Professional Documents
Culture Documents
PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NON FORMAL
PUSAT KURIKULUM
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Jakarta, Tahun 2007
Daftar Isi I
I Pendahuluan
A Latar Belakang 1
B Pengertian 2
1 Kurikulum 3
2 Kerangka Pengembangan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini 3
C Tujuan 3
D Ruang Lingkup 3
II Landasan Pendidikan Anak Usia di Indonesia
A Landasan Yuridis 4
B Landasan Operasional 7
III Konsep Teori Pengembangan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
A Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini 8
B Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini 8
C Hakikat Program Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini 9
IV Pendekatan dan Asas Pembelajaran Usia Dini
A Pendekatan Pembelajaran
B Asas-asas Pembelajaran
V Struktur Kurikulum 13
VI Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Anak Usia 14
Dini (Lahir – 6 Tahun)
VII Pengembangan Kerangka Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Anak Usia Dini
A Arah dan Sasaran 64
B Prinsip Pengembangan 64
IX Penilaian 64
X Penutup 64
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum merupakan salah satu bagian penting dalam proses
pendidikan. Kurikulum merupakan alat untuk membantu pendidik dalam melakukan
tugasnya, sebab kurikulum secara umum dapat didefinisikan sebagai rencana yang
dikembangkan untuk memperlancar proses pembelajaran.
Pendidikan anak usia dini adalah masa yang penting, karena awal kehidupan anak
merupakan masa yang paling tepat dalam memberikan dorongan atau upaya
pengembangkan agar anak dapat berkembang secara optimal. Pengalaman yang
dialami anak pada masa awal pertumbuhan dan perkembangannya akan berdampak
pada kehidupannya di masa yang akan datang. Oleh karena itu pada masa usia dini
perlu dilakukan upaya pendidikan yang meliputi program stimulasi, bimbingan,
pengasuhan dan kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan berbagai potensi yang
dimiliki anak yang diimplementasikan melalui pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum anak usia dini sekarang ini dilakukan karena adanya
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pengembangan kurikulum ini
diharapkan dapat menjadi standar acuan pendidik dan penyelenggara pendidikan
dalam membuat perencanaan, pelaksanaan pembelajaran serta penilaian (evaluasi)
pembelajaran.
B. Pengertian
1. Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
C. Tujuan
Kerangka pengembangan kurikulum anak usia dini ini bertujuan untuk
memberikan panduan kepada pendidik dan tenaga kependidikan agar dapat
mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal dalam lingkungan
pendidikan yang kondusif, demokratis, kooperatif dan kompetitif.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kerangka pengembangan kurikulum pendidikan anak usia dini
meliputi Non Formal, yaitu :
a. Taman Penitipan Anak
TPA adalah salah satu bentuk PAUD ini jalur pendidikan non formal yang
menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan
kesejahteraan anak sejak usia 6 bulan sampai dengan usia 6 tahun
b. Kelompok Bermain
Kelompok bermain adalah salah satu bentuk PAUD jalur pendidikan nonformal
yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 2 sampai 6 tahun
c. Satuan PAUD Sejenis/SPS
Satuan PAUD Sejenis adalah salah satu bentuk PAUD jalur pendidikan non
formal selain TPA dan KB.
A. Landasan Yuridis
Landasan Yuridis berkaitan dengan pentingnya penyelenggaraan Kelompok Bermain dan
Taman Penitipan Anak yaitu:
1. Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 : Salah satu tujuan kemerdekaan
adalah ’’......mencerdaskan kehidupan bangsa’’.
2. Undang Undang Dasar 1945 pasal 4, pasal 9 ayat 1, pasal 28B ayat 2, pasal 28C ayat 2
pasal 31 ayat 1 dan ayat 3.
Pasal 4 menjelaskan setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 9 ayat 1 yaitu setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat dan
bakatnya.
Pasal 28B ayat 2 Amandemen UUD 1945 berisi setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
Pasal 28C ayat 2 Amandemen UUD 1945 yaitu setiap anak berhak mengembangkan
diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
Pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan.
