Professional Documents
Culture Documents
disusun oleh :
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2010
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN………………………………………………………………………...1
1. Perbedaan Sistem Saraf dan Sistem Endokrin………………………………………...1
2. Tiga Fungsi Sistem Saraf ………………………………………………….………….3
B. SEL SARAF………………………………………………………………………………5
C. OTAK………………………………………………………………………………..…..15
1. Meningen………………………………………………………………………….....15
2. Cairan Serebrospinal…………………………………………………………………16
3. Serebrum……………………………………………………………………………..16
4. Serebelum…………………………………………………………………………....22
5. Batang Otak………………………………………………………………………….23
6. Diencephalon………………………………………………………………………...25
7. Struktur Subkorteks hubungannya dengan Korteks dalam Fungsi Luhur Otak…..…27
D. SUMSUM TULANG BELAKANG…………………………………………………..…29
E. APLIKASI KERJA SISTEM SARAF…………………………………………………...34
1. Gerak Refleks………………………………………………………………..……… 34
2. Kondisi Bangun dan Tidur…………………………………………………………...36
3. Lateral, Bahasa, dan Berbicara………………………….……………………………37
4. Emosi………………………………………………………………...…..…………..40
5. Kesadaran…………………………………………………………………..………...40
6. Memori dan Pembelajaran…………………………………………………….……...41
F. DAFTAR PUSTAKA…………………………………….....……………........................42
SISTEM SARAF PUSAT
A. PENDAHULUAN
1. PERBEDAAN SISTEM SARAF DAN SISTEM ENDOKRIN
Sistem saraf dan endokrin adalah dua sistem kontrol utama pada tubuh.
Sistem saraf, melalui transmisi cepat impuls listrik, secara umum
mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas tubuh yang cepat, misalnya gerakan
otot. Sistem endokrin, yang mensekresikan hormon ke dalam darah untuk
mempengaruhi tempat-tempat yang jauh, terutama mengontrol aktivitas
metabolik dan aktivitas lain yang lebih memerlukan durasi daripada
kecepatan, misalnya mempertahankan kadar glukosa darah. Walaupun kedua
sistem ini berbeda dalam banyak aspeknya, keduanya juga memiliki banyak
kesamaan. Pada akhirnya, keduanya mengubah sel sasaran (tempat kerja)
dengan mengeluarkan sel perantara kimia (neurotransmiter untuk sel saraf,
hormon untuk sel endokrin), yang berinteraksi secara tertentu dengan reseptor
spesifik (protein membran tertentu) sel sasaran (Snell, 2006).
Secara anatomis, sistem saraf dan endokrin cukup berbeda. Pada
sistem saraf, setiap sel saraf berujung (berakhir) secara langsung di sel sasaran
spesifiknya. Jadi, sistem saraf memiliki “kabel” dalam suatu cara yang sangat
spesifik menjadi jalur-jalur anatomis tertentu yang sangat terorganisasi untuk
menyalurkan sinyal dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Informasi dibawa di
sepanjang rangkaian neuron-neuron ke tujuan yang diinginkan melalui
perambatan potensial aksi dan endokrin bekerja “tanpa kabel” (wireless), yang
berarti bahwa kelenjar-kelenjar endokrin tidak secara anatomis berhubungan
dengan sel sasaran mereka. Zat perantara kimiawi endokrin diseksresikan ke
dalam darah dan mengalir ke tempat-tempat sasaran yang jauh. Pada
kenyataannya, komponen-komponen sistem endokrin itu sendiri tidak secara
anatomis saling berhubungan. Kelenjar-kelenjar endokrin tersebar di seluruh
tubuh. Namun, dari segi fungsional kelenjar-kelenjar ini membentuk suatu
sistem karena semuanya mengeluarkan hormon dan banyak terjadi interaksi di
antara berbagai kelenjar endokrin (Snell, 2006).
2
Output motoris adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu SSP, ke
sel-sel efektor (effector cells), sel-sel otot atau sel kelenjar yang
mengaktualisasikan respons tubuh terhadap stimulus tersebut. Sinyal tersebut
dihantarkan oleh saraf (nerve), berkas mirip tali yang berasal dari penjuluran
neuron yang terbungkus dengan ketat dalam jaringan ikat. Saraf yang
menghubungkan sinyal motoris dan sensoris antara sistem saraf pusat dan
bagian tubuh lain secara bersamaaan disebut sistem saraf tepi (SST atau
peripheral nervous system, PNS). Informasi dikomunikasikan dari reseptor
ke efektor dalam satu saraf dari satu neuron ke neuron berikutnya melalui
kombinasi sinyal listrik dan sinyal kimiawi (Campbell, 2004).
B. SEL SARAF
Sistem saraf tersusun atas dua jenis sel yang utama, yaitu neuron dan
sel-sel pendukung (Campbell, 2004).
