You are on page 1of 32

PENGERTIAN PENDIDIKAN

(1) Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ( Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1991 ).

(2) Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk
memperoleh pengetahuan ( McLeod, 1989 ).

(3) Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ( Mudyahardjo, 2001:6 )

(4) Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-
metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku
yang sesuai dengan kebutuhan ( Muhibinsyah, 2003:10 )

(5) Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan madrasah )
yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai
pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya ( Dictionary of Psychology, 1972 ).

(6) Dalam arti luas pendidikan melipuyi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk
mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi
muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun
rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan
pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan
tanggung jawab moril dari segala perbuatannya ( Poerbakawatja dan Harahap, 1981 ).

(7) Menurut John Dewey pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau
perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.

(8) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( UUSPN No. 20 Tahun
2003 )

(9) "pendidikan n proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, pembuatan
mendidik;"
(Ref. Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, P 263)

• Meningkatkan pengetahuan, pengertian, kesadaran, dan toleransi


• Meningkatkan "questioning skills" dan kemampuan menganalisakan sesuatu - termasuk
pendidikannya!
• Meningkatkan kedewasaan individu - dari definisi di atas kami harus sangat kuatir kalau
tujuannya hanya "pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok" - kita perlu tahu;
(a) merubah sesuai dengan keinginan siapa, (b) menguntungkan siapa, (c) apakah kita menjadi
robot atau manusia kalau "sikap dan tata laku" sama?
• Untuk perkembangan negara (negara yang mana saja) kami sangat perlu pendidikan yang
menghargai kreativitas dan "individual thinking" supaya negara dapat membuat sesuatu yang
baru dan lebih baik (tidak hanya meng-copy negara lain).

(10) pengajaran n 1 proses, cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan; 2 perihal mengajar; segala
sesuatu mengenai mengajar; 3 peringatan"
(Ref. Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, P 17)
Dari definisi "pendidikan" di atas Anda dapat melihat hubungan dan bedanya pendidikan dan
pengajaran (di-underline).

Ilmu pendidikan adalah ilmu yg mempelajari serta memproses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan; proses, cara, pembuatan mendidik tetapi definisi yg terpenting :
 Meningkatkan pengetahuan, pengertian, kesadaran, dan toleransi
 Meningkatkan "questioning skills" dan kemampuan menganalisakan sesuatu - termasuk
pendidikannya!
 Meningkatkan kedewasaan individu - dari definisi di atas kami harus sangat kuatir kalau
tujuannya hanya "pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok" - kita perlu tahu;
(a) merubah sesuai dengan keinginan siapa, (b) menguntungkan siapa, (c) apakah kita menjadi
robot atau manusia kalau "sikap dan tata laku" sama?
 Untuk perkembangan negara (negara yang mana saja) kami sangat perlu pendidikan yang
menghargai kreativitas dan "individual thinking" supaya negara dapat membuat sesuatu yang
baru dan lebih baik (tidak hanya meng-copy negara lain).

OBJEK ILMU PENDIDIKAN

• Objek materil ilmu pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek
kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau diharapkan
melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga masyarakat ia
mempunyai ciri warga yang baik (good citizenship atau kewarganegaraan yang sebaik-baiknya).

• objek formal ilmu pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau
situasi pendidikan. Didalam situasi sosial manusia itu sering berperilaku tidak utuh, hanya
menjadi makhluk berperilaku individual dan/atau makhluk sosial yang berperilaku kolektif.

A. Pendidikan Sebagai Kegiatan Ilmu dan Seni

1. Pendidikan dalam Praktek Memerlukan teori

• Teori dalam praktek di lapangan pendidikan penting karena pendidikan dalam praktek harus
dipertanggungjawabkan. Tanpa teori tindakan-tindakan dalam pendidikan hanya didasarkan
atas alasan-alasan yang kebetulan, seketika dan aji mumpung.
• Pengajaran yang baik memerlukan proses dan alasan rasional serta intelektual juga terjalin
oleh alasan yang bersifat moral, karena unsur manusia yang dididik Kita baru saja
menyaksikan pendidikan di Indonesia gagal dalam praktek berskala makro dan mikro yaitu
dalam upaya bersama mendalami, mengamalkan dan menghayati Pancasila.
• Mari kita kembali berprihatin sesuai ucapan Dr. Gunning yang dikutip Langeveld
(1955).“Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori tanpa praktek
hanya untuk orang-orang jenius”. Praktek tanpa teori ibarat orang buta, teoritanpa praktek
ibarat orang lumpuh Ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh
orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral.
• Pendidikan sebagai gejala sosial dalam kehidupan mempunyai landasan individual, sosial dan
cultural. Pada skala mikro pendidikan bagi individu dan kelompok kecil beralngsung dalam
skala relatif tebatas seperti antara sesama sahabat, antara seorang guru dengan satu atau
sekelompok kecil siswanya, serta dalam keluarga antara suami dan isteri, antara orang tua dan
anak serta anak lainnya.
• Pada skala makro pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar seperti dalam
masyarakat antar desa, antar sekolah, antar kecamatan, antar kota, masyarakat antar suku dan
masyarakat antar bangsa. Dalam skala makro masyarakat melaksanakan pendidikan bagi
regenerasi sosial yaitu pelimpahan harta budaya dan pelestarian nilai-nilai luhur dari suatu
generasi kepada generasi muda dalam kehidupan masyarakat.

2. Teori Pendidikan Memadu Jalinan Antara Ilmu dan Seni

• Konsep pendidikan yang memerlukan ilmu dan seni ialah proses atau upaya sadar antar
manusia dengan sesama secara beradab, dimana pihak kesatu secara terarah membimbing
perkembangan kemampuan dan kepribadian pihak kedua secara manusiawi yaitu orang
perorang.
• Sebagai upaya sadar manusia dimana warga maysrakat yang lebih dewasa dan berbudaya
membantu pihak-pihak yang kurang mampu dan kurang dewasa agar bersama-sama mencapai
taraf kemampuan dan kedewasaan yang lebih baik (Phenix, 1958:13),
• Buller, 1968:10). Dalam arti ini juga sekolah laboratorium akan memerlukan jalinan praktek
ilmu dan praktek seni.
• Mengingat definisi pendidikan yang makro, yaitu : “Pendidikan ialah usaha sadar untuk
mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi
peranannya dimasa yang akan datang”.
• Pandangan Ki Hajar Dewantara (1950) sebagai berikut :“Taman Siswa mengembangkan suatu
cara pendidikan yang tersebut didalam Among dan bersemboyan ‘Tut Wuri Handayani’
(mengikuti sambil mempengaruhi). Arti Tut Wuri ialah mengikuti, namun maknanya ialah
mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh perhatian berdasarkan cinta kasih dan tanpa
pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa, dan makna Handayani ialah mempengaruhi
dalam arti merangsang, memupuk, membimbing, memberi teladan agar sang anak
mengembangkan pribadi masing-masing melalui disiplin pribadi”.
Rombel 10 belum

Hakekat Manusia

 Manusia sebagai makhluk Tuhan mempunyai kebutuhan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

 Manusia membutuhkan lingkungan hidup berkelompok untuk mengembangkandirinya.

