You are on page 1of 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti tertulis dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Pendidikan Nasional


2005-2009, maka ada masalah mendasar yang dihadapi dalam pembangunan
pendidikan di Indonesia dewasa ini. Permasalahan pendidikan ini dikelompokkan
menjadi tiga masalah besar, pertama yaitu masalah yang berkaitan dengan
pemerataan dan perluasan akses pendidikan, masalah kedua meliputi mutu,
relevansi dan daya saing keluaran (output) pendidikan dan yang ketiga masalah
manajemen, akuntabilitas dan citra publik tentang pengelolaan pendidikan
(Depdiknas, 2005).

Melalui Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor


298/Menkes-Kessos/SK/IV/2001 tanggal 16 November 2001 maka terbentuklah
Politeknik Kesehatan, salah satunya adalah Politeknik Kesehatan Departemen
Kesehatan (Poltekkes Depkes) Mataram yang merupakan salah satu Unit
Pelaksana Teknis Depkes RI di Provinsi NTB. Poltekkes ini terbentuk dari
akademi-akademi yang sebelumnya pernah berdiri dengan pengelolaan
manajemen sendiri-sendiri. Setelah terbentuknya Politeknik Kesehatan Mataram,
segera diikuti dengan pelimpahan tenaga, peralatan dan inventaris dari akademi-
akademi ke Politeknik Kesehatan Depkes Mataram. Penyelarasan dan
pengaturan penggunaan keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan proses
belajar mengajar yang meliputi kurikulum, dosen, laboratorium, perpustakaan dan
penunjang yang lain terus diupayakan agar Politeknik Kesehatan Mataram dapat
menghasilkan produk lulusan yang berkualitas.

Dalam Profil Poltekkes Depkes tahun 2007 disebutkan bahwa pada Maret
2006 setelah berakhirnya satu periode kepemimpinan direktur yang lama dan
sejalan dengan telah dimulainya periode kepemimpinan baru, maka struktur
organisasi Politeknik Kesehatan Depkes Mataram semakin dibenahi agar dapat
berjalan seragam, serasi, efektif dan efisien. Selama kurang lebih lima tahun
berdirinya Poltekkes Depkes Mataram kegiatan–kegiatan ditekankan pada
sosialisasi keberadaan Poltekkes Depkes Mataram baik secara internal maupun

1
eksternal organisasi. Bersamaan dengan itu pula dilakukan konsolidasi dengan
mendirikan lembaga dan unit-unit baru untuk lebih memadukan kegiatan
administrasi dan teknis serta peningkatan sarana dan prasarana.

Poltekkes Depkes Mataram yang terdiri dari 3 lokasi kampus yang berbeda
yaitu Kampus A, B dan C sebagian besar telah terkoneksi dengan jaringan
internet, yaitu sebanyak 9 komputer di kampus A dan 7 komputer di kampus B.
Bahkan sejak bulan Mei 2008, di kampus A dan kampus B telah dibangun sistem
jaringan nirkabel (wireless) sehingga semakin memudahkan bagi dosen maupun
mahasiswa untuk mendapatkan akses internet secara bebas dan mudah.
Diharapkan pula dengan dibangunnya jaringan internet di Poltekkes Depkes ini
hambatan akses internet bagi pengguna, baik oleh dosen maupun mahasiswa
tidak akan ditemui lagi. Namun untuk kampus C (Prodi Keperawatan Bima) belum
dapat terhubung dengan Poltekkes, mengingat sangat jauhnya lokasi kampus
tersebut dari Mataram (Kampus A dan B). Hal tersebut cukup menyulitkan dalam
sistem koordinasi dengan Poltekkes Depkes Mataram. Direncanakan tahun
anggaran 2008 ini ketiga-tiganya sudah dapat saling terhubung.

Sejak awal 2007 sampai dengan saat ini Poltekkes Depkes Mataram telah
menggunakan jasa penyelenggara layanan jaringan (Backbone Internet)
PT.LINTASARTA Indosat Group. Politeknik Kesehatan Depkes Mataram hanya
memiliki situs institusi resmi dengan nama http://poltekkesmataram.com . Situs ini
merupakan situs yang lebih bersifat statis dan bukan situs untuk proses
pembelajaran (e-learning). Hanya sedikit yang mengakses situs ini disebabkan isi
(content) dari situs tersebut yang amat jarang di-update datanya. Di samping itu
pengelolaan situs ini masih belum optimal mengingat pembuatan situs tersebut
diserahkan kepada vendor dan penguasaan terhadap pengelolaan situs ini bagi
staf (administrator) yang ditunjuk masih sangat kurang.

Setelah Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional (Sisdiknas)


diberlakukan, maka semua lembaga penyelenggara pendidikan dapat dan
diizinkan menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan alat bantu
pembelajaran elektronika atau e-learning (web based learning). Pembelajaran
melalui jasa web ini mengandalkan pada keunggulan teknologi informasi dan
komunikasi (Soekartawi, 2007).

2
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat
dan sesuai dengan UU tersebut, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme
belajar mengajar (pendidikan) berbasis Teknologi Informasi (TI) menjadi tak
terelakkan lagi, tak terkecuali di Poltekkes Depkes Mataram. Tak jarang ditemukan
bahwa mahasiswa memiliki kemampuan penguasaan teknologi informasi yang
lebih baik dibandingkan dosennya. Masih dijumpai pula dosen-dosen yang
menggunakan materi yang sama dari tahun ke tahun pada angkatan yang
berbeda dan kelas yang sama tanpa dilakukan update materi. Di samping itu
kebutuhan profesionalisme bagi dosen tidak cukup hanya mengandalkan buku
atau literatur yang tersedia di perpustakaan, namun tuntutan kompetensi bagi
seorang dosen sebagaimana yang tertuang dalam tri dharma perguruan tinggi
mengharuskannya memiliki sumber-sumber pengetahuan yang lebih luas.

Dengan adanya pemanfaatan teknologi baru di Poltekkes berupa metode


pembelajaran digital (e-learning) diharapkan mahasiswa yang biasanya pasif
dapat berperan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu
mahasiswa akan terdidik untuk berjiwa mandiri dan memungkinkan tumbuhnya
kreatifitas berfikir yang selanjutnya mempercepat terjadinya proses belajar
mengajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran mahasiswa (student
learning approach). Konsep ini diharapkan dapat membawa pengaruh terjadinya
proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara
isi (content) maupun sistemnya. Di sisi lain saat ini konsep e-learning sudah
banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan semakin maraknya
implementasi e-learning di lembaga pendidikan (sekolah, training dan universitas)
maupun di industri.

Di antara alasan dikembangkannya metode ini adalah hasil evaluasi


dampak penggunaan e-learning berkelanjutan pada pengajar bidang medis yang
dilakukan Curran (2006). Evaluasi yang dilakukan menunjukkan bahwa secara
umum materi e-learning atau kursus yang dievaluasi dapat memberikan
peningkatan yang bermakna pada post test dibandingkan pretest, terutama
pengetahuan dan adanya perubahan kepercayaan diri. Demikian pula
penggunaan tutorial e-learning yang asynchronous computer juga ditemukan
adanya peningkatan efektifitas dalam bidang pengetahuan, kepercayaan diri dan
kemandirian individu yang beragam dalam menghadapi persoalan medis.

3
Mendukung pernyataan Curran di atas, Ruiz (2006) telah melihat dampak
penggunaan e-learning pada kalangan medis di Florida, Amerika Serikat yang
mendapatkan hasil bahwa mahasiswa tidak menganggap bahwa e-learning
menggantikan pengajaran klasikal yang dipandu dosen, namun e-learning lebih
diperhitungkan sebagai metode pelengkap dari metode lama yang sudah ada,
sehingga terbentuklah strategi pembelajaran campuran (blended learning
strategy). Perpaduan antara kedua metode ini pada kalangan pendidik medis
telah mampu mempercepat peningkatan kemajuan dalam menerapkan teori
pembelajaran dewasa, di mana pendidik hanya membutuhkan waktu yang singkat
untuk mengajar, bahkan lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran.

Sedangkan e-learning yang dipandang dari sisi perusahaan, Wang (2005)


mengemukakan bahwa e-learning telah banyak diadopsi sebagai solusi bagi
pemecahan masalah di perusahaan. Banyak perusahaan yang mendapatkan
keuntungan dengan adanya e-learning berupa peningkatan sumber daya manusia
dan penghematan waktu dan biaya training bagi para karyawan.

Di Indonesia pemanfaatan e-learning memang diperlukan dalam


membangun sektor pendidikan. khususnya dalam kaitannya dengan masalah
pemerataan dan akses pendidikan. Pengalaman di negara-negara lain, baik di
Asia, Australia, Eropa dan Amerika membuktikan bahwa e-learning memang
sangat membantu menyelesaikan pendidikan di negara-negara tersebut
(Soekartawi, 2007).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti berupaya


mengembangkan suatu situs e-learning interaktif, yang diharapkan mampu
menjawab tuntutan kebutuhan berbeda bagi dosen dan mahasiswa, berupa
terbangunnya suatu sistem pembelajaran berbasis teknologi informasi di
Poltekkes Depkes Mataram.

B. Perumusan Masalah

Merujuk dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu masalah
yang merupakan area penelitian yaitu : Sejauh mana kepuasan dosen dan
mahasiswa terhadap e-learning yang akan dikembangkan di Poltekkes Depkes
Mataram suatu metode pembelajaran yang berbasis teknologi informasi ?

4
C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dapat dijabarkan menjadi :

1. Tujuan umum

Mengembangkan e-learning sebagai salah satu metode pembelajaran


yang berbasis teknologi informasi di Poltekkes Depkes Mataram.

2. Tujuan Khusus

a. Tersedianya software aplikasi e-learning di Poltekkes Depkes


Mataram.

b. Digunakannya aplikasi e-learning oleh dosen di Poltekkes Depkes


Mataram.

c. Digunakannya aplikasi e-learning oleh mahasiswa di Poltekkes


Depkes Mataram.

d. Kepuasan dosen karena adanya penggunaan sistem e-learning di


Poltekkes Depkes Mataram.

e. Kepuasan mahasiswa karena penggunaan sistem e-learning di


Poltekkes Depkes Mataram.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dosen, mahasiswa


dan Institusi Poltekkes Depkes Mataram

1. Pengembangan Ilmu

Memberikan kemudahan dosen di dalam menyampaikan informasi, materi


dan bahan ajar kepada mahasiswa guna memudahkan dalam
pengelolaan pengetahuan (knowledge management).

2. Pengembangan Layanan

Memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk mendapatkan akses


informasi, materi dan bahan ajar.

5
3. Masyarakat

Membantu pengguna lain dan masyarakat umum dalam rangka


memperoleh pengetahuan serta informasi yang dibutuhkan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pengembangan e-learning di Poltekkes Depkes Mataram


sebagai suatu metode pembelajaran yang berbasis TI sepengetahuan penulis
belum pernah dilakukan. Namun penelitian-penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan antara lain :

1. Andi (1999), meneliti tentang hubungan antara faktor kemampuan,


komitmen dan motivasi dengan kinerja dosen tetap pada Pendidikan Ahli
Madya Keperawatan Jambi. Penelitian ini menggunakan rancangan non
ekperimental dan pendekatan crossectional dengan menggunakan teknik
sampling jenuh yaitu sebanyak 24 sampel. Instrumen yang digunakan
adalah kuesioner tertutup dan ceck list. Selain pengamatan juga dilakukan
interview, selanjutnya data dianalisis secara deskriptif serta diuji
inferensial dengan teknik analisis korelasi dan regresi tunggal maupun
ganda. Pada penelitian tersebut ditunjukkan bahwa rendahnya kinerja
dosen dipengaruhi oleh penggunaan sumber pengetahuan, motivasi
internal dan komitmen serta adanya motivasi eksternal dosen.