Neuron
Impuls adalah sinyal listrik yang bergantung pada aliran ion yang
menembus membran plasma neuron. Sinyal tersebut berawal sebagai suatu
perubahan dalam gradien listrik yang melintasi membran plasma sel. Sebagai
dasar untuk pemahaman impuls, kita akan membahas gradien itu (Campbell,
2004).
Semua sel mempunyai potensial membran; akan tetapi, hanya jenis sel
tertentu, yang meliputi neuron dan sel-sel otot, mempunyai kemampuan untuk
membangkitkan perubahan potensial membran. Secara kolektif sel-sel ini
disebut sel-sel yang dapat dirangsang (exitable cells). Potential membran sel
yang dapat dirangsang dalam keadaan istirahat (tidak terangsang) disebut
C. OTAK
Otak adalah bagian susunan saraf pusat yang terletak di dalam cavum
cranii, dilanjutkan sebagai medulla spinalis setelah melalui foramen magnum
(Snell, 2006).
1. MENINGEN
a. Dura mater (dura berarti “kuat”) adalah selaput tidak elastic kuat yang
terdiri dari dua lapisan. Biasanya kedua lapisan tersebut melekat erat,
tetapi di bagian-bagian tertentu keduanya terpisah dan membentuk rongga
berisi darah, sinus dura, atau pada rongga yang lebih besar, sinus vena.
Darah vena yang berasal dari otak mengalir ke sinus-sinus ini untuk
dikembalikan ke jantung. Cairan serebrospinalis juga masuk kembali ke
darah di sinus-sinus ini.
b. Arachnoid mater (arachnoid berarti “seperti laba-laba”) adalah lapisan
lunak yang memiliki banyak pembuluh darah dengan gambaran sepeti
“jarring laba-laba”. Ruang antara lapisan araknoid dan pia mater di
bawahnya, disebut ruang subaraknoid, terisi oleh CSS. Penonjolan-
penonjolan jaringan araknoid, yaitu vilus araknoidalis, menembus celah
dura di atasnya dan menonjol ke dalam sinus dura. Melalui permukaan
vilus inilah CSS direabsorpsi ke dalam darah yang beredar di dalam sinus-
sinus.
c. Pia mater (pia berarti “lembut”), lapisan menings paling dalam, adalah
lapisan yang paling rapuh. Lapisan ini banyak mengandung pembuluh
darah dan melekat erat ke permukaan otak dan korda spinalis, mengikuti
setiap tonjolan dan lekukan.
16
2. CAIRAN SEREBROSPINALIS
Sistem ventrikel terdiri dari beberapa rongga dalam otak yang
berhubungan satu sama lainnya ke dalam rongga itu. Pleksus koroid
mengalirkan cairan (liquor serebrospinalis). Pleksus koroid dibentuk oleh
jaringan pembuluh darah kapiler otak tepi, bagian pia mater membelok ke
dalam ventrikel dan menyalurkannya ke serebrospinalis. Cairan
serebrospinalis merupakan hasil sekresi pleksus koroid. Cairan ini bersifat
alkali bening mirip plasma (Syaifuddin, 2006).
Jumlah cairan ini tidak tetap, biasanya berkisar antara 80-200 cm,
mempunyai reaksi alkalis. Komposisi cairan serebrospinalis terdiri dari air,
protein, glukosa, garam, dan sedikit limfosit, dan karbon dioksida (Syaifuddin,
2006).
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak dan terdiri dari dua
hemisperium cerebri yang dihubungkan oleh massa substantia alba yang
disebut corpus callosum. Setiap hemisphere terbentang dari os frontale sampai
ke os occipitale, di atas fossa cranii anterior, media, dan posterior, di atas
tentorium cerebelli. Hemisphere dipisahkan oleh sebuah celah dalam, yaitu
fissa longitudinalis cerebri, tempat menonjolnya falx cerebri (Snell, 2006).
17
Lobus frontalis terletak di depan sulcus centralis dan di atas sulcus lateralis.
Lobus parietalis terletak di belakang sulcus centralis dan di atas sulcus
lateralis.
Lobus occipitalis terletak di bawah sulcus parieto-occipitalis.
Lobus temporalis di bawah sulcus lateralis (Snell, 2006).
Lobus parietalis
Lobus frontalis
5. BATANG OTAK
a. Medula Oblongata
b. Pons Varoli
6. DIENCEPHALON
Dienchephalon hampir seluruhnya tertutup dari permukaan otak. Terdiri atas
thalamus di dorsal, hypothalamus di ventral. Thalamus adalah massa
substantia grisea besar, yang terletak di kanan dan kiri ventriculus tertius.
