Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Profil Poltekkes Depkes tahun 2007 disebutkan bahwa pada Maret
2006 setelah berakhirnya satu periode kepemimpinan direktur yang lama dan
sejalan dengan telah dimulainya periode kepemimpinan baru, maka struktur
organisasi Politeknik Kesehatan Depkes Mataram semakin dibenahi agar dapat
berjalan seragam, serasi, efektif dan efisien. Selama kurang lebih lima tahun
berdirinya Poltekkes Depkes Mataram kegiatan–kegiatan ditekankan pada
sosialisasi keberadaan Poltekkes Depkes Mataram baik secara internal maupun
1
eksternal organisasi. Bersamaan dengan itu pula dilakukan konsolidasi dengan
mendirikan lembaga dan unit-unit baru untuk lebih memadukan kegiatan
administrasi dan teknis serta peningkatan sarana dan prasarana.
Poltekkes Depkes Mataram yang terdiri dari 3 lokasi kampus yang berbeda
yaitu Kampus A, B dan C sebagian besar telah terkoneksi dengan jaringan
internet, yaitu sebanyak 9 komputer di kampus A dan 7 komputer di kampus B.
Bahkan sejak bulan Mei 2008, di kampus A dan kampus B telah dibangun sistem
jaringan nirkabel (wireless) sehingga semakin memudahkan bagi dosen maupun
mahasiswa untuk mendapatkan akses internet secara bebas dan mudah.
Diharapkan pula dengan dibangunnya jaringan internet di Poltekkes Depkes ini
hambatan akses internet bagi pengguna, baik oleh dosen maupun mahasiswa
tidak akan ditemui lagi. Namun untuk kampus C (Prodi Keperawatan Bima) belum
dapat terhubung dengan Poltekkes, mengingat sangat jauhnya lokasi kampus
tersebut dari Mataram (Kampus A dan B). Hal tersebut cukup menyulitkan dalam
sistem koordinasi dengan Poltekkes Depkes Mataram. Direncanakan tahun
anggaran 2008 ini ketiga-tiganya sudah dapat saling terhubung.
Sejak awal 2007 sampai dengan saat ini Poltekkes Depkes Mataram telah
menggunakan jasa penyelenggara layanan jaringan (Backbone Internet)
PT.LINTASARTA Indosat Group. Politeknik Kesehatan Depkes Mataram hanya
memiliki situs institusi resmi dengan nama http://poltekkesmataram.com . Situs ini
merupakan situs yang lebih bersifat statis dan bukan situs untuk proses
pembelajaran (e-learning). Hanya sedikit yang mengakses situs ini disebabkan isi
(content) dari situs tersebut yang amat jarang di-update datanya. Di samping itu
pengelolaan situs ini masih belum optimal mengingat pembuatan situs tersebut
diserahkan kepada vendor dan penguasaan terhadap pengelolaan situs ini bagi
staf (administrator) yang ditunjuk masih sangat kurang.
2
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat
dan sesuai dengan UU tersebut, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme
belajar mengajar (pendidikan) berbasis Teknologi Informasi (TI) menjadi tak
terelakkan lagi, tak terkecuali di Poltekkes Depkes Mataram. Tak jarang ditemukan
bahwa mahasiswa memiliki kemampuan penguasaan teknologi informasi yang
lebih baik dibandingkan dosennya. Masih dijumpai pula dosen-dosen yang
menggunakan materi yang sama dari tahun ke tahun pada angkatan yang
berbeda dan kelas yang sama tanpa dilakukan update materi. Di samping itu
kebutuhan profesionalisme bagi dosen tidak cukup hanya mengandalkan buku
atau literatur yang tersedia di perpustakaan, namun tuntutan kompetensi bagi
seorang dosen sebagaimana yang tertuang dalam tri dharma perguruan tinggi
mengharuskannya memiliki sumber-sumber pengetahuan yang lebih luas.
3
Mendukung pernyataan Curran di atas, Ruiz (2006) telah melihat dampak
penggunaan e-learning pada kalangan medis di Florida, Amerika Serikat yang
mendapatkan hasil bahwa mahasiswa tidak menganggap bahwa e-learning
menggantikan pengajaran klasikal yang dipandu dosen, namun e-learning lebih
diperhitungkan sebagai metode pelengkap dari metode lama yang sudah ada,
sehingga terbentuklah strategi pembelajaran campuran (blended learning
strategy). Perpaduan antara kedua metode ini pada kalangan pendidik medis
telah mampu mempercepat peningkatan kemajuan dalam menerapkan teori
pembelajaran dewasa, di mana pendidik hanya membutuhkan waktu yang singkat
untuk mengajar, bahkan lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran.