Sedangkan pada penelitian ini metode yang dipakai adalah action


research dan teknik pengambilan sampel mempergunakan purposive
sampling. Pengambilan data dengan observasi, ceck list, brainstorming
dan wawancara mendalam (indepth interview). Data disajikan dengan
deskriptif. Dengan akan diaplikasikannya e-learning di Poltekkes Depkes
Mataram, diharapkan justru terjadi peningkatan kinerja dosen, disebabkan
adanya kemudahan yang dimiliki oleh fasilitas program e-learning yang
ada dalam menyampaikan materi kepada mahasiswa..

2. Shu (2006) melakukan studi yang mengkaji tentang peningkatan


kemampuan dalam penggunaan e-learning pada dosen atau instruktur.
Sampel yang dipergunakan adalah sebanyak 30 instruktur dan 168
peserta kursus. Kepada sampel ditanyakan tentang tanggapan terhadap

6
e-learning yang diikutinya dengan menggunakan 2 macam kuesioner yang
berbeda. Analisis statistik menggunakan Uji Korelasi Pearson
menunjukkan bahwa instruktur memperoleh peningkatan kemampuan
setelah menggunakan e-learning sebagai sebuah alat bantu belajar.
Berdasarkan penemuan dalam penelitian ini, diusulkan juga adanya
petunujuk teknis bagi pengguna untuk mengembangkan lingkungan yang
bernuansa e-learning.

Penelitian yang hendak dilakukan di Poltekkes Depkes Mataram


melibatkan pengguna (dosen dan mahasiswa) dan pihak pengambil
kebijakan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan formulir
observasi, kuesioner, form wawancara mendalam, form brain storming dan
formulir kepuasan pengguna yang selanjutnya data diolah dan disajikan
secara deskriptif.

3. Curran (2006) mengevaluasi dampak pembelajaran pada pendidikan


tenaga medis berkelanjutan berbasis web. Rancangan penelitian yang
dipergunakan adalah experimental design dengan metode “One Group of
Pretest Post Test Design”. Evaluasi dan pengamatan dilakukan selama
kurun waktu 2 tahun terhadap para peserta kursus pada 14 disiplin ilmu
klinis yang berbeda-beda meliputi ; ilmu kesehatan jiwa (psychiatry), ilmu
syaraf (neurology), oncology, kegawatdaruratan dan sebagainya. Evaluasi
dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan kepercayaan
diri setelah menggunakan berbagai kursus yang berbasis web dengan
format instrumen yang terstandarisasi. Selain itu digunakan pula form
survey kepuasan pengguna dengan menggunakan form evaluasi yang
terdiri dari 18 item pertanyaan menggunakan skala Likert 1-5 (Sangat
tidak setuju - sangat setuju). Hasilnya lebih dari 93,5% responden
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kursus yang diberikan dapat
diterapkan dalam melaksanakan tugas keseharian. Analisis dilakukan
dengan mempergunakan uji t test sampel berpasangan (paired sample t-
test). Hasil analsis menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan dan
kemandirian secara bermakna antara sebelum dan sesudah
menggunakan pembelajaran yang berbasis web (e-learning)

Penelitian yang akan dilakukan di Poltekkes Depkes Mataram

7
menggunakan pendekatan action research pada tingkat pendidikan
paramedis madya (bidang ilmu keperawatan, kebidanan, gizi dan analis
kesehatan). Sampel yang dilibatkan terdiri dari dosen dan mahasiswa
selaku pengguna. Evaluasi terhadap kepuasan juga menggunakan form
evaluas yang terdiri dari beberapa iterm pertanyaan menggunakan Skala
Likert 1 – 5 .(tidak puas – sangat puas). Pengambilan data dilakukan
dengan menggunakan formulir observasi, kuesioner, form wawancara
mendalam, form brainstorming dan formulir kepuasan pengguna yang
selanjutnya data tersebut diolah dan disajikan secara deskriptif.

4. Adib (2007) yang meneliti tentang pengembangan sistem informasi dan


komunikasi berbasis intranet dengan berfokus pada aspek teknis,
manusia, organisasi dan teknologi dengan rancangan penelitian kualitatif
mempergunakan pendekatan action research. Populasi pada penelitian
tersebut adalah karyawan Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai
Selatan dengan total sampel berjumlah 26 orang. Penelitian yang akan
dilakukan di Poltekkes Depkes Mataram ini juga menggunakan
pendekatan penelitian action research, namun populasi dan sampel pada
penelitian ini adalah dosen dan mahasiswa serta menggunakan sistem
yang berbasis internet, mengingat telah adanya sarana dan jaringan yang
terhubung (LAN) dan internet di Poltekkes Depkes Mataram.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

Pengalaman dari berbagai negara menunjukkan bahwa pendidikan


memang dapat dipakai sebagai instrumen untuk membangun bangsa. Makin
berpendidikan suatu bangsa terdapat kecenderungan makin maju negara
tersebut. Keyakinan ini juga yang dianut oleh Pemerintah Indonesia. Karena itu
pembangunan pendidikan di Indonesia selalu mendapatkan prioritas. Pendidikan
di Indonesia sebagaimana juga di negara lain telah berkembang begitu pesatnya.

Oleh karena itulah maka pendidikan di Indonesia diyakini sebagai sektor


penggerak pembangunan. Untuk mewujudkan amanat seperti yang dituliskan di
atas maka perundang-undangan dan peraturan yang menyangkut pendidikan
terus diperbaiki.disesuaikan dengan perkembangan zaman. Perundang-undangan
yang paling baru yang mengatur pendidikan ini adalah Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003. Setelah Undang
Undang ini diberlakukan, maka semua lembaga penyelenggara pendidikan dapat
dan diizinkan menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan alat bantu
pembelajaran elektronika atau e-learning (Soekartawi, 2007).

1. E-learning

a. Definisi E-learning

E-learning berasal dari huruf “e” (elektronik) dan “learning” (pembelajaran).


Jadi e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronik.
Menurut Anonymous (2000), e-learning didefinisikan .

E-learning (electronic learning) is “……. Term covering a wide set


applications and processes, such as web based learn, computer based
learning, virtual classrooms, and digital collaboration. It induces the delivery
of content via internet, intranet/extranet (LAN/WAN), studio and video tape,
satellite broadcast, interractive TV, CD room and more…”

9
Sementara itu UNESCO (2002) mendefinisikan e-learning sebagai berikut :

“E-learning is learning through available in the computers. Thus, e-learning or


online learning is always connected to a computer or having information
available through the use of computer”

Jackson (2002) menyatakan bahwa memang agak sulit


mendefinisikan e-learning, namun ia mengusulkan definisi : online learning
atau e-learning adalah pembelajaran yang penyampaiannya menggunakan
komputer. Karena itu ia juga menawarkan kesamaan e-learning dengan
Technology Delivered Learning”

Selanjutnya Soekartawi, Haryono dan Librero (2002) mendefinisikan e-


learning sebagai berikut :

“E-learning is a generic term for all technologically supported learning using


on array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and
videotapes, teleconferencing, satellite transmissions and the more recognized
web based training or computer aided instruction also commonly reffered to
as online courses”

Dari definisi di atas maka e-learning juga dapat diartikan sebagai


pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jaringan elektronik seperti
telepon, audio, video tape, transmisi satelit atau komputer. Walaupun
didefinisikan dengan berbagai versi yang mungkin satu sama lain berbeda,
namun satu hal yang sama tentang e-learning atau electronic learning adalah
pembelajaran melalui jasa bantuan “e” atau elektronik

Sebenarnya pembelajaran menggunakan teknologi internet memiliki


karakteristik–karakteristik khusus. Karakteristik-karakteristik tersebut yang
menjadikannya berbeda dengan media elektronik lain. Media elektronik lain
hanya sebagai alat bantu pembelajaran yang bersifat pasif, misalnya tape
recorder hanya dapat merekam suara dosen untuk diperdengarkan di lain
waktu, OHP membantu dosen untuk tidak repot dengan kotornya spidol saat
menulis di papan tulis dan mahasiswa dapat dengan mudah menggandakan
slide tanpa harus mencatat. Komputer stand alone juga hanya sebatas
penyampaian materi dengan presentasi yang disertai dengan video dan

10
gambar pendukung lainnya. Sedangkan internet adalah alat bantu
pembelajaran yang bersifat interaktif, karakteristik tersebut meliputi: informasi
real time, interaksi dosen-mahasiswa secara langsung walaupun tanpa tatap
muka, forum diskusi online antar mahasiswa, dapat diakses kapan saja dan di
mana saja, penyampaian dan pengumpulan tugas secara online,
penyampaian pengumuman administrasi perkuliahan dan jadual secara
online (Nugraha, 2007).

Kini e-learning merupakan salah satu alternatif untuk menyelesaikan


berbagai masalah pendidikan. Terlebih setelah fasilitas yang mendukung
pelaksanaan e-learning seperti internet, komputer, telepon dan hardware
serta software lainnya tersedia dalam harga yang terjangkau, maka e-
learning merupakan alat bantu pembelajaran yang semakin banyak diminati,
sehingga sering dipakai dalam sistem Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) atau
Distance Education (Soekartawi, 2007).

b. Karakteristik E-learning

Dengan berbagai pengertian tentang e-learning saat ini sebagian


besar mengacu pada pembelajaran yang menggunakan teknologi internet.
E-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan
serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai
istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha
pengajaran lewat teknologi internet.

E-learning adalah sebuah metode pembelajaran yang berbasis


elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer.
Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk
dikembangkan dalam bentuk yang berbasis web, sehingga kemudian
dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet, inilah
sebabnya mengapa sistem e-learning dengan menggunakan internet disebut
juga internet enabled learning. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa
menjadi lebih interaktif. Informasi-informasi perkuliahan juga bisa real-time.

11
Begitu pula dengan komunikasinya, meskipun tidak secara langsung tatap
muka, tapi forum diskusi perkuliahan bisa dilakukan secara online dan real
time. Sistem e-learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang
memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan di banyak waktu. Kapanpun
mahasiswa bisa mengakses sistem ini. Aktifitas perkuliahan ditawarkan untuk
bisa melayani seperti perkuliahan biasa. Ada penyampaian materi berbentuk
teks maupun hasil penyimpanan suara yang bisa di-download, selain itu juga
ada forum diskusi, bisa juga seorang dosen memberikan nilai, tugas dan
pengumuman kepada mahasiswa (Nugraha, 2007).