 Manusia mempunyai potensi-potensi yang dapat dikembangkan dan kebutuhan kebutuhan


materi serta spiritual yang harus dipenuhi.

 Manusia itu pada dasarnya dapat dan harus dididik serta dapat mendidik dirisendiri.

2. Hakekat Masyarakat

a. Kehidupan masyarakat berlandaskan sistem nilai-nilai keagamaan, sosial dan


budaya yang dianut warga masyarakat ; sebagian daripada nilai-nilai tersebut
bersifat lestari dan sebagian lagi terus berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
dan teknologi.
b. Masyarakat merupakan sumber nilai-nilai yang memberikan arah normative kepada
pendidikan.
c. Kehidupan bermasyarakat ditingkatkan kualitasnya oleh insane-insan yang berhasil
mengembangkan dirinya melalui pendidikan.

Hakekat Pendidikan
a. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan
antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
b. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang
mengalami perubahan yang semakin pesat.
c. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupoan pribadi dan masyarakat.
d. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
e. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.

Hakekat Subjek Didik

a. Subjek didik betanggungjawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan wawasan


pendidikan seumur hidup.
b. Subjek didik memiliki potensi, baik fisik maupun psikologis yang berbeda-beda
sehingga masing-masing subjek didik merupakan insane yang unik.
c. Subjek didik merupakan pembinaan individual serta perlakuan yang manusiawi.
d. Subjek didik pada dasarnya merupakan insane yang aktif menghadapi lingkungan
hidupnya.
Hakekat Guru dan Tenadga Kependidikan
 Guru dan tenaga kependidikan merupakan agen pembaharuan.
 Guru dan tenaga kependidikan berperan sebagai pemimpin dan pendukung nilai-nilai
masyarakat.

 Guru dan tenaga kependidikan sebagai fasilitator memungkinkan terciptanyakondisi yang baik
bagi subjek didik untuk belajar.

 Guru dan tenga kependidikan bertanggungjawab atas tercapainya hasil belajar subjek
didik.Guru dan tenaga kependidikan dituntut untuk menjadi conoh dalam pengelolaan proses
belajar-mengajar bagi calon guru yang menjadi subjek didiknya.

 Guru dan tenaga kependidikan bertanggungjawab secara professional untuk terus-menerus


meningkatkatkan kemampuannya.
 Guru dan tenaga kependidikan menjunjung tinggi kode etik profesional.

Hakekat Belajar Mengajar

a. Peristiwa belajar mengajar terjadi apabila subjek didik secara aktif berinteraksi dengan lingkungan
belajar yang diatur oleh guru.

b. Proses belajar mengajar yang efektif memerlukan strategi dan media/teknologi pendidikan yang
tepat.

c. Program belajar mengajar dirancang dan diimplikasikan sebagai suatu sistem.

d. Proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang didalam pelaksanaan kegiata
belajar-mengajar.

e. Pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengintegrasian fungsional antara teori dan


praktek serta materi dan metodelogi penyampaian.

f. Pembentukan kompetensi professional memerlukan pengalaman lapangan yang bertahap, mulai


dari pengenalan medan, latihan keterampilan terbatas sampai dengan pelaksanaan
penghayatan tugas-tugas kependidikan secara lengkap aktual.
g. Kriteria keberhasilan yang utama dalam pendidikan profesional adalah
pendemonstrasian penguasaan kompetensi.
h. Materi pengajaran dan sistem penyampaiannya selalu berkembang.
Rombel 28

Hakekat Kelembagaan

a. LPTK merupakan lembaga pendidikan profesional yang melaksanakan pendidikan tenaga


kependidikan dan pengembangan ilmu teknologi kependidikan bagi peningkatan kualitas
kehidupan.
b. LPTK menyelenggarakan program-program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat baik
kualitatif maupun kuantitatif.

c. LPTK dikelola dalam suatu sistem pembinaan yang terpadu dalam rangka pengadaan tenaga
kependidikan.

d. LPTK memiliki mekanisme balikan yang efektif untuk meningkatkan kualitas layanannya
kepada masyarakat secara terus-menerus.

e. Pendidikan pra-jabatan guru merupakan tanggungjawab bersamaantara LPTK dan sekolah-


sekolah pemakai (calon) lulusan. Catatan : Pendidikan berdasarkan kompetensi bagi tenaga
kependidikan lainnya memerlukan perangkat asumsi yang berbeda.

TEORI PENDIDIKAN JOHN CALVIN


oleh : Eva Morrison
1. Teori Nilai
Bagi Calvin, pengetahuan terbagi atas dua bagian, yaitu Pengetahuan akan Allah dan akan manusia.(1)
Pengetahuan akan Allah diperoleh dari Perjanjian Lama dan Per¬janjian Baru, dan tugas pendidikan
bagian ini ada pada gereja.(2) Sasaran pen¬didik¬an Kristen adalah mengajar seorang untuk dapat
hidup berpegang pada kebajikan dan nilai-nilai Kristiani. Di arena pengetahuan akan diri, Calvin
menun¬juk¬kan perhatian yang sangat besar pada pembelajaran para humanis pada jamannya. Ia
adalah murid seorang humanis terkenal, Cortier, dan sangat meng¬har¬gai metode pengajaran dan
pembelajaran dari Cortier.(3) Pada faktanya, kemanu¬sia¬an bagi Calvin jauh lebih penting ketimbang
hukum dan medis.(4) Calvin sangat berbeda dari para Reformator lainnya, seperti Luther dan Zwingli,
khususnya di dalam mem¬beri¬kan perhatian besar pada seni liberal sebagai suatu sarana untuk
memperkem¬bang¬kan kemanusiaan manusia.(5)

