You are on page 1of 39

MODUL I

PENGERTIAN ILMU SOSIAL, METODE ILMIAH DAN


KEBENARAN ILMIAH

I. Tujuan Pembelajaran Umum


Agar mahasiswa bertitik tolak dari pengalaman dan pengetahuannya ia
dapat mengetahui, memahami, pengertian ilmu sosial, metode ilmiah dan
kebenaran.

II. Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Agar Mahasiswa dapat mengetahui konsep-konsep dasar ilmu sosial.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami metode ilmiah.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kebenaran ilmiah.

III. Kegiatan Belajar 1: Pengertian Ilmu


Jerome R. Ravert dalam bukunya The Philosophy of Science
mengemukakan bahwa ilmu merupakan sebuah kisah sukses luar biasa. Ilmu
telah berjasa dalam membentuk dunia yang kita huni sekarang. Dari ilmu inilah
kemudian mengalir arus penemuan yang berguna bagi kemajuan umat manusia.
Menurut The Liang Gie (1999:85-86) bahwa istilah ilmu atau science
merupakan suatu perkataan yang bermakna jamak, yakni:
a. Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menunjukan pada segenap
pengetahuan ilmiah yang mengacu kepada ilmu umum (science in
general)
b. Pengertian ilmu menunjuk kepada salah satu bidang pengetahuan ilmiah
tertentu.
Menurut The Liang Gie, ilmu dipandang sebagai:
a. Kumpulan pengetahuan yang bersifat sistematis,
b. Metode penelitian, dan
c. Aktivitas penelitian.
Terminology ilmu merupakan terjemahan dalam bahasa Inggris yakni
science.Istilah science berasal dari bahasa Latin Scentia yang berarti
pengetahuan.sedangkan kata scentia berasal dari kata kerja "scire’ yang artinya
mempelajari ataupun mengetahui (Soeprapto, 2003 dalam Dadang Supardan,
2008: 22). Karena itu menurut The Liang Gie bahwa ilmu adalah kumpulan
pengetahuan yang bersifat sistematis, menggunakan metode penelitian danada
aktivitas penelitian.

1. Ilmu Sebagai Kumpulan Pengetahuan Sistematis


Soekanto (1986) mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan selalu
dapat diperiksa dan di telaah dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin
mengetahuinya.

2. Ilmu Sebagai Metode Penelitian


Ilmu pada hakekatnya adalah sebagai metode penelitian.Goode dan Hatt
(1952 dalam Dadang Supardan, 2008) mengemukakan bahwa ilmu adalah suatu
metode pendekatan terhadap seluruh dunia pengalaman, yakni dunia yang dapat
terkena pengalaman oleh manusia.Carraghan dan Delanglez (1957)
mengemukakan bahwa ilmu adalah suatu metode untuk menangani masalah-
masalah.Secara umum dapat dikemukakan bahwa ilmu adalah suatu metode
untuk memperoleh pengetahuan yang obyektif dan dapat diperiksa
kebenarannya.Sehingga kadangkala ilmu dikatakan sebagai metode
penyelidikan, khususnya terhadap dunia empiric atau pengalaman.

3. Ilmu Sebagai Aktivitas Penelitian


Pengertian ini penekananannya bahwa ilmu merupakan suatu proses
aktivitas penelitian. Proses tersebut pada dasarnya mengacu pada fakta-fakta
nyata di lapangan bahwa pada segala teori pada umumnya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

IV. Kegiatan Belajar 2: Pengertian Sosial


Suatu pertanyaan dasar yang perlu diketahui adalah bagaimana kehidupan
manusia jika tidak berada dalam masyarakat yang bersifat social?Tentu mustahil
untuk hal seperti itu terjadi.Sebab setiap individu tidak dapat hidup dalam
keterpencilan selama-lamanya. Manusia saling membutuhkan satu sama lain,
untuk bertahan hidup dan untuk hidup sebagai manusia.
Saling tergantung ini menghasilkan bentuk kerjasama tertentu yang
bersifat ajeg dan menghasilkan bentuk masyarakat tertentu.Dengan demikian
manusia adalah makhluk social. Namun sebetulnya apakah yang dimaksud
dengan masyarakat tersebut ?apakah manusia itu ?

V. Kegiatan Belajar 3: Pengertian, Ruang Lingkup Ilmu-Ilmu Sosial dan


Metode Ilmiah

Terminologi ilmu sosial menurut Ralf Dahrendorf (2000) adalah merujuk


kepada suatu konsep ambisius untuk mendefinisikan seperangkat disiplin
akademik yang memberikan perhatian pada aspek-aspek kemasyarakatan
manusia.
a. Istilah Sosial (Social-Inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang
berbeda-beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah
Departemen Sosial.
b. Jelas kedua-duanya menunjukan makna yang sangat jauh berbeda.
c. Istilah sosial dalam ilmu sosial merujuk kepada obyeknya, yakni
masyarakat.
d. Sosialisme merujuk kepada ideologi yang berpokok pada prinsip-prinsip
pemilikan umum atas alat-alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang
ekonomi.
Istilah sosial dalam Departemen Sosial adalah merujuk kepada kegiatan-
kegiatan di lapangan sosial.Soekanto (1993) mengemukakan bahwa istilah sosial
berkenaan dengan perilaku interpersonal atau yang berkaitan dengan proses-
proses sosial.
Perlu ada justifikasi antara pendekatan, metode dan teknik.Pendekatan
(approach) menurut Vernon van Dyke (1965) bahwa suatu pendekatan pada
prinsipnya adalah ukuran-ukuran untuk memilih masalah-masalah dan data-data
yang berkaitan satu sama lain.
Metode merupakan prosedur yang mewujudkan pola-pola dan tata
langkah dalam melaksanakan suatu penelitian ilmiah.
Teknik adalah sesuatu cara operasional yang sering kali bersifat rutin,
mekanis, atau spesialis untuk memperoleh dan menangani data dalam penelitian.
Metode Ilmiah adalah “prosedur yang dipergunakan oleh ilmuwan-
ilmuwan dalam pencaharian sistematis terhadap pengetahuan baru dan
peninjauan kembali pengetahuan yang telah ada”.
Istilah kebenaran sebetulnya memiliki rentang yang sangat luas,
tergantung dari perspektif mana kita melihatnya. Julienne Ford (1975)
mengemukakan bahwa istilah kebenaran memiliki empat arti yang berbeda,
antara lain:
1. Kebenaran Pertama (T1) adalah kebenaran metafisik.
2. Kebenaran Kedua (T2) adalah kebenaran etik.
3. Kebenaran Ketiga (T3) adalah kebenaran logis.
4. Kebenaran keempat (T4) adalah kebenaran empirik.
Dalam konteks kebenaran ilmiah yang melibatkan subyek (manusia)
dengan obyek (fakta), maka terdapat tiga teori utama tentang kebenaran ilmiah,
yakni: (1) Teori Korespondensi, (2) Teori Koherensi, (3) Teori Pragmatisme.

VI. Kegiatan Belajar 4: Struktur dan Peranan Ilmu


Menurut Schwab (1969) bahwa struktur suatu disiplin ilmu adalah bentuk
konsepsi yang membatasi pokok masalah yang diselidiki dari suatu disiplin dan
pengawasan/pengendalian terhadap penelitiannya. Struktur suatu disiplin ilmu
meliputi dua bagian, yakni:
1. Substansive conceptual structure dan
2. Syntactical structure
Struktur ilmu adalah bentuk konsepsi yang membatasi pokok masalah
yang diselidiki dari suatu disiplin dan pengawasan/pengendalian terhadap
penelitiannya.
1. Substansive conceptual structure ialah konsep-konsep yang menjadi
kerangka berpikir atau frame of reference
2. Syntactical structure
Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English
(2000:449-450) bahwa yang dimaksud dengan fakta adalah:
1. Sesuatu yang digunakan untuk mengacu pada situasi tertentu atau
khusus.
2. Kualitas atau sifat yang aktual (nyata) atau dibuat atas dasar fakta-fakta.
3. Sesuatu hal yang dikenal sebagai yang benar-benar ada dan terjadi,
terutama yang dapat dibuktikan oleh bukti (evidensi) yang benar atau
dinyatakan benar-benar terjadi.
4. Hal yang terjadi dapat dibuktikan oleh hal-hal yang benar, bukan oleh
berbagai hal yang telah ditemukan.
5. Suatu penegasan, pernyataan atau informasi yang berisi atau berarti
mengandung sesuatu yang memiliki kenyataan obyektif, dalam arti luas
adalah sesuatu yang ditampilkan dengan benar atau salah karena
memiliki realitas obyektif.

VII. Kegiatan Belajar 5: Pengertian dan Peranan Konsep

MODUL II
DASAR ILMU SOSIOLOGI

I. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Agar mahasiswa bertitik tolak dari pengalaman dan pengetahuannya ia
dapat mengetahui, memahami, menerapkan dan menganalisis konsep
Sosiologi, Proses Sosial, Kelompok Sosial dan Perubahan Sosial.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


1. Agar Mahasiswa dapat mengetahui konsep-konsep dasar Sosiologi
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengidentifikasi
ruang lingkup Sosiologi
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengidentifikasi
sebuah proses sosial di dalam masyarakat.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengidentifikasi
adanya kelompok sosial dalam masyarakat.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengidentifikasi,
perubahan sosial dalam masyarakat.

III. Kegiatan Belajar : Ruang Lingkup Sosiologi


Secara terminologi, sosiologi berasal dari bahasa Yunani yakni kata
socius yang berarti kawan, berkawan ataupun bermasyarakat.Sedangkan logos
berarti ilmu.Sehingga sosiologi dikatakan sebagai ilmu tentang masyarakat.
Pitirim Sorokin (1928: 760-761) mengemukakan bahwa sosiologi adalah
suatu ilmu tentang hubungan dan pengaruh timbal balik antaraaneka macam
gejala-gejala sosial, contohnya antara gejala ekonomi dangan nonekonomi,
seperti agama, gejala keluarga dengan moral, hokum dengan ekonomi, dan
sebagainya.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1982: 14) menyatakan bahwa
sosiologi adalah ilmu tentang struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial.Selajutnya, menurut mereka bahwa struktur social
keseluruhan jalinan antara unsur-unsur social yang pokok, yaitu kaidah-kaidah
social (norma-norma sosial), lembaga-lembaga social, kelompok-kelompok,
serta lapisan social. Sedangkan proses social adalah pengaruh tibal balik antara
segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, kehidupan hokum dan
agama, dan sebagainya.
Dengan demikian, dalam buku ini sosiologi dapat didefinisikan sebagai
disiplin ilmu tentang interaksi sosial, kelompok sosial, gejala-gejala sosial,
organisasi sosial, struktur sosial, proses sosial, maupun perubahan sosial.
Pada umumnya, sosiologi berkonsentrasi bukan pada pemecahan masalah
tetapi kemunculan ilmu social ini dimaksudkan untuk membuat manusia sebagai
makhluk rasional ikut aktif ambil bagian dalam gerakan sejarah, suatu gerakan
yang diyakini memperlihatkan arah dan logika yang belum diungkapkan oleh
manusia sebelumnya.Karena itu, sosiologi dapat membuat manusia merasa
seperti di rumah sendiri di dunia yang telah mampu mengendalikan diri mereka
sendiri dan secara kolektif dan tidak langsung kondisi tempat mereka harus
beraktifitas. Dengan kata lain, sosiologi dapat diharapkan akan menemukan
kecenderungan historis dari peneaahan masyarakat modern dan
memodifikasinya. Sosiologi membantu berkembang dan mengatur proses
pemahaman yang mendasar, baik terencana maunpun spontan.
Secara tematis, ruang lingkup sosiologi dapat dibedakan manjadi beberap
subdisiplin sosiologi, seperti sosiologi pedesaan (rural sociology), sosiologi
industry (industrial sociology), sosiologi perkotaan (urna sociology), sosiologi
medis (medical sociology), sosiologi wanita (woman sociology), sosiologi
militer (military sociologi), sosiologi keluarga (family sociology), sosiologi
pendidikan (educational sociology), dan sosiologi seni (sociology of art).

IV. KEGIATAN BELAJAR 2: Proses Sosial


Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-
perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan
sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila
ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan
yang terlah ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbale-balik
antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi
antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum,
dst.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena
tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.Interaksi Sosial
sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan SosialBentuk umum proses sosial
adalah interaksi social(yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena
interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-
kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok
manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi anatara
kelompo tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi
anggota-anggotanya
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di
dalam masyarakat.Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan
antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok.Interaksi sosial
hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua belah
pihak. Interaksi sosial tak akan mungkin teradi apabila manusia mengadakan
hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh
terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan termaksud.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai factor,
antara lain:
1. Imitasi. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong
seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku
2. Sugesti. Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu
pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian
diterima oleh pihak lain.
3. Identifikasi. Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau
keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.
Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian
seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.
4. Proses simpati. Sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang
merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang
peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati
adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama
dengannya.

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut


hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan
kelompok.Dua Syarat terjadinya interaksi sosial :Adanya kontak sosial (social
contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu antarindividu,
antarindividu dengan kelompok, antarelompok. Selain itu, suatu kontak dapat
pula bersifat langsung maupun tidak langsung.Adanya Komunikasi, yaitu
seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang
ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi
reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (artinya bersama-
sama) dan tango (yang artinya menyentuh).Arti secara hanafiah adalah bersama-
sama menyentuh.Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadinya hubungan
badaniah.Sebagai gejala seosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah,
karena dewasa ini dengan adanya perkembangan teknologi, orang dapat
menyentuh berbagai pihak tanpa menyentuhnya.Dapat dikatakan bahwa
hubungan badaniah bukanlah syarat untuk terjadinya suatu kontak.Kontak sosial
dapat terjadi dalam 3 bentuk :

1. Adanya orang perorangan. Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil
mempelajari kebuasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi
melalui sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang
baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia
menjadi anggota.ada orang perorangan dengan suatu kelompok manusia
atau sebaliknyakontak sosial ini misalnya adalah seseorang merasakan
bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat
atau apabila suatu partai politik memkasa anggota-anggotanya
menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya.
2. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia
lainnya.Umpamanya adalah dua partai politik mengadakan kerja sama
untuk mengalahkan parpol yang ketiga di pemilihan umum.
3. Terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan,
tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial yang
bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sengangkan yang bersifat
negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama seali tidak
menghasilkan suatu interaksi sosial.Suatu kontak dapat bersifat primer atau
sekunder. Kontak perimer terjadi apabila yang mengadakan hubungan
langsung bertemu dan berhadapan muka. Kontak sekunder memerlukan
suatu perantara. Sekunder dapat dilakukan secara langsung. Hubungan-
hubungan yang sekunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat telepon,
telegraf, radio, dst.Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang
memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan,
gera-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang
lain tersebut.
Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan suatu
kelompok manusia atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau
orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa
yang dilakukannya.
Kehidupan yang Terasing.Pentingnya kontak dan komunikasi bagi
terwujudnya interaksi sosial dapat diuji terhadap suatu kehidupan yang terasing
(isolation). Kehiduapan terasing yang sempurna ditandai dengan
ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan pihak-pihak lain.
Kehidupan terasing dapat disebaban karena secara badaniah seseorang sama
sekali diasingkan dari hubungan dengan orang-orang lainnua. Padahal
perkembangan jiwa seseorag banyak ditentuan oleh pergaulannya dengan orang
lain.Terasingnya seseorang dapat pula disebabkan oleh karena cacat pada salat
satu indrany. Dari beberapa hasil penelitian, ternyata bahwa kepribadian orang-
orang mengalami banyak penderitaan akibat kehidupan yang terasing karena
cacat indra itu. Orang-orang cacat tersebut akan mengalami perasaan rendah
diri, karena kemungkinan-kemungkinan untuk mengembangkan kepribadiannya
seolah-olah terhalang dan bahkan sering kali tertutup sama sekali.
Pada masyarakat berkasta, dimana gerak sosial vertikal hampir tak
terjadi, terasingnya seseorang dari kasta tertentu (biasanya warga kasta
rendahan), apabila berada di kalangan kasta lainnya (kasta yang tertinggi), dapat
pula terjadi.
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation),
persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau
pertikaian (conflict). Pertikaian mungkin akan mendapatkan suatu penyelesaian,
namun penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu,
yang dinamakan akomodasi. Ini berarti kedua belah pihak belum tentu puas
sepenunya.Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi
sosial. Keempat bentuk poko dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan
suatu kontinuitas, di dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan kerja sama
yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian untuk
akhirnya sampai pada akomodasi.
Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi.
Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat
adanya interaksi social, yakni: (1) Proses-proses yang Asosiatif, (2) Kerja Sama
(Cooperation).
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia
untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut
berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan
bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari
mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan
dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam
perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka
yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap
kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-
group-nya). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang
menyinggung anggota/perorangan lainnya.Fungsi Kerjasama digambarkan oleh
Charles H.Cooley ”kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk
memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-
fakta penting dalam kerjasama yang berguna”.
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama
yang biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut
dibedakan lagi dengan :Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) :
Kerjasama yang sertamertaKerjasama Langsung (Directed Cooperation) :
Kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan atau penguasaKerjasama
Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentuKerjasama
Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian atau unsur
dari sistem sosial.Ada 5 bentuk kerjasama :
1. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong
2. Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-
barang dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih
3. Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi
sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan
dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
4. Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih
yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan
keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi
atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang tidak sama
antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karenamaksud utama adalah
untuk mencapat satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya
adalah kooperatif.
5. Joint venture, yaitu erjasama dalam pengusahaan proyek-proyek
tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara,
perfilman, perhotelan, dst.

Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti : menujukk pada suatu


keadaan dan yntuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada
keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan
atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial
dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses
akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang
digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam
hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi.
Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang
mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak
kehilangan kepribadiannya.
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang
dihadapinya, yaitu: Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok
manusia sebagai akibat perbedaan paham.Mencegah meledaknya suatu
pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer.Memungkinkan
terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat
faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada
masyarakat yang mengenal sistem berkasta.mengusahakan peleburan antara
kelompok sosial yang terpisah.
Bentuk-bentuk Akomodasi antara lain: Corecion, suatu bentuk
akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.Compromise,
bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang
ada.Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak
yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Conciliation, suatu usaha
untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih
demi tercapainya suatu persetujuan bersama.Toleration, merupakan bentuk
akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.Stalemate, suatu
akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan
yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya.Adjudication,penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan
Akomodasi dan intergrasi masyarakat telah berbuat banyak untuk
menghindarkan masyarakat dari benih-benih pertentangan laten yang akan
melahirkan pertentangan baru.Sering kali suatu persaingan dilaksanakan demi
keuntungan suatu kelompok tertentu dan kerugian bagi pihak lain. Koordinasi
berbagai kepribadian yang berbeda Perubahan lembaga kemasyarakatan agar
sesuai dengan keadaan baru atau keadaan yang berubah Perubahan-perubahan
dalam kedudukan Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi.Dengan adanya
proses asimilasi, para pihak lebih saling mengenal dan dengan timbulnya benih-
benih toleransi mereka lebih mudah untuk saling mendekati.
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan
adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara
orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-
usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental
dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Proses Asimilasi timbul bila ada: Kelompok-kelompok manusia yang
berbeda kebudayaannya orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling
bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga
kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-
masing berubah dan saling menyesuaikan diri.Beberapa bentuk interaksi sosial
yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi yang asimilatif) bila
memilii syarat-syarat berikut ini Interaksi sosial tersebut bersifat suatu
pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tadi juga berlaku sama
interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-
pembatasan Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer Frekuaensi
interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola
tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang
mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu
harus dicapai dan dikembangankan.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah
: Toleransi kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi sikap
menghargai orang asing dan kebudayaannya sikap tebuka dari golongan yang
berkuasa dalam masyarakat persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
perkawinan campuran (amaigamation) adanya musuh bersama dari luar
Faktor umum penghalangan terjadinya asimilasi Terisolasinya kehidupan
suatu golongan tertentu dalam masyarakat kurangnya pengetahuan mengenai
kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu seringkali menimbulkan
faktor ketiga perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi
daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.Dalam batas-batas
tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah dapat pula
menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi In-Group-Feeling yang kuat
menjadi penghalang berlangsungnya asimilasi. In Group Feeling berarti adanya
suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan
kebudayaan kelompok yang bersangkutan.Gangguan dari golongan yang
berkuasa terhadap minoritas lain apabila golongan minoritas lain mengalami
gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasafaktor perbedaan kepentingan
yang kemudian ditambah dengan pertentangan-pertentangan pribadi.
Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan
dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir biasa
dinamakan akulturasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat istiadat dan
interaksi sosial kadangkala tidak terlalu penting dan menonjol.

V. Kegiatan Belajar 3: Kelompok Sosial

VI. Kegiatan Belajar 4: Keluwesan Wewenang

VII. Kegiatan Belajar 5: Perubahan Sosial


Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial
dan pola budaya dalam suatu masyarakat.Perubahan sosial budaya merupakan
gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat.Perubahan
itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin
mengadakan perubahan.Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia
sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya
komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti
perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi;
dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan
pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan,
misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain;
perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional;
ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat;
prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan
pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat
atau kebiasaan.
Perubahan sosial merupakan fenomena kehidupan sosial yang tidak dapat
dihindari oleh setiap individu maupun kelompok masyarakat manapun di dunia
ini.Pertanyaan mendasar yang kerap muncul adalah mengapa perubahan itu
muncul?Menurut Horton & Hunt (1984: 207) barangkali jawabannya adalah
manusia pada dasarnya memiliki sifat bosan. Perubahan sosial merupakan
perubahan dalam segi struktur sosial dan hubungan sosial meliputi diantaranya
perubahan distribusi kelompok usia, tingkat pendidikan rata-rata, tingkat
kelahiran penduduk, penurunan kadar rasa kekeluargaan informalitas antar
tetangga karena adanya perpindahan orang dari desa ke kota dan perubahan
peran suami sebagai atasan yang kemudian menjadi mitra (partner) istri dalam
keluarga demokratis dewasa ini (Horton & Hunt 1984: 208).
Di samping itu Auguste Comte mengemukakan bahwa sosiologi
mempelajari statika social dan dinamika sosial.Hingga kini perhatian kita lebih
tertuju pada segi statika struktur sosial pada pokok-pokok bahasan seperti
kelompok-kelompok, hubungan antarkelompok, institusi-institusi, stratifikasi.
Meskipun pembahasan kita terpusat pada aspek statika masyarakat, namun di
canes sini kita telah mulai menyentuh masalah perubahan. Dalam kenyataan
statika social dan dinamika social memang sukar dipisahkan, meskipun secara
analitik kita berusaha melakukannya. Kita telah melihat bahwa stratifikasi social
dapat berubah melalui mobilitas sosial; institusi social dapat berubah karena
terjadinya perubahan pada institusi lain atau karena terjadinya gerakan sosial.
Kita pun telah mulai menyinggung beberapa teori perubahan sosial, seperti teori
Marx mengenai perubahan sistem feodal menjadi kapitalis dan kemudian
sosialis, teori Weber mengenai munculnya kapitalisme dalam masyarakat feodal,
teori Durkheim mengenai perubahan solidaritas mekanik menjadi organik.
Sekarang Pawl perhatian kita akan beralih pada segi dinamika masyarakat pada
perubahan sosial (Sunarto, 2000: 203).