Dari definisi di atas maka e-learning adalah pembelajaran yang


pelaksanaannya didukung oleh jasa elektronika. yaitu yang pertama adalah
teknologi audio video, seperti telepon, voice mail, telepon radio, audio,
televisi, video tape, video text dan video messaging. Dengan teknologi audio
dan video maka bukan saja sistem pemberian pelayanan (delivery system)
yang dilaksanakan dengan cara ini, tetapi juga bahan ajarnya dapat disimpan
di audio kaset, video kaset dan sebagainya

Yang kedua adalah teknologi komputer atau sering disebut Computer


Assisted Technology. Sistem pemberian pelayananya dikenal dengan nama
Computer Assisted Learning. Penggunaan multimedia seperti animasi, grafik,
power point, VCD, CD-ROM dan berbagai software komputer sering
digunakan dalam cara ini.

Ketiga adalah teknologi web atau internet yang lazim dikenal dengan
nama “Online Learning” atau Web Based Learning (WBL). Cara ini banyak
dipakai dalam sistem pembelajaran jarak jauh. Dalam web berbagai fasilitas
Data Information Technologies (misalnya bulletin board, internet, e-mail, tele-
colaboration, chating) dapat dimanfaatkan (Soekartawi, 2007).

Menurut Soekartawi (2007), karakteristik e-learning baik di sistem


pembelajaran secara tatap muka, maupun dengan sistem pendidikan jarak
jauh antara lain adalah:

1. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, di mana guru/dosen dan


siswa/mahasiswa dan sesama siswa/mahasiswa atau sesama guru/dosen
dapat berinteraksi atau berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa

12
dibatasi oleh hal-hal yang protokoler atau dibatasi oleh tempat, jarak dan
waktu.

2. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer


network)

3. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)


disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru/dosen dan
siswa/mahasiswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan
memerlukannya.

4. Memanfaatkan jadwal pembelajaran kurikulum, hasil kemajuan belajar


dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat
pada setiap saat di komputer.

c. Kelebihan dan Kelemahan E-learning

Menyadari bahwa di internet dapat ditemukan berbagai informasi yang


dapat diakses secara lebih mudah kapan saja dan di mana saja, maka
pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Dari berbagai literatur yang
tersedia (Elangovan 1997, Soekartawi 2002 dan Mulvihil 2007) terdapat beberapa
kelebihan e-learning, antara lain :

1. Tersedianya fasilitas moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi


secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja
kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi jarak, tempat dan
waktu.

2. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai seberapa jauh bahan ajar yang telah dipelajari

3. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja
kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersebut telah tersimpan di komputer.

4. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan ajar
yang dipelajarinya ia dapat melakukan akses di internet secara mudah.

5. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat
diikuti dengan jumlah peserta yang banyak sehingga menambah ilmu

13
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

6. Berubahnya peran siswa yang bisanya pasif menjadi aktif.

7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau
sekolah konvensional, bagi yang sibuk bekerja atau bagi yang berada di luar
daerah dan sebagainya

Sementara itu Lieux (1996) dan Soekartawi (2002) menambahkan


kelebihan pemanfaatan IT/ICT atau e-learning dalam proses belajar mengajar
adalah :

1. Mempercepat terjadinya proses belajar dan mengajar yang mendasarkan diri


pada student learning approach

2. Menumbuhkan kreatifitas berfikir

3. Mendorong proses belajar mengajar menjadi lebih efisien

4. Mendorong peserta didik berjiwa mandiri

5. Memotivasi peserta didik giat belajar (peserta didik yang mengetahui banyak
soal-soal komputer merasa lebih percaya diri sehingga termotivasi untuk lebih
giat belajar)

6. Menjadikan komputer sebagai alat bantu penyelesaian administrasi

7. Memberikan rasa keadilan pada masyarakat. Misalnya mereka yang cacat,


mereka ingin belajar tetapi tidak mempunyai waktu yang teratur untuk
mengikuti pembelajaran, mereka yang sudah lanjut tetapi masih ingin belajar
dan lain-lainya

8. Mengatasi kekurangan tenaga pendidikan dan meningkatkan efisiensi

Walaupun demikian pemanfaatan e-learning untuk pembelajaran juga tidak


terlepas dari bebagai kelemahan. Kritik yang disampaikan Bullen (2001) dan
Beam (1997) antara lain dapat disebutkan :

1. Kurangnya interaksi antara guru dan peserta didik atau bahkan antara peserta
didik sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya “nilai”
atau values dalam proses belajar mengajar.

14
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.

3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada


pendidikan

4. Berubahnya peran guru yang semula menguasai teknik pembelajaran


konvensional, kini dituntut mengetahui teknik pembelajaran menggunakan IT.

5. Siswa yang tidak mempunyai motivasi tinggi cenderung akan gagal

6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan
dengan masalah tersedianya listrik, telepon atau komputer)

7. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal


internet.

8. Kurangnya penguasaan bahasa komputer

d. Merancang E-Learning

Sebelum menyelenggarakan e-learning maka terlebih dahulu dilakukan


2 (dua) hal yaitu analisis kebutuhan (Need Analysis) dan studi kelayakan
(Feasibility Study). Analisis kebutuhan dilaksanakan untuk menjawab
pertanyaan “Apakah e-learning dibutuhkan oleh lembaga penyelenggara
pendidikan yang bersangkutan?” Kalau jawabannya “ya” maka kegiatan
berikutnya adalah melaksanakan studi kelayakan.

Sebagai contoh fitur-fitur yang biasanya disediakan dalam sistem e-


learning adalah seperti di bawah. Namun contoh berikut belum tentu melingkupi
seluruh kebutuhan pengguna. Demikian juga belum tentu sebuah sistem e-
learning harus memasukkan semua fitur-fitur di bawah ini. Kita dapat
mengembangkan sistem berdasarkan kepada kebutuhan pengguna yang
sebenarnya (user needs).

1. Informasi tentang unit-unit terkait dalam proses belajar mengajar

Tujuan dan sasaran, silabus, metode pengajaran, jadual kuliah, tugas,


jadual ujian, daftar referensi atau bahan bacaan, profil dan kontak pengajar

15
2. Kemudahan akses ke sumber referensi

Diktat dan catatan kuliah, bahan presentasi, contoh ujian yang lalu,
Frequently Asked Questions (FAQ), sumber-sumber referensi untuk
pengerjaan tugas, situs-situs bermanfaat, artikel-artikel dalam jurnal online.

3. Komunikasi dalam kelas

Forum diskusi online, mailing list (millist) diskusi, papan pengumuman yang
menyediakan informasi (perubahan jadual kuliah, informasi tugas dan
deadline-nya)

4. Sarana untuk melakukan kerja kelompok

Sarana untuk sharing file dan direktori dalam kelompok.

5. Sistem ujian online dan pengumpulan feed back.

Dalam menganalisis kebutuhan perlu ditentukan apakah e-learning


dirancang untuk kelas tatap muka (face to face learning), kelas virtual (virtual
learning) atau gabungan kelas tatap muka dan kelas virtual (blended e-
learning). Sedangkan studi kelayakan akan menjawab apakah secara teknis e-
learning bisa dilaksanakan, secara finansial tidak merugikan dan secara sosial
bisa diterima oleh masyarakat, serta memperhitungkan hambatan-hambatan
yang mungkin akan muncul.

Studi kelayakan ini sangat penting mengingat masih banyak orang


berpendapat bahwa e-learning itu mahal dan rumit (kompleks). Banyak
anggapan yang menyatakan bahwa e-learning itu menggunakan teknologi yang
canggih atau teknologi tinggi (hight technology), dengan seperangkat piranti
keras dan lunak yang rumit dan berharga mahal. Di samping itu dengan akan
diterapkannya metode e-learning nanti akan mengabaikan “nilai-nilai” (values)
bagi pengguna atau tidak dan sebagainya (Soekartawi, 2007).

Agar sistem yang dibangun dapat berkesinambungan, maka analisis


kebutuhan pengguna mutlak diperlukan. Hal ini berdasarkan riset yang
dilakukannya Rocca menunjukkan bahwa keberlangsungan penggunaan e-
learning ditentukan oleh adanya kepuasan (satisfaction). Selanjutnya
keikutsertaan peserta ditentukan oleh adanya persepsi akan kegunaan, kualitas
informasi yang diperoleh, penegasan (confirmation), kualitas pelayanan,

16
kualitas sistem yang dibangun, persepsi kemudahan dalam penggunaan dan
penyerapan pengetahuan bagi penggunanya (Rocca, 2006).

Suatu sistem e-learning yang hebat dan canggih sekalipun, tidak akan
efektif tanpa diimbangi oleh adanya penggunaan maksimal bagi penggunanya.
Demikian pula apakah metode yang hendak dipergunakan tersebut akan
melengkapi kelas tradisional/klasikal atau bahkan menggantikannya/replace
(Pituch, 2004).

e. Mempersiapakan Perangkat Keras dan Lunak, SDM serta Piranti


Pendukungnya
Ada 4 hal penting yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan e-
learning yaitu perangkat keras, perangkat lunak, SDM dan piranti
pendukungnya.

1. Perangkat keras (hardware)

Perangkat keras biasanya dikonsentrasikan bukan saja piranti keras


komputer, tetapi juga yang lainnya seperti ketersediaan bandwith, printer,
loud speaker, USB, televisi, radio, WIFI, telepon, gedung dan gudang
peralatan. Jadi yang termasuk hardware dalam hal ini menyangkut : audio
dan video, komputer, internet, dan gabungan dari ketiganya.

2. Perangkat Lunak (Software)

Setiap penyelenggaraan e-learning diperlukan piranti lunak yang


dikembangkan berdasarkan aplikasi jaringan sehingga diperlukan
perangkat lunak. Yang termasuk dalam kategori software ini adalah ; sistim
operasi/Operating System (OS), web server, database server, web viewer,
web browser dan Learning Management System (LMS) (Soekartawi,
2007).

Beberapa software yang dipakai untuk sistem e-learning di


antaranya Moodle, A-Tutor dan lain-lain. Bahkan menurut Boulos (2006)
penggunaan wiki, blog dan podcast oleh tenaga pendidik profesional yang
berhubungan dengan kesehatan dan pelayanan, terus-menerus
meningkat secara tajam penggunanya. Hal ini terjadi karena adanya

17
begitu banyak kemudahan yang ditawarkan sehingga mereka
mendapatkan manfaat dengan melakukan sharing informasi dan
kemudahan melakukan kolaborasi. Selain kemudahan dalam penggunaan,
ketiga-tiganya bersifat open source/freeware, sehingga wajar apabila
penggunaanya dari waktu ke waktu semakin meningkat.

Peranan wiki, blog dan podcast bagi pengguna (user) dan


keterkaitannya dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Keterkaitan antara pengguna dengan wiki, blog dan podcast


(Boulos,2006)

3. Sumber Daya Manusia (SDM)

Mempersiapkan SDM berarti mempersiapakan orang-orang yang


tahu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Yang diperlukan tidak saja
SDM yang mampu mengoperasikan peralatan TIK, namun juga mampu
mempelajari dasar-dasar ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan TIK.
Upaya yang ditempuh dapat melalui pendidikan resmi/formal maupun non
formal. Yang perlu dipersiapkan agar SDM tidak gagap teknologi terutama
siswa/mahasiswa, guru/dosen, pegawai administrasi termasuk anggota
masyarakat agar mampu menuju knowledge society yang artinya
masyarakat yang ingin tahu dan mau belajar (Soekartawi, 2007).

