You are on page 1of 10

Selasa, 30 Maret 2010

KRIDA PTKP

KRIDA PTKP
(Pengenalan Tempat Kejadian Perkara)

A. Pengertian
• Tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan terjadi atau akibat yang ditimbulkan
• Tempat – tempat lain yang berhubungan dengan tindak pidana tersebut dimana barang – barang
bukti korban atau bagian tubuh korban ditemukan

B. Prosedur tindakan pertama di TKP yang dilakukan


1. Tindakan terhadap korban
a. Amankan data saksi/korban yang masih hidup
1) Ciri – ciri gejala masih hidup
• Dapat bicara
• Tidak dapat bicara tetapi hihup ada tanda – tanda lain bahwa yang bersangkutan masih hidup

2) Tanda – tanda masih hidup


• Raba pergelangan tangannya apakah masih ada tanda–tanda lain bahwa yang bersangkutan
masih ada denyut nadinya
• Apakh masih ada pernafasan ( Chek dengan kaca dimuka mulutnya )
• Akomodasi mata masih bekerja bila disenter dengan lampu

3) Bila masih ada tanda – tanda kehidupan maka xsegera lakukan hal – hal sebagai berikut :
• Beri tanda letak korban ssebelum yang bersangkutan diangkut dengan cara menggaris dengan
kapur, arang atau apa saja yang tersedia.
• Angkut segera kerumah sakit atau dokter terdekat untuk pertolomngan pertama
• Usahakan dapat menanyakan identitas korban serta hal – hal yang diketahui sebanyak –
banyaknya kecuali bila dilarang oleh dokter

4) Bila korban kebetulan dicurigai pula sebagai pelaku atau sebagai saksi penting usahakan
selama dirumah sakit/dokter menjaga korban agar tidak kontak dengan siapapun kecuali
penyidik yang menangani/pejabat berwenang yang lainnya.

5) Bila dirumah sakit kemudian dijaga petugas polri, hendaknya dalam buku mutasinya diberikan
pengarahan agar korban tidak kontak dengan orang lain dan mencatat semua pejabat – pejabat
yang dijinkan mengunjungi koraban.

b. Korban mati suri/diragukan kematiannya


Beri pertolongan pertama segera perlakuan seperti korban hidup, bila korban selamat merupakan
saksi penting.
c. Korban jelas – jelas mati
1) Tanda – tanda kematian
• Tidak ada gerakan tubuh secara spontan
• Gerakan pernafasan dan denyut nadi berhenti
• Reflek kelopak dan bola mata tidak ada
• Bola mata mengering dan cahaya mata menghilang
• Suhu tubuh mulai dingin
• Lebam mayat mulai terlihat
• Tubuh mayat kaku
• Tanda – tanda pembusukan

BILA KORBAN JELAS – JELAS SUDAH MATI


2) Tutup dan amankan TKP sebaik – baiknya dengan tahap menjutup pintu atau buat brekade
dengan benda – benda lain dari luar TKP.

3) Cata jam berapa tiba di TKP, alamat jelas, identitas korban, jam berapa diketemukan, dalam
keadaan bagaimana, siapa saja yang berada di TKP ( dekat korban ), apakah korban atau benda –
benda lain, dipindahkan,dan hal - hal lain yang berhubungan tindakan yang telah dilakukan.

4) Sambil menunggu peyidik, jangan menambah atau mengurangi sesuatu di TKP ( membuang
putung rokok, meludah, memebuang sobekan kertas, cuci tangan, kencing dan lain sebagainya )

2. Tindakan terhadap pelaku


a. Tangkap pelaku bila masih berda di TKP dan sekitarnyadan segera lakukan penggeledahan
sebagaimana mestinya.
b. Ambil kartu identitas atau bila tidak ada maka catat nama, umur, pekerjaan, alamat dan
hubungan dengan pihak korban.
c. Selamatkan pelaku – pelaku yang luka karena dia akan menjadi sumber informasi untuk
mengungkap lebih lanjut.
d. Cegah jangan samoai pelaku atau teman – temannya menghapus/menghilangkan, mengambil,
menambah bukti –bukti yang ada di TKP
e. Agar pelaku/tersangka diborgol serta diselamatkan dari amukan massa yang akan menghakimi
sendiri.