B. Perumusan Masalah
Merujuk dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu masalah
yang merupakan area penelitian yaitu : Sejauh mana kepuasan dosen dan
mahasiswa terhadap e-learning yang akan dikembangkan di Poltekkes Depkes
Mataram suatu metode pembelajaran yang berbasis teknologi informasi ?
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Pengembangan Ilmu
2. Pengembangan Layanan
5
3. Masyarakat
E. Keaslian Penelitian
6
e-learning yang diikutinya dengan menggunakan 2 macam kuesioner yang
berbeda. Analisis statistik menggunakan Uji Korelasi Pearson
menunjukkan bahwa instruktur memperoleh peningkatan kemampuan
setelah menggunakan e-learning sebagai sebuah alat bantu belajar.
Berdasarkan penemuan dalam penelitian ini, diusulkan juga adanya
petunujuk teknis bagi pengguna untuk mengembangkan lingkungan yang
bernuansa e-learning.
7
menggunakan pendekatan action research pada tingkat pendidikan
paramedis madya (bidang ilmu keperawatan, kebidanan, gizi dan analis
kesehatan). Sampel yang dilibatkan terdiri dari dosen dan mahasiswa
selaku pengguna. Evaluasi terhadap kepuasan juga menggunakan form
evaluas yang terdiri dari beberapa iterm pertanyaan menggunakan Skala
Likert 1 – 5 .(tidak puas – sangat puas). Pengambilan data dilakukan
dengan menggunakan formulir observasi, kuesioner, form wawancara
mendalam, form brainstorming dan formulir kepuasan pengguna yang
selanjutnya data tersebut diolah dan disajikan secara deskriptif.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. E-learning
a. Definisi E-learning
9
Sementara itu UNESCO (2002) mendefinisikan e-learning sebagai berikut :
10
gambar pendukung lainnya. Sedangkan internet adalah alat bantu
pembelajaran yang bersifat interaktif, karakteristik tersebut meliputi: informasi
real time, interaksi dosen-mahasiswa secara langsung walaupun tanpa tatap
muka, forum diskusi online antar mahasiswa, dapat diakses kapan saja dan di
mana saja, penyampaian dan pengumpulan tugas secara online,
penyampaian pengumuman administrasi perkuliahan dan jadual secara
online (Nugraha, 2007).
b. Karakteristik E-learning
11
Begitu pula dengan komunikasinya, meskipun tidak secara langsung tatap
muka, tapi forum diskusi perkuliahan bisa dilakukan secara online dan real
time. Sistem e-learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang
memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan di banyak waktu. Kapanpun
mahasiswa bisa mengakses sistem ini. Aktifitas perkuliahan ditawarkan untuk
bisa melayani seperti perkuliahan biasa. Ada penyampaian materi berbentuk
teks maupun hasil penyimpanan suara yang bisa di-download, selain itu juga
ada forum diskusi, bisa juga seorang dosen memberikan nilai, tugas dan
pengumuman kepada mahasiswa (Nugraha, 2007).
Ketiga adalah teknologi web atau internet yang lazim dikenal dengan
nama “Online Learning” atau Web Based Learning (WBL). Cara ini banyak
dipakai dalam sistem pembelajaran jarak jauh. Dalam web berbagai fasilitas
Data Information Technologies (misalnya bulletin board, internet, e-mail, tele-
colaboration, chating) dapat dimanfaatkan (Soekartawi, 2007).
12
dibatasi oleh hal-hal yang protokoler atau dibatasi oleh tempat, jarak dan
waktu.
2. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai seberapa jauh bahan ajar yang telah dipelajari
3. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja
kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersebut telah tersimpan di komputer.
4. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan ajar
yang dipelajarinya ia dapat melakukan akses di internet secara mudah.
5. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat
diikuti dengan jumlah peserta yang banyak sehingga menambah ilmu
13
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau
sekolah konvensional, bagi yang sibuk bekerja atau bagi yang berada di luar
daerah dan sebagainya
5. Memotivasi peserta didik giat belajar (peserta didik yang mengetahui banyak
soal-soal komputer merasa lebih percaya diri sehingga termotivasi untuk lebih
giat belajar)
1. Kurangnya interaksi antara guru dan peserta didik atau bahkan antara peserta
didik sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya “nilai”
atau values dalam proses belajar mengajar.
14
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan
dengan masalah tersedianya listrik, telepon atau komputer)
d. Merancang E-Learning
15
2. Kemudahan akses ke sumber referensi
Diktat dan catatan kuliah, bahan presentasi, contoh ujian yang lalu,
Frequently Asked Questions (FAQ), sumber-sumber referensi untuk
pengerjaan tugas, situs-situs bermanfaat, artikel-artikel dalam jurnal online.
Forum diskusi online, mailing list (millist) diskusi, papan pengumuman yang
menyediakan informasi (perubahan jadual kuliah, informasi tugas dan
deadline-nya)
16
kualitas sistem yang dibangun, persepsi kemudahan dalam penggunaan dan
penyerapan pengetahuan bagi penggunanya (Rocca, 2006).
Suatu sistem e-learning yang hebat dan canggih sekalipun, tidak akan
efektif tanpa diimbangi oleh adanya penggunaan maksimal bagi penggunanya.
Demikian pula apakah metode yang hendak dipergunakan tersebut akan
melengkapi kelas tradisional/klasikal atau bahkan menggantikannya/replace
(Pituch, 2004).
17
begitu banyak kemudahan yang ditawarkan sehingga mereka
mendapatkan manfaat dengan melakukan sharing informasi dan
kemudahan melakukan kolaborasi. Selain kemudahan dalam penggunaan,
ketiga-tiganya bersifat open source/freeware, sehingga wajar apabila
penggunaanya dari waktu ke waktu semakin meningkat.
18
4. Fasilitas Pendukung Lainnya
f. Memilih Metode
19
Terdapat empat model blended learning yaitu sebagai tambahan
(supplement), pengganti (replacement), emporium dan model buffet. Model
tambahan (supplement) apabila metode pembelajaran tradisional (tatap
muka) masih menjadi pokok atau intinya, ditunjang dengan aktivitas melalui
e-learning. Model pengganti (replacement) yaitu apabila beberapa metode
tatap muka diganti dengan aktifitas dan komunikasi melalui e-learning. Model
emporium adalah apabila kuliah formal diganti dengan aktifitas e-learning,
ditunjang dengan penyediaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat
diakses secara bebas dan mendukung mahasiswa melakukan pembelajaran
berbasis masalah. Sedangkan model buffet adalah metode yang fleksibel
yang memungkinkan mahasiswa mengikuti proses pembelajaran dengan
menentukan alurnya sendiri dengan memanfaatkan beberapa metode
pembelajaran. Untuk langkah awal pengembangan suatu institusi, maka
model supplement adalah yang paling mudah dilakukan (Lazuardi, 2007).
g. Isi/Content E-learning
20
tidak hanya digunakan oleh universitas, tetapi juga SMA, organisasi nirlaba,
perusahaan swasta dengan pengajar yang bebas dan tidak terbatas. Bahkan
dalam Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia
disebutkan bahwa Moodle telah dipakai oleh 18.000 situs e-learning yang
tersebar di 163 negara (Lazuardi, 2007)
2. Modul chat
21
berbentuk teks, dapat menyertakan gambar atau foto pada jendela chat,
mendukung URL, HTML, images dan sebagainya serta semua sesi dapat
direkam dalam log agar dapat dilihat di lain waktu.
3. Modul forum
Seperti sebuah polling, modul ini untuk mendapatkan umpan balik dari
para peserta didik, pengajar dapat melihat polling yang ada yang
memperlihatkan pilihan seorang peserta dan peserta didik juga dapat
diberikan izin untuk melihat grafik hasil polling secara up to date.
6. Modul Jurnal
Privasi jurnal dapat diatur agar hanya dapat diakses oleh pengajar dan
peserta didik, setiap masukan jurnal dapat dimulai dengan pertanyaan
terbuka dan untuk jurnal tertentu seluruh kelas dapat memberikan
penilaian dalam formulir yang tersedia pada halaman tersebut.
22
dalam server, bahan pelatihan eksternal di web dapat di-link atau
disertakan dalam interface kursus dan aplikasi web eksternal dapat di-link
dengan disertai data tambahan yang diperlukan.
8. Modul Survei
9. Modul workshop
Menurut Lewin yang disitasi Coughlan & Brannick (2001), action research
dalam pandangan tradisional adalah suatu kerangka penelitian pemecahan
masalah, di mana terjadi kolaborasi antara peneliti dengan client dalam mencapai
tujuan dengan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan baru secara
bersama. Pengertian kolaborasi yaitu penelitian yang dilakukan oleh sekelompok
peneliti melalui kerja sama. Penelitian tersebut dapat dilaksanakan melalui
tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis melalui
refleksi demokratik dan dialogis. Action research juga merupakan proses yang
mencakup siklus aksi, yang mendasarkan pada refleksi, umpan balik (feed back),
bukti (evidence) dan evaluasi atas aksi sebelumnya dan situasi sekarang. Proses
23
penelitian bersifat dari waktu ke waktu, antara “finding” pada saat penelitian dan
“action learning”.
24
B. Landasan Teori
25
dengan meng-upload secara langsung melalui web atau jaringan. Peran
administrator di sini adalah mem-validasi materi dengan menggunakan
analisis yang dilakukan secara otomatis oleh robot berupa seperangkat
komputer, maka terciptalah sebuah meta data yang tersusun dan
selanjutnya disimpan sebagai kumpulan data base di komputer.
Mahasiswa atau peserta kemudian dapat dengan mudah mengakses
menggunakan mesin penjelajah (browser) yang ada. Gambar
selengkapnya dapat dilihat pada diagram berikut :
26
Dalam penelitian yang dikembangkan ini, selain sebagai kerangka evaluasi
juga dijadikan sebagai kerangka pengembangan sistem (e-learning).
Selanjutnya Whitten (2004), menyebutkan bahwa prinsip-prinsip
mendasar pengembangan sistem adalah
1. Melibatkan pengguna sistem
2. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah
3. Bentuklah fase dan aktifitas
4. Mendokumentasikan sepanjang pengembangan
5. Membuat standar
6. Kelola proses dan proyek
7. Membenarkan sistem informasi sebagai investasi modal
8. Jangan takut membatalkan atau merevisi lingkup
9. Bagi (share) sistem tersebut
10. Desainlah sistem untuk pertumbuhan dan perubahan
C. Kerangka Konsep
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, peneliti
ingin melakukan pengembangan sistem informasi yaitu membangun
sistem e-learning di Poltekkes Depkes yang berbasis internet dengan
melakukan intervensi terhadap aspek teknologi, SDM dan kebijakan
organisiasi. Proses intervensi yang diharapkan terlaksana adalah
diciptakannya software e-learning Poltekkes Depkes Mataram,
tersosialisasi dan terlatihnya calon pengguna e-learning, terbentuknya tim
pengelola e-learning, tersusunnya prosedur tetap dan manual user atau
petunjuk teknis dan dioptimalkannya aspek teknis (hardware dan software)
yang ada.
Keluaran (output) yang diharapkan adalah penggunaan secara
nyata software e-learning dan manfaat yang diperoleh dengan metode
baru tersebut berupa kepuasan dari user. Kerangka konsep di atas dapat
digambarkan dengan diagram sebagai berikut :
27
Intervensi Hasil/Output Outcome
SDM
Pelatihan dan Bimtek
Teknologi
Hardware
Software
User manual
D. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah dengan terbangunnya sistem e-learning dan telah dilakukan
intervensi (SDM, kebijakan organisasi dan peningkatan teknologi) di
Poltekkes Depkes Mataram para dosen bersedia menggunakan sistem
tersebut?
2. Apakah dengan terbangunnya sistem e-learning dan telah dilakukan
intervensi (SDM, kebijakan organisasi dan peningkatan teknologi) di
Poltekkes Depkes Mataram para mahasiswa bersedia menggunakan
sistem tersebut?
3. Apakah dengan telah menggunakan sistem e-learning tersebut para dosen
mendapatkan manfaat/kepuasan ?
4. Apakah dengan telah menggunakan sistem e-learning tersebut para
mahasiswa mendapatkan manfaat/kepuasan ?
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Tahap diagnosis
29
Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan observasi guna mendapatkan
jumlah data dan frekuensi penggunaan oleh dosen dan mahasisswa.
5. Tahap evaluasi
B. Subyek Penelitian
1. Populasi penelitian
30
Dosen yang terpilih sebagai sampel adalah yang memenuhi kriteria
mampu menggunakan komputer (computer literate). Setelah
didaftar nama dosen yang akan diambil sebagai sampel, maka
untuk pengambilan sampel pertama dengan menggunakan
bilangan random. Sampel selanjutnya dipilih dengan metode
snowball sampling sampai didapatkan sejumlah 5 orang setiap
jurusan/prodi.
c. Mahasiswa berkepentingan dengan adanya isi/materi yang
disajikan dosen di dalam sistem berkaitan dengan mata kuliah yang
diambilnya. Mahasiswa yang terpilih sebagai sampel adalah yang
memenuhi kriteria mampu menggunakan komputer (computer
literate) dan telah mendapatkan Mata Kuliah Komputer. Setelah
didaftar nama mahasiswa yang akan diambil sebagai sampel, maka
untuk pengambilan sampel pertama dengan menggunakan
bilangan random. Sampel selanjutnya dipilih dengan metode
snowball sampling sampai didapatkan sejumlah 10 mahasiswa
setiap jurusan/prodi.
d. Administrator yang bertanggung jawab penuh dalam pengelolaan
sistem. Administrator yang dijadikan sebagai sampel dalam
penlitian ini adalah adminitrtor yang telah ditunjuk oleh Direktur
Poltekkes Depkes Mataram.
C. Instrumen Penelitian
31
2. Perangkat digital seperti kamera digital, alat perekam suara (recorder),
LCD projector, komputer (server dan work station), tester network (alat
untuk memeriksa kondisi pengkabelan jaringan)
3. Sotfware (program) yang meliputi software untuk server yaitu
menggunakan XAMPP (PHP, Apache dan MySQL), software program
aplikasi Moodle (Moodle ver. 1.5.4) dan software anti virus untuk
meningkatkan keamanan data (data security)
4. Alat pendukung lainnya seperti konektor, kabel, crimper (alat pemotong
dan pemasangan kabel) dan sebagainya.
D. Lokasi Penelitian
E. Variabel Penelitian
F. Definisi Operasional
32
1. Pelatihan dan bimbingan teknis adalah pertemuan yang bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan penggunaan dan
pengelolaan sistem yang dilaksanakan dengan sasaran calon
pengguna (dosen dan mahasiswa), pejabat struktural serta
administrator sistem. Pelatihan dilakukan di aula Poltekkes Depkes
Mataram dengan nara sumber peneliti dan pihak lain yang
berkompeten di bidangnya.
2. Prosedur tetap adalah aturan atau kebijakan tertulis dan elektronik
yang disepakati dan ditandatangani oleh seluruh tim pengelola,
meliputi siapa yang berhak mengakses, waktu akses, pengaturan
chating, diskusi online, file-file apa yang harus diupload dan
sebagainya
3. Pembentukan tim pengelola adalah pembentukan struktur tim e-
learning di Poltekkes Depkes Mataram yang ditetapkan berdasarkan
SK Direktur Poltekkes Depkes Mataram dan dilengkapi dengan
pembagian tugas (job description) yang rinci dan jelas.
4. Perbaikan hardware adalah perbaikan yang dilakukan pada aspek
perangkat keras komputer yang terhubung dengan jaringan. Perbaikan
dilakukan bila fungsi komputer sebagai komputer server maupun pada
komputer client terganggu dan tidak bisa melakukan koneksi.
5. Perbaikan software adalah perbaikan yang dilakukan pada komputer
server maupun client pada aspek perangkat lunak yakni software untuk
pengamanan sistem (anti virus), aplikasi jaringan internet yang terdiri
dari XAMPP (Apache, MySQL dan PHP), software aplikasi Moodle
serta Browser Internet Explorer atau Mozilla.
6. Petunjuk teknis bagi pengguna maupun administrator adalah pedoman
teknis penggunaan internet dan software aplikasi bagi pengguna dan
administrator. Bagi pengguna (dosen dan mahasiswa) adalah cara
menghidupkan komputer, penggunaan internet, menjalankan program
aplikasi Moodle, login sebagai pengguna, melakukan komunikasi dan
pemrosesan data, upload materi bagi dosen dan download
data/informasi bagi mahasiswa sampai dengan mematikan komputer.
Sedangkan bagi administrator adalah pedoman teknis dengan menu
mulai menghidupkan dan mematikan komputer server, login sebagai
33
administrator, pengelolaan keamanan komputer (password),
pengelolaan materi yang akan di-upload dosen maupun yang akan di-
download mahasiswa dan sebagainya. Petunjuk teknis tersebut dalam
bentuk tertulis yang ditandatangani oleh Direktur Poltekkes Depkes
Mataram, serta dipahami oleh para pengguna.
7. Penggunaan e-learning adalah digunakannya software untuk e-
learning (Moodle) dengan benar oleh user di Poltekkes Depkes
Mataram sebagai salah satu metode belajar mengajar di samping
metode yang lain (konvensional)
8. Kepuasan (satisfaction) pengguna adalah :kepuasan yang
dipersepsikan atau dirasakan oleh pengguna akhir sistem (end-user)
yang diukur dengan mengisi kuesioner yang terdiri dari 5 point dari
skala Likert :
34
software yang ada pada komputer jaringan. Oleh karena pelaksana
observasi adalah peneliti bersama unsur Poltekkes, maka sebelum
dilaksanakannya obervasi, perlu dilakukan penyamaan persepsi
terhadap seluruh item pertanyaan yang ada pada pedoman observasi.
Instrumen pengambilan data yang dipergunakan adalah alat
dokumentasi/kamera serta form pedoman observasi dokumentasi dan
perangkat jaringan sebagaimana yang terdapat pada lampiran 1.
2. Telaah dokumen dilakukan dengan pemeriksaan terhadap dokumen,
SK pengelola sistem, protap, juknis dan dokumen lelang pengadaan
alat (jika ada) atau dari sisi administrasi dalam pengadaan perangkat
keras, perangkat lunak dan konektivitas jaringan yang ada. Instrumen
pengambilan data mempergunakan alat dokumentasi/kamera dan alat
tulis seperlunya.
3. Dalam penelitian ini metode brainstorming dipakai sebagai salah satu
alat pengumpul data pada saat identifikasi kebutuhan sistem dan
menyusun kesepakatan-kesepakatan yang ada. Peserta yang
diundang adalah pihak Poltekkes (1 orang direktur dan 3 orang pudir),
seluruh ketua jurusan (4 orang) dan pengelola data/administrator (1
orang). Instrumen pengambilan data yang dipergunakan adalah alat
tulis dan form brainstorming seperti terdapat dalam lampiran 3
4. Diskusi kelompok Terfokus/ Focus Group Discussion (FGD) dilakukan
dengan tujuan mengumpulkan data mengenai persepsi peserta
terhadap sesuatu misalnya pelayanan dan tidak mencari kesepakatan
ataupun keputusan mengenai tindakan yang harus diambil
(Prabandari, 2006). Dalam hal ini persepsi yang ,menjadi topik diskusi
adalah persepsi tentang adanya sistem baru yang telah dibangun (e-
learning) yang dilihat dari aspek SDM, organisasi dan teknologi. Yang
menjadi peserta FGD adalah pihak pengguna (dosen dan mahasiswa)
sejumlah 8 orang dengan perincian 1 orang mahasiswa dan 1 orang
dosen tiap jurusan. Cara pengambilan sampel secara purposive
sampling dengan kriteria sampel pernah menggunakan sistem e-
learning Poltekkes Mataram. Instrumen pengambilan data yang dipakai
adalah kamera, alat perekam, alat tulis dan form FGD seperti terdapat
dalam Lampiran 2.
35
5. Catatan di lapangan digunakan untuk mengumpulkan data atau
mendokumentasikan terhadap peristiwa yang terjadi di lapangan
selama penelitian dilaksanakan, menganalisis permasalahan yang
timbul dan melakukan tindakan yang dianggap perlu. Instrumen yang
dipergunakan adalah alat tulis dan catatan pengamatan partisipatif
sebagaimana yang terdapat pada Lampiran 4.
6. Wawancara mendalam (indepth interview) digunakan untuk
mengumpulkan data pengelolaan e-learning yang terkait dengan
kebijakan-kebijakan yang mendukung atau menghambatnya dan
dilakukan terhadap Direktur Poltekkes Depkes Mataram. Instrumen
pengambilan data yang dipergunakan adalah alat tulis, alat perekam
(recorder) dan pedoman wawancara mendalam sebagaimana yang
terdapat pada Lampiran 6.
7. Kuesioner dipakai untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna
terhadap sistem baru (e-learning) yaitu dosen sebanyak 20 orang dan
mahasiswa sebanyak 40 orang. Kuesioner diisi sendiri oleh responden,
dengan alasan dapat memberikan keleluasaan responden untuk
mengingat dan mengumpulkan bukti, kerahasiaan responden lebih
terjaga dan fleksibel dengan waktu yang tersedia bagi responen.
Instrumen pengambilan data yang dipergunakan adalah form evaluasi
sebagaimana yang terdapat pada Lampiran 5.
36
I. Cara Analisis data
Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan secara deskriptif kualitatif.
Hasil pengumpulan data dianalisis secara analisis isi (Content Analysis)
yaitu suatu proses pengidentifikasian, pengkodean dan kategorisasi pola-
pola penting dari hasil observasi, wawancara, brain storming dan FGD
dengan tahapan sebagai berikut
J. Jalannya Penelitian
1. Tahap Diagnosis
Pada tahap ini dilakukan penilaian atau identifikasi masalah
terhadap sistem yang lama dan identifikasi kebutuhan yang diawali
dengan sosialisasi penggunaan e-learning. Metode yang digunakan
dalam tahap ini adalah observasi terstruktur (check list) terhadap kondisi
teknis jaringan LAN baik komputer server maupun work station oleh
37
peneliti dan staf yang ditunjuk dari Poltekkes Depkes Mataram.
Identifikasi masalah dan observasi awal diharapkan akan dapat
mengenali masalah dan dapat mengidentifikasi kebutuhan serta hal-hal
yang diperlukan.
38
hardware dan software yang akan dilakukan oleh peneliti dan staf
Poltekkes Depkes Mataram berkompeten yang telah ditunjuk.
Apabila dari sisi teknis jaringan sudah dinyatakan baik maka
dilanjutkan dengan pelatihan tentang internet dan aplikasi program baru.
Pelatihan dilaksanakan dalam 2 tahap, yang pertama pelatihan terhadap
administrator dan yang kedua pelatihan terhadap user. Materi pelatihan
untuk user berupa pemberian teori dan ketrampilan (praktek)
menggunakan internet dan program aplikasi (Moodle). Teori yang
disampaikan meliputi cara menghidupkan komputer (server dan
workstation), cara masuk jaringan (login), pengenalan menu dan cara
menggunakan menu yang ada, misalnya cara mendaftar, download file
dan software anti virus, form diskusi, quiz/penugasan, akses terhadap
materi atau artikel dosen, chating, kalender bersama, jajak pendapat
(polling), pengumuman dan jadwal, mengakses foto serta gambar dan
sebagainya. Sasaran pelatihan ini adalah pengguna (dosen dan
mahasiswa). Setelah pemberian materi selesai, dilanjutkan dengan
praktek langsung didampingi pelatih dan administrator sistem.
Intervensi selanjutnya adalah menyusun prosedur tetap dan
pedoman penggunaan sistem. Hasil dari pertemuan ini akan dicatat dan
dirumuskan untuk selanjutnya ditetapkan dalam SK Direktur Poltekkes
Depkes Mataram. Dalam tahap ini juga dibuat manual teknis tim
pengelola oleh peneliti dan staf Poltekkes Depkes Mataram yang
ditunjuk. Seluruh dokumen (termasuk SK) yang telah diterbitkan
selanjutnya di-upload di internet dan secara tertulis didistribusikan ke
masing-masing yang bersangkutan.
4. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi tingkat kepuasan (satisfaction)
pemanfaatan sistem baru (e-learning). Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan kuesioner tentang tingkat kepuasan terhadap penggunaan
sistem. Pengukuran kepuasan dilakukan terhadap pihak manajemen
(pejabat struktural) dan pengguna akhir (end-user) yang meliputi dosen
dan mahasiswa.
39
Penelitian dinyatakan selesai apabila dalam hasil evaluasi
kuesioner menunjukkan secara umum sistem yang dibangun dinyatakan
oleh responden sudah sesuai atau hasil rata-rata di atas angka median 3
atau cukup puas. Namun apabila hasil penilaian kepuasan di bawah 3 atau
kurang puas, maka akan dilakukan penyempurnaan sistem kembali
dengan mengadakan pertemuan dengan pengguna serta pihak
manajemen/institusi.
K. Jadwal Penelitian
a. Pengajuan judul X
X
b. Persetujuan judul
c. Penyusunan proposal
X
d. Seminar proposal X
X
e. Pengurusan izin
2.
Pelaksanaan Penelitian
a. Instalasi sistem X
b. Pertemuan dgn user X X
X
X X
c. Penggunaan sistem
3. Penyusunan Hasil X X
4. Seminar Hasil X
5. Perbaikan Laporan Thesis X X
6. Penyusunan Thesis X
40
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. (2000) The Dakar Framework for Action Education for All, World
Education Forum. Dakar. Senegal. 26-28 april 2000
Blichfeldt, BS. Anderson, JR. (2006) Creating a Wider Audience for Action
Research. Learning from Case Study Research. Journal of Research
Practice. Volume 2 Issue 1 Article D2
Boulos, MN. Kamel. (2006) Wikis, Blogs and Podcasts : A New Generation of
Web Based Tools for Virtual Collaborative Clinical Practice and
Education. BMC Medical Education. Biomed Central.
http://www.biomedcentral.com/1472-6920/6/41
41
Elangovan (1997) Internet Based Online Teaching Aplication with Learning
Space. Paper presented at the International Symposium on Distance
Education and Open Lerning. UNDP-Unesco .Bali Indonesia.
