You are on page 1of 16

Makalah

Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat


Polindes Sungai Ayak
Desa Karang Ayak
Kecamatan Belitang Hilir
Kalimantan Barat

Disusn Oleh :
Arafah 07.1101.5127.10
Anita rachmania 07.1101.5089.10
Sumiati 07.1101.5131.10
Nirmala siregar 07.1101.5083.10
Ulfa malida tarakanita (07.1101.5023.10)
Nur rima wardah
Syarifah zahroh h.
Minati hapsari
Ridho al fajri 07.1101.5003.10
Adhim krisnayadi
M. Iqbal
Panca wardono
Novita hariyani 06.55219.00385.10
Aprillia nurmathyas 06.58337.00450.10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pondok bersalin desa (polindes) merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) yang didirikan masyarakat atas dasar musyawarah
sebagai kelengkapan dari pembangunan masyarakat desa. Pondok bersalin desa bermanfaat
untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana. Kontribusi keberadaan
polindes dalam meningkatkan cakupan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak cukup besar.
Disisi lain keberhasilan tersebut belum diimbangi dengan menurunnya angka kematian ibu.
Pemanfaatan polindes masih rendah. Faktor yang mempengaruhi meliputi kurangnya
promosi, rendahnya partisipasi masyarakat, image bidan jelek dan komitmen kepemilikan
oleh masyarakat rendah serta pelaporan data yang kurang lengkap, dan mutu pelayanan
rendah. Kenyataan di lapangan tampak bahwa ibu hamil dan bersalin lebih memilih tempat
pelayanan selain polindes untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan.
Di era sekarang polindes banyak ditinggalkan oleh para ibu hamil maupun ibu bersalin.
Mereka lebih memilih bidan praktik swasta sebagai tempat periksa hamil maupun bersalin.
Mengapa terjadi pergeseran trend perilaku konsumen, hal ini perlu penelitian. Di sisi lain
ternyata di daerah pedesaan polindes merupakan pilihan utama bagi ibu hamil dan ibu
bersalin untuk periksa. Faktor apa saja yang menyebabkan mereka tetap memilih polindes
sebagai tempat persalinan perlu dikaji secara ilmiah menggunakan paradigma manajemen
pemasaran. Faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap perilaku konsumen
dalam proses pengambilan keputusan suatu produk adalah bauran pemasaran, lingkungan
dan karakteristik pembeli. Faktor resiko produksi, karakteristik konsuman dan faktor situasi.
Proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh lingkungan, perbedaan individu, strategi
pemasaran dan proses biologis.
Hasil penelitian berkonsep strategi pemasaran membuktikan bahwa faktor fasilitas,
pelayanan, lokasi, harga, produk dan karakteristik individu mempengaruhi keputusan
konsumen. Faktor-faktor inilah yang ingin diketahui mana yang paling dominan
mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk memilih pondok bersalin desa
sebagai tempat pemeriksaan dan persalinan. Dari kenyataan yang ada, terdapat masalah-
masalah yang terjadi di Polindes-polindes. Hal ini dikarenakan factor-faktor diatas yang
tidak terpenuhi. Pada makalah ini akan dibahas apa saja masalah-masalah yang biasanya
terjadi di Polindes, apa penyebabnya serta bagaimana penyelesaian dari permasalahan yang
terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa masalah-masalah yang terjadi di Polindes Sungai Ayak ?
2. Apakah penyebab dari timbulnya masalah Polindes Sungai Ayak di Kalimantan Barat ?
3. Bagaimana cara penyelesaian masalah yang terjadi di Polindes Sungai Ayak, Kalimantan
Barat ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah-masalah yang ada di Polindes Sungai Ayak.
2. Untuk mengetahui penyebab-penyebab dari masalah yang ada di Polindes Sungai Ayak.
3. Untuk mengetahui cara penyelesaian masalah yang terjadi di Polindes Sungai Ayak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Pondok bersalin desa (polindes) adalah salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam
menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak lainnya,
termasuk kb di desa (depkes ri, 1999) polindes dirintis dan dikelola oleh pamong desa
setempat. Berbeda dengan posyandu yang pelaksanaannya dilakukan oleh kader didukung
oleh petugas puskesmas, maka petugas polindes pelayanannya tergantung pada keberadaan
bidan, oleh karena pelayanan di polindes merupakan pelayan profesi kebidanan.
Kader masyarakat yang paling terkait dengan pelayanan di polindes adalah dukun bayi,
oleh karena itu polindes dimanfaatkan pula sebagai sarana untuk meningkatkan kemitraan
bidan dan dukun bayi dalam pertolongam persalinan. Kader posyandu dapat pula berperan di
polindes seperti perannya dalam melaksanakan kegiatan posyandu yaitu dalam. Penggerakan
masyarakat dan penyuluhan. Selain itu bila memungkinkan, kegiatan posyandu dapat
dilaksanakan pada tempat yang sama dengan polindes. Idealnya suatu polindes mempunyai
bangunan tersendiri namun bisa juga menumpang disalah satu rumah warga atau bersatu
dengan kediaman bidan di desa, dan masih dibawah pengawasan dokter puskesmas setempat
(bisma, 2006).
Pertolongan persalinan yang ditangani di polindes adalah persalinan normal serta kasus
dengan faktor resiko sedang (faktor yang secara tidak langsung dapat membahayakan ibu
hamil dan bersalin sehingga memerlukan pengawasan serta perawatn profesional). Pondok
bersalin desa (polindes) adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
(ukbm) yang merupakan wujud nyata bentuk peran serta masyarakat didalam menyediakan
tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak lainnya, termasuk kb di
desa.
2.2 Persyaratan Polindes
Secara umum persyaratan untuk mendirikan polindes adalah tersedianya tempat yang
bersih, namun serasi dengan lingkungan perumahan di desa serta tersedianya tenaga bidan di
desa. Secara lebih rinci, persyaratan yang perlu diusahakan adalah:
1. Tersedianya bidan di desa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes.
2. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan, antara lain:
a. Bidan kit
b. IUD kit
c. Sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil
d. Timbangan berat badan ibu dan pengukur tinggi badan
e. Infus set dan cairan dextrose 5%, nacl 0,9%
f. Obat-obatan sederhana dan uterotonika
g. Buku-buku pedoman kia, kb, dan pedoman kesehatan lainnya
h. Inkubator sederhana
3. Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain:
a. Penyediaan air bersih
b. Ventilasi cukup
c. Penerangan cukup
d. Tersedia sarana pembuangan air limbah
e. Lingkungan pekarangan bersih
f. Ukuran minimal 3x4 meter persegi
4. Lokasi dapat dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan mudah dijangkau oleh
kendaraan roda empat.
5. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan post partum
(minimal satu tempat tidur)