18
4. Fasilitas Pendukung Lainnya

Lazimnya terdapat 3 tugas utama yang perlu dikerjakan oleh yang


orang yang ditugasi mengelola fasilitas pendukung, yaitu dukungan
teknologi, logistik dan pelayanan. Keperluan teknologi tersebut apakah
menggunakan teknologi audio atau video, teknologi komputer atau
internet. Di samping itu juga dukungan dalam kaitannya dengan masalah
konektivitas (jaringan).

Dukungan logistik berkaitan dengan kebutuhan pembelajaran dan


hal-hal yang berkaitan dengan itu. Misalnya bagaimana kontribusi bahan
ajar, baik cetak, CD, VCD dan yang lainnya. Bagaimana distribusi soal,
registrasi dan masalah administrasi lainnya seperti pembayaran biaya
pendidikan untuk keperluan praktikum. Di samping itu juga bagaimana
agar guru/dosen dapat bertugas dengan nyaman, serta mahasiswa dapat
pula nyaman belajar.

Dukungan pelayanan yang diberikan memerlukan prioritas dalam


penanganannya yaitu layanan dalam keperluan siswa/mahasiswa,
instruktur, guru/dosen dan para teknisi. Kegiatan e-learning sangat
tergantung pada kualitas layanan ini, sebab kalau masalah layanan ini
tidak diperhatikan, maka masa depan e-learning akan tidak banyak
memberi kontribusi yang berarti (Soekartawi, 2007).

f. Memilih Metode

Kendala jaringan yang dihadapi terutama infrastruktur yang ada di


negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang belum optimal,
menjadikan hambatan apabila e-learning diterapkan secara murni. Langkah
terbaik pada kasus ini adalah dengan cara menerapkan metode
pembelajaran campuran (blended learning). Pembelajaran campuran
mengkombinasikan metode pendidikan konvensional (tatap muka) dengan
pembelajaran yang ditunjang dengan adanya teknologi.

19
Terdapat empat model blended learning yaitu sebagai tambahan
(supplement), pengganti (replacement), emporium dan model buffet. Model
tambahan (supplement) apabila metode pembelajaran tradisional (tatap
muka) masih menjadi pokok atau intinya, ditunjang dengan aktivitas melalui
e-learning. Model pengganti (replacement) yaitu apabila beberapa metode
tatap muka diganti dengan aktifitas dan komunikasi melalui e-learning. Model
emporium adalah apabila kuliah formal diganti dengan aktifitas e-learning,
ditunjang dengan penyediaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat
diakses secara bebas dan mendukung mahasiswa melakukan pembelajaran
berbasis masalah. Sedangkan model buffet adalah metode yang fleksibel
yang memungkinkan mahasiswa mengikuti proses pembelajaran dengan
menentukan alurnya sendiri dengan memanfaatkan beberapa metode
pembelajaran. Untuk langkah awal pengembangan suatu institusi, maka
model supplement adalah yang paling mudah dilakukan (Lazuardi, 2007).

g. Isi/Content E-learning

Dalam menyusun content e-learning, kita tidak terlepas dari tersedianya


software yang mendukungngya. Ada beberapa perangkat lunak yang populer
saat ini salah satunya adalah Moodle. Moodle merupakan akronim dari
Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment. Moodle adalah
sebuah paket perangkat lunak yang berguna untuk membuat dan
mengadakan kursus/pelatihan/pendidikan berbasis internet. Moodle
merupakan perangkat lunak open source yang gratis, dan dapat bekerja
tanpa modifikasi pada Unix, Linux, Windows, Mac OS X dan sistem lain yang
mendukung PHP. Database yang terbaik bagi Moodle adalah MySQL
walaupun tidak menutup kemungkinan dapat pula mempergunakan program
database lain seperti Oracle, Acces dan lain-lain. (Prakoso,2005)

Fitur penting Moodle adalah website moodle.org. Situs ini berfungsi


sebagai pusat informasi, diskusi dan kolaborasi antar sesama pengguna
Moodle, di antaranya administrator sistem, para pengajar, peneliti, desainer
intsruksional dan developer perangkat lunak. Karena bersifat freeware maka
masukan pengembangan berdatangan dari masyarakat yang lebih luas
dengan situasai pengajaran yang berbeda. Sebagai contoh saat ini Moodle

20
tidak hanya digunakan oleh universitas, tetapi juga SMA, organisasi nirlaba,
perusahaan swasta dengan pengajar yang bebas dan tidak terbatas. Bahkan
dalam Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
disebutkan bahwa Moodle telah dipakai oleh 18.000 situs e-learning yang
tersebar di 163 negara (Lazuardi, 2007)

Sebagai gambaran dan perbandingan dari keunggulan Moodle


dibandingkan dengan Learning Management System (LMS) yang lain
ditunjukkan oleh Kareal and Klema (2006) dengan skor antara 1 paling buruk
dan 5 paling baik, yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.. Perbandingan Keunggulan dan Kelemahan Beberapa LMS dengan


Skor antara 1- 5 point

ITEM .LRN Docebo Moodle Dokeos ATutor Claroline


Doc. publishing 4 3 3 4 3 4
Calendar 5 2 5 3 2 2
Chat/forums 3 4 4 4 4 3
Grades/tests 4 3 5 4 3 3
Surveys 4 1 4 2 4 2
(Sumber: Kareal & Klema, J. 2006)

Sebagai penunjang kegiatan distance learning, pengguna Moodle perlu


memperhatikan tipe-tipe modul yang akan dipergunakan, agar tidak terjebak
pada kelengkapan dan kecanggihan fasilitas yang disediakan, yang justru
akan mengabaikan kegunaan yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
Beberapa di antaranya adalah

1. Modul Penugasan (Assignment)

Modul ini dapat dikelompokkan berdasarkan tanggal pengumpulan dan


urutan penilaian tugas, peserta didik dapat meng-upload penugasan yang
telah dikerjakan ke dalam server, untuk setiap penugasan seluruh kelas
dapat memberikan penilaian atau komentar, umpan balik diberikan oleh
pengajar ke dalam halaman setiap peserta didik dan pengajar dapat
memberikan penugasan baru yang terkait dengan penugasan sebelumnya

2. Modul chat

Modul ini memungkinkan interaksi sinkron (waktu yang bersamaan) yang

21
berbentuk teks, dapat menyertakan gambar atau foto pada jendela chat,
mendukung URL, HTML, images dan sebagainya serta semua sesi dapat
direkam dalam log agar dapat dilihat di lain waktu.

3. Modul forum

Modul forum menyediakan berbagai macam tipe forum, di antaranya forum


khusus pengajar, berita khusus, forum terbuka dalam sebuah urutan
sesuai kiriman pengguna, semua kiriman menyertakan forto pengirim,
diskusi dapat dikelompokkan sesuai tema flat atau urutan terlama dan
terbaru dan sebagainya.

Selanjutnya kumpulan diskusi dapat dipindahkan di antara forum khusus


bagi pengajar, pengajar juga dapat memilih untuk tidak menerima balasan
(reply) misalnya untuk forum berupa pengumuman dan jika rating forum
digunakan maka kita dapat memberikan batasan berupa cakupan tanggal.

4. Modul pilihan (Choice)

Seperti sebuah polling, modul ini untuk mendapatkan umpan balik dari
para peserta didik, pengajar dapat melihat polling yang ada yang
memperlihatkan pilihan seorang peserta dan peserta didik juga dapat
diberikan izin untuk melihat grafik hasil polling secara up to date.

5. Modul Kuiz (Quiz)

Pengajar dapat membuat data base pertanyaan agar dapat digunakan


pada kuis yang berbeda, pertanyaan dikelompokkan dalam beberapa
katagori untuk memudahkan akses, kuis dapat diatur ulang dalam jangka
waktu tertentu dan kuis secara otomatis dapat dinilai dan sebagainya.

6. Modul Jurnal

Privasi jurnal dapat diatur agar hanya dapat diakses oleh pengajar dan
peserta didik, setiap masukan jurnal dapat dimulai dengan pertanyaan
terbuka dan untuk jurnal tertentu seluruh kelas dapat memberikan
penilaian dalam formulir yang tersedia pada halaman tersebut.

7. Modul Bahan Pelatihan (Resource)

Modul resource mendukung berbagai macam format (Word, Power Point,


Flash, Video, Audio dan sebagainya), file dapat di-upload dan dikelola

22
dalam server, bahan pelatihan eksternal di web dapat di-link atau
disertakan dalam interface kursus dan aplikasi web eksternal dapat di-link
dengan disertai data tambahan yang diperlukan.

8. Modul Survei

Alat survey disertakan dalam Moodle sebagai tool untuk menganalisis


kelas online, laporan survey online selalu tersedia disertai dengan grafik
dan umpan balik dapat diperoleh dari peserta didik sebagai perbandingan
dengan rata-rata kelas.

9. Modul workshop

Modul ini memungkinkan adanya penilaian mendalam terhadap dokumen.


Pengajar dapat mengelola serta mengelompokkan penilaian yang ada ke
dalam tingkatan, dapat menyediakan dokumen contoh agar peserta didik
dapat berlatih memberikan penilaian dan modul ini sangat fleksibel dengan
disertai berbagai macam pilihan.

2. Action Research (Penelitian Tindakan)

Action research merupakan salah satu bentuk rancangan penelitian yang


ada, dalam penelitian tindakan ini peneliti mendeskripsikan, menginterpretasi dan
menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan melakukan
perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi. Ciri utama
penelitian tindakan adalah lahirnya pengetahuan baru dari pemecahan masalah
yang dilakukan (Blichfeldt, 2006).

Menurut Lewin yang disitasi Coughlan & Brannick (2001), action research
dalam pandangan tradisional adalah suatu kerangka penelitian pemecahan
masalah, di mana terjadi kolaborasi antara peneliti dengan client dalam mencapai
tujuan dengan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan baru secara
bersama. Pengertian kolaborasi yaitu penelitian yang dilakukan oleh sekelompok
peneliti melalui kerja sama. Penelitian tersebut dapat dilaksanakan melalui
tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis melalui
refleksi demokratik dan dialogis. Action research juga merupakan proses yang
mencakup siklus aksi, yang mendasarkan pada refleksi, umpan balik (feed back),
bukti (evidence) dan evaluasi atas aksi sebelumnya dan situasi sekarang. Proses

23
penelitian bersifat dari waktu ke waktu, antara “finding” pada saat penelitian dan
“action learning”.