42
Prabandari, YS. (2006) Melakukan Diskusi Kelompok Terfokus. Modul Kuliah
Metodologi Penelitian PS IKM FK UGM Yogyakarta
Ruiz, JG. Mintzer, MJ, Leipzig, RM. (2006). The Impact of E-Learning in Medical
Education. Academic Medicine. Vol. 81 No. 3 March 2006
Shu, SL. Hsiu, MH. Gwo, DC (2006). Surveying Instructor and Learner
Attitudes Toward E-Learning. Computer and Education.
www.elsevier.com/locate/compedu. doi.10.1016/j.compedu.2006.01.001
43
Whitten, JL Bentley, LD & Dittman, KC. (2004) Metode Desain dan Analisis
Sistem, Edisi 6 Penerbit Andi bekerja sama dengan Mc. Graw Hill
Education. Yogyakarta
Yusof, MM. Paul, RJ. Stergioulas, LK. (2006) Toward a Framework for Health
Information System Evaluation. School of Information System
Computing and Mathematics. Brunel University.Uxbridge.Middlesex, UB83,
PH,UK.http://www.csdl2.computer.org/comp/proceeding/hicss/2006/2507/0
5/250750095a.pdf
44
Lampiran 1
1. Komputer server
b. Linux
b. Open Office
b. ……………………...
c. ……………………..
d. …………………….
e. …………………….
45
2. Komputer Work Station (Komputer 1-16)
b. Linux
b. Open Office
b. ……………………...
c. ……………………..
1 Processor
2 Memory
3 VGA
4 Hard disk
5 Floopy disk
6 CD/DVD/ROM/RW
7 Modem
8 Sound card
9 Monitor
10 Printer
11 Lain-lain
a. ………………………………
b. ……………………………….
46
c. ………………………...........
1 Processor
2 Memory
3 VGA
4 Hard disk
5 Floopy disk
6 CD/DVD/ROM/RW
7 Modem
8 Sound card
9 Monitor
10 Printer
11 Lain-lain
a. ………………………………
b. ……………………………….
c. ………………………………
d. ………………………………
47
3. Connector : a. RJ 45 b. Lanilla
48
Lampiran 2
A. Identifikasi Masalah
2. Aspek Organisasi/Manajemen
49
c. Apakah ada kendala dari aspek organisasi ? Jika ada kendala apa yang
dirasakan ?
3. Aspek Teknologi
Lampiran 3
Curah Pendapat (Brain Storming) oleh pejabat struktural dan ketua jurusan.
A. Identifikasi kebutuhan
50
4. Apakah Bapak/Ibu mengetahui metode pembelajaran e-learning?
Pernahkah membuka situs e-learning dari institusi lain atau pernah
menjadi peserta e-learning?
B. Kesepakatan
2. Jenis Mata Kuliah apa saja sesuai dengan sistem e-learning yang
dapat di-upload oleh dosen? Kapan di-upload dan bagaimana
caranya?
51
5. Apakah perlu diberikan reward kepada tim tersebut?
Siapa-siapa dan hak apa saja yang dimiliki oleh para pengguna e-
learning dapat dilihat pada tabel berikut :
Upload file
Download file
Sharing
data/informasi
Quiz
Diskusi online
Pengumuman
Chatting
Jajak
pendapat
Agenda
52
Lampiran 4
53
Lampiran 5
1. Nama : …………………………………….…………..
3. Pekerjaan : Dosen/mahasiswa
4. Jurusan/Prodi :…………………………………………………
Skala pengukuran :
3. Kadang-kadang/agak puas
5. Selalu/sangat puas
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memilih salah satu jawaban yang
Saudara rasakan paling sesuai dengan cara memberi tanda V (Check) pada
kolom di bawah jawaban yang sesuai !
Komentar
Isi/Content
54
2 Apakah informasi yang disediakan cukup
jumlahnya?
diajarkan
learning menarik?
dipelajari?
logis?
digunakan?
interaktif?
55
Lampiran 6
3. Hambatan atau kendala apa saja yang dihadapi dalam pengelolaan e-learning
ini?
4. Menurut Bapak faktor apa saja yang ikut mendukung atau mendorong
terlaksananya pembelajaran dengan mempergunakan e-learning ?
5. Menurut Bapak/Ibu faktor apa saja yang menghambat dan menjadi kendala
terlaksananya pembelajaran dengan mempergunakan e-learning tersebut?
56