2.3 Fungsi Polindes


1. Sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu dan anak (termasuk kb)
2. Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
3. Sebagai tempat untuk konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan masyarakat dan
dukun bayi maupun kader.
Faktor pendukung tumbuh kembang polindes antara lain : dukungan pemerintah daerah
setempat, kerjasama lintas sektor dan lintas program (kia dan promkes), koordinasi yang
baik antara puskesmas dengan camat dan kepala desa, kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan, keberadaan bidan desa serta ketrampilan dan keramahan bidan desa.
Faktor penghambat tumbuh kembang polindes antara lain kesulitan mendapatkan lokasi
yang strategis, kesulitan menggali peran serta masyarakat, bidan tidak tinggal di desa,
budaya masyarakat melahirkan di tolong oleh dukun dan melahirkan dirumahnya sendri
(dinkes bonbol, 2009).
Dalam menganalisa pertumbuhan polindes harus mengacu keapda indikator tingkat
perkembangan polindes yang mencakup beberapa hal diantaranya sebagai berikut:
1. Fisik tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes perlu memenuhi
persyaratan antara lain:
a. Bangunan polindes tampak bersih, salah satunya ditandai tidak adanya sampah
berserakan
b. Lingkungan yang sehat, bila polindes jauh dari kandang ternak
c. Mempunyai jumlah ruangan yang cukup untuk: pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kia, mempunyai ruang untuk pertolongan persalinan.
d. Tempat pelayanan bersih dengan aliran udara/ventilasi yang baik terjamin.
e. Mempunyai perabotan dan alat-alat yang memadai untuk pelaksanaan pelayanan.
f. Mempunyai sarana air bersih dan jamban yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Idealnya suatu polindes mempunyai bangunan sendiri dan memnuhi persyaratan di atas.
2. Tempat tinggal bidan desa keberadaan bidan di desa secara terus menerus (menetap)
menentukan afektifitas pelayanannya, termasuk efektifitas polindes. Selain itu, jarak
tempat tinggal bidan yang menetap di desa dengan polindes. Bidan yang tidak tinggal di
desa dianggap tidak mungkin melaksanakan pelayanan pertolongan persalinan di
polindes. Untuk mempercepat tumbuh kembang polindes bidan harus selalu
berada/tinggal di desa dan lebih banyak melayani masalah kesehatan masyarakat desa
setempat.
3. Pengelolaan polindes pengelolaan polindes yang baik akan menentukan kualitas
pelayanan, sekaligus pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat. Kriteria pengelolaan
polindes yang baik antara keterlibatan masyarakat melalui wadah lpm dalam menentukan
tarif pelayanan. Tarif yang ditetapkan secara bersama, diharapkan memberikan
kemudahan kepada masyarakat untuk memanfaatkan polindes, sehingga cakupan dan
skaligus dapat memuaskan semua pihak.
4. Cakupan persalinan tinggi rendahnya cakupan persalinan dipengaruhi banyak faktor,
diantaranya ketersediaan sumber daya kesehatan termasuk didalamnya keberadaan
polindes beserta tenaga profesionalnya, yaitu bidan desa. Tersedianya polindes dan bidan
di suatu desa memberikan kemudahan untuk mendapatakan pelayanan kia, khususnya
dalam pertolongan persalinan, baik ditinjau dari segi jarak maupun segi pembiayaan.
Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong dipolindes, selain berpengaruh terhadap
kualitas pelayanan ibu hamil, sekaligus mencerminkan kemampuan bidan itu sendiri baik
di dalam kemampuan teknis medis maupun di dalam menjalin hubungan dengan