Ciri-ciri penelitian dengan metode ini adalah proses dinamis, mengikuti


siklus refleksi, pengumpulan data dan tindakan, mengembangkan plan of action
untuk mengatasi masalah praktis dan adanya proses pembelajaran bersama
(Utarini, 2006). Sedangkan ciri action research yang dinyatakan oleh Kusnanto
(2006) antara lain : Berorientasi pada masa depan yang akan diwujudkan.
Peneliti bekerja sama dengan subyek peneliti; mempengaruhi pengembangan
sistem dalam organisasi; mengembangkan teori berdasakan action yang
dilakukan; masalah, tujuan dan metode penelitian sesuai proses yang
berkembang, kontekstual dan peneliti merupakan agen perubahan

Action research menurut Ferrance (2000) mempunyai 5 tahapan yang


merupakan siklus, dimulai dari identifikasi masalah, pengumpulan dan organisasi
data, interpretasi data, aksi berdasarkan data, refleksi atau evaluasi. Siklus ini
dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Siklus Action Research (Ferrance, 2000)

24
B. Landasan Teori

Ketika kita berbicara tentang strategi pengembangan e-learning, menurut


Romi (2006), maka hakekatnya adalah sama saja dengan strategi
pengembangan perangkat lunak. Hal ini karena e-learning adalah juga
merupakan suatu perangkat lunak. Dalam ilmu rekayasa perangkat lunak
(Software Engineering) ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam upaya
pengembangan sebuah perangkat lunak. Secara diagram dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 3. Diagram Pengembangan Perangkat Lunak E-learning (Romi, 2006)

Masalah analisis kebutuhan perlu ditekankan karena merupakan


hal terpenting yang sering dilupakan oleh pengembang aplikasi e-learning.
Kadang-kadang pengembang terobsesi untuk membuat apliasi e-learning
terlengkap dan terbaik, padahal itu belum tentu sesuai dengan kebutuhan
sebenarnya dari pengguna. Hasil dari proses analisis kebutuhan
(Requirement Analysis) pengguna, diterjemahkan sebagai fitur-fitur yang
sebaiknya masuk dalam sistem e-learning yang sedang dikembangkan.
Sedangkan pengelolaan isi (content management) e-learning
menurut Pouliquen (2005), diawali dari dosen/instruktur yang menyusun
materi untuk Mata Kuliah/kursus sesuai dengan bidang yang diampunya

25
dengan meng-upload secara langsung melalui web atau jaringan. Peran
administrator di sini adalah mem-validasi materi dengan menggunakan
analisis yang dilakukan secara otomatis oleh robot berupa seperangkat
komputer, maka terciptalah sebuah meta data yang tersusun dan
selanjutnya disimpan sebagai kumpulan data base di komputer.
Mahasiswa atau peserta kemudian dapat dengan mudah mengakses
menggunakan mesin penjelajah (browser) yang ada. Gambar
selengkapnya dapat dilihat pada diagram berikut :

Gambar 4. Diagram Pengelolaan E-Learning (Pouliquen, 2005)

Pengembangan sistem informasi tidak cukup hanya melengkapi


peralatan teknologi informasi dalam organisasi, tetapi juga disertai dengan
pengembangan aspek organisasi (management), aspek manusia (human)
dan system user. Hal ini sesuai dengan model Human Organization
Technology (HOT) Fit model yang dikemukakan oleh Yusof et al (2006).

26
Dalam penelitian yang dikembangkan ini, selain sebagai kerangka evaluasi
juga dijadikan sebagai kerangka pengembangan sistem (e-learning).
Selanjutnya Whitten (2004), menyebutkan bahwa prinsip-prinsip
mendasar pengembangan sistem adalah
1. Melibatkan pengguna sistem
2. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah
3. Bentuklah fase dan aktifitas
4. Mendokumentasikan sepanjang pengembangan
5. Membuat standar
6. Kelola proses dan proyek
7. Membenarkan sistem informasi sebagai investasi modal
8. Jangan takut membatalkan atau merevisi lingkup
9. Bagi (share) sistem tersebut
10. Desainlah sistem untuk pertumbuhan dan perubahan

C. Kerangka Konsep
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, peneliti
ingin melakukan pengembangan sistem informasi yaitu membangun
sistem e-learning di Poltekkes Depkes yang berbasis internet dengan
melakukan intervensi terhadap aspek teknologi, SDM dan kebijakan
organisiasi. Proses intervensi yang diharapkan terlaksana adalah
diciptakannya software e-learning Poltekkes Depkes Mataram,
tersosialisasi dan terlatihnya calon pengguna e-learning, terbentuknya tim
pengelola e-learning, tersusunnya prosedur tetap dan manual user atau
petunjuk teknis dan dioptimalkannya aspek teknis (hardware dan software)
yang ada.
Keluaran (output) yang diharapkan adalah penggunaan secara
nyata software e-learning dan manfaat yang diperoleh dengan metode
baru tersebut berupa kepuasan dari user. Kerangka konsep di atas dapat
digambarkan dengan diagram sebagai berikut :

27
Intervensi Hasil/Output Outcome

SDM
Pelatihan dan Bimtek

Kebijakan Organisasi Penggunaan Kepuasan


Prosedur tetap e-learning pengguna
Pembentukan tim

Teknologi
Hardware
Software
User manual

Gambar 5. Diagram Kerangka Konsep Penelitian

D. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah dengan terbangunnya sistem e-learning dan telah dilakukan
intervensi (SDM, kebijakan organisasi dan peningkatan teknologi) di
Poltekkes Depkes Mataram para dosen bersedia menggunakan sistem
tersebut?
2. Apakah dengan terbangunnya sistem e-learning dan telah dilakukan
intervensi (SDM, kebijakan organisasi dan peningkatan teknologi) di
Poltekkes Depkes Mataram para mahasiswa bersedia menggunakan
sistem tersebut?
3. Apakah dengan telah menggunakan sistem e-learning tersebut para dosen
mendapatkan manfaat/kepuasan ?
4. Apakah dengan telah menggunakan sistem e-learning tersebut para
mahasiswa mendapatkan manfaat/kepuasan ?

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan di dalam penelitian ini menggunakan pendekatan action


research yang bersifat kualitatif. Pengembangannya dilakukan tahap demi
tahap bersama-sama dengan pihak institusi dalam hal ini Poltekkes Depkes
Mataram. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

1. Tahap diagnosis

Pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan dan spesifikasi (Requirement


Analysis and Specification) serta identifikasi masalah yang ada, agar dapat
diantisipasi segala permasalahan yang terkait dengan akan diterapkannya
sistem baru.

2. Tahap perencanaan aksi

Tahap ini dilakukan penggalangan komitmen bagi manajemen dan


penyusunan kesepakatan pemanfaatan sistem yang baru (e-learning)

3. Tahap pelaksanaan aksi

Tahap ini dilakukan intervensi penyempurnaan jaringan dari sisi teknis


meliputi hardware, penambahan software anti virus, instalasi software
server XAMPP (Apache Webserver, MySQL server database dan PHP),
dan instalasi software aplikasi Moodle (Ver 1.5.4) Sedangkan intervensi
yang bersifat non teknis meliputi pembentukan tim pengelola, pelatihan
dan bimbingan teknis, penyusunan protap dan penyusunan user manual
(petunjuk teknis)

4. Tahap penggunaan Software

29
Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan observasi guna mendapatkan
jumlah data dan frekuensi penggunaan oleh dosen dan mahasisswa.

5. Tahap evaluasi

Setelah program berjalan beberapa kurun waktu (kurang lebih 2 bulan),


maka dilakukan evaluasi tingkat kepuasan (satisfaction) pengguna
terhadap pemanfaatan sistem.

B. Subyek Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pihak manajemen, seluruh


mahasiswa dan dosen Poltekkes Depkes Mataram

2. Sampel penelitian adalah 1 orang tenaga administrator, 1 orang


direktur dan 3 orang Pembantu Direktur (Pudir), 5 dosen dari masing-
masing jurusan (Jurusan Gizi, Keperawatan, Kebidanan dan Analis
Kesehatan) dan 10 orang mahasiswa dari setiap jurusan. Jumlah total
sampel keseluruhan adalah 1+1+3 + 20 + 40 = 65 orang
3. Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Sampel diambil dengan metode purposive sampling atau sampel


bertujuan yang didasarkan pada pertimbangan peneliti, bahwa :

a. Para pejabat struktural di lingkungan Poltekkes Depkes Mataram


adalah pihak penentu kebijakan dalam upaya mencapai
keberhasilan pengembangan sistem yang dibangun. Keseluruhan
pejabat struktural yang terdiri dari 1 orang direktur dan 3 orang
pudir diambil sebagai sampel penelitian
b. Dosen merupakan calon pengguna yang sangat potensial dalam
pengembangan sistem yang baru, karena mereka dituntut untuk
ikut serta mengelola content (isi) dari materi yang diampunya.

30
Dosen yang terpilih sebagai sampel adalah yang memenuhi kriteria
mampu menggunakan komputer (computer literate). Setelah
didaftar nama dosen yang akan diambil sebagai sampel, maka
untuk pengambilan sampel pertama dengan menggunakan
bilangan random. Sampel selanjutnya dipilih dengan metode
snowball sampling sampai didapatkan sejumlah 5 orang setiap
jurusan/prodi.
c. Mahasiswa berkepentingan dengan adanya isi/materi yang
disajikan dosen di dalam sistem berkaitan dengan mata kuliah yang
diambilnya. Mahasiswa yang terpilih sebagai sampel adalah yang
memenuhi kriteria mampu menggunakan komputer (computer
literate) dan telah mendapatkan Mata Kuliah Komputer. Setelah
didaftar nama mahasiswa yang akan diambil sebagai sampel, maka
untuk pengambilan sampel pertama dengan menggunakan
bilangan random. Sampel selanjutnya dipilih dengan metode
snowball sampling sampai didapatkan sejumlah 10 mahasiswa
setiap jurusan/prodi.
d. Administrator yang bertanggung jawab penuh dalam pengelolaan
sistem. Administrator yang dijadikan sebagai sampel dalam
penlitian ini adalah adminitrtor yang telah ditunjuk oleh Direktur
Poltekkes Depkes Mataram.

C. Instrumen Penelitian

Ketenagaan dalam melaksanakan penelitian ini adalah peneliti sendiri


dibantu oleh tenaga dari Poltekkes Depkes Mataram selaku pembantu
peneliti. Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Form pengambilan data seperti pedoman observasi, pedoman


wawancara mendalam (indepth interview), pedoman brainstorming,
kuesioner dan catatan di lapangan

31
2. Perangkat digital seperti kamera digital, alat perekam suara (recorder),
LCD projector, komputer (server dan work station), tester network (alat
untuk memeriksa kondisi pengkabelan jaringan)
3. Sotfware (program) yang meliputi software untuk server yaitu
menggunakan XAMPP (PHP, Apache dan MySQL), software program
aplikasi Moodle (Moodle ver. 1.5.4) dan software anti virus untuk
meningkatkan keamanan data (data security)
4. Alat pendukung lainnya seperti konektor, kabel, crimper (alat pemotong
dan pemasangan kabel) dan sebagainya.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Poltekkes Depkes Mataram yaitu di


Kampus A (Jurusan Keperawatan dan Kebidanan yang terletak di Jl.
Kesehatan V/10, Pajang Mataram) dan Kampus B (Jurusan Gizi dan Analis
kesehatan) yang terletak di Jalan Prabu Rangkasari, Dasan Cermen,
Cakranegara, Mataram. Sedangkan untuk kampus C (di Bima) tidak
dipakai sebagai lokasi penelitian, mengingat sangat jauhnya lokasi
tersebut dan belum tersedianya jaringan internet yang terhubung ke
Poltekkes Depkes Mataram.

E. Variabel Penelitian

Di dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah


pelatihan dan bimbingan teknis dalam menggunakan sistem, prosedur
tetap pengelolaan, pembentukan tim pengelola, perbaikan teknologi
hardware dan software serta penyusunan user manual atau petunjuk
teknis. Sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah penggunaan e-
learning yang bermuara pada tingkat kepuasan pengguna sistem meliputi
dosen, mahasiswa, pejabat stuktural dan administrator (pengelola).