3. Tindakan terhadap saksi – saksi


a. Geledah terlebih dahulu badan para saksi yang dicurigai jika dianggap perlu dan diselamatkan
bila terjadi luka.
b. Catat saksi – saksi sesuai dengan kartu identitasnya.
c. Perintahkan siapapun yang berada di TKP (yang dicurigai) untuk tidak meninggalkan lokasi
( TKP ).
d. Catat keterangan saksi – saksi yang mengetahui dan jaga jangan sampai berhubungan satu
dengan yang lainnya.
e. Tahan saksi ditempat kejadian sambil menunggu datangnya petugas Pamapta/pihak yang
berwenang ( Pasal 111 ayat 3 KUHP ).
f. Catat nama, pekerjaan dan alamt para saksi yang suatu hal terpaksa meninggalkan.
4. Tindakan terhadap barang bukti
a. Jaga jangan sampai rusak/hapus dan letakkan jangan sampai berubah.
b. Catat barang – barang bukti waktu diketemukan dan diberi tanda dimana barang tersebut
diketemukan.
c. Kumpulkan dan catat semua barang bukti yng terpaksa dipindah/diadakan perubahan –
perubahan karena suatu keadaan mendesak atau akibat cuaca dan lain – lain.
d. Catat semua barang yang dikumpulkan dengan sebaik – baiknya.
e. Bungkus sebaik – baiknya menurut barang bukti yang diketemukan.

5. Tindakan terhadaptempat kejadian perkara


a. Tutup dan jaga TKP dari gangguan orang yang tidak berkepentingan.
b. Pertahankan keaslian TKP bila pamapta penyidik belum tiba serta cagah agar bekas – bekas
barangg bukti jangan sampai hilang atau rusak.
c. Sambil menutup dan mengamankan TKP agar dilakukan pula hubungan dengan Kesatuan
polisi terdekat atau yang sesuai dengan yuridikasi TKP disamping juga kepada keluarga korban
melalui telpon atau yang lainnya.
d. Setibanya pamapta penyidik di TKP agar petugas yang pertama kali yang menemukan TKP
melaksanakan tindakan sebagai berikut :
• Membuat laporan singkat urut – urutan tindakan yang telah dilakukan dan menguraikan tentang
nama korban, saksi dan pelaku yang dicurigai serta hasil pengamatan - pengamatannya sebelum
petugas penyidik datang.
• Serah terima tugas kepada pamapta penyidik yang kemudian tiba, diman pamapta panyidik
menyatakan secara resmi penutupan TKP di buka kembali.

Dalam hal ini diperlukan pengolahan lebih lanjut maka, pembukaan pembebasan TKP
dinyatakan oleh tim Reserse yang mengolah.

PENGOLAHAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

1. Penyidik reserse setelah mengetahui hasi dari monitoring atau menerima laporan
pemberitahuan. Pamapta segera mempersiapkan peralatan beserta komponen – komponennya
menurut keperluan ( labkrim, identifikasi, dokter dan lain – lain ) untuk mencari dan melakukan
tugas pengolahan TKP lebih lanjut.

2. Alat –alat yang wajib disiapkan serta secara minimal adala sebagai berikut :
a. Crime Kit ( bila diperlukan )
b. Kotak P3K
c. Alat – alat daktiloskopi yang berupa bubuk putih hitam, kuas halus selotip bening dan lain –
lain
d. Film dan foto tustel
e. Alat ukur, alat tulis menulis dan ta;i pembatas statusquo, buku gambar.
f. Spiritus fortior, alkohol 96%, saline ( NaCI 0,9% )untuk pengaewt dan lilin paraphin
g. Dan lain sebagainya yang dianggap perlu.

Bilamana alat – alat daktiloskopi tersebut tidak tersedia sedangkan kasus tersebut bersifat
canggih dan komplek, maka diperlukan back-up dan satuan Reserse beserta komponen –
komponen (labkrim/ident )kesatuan diatasnya secara berjenjang.