1. Pola Perubahan Social


a. Pola Linear
Etzioni-Halevy dan Etzioni (1973:3-8) mengemukakan bahwa pemikiran
para tokoh sosiologi klasik mengenai perubahan sosial dapat digolongkan ke
dalam beberapa pola.Pola pertama ialah pola linear; menurut pemikiran ini
perkembangan masyarakat mengikuti suatu pola yang pasti.Contoh yang
diberikan Etzioni-Halevydan Etzioni mengenai pemikiran linear ini ialah karya
Comte dan Spencer.Pemikiran mengenai pola perkembangan linear kita
temukan dalam karya Comte (lihat Comte, 1877 dalam Etzioni-Halevy dan
Etzioni, ed., 1973:14-19). Menurut Comte kemajuan progresif peradaban
manusia mengikuti suatu jalan yang alami, pasti, sama, dan tak tcrelakkan.
Dalam teorinya yang dikenal dengannama "Hukum Tiga Tahap,"
Comtemengemukakan bahwa sejarah memperlihatkan adanya tiga tahap yang
dilaluiperadaban. Pada tahap pertama yang diberinya nama tahap Teologis dan
Militer, Comte melihat bahwa semua hubungan sosial bersifat militer;
masyarakat senantiasa bertujuan menundukkan masyarakat lain. Semua konsepsi
teoretik dilandaskan pada pemikiran mengenai kekuatan-kekuatan
adikodrati.Pengamatan dituntun oleh imajinasi; penelitian tidak
dibenarkan.Tahap kedua, tahap Metafisik dan Yuridis, merupakan tahap antara
yang menjembatani masyarakat militer dengan masyarakat industri.Pengamatan
masih dikuasai imajinasi tetapi lambat laun semakin merubahnya dan menjadi
dasar bagi penelitian.Pada tahap ketiga dan terakhit, tahap Ilmu Pengetahuan
dan Industri, industri mendominasi hubungan sosial dan produksi menjadi tujuan
utama masyarakaL Imajinasi telah digeser oleh pengamatan dan konsepsi-
konsepsi teoritik telah bersifat positif.Dari apa yang telah dikemukakan Comte
tersebut--perubahan yang pasti, serupa, tak terelakkan, dapat kita lihat bahwa
pandangannya mengenai perubahan sosial bersifat unilinear.

b. Pola Unilinier
Pemikiran unilinear kita jumpai pula dalam karya Spencer (lihat Spencer,
1892 dalam Etzioni-Halevy dan Etzioni, ed., 1973:9-13).Spencer
mengemukakan bahwa struktur sosial berkembang secara evolusioner dari
struktur yang homogen menjadi heterogen.Perubahan struktur berlangsung
dengan diikuti perubahan fungsi.Suku yang sederhana bergerak maju secara
evolusioner ke arah ukuran lebih besar, keterpaduan, kemajemukan, dan
kepastian sehingga terjelma suatu bangsa yang beradab.
Comte dan Spencer berbicara mengenai perubahan yang senantiasa
menuju ke arah kemajuan.Namun ada pula pandangan unilinear yang cenderung
mengagung-agungkan masa lampau dan melihat bahwa masyarakat berkembang
ke arah kemunduran--suatu pandangan yang oleh Wilbert E. Moore (1963)
dinamakan "primitivisme."

c. Pola Siklus
Menurut pola kedua, pola siklus, masyarakat berkembang laksana suatu
roda: kadang kala naik ke atas, kadangkala turun ke bawah. Contoh yang
dikemukakan Etzioni-Halevy dan Etzioni ialah karya Oswald Spengler dan
Vilfredo Pareto.Dalam bukunya yang terkenal, The Decline of the West (judul
asli: Die Untergang des Abendlandes, 1926, dikutip dalam Etzioni-Halevy dan
Etzioni, ed., 1973:20-25) Oswald Spengler mengemukakan sebagai berikut: “the
great cultures accomplish their majestic wave cycles. "They appear suddenly,
swell in splendid lines, flatten again, and vanish ... dan Every culture passes
through the age phases of the individual man. Each has its childhood, youth,
manhood, and old age.
Kutipan-kutipan di atas mencerminkan pandangannya bahwa kebudayaan
tumbuh, berkembang dan pudar laksana perjalanan gelombang, jang muncul
mendadak, bcrkembang dan kemudian lenyap; ataupun laksana tahap
perkembangan seorang manusia--melcwati masa muda, masa dewasa, masa tua,
dan akhirnya punah. Sebagai contoh Spengler mengacu pada kebudayaan-
kebudayaan besar yang kini telah tiada, seperti kebudayaan Yunani, Romawi,
dan Mesir. Menurut Spengler kebudayaan Barat akan mengalami hal serupa--
oleh karena u bukunya diberinya judulThe Decline of the West ("pudarnya
Barat").
Pandangan mengenai siklus kita jumpai pula dalam karya Vilfrcdo Pareto
(lihat Pareto, 1935 dalam Etzioni-Halevy dan Etzioni, ed. 1973:26-29). Dalam
tulisannya mengenai sirkulasi kaum elite (the circulation of elites) Pareto
mengemukakan bahwa dalam tiap masyarakat terdapat dua lapisan, lapisan
bawah atau nonelite dan lapisan atas, elite, yang terdiri atas kaum aristokrat dan
terbagi lagi dalam dua kelas: elite yang berkuasa dan elite yang tidak berkuasa.
Menurut Pareto aristokrasi senantiasa akan mengalami transformasi; sejarah
menunjukkan bahwa aristokrasi hanya dapat bertahan untuk jangka waktu
tertentu saja dan akhimya akan pudar untuk selanjutnya diganti oleh suatu
aristokrasi baru yang berasal dari lapisan bawah. Sejarah, menurut Pareto,
merupakan tempat pemakaman bagi aristokrasi. Aristokrasi yang menempuh
segala upaya untuk mempertahankan kekuasaan akhirnya akan digulingkan
melalui gerakan dengan disertai kekerasan atau revolusi. Sebagaimana halnya
dengan Spengler, maka di sini Pareto pun mengacu pada pengalaman kaum
aristokrat di Yunani, Romawi dan sebagainya.

c. Gabungan Beberapa Pola


Sejumlah teori menampilkan penggabungan antara kedua pola ~ergebut
di atas.Halevy¬Etzioni dan Etzioni memberikan dua contoh; salah satu di
antaranya ialah teori konllik Karl Marx. Pandangan Marx bahwa sejarah
manusia merupakan sejarah perjuangan tcrus-menerus antara kelas-kelas dalam
masyarakat sebenarnya mengandung benih pandangan siklus karena setelah
suatu kelas berhasil menguasai kelas lain menurutnya siklus serupa akan
berulang lagi. Ramalannya mengenai masyarakat komunis pun mengandung
pemikiran siklus, karena masyarakat komunis yang didambakan Marx
merupakan masyarakat yang menurut Marx pernah ada sebelum adanya
feodalisme dan kapitalisme--masyarakat yang tidak mengenal pembagian kerja,
yang di dalamnya konflik diganti dengan kerja sama. Namun dalam pemikiran
Marx kita pun menjumpai pemikiran linear: menurutnya perkembangan pesat
kapitalisme akan memicu konflik antara kaum buruh dengan kaum borjuis yang
akan dimenangkan kaum buruh yang kemudian akan membentuk masyarakat
komunis. Pandangan Marx mengenai perkembangan linear pun tercermin dari
pandangannya bahwa negara jajahan Barat pun akan melalui proses yang telah
dialami masyarakat Barat.
Max Weber merupakan tokoh sosiologi klasik lain yang menurut Etzioni-
Halevy dan Etzioni menghasilkan teori yang berpola siklus (lihat Weber, 1958
dan 1947 dalam Etzioni¬Halevy dan Etzioni, eds., 1973:40-53). Pemikiran
Weber yang dinilai mengandung pemikiran siklus ialah pembedaannya antara
tiga jenis wewenang: kharismatik, rasional-legal dan tradisional. Weber mclihat
bahwa wewenang yang ada dalam masyarakat akan beralih-alih: wewenang
kharismatik akan mengalami rutinisasi sehingga beralih menjadi wewenang
tradisional atau rasional-legal; kemudian akan muncul lagi wewenang
kharismatik, yang diikuti dengan rutinisasi; dan seterusnya. Di pihak lain,
Weber pun melihat adanya perkembangan linear dalam masyarakat, yaitu
semakin meningkatnya rasionalitas.
Pandangan-pandangan para tokoh sosiologi klasik tcrscbut sudah banyak
yang ditinggalkan olch para tokoh sosiologi modern.Meskipun banyak tokoh
sosiologi modern-¬khususnya penganut fungsionalisme seperti Talcott Parsons
dan Neil J. Smclser--menganut pandangan mengenai perkembangan masyarakat
secaraevolusioner, namun suatu perkembangan linear laksana teori tiga tahap
Comte tidak dianut lagi.Meskipun di kalangan tokoh sosiologi modern pun
terdapat penganut pendekatan konflik, seperti misalnya Ralf Dahrendorf, namun
mercka pun sudah meninggalkan banyak di antara pemikiran asli Marx.

2. Teori-teori modern Mengenai Perubahan Sosial


Teori-teori modern yang terkenal ialah, antara lain, teori-teori
modernisasi para penganut pendekatan fugsionalisme seperti Neil J. Smelser dan
Alex Inkeles, teori ketergantungan .Andrd Gunder Frank yang merupakan
pendekatan konflik, dan teori mengenai sistem dunia dari Wallerstein.Di antara
teori-teori klasik dan teori-teori modern kita dapat menjumpai benang
merah.Sebagaimana halnya dengan pandangan mengenai perkembangan
masyarakat secara linear yang dikemukakan oleh tokoh klasik seperi Comte dan
Spencer, maka teori-teori modernisasi pun cenderung melihat bahwa
perkembangan masyarakat Dunia Ketiga berlangsung secara evolusioner dan
linear dan bahwa masyarakat bergerak ke arah kemajuan--dari tradisi ke
modernitas.Para penganut teori kontlik, di pihak lain, melihat bahwa
perkembangan yang terjadi di Dunia Ketiga justru menuju ke keterbelakangan
dan pada ketergantungan pada negara¬negara industri maju di Barat.
Teori modernisasi. Teori modernisasi menganggap bahwa negara-negara
terbelakang akan menempuh jalan sama dengan negara industri maju di Barat
sehingga kemudian akan menjadi negara berkembang pula melalui proses
modernisasi (lihat Light, Keller and Calhoun, 1989). Teori ini berpandangan
bahwa masyarakat-masyarakat yang belum berkembang perlu mengatasi
berbagai kekurangan dan masalahnya sehingga dapat mencapai tahap "tinggal
landas" (take-offl ke arah perkembangan ekonomi. Menurut Etzioni-Halevy dan
Etzioni transisi dari keadaan tradisional ke modernitas melibatkan revolusi
demografi yang ditandai menurunnya angka kematian dan angka kelahiran;
menurunnya ukuran dan pengaruh keluarga; terbukanya sisem stratifikasi;
peralihan dari struktur feodal atau kesukuan ke suatu birokrasi; menurunnya
pengaruh agama; beralihnya fungsi pendidikan dari keluarga dan komunitas ke
sistem pendidikan formal; munculnya kebudayaan massa; dan munculnya
perekonomian pasar dan industrialisasi (lihat Etzioni-Halevy dan Etzioni,
1973:177).
Teori ketergantungan.Menurut teori ketergantungan (dependencia) yang
didasarkan pada pengalaman negara-negara Amerika Latin ini (lihat antara lain,
Giddens, 1989, dan Light, Keller and Calhoun, 1989) perkembangan dunia tidak
merata; negara-negara industri menduduki posisi dominan sedangkan negara-
negara Dunia Ketiga secara ekonomis tergantung padanya. Perkembangan
negara-negara industri dan keterbelakangan negara-negara Dunia Ketiga,
menurut teori ini, berjalan bersamaan: di kala negara-negara industri mengalami
perkembangan, maka negara-negara Dunia Ketiga yang mengalami kolonialisme
dan nco¬kolonialisme, khususnya di Amerika Latin, tidak mengalami "tinggal
landas" tetapi justru menjadi semakin terkebelakang.
Teori sistem dunia. Menurut teori yang dirumuskan Immanuel
Wallerstein ini (lihat Giddens, 1989 dan Light, Keller dan Calhoun, 1989)
perekonomian kapitalis dunia kini tersusun atas tiga jenjang: negara-negara inti,
negara-negara semi-periferi, dan negara-negara periferi. Negara-negara inti
terdiri atas negara-negara Eropa Barat yang sejak abad 16 mengawali proses
industrialisasi dan berkembang pesat, sedangkan negara-negara semi-periferi
merupakan negara-negara di Eropa Selatan yang menjalin hubungan dagang
negara-negara inti dan secara ekonomis tidak berkembang. Negara-negara
periferi merupakan kawasan Asia dan Afrika yang semula merupakan kawasan
ekstern karena berada di luar jaringan perdagangan negata-negara inti tetapi
kemudian melalui kolonisasi ditarik ke dalam sistem dunia. Kini negara-negara
inti (yang kemudian mencakup pula Amerika Serikat dan Jepang) mendominasi
sistem dunia sehingga mampu memanfaatkan sumber daya negara lain untuk
kepentingan mereka sendiri, sedangkan kesenjangan yang berkembang antara
negara-negara inti dengan negara-negara lain sudah sedemikian lebarnya
sehingga tidak mungkin tersusul lagi.

MODUL III
DASAR-DASAR ANTROPOLOGI

1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Agar mahasiswa bertitik tolak dari pengalaman dan pengetahuannya ia
dapat mengetahui, memahami, menerapkan dan menganalisis konsep
Antropologi, Aneka Warna Manusia, Masyarakat dan kebudayaan.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


1. Agar Mahasiswa dapat mengetahui konsep-konsep dasar
Antropologi
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengidentifikasi
ruang lingkup Antropologi
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami masyarakat dan
perkembangannya.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengidentifikasi
kebudayaan dan perkembangannya.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan
mengidentifikasi, konsep enkulturasi, akulturasi, asimilasi dan
inovasi serta sistem religi..

3. KEGIATAN BELAJAR I: Ruang Lingkup


Istilah antropologi berasal dari bahasa Yunani, asal kata anthropos berarti
manusia, dan logos berarti ilmu.Dengan demikian, secara harfiahantropologi
berarti ilmu tentang manusia. Para ahli antropologi (antropolog) sering
mengemukakan bahwa merupakan studi tentang umat manusi yang berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusiadan perilakunya, dan
untuk memperoleh pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia (Haviland, 1999: 7; Koentjaraningrat, 1987: 1-2).
Jadi, antropologi merupakan ilmu yang berusaha mencapai pengertian ataupun
pemahaman tentang manusia dengan mempelajari aneka warna benuk fisik,
masyarakat, dan kebudayaan.
Secara khusus, ilmu antropologi terbagi ke dalam lima sunilmu yang
mempelajari
1. Masalah asal dan perkembangan manusia atau revolusinya secara
biologis;
2. Masalah terjadinya aneka ragam ciri fisik manusia;
3. Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam
kebudayaan manusia;
4. Masalah asal perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa yang
diucapkan di seluruh dunia;
5. Masalah mengenai asas-asas dari masyrakat dan kebudayaan manusia
dari aneka ragam suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia masa kini.
Berkaitan dengan pembagian kelima subdisiplin antropologi tersebut,
Koentjaraningrat (1981: 144) membuat bagan pembagian dalam ilmu
antropologi yang tersusunpada bagan berikut:

Paleontropologi
Antropologi
Fisik

Antropologi
Biologis

Antropologi
Antropologi
Prehiston
Etnologi
Antropologi
Etnolinguistik dalam
Budaya

Etnologi

Antropologi
Sosial

Dari bagan di atas, secara makro antropologi dapat dibagi ke dalam dua
bagian, yakni antropologi fisik dan budaya.
Saat ini, kajian antropologi budaya olebih menekankan pada empat aspek
yang tersusun .
1. Pertimbangan politik, di mana para antropolog budaya sering terjebak oleh
kepentingan-kepentingan politik dan membiarkan dalam penulisannya
masih terpaku oleh metode-metode lama yang sudah terbukti kurang layak
untuk menyusun sebuah karya ilmiah, seperti yang dikeluhkan oleh Said
dalam Orientalism (1978).
2. Menyangkut hubungan kebudayaan dengan kekuasaan. Jika pda awalnya
bertumpu pada asumsi-asumsi kepatuhan dan penguasaan masing-masing
anggota masyarakat terhadap kebudayaannya. Sedangkan pada masa
kinidengan munculnya karya Bnourdieu (1977) dan Foucault (1977, 1978)
kian menekankan penggunaan taktis dikursus budaya yang melayani
kalangan tertentu di masyarakat.
3. Menyangkut bahasa dalam antropologi budaya, di mana terjadi perhgeseran
makna kebudayaan dari homogenitas ke heterogenitas yang menekankan
peran bahasa sebagai system formal abstraksi-abstraksikategori budaya.
4. Preferensi dan pemikiran individual di mana terjadi hubungan anatar jati
diri dan emosi, sebab antara kepribadiandan kebudayaan memiliki
keterkaitan yang erat.
Dalam kajian antropologi budaya, kebudayaan seharusnya ditempatkan
tidak hanya sekedar menekankan pada aspek estetik atau humanis, melainkan
juga aspek politik, sebagaimana dituliskan John Fiske dalam Bristish Cultural
Studies and Television (Fiske, 1992). Jadi, obyek studi ini bukanlah kebudayaan
dalan pengertian yang sempit ( yang sering dikacaukan dengan istilah kesenian
atau kegiatan-kegiatan intelektual dan spiritual), namun kebudayaan dalam
pengertian yang dirumuskan oleh Raymond Williams dalam The long
Revolution (1961), yakni sebagai cara hidup tertentu bagi sekelompok orang
yang berlaku pada suatu periode tertentu. Dengan demikian, meskipun studi
kebudayaan tidak dapat atau tidak perlu direduksi menjdai studi budaya
populer, namun studi populer tersebut menjadi inti proyek penelitian dalam
kajian-kajian antropologi budaya. Sebagaimana dikemukakan oleh Stuart Hall
dalam Notes on Deconstructing “The Popular” (1981) bahwa kebudayaan
popular adalah sebagai berikut
Arena pergulatan yang mencakup muncul dan bertahannya
hegemoni.Namun, ini bukan merupakan bidang di mana sosialisme atau
kebudayaan social dalam bentuknya secara penuh dapat
terekspresikan.Itulah sebabnya kebuayaan popular manjadi penting.

4. KEGIATAN BELAJAR 2: Aneka Warna Manusia


1. Pandangan Ilmu Pengetahuan terhadap Ras
Ilmu pengetahuan memiliki pandangan yang spesifik tentang Ras dan
digeluti secara mendalam oleh bidang ilmu Sosiologi dan Antropologi. Di
bagian lain ilmu Biologi juga mengkaji tentang masalah ini. Ada beberapa Ras
utama yang pernah dicatat oleh para ahli ilmu pengetahuan yaitu:
a. Ras Kaukasoid yaitu mereka yang berambut pirang, kulit putih dan
mendiami wilayah Eropa serta sebagian Asia.
b. Ras Mongoloid yaitu mereka yang mendiami wilayah daratan Cina dan
sebagian Asia.
c. Ras Austroloid.
d. Ras Negroid.
e. Ras Melanesia
Dengan demikian berarti ada semacam legitimasi tentang keberagaman
ras manusia dari ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan
memandang Ras sebagai salah satu fenomena yang perlu untuk dikaji lebih
mendalam.
2. Ras Sebagai Warisan Genetik
Kitab Suci tidak secara eksplisit menjelaskan kepada kita asal mula dari
berbagai “ras” atau warna kulit manusia. Dalam kenyataannya, hanya ada satu
ras, ras manusia. Dalam ras manusia ini ada perbedaan besar dalam warna kulit
dan karakteristik fisik lainnya. Sebagian orang berspekulasi bahwa ketika Tuhan
mengacaukan bahasa di Menara Babel (Kejadian 11:1-9), dari situ juga
menetapkan genetik pada manusia untuk lebih memampukan manusia bertahan
hidup dengan lebih baik dalam lingkungan ekologi yang berbeda-beda, seperti
misalnya orang-orang Afrika lebih “diperlengkapi” secara genetic untuk
bertahan hidup di panas yang tinggi di Afrika. Menurut pandangan semacam ini,
Allah mengacaukan bahasa sehingga manusia berkelompok berdasarkan bahasa,
dan kemudian Tuhan menciptakan gen untuk ras yang berbeda berdasarkan
dimana setiap kelompok ras itu akan berdiam secara geografis. Walaupun ini
mungkin, dalam Alkitab tidak ada dasar yang jelas untuk pandangan ini.
Ras/warna kulit manusia sama sekali tidak pernah dihubungkan dengan Menara
Babel.
Penjelasan yang paling baik adalah bahwa Adam dan Hawa memiliki gen
yang dapat menghasilkan keturunan dengan warna kulit hitam, coklat dan putih
(dan campuran). Ini sama dengan bagaimana orang yang kawin campur dari ras
yang berbeda dapat memiliki anak-anak yang warna kulitnya berbeda satu
dengan yang lain. Karena jelas bahwa Tuhan menghendaki manusia memiliki
rupa yang berbeda-beda, masuk akal bahwa Tuhan memeberi kepada Adam dan
Hawa kemampuan untuk menghasilkan anak-anak dengan warna kulit yang
berbeda-beda. Di kemudian hari, satu-satunya yang selamat dari air bah adalah
Nuh dan istrinya, ketiga putera Nuh dan istri mereka, seluruhnya delapan orang
(kejadian 7:13). Mungkin istri Sem, Ham dan Yafet berasal dari ras yang
berbeda-beda. Mungkin saja istri Nuh berbeda ras dengan Nuh.Mungkin saja
mereka berdelapan semua adalah dari ras campuran, yang berarti mereka
memiliki gen untuk menghasilkan ras yang berbeda-beda. Adapun
penjelesannya, aspek yang paling penting dari pertanyaan ini adalah bahwa kita
semua berasal dari ras yang sama, semuanya diciptakan oleh Allah yang sama,
semua diciptakan untuk maksud yang sama.

3. Seleksi Alam
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah teori bahwa
makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama
kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah mereka yang mampu
beradaptasi dengan lingkungannya. Dan sesama makhluk hidup akan saling
bersaing untuk mempertahankan hidupnya.Tetapi hal ini, jika kita lihat pada
dunia semut maka tidaklah beralasan. Karena untuk mempertahankan hidupnya
justru mereka saling bekerja sama. Begitu juga pada dunia labah. Ataupun kerja
sama antara hiu dengan ikan-ikan kecil yang membersihkan bakteri-bakteri di
tubuhnya. Selain seleksi alam, terdapat juag seleksi seksual.
Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi pada kupu-kupu biston
betularia.Kupu-kupu betularia putih sebelum terjadinya revolusi industri
jumlahnya lebih banyak daripada kupu-kupu biston betularia hitam.Namun
setelah terjadinya revolusi industri, jumlah kupu-kupu biston betularia putih
lebih sedikit daripada kupu-kupu betularia hitam.Ini terjadi karena
ketidakmampuan kupu-kupu biston betularia putih untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang baru.

4. Seleksi Sosial
Konsep habitus ini tidak berarti menyetujui determinisme yang
memenjara tindakan manusia dalam kerangka pembatasan dari luar atau struktur
sosial yang mengondisikan seakan-akan individu tidak mandiri dan rasional.
Memang, meski manusia mandiri dan rasional, gagasan atau pemikirannya tidak
lepas dari suatu visi tentang dunia yang berakardalam posisi social
tertentu.Keterampilan seseorang dalam menjawab tantangan dikondisikan oleh
lingkungannya dan dipengaruhi rutinitas tindakannya. Namun, kebiasaan dan
keterampilan itu berfungsi seperti program yang memiliki kemampuan kreatif
dan jangkauan strategis dalam lingkungan tertentu.
Jadi, meski ada faktor determinisme yang membebani representasi-
representasi peserta didik, konsep habitus juga memperhitungkan kemampuan
kreatif dan stratehis. Maka, tidak disangkal peserta didik dari lingkjungan
miskin membuktikan bias berhasil. Mereka tidakterpenjara oleh keterbatasan
lingkungan social dan mampu mengatasinya.Masalahnya, beberapa persen
jumlah yang bisa menikmati keberhasilan seperti itu. Jerih payah dan
pengorbanan seperti apa harus menyertai keberhasilan yang relaitif rendah itu.
Dan yang menyesatkan, saat keberhasilan yang rendah itu justru cukup untuik
menyelubungi mekanisme selkesi sosial melalui sekolah.Lalu motif bahwa
setiap peserta didik mempunyai kesempatan sama kian hidup dan diyakini.
Mekanisme seleksi sosial melalui sekolah tidak perna dipertanyakan lagi karena
tampak seperti alamiah, meski hanya menguntungkan kalangan berkecukupan.
Ia menjadi sarana mempertahankan posisi-posisi sosial atau sarana dominasi
kelompok sosial tertentu. Mekanisme seleksi ini dipertajam kecenderungan
untuk berbeda dalam selera kegiatan kebudayaan dan pilihan apa yang
dikonsumsi, dipakai, serta dimiliki.

5. Sistem Representasi Kelas Sosial dan Konsumerisme


Ketika sekolah menerapkan pakaian seragam, peserta didik dari kelas
sosial atas menyatakan perbedaannya melalui merek sepatu, jam tangan,
handphone, kendaraan dan aksesoris yang dipakai. Apa yang dipakai bukan
hanya masalah selera, sadar atau tidak ditentukan dan diorganisasi sesuai dengan
lingkungan dan posisi di masyarakat. Tidak sekadar masalah pendapatan, pilihan
sekolah, pilihan jenis olahraga, musik, kursus bahasa, atau tes tambahan dan lain
sebagainya, selera menungkapkan system reprensetsi yang khas pada kelompok
sosial tertentu, posisi mereka dalam masyarakat dan keinganan dalam
menempatkan diri dalam tangga kekuasaan (Bourdieu, 1979).
Sistem representasi kelompok social itu ditentukan oleh akses kegiatan
budaya tertentu yang pada dasarnya tidak setara, sesuai kepemilikan social.
Keinginan untuk berbeda merupakan upaya representasi posisi social dalam
kerangka mekanisme konstruksi penilaian. Di balik ketidaksetaraan akses dan
perbedaan penilaian itu, tercermin kode-kode dan wacana yang dikuasai berkat
lingkungan social yang kemudian diperkokoh sekolah.
Kesukaan pada musik klasik, penguasaan bahasa inggris, ikut les piano,
mencerminkan kepemilikian lingkungan social tertentu. Apa yang dipakai,
dimiliki, dan pilihan jenis hiburan bukan hanya sesuatu yang bermakna, tetapi
terkait dengan hubungan antarmanusia utntuk mempertahankan atau menaiki
tangga kepemilikan lingkungan social. Dari sini tampak hubungan system
reprensentasi social dan konsumerisme. Jadi, semua kelas social terkena wabah
itu.
Konsumerisme bukan hanya dorongan memiliki atau belanja berlebihan
untuk afirmasi keberadaan ego. Ego ini bukan ego modern yang terisolasi, ia
dalam jalinan social atau proyeksi ketakutan kepada yang social yang
diternalisasikan. Ia terkait orghanisasi atau rekayasa representasi-representasi,
pesan-pesan, dan penataan tanda-tanda.
Organisasi atau penataan itu salah satunya mendasar mekanisme hasrat
himetis ‘meniru’ (R Girard, 1982):sesuatu menjadi menarik karena diinginkan
oleh orang lain.pihak lain yag awalnya membantu menumbuhkan keinginan lalu
menjadi penghalang. Maka, dalam komsumerisme ada unsur persaingan,
hubungan kekuasaan.Hasrat mimetis tidak lepas dari hubungan
kekuasaan.Selera kelas penguasa menentukan budaya, system komunikasi dan
integrasi kelompok yang dilanggengkan dalam institusi sekolah. Maka, menjadi
kepentingan kelompok itu untuk tetap memelihara mitos bahwa sekolah
membukakesempatan yang sama bagi semua. Mitos ini menghidupkan hasrat
mimetis untuk berhasil dalam diri peserta didik yang berasal dari lingkungan
miskin dalm modal budaya.Denga demikian, system sekolah yang
menguntungkan mereka yang kuat modal ekonomi dan budaya tidak
dipertanyakan.

6. Persebaran Ras Umat Manusia di Permukaan Bumi


Istilah ras (banu) acapkali masih membingungkan. Orang suka
mengacaukan pengertian ras dengan faktor bahasa, agama, atau nasionalitas
suatu bangsa (misalnya ras yahudi), padahal ras itu khusus menyangkut ciri-ciri
jasmani pada manusia yang diwariskan secara turun-temurun.Biasanya
kedalamnya dimasukkan seperti: warna kulit, tinggi badan, tipe dan warnma
rambut, bentuk tengkorak, bentuk kelopak mata, jenis darah dan bau badan.
Jacobs dan Stern daam bukunya General Anthropology membahas 11 ciri
jasmani manusia secara rasial yaitu:

a. Tinggi badan
Badan manusia berbeda-beda dan ini merupakan ciri anatomis yang
sukar dijelaskan. Misalnya sama-sama berkulit putih (ras kaukasoid) bangsa
Eropa di sekitar Laut Tengah dan relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan
yang tinggal di bagian utara benua Eropa.

b. Bentuk kepala
Tentang ini para antropolog fisik menggunakan ukuran bbakku yang
namanya Cephalicus Index; angkanya diperoleh dengan; lebar maksimum
kepala dibagi panjang maksimumnya lalu dikalikan 100. jika hasilnya kurang
dari 75,itu bentuk kepala panjang (Dolichocephalis), jika antara 75 dan 79,9 itu
kepala sedang (Mesocephalis) dan jika 80 lebih, itu kepala pendek
( Brachycephalis).
c. Ukuran otak
Dalam suatu bangsa saja acapkali nampak bahwa ukuran otak (besar
kecilnya serba bervariasi. Tak dapat dipastikan bahwa manusia yang tubuhnya
tinggi cenderung berotak kecil dan sebaliknya. Bukti bahwa suatu bangsa
terdapat bermacam-macam ukuran tengkorak dan besarnya otak menunjukkan
bahwa umat manusia secar potensial kecerdasannya sama, artinya tak ada yang
superior dan inferior.

d. Warna mata
Sebenarnya sebutan yang tepat bukan warna mata, melainkan warna iris
mata. Pada bangsa-bangsa yang masuk ras Kaukasoid, warna irisnya biru, hijau
atau kelabu. Perbedaan ini tergantung dari tersedianya pemusatan pigmen di
bagian depan iris. Tiga warna itu dalam bahasa kita disebut “warna mata
kucing”.

e. Warna kulit
Warna kulit itu berdasarkan banyak taua sedikitnya konsentrasi butiran
pigmen pada bagian dalam kulit tubuh manusa. Semakin banyak butiran
melanin (hitam) makin gelap warna kulit; misalnya ras Negroid hitam gelap; ras
Mongoloid kuning; ras Paleomongoloid (ras Melayu) dari cokelat sampai kulit
langsat.

f. Tekstur Rambut
Rambut dan teksturnya tak ada pertalian dengan lingkungan alam. Ada
rambut lurus, rambut bergelombang, rambut keriting.

g. Buluh Tubuh
Dalam membuat klasifikasi bangsa-bangsa secara rasial cirri-ciri jenis ini
tidaklah penting. Dari bangsa-bangsa dimasa lampau tak dapat diketahui tentang
tebal-tipisnya buluh tubuh, karena sisa-sisanya berupa tulang belulang melulu.

h. Lipatan kelopak mata


Yang dimaksud dengan ini adalah mata sipit. Ciri-ciri ini kedapatan
paling jelas pada bangsa Mongoloid, meskipun bentuk yang sederhana nampak
pula orang-orang Wreda di Eropa.