2. Teori Pengetahuan
Bagi Calvin, dasar pengetahuan berasal dari Allah. Nyatanya, Calvin percaya bahwa pengetahuan
tentang diri sendiripun hanya bisa diperoleh melalui “merenungkan wajah Allah.”(6). Karena Allah
adalah dasar pengetahuan, dan kemampuan mengenal Allah adalah hal batiniah(7), maka kelihatannya
Calvin tidak mau terlalu membe¬da¬kan antara pengetahuan dan kepercayaan. Bagi Calvin, dalam
bukunya Institutes, “… orang yang tak beriman membawa kematian bagi seluruh Firman Allah.”(8)
Setiap kesalahan pengertian terhadap kebenaran selalu merupakan akibat langsung dari dosa (berpaling
dari Allah), atau dari tidak mengenal Allah sama sekali. Kebenaran akan pengetahuan-diri dan
pengetahuan akan Allah hanya bisa tiba pada kita melalui kepercayaan kita akan Allah.(9)

3. Teori Natur Manusia


Dasar Teologi Reformed dari Calvin melihat manusia sepenuhnya sebagai makhluk ciptaan Allah yang
telah jatuh dan berdosa. Pengampunan dosa hanya bisa diperoleh melalui pengorbanan dan kematian
Kristus, Anak Allah, dan totalitas kepercayaan akan kemampuan Kristus untuk mengampuni dosa kita.
Bertolak belakang dengan pengertian populer, Doktrin pemilihan Calvin menafsirkan kematian Kristus
sebagai pengorbanan bagi semua manusia. Jaminan pemilihan bagi Calvin adalah dibuktikan melalui
iman di dalam Kristus.(10) Akibatnya, iman di dalam Kristus memungkinkan pengetahuan akan diri
dan pengertian serta penghargaan terhadap dunia.(11)

4. Teori Pembelajaran
Pelatihan pendidikan Calvin sendiri sangatlah berdasarkan pada pemikiran humanisme. Ia sangat
menekankan pelatihan akan seni liberal, bahkan melampaui belajar hukum dan medis.(12) Calvin
meletakkan posisi sangat penting bagi pen¬didikan, yang harus dimulai sejak usia dini, agar tidak
“menjadikan gereja sebagai padang gurun bagi anak-anak kita.” Ia menata ulang Sekolah-Sekolah
Dasar yang ada di Jenewa, menekankan sikap disiplin, kemurnian dan keseriusan. Kuri¬kulum¬nya
sangat mirip dengan pemikiran Renaissance. Kurikulum ini meliputi juga pelatihan tata bahasa dan
kosa kata bahasa Latin, yang juga setara dengan pendidikan fisik. Mazmur dinyanyikan dalam bahasa
Perancis setiap hari satu jam lamanya. Calvin menghendaki dengan keras tuntutan bahwa pimpinan
sekolah harus memiliki “kepribadian yang murah hati, lepas dari segala bentuk kekasaran dan
kekejaman (un esprit débonnaire).”(14)

5. Teori Transmisi (Pengalihan)


Calvin telah mengerjakan teori pemerintahan. Ia memisahkan gereja ke dalam empat jabatan: pendeta;
doktor atau pengajar; majelis atau penatua; dan diaken. Pengajar (guru) secara khusus bertugas di
sekolah-sekolah dan pelayan bertugas di Sekolah Minggu. Ia melihat bahwa fungsi utama gereja adalah
untuk mengajar.(15) Pengetahuan yang mendalam tentang suatu topik didapatkan melalui pengulangan,
seperti nyanyian Mazmur yang dilakukan setiap hari. Calvin juga sangat memperhatikan pengajaran
dan khotbah eksposisi yang menyatu dengan proses belajar mengajar.(16)

6. Teori Masyarakat
Calvin meletakkan masyarakat sepenuhnya di bawah kedaulatan Allah. Bagi Calvin, Allah seharusnya
menjadi presiden dan hakim di semua pemilihan kita.(17) Namun Calvin tidak menafsirkan negara
sebagai Kerajaan Allah, melainkan lebih merupakan suatu kesempatan bagi pemerintahan yang baik
dan tempat menolong sesama manusia. Ia percaya bahwa negara seharusnya mengatur seluruh aspek
kehidupan, termasuk gereja. Di dalam pemerintahan yang ia tegakkan di Jenewa, para Master
(magistrates) harus menafsirkan hukum Calvin menerima hukum pemerintahan Romawi bagi wilayah
sekuler. He encouraged these magistrates to have weekly prayer times to keep themselves humble and
truthful. Calvin’s espoused a state run by lay people who upheld the teachings of the church
(theocracy), not a state run by ministers (hierocracy).(18)

7. Teori Kesempatan
While in Geneva, Calvin set up a government whose citizens pledged to maintain a school to which all
would be obliged to send their children including the children of the poor, who would attend free of
charge. It is not entirely clear whether girls were included in this pledge, though there was a school for
girls in Geneva.(19) Of course, the right to schooling was only available to those who were citizens of
Geneva. Calvin also heavily encouraged the building, through private donations, the building of the
Geneva Academy.(20) This Academy became a leading institution of higher education in Europe, and
supplied the blueprint for universities in colonial America.

8. Teori Kesepakatan (Konsensus)


Within Christianity, the only framework Calvin knew, he believed in consensus building. He frequently
exchanged ideas with other reformers, carefully supporting his view through scripture. He negotiated
and compromised. Toward the end of his life, Calvin proposed a “free and universal council to reunite
all Christianity”.(21) He was even willing to have the pope preside over the council, provided he would
submit to the decisions of the council.(22) However, Calvin was unable to build consensus with
thinkers outside his faith.
Referensi
(1) Calvin, John, Institutes for the Christian Religion :Book First, Chapter I, Section 1
(2) Tillich, Paul, History of Christian Thought, (New York: Harper and Row, 1968) p. 272
(3) Reid, W. Stanford, John Calvin: His Influence on the Western World, (Michigan: Zondervan, 1982)
p.15
(4) Ibid., p.16
(5) Ibid., p. 15
(6) Institutes for Christian Religion, Chapter I, Section 2
(7) Ibid., Ch. 2, Sec. 1
(8) Ibid., Ch. 6, Sec. 4
(9) Ibid., Ch.1, Sec.2
(10) John Calvin: His Influence of the Western World, p. 204-205
Sumber :
http://www.logos.sch.id/main/art-pendidikan%20calvin.htm

PRADIGMA PENDIDIKAN MASA DEPAN


A. Basic skills
Dengan mengacu perkembangan ekonomi dan masyarakat yang cepat dan kemampuan tenaga kerja
yang diperlukan, menurut Murname dan Levy, reformasi yang diperlukan di dunia pendidikan adalah
menetapkan skill dasar yang harus dikembangkan pada diri setiap peserta didik. Skill dasar tersebut
meliputi:
1. The hard skids, yang mencakup dasar-dasar matematik, problem solving, kemampuan membaca
yang jauh lebih tinggi dan lebih cepat dibandingkan yang ada sekarang ini pada SMU.
2. The soft skills, yang meliputi kemampuan bekerja sama dalam kelompok dan kemampuan
untuk menyampaikan ide dengan jelas baik dengan lisan maupun tulis.
3. Kemampuan memahami bahasa komputer yang sederhana, seperti seperti word processor.