F. Definisi Operasional

32
1. Pelatihan dan bimbingan teknis adalah pertemuan yang bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan penggunaan dan
pengelolaan sistem yang dilaksanakan dengan sasaran calon
pengguna (dosen dan mahasiswa), pejabat struktural serta
administrator sistem. Pelatihan dilakukan di aula Poltekkes Depkes
Mataram dengan nara sumber peneliti dan pihak lain yang
berkompeten di bidangnya.
2. Prosedur tetap adalah aturan atau kebijakan tertulis dan elektronik
yang disepakati dan ditandatangani oleh seluruh tim pengelola,
meliputi siapa yang berhak mengakses, waktu akses, pengaturan
chating, diskusi online, file-file apa yang harus diupload dan
sebagainya
3. Pembentukan tim pengelola adalah pembentukan struktur tim e-
learning di Poltekkes Depkes Mataram yang ditetapkan berdasarkan
SK Direktur Poltekkes Depkes Mataram dan dilengkapi dengan
pembagian tugas (job description) yang rinci dan jelas.
4. Perbaikan hardware adalah perbaikan yang dilakukan pada aspek
perangkat keras komputer yang terhubung dengan jaringan. Perbaikan
dilakukan bila fungsi komputer sebagai komputer server maupun pada
komputer client terganggu dan tidak bisa melakukan koneksi.
5. Perbaikan software adalah perbaikan yang dilakukan pada komputer
server maupun client pada aspek perangkat lunak yakni software untuk
pengamanan sistem (anti virus), aplikasi jaringan internet yang terdiri
dari XAMPP (Apache, MySQL dan PHP), software aplikasi Moodle
serta Browser Internet Explorer atau Mozilla.
6. Petunjuk teknis bagi pengguna maupun administrator adalah pedoman
teknis penggunaan internet dan software aplikasi bagi pengguna dan
administrator. Bagi pengguna (dosen dan mahasiswa) adalah cara
menghidupkan komputer, penggunaan internet, menjalankan program
aplikasi Moodle, login sebagai pengguna, melakukan komunikasi dan
pemrosesan data, upload materi bagi dosen dan download
data/informasi bagi mahasiswa sampai dengan mematikan komputer.
Sedangkan bagi administrator adalah pedoman teknis dengan menu
mulai menghidupkan dan mematikan komputer server, login sebagai

33
administrator, pengelolaan keamanan komputer (password),
pengelolaan materi yang akan di-upload dosen maupun yang akan di-
download mahasiswa dan sebagainya. Petunjuk teknis tersebut dalam
bentuk tertulis yang ditandatangani oleh Direktur Poltekkes Depkes
Mataram, serta dipahami oleh para pengguna.
7. Penggunaan e-learning adalah digunakannya software untuk e-
learning (Moodle) dengan benar oleh user di Poltekkes Depkes
Mataram sebagai salah satu metode belajar mengajar di samping
metode yang lain (konvensional)
8. Kepuasan (satisfaction) pengguna adalah :kepuasan yang
dipersepsikan atau dirasakan oleh pengguna akhir sistem (end-user)
yang diukur dengan mengisi kuesioner yang terdiri dari 5 point dari
skala Likert :

• Tidak pernah/tidak puas = 1


• Sangat jarang/kurang puas = 2
• Kadang-kadang/agak puas = 3
• Hampir selalu/cukup puas = 4
• Selalu/sangat puas = 5

Pengukuran dilakukan setelah implementasi sistem berjalan kira-


kira selama 2 bulan dengan menggunakan kuesioner tingkat kepuasan.

G. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan


menggunakan observasi terstruktur terhadap aspek teknis, penggunaan
internet, telaah dokumen, brain storming, Focus Group Discussion (FGD),
wawancara mendalam dan mencatat informasi yang ditemui di lapangan
selama dilakukannya penelitian dengan kuesioner.

1. Observasi terstruktur menggunakan check list, dipakai untuk


mengumpulkan data kondisi teknis jaringan yaitu dari sisi hardware dan

34
software yang ada pada komputer jaringan. Oleh karena pelaksana
observasi adalah peneliti bersama unsur Poltekkes, maka sebelum
dilaksanakannya obervasi, perlu dilakukan penyamaan persepsi
terhadap seluruh item pertanyaan yang ada pada pedoman observasi.
Instrumen pengambilan data yang dipergunakan adalah alat
dokumentasi/kamera serta form pedoman observasi dokumentasi dan
perangkat jaringan sebagaimana yang terdapat pada lampiran 1.
2. Telaah dokumen dilakukan dengan pemeriksaan terhadap dokumen,
SK pengelola sistem, protap, juknis dan dokumen lelang pengadaan
alat (jika ada) atau dari sisi administrasi dalam pengadaan perangkat
keras, perangkat lunak dan konektivitas jaringan yang ada. Instrumen
pengambilan data mempergunakan alat dokumentasi/kamera dan alat
tulis seperlunya.
3. Dalam penelitian ini metode brainstorming dipakai sebagai salah satu
alat pengumpul data pada saat identifikasi kebutuhan sistem dan
menyusun kesepakatan-kesepakatan yang ada. Peserta yang
diundang adalah pihak Poltekkes (1 orang direktur dan 3 orang pudir),
seluruh ketua jurusan (4 orang) dan pengelola data/administrator (1
orang). Instrumen pengambilan data yang dipergunakan adalah alat
tulis dan form brainstorming seperti terdapat dalam lampiran 3
4. Diskusi kelompok Terfokus/ Focus Group Discussion (FGD) dilakukan
dengan tujuan mengumpulkan data mengenai persepsi peserta
terhadap sesuatu misalnya pelayanan dan tidak mencari kesepakatan
ataupun keputusan mengenai tindakan yang harus diambil
(Prabandari, 2006). Dalam hal ini persepsi yang ,menjadi topik diskusi
adalah persepsi tentang adanya sistem baru yang telah dibangun (e-
learning) yang dilihat dari aspek SDM, organisasi dan teknologi. Yang
menjadi peserta FGD adalah pihak pengguna (dosen dan mahasiswa)
sejumlah 8 orang dengan perincian 1 orang mahasiswa dan 1 orang
dosen tiap jurusan. Cara pengambilan sampel secara purposive
sampling dengan kriteria sampel pernah menggunakan sistem e-
learning Poltekkes Mataram. Instrumen pengambilan data yang dipakai
adalah kamera, alat perekam, alat tulis dan form FGD seperti terdapat
dalam Lampiran 2.

35
5. Catatan di lapangan digunakan untuk mengumpulkan data atau
mendokumentasikan terhadap peristiwa yang terjadi di lapangan
selama penelitian dilaksanakan, menganalisis permasalahan yang
timbul dan melakukan tindakan yang dianggap perlu. Instrumen yang
dipergunakan adalah alat tulis dan catatan pengamatan partisipatif
sebagaimana yang terdapat pada Lampiran 4.
6. Wawancara mendalam (indepth interview) digunakan untuk
mengumpulkan data pengelolaan e-learning yang terkait dengan
kebijakan-kebijakan yang mendukung atau menghambatnya dan
dilakukan terhadap Direktur Poltekkes Depkes Mataram. Instrumen
pengambilan data yang dipergunakan adalah alat tulis, alat perekam
(recorder) dan pedoman wawancara mendalam sebagaimana yang
terdapat pada Lampiran 6.
7. Kuesioner dipakai untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna
terhadap sistem baru (e-learning) yaitu dosen sebanyak 20 orang dan
mahasiswa sebanyak 40 orang. Kuesioner diisi sendiri oleh responden,
dengan alasan dapat memberikan keleluasaan responden untuk
mengingat dan mengumpulkan bukti, kerahasiaan responden lebih
terjaga dan fleksibel dengan waktu yang tersedia bagi responen.
Instrumen pengambilan data yang dipergunakan adalah form evaluasi
sebagaimana yang terdapat pada Lampiran 5.

H. Pengukuran Validitas Data

Dalam penelitian ini pengukuran validitas adalah dengan


menggunakan metode triangulasi sumber data, yaitu membandingkan apa
yang dikatakan oleh responden satu dengan yang lain, membandingkan
data isian kuesioner dan didukung adanya hasil observasi.

36
I. Cara Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan secara deskriptif kualitatif.
Hasil pengumpulan data dianalisis secara analisis isi (Content Analysis)
yaitu suatu proses pengidentifikasian, pengkodean dan kategorisasi pola-
pola penting dari hasil observasi, wawancara, brain storming dan FGD
dengan tahapan sebagai berikut

1. Mendeskripsikan hasil pengumpulan data


2. Melakukan pengkodean berdasarkan pedoman observasi, pertanyaan,
FGD dan wawancara mendalam
3. Melakukan open coding gabungan dari seluruh transkrip
4. Mencari pola dan hubungan berdasarkan temuan hasil wawancara dan
FGD dengan observasi.
5. Menarik kesimpulan.

Sedangkan hasil pengumpulan data yang diperoleh dari kuesioner


tingkat kepuasan, data jawaban responden direkapitulasi ke dalam
tabel. Kemudian dilakukan bobot masing-masing jawaban. Adapun
bobot untuk masing-masing jawaban adalah sebagai berikut

• Tidak pernah/tidak puas = 1


• Sangat jarang/kurang puas = 2
• Kadang-kadang/agak puas = 3
• Hampir selalu/cukup puas = 4
• Selalu/sangat puas = 5

J. Jalannya Penelitian
1. Tahap Diagnosis
Pada tahap ini dilakukan penilaian atau identifikasi masalah
terhadap sistem yang lama dan identifikasi kebutuhan yang diawali
dengan sosialisasi penggunaan e-learning. Metode yang digunakan
dalam tahap ini adalah observasi terstruktur (check list) terhadap kondisi
teknis jaringan LAN baik komputer server maupun work station oleh

37
peneliti dan staf yang ditunjuk dari Poltekkes Depkes Mataram.
Identifikasi masalah dan observasi awal diharapkan akan dapat
mengenali masalah dan dapat mengidentifikasi kebutuhan serta hal-hal
yang diperlukan.

2. Tahap Perencanaan Aksi


Dalam tahap ini dilakukan pertemuan untuk penggalangan
komitmen dari organisasi untuk mengoptimalkan pemanfaatan e-
learning. Metode yang dipergunakan berupa pertemuan, curah
pendapat (brain storming) yang menghadirkan pejabat dan kajur di
Poltekkes Depkes Mataram.
Tujuan pertemuan ini adalah untuk membangun komitmen dan
kesepakatan bersama dalam membangun sistem yang baru (e-
learning) berbasis internet untuk mendukung terlaksananya kegiatan
proses belajar mengajar yang lebih berkualitas. Output dari pertemuan
ini berupa butiran-butiran kesepakatan dan sosialisasi akan adanya
alternatif sistem baru (e-learning) yang memungkinkan terjadinya
perubahan metode belajar mengajar konvensional (sistem lama)
menuju sistem e-learning yang terdigitalisasi (sistem baru).

3. Tahap Pelaksanaan Aksi


Pada tahap ini dilakukan intervensi penyempurnaan jaringan dari
sisi teknis meliputi perbaikan dan optimalisasi hardware dan software,
instalasi software anti virus, instalasi aplikasi server XAMPP (PHP,
Apache, MySQL), instalasi program aplikasi untuk e-learning yaitu
Moodle (Ver. 1.5.4). Intervensi lain adalah yang bersifat non teknis
meliputi pembentukan tim pengelolaan, pelatihan dan bimbingan teknis,
penyusunan protap dan petunjuk teknis (juknis) penggunaan sistem.
Tahap awal dari intervensi penelitian ini adalah pembentukan tim
pengelola. Susunan tim yang hendak dibentuk meliputi penunjukan web
master, administrator, user dan teknisi yang selanjutnya dituangkan
dalam suatu SK Direktur Poltekkes Depkes Mataram. Apabila SK telah
diterbitkan, maka dilanjutkan dengan pebaikan teknis jaringan baik

38
hardware dan software yang akan dilakukan oleh peneliti dan staf
Poltekkes Depkes Mataram berkompeten yang telah ditunjuk.
Apabila dari sisi teknis jaringan sudah dinyatakan baik maka
dilanjutkan dengan pelatihan tentang internet dan aplikasi program baru.
Pelatihan dilaksanakan dalam 2 tahap, yang pertama pelatihan terhadap
administrator dan yang kedua pelatihan terhadap user. Materi pelatihan
untuk user berupa pemberian teori dan ketrampilan (praktek)
menggunakan internet dan program aplikasi (Moodle). Teori yang
disampaikan meliputi cara menghidupkan komputer (server dan
workstation), cara masuk jaringan (login), pengenalan menu dan cara
menggunakan menu yang ada, misalnya cara mendaftar, download file
dan software anti virus, form diskusi, quiz/penugasan, akses terhadap
materi atau artikel dosen, chating, kalender bersama, jajak pendapat
(polling), pengumuman dan jadwal, mengakses foto serta gambar dan
sebagainya. Sasaran pelatihan ini adalah pengguna (dosen dan
mahasiswa). Setelah pemberian materi selesai, dilanjutkan dengan
praktek langsung didampingi pelatih dan administrator sistem.
Intervensi selanjutnya adalah menyusun prosedur tetap dan
pedoman penggunaan sistem. Hasil dari pertemuan ini akan dicatat dan
dirumuskan untuk selanjutnya ditetapkan dalam SK Direktur Poltekkes
Depkes Mataram. Dalam tahap ini juga dibuat manual teknis tim
pengelola oleh peneliti dan staf Poltekkes Depkes Mataram yang
ditunjuk. Seluruh dokumen (termasuk SK) yang telah diterbitkan
selanjutnya di-upload di internet dan secara tertulis didistribusikan ke
masing-masing yang bersangkutan.

4. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi tingkat kepuasan (satisfaction)
pemanfaatan sistem baru (e-learning). Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan kuesioner tentang tingkat kepuasan terhadap penggunaan
sistem. Pengukuran kepuasan dilakukan terhadap pihak manajemen
(pejabat struktural) dan pengguna akhir (end-user) yang meliputi dosen
dan mahasiswa.

39
Penelitian dinyatakan selesai apabila dalam hasil evaluasi
kuesioner menunjukkan secara umum sistem yang dibangun dinyatakan
oleh responden sudah sesuai atau hasil rata-rata di atas angka median 3
atau cukup puas. Namun apabila hasil penilaian kepuasan di bawah 3 atau
kurang puas, maka akan dilakukan penyempurnaan sistem kembali
dengan mengadakan pertemuan dengan pengguna serta pihak
manajemen/institusi.

K. Jadwal Penelitian

Tahun 2008 Tahun


No Kegiatan
5 6 7 8 9 10 11 12 2009
1.
Persiapan Penelitian

a. Pengajuan judul X
X
b. Persetujuan judul

c. Penyusunan proposal
X
d. Seminar proposal X
X
e. Pengurusan izin

2.
Pelaksanaan Penelitian

a. Instalasi sistem X
b. Pertemuan dgn user X X
X
X X
c. Penggunaan sistem

d. Evaluasi Tkt Kepuasan X

3. Penyusunan Hasil X X
4. Seminar Hasil X
5. Perbaikan Laporan Thesis X X
6. Penyusunan Thesis X

40
DAFTAR PUSTAKA

Amir, A. (1999) Hubungan Antara Faktor Kemampuan, Komitmen dan


Motivasi dengan Kinerja Dosen Tetap PAM Keperawatan Jambi.
Thesis. PPS UGM, Yogyakarta

Adib, M. (2007) Pengembangan Sistem Informasi dan Komunikasi Berbasis


Intranet untuk Meningkatkan Koordinasi Manajemen di Dinas
Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Thesis, PPS UGM,
Yogyakarta

Anonymous. (2000) The Dakar Framework for Action Education for All, World
Education Forum. Dakar. Senegal. 26-28 april 2000

Anonim. (2007) Laporan Tahunan Politeknik Kesehatan Depkes Mataram


Tahun 2006. Poltekkes Depkes Mataram. Mataram.

Anonim. (2007) Profil Poltekkes Depkes Mataram Tahun 2006. Poltekkes


Depkes Mataram. Mataram.

Beam, P. (1997) Breaking the Sprinter’s Wrist : Achieving Cost Effectiveness


in Online Learning. UNDP-Unesco .Tuban. Bali. Indonesia.

Blichfeldt, BS. Anderson, JR. (2006) Creating a Wider Audience for Action
Research. Learning from Case Study Research. Journal of Research
Practice. Volume 2 Issue 1 Article D2

Boulos, MN. Kamel. (2006) Wikis, Blogs and Podcasts : A New Generation of
Web Based Tools for Virtual Collaborative Clinical Practice and
Education. BMC Medical Education. Biomed Central.
http://www.biomedcentral.com/1472-6920/6/41

Bullen, M. (2001) E-learning and the Internalization Education, Malaysian


Journal of Educational Technology, 1(1) 37-46

Coughlan, D & Brannick, T. (2001) Doing Action Research in Your Own


Organization, Biddles Ltd. Guildford, Surrey, Great Britain

Curran,V. Lockyer, J. Sargeant, J. Fleet, L (2006). Evaluation of Learning


Outcomes in Web Based Continuing Medical Education. Academic
Medicine. Vol. 81 No. 10 Oct. 2006

Depdiknas. (2005) Rencana Strategis (RENSTRA) Departemen Pendidikan


Nasional 2005-2009, Depdiknas. Jakarta.

41
Elangovan (1997) Internet Based Online Teaching Aplication with Learning
Space. Paper presented at the International Symposium on Distance
Education and Open Lerning. UNDP-Unesco .Bali Indonesia.

Ferrance, E. (2000) Action Research, The Education Alliance. Northeast and


Islands Regional Educational Laboratory at Brown University

Jackson, RH. (2002) Defining E-learning Diffferent Shades of Online. Web


Based Learning Library, 13 Sept 2002

Kadir, A. (2007) Pengenalan Sistim Informasi. Penerbit Andi Offset.


Yogyakarta.

Kareal, F& Klema, J. (2006) Adaptivity in E-Learning. Current Developments in


Technology Assisted Education. Formatex 2006

Kusnanto, H. (2006). Metode Riset Sistem Informasi Manajemen Kesehatan.


Hand out kuliah. Metodologi Penelitian Program Pasca Sarjana FK-UGM,
Pogram Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta

Lazuardi, Lutfan. (2007) Strategi Mengembangkan E-Learning untuk


Pendidikan. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan
Indonesia.Tahun 02 No. 03 83-121 Yogyakarta

Lieux, ME (1996) A Comparative Study of Learning in Lecture vs Problem


Based Format. A Newsletter of the Center for Teaching Effectiveness,
Spring. http://www./udel.edu/cte/apr1996-nutr.html

Mulvihill, RP. (1997) Technology Application to Distance Education Paper


presented at the International Symposium on Distance Education and
Open Learning. UNDP-Unesco .Bali. Indonesia. 17-20 Nov 1997

Nugraha, WA. (2008) E-Learning vs i-Learning IlmuKomputer.com download


tanggal 20 Feb 2008 http://ilmukomputer.com/2007/11/27/e-learning-vs-i-
learning/

Pituch, Keenan A and Lee,YK. (2006). The Influence of System Characteristic


on a Learning Use. Journal of Computer and Education. Vol 47. P. 222-
244 www.elsevier.com/locate/compedu doi 10.1016/j compedu
2004.10.007

Pouliquen,B Duff, LF. Dellamare, D. Cuggia, M. Mougin, F. Beux, PL. (2005).


Managing Education Resource in Medicine. System Design in
Integration. International Journal of Medical Informatics Vol 74. P.2001-
2007 www.intl.elsevierhealth.com/journals/ijmi doi:10.1016/j.ijmedinf.
2004.04.020

42
Prabandari, YS. (2006) Melakukan Diskusi Kelompok Terfokus. Modul Kuliah
Metodologi Penelitian PS IKM FK UGM Yogyakarta

Prakoso,KS. (2005) Membangun E-learning dengan Moodle. Penerbit Andi.


Yogyakarta

Romi, SW. (2006) Pengantar E-Learning dan Pengembangannya.


IlmuKomputer.com download tanggal 20 Feb 2008
http://ilmukomputer.com/2006/08/22/pengantar-elearning-dan-
pengembangannya/

Rocca, Juan Carlos. Chao MC. Martinez, FJ (2006). Understanding E-learning


Continuance Invention : An Extension of the Technology Acceptance
Model. International Journal Human Computer Studies. Vol 64. P.683-696.
Elsevier.Ltd

Ruiz, JG. Mintzer, MJ, Leipzig, RM. (2006). The Impact of E-Learning in Medical
Education. Academic Medicine. Vol. 81 No. 3 March 2006

Shu, SL. Hsiu, MH. Gwo, DC (2006). Surveying Instructor and Learner
Attitudes Toward E-Learning. Computer and Education.
www.elsevier.com/locate/compedu. doi.10.1016/j.compedu.2006.01.001

Sukartawi, Haryono,A and Librero, F (2002) Greater Learning Opportunities


through Distance Education: Experiences in Indonesia and the
Philippines. Journal of Southeast Asian Education. Vol. 3 No.2

Soekartawi. (2007) Merancang dan Menyelenggarakan E-Learning. Rumah


Produksi Informatika. Yogyakarta

Sondang, S. (2002) Sistem Informasi Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta.

UNESCO. (2002) Information and Communication Technologies in Teacher


Education. France. UNESCO.

Utarini, A. (2006) Penelitian Action Research. Hand out Kuliah Metodologi


Penelitian. Program Pasca Sarjana FK-UGM. Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta

Wang, YS.Wang, HY. Shee, DY.(2005). Measuring E-learning Systems Succes


in an Organizational Context : Scale Development and Validation.
Journal of Computer in Human Behavior.
www.elsevier.com/locate/comphumbeh/ doi 10.1016/j chb 2005.10.006

43
Whitten, JL Bentley, LD & Dittman, KC. (2004) Metode Desain dan Analisis
Sistem, Edisi 6 Penerbit Andi bekerja sama dengan Mc. Graw Hill
Education. Yogyakarta

Yusof, MM. Paul, RJ. Stergioulas, LK. (2006) Toward a Framework for Health
Information System Evaluation. School of Information System
Computing and Mathematics. Brunel University.Uxbridge.Middlesex, UB83,
PH,UK.http://www.csdl2.computer.org/comp/proceeding/hicss/2006/2507/0
5/250750095a.pdf

44
Lampiran 1

Pedoman Observasi Dokumentasi dan Perangkat Jaringan pada penelitian


PENGEMBANGAN E-LEARNING DI POLTEKKES DEPKES MATARAM
SEBAGAI SUATU METODE PEMBELAJARAN YANG BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI

A. Ceck list Observasi Penggunaan Perangkat Jaringan Sistem E-learning

No Hasil Pengamatan Ada Tidak


ada

1 Konektivitas jaringan internet

2 Ketersediaan prosedur tetap penggunaan


sistem e-learning

3 Ketersediaan petunjuk teknis penggunaan e-


learning

4 Keberadaan pengelola/tim e-learning

5 Keberadaan SK Direktur Poltekkes Depkes


Mataram

6 Keberadaan dokumen kontrak kerja pengadaan


perangkat keras dan lunak

B. Ceck list Observasi Perangkat Lunak Pendukung Penggunaan Sistem E-


learning

1. Komputer server

No Uraian Jenis Ket

1 Sistem Operasi (OS) a. Microsoft Windows

b. Linux

2 Program Aplikasi a. Microsoft Office

b. Open Office

3 Aplikasi lainnya a. ……………………..

b. ……………………...

c. ……………………..

d. …………………….

e. …………………….

45
2. Komputer Work Station (Komputer 1-16)

No Uraian Jenis Ket

1 Sistem Operasi (OS) a. Microsoft Windows

b. Linux

2 Program Aplikasi a. Microsoft Office

b. Open Office

3 Aplikasi lainnya a. ……………………..

b. ……………………...

c. ……………………..

C. Check List Observasi Spesifikasi Hardware

1. Komputer Server (Server 1 dan 2)

No Uraian Spesifikasi Ket

1 Processor

2 Memory

3 VGA

4 Hard disk

5 Floopy disk

6 CD/DVD/ROM/RW

7 Modem

8 Sound card

9 Monitor

10 Printer

11 Lain-lain

a. ………………………………

b. ……………………………….

46
c. ………………………...........

2. Komputer Work Station (komputer 1-16)

No Uraian Spesifikasi Ket

1 Processor

2 Memory

3 VGA

4 Hard disk

5 Floopy disk

6 CD/DVD/ROM/RW

7 Modem

8 Sound card

9 Monitor

10 Printer

11 Lain-lain

a. ………………………………

b. ……………………………….

c. ………………………………

d. ………………………………

D. Check list Observasi Jaringan

1. Jenis jaringan : a. LAN b. WLAN

2. Media transmisi : a. Kabel UTP b. Coaxial c. Udara

47
3. Connector : a. RJ 45 b. Lanilla

4. Concentrator : a. HUB b. Switch

5. Pengalamatan IP : a. Otomatis b. Manual

6. Pengkabelan K.server: a. Terpasang b. Tidak terpasang

7. Pengkabelan Work st. : a. Terpasang b. Tidak terpasang

8. Keberadaan manual teknis penelusuran masalah jaringan

a. Ada b. Tidak ada

9. Keberadaan peralatan cadangan

a. Ada b. Tidak ada

48
Lampiran 2

Pedoman Diskusi Kelompok Terarah/Focus Group Discussion (FGD) pada


penelitian PENGEMBANGAN E-LEARNING DI POLTEKKES DEPKES
MATARAM SEBAGAI SUATU METODE PEMBELAJARAN YANG BERBASIS
TEKNOLOGI INFORMASI

Diskusi kelompok terarah dengan pengguna e-learning (dosen dan mahasiswa)

A. Identifikasi Masalah

1. Aspek Sumber daya manusia

a. Apakah bapak/ibu/sdr. pernah mengikuti pelatihan komputer ? Jika


pernah, jenis pelatihan apa, berapa kali, kapan waktunya dan siapa
penyelenggaranya ?

b. Apakah pernah mengikuti sosialisasi atau pelatihan tentang internet? Jika


pernah kapan ?

c. Apakah bapak/ibu/sdr. mengetahui tentang e-learning? Mohon


dijelaskan !

d. Apakah bapak/ibu/sdr. biasa melakukan berbagi/sharing data atau


informasi? Apakah ada kendala dalam sharing tersebut?

2. Aspek Organisasi/Manajemen

a. Apakah ada prosedur tetap atau kebijakan tertulis tentang penggunaan


internet dan sistem e-learning?

b. Sepengatahuan bapak/ibu/sdr. apakah ada tim Pengelola Sistem


Informasi di Poltekkes Depkes Mataram?

49
c. Apakah ada kendala dari aspek organisasi ? Jika ada kendala apa yang
dirasakan ?

3. Aspek Teknologi

a. Bagaimana tingkat keamanan sistem terhadap serangan virus dengan


menggunakan internet ?

b. Bagaimana tingkat kecepatan dan kehandalan komunikasi


materi/informasi yang disampaikan dosen dengan menggunakan sistem
e-learning ?

c. Dalam pengelolaan jaringan apakah ada kendala dari aspek teknologi?


Jika ada, mohon sebutkan !

Lampiran 3

Curah Pendapat (Brain Storming) pada penelitian PENGEMBANGAN E-


LEARNING DI POLTEKKES DEPKES MATARAM SEBAGAI SUATU METODE
PEMBELAJARAN YANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

Curah Pendapat (Brain Storming) oleh pejabat struktural dan ketua jurusan.

A. Identifikasi kebutuhan

1. Apakah keberadaan internet di Poltekkes Depkes Mataram dirasakan


membantu dalam proses belajar mengajar?

2. Apakah perlu dilakukan pelatihan penggunaan internet ?

3. Jika perlu, berapa kali dilakukan, kapan waktunya, di mana


pelaksanaannya, siapa sebaiknya pengajarnya?

50
4. Apakah Bapak/Ibu mengetahui metode pembelajaran e-learning?
Pernahkah membuka situs e-learning dari institusi lain atau pernah
menjadi peserta e-learning?

5. Menurut Bapak/Ibu apakah di Poltekkes Depkes Mataram diperlukan


adanya metode e-learning tersebut?

6. Kalau perlu, fasilitas apa yang sebaiknya ditampilkan dalam menu


utamanya?

7. Apakah perlu dibentuk tim khusus yang mengelola e-learning tersebut?


Apakah diperlukan adanya prosedur tetap dan petunjuk teknis yang
tertulis dalam pengelolaan e-learning?

8. Apakah yang dapat Bapak/Ibu harapkan dengan akan dibangunnya


sistem e-learning di Poltekkes Depkes Mataram ini?

B. Kesepakatan

1. Bagaimana susunan tim e-learning tersebut dan siapa saja sebaiknya


personel yang terlibat di dalamnya?

2. Jenis Mata Kuliah apa saja sesuai dengan sistem e-learning yang
dapat di-upload oleh dosen? Kapan di-upload dan bagaimana
caranya?

3. Siapakah yang bertanggung jawab terhadap isi/content Mata Kuliah


dari e-learning tersebut?

4. Siapa yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan sistem e-


learning secara teknis?

51
5. Apakah perlu diberikan reward kepada tim tersebut?

Siapa-siapa dan hak apa saja yang dimiliki oleh para pengguna e-
learning dapat dilihat pada tabel berikut :

Fasilitas Materi Penanggun Yang Yang Pengelola


g jawab Isi/ berhak berhak sistem
materi akses upload

Upload file

Download file

Sharing
data/informasi

Quiz

Diskusi online

Pengumuman

Chatting

Jajak
pendapat

Agenda

6. Siapa yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan e-learning ?

7. Apakah perlu diadakan evaluasi berkala? Setiap berapa bulan/tahun


sekali dan point apa saja yang dievaluasi?

8. Bagaimana pengelolaan biaya operasional sistem selama


dipergunakan?

52
Lampiran 4

Catatan pengamatan partisipatif tentang penggunaan e-learning pada penelitian


PENGEMBANGAN E-LEARNING DI POLTEKKES DEPKES MATARAM
SEBAGAI SUATU METODE PEMBELAJARAN YANG BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI

Hari/tanggal Permasalahan Tindakan Komentar

53
Lampiran 5

Evaluasi tentang Pemanfaatan Penggunaan e-learning pada penelitian


PENGEMBANGAN E-LEARNING DI POLTEKKES DEPKES MATARAM
SEBAGAI SUATU METODE PEMBELAJARAN YANG BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI

A. Identitas Pengguna (Responden)

1. Nama : …………………………………….…………..

2. Umur :…. Tahun

3. Pekerjaan : Dosen/mahasiswa

4. Jurusan/Prodi :…………………………………………………

B. Pertanyaan untuk pengguna e-learning

Skala pengukuran :

1. Tidak pernah/tidak puas

2. Sangat jarang/kurang puas

3. Kadang-kadang/agak puas

4. Hampir selalu/cukup puas

5. Selalu/sangat puas

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memilih salah satu jawaban yang
Saudara rasakan paling sesuai dengan cara memberi tanda V (Check) pada
kolom di bawah jawaban yang sesuai !

Komentar

No Pertanyaan Tidak Sangat Kadang Hampir Selalu

pernah jarang kadang selalu

Isi/Content

1 Apakah e-learning yang ada menyediakan

informasi sesuai kebutuhan Anda?

54
2 Apakah informasi yang disediakan cukup

jumlahnya?

3 Apakah informasi yang disediakan cukup

akurat dan up to date datanya?

4. Apakah fasilitas pada sistem berupa fitur-fitur

yang tersedia memadai?

5 Apakah materi yang disajikan/up load dosen

sesuai dengan sistimatika/silabus MK yang

diajarkan

Kemudahan Penggunaan (Ease of Use)

1 Apakah interface/tampilan muka sistem e-

learning menarik?

2 Apakah sistem e-learning ini mudah

dipelajari?

3 Apakah sistem menerapkan sistimatika yang

logis?

4 Apakah sistem yang tersedia mudah

digunakan?

5 Apakah sistem menyediakan fasitas/fitur yang

interaktif?

6 Apakah sistem menyediakan fasilitas

permintaan bantuan (Help desk)

55
Lampiran 6

Pedoman wawancara mendalam (Indepth Interview) untuk mengukur tingkat


kepuasan manajemen pada penelitian PENGEMBANGAN E-LEARNING DI
POLTEKKES DEPKES MATARAM SEBAGAI SUATU METODE
PEMBELAJARAN YANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

Wawancara mendalam dengan Direktur Poltekkes Depkes Mataram ?

1. Bagaimana menurut Bapak manfaat dengan adanya e-learning ini dalam


rangka mendukung proses belajar mengajar di Poltekkes Depkes Mataram?

2. Apakah sistem e-learning ini dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam


mendapatkan materi yang diajarkan, mohon dijelaskan!

3. Hambatan atau kendala apa saja yang dihadapi dalam pengelolaan e-learning
ini?

a. Dari aspek SDM

b. Dari aspek teknologi (hardware dan software)

c. Aspek manajemen (kebijakan institusi)

4. Menurut Bapak faktor apa saja yang ikut mendukung atau mendorong
terlaksananya pembelajaran dengan mempergunakan e-learning ?

5. Menurut Bapak/Ibu faktor apa saja yang menghambat dan menjadi kendala
terlaksananya pembelajaran dengan mempergunakan e-learning tersebut?

6. Apa harapan Bapak sebagai unsur pimpinan Poltekkes Depkes Mataram


terhadap pengelolaan dan pengembangan e-learning di masa depan?

56

You might also like