Thalamus merupakan stasiun perantara besar untuk jaras sensoris aferen yang
menuju cortex cerebri. Thalamus berfungsi memulai memproses impuls
sebelum ke cortex cerebri yaitu menseleksi, memproses dan sebagai pusat
relay (Snell, 2006).
a. Talamus
b. Hipotalamus
Biasanya, semua akson dalam saluran yang diberikan berasal dari sel
tubuh neutron terletak di bagian yang sama dari sistem saraf dan berakhir
bersama-sama di beberapa bagian lain. Nama-nama yang mengidentifikasi
saluran saraf sering mencerminkan asal-usul umum dan
pengakhiran. Misalnya, saluran spinothalamic dimulai di sumsum tulang
belakang dan membawa impuls sensorik yang berhubungan dengan sensasi
rasa sakit, sentuhan, dan suhu pada thalamus otak. Sebuah saluran
kortikospinalis berasal dari korteks otak dan membawa impuls motorik ke
bawah melalui tulang belakang dan saraf tulang belakang. Impuls ini
mengendalikan gerakan otot rangka (Shier, 2006).
Struktur internal medulla spinalis terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang
diselubungi substansi putih
Setiap saraf spinal memiliki satu radiksdorsal dan satu radiks ventral. Radiks
dorsal terdiri dari kelompok kelompok serabut sensorik yang memasuki korda.
Radiks ventral adalah penghubung ventral dan membawa serabut motorik dari
korda (Sloane, 2003).
Traktus spinal. Substansi putih korda yang terdiri dari akson termielinisasi, dibagi
menjadi furnikulus anterior, posterior, dan lateral. Dalam funikulus terdapat
fasikulus, atau traktus. Traktus diberi nama sesuai dengan lokasi, asal, dan
tujuannya (Sloane, 2003).
1) Origo dan tujuan. Impuls dari sentuhan dan reseptor peraba masuk
ke medulla spinalis melalui radiks dorsal (neuron I). Akson
memasuki korda, beraskenden untuk bersinapsis dengan nuklei
grasilis dan kuneatus di medulla bagian bawah (neuron II). Akson
menyilang ke sisi yang berlawanan dan bersinapsis dalam talamus
lateral (neuron III). Terminasinya berada pada area somestetik
korteks serebral.
2) Fungsi. Traktus ini menyampaikan informasi mengenai sentuhan,
tekanan, vibrasi, posisi tubuh, dan gerakan sendi dari kulit,
persendian, dan tendon otot.
b. Traktus spinoserebelar ventral (anterior) (berpasangan)
1) Origo dan tujuan. Impuls dari reseptor kinestetik (kesadaran akan
posisi tubuh) pada otot dan tendon memasuki medulla spinalis
melalui radiks dorsal (neuron I) dan bersinapsis dalam randuk
posterior (neuron II). Akson berasenden di sisi yang sama atau
berlawanan dan berterminasi pada korteks serebelar.
2) Fungsi. Traktus spinoserebelar ventral membawa informasi
mengenai gerakan dan posisi keseluruhan anggota gerak.
c. Traktus spinoserebelar dorsal (posterior)
1) Origo dan tujuan. Impuls dari traktus spinoserebelar dorsal
memiliki awal dan akhir yang sama dengan impuls dari traktus
spinosereberal ventral; walaupun demikian, akson pada neuron II
dalam tanduk posterior, berasenden di sisi yang sama menuju
jorteks sereberal.
2) Fungsi. Traktus spinosereberal dorsal membawa informasi
mengenai propriosepsi bawah sadar (kesadaran akan posisi tubuh,
keseimbangan, dan arah gerak).
d. Traktus spinotalamik ventral (anterior)
1) Origo dan tujuan. Impuls dari reseptor taktil pada kulit masuk ke
medulla spinalis melalui radiks dorsal (neuron I) dan bersinapsis
dalam tanduk posterior di sisi yang sama (neuron II). Akson
33
Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa
disadari. Terdapat dua macam reflex :
Tidur yang nyenyak juga meliputi periode EEG yang tidak sinkron
yang merupakan sisa-sisa keadaan sadar, disebut tidur REM (rapid eye
movement), mata bergerak lebih aktif di balik kelopak mata yang tertutup.
Sebagian besar mimpi terjadi selama tidur REM. Seperti tidur, mimpi
diartikan sebagai suatu yang magis, akan tetapi fungsi sesungguhnya belum
diketahui (Campbell, 2004).
informasi yang luas, sehingga mereka saling melengkapi, tetapi pada banyak
orang keterampilan yang berkaitan dengan salah satu hemisfer tampaknya
berkembang lebih kuat. Dominasi hemisfer serebrum kiri cenderung dikaitkan
dengan “pemikir”, sedangkan dominasi hemisfer kanan dikaitkan dengan
“pencipta” (Sherwood, 2001).
4. EMOSI
5. KESADARAN
F. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., dkk., 2004, Biologi, Edisi Kelima, Jilid III, 200-229,
Erlangga, Jakarta
Sherwood, L., 2001, Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, Edisi 2, 103-146,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta