You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. PERMASALAHAN

BAB II
PEMBAHASAN

A. KODIFIKASI DAN SISTEMATIKA HUKUM PIDANA MALAYSIA

Jika dibandingkan dengan KUHP-KUHP modern, maka KUHP Malaysia termasuk


KUHP yang ketinggalan zaman. Sistem dan dasarnya sangat berbeda-beda dengan KUHP
kita, baik dengan yang sekarang berlaku maupun dengan rancangan KUHP baru.
Perbedaan yang paling mendasar ialah KUHP malaysia tidak terdiri atas buku I,II,
dan seterusnya sebagaimana dengan KUHP indonesia (yang lama 3 buku dan yang
rancangan 2 buku), juga KUHP asing lain, semuanya terdiri atas dua atau tiga atau empat
buku. KUHP malaysia langsung terdiri atas bab-bab.
Bab I pendahuluan berisi ketentuan-ketentuan berlakunya KUHP ini, yang
tercantum sangat singkat. Tidak tercantum asa legalitas. Juga tercantum tentang
perubahan perundang-undang yang menuntungkan terdakwa, sebagaimana tercantum
dalam banyak KUHP di dunia ini.
Bab II tentang defenisi-defenisi istilah dalam KUHP ini yang dalam KUHP indonesia
tercantum pada bagian akhir buku I yaitu bab IX. Sama halnya dengan bab-bab yang lain,
disini pun di tambahkan ilustrasi dan penjelasan yang panjang-panjang.
Bab III mengenai pidana, yang jika dibandingkan dengan KUHP indonesia,
ketentuan ini kurang lengkap, hanya mengatur tentang pidana terhadap delik gabungan
(perbarengan).
Bab IV mengatur tentang pengecualian umum, yang dapat dibandingkan denga
ketentuan tentang penghapusan pidana dalam KUHP kita, yang terbagi atas alasan
pembenar dan alasan pemaaf. Pengecualian terhadap penjatuhan pidana ini sangat
mendetail, dengan penjelasan dan ilustrasi. Pada hakikatnya sama dengan ketentuan
dalam KUHP indonesia, hanya nama dan perumusannya sama sekali lain.
Bab V mengatur tentang penganjuran, yan meskipun tidak sama, namun dapat
disejajarkan dengan delik menyuruh melakukan (sebenarnya membuat orang lain
melakukan atau doen plegen di dalam KUHP kita. Delik =enganjuran di malaysia ini
berlaku juga jika orang yang dianjurkan berada di luar malaysia. Delik penganjuran ini
diatur mendetail, dengan ilustrasi daan penjelasan yang terinci.
Bab VA, mengatur tentang delik persekongkolan ata kompotan (conspiracy), yang
dalam KUHP Indonesia diatur dalam pasal 88. Mulai bab ini KUHP malaysia sudah
mencantumkan sanksi pidananya, jadi dapat dikatakan sudah masuk sejajar dengan buku
II KUHP indonesia.
Bab VI mengatur tentang delik-delik terhadap negara. Bab ini sejajar dengan bab I
buku II (baik yang lama maupun rancangan), meskipun tentu perumusannya sangat
berbeda dengan KUHP Indonesia.
Bab VII mengatur tentang delik-delik yang berkaitan dengan angkatan bersenjata,
yang tidak ada pidananya dalam KUHP indonesia, tetapi tercantum dalam KUHP tentara.