Pasal 31 ayat 3 mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
Landasan filosofis dan religius didasarkan pada keyakinan agama yang dianut oleh para
orangtua anak usia dini. Orangtua, pendidik, dan orang dewasa di sekitar anak berhak
memberikan pelatihan dan pengembangan perilaku beragama dan penanaman budi pekerti
yang luhur melalui pembiasan dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman nilai-nilai
Berdasarkan UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal
1, Butir 14 dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini
dinyatakan bahwa (1) Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar, (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan
usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.
B. Landasan Operasional
Pada prinsipnya berbagai upaya yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional
merupakan pengejawantahan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
tahun 2003, pasal 3, yang telah menetapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk
berkembangnya potensi anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Upaya pengembangan potensi anak sebagaimana dijelaskan di atas akan sangat berarti jika
dilakukan sejak usia dini. Masa usia dini merupakan usia emas pertumbuhan dan
perkembangan (golden age) sebab perkembangan berbagai aspek psiko-fisik yang terjadi
pada masa ini akan menjadi peletak dasar sangat fundamental. Artinya, perkembangan
aspek psiko-fisik pada masa usia dini akan menjadi dasar peletak bagi perkembangan
selanjutnya. Pada masa ini perkembangan jaringan otak anak mengalami peningkatan
yang sangat pesat, oleh sebab itu pendidikan anak usia dini merupakan dasar bagi
perkembangan masa berikutnya. Bahkan menurut Bloom, seorang ahli psikologi,
Upaya tersebut perlu dilakukan mengingat belum meratanya pendidikan bagi anak usia
dini di Indonesia. Menurut data Balitbang Depdiknas 2004, masih 71,69 % anak usia dini
yang belum terlayani pendidikan. Baru 28,31 % anak usia dini (lahir sampai usia 6 tahun)
yang terlayani pendidikan, yang tersebar dalam Taman Kanak-kanak/Raudathul Atfal 7,88
%, Kelompok Bermain 0,54 %, Taman Penitipan Anak 0,05 %, PAUD terintegrasi
posyandu 1,46%, Bina Keluarga Balita 8,98 % dan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
kelas awal 9,39 %. Berdasarkan data tersebut yang cukup memprihatinkan bahwa rasio
layanan lembaga pendidikan anak usia dini terhadap anak yang dilayani baru mencapai
perbandingan 1 : 86. Melalui gerakan Pengembangan Anak Usia Dini pada jalur
pendidikan nonformal telah terjadi peningkatan terutama pada program Kelompok
Bermain pada awal tahun 2004 jumlah anak yang terlayani mencapai 36.649 sebelumnya
hanya sekitar 4800 anak dan di Taman Penitipan Anak ada 15.308 sebelumnya hanya
sekitar 9200 anak.
Pemerintah sendiri mentargetkan pada tahun 2015 diharapkan 75% anak usia dini sudah
terlayani pendidikannya. Untuk mensukseskan target nasional tersebut, perlu upaya untuk
menyediakan berbagai perangkat pendukungnya, termasuk perancangan kerangka
pengembangan kurikulum ini.
Secara khusus tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan potensi
kecerdasan fisik, kognitif, sosioemosional dan spiritual melalui proses Pembelajaran Aktif,
inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).
Bermain umumnya dilandasi oleh motivasi instrinsik dari dalam diri anak, bermain
melibatkan keaktifan anak memunculkan efek positif. Bermain merupakan pilihan yang
bebas, ketika bermain, anak fokus pada proses. Adapun manfaat bermain, antara lain:
• Memberikan kesempatan untuk mencoba hal baru melalui eksplorasi dan
penemuan dalam belajar melalui bermain.
• Mengaplikasikan kenyataan dalam representasi simbolis
• Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah
• Mengembangkan rasa egosentris ke rasa sosial
• Belajar bekerjasama dengan teman sebaya atau anak lain melalui bermain
kooperatif.