B. Pendidikan holistik
Pada hakekatnya pendidikan kita bertujuan untuk menghasilkan manusia yang utuh. Namun,
kenyataan dalam praktek dewasa ini tak terhindarkan lagi bahwa tujuan pendidikan hanya
menekankan aspek kognitif dengan ditunjukkan oleh sistem Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional
yang menghasilkan NEM. Sehubungan dengan itu, basic skills yang diajukan oleh kedua pakar
ekonomi di atas justru telah mencakup ketiga aspek: kognitif (the hard skills dan kemampuan
memahami bahasa komputer), sosial, dan emosi (the soft skills). Persoalan yang muncul adalah
bagaimanakah ketiga aspek tersebut dapat dikembangkan pada diri peserta didik sebagai suatu satu
kesatuan yang utuh?
Perkembangan teori baru di bidang perkembangan kognitif, seperti dikemukakan oleh Baxter Magolda
(dalam Knowing and Reasoning in College: Gender-Related Patterns in Students' Intellectual
Development, 1995) menekankan bahwa ketiga aspek pendidikan tersebut, intelektual, sosial dan
emotional harus merupakan satu kesatuan yang terintegrasi.

C. Aspek mikro dalam pendidikan


Dalam kaitan pengembangan diri pribadi yang holistik ini sudah barang tentu proses belajar mengajar
yang didominasi oleh ceramah dengan guru sebagai sumber tunggal dan siswa sebagai pendengar yang
baik mendapatkan kritikan yang keras. Sebagai alternatif muncullah berbagai ide seperti Teori
Pendidikan Pembebasan oleh Fraire, teori Constructivist oleh Brooks dan Brooks, Cultural
Perspective oleh Rhoads dan Black, Collaborative Learning oleh Bruffee. Teori-teori pembelajaran
baru ini dimaksudkan untuk mengubah proses belajar mengajar yang bersifat monolitik dan steril dari
peristiwa-peristiwa yang berlangsung di luar sekolah, sebagaimana yang dipraktekan di dunia sekolah
dewasa ini, dengan melibatkan sosial dan emosi dalam proses pembelajaran.
Reformasi pendidikan perlu mempertimbangkan perkembangan teori-teori pembelajaran baru
tersebut.
• Teori Pembebasan Freire menekankan pada prinsip bahwa sistem budaya masyarakat
merupakan sumber kekuatan warga masyarakat, bagaikan jaring laba-laba di mana laba-laba
hidup. Ia menyatakan bahwa sistem pendidikan harus ditransformasikan lewat praksis, di mana
refleksi dan aksi akan secara bergantian mengubah tatanan yang ada.
• Teori Pembelajaran Constructivist didasarkan pada prinsip bahwa guru harus me nyediakan
lingkungan belajar yang memungkinkan siswa mencari makna, menghargai ketidakpastian, dan
bertanggung jawab dalam proses "pencarian". Teori ini mengakui bahwa penekanan pada
kinerja dan memberikan jawaban yang benar pada soal model pilihan ganda menghasilkkan
pemahaman yang minim pada diri siswa, sedangkan fokus proses pembelajaran adalah
menimbulkan pada diri siswa pemahaman yang mendalam dan kemampuan mempergunakan
konsep dan pengetahuan yang diperoleh sampai di luar ruang-ruang kelas. Teori Constructivist
membantu siswa untuk mampu bertanggung jawab atas proses pembelajaran yang dilakukan
oleh diri seseorang yang mandiri, mengembangkan pemahaman dan konsep secara terintegrasi,
dan mampu mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang penting.
• Teori Pembelajaran Kultural menekankan kekuatan kultur dan subkultur masyarakat. Teori ini
memiliki prinsip bahwa lewat sistem kultural yang ada dewasa ini kondisi pendidikan dapat
dianalisis dan diubah untuk dikembangkan menjadi proses pembelajaran yang efektif. Untuk itu
pendidikan harus meninjau ulang asumsi dan nilai-nilai mereka sendiri dalam praktek
pendidikan.
• Teori pembelajaran Collaborative menekankan pada proses pembelajaran yang digerakkan oleh
keterpaduan aktivitas bersama baik intelektual, sosial dan emosi secara dinamis baik dari fihak
siswa maupun guru. Teori ini didasarkan poda ide bahwa pencarian dan pengembangan
pengetahuan adalah merupakan proses aktivitas sosial, di mana siswa perlu mempraktekkannya.
Pendidikan bukannya proses di mana siswa hanya menjadi penonton dan pendengar yang
pasif.

Konsep Dasar Pendidikan

Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang
dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget ( 1896 ) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun
tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain.
Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umunya di
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Ilmu disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan
dari bahasa Inggris yaitu ” Pedagogics ”. Pedagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ” pais ”
yang artinya anak, dan ” again ” yang artinya membimbing. Poerbakwatja dan Harahap ( 1982 : 254 )
mengemukakan pedagogik mempunyai dua arti yaitu : (1) peraktek, cara sesorang mengajar; dan (2)
ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi
pelajaran yang disebut juga pendidikan.

Orang yang memberikan bimbingan kepada aak disebut pembimbing atau ” pedagog”, dalam
perkembangannya, istilah pendidikan ( pedagogy ) berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan
kepada anak oleh orang dewasa secara sadar dan bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan
kemudian tumbuh konsep pendidikan seumur hidup ( lifelong education ), yang berarti pendidikan
berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada
pengaruh lingkungan. Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan berikut ini dikemukakan
sejumlah batasan pendidikan yang dikemukan para ahli yaitu :
(1) Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ( Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1991 ).

(2) Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk
memperoleh pengetahuan ( McLeod, 1989 ).

(3) Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ( Mudyahardjo, 2001:6 )

(4) Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-
metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku
yang sesuai dengan kebutuhan ( Muhibinsyah, 2003:10 )

(5) Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan madrasah )
yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai
pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya ( Dictionary of Psychology, 1972 ).

