Professional Documents
Culture Documents
Disusn Oleh :
Arafah 07.1101.5127.10
Anita rachmania 07.1101.5089.10
Sumiati 07.1101.5131.10
Nirmala siregar 07.1101.5083.10
Ulfa malida tarakanita (07.1101.5023.10)
Nur rima wardah
Syarifah zahroh h.
Minati hapsari
Ridho al fajri 07.1101.5003.10
Adhim krisnayadi
M. Iqbal
Panca wardono
Novita hariyani 06.55219.00385.10
Aprillia nurmathyas 06.58337.00450.10
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah-masalah yang ada di Polindes Sungai Ayak.
2. Untuk mengetahui penyebab-penyebab dari masalah yang ada di Polindes Sungai Ayak.
3. Untuk mengetahui cara penyelesaian masalah yang terjadi di Polindes Sungai Ayak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Pondok bersalin desa (polindes) adalah salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam
menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak lainnya,
termasuk kb di desa (depkes ri, 1999) polindes dirintis dan dikelola oleh pamong desa
setempat. Berbeda dengan posyandu yang pelaksanaannya dilakukan oleh kader didukung
oleh petugas puskesmas, maka petugas polindes pelayanannya tergantung pada keberadaan
bidan, oleh karena pelayanan di polindes merupakan pelayan profesi kebidanan.
Kader masyarakat yang paling terkait dengan pelayanan di polindes adalah dukun bayi,
oleh karena itu polindes dimanfaatkan pula sebagai sarana untuk meningkatkan kemitraan
bidan dan dukun bayi dalam pertolongam persalinan. Kader posyandu dapat pula berperan di
polindes seperti perannya dalam melaksanakan kegiatan posyandu yaitu dalam. Penggerakan
masyarakat dan penyuluhan. Selain itu bila memungkinkan, kegiatan posyandu dapat
dilaksanakan pada tempat yang sama dengan polindes. Idealnya suatu polindes mempunyai
bangunan tersendiri namun bisa juga menumpang disalah satu rumah warga atau bersatu
dengan kediaman bidan di desa, dan masih dibawah pengawasan dokter puskesmas setempat
(bisma, 2006).
Pertolongan persalinan yang ditangani di polindes adalah persalinan normal serta kasus
dengan faktor resiko sedang (faktor yang secara tidak langsung dapat membahayakan ibu
hamil dan bersalin sehingga memerlukan pengawasan serta perawatn profesional). Pondok
bersalin desa (polindes) adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
(ukbm) yang merupakan wujud nyata bentuk peran serta masyarakat didalam menyediakan
tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak lainnya, termasuk kb di
desa.
2.2 Persyaratan Polindes
Secara umum persyaratan untuk mendirikan polindes adalah tersedianya tempat yang
bersih, namun serasi dengan lingkungan perumahan di desa serta tersedianya tenaga bidan di
desa. Secara lebih rinci, persyaratan yang perlu diusahakan adalah:
1. Tersedianya bidan di desa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes.
2. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan, antara lain:
a. Bidan kit
b. IUD kit
c. Sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil
d. Timbangan berat badan ibu dan pengukur tinggi badan
e. Infus set dan cairan dextrose 5%, nacl 0,9%
f. Obat-obatan sederhana dan uterotonika
g. Buku-buku pedoman kia, kb, dan pedoman kesehatan lainnya
h. Inkubator sederhana
3. Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain:
a. Penyediaan air bersih
b. Ventilasi cukup
c. Penerangan cukup
d. Tersedia sarana pembuangan air limbah
e. Lingkungan pekarangan bersih
f. Ukuran minimal 3x4 meter persegi
4. Lokasi dapat dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan mudah dijangkau oleh
kendaraan roda empat.
5. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan post partum
(minimal satu tempat tidur)
Unsur-unsur pokok dalam program menjaga mutu pelayanan agar selalu berkualitas
terbagi atas 4 unsur, diantaranya:
a. Unsur masukan
Unsur masukan adalah semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu
pelayanan kesehatan, unsur masukan terpenting adalah tenaga, dana dan sarana yang
meliputi sarana fisik, perlengkapan, peralatan, organisasi dan managemen, keuangan,
sumber daya manusia serta sumber daya lainnya di fasilitas kesehatan. Hal ini berarti
yang dimaksud dengan struktur adalah input, baik tidaknya struktur sebagai input dapat
diukur dari:
1. Jumlah besarnya input
2. Mutu struktur
3. Besarnya anggaran atau biaya
4. Kewajaran
Dan sarana (kuantitas dan kualitas) tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
(standard of personels and facilities), serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan
kebutuhan, maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.
b. Unsur lingkungan
Unsur lingkungan adalah keadaan lingkungan sekitar yang mempengaruhi
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Untuk suatu institusi kesehatan, keadaan sekitar
yang terpenting adalah kebijakan, organisasi, dan manajemen, secara umum disebutkan
apabila kebijakan, organisasi dan manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar
dan/atau tidak bersifat mendukung, maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan
kesehatan.
c. Unsur proses
Unsur proses adalah semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut dapat dibedakanatas dua macam yakni tindakan
medis dan tindakan non-medis, secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ini tidak
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (standard of conduct), maka sulitlah
diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.
Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga
kesehatan dan interaksinya dengan pasien. Dalam pengertian proses ini mencakup
diagnosa, rencana pengobatan, indikasi, tindakan, sarana kegiatan dokter, kegiatan
perawatan, dan penanganan kasus. Baik tidaknya proses dapat diukur dari:
1. Relevan tidaknya proses itu bagi pasien
2. Fleksibel dan efektifitas
3. Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang sesuai
4. Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan.
d. Unsur keluaran
Unsur keluaran adalah yang menunjukkan pada penampilan (performance)
pelayanan kesehatan. Penampilan dapat dibedakan atas dua macam, pertama penampilan
aspek medis pelayanan kesehatan, kedua penampilan aspek non-medis pelayanan
kesehatan. Secara umum disebutkan apabila kedua penampilan ini tidak sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan (standar of performance) maka berarti pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan bermutu. Keempat unsur pelayanan ini
saling terkait dan mempengaruhi.
Out come adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional
terhadap pasien. Penilaian terhadap outcome adalah hasil akhir dari kesehatan atau
kepuasan. Outcome jangka pendek seperti sembuh dari sakit, cacat, dan lain-lain.
Outcome jangka panjang seperti kemungkinan-kemungkinan kambuh, kemungkinan
sembuh di masa datang.
Berdasarkan dari penilaian di atas, mutu pelayanan yang baik menurut (sabarguna,
2004) adalah:
a. Tersedia dan terjangkau
b. Tepat kebutuhan
c. Tepat sumber daya
d. Tepat standar profesi/etika profesi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.2 Permasalahan
Ada beberapa hal yang menjadi hambatan tumbuh kembang polindes di Kecamatan
belitang hilir yaitu
1. Kurang pahamnya dan tidak sesuainya konsep polindes dari pelaksanaan program
dari masyarakat
2. Kesulitan mendapatklan lokasi yang strategis
3. Kesulitan menggali peran serta masyarakat
4. Bidan tidak paham mengelolah polindes, bidan tidak tinggal didesa
5. Budaya masyarakat melahirkan ditolong oleh dukun dan melahirkan dirumahnya
sendiri.
Sedangkan dari segi laporan ada beberapa masalah yang menyebabkan terhambatnya
polindes didalam menyampaikan informasi ke Puskesmas terjadi kesalahan dalam
pemasukan data, data kurang atau tidak lengkap, duplikasi data di mana data yang sama ada
di beberapa bidang berbeda, bahkan dapat berbeda antar program, Arsip data tersimpan pada
masing-masing program / bidang menyulitkan sinkronisasi dan koordinasi, Proses
pencatatan dan pelaporan relatif memerlukan waktu, data dasar kadang sulit didapat dan bisa
berbeda-beda tergantung sumber, informasi terkotak-kotak dan kadang perlu prosedur rumit
bagi program atau sektor lain untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, Kepala Dinas
kesulitan mendapat informasi komprehensif untuk pengambilan keputusan dan petugas
mempunyai beban kerja yang berlebihan, selain untuk pelaksanaan program juga harus
memasukkan dan mengolah data.