• Mengembangkan kreativitas
Untuk mencapai tujuan program tersebut, maka diperlukan strategi pembelajaran bagi
anak usia dini yang lebih berorientasi pada:
• tujuan yang mengarah pada tugas-tugas perkembangan di setiap rentangan usia
anak,
• materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan yang sesuai dengan pertumbuhan dan tahap perkembangan setiap anak.
• metode yang dipilih seharusnya bervariasi sesuai dengan tujuan kegiatan
belajar dan mampu melibatkan anak secara aktif dan kreatif serta menyenangkan,
dan inovatif.
• media dan lingkungan bermain yang digunakan haruslah aman, nyaman dan
menimbulkan ketertarikan bagi anak dan perlu adanya waktu yang cukup untuk
bereksplorasi,
• evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah rangkaian sebuah
assesment melalui observasi partisipatif secara berkesinambungan terhadap apa
yang dilihat, didengar dan diperbuat oleh anak
A. Pendekatan Pembelajaran
1. Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama
Dilaksanakan dalam pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus dalam kehidupan sehari-hari anak, sehingga timbul perkembangan moral
dan nilai-nilai agama serta perkembangan sosial agar dapat mengembangkan
emosional dan kemandirian.
B. Asas-Asas Pembelajaran
1. Asas Apersepsi
Kegiatan mental anak dalam mengolah proses hasil belajar dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya.
Oleh sebab itu, pembelajaran yang dilakukan pendidik hendaknya memperhatikan
pengetahuan dan pengalaman, latihan, keterampilan awal yang telah dimiliki oleh
anak sehingga anak dapat mencapai proses hasil belajar yang lebih optimal.
2. Asas Kekongkritan
Melalui interaksi dengan objek-objek nyata dan pengalaman kongkrit, pembelajaran
perlu menggunakan berbagai media dan sumber belajar agar suatu tema yang telah
atau akan dipelajari oleh anak menjadi lebih bermakna, misalnya menggunakan
gambar binatang untuk mempelajari binatang, membawa binatang hidup (apabila
memungkinkan dan tidak membahayakan bagi anak serta atau dapat juga melalukan
eksperimen gejala alam ) di dalam kelas, menggunakan audio visual tentang banjir
untuk mempelajari tentang air, dan lain-lain.
3. Asas Motivasi
Belajar akan optimal jika anak memiliki dorongan untuk belajar. Oleh sebab itu,
pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemauan
anak. Misalnya, memberi penghargaan kepada anak yang berprestasi dengan pujian
atau hadiah; berupa pemberian stempel, gambar tempel, memajang setiap hasil karya
V. STRUKTUR KURIKULUM
Bidang Pengembangan
A. Pembiasaan 1. Moral dan nilai-nilai agama
2. Sosial, emosional dan kemandirian
B. Kemampuan dasar 1. Berbahasa
2. Kognitif
3. Fisik/Motorik
4. Seni
ASPEK STANDAR
KOMPETENSI
PERKEMBA KOMPETENS INDIKATOR
DASAR
NG-AN I
Anak mampu Dapat merespon • Bereaksi ketika
LAHIR-1 memperhatikan perilaku keagamaan mendengarkan senandung
TAHUN perilaku melalui inderanya lagu bernuansa keagamaan
MORALDA keagamaan (mengangguk-angguk,
N NILAI- yang diterima tersenyum, tenang, mencari
NILAI melalui sumber suara).
AGAMA inderanya • Bereaksi ketika mendengar
doa yang dibacakan.
• Bereaksi ketika
mendengarkan cerita yang
bernuansa keagamaan.
• Menangis saat
Dapat menyatakan
membutuhkan sesuatu
suatu
• Menolak jika diberikan
kebutuhan
sesuatu yang tidak disukai.
Misal dengan cara
menggerakkan tangan,
menangis, dll.
Mulai menunjukkan
• Mulai mengeksplorasi
ketertarikan dengan
buku dengan memasukkan
buku/media cetak
buku.media cetak lainnya
lainnya
ke dalam mulut atau
(pramembaca) memukul-mukul
buku/media cetak
• Mulai memperhatikan
buku-buku/media cetak
lainnya yang memiliki
gambar dan warna yang
menarik
• Dapat menyatakan
Dapat mengenal diri kepemilikannya (Misal:
sendiri Bonekaku, mainanku, dll.)
Dapat merespon
• Mulai banyak bertanya
• Mengelompokkan bentuk-
Dapat mengenal bentuk geometri (lingkaran,
bentuk geometri segitiga, segiempat)
• Menyebutkan kembali
benda-benda yang
menunjukkan bentuk-bentuk
geometri
• Bersikap ramah
Terbiasa berperilaku
• Meminta tolong dengan baik
sopan santun dan
• Mengucapkan salam
saling menghormati
sesama • Berterima kasih jika
memperoleh sesuatu.
• Berbahasa sopan dalam
berbicara (tidak berteriak)
• Mau mengalah
• Mendengarkan orang
tua/teman berbicara
• Tidak mengganggu teman
• Memberi dan membalas
salam
• Menutup mulut dan hidung
bila bersin/batuk
• Menghormati yang lebih tua
• Menghargai teman
• Mendengarkan dan
memperhatikan teman
bicara
• Mengelompokkan bentuk-
Dapat mengenal
bentuk geometri (lingkaran,
bentuk geometri
segitiga, segiempat, dll)
• Membedakan benda-benda
yang berbentuk geometri
• Membedakan ciri-ciri bentuk
geometri
B. Prinsip Pengembangan
Kerangkan pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan beberapa prinsip
berikut ini :
1. Relevansi
Hubungan antara kurikulum dengan kebutuhan dan perkembangan anak secara
individual.
2. Adaptasi
Kurikulum memperhatikan dan menyesuaikan perubahan psikologis, IPTEK
dan seni
3. Kontinuitas
Kurikulum disusun secara berkelanjutan antara satu tahapan perkembangan ke
tahapan perkembangan berikutnya dalam rangka mempersiapkan anak
memasuki pendidikan selanjutnya.
4. Fleksibilitas
Kurikulum dipahami, dipergunakan dan dikembangkan secar fleksibel sesuai
keunikan dan kebutuhan anak serta kondisi lembaga penyelenggara setempat.
5. Kepraktisan dan Akseptabilitas
Kurikulum memberikan kemudahan bagi para pendidik, praktisi, dan
masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini.
6. Kelayakan
Kurikulum menunjukkan kelayakan dan keberpihakan pada anak usia dini.
7. Akuntabilitas
Kurikulum dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat sebagai pengguna
jasa pendidikan anak usia dini.
Proses penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran dan
bersifat menyeluruh (holistik) yang mencakup semua aspek perkembangan anak didik baik
aspek kognitif, afektif , maupun sensorimotorik.
X. PENUTUP
Kerangka pengembangan kurikulum pendidikan anak usia dini diharapkan dapat menjadi
acuan pendidik dan penyelenggara pendidikan anak usia dini formal maupun non formal
dalam membuat perencanaan, pelaksanaan pembelajaran serta penilaian, untuk selanjutnya
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
I Pendahuluan
A Latar Belakang 1
B Tujuan 7
C Pengertian 7
II Profil Lembaga
A Latar Belakang Pendirian 8
B Visi, Misi dan Tujuan lembaga 8
C Lokasi 8
D Sarana Prasarana 8
E Tenaga Pendidik dan Kependidikan 8
F Peserta Didik 8
G Biaya 8
H Kemitraan 9
I Rencana Pengembangan Lembaga 9
III Standar Kompetensi Perkembangan Per Usia 10
IV Struktur Kurikulum
A Struktur Kurikulum dan program pembelajaran 12
B Alokasi waktu belajar 13
C Proses Pembelajaran 13
V Kalender Pendidikan 15
Lampiran :
- Contoh Silabus (program semester, SKM dan SKH)
- Contoh model pembelajaran
A. Latar Belakang
Apabila delapan tujuan millenium tersebut dapat dilaksanakan di Indonesia dengan tepat
maka diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak
usia dini.
Landasan filosofis dan religius didasarkan pada keyakinan agama yang dianut oleh para
orangtua anak usia dini. Orangtua, pendidik, dan orang dewasa di sekitar anak berhak
memberikan pelatihan dan pengembangan perilaku beragama dan penanaman budi pekerti
yang luhur melalui pembiasan dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman nilai-nilai
kehidupan beragama tersebut disesuaikan dengan tahapan perkembangan serta keunikan
yang dimiliki oleh setiap anak.
Landasan empirik akan pentingnya pengelolaan kegiatan di Taman Penitipan Anak adalah
berdasarkan data dari Departemen Sosial RI tahun 2000 mendeskripsikan bahwa tercatat
778 lembaga penitipan anak dan Sekarang diperkirakan 1.100 lembaga yang tersebar di
ibukota provinsi, kabupaten maupun kecamatan. Lembaga ini di berada di lingkungan
pemerintahan, perkantoran, pabrik, areal pasar, dan perkebunan. Pengelolaan lembaga ini
secara profesional, semi profesional atau bahkan masih konvensional tetapi pada
umumnya lembaga ini hanya mengutamakan kesejahteraan anak, belum menyentuh
pendidikan secara utuh dan menyeluruh.
Landasan keilmuan secara teoritis yang melandasi agar anak usia dini mendapatkan
pengasuhan dan perlindungan yang tepat, misalnya melalui Taman Penitipan Anak adalah
pentingnya memberikan stimulasi yang sesuai dengan usia, perkembangan, dan kebutuhan
setiap anak. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan perhatian
besar terhadap pendidikan anak usia dini terutama tentang perkembangan dan
Sel-sel otak ini terbentuk karena stimulasi dari luar otak. Setiap sel otak saling terhubung
dengan lebih dari 15 ribu simpul elektrik kimia yang sangat rumit sehingga bayi yang
berusia 8 bulan pun diperkirakan memiliki biliunan sel syaraf di dalam otaknya. Sel-sel
syaraf harus sering distimulasi dan didayagunakan agar terus berkembang jumlahnya dan
terorganisir fungsinya secara teratur (orderly) dan dapat digunakan (usable). Jika tidak
jumlahnya akan semakin berkurang atau fungsinya akan beralih ke tugas-tugas lain di luar
pengembangan kecerdasan. Otak anak terdiri dari neuron (sel-sel syaraf yang sangat
lembut) yang mampu menganalisis, mengkoordinasi, dan menyimpan semua informasi
yang diterima lewat indera (Lise Eliot, 2004).
Faktor genetik (nature) dan faktor lingkungan (nurture) mempunyai pengaruh yang cukup
besar terhadap pembentukan dan kemampuan otak. Stimulasi lingkungan dengan
menyediakan lingkungan yang sehat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak pada
awal-awal masa pertumbuhan anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak
selanjutnya. Stimulasi lingkungan dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan sesuai
dengan tahap perkembangan anak pada awal masa pertumbuhan anak sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak selanjutnya. Stimulasi sejak anak lahir sangat beralasan, hal
berdasarkan hasil penelitian longitudinal ’’.......bahwa 50% perkembangan kecerdasan
anak terjadi pada usia 0-4 tahun, maka disebut masa emas (golden age) untuk
perkembangan kecerdasan anak, 30% perkembangan selanjutnya terjadi pada anak usia 4-
8 tahun dan usia 8-12 tahun perkembangan dan pertumbuhan terjadi hanya 20% saja dan
selebihnya 10% perkembangan kecerdasan terjadi pada usia sekitar 12-18 tahun
(Direktorat PADU, 2004).
Berdasarkan rentangan usia kehidupan maka ruang lingkup pengelolaan lembaga PAUD
adalah:
0,0 tahun - 2 tahun : Pendidikan keluarga
2,1 tahun - 6 tahun : Pendidikan di Taman Penitipan Anak (TPA)
3 tahun - 6 tahun : Kelompok Bermain (KB)
4 tahun - 6 tahun : Taman Kanak-kanak
Pengembangan kurikulum merupakan salah satu bagian penting dalam proses pendidikan.
Kurikulum merupakan alat untuk membantu pendidik dalam melakukan tugasnya, sebab
kurikulum secara umum dapat didefinisikan sebagai rencana yang dikembangkan untuk
memperlancar proses pembelajaran. Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan
keragaman multi potensi, minat, kecerdasan sosial emosional, kecerdasan spiritual, kecerdasan
bahasa, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan kinestetik/fisik-motorik peserta didik secara
optimal sesuai dengan perkembangan dan keunikan setiap anak.
Penyusunan dan Pengembangan kurikulum Lembaga PAUD Non Formal dilaksanakan oleh
tim yang terdiri dari unsur pengelola, pendidik, penyelenggara, Dinas Pendidikan tingkat
kecamatan dan nara sumber (Forum PAUD dan atau Himpaudi).
C. Definisi Istilah
1. Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum dalam pedoman ini
adalah rencana yang dikembangkan untuk memperlancar proses pembelajaran untuk
mengembangkan keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual,
dan kinestetik peserta didik secara optimal.
C. Lokasi
Berisi tentang kondisi lokasi dan alamat LEMBAGA PAUD NON FORMAL
D. Sarana Prasarana
1. Status tanah, luas tanah, status gedung
2. Pemanfaatan gedung, peralatan indoor dan outdoor, Alat Permainan Edukatif/APE.
F.Peserta Didik
Jumlah peserta didik, Jenis Kelamin,Usia dan latar belakang orang tua, alamat tempat
tinggal, urutan anak ke
G. Biaya
Berisi sumber dana, besar jumlah sumbangan pendidikan dari orang tua dan penggunaan
dana.
H. Kemitraan
Peristilahan Standar Kompetensi Per Usia dapat disamakan dengan istilah Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) pada satuan pendidikan SD sampai SMA. Standar
Kompetensi Per Usia digunakan sebagai pedoman penilaian dan asesmen
perkembangan anak.
USIA/UMUR Akhir usia 1 Akhir usia 2 Akhir usia 3 Akhir usia 4 Akhir usia 5 Akhir usia 6
tahun tahun tahun tahun tahun tahun
ASPEK
NILAI DAN Anak mampu Anak mulai Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak
NILAI-NILAI memperhatika meniru meniru secara meniru dan meng ucapkan mampu
AGAMA n perilaku perilaku terbatas mengucapkan bacaan doa/ melakukan
keagamaan keagamaan perilaku bacaan lagu-lagu perilaku
yang diterima secara keagamaan doa/lagu-lagu keagamaan, keagamaan
melalui sederhana dan yang dilihat keagamaan dan meniru gerakan secara
inderanya mulai dan gerakan beribadah, berurutan
mengekspre- didengarnya beribadah mengikuti aturan dan mulai
sikan rasa Mulai meniru secara serta mampu belajar
sayang dan perilaku baik sederhana, belajar membedaka
cinta kasih atau sopan mulai berperilaku baik n perilaku
berperilaku dan sopan bila baik dan
baik atau sopan diingatkan buruk
bila diingatkan
SOSIAL Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak
EMOSIONAL membangun berinteraksi berinteraksi berinteraksi, berinteraksi, mampu
interaksi dengan dan mengenal dapat mulai dapat berinteraksi,
dengan lingkungan dirinya, dan menunjukkan mengendalikan dan mulai
merespon terdekatnya menunjukkan reaksi emosi emosinya, mulai mematuhi
kehadiran (keluarga), keinginannya yang wajar, menunjukkan aturan, dapat
orang lain dan dengan kuat serta mulai rasa percaya diri, mengendalik
menunjukkan menunjukkan serta mulai dapat an emosinya,
keinginannya rasa percaya menjaga diri menunjukka
dengan kuat diri sendiri serta n rasa
hidup sehat percaya diri,
dan dapat
menjaga diri
sendiri serta
hidup sehat
KOGNITIF Anak mampu Anak Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak
menyadari bereksplorasi mengenal mengenal mengenal dan mampu
keberadaan melalui indera benda dan konsep memahami memahami
benda yang dan memanipulasi sederhana dan berbagai konsep konsep
tidak motoriknya objek/benda dapat sederhana dalam sederhana
dilihatnya terhadap mengklasifikasi kehidupan dan dapat
benda yang sehari-hari memecahkan
ada di masalah
sekitarnya sederhana
Penjelasan :
1. Bidang Pengembangan Kemampuan Pembiasaan (Pengembangan Diri)
Bidang pengembangan kemampuan pembiasaan/pengembangan diri merupakan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari
anak, sehingga menjadi kebiasaan baik. Bidang pengembangan kemampuan
pembiasaan meliputi aspek perkembangan moral, nilai-nilai agama, pengembangan
sosial emosional dan kemandirian. Dari aspek perkembangan moral dan nilai-nilai
agama diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan YME dan
membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar anak menjadi warga negara
yang baik. Aspek perkembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk membina
anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan
sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat mendorong dirinya
sendiri dalam rangka kecakapan hidup. Bidang pengembangan kemampuan
pembiasaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Kegiatan rutin, adalah kegiatan yang dilakukan di lembaga PAUD setiap hari,
misalnya berbaris, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, menyanyi
lagu-lagu yang dapat membangkitkan patriotisme, lagu-lagu religius, menggosok
gigi, berjabat tangan dan mengucapkan salam baik kepada sesama anak maupun
kepada pendidik, dan mengembalikan mainan pada tempatnya
b. Kegiatan Spontan adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan misalnya
meminta tolong dengan baik, menawarkan bantuan dengan baik, memberi ucapan
selamat kepada teman yang mencapai prestasi baik dan menjenguk teman yang
sakit.
c. Pemberian Teladan, adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi
teladan/contoh yang baik kepada anak, misalnya memungut sampah yang
dijumpai di lingkungan TK, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain,
rapi dalam berpakaian, hadir di TK tepat waktu, santun dalam bertutur kata, dan
tersenyum ketika bertemu dengan siapapun.
d. Kegiatan terprogram, adalah kegiatan yang diprogram dalam kegiatan
pembelajaran (perencanaan semester, satuan kegiatan mingguan dan satuan
kegiatan harian) di TK, misalnya: makan bersama, menggosok gigi, menjaga
kebersihan lingkungan dan lain-lain.
2. Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar
Bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh
pendidik untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap
perkembangannya yaitu: berbahasa, kognitif, fisik-motorik dan seni.
a. Berbahasa
Struktur kurikulum untuk kelompok usia 0-1 (bayi) lebih difokuskan pada pembiasaan
(pengembangan diri), Program pembelajarannya bersifat individual, tidak tersusun
secara terstruktur. Struktur kurikulum untuk 1-3 tahun difokuskan pada pembiasaan
dan pengembangan kemampuan motorik dan kognitif. Struktur kurikulum untuk usia
4-5 tahun ditekankan pada pembiasaan (pengembangan diri) dan pengembangan
semua kemampuan dasar yang diarahkan kepada keterampilan untuk menolong diri
sendiri dan bermasyarakat.
C. Proses Pembelajaran
Program Kegiatan Usia 0-1 Kegiatan Usia 1-3 Kegiatan Usia 4-6
tahun tahun tahun
Taman Penitipan Pembiasaan melalui Pembiasaan melalui Pembiasaan dan
Anak pengasuhan pengasuhan pengembangan
individual individual dan kemampuan dasar
Kalender pendidikan disusun oleh lembaga PAUD dalam hal ini KB, TPA, SPS dengan
mengacu kepada kebutuhan dan fleksibilitas penyelenggaraannya.