(6) Dalam arti luas pendidikan melipuyi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk
mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi
muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun
rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan
pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan
tanggung jawab moril dari segala perbuatannya ( Poerbakawatja dan Harahap, 1981 ).

(7) Menurut John Dewey pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau
perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
(8) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( UUSPN No. 20 Tahun
2003 ).

1. Hakekat dan Teori Pendidikan

Mudyahardjo ( 2001:91 ) menegaskan bahwa sebuah teori berisi konsep-konsep, ada yang
berfungsi sebagai :

a. asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori

b. definisi konotatif atau denotatif atau konsep-konsep yang menyatakan makna dari istilah-istilah
yang dipergunakan dalam menyusun teori.

Asumsi pokok pendidikan adalah :

a. pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu
yang belajar dab lingkungan belajarnya;

b. pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yan baik atau
norma-norma yang baik, dam

c. pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian
kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian
individu yang diharapkan.

Pendidikan dipandang dari sudut keilmuan tertentu seperti :


a. Sosiologik memandang pendidikan dari aspek sosial, yaitu mengartikan pendidikan sebagai
usaha pewarisan dari generasi ke generasi.

b. Antrophologik memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari
generasi ke generasi.

c. Psikologik memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu, yaitu mengartikan
pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secar optimal. Psikologi menurut
Woodward dan Maquis ( 1955 : 3 ) adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku
individu dalam keseluruhan ruang hidupnya.

d. Ekonomi, yaitu memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani ( human capital )
yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

e. Politik yang melihat pendidikan adalah proses menjadi warga negara yang diharapkan ( civilisasi )
sebagai usaha pembinaan kader bangsa yang tangguh.

Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori pendidikan adalah
pengetahuan tentang makna dan bagaimana soyogyanya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan
praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Teori pendidikan disusun seperti
latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat
direktif. Istilah direktif memberi makna bahwa pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada
hakekatnya untuk mencapai kesejahteraan bagi subjek didik.

2. Hubungan Pendidikan dengan Pengajaran

Pada dasarnya ”mengajar” adalah membantu ( mencoba membantu ) seseorang untuk


mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam belajar itu tidak ada kontribusinya terhadap
pendidikan orang yang belajar. Artinya mengajar pada hakekatnya suatu proses, yakni proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan
mendorong siswa belajar.Hal ini akan dapat terwujud jika dilakukan melalui proses pengajaran
dengan strategi pelaksanaan melalui :

1. Bimbingan yaitu pemberian bantuan,arahan,motivasi,nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu


mengatasi,memecahkan dan menanggulangi masalahnya sendiri.

2. Pengajaran yaitu bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan
mengajar antara tenaga kependidikan dengan peserta didik.

3. Pelatihan yaitu sama dengan pengajaran khususnya untuk mengembangkan keterampilan


tertentu.

Menurut Langford (1978) yang penting hubungan yang relevan bukanlah antara pengajaran dengan
pendidikan tetapi antara pengajaran sebagai suatu profesi dengan pendidikan.

3. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan
dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

B. Konsep dan Makna Belajar

1. Konsep Belajar.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan
acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi
dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-
ranah :

a. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri
dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda
dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi
dan pembentukan pola hidup.

c. Sikomotorik yaitu kemepuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan
dan kreativitas.

Belajar Menurut Pandangan Skiner.

Belajar menurut pandanag B.F.Skiner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Skiner dalam belajar ditemukan hal-hal
berikut :

1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar,

2. Respon si belajar,

3. Konsekwensi yang bersifat menggunakan respon tersebut,baik konsekwensinya sebagai hadiah


maupun teguran atau hukuman.
Skinner menbagi dua jenis respon dalam proses belajar yakni :

1. respondents response yaitu respon yang terjadi karena stimuli khusus, perangsang-perangsang
yang demikian ini mendahului respons yang ditimbulkannya.

2. operants conditioning dalam clasical condotioning menggambarkan suatu situasi belajar dimana
suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung yaitu respon yang terjadi karena
situasi random.

Menurut Skinner mengajar itu pada hakekatnya adalah rangkaian dari penguatan yang
terdiri dari suatu peristiwa dimana prilaku terjadi, perilaku itu sendiri, dan akibat perilaku.

Belajar Menurut Pandangan Robert M. Gagne

Menurut Gagne (1970), Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar
berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebab oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan
proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni
kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dari acara belajar, kondisi internal yang
menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan
informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.

Robert M. Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hirarki dari paling
sederhana sampai paling kompleks yakni :

1. belajar tanda-tanda atau isyarat (Signal Learning) yang menimbulkan perasaan tertentu,
mengambil sikap tertentu,yang dapat menimbulkan perasaan sedih atau senang.

2. belajar hubungan stimulus-respons (Stimulus Response-Learning)dimana respon bersifat


spesifik, tidak umum dan kabur.
3. belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning) mengandung asosiasi yang
kebanyakan berkaitan dengan keterampilan motorik.

4. belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Verbal Association) bersifat asosiatif tingkat tinggi
tetapi fungsi nalarlah yang menentukan.

5. belajar mebedakan atau diskriminasi (Discrimination Learning) yang menghasilkan kemampuan


membeda-bedakan berbagai gejala.

6. belajar konsep-konsep (Concept Learning) yaitu corak belajar yang menentukan ciri-ciri yang
khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai objek.

7. belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning) dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat
kejadian yang kemudian dalam macam-macam aturan.

8. belajar memecahkan masalah (Problem Solving) menggunakan aturan-aturan yang ada disertai
proses analysis dan penyimpulan.

Inti dari pembelajaran tersebut adalah interaksi dan proses untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan
oleh pendidik dan peserta didik yang menghasilkan suatu hasil belajar.

Ada tiga aspek perkembangan intelektual yang diteliti oleh Jean Piaget yaitu :

1. Struktur, yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan pisik, tindakan mental, dan
perkembangan berpikir logis anak.

2. Isi, yaitu pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap
berbagai masalah atau masalah yang dihadapinya.
3. Fungsi, yaitu cara yanag digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.

Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa belajar dalam hal ini dapat mengandung
makna sebagai perubahan struktural yang saling melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam
proses menyusun kembali dan mengubah apa yang telah diketahui melalui belajar.

Belajar Menurut Pandangan Carl R. Rogers

Menurut pendapat Carl R. Rogers (Ahli Psikoterapi) praktek pendidikan


menitikberatkan pada segi pengajaran, bukuan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai
oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.