5. KEGIATAN BELAJAR 3: Masyarakat


Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang
yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut.Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa
Arab, musyarak.Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas
yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah
masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama
dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat
dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan,
serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia
kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam
bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat
pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan
masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.
Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai
kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural
tradisional.Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur
politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat
band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.
Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan
persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti
teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara
implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai
perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
Masyarakat adalah suatu kumpulan individu yang memiliki karakteristik
khas dengan aneka ragam etnik, ras, budaya, dan agama. Setiap kelompok
masyarakat mempunyai pola hidup berlainan, bahkan orientasi dalam menjalani
kehidupan pun tidak sama. Sebagai suatu unit sosial, setiap kelompok
masyarakat saling berinteraksi yang memungkinkan terjadinya pertukaran
budaya.
Dalam proses interaksi itu, setiap kelompok masyarakat saling
mempelajari, menyerap, dan mengadopsi budaya kelompok masyarakat lain
yang kemudian melahirkan sintesis budaya baru. Dalam kajian antropologi, ada
tiga istilah untuk menjelaskan peristiwa interaksi sosial budaya, yakni
sosialisasi, akulturasi, dan enkulturasi.
Ketiganya saling terkait, namun masih tetap bisa dibedakan antara satu
dan yang lain. Para ahli antropologi mengemukakan, sosialisasi adalah suatu
proses sosial melalui mana manusia sebagai suatu organisme yang hidup dengan
manusia lain membangun suatu jalinan sosial dan berinteraksi satu sama lain,
untuk belajar memainkan peran dan menjalankan fungsi, serta mengembangkan
relasi sosial di dalam masyarakat.
Rumusan singkatnya adalah, "Socialization implicates those interactive
processes through which one learns to be an actor, to engage in interaction, to
occupy statues, to act roles, and to forge social relationships in community life"
(Peter-Poole 2002).

6. KEGIATAN BELAJAR 4: Kebudayaan


Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan.Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri.Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun
dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan
intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah
sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen
atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu:
a) alat-alat teknologi
b) sistem ekonomi
c) keluarga
d) kekuasaan politik
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
a) sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
b) organisasi ekonomi
c) alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
d) organisasi kekuatan (politik)
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:
gagasan, aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan (Wujud ideal). Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan
yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau
disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan
gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis
warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan). Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula
disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-
aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta
bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya). Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil
dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan
yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai
contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan
(aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua
komponen utama:
1. Kebudayaan material. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan
masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini
adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi:
mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang,
stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-
ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa
dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

7. KEGIATAN BELAJAR 5: Enkulturasi, Akulturasi, Asimilasi dan


Inovasi
Enkulturasi adalah suatu proses sosial melalui mana manusia sebagai
makhluk yang bernalar, punya daya refleksi dan inteligensia, belajar memahami
dan mengadaptasi pola pikir, pengetahuan, dan kebudayaan sekelompok
manusia lain. Definisi sederhananya adalah, "Enculturation refers to the process
of learning a culture consisting in socially distributed and shared knowledge
manifested in those perceptions, understandings, feelings, intentions, and
orientations that inform and shape the imagination and pragmatics of social life"
(Peter-Poole, 2002).
Akulturasi adalah suatu proses perubahan budaya yang lahir melalui
relasi sosial antarkelompok masyarakat, yang ditandai oleh penyerapan dan
pengadopsian suatu kebudayaan baru, yang berkonsekuensi hilangnya kekhasan
kebudayaan lama. Penjelasan umumnya adalah, "Cultural change brought by
contact between people with different cultures indicated by the loss of
traditional culture when members of small-scale cultures adopt elements of
global-scale cultures" (John Bodley 1994).
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari
suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah
ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur
kebudayaan kelompok itu sendiri.
Proses sosialisasi, akulturasi, dan enkulturasi selalu berlangsung secara
dinamis. Wahana terbaik dan paling efektif untuk mengembangkan ketiga proses
sosial budaya tersebut adalah pendidikan, yang terlembaga melalui sistem
persekolahan. Sekolah merupakan wahana strategis yang memungkinkan setiap
anak didik, dengan latar belakang sosial budaya yang beragam, untuk saling
berinteraksi di antara sesama, saling menyerap nilai-nilai budaya yang berlainan,
dan beradaptasi sosial.
Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan
hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan
baru.Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara
orangatau kelompok.Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-
usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan
memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
Hasil dari proses asimilasi adalah semakin tipisnya batas perbedaan
antarindividu dalam suatu kelompok, atau bisa juga batas-batas antarkelompok.
Selanjutnya, individu melakukan identifikasi diri dengan kepentingan
bersama.Artinya, menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok.
Demikian pula antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut:
1. terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda.
2. terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam
waktu yang relatif lama.
3. Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan
menyesuaikan diri.
Faktor-faktor yang mendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi
adalah sebagai berikut:
1. Toleransi di antara sesama kelompok yang berbeda kebudayaan
2. Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi
3. Kesediaan menghormati dan menghargai orang asing dan kebudayaan
yang dibawanya.
4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan universal
6. Perkawinan antara kelompok yang berbeda budaya
7. Mempunyai musuh yang sama dan meyakini kekuatan masing-masing
untuk menghadapi musuh tersebut.
Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi
antara lain sebagai berikut:
1. Kelompok yang terisolasi atau terasing (biasanya kelompok minoritas)
2. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi
3. Prasangka negatif terhadap pengaruh kebudayaan baru. Kekhawatiran
ini dapat diatasi dengan meningkatkan fungsi lembaga-lembaga
kemasyarakatan
4. Perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi daripada
kebudayaan kelompok lain. Kebanggaan berlebihan ini mengakibatkan
kelompok yang satu tidak mau mengakui keberadaan kebudayaan
kelompok lainnya
5. Perbedaan ciri-ciri fisik, seperti tinggi badan, warna kulit atau rambut
6. Perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kebudayaan kelompok
yang bersangkutan.
7. Golongan minoritas mengalami gangguan dari kelompok penguasa

Kata inovasi dapat diartikan sebagai "proses” dan/atau “hasil”


pengembangan dan/atau pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan
(termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau
memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru,
yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi
dan sosial).
Inovasi sebagai suatu “obyek” juga memiliki arti sebagai suatu produk
atau praktik baru yang tersedia bagi aplikasi, umumnya dalam suatu konteks
komersial. Biasanya, beragam tingkat kebaruannya dapat dibedakan, bergantung
pada konteksnya: suatu inovasi dapat bersifat baru bagi suatu perusahaan (atau
“agen/aktor”), baru bagi pasar, atau negara atau daerah, atau baru secara global.
Sementara itu, inovasi sebagai suatu “aktivitas” merupakan proses penciptaan
inovasi, seringkali diidentifkasi dengan komersialisasi suatu invensi.
Istilah inovasi memang sering didefinisikan secara berbeda, walaupun
pada umumnya memiliki pemaknaan serupa.Inovasi, dalam ilmu lingusitik
adalah fenomena munculnya kata-kata baru dan bukan kata-kata warisan.Inovasi
berbeda dengan neologisme.Inovasi bersifat 'tidak sengaja'.

8. KEGIATAN BELAJAR 6: Sistem Religi


Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia
dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam
sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa
tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai
salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual
maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau
sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan
kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa
Latinreligare, yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan
yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and
Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut:...
sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama
untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal
yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan
kebahagiaan sejati.
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam
agama Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam.Kadang-kadang agama
dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem
teokrasi.Agama juga mempengaruhi kesenian.

Agama Samawi
Tiga agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam, sering dikelompokkan
sebagai agama Samawiatau agama Abrahamik. Ketiga agama tersebut memiliki
sejumlah tradisi yang sama namun juga perbedaan-perbedaan yang mendasar
dalam inti ajarannya. Ketiganya telah memberikan pengaruh yang besar dalam
kebudayaan manusia di berbagai belahan dunia.
Yahudi adalah salah satu agama, yang jika tidak disebut sebagai yang
pertama, adalah agama monotheistik dan salah satu agama tertua yang masih ada
sampai sekarang.Terdapat nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi yang juga
direferensikan dalam agama Abrahamik lainnya, seperti Kristen dan Islam.Saat
ini umat Yahudi berjumlah lebih dari 13 juta jiwa.
Kristen (Katolik dan Protestan) adalah agama yang banyak mengubah
wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun terakhir.Pemikiran para filsuf
modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf Kristen semacam St. Thomas
Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat antara 1,5 s.d. 2,1 milyar
pemeluk agama Kristen di seluruh dunia.
Islam memiliki nilai-nilai dan norma agama yang banyak mempengaruhi
kebudayaan Timur Tengah dan Afrika Utara, dan sebagian wilayah Asia
Tenggara. Saat ini terdapat lebih dari 1,5 milyar pemeluk agama Islam di dunia.
Agama dan filosofi seringkali saling terkait satu sama lain pada
kebudayaan Asia. Agama dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan
China, dan menyebar di sepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan dan
migrasi.
Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahāyāna yang
menyebar di sepanjang utara dan timur India sampai Tibet, China, Mongolia,
Jepang dan Korea dan China selatan sampai Vietnam. Theravāda Buddhisme
menyebar di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian barat laut China,
Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand.
Agama Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri
sementara sebuah pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk mencari
kenikmatan di dunia.
Konghucu dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari Cina,
mempengaruhi baik religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh Asia.
Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua
aliran filosofi politik tercipta.Mahatma Gandhi memberikan pengertian baru
tentang Ahimsa, inti dari kepercayaan Hindu maupun Jaina, dan memberikan
definisi baru tentang konsep antikekerasan dan antiperang. Pada periode yang
sama, filosofikomunismeMao Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang
sangat kuat di China.
Agama tradisional, atau terkadang disebut sebagai "agama nenek
moyang", dianut oleh sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika, dan
Amerika.Pengaruh bereka cukup besar; mungkin bisa dianggap telah menyerap
kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi agama negara, seperti misalnya
agama Shinto. Seperti kebanyakan agama lainnya, agama tradisional menjawab
kebutuhan rohani manusia akan ketentraman hati di saat bermasalah, tertimpa
musibah, tertimpa musibah dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk
kebahagiaan manusia itu sendiri.
American Dream, atau "mimpi orang Amerika" dalam bahasa Indonesia,
adalah sebuah kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika
Serikat.Mereka percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad,
tanpa memedulikan status sosial, seseorang dapat mendapatkan kehidupan yang
lebih baik.Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat
adalah sebuah "kota di atas bukit" (atau city upon a hill"), "cahaya untuk negara-
negara" ("a light unto the nations"), yang memiliki nilai dan kekayaan yang
telah ada sejak kedatangan para penjelajah Eropa sampai generasi berikutnya.
Agama sering kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku
seksual.Kebanyakan gereja Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan
yang menikah; gereja biasanya memasukkan acara pengucapan janji pernikahan
di hadapan tamu, sebagai bukti bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan
mereka.Umat Kristen juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dengan
gerejanya.Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah perceraian adalah
salah, dan orang yang bercerai tidak dapat dinikahkan kembali di
gereja.Sementara Agama Islam memandang pernikahan sebagai suatu
kewajiban.Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian, namun
memperbolehkannya.

BAB IV
DASAR-DASAR GEOGRAFI

I. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Agar mahasiswa bertitik tolak dari pengalaman dan pengetahuannya ia
dapat mengetahui, memahami, menerapkan dan menganalisis konsep
geografi, kebudayaan, hubungan manusia dengan alam lingkungan,
keanekaragaman kebudayaan dan aktivitas kultural masyarakat kota/desa
serta perkembangan budaya-budaya dipermukaan bumi dilihat dari aspek
ruang/lokasi (space).