1
Bab VIII mengenai delik-delik terhadap ketenteraman umum yang padanannya
tercantum dalam bab V buku II KUHP indonesia, tetapi isi dan perumusannya sangat
berbeda, misalnya KUHP malaysia mulai dengan pertemuan dan perkumpulan terlarang,
sedangkan menurut KUHP indonesia mulai dengan delik kebencian dan permusuhan dan
penodaan lambang negara.
Bab IX mengenai delik yang dilakukan oleh pegawai negeri atau yang berkaitan
dengan pegawai negeri. Di dalam KUHP indonesia diatur dalam bab XXVIII mengenai delik
jabatan. Yang berbeda ialah bahwa beberpa pasal delik jabatan di dalam KUHP indonesia
seperti suap-menyuap masuk dalam delik korupsi, sedangkan di malaysia, undang-undang
anti korupsinya mempunyai perumusan tersendiri yang bersifat sangat darurat dan
menyimpang arti ketentuan KUHPnya. Seseorang pejabat yang korupsi, khususnya delik
suap, ia dapat didakwa tiga undang-undang sekaligus, yaitu dua buah undang-undang anti
korupsi dan juga delik yang dilakukan oleh atau yang berkaitan dengan pegawai negeri ini
di dlam KUHPnya.
Bab X mengenai penghinaan terhadap wewenang yang sah pegawa negeri, yang
isinya mengenai pembangkangan terhadap pegawai negeri yang menjalankan
wewenangnya yang sah, seperti tidak mematuhi panggilan atau perintah yang lain dari
pegawai negeri, mencegah diserahkan kepadanya panggilan dan seterusnya. Ini dapat
disejajarkan dengan bab VIII buku II KUHP, meskipun isinya sangat berbeda.
Bab XI mengenai bukti palsu delik-delik terhadap peradilan umum. Di sini diatur
tentang sumpah palsu, termasuk pula di sini delik-delik yang biasanya digolongkan di
dalam delik contemt of court yang dalam rancangan KUHp baru hal itu dihimpun di dalam
satu bab tersendiri.
Bab XII mengatur tentang delik-delik yang berkaitan dengan uang logam atau
perangko pemerintah. Ini dapat disejajarkan dengan bab X KUHP tentang pemalsuan
uang.
Bab XIII mengenai delik-delik timbangan dan ukuran.di indonesia delik demikian
diatur secara khusus di dalam undang-undang tera legal.
Bab IV mengatur tentang delik-delik terhadap kesehatan umum, keselamatan,
kesenangan, kesopanan dan kesusilaan. Kalau kita telaah bab ini, maka ternyata diatur
secara berurut dan terinci mulai dengan delik tentang kebisingan, kesehatan lingkungan,
termasuk penjualan makakan, minuman dan obat yang merusak kesehatan, pencemaran
air dan udara, sampai pada keselamatan lalu-lintas di jalanan dan navigasi kapal. Sebagian
perumusan bab ini dapat disejajarkan, meskipun sangat berlainan dengan bab VII buku II
KUHP indonesia yang mengenai delik yang membahayakan keselamatan
umum,manusia,dan benda. Bagian yang lain dapat disejajarkan dengan delik kesusilaan
dalam KUHP kita tersebut (bab XIV).
Bab XV mengatur tentang delik agama yang dapat dibandingkan dengan pasal !%^
a bab V buku II KUHP indonesia.
Bab XVI tentang delik terhadap badan manusia. Di sini termasuk delik terhadap
nyawa, abortus, pembunuhan bayi, mencederai badan (penganiayaan), pembatasam dan
pengurungan orang, penyerangan terhadap orang, penculikan, melarikan orang,
perbudakan dan kerja paksa. Jadi, sebagian dapat disejajarkan dengan bab XIX tentang
penganiayaan, bab XVIII tentang kejahatan tentang kemerdekaan, semuanya dalam buku
II KUHP indonesia.
Bab XVII mengatur tentang delik terhadap harta benda yang sejajar dengan bab
XXI tentang pencurian, bab XXIV tentang penggelapan, bab XXX tentang penadahan, bab

2
XXV tentang penipuan dan bab V khususnya tentang delik memasuki tempat kediaman
orang, semuanya dalam buku II indonesia.
Bab XVIII mengatur tentang delik yang berkaitan dengan dokumen, perdagangan
dan merk, yang sejajar dengan beberapa bab buku II KUHP indonesia, yaitu bab X tentang
pemalsuan uang, uang kertas negara dan uang kertas bank, bab XI tentang pemalsuan
materai dan merk, bab XII tentang pemalsuan surat.
Bab XIX KUHP malaysia ini telah dihapus.
Bab XX mengatur delik mengenai perkawinan yang dapat disejajarkan dengan bab
XIII tentang kejahatan mengenai asal-usul dan perkawinan dalam buku II KUHP indonesia.
Bab XXI mengatur tentang delik pencemaran atau fitnah, yang sejajar dengan bab
XVI tentang penghinaan dalam buku II KUHP indonesia.
Bab XXII mengatur tentang delik intimidasi kriminal, penghinaan dan gangguan,
yang dapat disejajarkan dengan delik pemerasan dan pengancaman dalam bab XXIII KUHP
indonesia.
Secara umum dapat ditarik kesimpulan, bahwa KUHP malaysia tersebut termasuk
KUHP kuno, jika dibandingkan misalnya dengan WvS belanda yang sekarang.

B. PERBANDINGAN HUKUM PIDANA INDONESIA DENGAN HUKUM PIDANA


MALAYSIA
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

You might also like