Langkah-langkah dan sasaran pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru menurut
Rogers adalah meliputi : guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara
terstruktur, guru dan siswa membuat kontrak belajar, guru menggunakan metode inquiri atau
belajar menemukan (discovery learning), guru menggunakan metode simulasi, guru mengadakan
latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain,
guru bertindak sebagai fasilitator belajar dan sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram
agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreatifitas dalam belajar (Dimyati dan Mudjiono,
1999:17).

Jadi dapat ditegaskan belajar menurut Carl R. Rogers adalah untuk membimbing anak
kearah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan
pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai hasil belajar.
Kebebasan itu hanya dapat di pelajari dengan memberi anak didik kebebasan sejak mulanya sejauh
ia dapat memikulnya sendiri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.

Belajar Menurut Pandangan Benjamin Bloom

Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hirarki atau taksonomi menurut Benjamin
Bloom (1956) menjadi tiga kawasan (dominan) yaitu : domain kognitif mencakup kemampuan
intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas 6 macam kemampuan yang disusun secara hirarki
dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analysis, sintesis dan penilaian; domain afektif mencakup kemampuan-kemapuan
emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan
emosional disusun secara hirarki yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian
nilai, dan karakterisasi diri; domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik
menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari : gerakan repleks, gerakan dasar,
kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif.

Jadi dapat ditegaskan bahwa belajar adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.

Belajar Menurut Pandangan Jerome S. Bruner

Menurut Bruner (1960) dalam proses belajar dapat dibedakan dalam tiga fase yaitu :
informasi, transpormasi dan evaluasi.Bruner mengemukan empat tema pendidikan, tema pertama
mengemukan pentingnya arti struktur pengetahuan, tema kedua ialah tentang kesiapan (readines)
untuk belajar, tema ketiga menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan, tema keempat ialah
tentang motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk
merangsang motivasi itu.

Bruner menyimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar persoalan teknik pengelolaan


informasi, bahkan bukan penerapan teori belajar dokelas atau menggunakan hasil ujian prestasi
yang berpusat pada mata pelajaran.

2. Teori Belajar

Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar teori belajar menurut pandangan psikologi
yaitu teori disiplin mental, teori behaviorisme dan teori cognitive gestalt-filed.
a. Teori Disiplin Mental

Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar orientasinya
adalah filosofis atau spekulatif, teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental siswa
didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental ialah teori
perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak itu akan berkembang secara alamiah.

Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental dan pengembangan alamiah adalah
teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada
premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun yang diketahui
seseorang datang dari luar dirinya. Menurut teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses
terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.

b. Teori Behaviorisme

Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu : mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian
kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan
reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini
adalah Thorndike yang mengemukan tiga prinsip aatu hukum dalam belajar yaitu : belajar akan
berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar akan
berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat apabila mengetahui
dan mendapatkan hasil yang baik.

Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukan oleh Harley dan Davis
(1978) yang banyak dipakai adalah : proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut
terlibat secara aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan
diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap
respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera
mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap
kali siswa memberikan respon apakah bersifat positif atau negatif.

c. Teori Cognitive Gestalt-Filed

Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari
pengamatanya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki
agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.

Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight yaitu
pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian
dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru
tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu
kesatuan yang utuh.

Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi
berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan
menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul
suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala
perhatian makin ditujukan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang
dicari.

d. Makna dan Ciri Belajar

Menurut para ahli belajar dapat diartikan sebagai proses orang memperoleh berbagai
kecakaapn, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang
kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Setiap perilaku belajar ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain : belajar
menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, belajar
hanya terjadi dari pengalaman yang bersifat individual, belajar merupakan kegiatan yang
bertujuan kearah yang ingin dicapai, belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh,
melibatkan selusuh tingkah laku secara integral, belajar adalah proses interaksi dan belajar
berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks.

e. Prinsip-prinsip Belajar

Ada berbagai prinsip belajar yang dikemukan oleh para ahli psikologi pendidikan terjadi
dan diikuti dengan keadaan memuaskan maka hubungan itu diperkuat, Spread of effect yaitu
emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan
tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru, law of exercice yaitu hubungan antara perangsang
dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan, dan law of primacy yaitu hasil belajar
yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan.

Beberapa prinsip atau kaidah dalam proses pembelajaran sebagai hasil eksperimen para
ahli psikologi yang berlaku secara yaitu : motivasi, pembentukan, kemajuan dan keberhasilan
proses belajar mengajar, feedback, response, trial and error , transfer dalam belajar dapat
bersifat positif atau negatif dan proses belajar yang bersifat individual.

f. Syarat Agar Peserta Didik Berhasil Belajar

Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan sebagai berikut :
kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa, menimbulkan minat yang tinggi terhadap
mata pelajaran, bakat dan minat yang khusus, menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan
untuk meneruskan pelajaran, menguasai salah satu bahasa asing, stabilitas psikis, kesehatan
jasmani, kehidupan ekonomi yang memadai, menguasai teknik belajar disekolah dan diluar
sekolah.

g. Cara Belajar yang Baik

Cara belajar baik secara umum yaitu : belajar secara efisien, mampu membuat berbagai
catatan, mampu membaca, siap belajar, keterampilan belajar, memahami perbedaan belajar
pada tingkatan sekolah seperti SD, SMP, dan SMU, dukungan orang tua yang paham akan
perbedaan, status harga diri lebih kurang.

Menurut Rusyam cara dan teknik mengatasi kesulitan belajar adalah : menetapkan target
belajar, menghindari saran dan kritik yang negatif, menciptakan situasi belajar,
menyelenggarakan remedial program, dan memberi kesempatan agar peserta didik memperoleh
pengalaman yang sukses.

h. Strategi Mempelajari Buku Teks

Salah satu hal yang penting dalam belajar adalah membaca buku teks yang berisi materi
pelajaran.Kiat untuk memahami buku teks disebut metode SQ3R (Survey, Question, Read,
Recite, dan Review).