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


1. Agar Mahasiswa dapat mengetahui konsep-konsep dasar Geografi
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengidentifikasi
ruang lingkup geografi
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengidentifikasi
obyek studi geografi
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengidentifikasi
konsep-konsep esensial geografi
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengidentifikasi,
prinsip-prinsip utama geografi.
III. Kegiatan Belajar 1: RUANG LINGKUP GEOGRAFI
Istilah geografi sebetulnya berasal dari zaman Yunani kuno yang
dikemukakan oleh Eratothenes pada awal abad ke-1 SM. Pada waktu itu
Eratothenes menggunakan istilah geographia dalam menggambarkan bumi.
Istilah geographia ini sangat dipengaruhi oleh astronomi dan matematika.
Walaupun sebelumnya muncul istilah logografi (ilmu bangsa-bangsa) yang
dikemukakan oleh Hecateus, Herodotus, dan Strabo. Istilah geografi juga
dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography (Inggris), geographie
(Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman), geografie/aardrijkskunde
(Belanda) dan geographike (Yunani).
Perkembangan geografi yang begitu pesat saat ini, seolah – olah telah
menutupi telaah geografi masa lampau yang begitu gelap.Dalam arti bahwa
sejarah perkembangan telaah awal geografi tidak jelas kearah mana geografi
harus dibawa.Namun demikian, bangsa Yunani kuno telah berjasa dan berusaha
mendokumentasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan bumi, sehingga
bahan dari mereka inilah yang kemudian digunakan untuk menggali permulaan
tersusunnya ilmu geografi.
Para ahli geografi juga mengemukakan bahwa geografi sangat berkaitan
erat dengan sistem keruangan, yakni ruang yang menempati permukaan
bumi.Geografi selalu berkaitan dengan hubungan timbal balik antara manusia
dan habitatnya. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1)
adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia, (2) hubungan
tersebut bisa bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan
konteksnya, (3) cara memadang hubungan itu bersifat keruangan. Geografi
mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa, kegiatan ekonomi,
pencemaran, rute transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya) untuk
menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi
selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan
dengan pemahaman itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.

3.1. Pengertian Geografi


Di Indonesia, berdasarkan hasil Seminar dan Lokakarya Geografi tahun
1998 di Semarang, para ahli geografi Indonesia berkumpul dan kemudian
merumuskan konsep bersama tentang geografi. Para ahli geografi Indonesia
mengemukakan bahwa geografi adalah ”ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau
kelingkungan dalam konteks keruangan”.

3.2. Ruang Lingkup Geografi


Studi geografi selalu menganalisis gejala manusia dan gejala alam dari
segi lokasi dan persebaran fenomena di permukaan bumi, serta mencari
interelasi dan interaksinya dalam ruang tertentu. Rhoad Murphey
mengemukakan tiga pokok ruang lingkup geografi, yaitu sebagai berikut:
1. Persebaran dan keterkaitan penduduk di muka bumi dengan sejumlah
aspek-aspek keruangan serta bagaimana manusia memanfaatkannya.
2. Interaksi manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu
bagian dari keanekaragaman wilayah
3. Kajian terhadap region dan analisis dari region yang mempeunyai ciri
khusus.

3.3. Objek Studi Geografi


Para ahli geografi Indonesia yang tergabung dalam IGI sepakat, bahwa
objek studi geografi terdiri dari dua bagian pokok, yakni:
1. Objek material geografi adalah fenomena geosfer terdiri atas litosfer,
atmosfer, hidrosfer, bisfer, dan antroposfer. Misalnya pola permukiman
desa-kota, DAS, bentangan alam, cuaca dan iklim.
2. Objek formal geografi adalah cara memandang dan berpikir terhadap
objek material geografi dari sudut pandang keruangan dalam kontek
kewilyahan dan kelingkungan. Objek formal meliputi hal-hal sbb: - pola
dari sebaran gejala tertentu di muka bumi (spatial pattern) - keterkaitan
sesame antar gejala (spatial system) - perkembangan yang terjadi pada
gejala tersebut (spatial processes)

Obyek material geografi seperti yang dikemukakan di atas adalah


fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan
antroposfer.Obyek material ini sebenarnya juga menjadi bidang kajian dari
berbagai disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan
disiplin ilmu lain. Misalnya obyek material seperti tanah atau batuan juga
menjadi bidang kajian bagi ilmu geologi, agronomi, fisika, dan kimia.
Untuk membedakan disiplin ilmu geografi dengan disiplin ilmu lainnya
dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa
pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material.
Dalam konteks itu geografi memiliki pendekatan spesifik yang membedakan
dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan
keruangan (spatial approach).Selain pendekatan keruangan tersebut dalam
geografi juga dikenal adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach),
dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).

IV. Kegiatan Belajar 2: HAKIKAT GEOGRAFI


Studi geografi pada hakikatnya merupakan pengkajian keruangan
tentang fenomena dan masalah kehidupan manusia.Studi itu disusun
berdasarkan hasil observasi berbagai fenomena di lapangan.Hasil observasi di
lapangan akan membentuk pola abstrak dari fenomena yang diamati. Pola
abstrak itulah yang disebut konsep geografi. Oleh karena itu, tanpa kerja
lapangan tidak akan menghasilkan konsep tentang hakikat fenomena dan
masalah kehidupan yang sebenarnya. Guna menghasilkan konsep fenomena
geografi diperlukan analisis fenomena manusia, fenomena alam, sertapersebaran
dan interaksinya dalam ruang. Adapun untuk menunjukkan dan menjelaskan
fenomena tersebut dipermukaan bumi diawali dengan mengajukan enam
pertanyaan pokok. Yaitu what, where, why, who, dan how (5W 1H). Misalnya
untuk menjelaskan fenomena kelaparan maka pertanyaan yang diajukkan adalah
apa yang terjadi, di mana fenomena itu terjadi, kapan fenomena itu terjadi,
mengapa fenomena itu terjadi, siapa saja yang sedangmengalami, dan
bagaimana usaha untuk mengatasinya.
4.1. Konsep Geografi
Setiap pengetahuan selalu memiliki konsep-konsep dasar, begitu halnya
dengan geografi. Pada ilmu geografi terdapat sepuluh konsep dasar esensial,
yaitu:
1. Konsep lokasi, yaitu letak di permukaan bumi. Monas terletak di
Jakarta
2. Konsep jarak, yaitu jarak antara satu tempat dengan tempat yang lain.
Harga tanah di desa murah karena jauh dari pusat keramaian kota.
3. Konsep keterjangkauan, yaitu hubungan suatu tempat dengan tempat
lainnya (jalan, komunikasi, dll). Masyarakat Badui terbelakang karena
terisolir dengan masyarakat lain.
4. Konsep pola,yaitu adanya pola persebaran suatu fenomena, seperti
permukiman memanjang, memusat atau tersebar. Pemukiman
penduduk nelayan memanjang mengikuti garis pantai.
5. Konsep morfologi, yaitu bentuk permukaan bumi sebagai hasil
tenaga eksogen dan endogen ( misalnya pulau, peguungan, daratan,
lereng dan lembah. Setiap permukaan bumi mempunyai manfaat yang
berbeda-beda bagi manusia. Misalnya di daerah pegunungan cocok
untuk pertanian sayur-sayuran dan perkebunan.
6. Konsep aglomerasi, pemusatan penimbunan suatu kawasan. (industri,
pertanian, permukian). Masyarakat umumnya mengelompok dengan
warga yang mempunyai tingkat kehidupan sejenis. Oleh karena itu
muncul istilah daerah elit, kumuh (slum).
7. Konsep nilai kegunaan, berkaitan dengan manfaat dari fenomena
yang ada di permukaan bumi yang bersifat relative. Misalnya daerah
wisata mempunyai nilai kegunaan yang berlainan bagi setiap orang, ada
orang yang datang ke daerah wisata hanya sekali bahkan ada yang
berulang kali.
8. Konsep interaksi dan interdependency, yaitu peristiwa saling
mempengaruhi antar berbagai fenomena geosfer. Misalnya interaksi
antara desa dan kota. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam
memanfaatkan potensi sumber daya antara di desa dan di kota.
9. Konsep diferensiasi area, berkaitan dengan perbedaan corak antar
wilayah di permukaan bumi, dengan ciri khusus yang dapat dibedakan
dengan wilayah lain atau dikenal dengan istilah region. ( Asia
Tenggara, Asia Selatan dan Amerika Selatan)
10. Konsep keterkaitan keruangan, yaitu hubungan persebaran suatu
fenomena dengan fenomena lain di suatu tempat. Misalnya pegunungan
mempunyai suhu lebih rendah daripada di daerah dataran rendah. Oleh
karena itu sayuran, teh dan pinus dapat tumbuh dengan baik di daerah
pegunungan.

4.2. Prinsip-prinsip Geografi


Prinsip geografi menjadi dasar pada uraian pengkajian (studi) dan
pengungkapan gejala, variasi, faktor-faktor maupun masalah geografi. Secara
teoritis prinsip geografi terdiri dari:
1. Prinsip penyebaran, yaitu gejala dan fakta geografi, baik menyangkut
keadaan alam maupun kemanusiaan yang tersebar luas di permukaan
bumi. Penyebaran tersebut tidak merata antara wilayah satu dengan
wilayah hubungan (relasi) gejala/factor yang satu dengan yang lain.
lainnya. dengan melihat dan menggambarkan gejala dan fakta pada
peta, kita dapat mengungkapkan
2. Prinsip interelasi, yaitu interelasi dalam ruang yang menyatakan bahwa
terdapat saling berhubungan antara gejala satu denga gejala lainnya
atau antara factor yang satu dengan factor lainnya dalam suatu ruang
tertentu.
3. Prinsip deskriptif, yaitu prinsip untk memberikan penjelasan atau
gambaran lebih jauh tentang gejala atau masalah yang dipelajari atau
sedang diselidiki. Deskripsi ini digunakan untuk menjelaskan sebab-
sebab interaksi dan interkasi antara factor yang satu dan lainnya. Dalam
kerangka kerja geografi prinsip ini tidak dapat ditinggalkan.
4. Prinsip korologis atau prinsip keruangan, bahwa dalam prinsip ini
gejala-gejala, fakta-fakta, dan masalah-masalah geografi ditinjau dari
penyebaran, interelasi, dan interaksinya dalam hubungannya terdapat
pada ruang tertentu. Yang dimaksud dengan ruang ini adalah permukaa
bumi, baik secara keseluruan maupun sebagian.