3. Urut – urutan tindakan dalam pengolahan TKP


a. Pengamatan umum ( General Observation )
Pengamatan secara umum wajib dilakukan sebelum pengolahan TKP lebih lajut. Pengamatan
umum terhadap objek–objek , hal – hal sebagai berikut:
• Kemungkina pelaku masih disekitar TKP dan mencari siapa–siapa yang dapat dijadikan saksi
• Keadaan korban pada waktu kejadian.
• Jalan keluar/masuk pelaku
• Cuaca wakyu kejadian
• Alat/sarana yang mungkin digunakan serta tertinggal.
• Bekas – bekas/tanda kekerasan lain yang dapat ditemukan
• Kejanggalan – kejanggalan lainya.

b. Pemotretan dan Pembuatan sketsa


• Pemotretan :
Pemotretan wajib dilakukan secara menyeluruh sebelum pengolahan TKP lebih lanjut.

SIDIK - SITA DAN PEMERIKSAAN

A. Pengertian
1. Penyidikan
Adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan barang bukti yang
dengan bukti itu membuuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya
dalam hal dan menurut cara yang telah diatur dalah KUHP.

2. Tindak Pidana
Adalah setiap perbuatan yang diancam hukuman sebagai kejahatan atau pelanggaran baik yang
disebut didalam KUHP maupun Peraturan Perundang – undangan.

3. Penyidik
Adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh undang – undang untuk melakukan penyidikan.

4. Penyidik pembantu
Adalah pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu
oleh KUHAP untuk melakukan penyidikan.
5. Penyelidik
Adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang tertentu oleh KUHAP
untuk melakukan penyidikan. Macam – macam penyidikan :
1) Penyelidikan :
Adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan sesuatu peristiwa yang
diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya penyelidikan menurut cara
yang telah diatur dalam undang – undang KUHP.

2) Penyelidikan reserse :
• Mencari dan menyimpulkan informasi berkenaan dengan laporaan atau pengaduan tentang atau
benar tidaknya telah terjadi suatu tindak pidana.
• Mendapatkan keterangan, kejelasan tentang tersangka dan atau bukti dan atau saksi secara
lengkap supaya diadakan penindakan dan pemeriksaan.

6. Tersangka
Adalah seseorang yang karena perbuatan atau berdasarkan bukti permulaan, patut diduga sebagai
pelaku tindak pidana

7. Saksi
Adalah seorang yang dapat memberi keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntut dan
peeradilan tentang suatu perkara pidana yang dia dengar sendiri, dan alami sendiri

8. Laporan
Adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan
undang – undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang akan terjadinya
peristiwa pidana.

9. Pengaduan
Adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang
berwenang guna menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan tindak pidana

10. Tertangkaap tangan


Adalah tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana atau dengan
segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan
padanya oleh kalayak ramai sebagai yang melakukannya. atau apabila sesaat kemudian padanya
ditemukan benda yang diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana. Itu yang
menunjukan bahwa dia adaalah pelakunya atau menurut dan atau membantu melakukan tindak
pidana.

11. Tempat kejadian perkara


Adalah tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan atau terjadi dan tempat – tempat lain
dimana tersangka dan suatu barang bukti yang berhubungan dengan tidak pidana tersebut dapat
ditemukan.
PENYIDIKAN

A. Pengertian.
Adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan barang bukti yang
dengan bukti itu membuuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya
dalam hal dan menurut cara yang telah diatur dalah KUHP.

B. Bentuk penyelidikan.
1. Penindakan
Penyelidik/penyidik setelah menerima laporan atau pengaduan tentang telah tejadinya tindak
pidana maka penyelidik/penyidik segera mendatangi TKP dan melakukan pemeriksaan di TKP
dan mgupulkan barang bukti.
Barang bukti adalah benda atau barang yang ada hubunganya dengan peristiwa yang terjadi
merupakan alat bukti yang kuat dalam menentukan siapa pelaku/tersangka dalam peeristiwa
tersebut dalam persidangan.
Selanjutnnya hasil pemeriksaan TKP yang dilampiri dengan sket/gambar TKP.
BAP TKP ini merupakan alat bukti yang sah yaitu Surat. (BAP adalah Berita Acara
Pemeriksaan).