Survey yaitu menjelajahi seluruh buku yang tersedia di perpustakaan dan tempat lain
yang berhubungan dengan mata pelajaran. Dilanjutkan dengan question yaitu bertanya dalam
mengarahkan membaca kritis, kemudian membaca ialah melihat tulisan dan mengerti atau
dapat melisankan apa yang tertulis. Kemudian dilakukan recite yaitu mengulang isi buku
pelajaran yang telah dipelajari (berkaitan dengan ide, pengertian, dan analysis) sehingga
mendapatkan ide-ide pokok dari buku tersebut. Sedangkan review yaitu meninjau kembali
seluruh bahan pelajaran yang telah dipelajari secara menyeluruh. Dengan menggunakan metode
SQ3R dapat diharapkan lebih memuaskan dan dapat lebih memberikan pemahaman yang luas
tentang materi pelajaran yang terdapat dalam buku tes tersebut

MATA KULIAH : FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN


DOSEN : Prof. Dr. H. Waini Rasyidin, M.Ed.
KODE MATA KULIAH : FSP 657
BOBOT SKS : (2 Sks)
JENJANG STUDI : MAGISTER

TUJUAN MATA KULIAH


Setelah menempuh mata kulih ini mahasiswa diharapkan memiliki dasar pemikiran filosofis dan
teoritis mengenai pendidikan dalam lingkup pengajaran makro berlandaskan epistemologis dan lingkup
belajar-mengajar mikro berlandaskan interaksi insani, memiliki wawasan yang luas dan dalam
mengenai berbagai pandangan fislafat dan teori pendidikan. Mahasiswa mampu pula mengidentifikasi
permasalahan pendidikan yang ditemuinya dalam keseharian pendidikan dan mencarikan jalan
keluarnya. Diharapkan juga ia akan mampu membina dan mengembangkan program pendidikan serta
memecahkan persoalan pendidikan pada umumnya, dan khususnya yang timbul dan dihadapi di
Indonesia baik dalam rangka otonomi daerah maupun dekonsentrasi pendidikan guru dan pendidikan
tinggi.

DESKRIPSI MATA KULIAH


Perkuliahan ”Filsafat dan Teori Pendidikan” membahas persoalan filsafati dan teoritis mengenai
pendidikan, baik dasar pemikiran maupun penerapannya dalam praktek serta pemecahan masalah-
masalah mikro dan makro pendidikan, dengan menempatkan permasalahan pendidikan tersebut pada
pemikiran filsafat maupun teoritis. Maka perkuliahan ini juga menyoroti pelbagai landasan pendidikan,
serta pendidikan dalam praktek dengan ilmu pengetahuan termasuk pedagogik, dengan filsafat
pendidikan serta dengan berbagai disiplin keilmuan lain. Dalam studi ini digunakan pendekatan filsafat,
teoritis-sistematis, historis, maupun komparatif.

URAIAN POKOK BAHASAN SETIAP PERTEMUAN

Pertemuan 1
Membahas :
• Introduksi dan orientasi tujuan mata kuliah (seperti tersebut diatas)
• Orientasi ruang lingkup mata kuliah (seperti tercantum dibawah ini)
• Kebijaksanaan pelaksanaan perkuliahan sebagai ”educational discourse”
• Kebijaksanaan penilaianhasil belajar (berdasarkan presensi aktif, UTS, UAS, tugas kelompok
kecil, dan tugas bebas individual)
• Intodukdi tugas yang harus diselesaikan
• Buku ajar yang digunakan dan sumber belajar lainnya (tercantum dibagian bawah)
• Edaran daftar isian kebutuhan belajar mahasiswa (utamanya Prodi PU)
• Hal-hal lain yang esensial dari pengalaman pelaksanaan perkuliahan

Pertemuan 2
1. Membahas terminologi: Pendidikan, mendidik, pengajaran, filsafat, filsafat sistematis dan sistem
filsafat, filsafat historis, ahli pikir, permasalahan pendidikan mikro dan pendidikan nilai,
pendidikan makro dan pranata sosial, filsafat pendidikan dan teori pendidikan. Berbagai sumber,
utamanya UU-RI no.20/2003 dan JD Butler (1968) Four Philosophies and Their practice in
Education and Religion, rev. ed.

2. Tugas :
Pada pertemuan ke-2 setiap mahasiswa secara individual mengerjakan tugas (1 halaman kuarto
ketikan atau 1 halaman folio tulisan arti 5 istilah filsafat menurut katagori (i) metafisika, (ii)
epistemologi, (iii) logika, (iv) aksiologi, (v) filsafat agama dan (vi) satu (1) orang tokoh historis ahli
filsafat dan identifikasi kebidangannya, agar dimaksukkan paling lambat pada pertemuan ke-5.
3. Bacaan lebih lanjut : Bab I dari buku sumber karangan HH Titus, Smith dan Nolan (Living Issues in
Philosophy, setara terjemahan 1984, tersebut dibawah ) serta lampiran daftar Glossari.

Pertemuan 3
Membahas berbagai pendekatan dalam melakukan studi pendidikan.
Pendekatan filsafi (fissafati) melahirkan filsafat pendidikan, teori pendidikan tipe-A (b) pendekatan
ilmiah menghasilkan ilmu pendidikan, pedagogik, teori pendidikan tipe-B, serta (c) pendekatan
komparatif menghasilkan perbandingan pendidikan, pendidikan internsional dan sejarah pendidikan,
dan (d) pendekatan historis menghasilkan sejarah (riwayat) pendidikan dalam berbagai prakteknya di
masa lalu dan di negara/tempat lain.

Pertemuan 4
Membahas berbagai pendekatan filosofis dalam melakukan studi pendidikan (idealisme dan
naturalisme)
Pertemuan 5
1. Membahas berbagai pendekatan filosofis lanjutan dalam melakukan studi pragmatisme dan
eksistensialisme theistik. Tagihan ke-1 yang belum masuk.
2. Tugas : Beberapa kelompok kecil mahasiswa bertugas melaporkan secara tertulis tentang:
(a)pendidikan pengetahauan dan informasi dalam arti pengajaran, dan (b) pendidikan nilai etetis
dan etis dalam skala mikro sebagai proses mendidik; untuk dimasukkan sebelum UTS (paling
lambat pertemuan ke-8)

Pertemuan 6
Membahas teori pendidikan tipe-A (ilmiah, berdasarkan ilmu-ilmu sosial) dan teori pendidikan tipe-B
(ilmiah, berdasarkan ilmu-ilmu hukum dan humaniora)

Pertemuan 7
Membahas tokoh pendidik/aktivis pakar pendidikan dalam dan luar negeri, bersumber Joy A. Palmer
(Ed. 2001) Fifty Modern Thinkers on Education, atau setara terjemahannya.
Pertemuan 8
Membahas Review Materials dan masukan satu (1) masalah pendidikan yang diajukan mehasiswa
tentang pendidikan nasional. Tagiahan ke-2 yang belum masuk

Pertemuan 9
Ujian Tengah Semester berupa seperangkat item pilihan berganda dan satu (1) soal uraian. Semua
mengerjakan di kelas.