masyarakat. Cakupan persalinan dihitung secara kumulatif selama setahun.
5. Sarana air bersih tersedianya air bersih merupakan salah satu persyaratan untuk hidup
sehat. Demikian juga halnya di dalam operasional pelayanan polindes. Polindes dianggap
baik apabila telah tersedia air bersih yang dilengkapi dengan: mck, tersedianya sumber
air (sumur, pompa, pam, dll), dan dilengkapi pula dengan saluran pembuangan air
limbah.
6. Kemitraan bidan dan dukun bayi kader masyarakat yang paling terkait dengan pelayanan
di polindes adalah dukun bayi. Karena itu, polindes dimanfaatkan pula sebagai sarana
meningkatkan kemitraan bidan dan dukun bayi dalam pertolongan persalinan. Kemitraan
bidan dan dukun bayi merupakan hal yang di anjurkan dalam pealyanan pertolongan
persalinan di polindes. Penghitungan cakupan kemitraan bidan dan dukun dihitung secara
kumulatif selama setahun.
7. Kegiatan kie untuk kelompok sasaran kie merupakan salah satu teknologi peningkatan
peran serta masyarakat yang bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mau dan
mampu memelihara dan melaksanakan hidup sehat sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya, melalui jalan komunikasi, informasi dan edukasi yang bersifat praktis.
Dengan keberadaan polindes beserta bidan ditengah-tengah masyarakat diharapkan akan
terjalin interaksi antara bidan dan masyarakat. Semakin sering bidan di desa menjalankan
kie, akan semakin mendorong masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup sehatnya,
termasuk di dalamnya meningkatkan kemampuan dukun bayi sebagai mitra kerja di
dalam memberikan penyuluhan kesehatan ibu hamil. Seharusnya suatu polindes di dalam
pelaksanaan kegiatannya telah melakukan kie untuk kelompoksasaran minimal sekali
dalaqm setiap bulannya. Kegiatan kie ini dihitung secara kumulatif selama setahun.
8. Dana sehat/jpkm dana sehat sebagai wahana memandirikan masyarakat untuk hidup
sehat, pada gilirannya diharapkan akan mampu melestarikan berbagai jenis upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat setempat. Suatu polindes dianggap baik bila
masyarakat di desa binaannya telah terliput dana sehat, sehingga diharapkan kelestarian
polindes dapat terjamin, kepastian untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas tak
perlu dikhawatirkan lagi (dinkes bonbol, 2009)

2.4 Mutu Dalam Pelayanan


Wiyono (1999) menerangkan bahwa mutu dapat dilihat dari berbagai perspektif :
a. Untuk pasien dan masyarakat, mutu pelayanan berarti suatu empati, respek dan tanggap
akan kebutuhannya, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka dan diberikan
dengan cara yang ramah waktu mereka berkunjung.
b. Untuk petugas kesehatan, mutu berarti bebas melakukan segala sesuatu secara
profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang maju, mutu peralatan yang baik, dan memenuhi
standar yang baik.
c. Untuk manager dan administrator, mutu pelayanan tidak terlalu berhubungan langsung
dengan tugas mereka sehari-hari, namun tetap sama pentingnya. Untuk manager, fokus
pada mutu akan mendorongnya untuk mengatur staf, pasien dan masyarakat dengan baik.
d. Untuk yayasan atau pemilik rumah sakit, mutu dapat berarti memiliki tenaga profesional
yang bermutu dan cukup. Pada umumnya para manager dan pemilik institusi
mengharapkan efisiensi dan keawajiban penyelenggaraan, minimal tidak merugikan jika
dipandang dari berbagai aspek seperti tidak adanya pemborosan tenaga, peralatan, biaya.
Waktu, dan sebagainya.