Fisik
Bahasa
Kognitif
Sosial Emosional
Seni
Keterampilan Hidup
6 Seni
1. lagu, irama, gerak x x x x x x x x x x x
7 Keterampilan Hidup
1. Cara menggunakan x x x x x x x x x x x Menekankan
sendok, garpu, serbet pada
2. Memakai dan buka baju x x x x x x x x x x x pembiasaan
3. Membuka dan x x x x x x x x x x
BULAN : JANUARI
TEMA : Kendaraan
Keterampilan Hidup
1.Menggunakan sendok, garpu, serbet,
Kognitif sikat gigi
1. a. Nama, 2.Memakai dan buka baju
b. bentuk, 8. Menggosok gigi sesudah makan
c. ciri, dan
d fungsi anggota tubuh
Seni
Tema: Kendaraan 1.a lagu
Bahasa Sub tema : - Kendaraan
1. Menggunakan kata tanya b irama
Darat c gerak
siapa, mengapa ?
Sosial Emosional
1.a. sabar
b. antri
Fisik motorik
Nilai, Moral dan Agama 1. berdiri satu kaki
1. doa sebelum & sesudah belajar 2 b j l d t it
4. sikap hidmat saat berdoa
5. mendengar cerita
..
10. menyayangi, mencintai
11. syukur, berterima kasih
12. mengucapkan salam
Kognitif:
1. nama
3. ciri
Keterampilan Hidup
1.Menggunakan Seni
sendok, garpu, 1. a lagu
serbet, sikat gigi b irama
Sub tema:
Bahasa Kendaraan Fisik motorik
1. Menggunakan kata 1. berdiri satu
tanya siapa ? kaki
4. Pijakan
setelah main:
- membereskan
- mencuci
tangan
- berkumpul
kembali untuk
bercerita yang
sudah
dimainkan
- menegaskan
kembali
tentang materi
oleh Kader
Lampiran 2
A. Model BCCT (Bayond Center and Circle Time atau Sentra dan saat lingkaran)
Konsep Dasar
Yang dimaksud dengan model Beyond Center and Circle Time adalah :
Suatu metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia
dini dan merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik.
Model ini berorientasi pada pengembangan keterampilan hidup umum (General life
skill) yang terdiri atas self-awareness (kepekaan diri), thinking skill (keterampilan
berpikir), social skill (keterampilan sosial), pre-vocational skill (keterampilan kerja).
Bertujuan untuk mengenalkan kepada anak tentang kehidupan nyata yang akan
dihadapinya.
Pola belajarnya disesuaikan dengan perkembangan anak baik secara fisik dan psikis.
Kecerdasan yang dimiliki oleh seorang anak hanya akan berarti apabila dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang dikenal dengan istilah kecakapan hidup (life
skills). Melalui berbagai kecakapan hidup yang dikuasai anak inilah, kelak ia akan mampu
bertahan hidup dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Pada dasarnya, semua
pembelajaran yang berhubungan dengan kecakapan hidup bertujuan agar anak mampu
menprendiksi diri sendiri (self help) dan kemudian mampu menolong orang lain (social
skill) sebagai suatu bentuk kepedulian dan tanggungjawab sosialnya sebagai salah satu
anggota keluarga dan masyarakat di mana anak berada.
Bermain Kreatif adalah kegiatan bermain yang memberikan kebebasan pada anak
untuk berimajinasi, bereksplorasi dan menciptakan suatu bentuk kreativitas yang
unik.
Model pembelajaran anak usia dini yang dapat mengakomodir pendekatan yang
dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar –
preskripsi: peningkatan pengetahuan, keterampilan, sensitivitas dan teknik
pengelolaan pembelajaran
Ciri Model :
1. Fase Berpikir Kreatif : persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.
2. Karakteristik Kreativitas: : kelancaran, kelenturan, keaslian, elaborasi,
keuletan, dan kesabaran.
3. Penerapan Potensi Kecerdasan Jamak, yang merupakan ungkapan dari cara
berpikir seseorang yang dapat dijadikan modalitas dalam belajar melalui
bermain. Aspek Kecerdasan Jamak : linguistik, logika-matematika, visual
spasial, interpersonal, intrapersonal, musikal, kinestetik, naturalistik, spiritual.
Dasar Pengembangan:
• Pembelajaran Terpadu: Tematik
• Pusat Kegiatan Belajar: Sentra
• Pengelolaan Kelas: Kelas berpindah (Moving class)