Pertemuan 10
1. Membahas FP praktis : perennialisme dan Esesialisme dalam permasalahan pengajaran, pendidikan
dan teknologi instrksional (pendidikan).
2. Tugas : Mahasiswa mengerjakan tugas kelompok kecil yang singkat tentang masalah yang dihadapi
sejak Sacrates (zaman Yunani Klaisk) sampai Kohlberg (1927-1987) : Apakah kebajikan (vittue)
adalah suatu materi yang dapat diajarkan? Apakah kebajikan lahir dari praktek? Ataukah kebajikan
berasal dari bakat atau naluri alami? (Setengah mahasiswa membaca Meno dari Dialog
Sacrotes/Plato 40pp. Pocketbok; setengah lainnya membaca artikel BA Sichel Beyond Moral
Stories (1997, 9/11pp) dan artikel respin MS Katz Moral Stories : How much we can learn fron
them and is it enough? (1997,3/5p). Tugas kelompok harus dimasukkan paling lambat di Pertemuan
ke-14.

Pertemuan 11
(Sambungan) Membahas pendidikan nilai (dari Meno, Moral Stories, atau lain sumber oleh mahasiswa)

Pertemuan 12
Membahas faktor manusia dalam pendidikan, khususnya pengajaran, mengajar dan kurikulum (makro)
dan belajar, mendidik dan otonomi pendidik (mikro; governance) khususnya berdasarkan teori Ki Hajar
Dewantara (dari Karya KHD, 1963).

Pertemuan 13
1. Membahas ilmu pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (dari Karya KHD, 1963)
2. Tugas: Untuk bahan diskusi pertemuan ke-14 Distribusi handout artikel oleh JD Marshall Education
in the Mode of Information (1997, ) dan artikel R. Brosio Pixels, Decenteredness, Totalism (1997,
) untuk bahan diskusi pertemuan ke-14.

Petemuan 14
1. Membahas pengetahuan dan informasi sebagai bahan ajar dalam pendidikan, berdasarkan materi
dari artikel JD Marshall dan R. Brosio.
2. Tugas: Menugaskan bacaan The Search for meaning, oleh PH. Phenix (1964) The Realms of
Meaning, (ch. 4) untuk bahan diskusi Pertemuan 15. tagihan yang belum masuk.

Pertemuan 15
Membahas isyu ‘Pengetahuan, ilmu dan makna’ berdasarkan kebutuhan manusia akan sesuatu arti yang
lebih bermakna daripada dunia materi. Timbulnya 6 wilayah makna, menurut Phenix. Mahasiswa agar
melakukan refleksi banding dengan ajaran agamanya.

Pertemuan 16
(alternative belajar sendiri menghadapi UAS dan / atau tugas bebas individual)

Pertemuan 17
Ujian Akhir Semester (uraian, take home untuk waktu 6-7 hari, tiap soalan paling banya dijawab dalam
satu halaan ketikan kuarto, atau satu halaman tulisan folio)

DAFTAR REFERENSI
Bertmen, MA (1974) Research Guide in Philosophy. Morristown, NJ: General Learning Publisher.
Boyles, DR (1997) Sophistry, Dialectic and Teacher Education. 8pp [Online] Tersedia:
http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PES_Yearbook/96_does/brosio.
Brosiom Richard (1997) Pixels, Desenteredness, Totalism. 4p [Online] Tersedia:
http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PES_yearbook.96_does/brosio.
Butler, JD (1968) Four Philosophies and Their Practice in Education and Religion (2nd.ed.) New York:
Harper & Row.
Delors, Jacques, et.al. (1996) Lerning: The Treasure Within, Paris: UNESCO
Dawey, John (1952) Democracy and Education. New York: Macmillan
---------------- (1967) Filsafat Manusia. Yogyakarta: Kanusius
Goleman, Daniel (1995) Emotional Intelligence. New York: Bantam Books
Highet, Gilbert (1950) The Art of Thaching. New York: Random House, Inc.
Karya Ki Hajar Dewantara Bagian I Pendidikan. 1962. Yogyakarta: MLP Taman Siswa
Katz, MS (1997) Moral Stories. 5p [Online] Tersedia: http://www.ed.uiuc.ed/EPS/PES-
Yearbook/96_does/katz
Marshall, JD (1997) Educational in the Mode of Information. 9p [Online] Tersedia:
http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-Yearbook/96_does/marshal
Morgan, Paul (1997) An Ovular Model of Resistence to Modernist Recidivism.6p [Online] Tersedia:
http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-Yearbook/96_does/morgan
Notonagoro (1983) Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: PT Bina Aksara
Palmer, JA (Ed.2001; terjemah Assifa & Kusharyono, 2003) 50 Pemikir Pendidikan Yogyakarta:
Penerbit Jendela
Phenix, PH (1964) The Realms of Meaning.. McGraw-Hill Book
Sichel, BA (1977) Beyond Moral Stories. 11pp [Online] Tersedia:http://www/ed/uiuc.edu/EPS/PES-
Yearbook/96_does/sichel
Titus, HH, MS Smith & ET Nolan (1979) Living Issue in Philophy. (7th.ed.) New York: Van Nostrand.
Atau terjemahannya oleh Prof. HM. Rasjidi (1984) Persoalan-Persoalan Filsafat. Jakarta :
Bulan Bintang.
Waini Rasyidin (2004) Filsafat & Teori Pendidikan dengan Pendekatan Humaniora (Rading ”notes
and quotes” dari petikan Internet). PPS-UPI tak diterbitkan.
Waini Rasyidin (2000) Filosofi dan Teori Pendidikan untuk Membangun Pendidikan Nasional.
Makalah disajikan pada konaspi VI Jakarta.

Dosen dapat dihubungi melalui :


e-mail : waini upi@hotmail.com

Alamat : Prodi Pendidikan Umum (PU), lantai 2 PPS, Kampus UPI, Jl. Dr. setiabudi 223pav. Bandung
40154
Telepon Rumah (022) 2013686
Kantor FIP-UPI (022) 2013163 loc. 4308, 4315
HP 0812 200 1897

Bertemu muka:
Di Rumah, khusus untuk bimbingan penulisan Tugas Akhir sesuai perjanjian
Di Kantor, khusus Senin; dan di ruang kuliah sesudah perkuliahan (sesuai jadwal per semseter di FIP
dan PPS-UPI)

You might also like