Unsur-unsur pokok dalam program menjaga mutu pelayanan agar selalu berkualitas
terbagi atas 4 unsur, diantaranya:
a. Unsur masukan
Unsur masukan adalah semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu
pelayanan kesehatan, unsur masukan terpenting adalah tenaga, dana dan sarana yang
meliputi sarana fisik, perlengkapan, peralatan, organisasi dan managemen, keuangan,
sumber daya manusia serta sumber daya lainnya di fasilitas kesehatan. Hal ini berarti
yang dimaksud dengan struktur adalah input, baik tidaknya struktur sebagai input dapat
diukur dari:
1. Jumlah besarnya input
2. Mutu struktur
3. Besarnya anggaran atau biaya
4. Kewajaran
Dan sarana (kuantitas dan kualitas) tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
(standard of personels and facilities), serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan
kebutuhan, maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.
b. Unsur lingkungan
Unsur lingkungan adalah keadaan lingkungan sekitar yang mempengaruhi
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Untuk suatu institusi kesehatan, keadaan sekitar
yang terpenting adalah kebijakan, organisasi, dan manajemen, secara umum disebutkan
apabila kebijakan, organisasi dan manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar
dan/atau tidak bersifat mendukung, maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan
kesehatan.
c. Unsur proses
Unsur proses adalah semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut dapat dibedakanatas dua macam yakni tindakan
medis dan tindakan non-medis, secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ini tidak
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (standard of conduct), maka sulitlah
diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.
Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga
kesehatan dan interaksinya dengan pasien. Dalam pengertian proses ini mencakup
diagnosa, rencana pengobatan, indikasi, tindakan, sarana kegiatan dokter, kegiatan
perawatan, dan penanganan kasus. Baik tidaknya proses dapat diukur dari:
1. Relevan tidaknya proses itu bagi pasien
2. Fleksibel dan efektifitas
3. Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang sesuai
4. Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan.
d. Unsur keluaran
Unsur keluaran adalah yang menunjukkan pada penampilan (performance)
pelayanan kesehatan. Penampilan dapat dibedakan atas dua macam, pertama penampilan
aspek medis pelayanan kesehatan, kedua penampilan aspek non-medis pelayanan
kesehatan. Secara umum disebutkan apabila kedua penampilan ini tidak sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan (standar of performance) maka berarti pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan bermutu. Keempat unsur pelayanan ini
saling terkait dan mempengaruhi.
Out come adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional
terhadap pasien. Penilaian terhadap outcome adalah hasil akhir dari kesehatan atau
kepuasan. Outcome jangka pendek seperti sembuh dari sakit, cacat, dan lain-lain.
Outcome jangka panjang seperti kemungkinan-kemungkinan kambuh, kemungkinan
sembuh di masa datang.
Berdasarkan dari penilaian di atas, mutu pelayanan yang baik menurut (sabarguna,
2004) adalah:
a. Tersedia dan terjangkau
b. Tepat kebutuhan
c. Tepat sumber daya
d. Tepat standar profesi/etika profesi.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Deskriptif Polindes