3.3 Penyelesaian
a. Penyelesaian Umum
Oleh karena itu, diperlukan adanya penyelesaian untuk meminimalisir factor-faktor yang
menjadi masalah di Polindes Sugai Ayak, yaitu :
1. Pemerintah daerah maupun perusahaan mencari solusi dalam menyiasati jumlah bidan
dengan merekrut bidan-bidan diluar daerah, memberikan pemahaman kepada warga
desa terhadap system persalinan dan perawatan selama mengandung.
2. Untuk mempercepat tumbuh kembang polindes diperlukan pemahaman konsep
polindes disetiap pelaksanaan program di berbagai tingkat pemerintahan dan
masyarakatnya sendiri.
3. Strategi intervensi yang direkomendasikan untuk mempercepat tumbuh kembang
polindes, antara lain adalah diseminasi informasi konsep polindes untuk lintas program
disetiap pemerintahan, sosialisasi polindes di masyarakat, pengendalian aktifitas bidan
desa, pembuatan kesepakatan pengelolaan polindes ditingkat desa, pengoptimalan
fungsi polindes secara kualitas, peningkatan pengetahuan dan kemampuan dari setiap
unsur yang terlibat di dalam polindes.
b. Penyelesaian Khusus
1. Fisik
Idealnya suatu polindes mempunyai bangunan sendiri dan memenuhi berbagai persyaratan,
namun dalam kenyataannya mungkin saja polindes masih menumpang di salah satu rumah
warga atau bersatu dengan kediaman bidan di desa. Bangunan Polindes harus memiliki
berbagai persyaratan fisik, diantaranya :
Bangunan polindes harus tampak bersih, salah satunya ditandai tidak adanya sampah
berserakan
Polindes harus terletak jauh dari kandang ternak agar tidak terjadi penyebaran penyakit
dari hewan ke manusia
Mempunyai jumlah ruangan yang cukup untuk pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
KIA, mempunyai ruang untuk pertolongan persalinan.
Harus terdapat ventilasi atau sirkulasi yang baik
Memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk pelaksanaan kesehatan
3. Pengelolaan polindes
Pengelolaan Polindes yang baik akan menentukan kualitas pelayanan, sekaligus
pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat. Kriteria pengelolaan polindes yang baik antara
lain meliputi keterlibatan masyarakat melalui wadah LPM dalam menentukan tarif
pelayanan. Tarif yang ditetapkan secara bersama, diharapkan memberikan kemudahan
kepada masyarakat untuk memanfaatkan polindes, sehingga dapat meningkatkan cakupan
dan sekaligus dapat memuaskan semua pihak. Selain itu, dalam proses pencatatan
petugas Polindes diharapkan dapat mencatat semua informasi secara lengkap dan selalu
4. Cakupan persalinan
Tinggi rendahnya cakupan persalinan dipengaruhi banyak faktor, diantaranya
ketersediaan sumberdaya kesehatan termasuk didalamnya keberadaan polindes beserta
tenaga profesionalnya, yaitu bidan desa. Tersedianya polindes dan bidan di suatu desa
memberikan kemudahan untuk mendapatkan pelayanan KIA, khususnya dalam
pertolongan persalinan, baik ditinjau dari segi jarak maupun dari segi pembiayaan.
Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong di polindes, selain berpengaruh terhadap
kualitas pelayanan ibu hamil, sekaligus mencerminkan kemampuan bidan itu sendiri baik
di dalam kemampuan teknis medis maupun di dalam menjalin hubungan dengan
masyarakat.