2. Pemanggilan terhadap tersangka dan saksi.


Pemanggilan tersebut dimaksudkan untuk diadakan pemeriksaan dalam rangka memperoleh
keterangan dan petunjuk mengenai tindak pidana yang terjadi.

Pejabat yang berwenang mengeluarkan surat panggilan adalah penyidik/penyideik pembantu.


(pasal 7 ayat 1 hurf G dan pasal 11 KUHP)

Pertimbangan pembantu surat panggilan


Bahwa seseorang diketahui mempunyai peran sebagai tersangka dimana perannya itu dapat
diketahui dari :
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN

A. Pendahuluan
Langkah pertama dalam menghadapi korban dengan xxxx yang mengancam maut, kecepatan dan
ketepatan dalam memberikan pertolongan pertam sanngat mepengruhi keberhasialn pertolongan
ataupenyelatan jiwa para korban.

B. Pengertian pertolongan pertama


Memberikan pertolongan pertama kepada koraba dengan cepat dan tepat, sebelum korban
dievakuasi ketempat rujuan dengan pemakaiann ketrampilan sesuai prinsip pengobatan atau
cidera penyakit mendadak dengan mengggunakan fasilitas atau materi yang tersedia saat itu

C. Tujuan pertolongan
a. Mencegah maut (menyelamatkan jiwa)
b. Mencegah penurunan kondisi badan (infeksi,cacat)
c. Mengupayaka peneyembuhan (menunjang penyembuhan)

Setiap kejadian tidak menutup kemungkinan terjadi banyak korban. Sebagai seorang penelong
yang profesional setiap menghadapikejadian harus mampu menilai suatu perostiwa. Penilaian
yang cepat teshadap situasi dn suatu catatan jumlah korban adala yangg pertama dibuat.

Setiap korban hendaknya diliat secara peorangan (satu–satu) dengan urutan perioritas
pertolongan. Bahaya yang timbul yang tidak disadari bahwa korban yang pertama yang
detemukan diberikan pertolongan terlebih dahulutetepi mengabaikan kemungkinan korban
kedua, ketiga dan seterusnya dengan luka/kondisi yang lebih parah, menarik perhatian umumnya
tidak terlalu berbahaya dibanding dibanding denngan korban yang diam, atau tidak bergerak sam
sekali

D. Prinsip poertolongan korban lebih dari satu


Dalam suatu kejadianyang meninbulkan banyak korban biasanya jumlah penolong tidak
seimbang denngan jum;ah korban, dengan kata lain bila jumlah korban lebih banyak dari jumlah
penolong maka diperlukan suatu cara dalam melakukan tindakan penolongan. Tindakan yang
paling tepat dilakukan adalah melakukan TRIAGE atau seleksi korban.
a. Triage primer
Digunakan untuk menyyeleksi korban diman prioritas pertolongan dan pemindaha korban dari
tempat kejjadian amat memegang peranan penting dalam keberhasilan pertolongan.
START SISTEM
1. Langkah pertama (korban dapat ditunda)
penolong berteriak meminta pada semua korban yang dapat berjalan untuk begerak ditempat
yang lebih aman dan telah ditentukan, sammbil bergerak mendekati korbban yang tak dapat
berjalan deng luka yang tidak mengancam jiwa (luka ringan) digolongkan korban yang dapat
ditunda. Diberi label hijau

2. Langkah kedua (periksa pernafasan)


Setiap korban yangg tergeletak yang tidak terdapat respon segera dinilai edukasi sistem
pernafasan dengan cara membuka jalan nafas dan mempertahankan jalan nafas tetap terbuka.

Pemeriksaan ini untuk mengklasifikasikan korban dalam 3 kelompok yaitu :


• Korban tidak bernafas gikatagorika korban mat/tak dapat diselamatkan........diberi label Hitam
• Korban yang pernafasannya >30X/menit dikatagorikan korban gawat........diberi label Merah
• Korban yangg pernafasannya <30/menit dikatagorikan korba dapat ditunda........ (tidak diberi
label dulu)

3. langkah ketiga (penilai sirkulasi)


semua korban yang belum diberi labbel pada langkah kedua termasu korban yang dapat memberi
respon, tetei tidak dapt berjalan misalnya karena adany Fraktur tungkai, segera diperiksa
kecukupan sirkulasiny. ”Ingat bahaya pendarahan” harus segera dihentikan.

