16
yang mencerminkan 2 (dua) keadaan ekstrem yang harus diserasikan.
nilai-nilai yang menjadi dasar dari hukum adat agar hukum perundang-
spiritual atau non materiil. Sebagai suatu sistem ( atau subsistem dari sistem
17
hubungan antara lembaga-lembaga tersebut, hak-hak dan kewajiban-
baik (sehingga dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari).
positif atau negatifnya terletak pada isi unsur-unsur itu. Kelima unsur tersebut
di atas ini saling berkaitan dengan erat, oleh karena merupakan esensi dari
18
menjadi begitu kompleks dan sangat birokratis. Faktor- faktor yang dominan
asas dengan asas yang lain tidak saling menegasikan atau bertentangan, (b)
sebab tidak jarang ada sejumlah undang-undang yang tidak operasional, baik
dengan aturan pelaksanaan itu pada akhirnya keluar sudah tidak relevan lagi
3) Sarana dan Prasarana, apakah aparat penegak hukum sudah dilengkapi dengan
19
kecenderungan penyimpangan sosial masyarakat, termasuk ketersediaan
hukum, tentang ketertiban, dan tentang fungsi penegak hukum. Sebab dalam
teguh hukum rakyat (folks law) pemahaman tentang apa itu hukum, apa itu
ketertiban, dan apa itu penegak hukum bisa berbeda dengan yang
dapat terlihat dari banyaknya tindakan main hakim sendiri yang terjadi dalam
20
masyarakat, baik yang dilakukan masyarakat pada umumnya maupun yang
pergaulan hidup.
peranan sebagai pelaksana atau penegak hukum (misalnya para hakim, jaksa,
21
pola interaksi antara polisi, jaksa, hakim, petugas pemasyarakatan, pengacara,
tindaknya.
penjabaran secara lebih konkrit lagi, oleh karena nilai-nilai lazimnya bersifat
22
kaidah, dalam hal ini kaidah-kaidah hukum, yang mungkin berisikan suruhan,
hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur
penegak hukum yang terlibat tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi,
23
kerja kelembagaannya; (ii) budaya kerja yang terkait dengan aparatnya,
hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materilnya maupun hukum
ketiga aspek itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan
keadilan itu sendiri secara internal dapat diwujudkan secara nyata. Namun,
hukum di negara kita selama ini, sebenarnya juga memerlukan analisis yang
lebih menyeluruh lagi. Upaya penegakan hukum hanya satu elemen saja dari
Hukum tidak mungkin akan tegak, jika hukum itu sendiri atau belum
sebagian besar merupakan warisan masa lalu yang tidak sesuai lagi dengan
tuntutan zaman. Artinya, persoalan yang kita hadapi bukan saja berkenaan
pembuatan hukum baru. Karena itu, ada empat fungsi penting yang
legislation of law atau Law and rule making), (ii) sosialisasi, penyebarluasan
24
dan (iii) penegakan hukum (the enforcement of law). Ketiganya membutuhkan
hukum dan sistem hukum dapat disebut sebagai agenda penting yang keempat
sebagai tambahan terhadap ketiga agenda tersebut diatas. Dalam arti luas, The
executing) dan tata administrasi hukum itu sendiri dalam pengertian yang
publikasi berbagai produk hukum yang ada selama ini telah sikembangkan
(vonius) hakim di seluruh jajaran dan lapisan pemerintahan dari pusat sampai
ke daerah-daerah.
25
2. Penegak hukum dapat pula dilihat sebagai institusi, badan atau organisasi
kayu masak adalah kayu yang sudah diolah dalam bentuk bahan yang siap
Masak dan Bahan Bangunan Lainnya yaitu pada Ketentuan Umum Pasal 1
huruf g, yang menyatakan bahwa bahan bangunan adalah segala macam jenis
besi/baja, pipa, balok, papan, kayu, batu, kerikil, pasir, batu bata, dan lain
sebagainya.
26
Dalam Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 22 Tahun 2004
Masak dan Bahan Bangunan Lainnya yaitu pada Ketentuan Umum Pasal 1
penumpukan kepada orang pribadi atau badan hukum yang menumpuk kayu
Samarinda.
a. Ketentuan Perizinan
Untuk mendapatkan izin tersebut, orang pribadi atau usaha yang berbadan
izin ini sebelumnya harus ada rekomendasi dari instansi yang berwenang
27
Izin dapat dicabut apabila :
Daerah.
b. Retribusi
c. Larangan
28
Penumpukan Kayu Bundar, Kayu Masak Dan Bahan Bangunan Lainnya
d. Ketentuan Pidana
bahwa barang siapa yang melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan (2)
diwilayah kota samarinda, Pasal 6 yang berisi tentang Larangan dan Pasal
e. Penyidikan
29
Kegiatan penyidikan yang diatur dalam Peraturan daerah ini
Pajak Daerah.
30
7. Menyuruh berhenti melarang seseorang meninggalkan ruang
angka 5.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
analisa empiris adalah masyarakat (data primer). Dengan melalui penelitian data
31
tertentu. Oleh karena obyeknya adalah manusia dalam pergaulan hidup, maka
variable tersebut tak akan mungkin dikuasai secara mutlak. Pada analisa yuridis
dan dijalani oleh manusia terutama untuk mencapai keserasian antara ketertiban
2. Pendekatan Penelitian
hukum tetap.
peneliti tidak beranjak dari aturan hukum yang ada. Hal ini dilakukan
32
karena memang belum atau tidak ada aturan hukum untuk masalah yang
dihadapi.
semua Undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum
lebih 2 bulan. Dilakukan pada bulan Maret sampai April tahun 2010, agar data
4. Lokasi penelitian
Data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini bersumber dari data
primer, data sekunder dan data tertier yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Data Primer
33
bahan bangunan lainnya di Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda
Samarinda, dan hasil dari wawancara pada beberapa pihak yang terkait
b. Data Sekunder
Data hasil sekunder diperoleh dari hasil studi pustaka terdiri dari buku-
c. Data Tertier
baik itu berupa wawancara yang bersifat tertutup maupun terbuka yang
34
b. Penelitian kepustakaan, dimana dalam pengumpulan data ini
terkumpul sudah lengkap, sudah benar, dan sudah sesuai atau relevan
dengan masalah
sistematisasi data.
8. Analisis Data
35
deskritif dalam bentuk kalimat yang benar, lengkap, sistematis, sehingga tidak
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika dalam penulisan skripsi ini akan penulis bagi dalam bab per bab
yang terdiri dari empat bab, dimana secara keseluruhan merupakan rangkaian
pembahasan dari penulisan skripsi ini yang memberikan gambaran mengenai isi
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini landasan teoritis adalah suatu uraian tentang pokok dasar
36
mengenai (pengertian efektivitas, unsur-unsur yang mempengaruhi
Pada bab ini akan memuat uraian tentang analisis mengenai efektivitas
BAB IV : PENUTUP
yang telah dibahas pada bab sebelumnya, serta saran yang kiranya
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
37
38