Polindes Kecamatan Belitang hilir, Desa Karang
Ayak ini lahir dan berawal dari Balai Pengobatan yang
didirikan oleh Departemen Transmigrasi pada tahun
1985. Berdirinya Balai Pengobatan SP1 Merbang guna
melayani warga transmigran, baik yang berasal dari Jawa
maupun masyarakat di kampung sekitarnya. Lokasi
transmigrasi SP1 Merbang merupakan lokasi
transmigrasi pertama di Belitang Hilir. Satu orang tenaga perawat ditempatkan disini. Balai
pengobatan yang dirubah menjadi balai desa oleh warga sekitarnya juga dijadikan sebagai Polindes
sementara selama kegiatan KIA dan Program KB. Hal ini disebabkan kondisi Polindes yang belum
dapat berdiri sendiri. Kondisi Polindes saat ini pun sudah mulai kurang baik. Diperlukan perbaikan
untuk WC, lantai, tangga, langit-langit, dan atap. Selain itu, polindes yang aksesnya sulit dijangkau
ini juga tidak memiliki peralatan yang menunjang kelancaran pekerjaan petugasnya. Tidak ada
perabotan dan peralatan medis yang tersedia. Contohnya saat diadakan Pemeriksaan Kesehatan Ibu
dan Anak pada tanggal 11 September 2007 lalu, terpaksa meminjam meja dan kursi milik tetangga.
Bahkan seorang bidan mesti menggunakan kotak suara (salon) untuk alas menulis. Jika ada
perabotan dan peralatan kerja yang memadai, tentunya petugas akan dapat bekerja dengan baik, tidak
terbebani dengan berbagai ketiadaan.

3.2 Permasalahan
Ada beberapa hal yang menjadi hambatan tumbuh kembang polindes di Kecamatan
belitang hilir yaitu
1. Kurang pahamnya dan tidak sesuainya konsep polindes dari pelaksanaan program
dari masyarakat
2. Kesulitan mendapatklan lokasi yang strategis
3. Kesulitan menggali peran serta masyarakat
4. Bidan tidak paham mengelolah polindes, bidan tidak tinggal didesa
5. Budaya masyarakat melahirkan ditolong oleh dukun dan melahirkan dirumahnya
sendiri.
Sedangkan dari segi laporan ada beberapa masalah yang menyebabkan terhambatnya
polindes didalam menyampaikan informasi ke Puskesmas terjadi kesalahan dalam
pemasukan data, data kurang atau tidak lengkap, duplikasi data di mana data yang sama ada
di beberapa bidang berbeda, bahkan dapat berbeda antar program, Arsip data tersimpan pada
masing-masing program / bidang menyulitkan sinkronisasi dan koordinasi, Proses
pencatatan dan pelaporan relatif memerlukan waktu, data dasar kadang sulit didapat dan bisa
berbeda-beda tergantung sumber, informasi terkotak-kotak dan kadang perlu prosedur rumit
bagi program atau sektor lain untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, Kepala Dinas
kesulitan mendapat informasi komprehensif untuk pengambilan keputusan dan petugas
mempunyai beban kerja yang berlebihan, selain untuk pelaksanaan program juga harus
memasukkan dan mengolah data.

3.3 Penyelesaian
a. Penyelesaian Umum
Oleh karena itu, diperlukan adanya penyelesaian untuk meminimalisir factor-faktor yang
menjadi masalah di Polindes Sugai Ayak, yaitu :
1. Pemerintah daerah maupun perusahaan mencari solusi dalam menyiasati jumlah bidan
dengan merekrut bidan-bidan diluar daerah, memberikan pemahaman kepada warga
desa terhadap system persalinan dan perawatan selama mengandung.
2. Untuk mempercepat tumbuh kembang polindes diperlukan pemahaman konsep
polindes disetiap pelaksanaan program di berbagai tingkat pemerintahan dan
masyarakatnya sendiri.
3. Strategi intervensi yang direkomendasikan untuk mempercepat tumbuh kembang
polindes, antara lain adalah diseminasi informasi konsep polindes untuk lintas program
disetiap pemerintahan, sosialisasi polindes di masyarakat, pengendalian aktifitas bidan
desa, pembuatan kesepakatan pengelolaan polindes ditingkat desa, pengoptimalan
fungsi polindes secara kualitas, peningkatan pengetahuan dan kemampuan dari setiap
unsur yang terlibat di dalam polindes.

b. Penyelesaian Khusus
1. Fisik
Idealnya suatu polindes mempunyai bangunan sendiri dan memenuhi berbagai persyaratan,
namun dalam kenyataannya mungkin saja polindes masih menumpang di salah satu rumah
warga atau bersatu dengan kediaman bidan di desa. Bangunan Polindes harus memiliki
berbagai persyaratan fisik, diantaranya :
 Bangunan polindes harus tampak bersih, salah satunya ditandai tidak adanya sampah
berserakan
 Polindes harus terletak jauh dari kandang ternak agar tidak terjadi penyebaran penyakit
dari hewan ke manusia
 Mempunyai jumlah ruangan yang cukup untuk pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
KIA, mempunyai ruang untuk pertolongan persalinan.
 Harus terdapat ventilasi atau sirkulasi yang baik
 Memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk pelaksanaan kesehatan

2. Tempat tinggal bidan desa


Keberadaan bidan di desa secara terus menerus (menetap) menentukan efektifivitas
pelayanan kesehatan, termasuk efektivitas polindes. Bidan yang tidak tinggal di desa
dianggap tidak mungkin melaksanakan pelayanan pertolongan persalinan di polindes.
Untuk mempercepat tumbuh kembang Polindes bidan harus selalu berada/tinggal di desa
dan lebih banyak melayani masalah kesehatan masyarakat desa setempat.

3. Pengelolaan polindes
Pengelolaan Polindes yang baik akan menentukan kualitas pelayanan, sekaligus
pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat. Kriteria pengelolaan polindes yang baik antara
lain meliputi keterlibatan masyarakat melalui wadah LPM dalam menentukan tarif
pelayanan. Tarif yang ditetapkan secara bersama, diharapkan memberikan kemudahan
kepada masyarakat untuk memanfaatkan polindes, sehingga dapat meningkatkan cakupan
dan sekaligus dapat memuaskan semua pihak. Selain itu, dalam proses pencatatan
petugas Polindes diharapkan dapat mencatat semua informasi secara lengkap dan selalu

4. Cakupan persalinan
Tinggi rendahnya cakupan persalinan dipengaruhi banyak faktor, diantaranya
ketersediaan sumberdaya kesehatan termasuk didalamnya keberadaan polindes beserta
tenaga profesionalnya, yaitu bidan desa. Tersedianya polindes dan bidan di suatu desa
memberikan kemudahan untuk mendapatkan pelayanan KIA, khususnya dalam
pertolongan persalinan, baik ditinjau dari segi jarak maupun dari segi pembiayaan.
Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong di polindes, selain berpengaruh terhadap
kualitas pelayanan ibu hamil, sekaligus mencerminkan kemampuan bidan itu sendiri baik
di dalam kemampuan teknis medis maupun di dalam menjalin hubungan dengan
masyarakat.

5. Kemitraan bidan dan dukun bayi


Kader masyarakat yang paling terkait dengan pelayanan di polindes adalah dukun
bayi. Karena itu, polindes dimanfaatkan pula sebagai sarana meningkatkan kemitraan
bidan dan dukun bayi dalam pertolongan persalinan. Kemitraan bidan dan dukun bayi
merupakan hal yang dianjurkan dalam pelayanan pertolongan persalinan di Polindes.
Penghitungan cakupan kemitraan bidan dan dukun dihitung secara kumulatif selama
setahun.

6. Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran


KIE merupakan salah satu teknologi peningkatan peran serta masyarakat yang
bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mau dan mampu memelihara dan
melaksanakan hidup sehat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, melalui jalinan
komunikasi, informasi dan edukasi yang bersifat praktis.
Dengan keberadaan polindes beserta bidan ditengah-tengah masyarakat diharapkan
akan terjalin interaksi antara antara bidan dengan masyarakat. Semakin sering bidan di
desa menjalankan KIE, akan semakin mendorong masyarakat untuk meningkatkan kualitas
hidup sehatnya, termasuk di dalamnya meningkatkan kemampuan dukun bayi sebagai
mitra kerja di dalam memberikan penyuluhan kesehatan ibu hamil. Seharusnya suatu
polindes di dalam pelaksanaan kegiatannya telah melakukan KIE untuk kelompok sasaran
minimal sekali dalam setiap bulannya. Kegiatan KIE ini dihitung secara kumulatif selama
setahun.
7. Dana Sehat/JPKM
Dana sehat sebagai wahana memandirikan masyarakat untuk hidup sehat, pada
gilirannya diharapkan akan mampu melestarikan berbagai jenis upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat setempat.
Suatu polindes dianggap baik bila masyarakat di desa binaannya telah terliput dana
sehat, sehingga diharapkan kelestarian polindes dapat terjamin, kepastian untuk
mendapatkan pelayanan yang berkualitas tak perlu dikhawatirkan lagi. Cakupan dana
sehat dianggap baik bila telah mencapai 50 %.
DAFTAR PUSTAKA

Ismet, Mile.2008. Menuju Polindes Mandiri.( www.DinasKesehatan.com, 4 Mei 2009).

Rahjeng, Ekowati.2002.Strategi Spesifik dalam Akselerasi Tumbuh Kembang Pondok Bersalin


Desa di Jawa.( www.ITBCentraldilibrary ,4 Mei 2009)

Yulkardi.2002.Memberdayakan POLINDES.Yogyakarta.Universitas Gajah Mada.

You might also like