Dalam menilai sisrkulasi, bila korban yang mempunyai denyut nadi tidak teratur, lemah atau
pengisian kapiler kurang (terlambat lebih dari 2 detik).......korban diberi label Merah.

Dalam menilai siskulasi, bila korban mepunyai denyut nadi teratur, atau pengisian kapiler kurang
dari 2 detik.......korban jangan diberi label dulu.

4. Langkah keempat (Penilaian Cider Otak)


Korban yang beluum diberi label sesudah langkah ketiga korban diperiksa kesadarannya dengan
perintah sederhana. Bila korban dapat melkkukan sesuai dengan perintah dikatagorikan ”Mental
status normal”. (korban termasuk label kuning).

Bila korban tidak dapat melakukan sesui perintah, korban dikatagorikan berlabel Merah karena
kesadaran korban terganggu.
Ciri-ciri korban berlabel
a) Merah/perioritas I
• Kesadran terganggu
• Gangguan pernfasan berat (>30X/menit)
• Gangguan detak jantung
• Pendarahan berat (>1000 ml)
• Syok
• Luka bakar saluran nafas
• Patah tulang leher dan kepala
• Kedaruratan medis
• Patah tulang paha

b) Kuning/perioritas II
• Luka bakar berat
• Pendarahan sedang (<1000 ml)
• Cidera tulang belakang kecuali leher
• Patah tulang majemuk
• Cider kepala tetapi sadar
• Kelebiha dosis obat

c) Hijau/perioritas III
• Pendarahan ringan
• Patah tulang kecil
• Cidera jaringan lunak
• Luka bakar sedang/ringan

d) Hitam/prioritas IV
• Kepala remuk
• Badan hancur
• Dsb.

b. Triage sekunder
Triage sekunder adalah seleksi tahap 2 (dua) setelah Triage primer, setelah korban dibedakan
keadaanya (dengan label) ditahap awal dan telah diberikan tindakan pertolongan petama, triage
sekunder biasanya dilaksanaka di rumah sakit darurat (di lapangan).
Dalam Triage sekunder, dilakukan :
1. Tanya jawab subyek
• Posisi penolong dekat dengan korban
• Perkenalkan diri dengan korban
• Kenali diri korba
• Usahakan mengetahui keluhan utama korban.
• Ketahuilah cara cidera korban.
• Ketahuilah masalah sebelum dan sesudah cidera.
• Ketahuilah pengobatan yang telah didapat.
• Tanyakan tentang adanya reaksi alergi.

2. Pemeriksaan obyek
• Gejalah (segala yang dirsakan korban, misal pusing,mual, nyeri dll)
• Tanda (segala peruubahan yang terjadi pada korban yang dapat dilihat atau diraba, misalnya
bengkak, merah, panas dll)
Untuk itu pedoman pemeriksaan obyek adalah sebagai berikut :
a. Tingkat kesadaran dan orientasi (orientasi diri, waktu dan tempat)
b. Pada korban yang tidak sadar, dicurgai ada patah tulang belakang (cider spiral)
c. Adakah perubahan warna kulit.
d. Diukur tanda vital (pernafasan, denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh) pemeriksaan
dilakukan terus-menerus (berkala).
e. Pemeriksaan kepala s/d jari kaki
• Pemeriksaan tulang leher
• Amatilah leher bagian dsepan
• Amatilah kulit kepala
• Periksa wajah dan tengkorak kepala
• Periksa mata
• Periksa manik mata
• Amatilah permukaan dalam kelopak mata
• Amatilah telinga dan hidung
• Amatilah mulut
• Cium bau pernafasan
• Amatilah dada
• Periksa kesamaan pengembang dada
• Dengar suara nafas
• Rasakan tulang belakang
Dalam hal ini apabila korban mengalami henti nafas jantung harus diberikan resusitasi jantung
paru (RJP) korban perlu diberiakan bantuan hidup dasar.

You might also like