4.3. Pendekatan Geografi


Geografi sebagai ilmu kebumian selalu mengkaji hubungan timbal
balik antara fenomena dan permasalahannya dengan pendekatan keruangan,
ekologi, dan kompleks wilayah.
1. Pendekatan keruangan (spatial approach) Pendekatan keruangan
mencoba mengkaji adanya perbedaan tempat melalui penggambaran,
letak distribusi, relasi, dan interelasinya. Sebagai contoh adalah teori
difusi yang menelaah adanya penjalaran atau pemekaran fenomena
dalam ruang (space) dan dimensi waktu (time).
2. Pendekatan kelingkungan (ecological approach) Pendekatan ini
pberdasarkan interaksi organisme dengan lingkungannya. Dalam suatu
ekosistem jika ada satu elemen berkembang diatas batas maksimal,
maka elemen yang lain akan mengalami penurunan kualitas dan
kuantitas.
3. Pendekatan kompleks wilayah Pendekatan kompleks wilayah
merupakan gabungan antara pendekatan keruangan dan ekologi.
Disebut kompleks wilayah tertentu (areal differentiation). Karena suatu
anggapan bahwa interaksi antarwilayah akan berkembang bila terdapat
permintaan dan penawaran antarwilayah tersebut. Dalam hubungan
kompleks wilayah ini, ramalan wilayah (region forecasting) dan
perencangan wilayah (regional planning) merupakan aspek-aspek yang
menelaah fenomena tertentu pada suatu region/wilayah secara fisik atau
sosial. Region adalah suatu bagian permukaan bumi yang memiliki
karakteristik (cirri khas yang sama), sehingga dapat dibedakan dengan
daerah sekitarnya.

4.4. Aspek Geografi


Aspek geografi terdiri dari asek fisik dan aspek sosial. Aspek fisik
mengkaji semua fenomena yang terdapat dan terjadi di geosfer meliputi litosfer,
atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Aspek sosial mengkaji manusia dan
kehidupannya di muka bumi. Di dalam hal ini geografi mempelajari persebaran
dan keaneka ragaman budaya. Contoh aspek fisik berupa litosfer mengenai
dataran tinggi dan aspek sosial geografi dalam kehidupan sehari-hari.Kondisi
fisik di daerah dataan tinggi suhu uadar dingin, tanah subur berada di jalur
pegunungan sehingga penduduk memanfaatkan daerah dataran tinggi untuk
usaha perkebunan sebagai mata pencaharian kehidupan sehari-hari.
Menurut Hagget, cabang geografi dibagi atas; (1) Geografi fisik yang
mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah,
air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah
gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia.
Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan
manusia. (2) Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek
kajiannya keruangan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini
termasuk kependudukan, aktivitas manusia yang meliputi aktifitas ekonomi,
aktifitas politik, aktifitas sosial dan aktifitas budayanya. Dalam melakukan studi
aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi
penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman dan
geografi sosial.
Selain itu menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri
atas: (1) Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah
dan hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman,
dan geografi tata guna lahan. (2) Geografi Manusia meliputi geografi budaya
(geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi kota), Geografi ekonomi
(geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi) geografi politik. (3)
geografi regional.
BAB V
DASAR – DASAR SEJARAH

I. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Agar mahasiswa bertitik tolak dari pengalaman dan pengetahuannya ia
dapat mengetahui, memahami, menerapkan dan menganalisis konsep
sejarah dan perkembangannya.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


1. Agar Mahasiswa dapat mengetahui konsep-konsep dasar Sejarah
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengidentifikasi
ruang lingkup Sejarah
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengidentifikasi
manfaat sejarah bagi kehidupan manusia.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mengidentifikasi
adanya kekuatan sejarah.
III. KEGIATAN BELAJAR 1: Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu
Sejarah.

Sejarah, apa yang terbesit dipikiran anda jika anda mendengar


katasejarah?, mungkin yang ada dibayangan anda peristiwa masa
lampau,peristiwa seperti apakah yang dimaksud?Agar kita lebih memahami apa
arti sejarah itu kita akan membahasasal usul nama sejarah.
Kata sejarah berasal dari bahasa arab, syajaratun yang berarti
pohon.Menurut bahasa arab sejarah sama artinya dengan sebuah pohon yang
terusberkembang dan tumbuh, mulai bibit yang kemudian tumbuh menjadi
sebuahpohon yang sangat kompleks, dan setiap bagianya mempunyai cerita
tentangproses tumbuhnya masing-masing.
Sejarah adalah dalam bahasa Inggris juga disebut History,
yangmerupakan bahasa Yunani yaitu histories yang bermakna suatu
penyelidikanatau pengkajian.Makna dari kedua kata tersebut adalah sesuatu
yang terjadipada masa lampau kehidupan manusia. Oleh karena itu sejarah dan
manusiatidak akan terpisahkan karena manusialah yang membuat dan
mengendalikansejarah.Sejarah menurut para ahli mempunyai makna yang
berbeda-bedadintaranya :
1. Herodotus, sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu kitaranjatuh-
bangunya seseorang tokoh, masyarakat, dan peradapan.
2. Aristoteles, Sejarah merupakan satu sistem yang mengira kejadiantersusun
dalam bentuk kronologi dan semua peristiwa masa lalumempunyai catatan
dan bukti – bukti yang kuat.Pengembangan content pembelajaran digital
mengunakan media berbasis web pada mata pelajaran sejarah.
3. Ibnu Kaldun, catatan tentang tentang masyarakat umat manusia
atasperadapan dunia dan tentang perubahan-perubahan yang terjadi
padawatak masyarakat itu.
4. R.Moh.Ali Sejarah merupakan cerita tentang perubahan-
perubahan,kejadian-kejadian, dan peristiwa yang merupakan realistis.
5. Mohamad Hatta dalam bukunya Pengantar ke Jalan Ilmu
Pengetahuanmengemukakan bahwa sejarah dalam mewujudkan
memberikanpengertian dari masa lampau, ia menggambarkan dinamika
kitasebagai bentuk rupa dari masa lampau.
Meskipun sejarah bukangambaran yang sebenarnya tetapi sebagai
gambaran yangdimudahkan supaya kita mengenal rupanya.Setelah anda
mengetahui asal nama sejarah menuru para ahli, namunada pertanyaan apakah
semua peristiwa masa lampau bisa dikatagorikansebagai sebuah peristiwa
sejarah? tentu jawannya tidak, untukmembedakan sebuah peristiwa atau bukan,
kita harus mengetahui prinsipdasar ilmu sejarah dibawah ini.

Konsep sejarah
Sejarah memiliki 3 buah konsep yaitu :
1. Perubahan.
2. Waktu.
3. Kotinuitas.
Unsur-unsur sejarah.
1. Manusia, sebagai pemegang peran.
2. Ruang, menunjukan dimana peristiwa itu terjadi.
3. Waktu, menunjukan kapan peristiwa itu terjadi.

Ciri-ciri utama sejarah.


1. Peristiwa tersebut hanya terjadi satu kali ( unik ).
2. Peristiwa tersebut penting dan besar pengaruhnya.
3. Peristiwa tersebut abadi ( dikenang sepanjang masa ).

IV. KEGIATAN BELAJAR 2: Manfaat Sejarah.


1. Sejarah sebagai ilmu, sejarah memberikan pengetahuan dan
tentangkehidupan masa lampau. Oleh karena itu sejarah digunakan
sebagaipedoman atau sebagai pengalaman yang berharga dalam
hidupberbangsa pada saat ini khusunya untuk masa mendatang.
2. Sejarah sebagai insipiartif, manfaat sejarah sebagai inspirasi terutamabagi
yang mempelajari sejarah. Menimbulkan inspirasi baru bagikehidupan di
masyarakat ataupun untuk membuat suatu kebijakandimasa mendatang.
3. Sejarah sebagai rekreatif, manfaat sejarah juga sebagai rekreatif,dimana
diharapkan sejarah akan selalu diingat sampai kapanpun.

Sumber-Sumber Data Sejarah


a). Sumber-sumber Sejarah
Polisi memerlukan bukti – bukti yang kuat ketika menangkap
seorangpelaku kejahatan, tanpa bukti yang cukup kuat polisi tidak
dapatmenjebloskan pelaku ke jeruji penjara.begitu juga dengan peristiwa
sejarahharus memiliki sumber yang kuat dan akurat, tanpa bukti dan sumber
yangkuat peristiwa tersebut bukan dikategorikan peristiwa sejarah.Sumber
adalah pusaran atau titik awal muncul dalam sejarah sumbersering dikaitkan
dengan bukti yang menunjukan bahwa peristiwa tersebutpernah terjadi pada
masa lampau.Sumber dapat dibedakan menjadi :
1. Sumber lisan ( wawancara, rekaman ) .
2. Sumber bukan tulisan, (sumber tertulis, sumber benda).
Dalam klasifikasinya sumber berupa data terbagi menjadi
a. Sumber Primer.Sumber utama contoh (arsip, prasasti, babat, dll)
b. Sumber Skunder.Sumber kedua (koran, majalah, buku sejaman)
c. Sumber Tersier.Sumber pendukung (buku, karya ilmiah)

Fakta Sejarah.
Fakta dalam sejarah diartikan sebagai kesimpulan dari kenyataan
yangdiperoleh dari penyelidikan terhadap sumber dan dokumen.
1. Manifak, Fakta Mentah.
2. Sosiofak, Fakta Sosial.
3. Artefak

Periodesasi dan Kronologis Sejarah Indonesia.


Dapat kita bayangkan jika buku yang terdapat diperpustakaan
tidakdikatgorikan atau disusun menurut katalaog, tentunya kita akan
kebingungansaat mencari buku di antara tumpukan buku ynag tidak teratur,
begitu jugadengan peristiwa sejarah, diperlukan peridesaasi untuk
mempermudahmenggolongkanya.Periodesasi, pembabakan atau pengurutan
ialah pengelompokanperistiwa-peristiwa historis yang menonjol dalam suatu
kesatuan kronologis(waktu) tertentu, bersasarkan pengertian tersebut sebagai
contoh periodesasidi sejarah Indonesai : (1). Zaman pra sejarah, (2) Zaman
Hindu –Budha, (3)Zaman pengaruh Islam. (4) Zaman pengaruh barat dan
seterusnya.

Jenis – Jenis sejarah


1. Sejarah Lokal.
Sejarah lokal bertujuan untuk menyajikan peristiwa yang terjadi pada
satudaerah saja, dan tidak menyebar atau berdampak pada
daerahlainya.contohnya antara lain Kembang Jepun, Pembrontakan petani
diGedangan dan lain sebagainya

2. Sejarah Nasional
Sejarah nasional mengkaji perstiwa-peristiwa dalam lingkup
negara,peristiwa tersebut mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sosial,
ekonomi,politik maupun budaya suatu bangsa, contohnya : Peristiwa
Proklamasikemerdekaan 1945.

3. Sejarah Dunia.
Sejarah dunia membahas peristiwa-peristiwa yang mempunyaiperistiwa
terhadap kehidupan masyarakat internasional/dunia, misalnyaperang dunia ke-1
atau ke-2.

4. Sejarah Geografi
Kajian sejarah Geografi mengkaji permukaan bumi dan kaitanya
dengankehidupan maunisia, contohnya proses terbentuknya alam maupun
prosesevolusi manusia purba.

5. Sejarah Ekonomi.
Sejarah ekonomi mengakaji manusia mengekploitasi sumber dayaalam,
menghasilkan barang dagang, pola ekonomi dan persebaran kegiatanmanusia
serta seluk beluknya, contohnya alat pembayaran yang digunkanoleh masyarakat
Majapahit, dan lain-lain

6. Sejarah Sosial
Sejarah sosial mengkaji kegiatan manusia dimasyarakat
denganinterrelasi ilmu sosial dengan melibatkan manusia lingkunganya, serta
sebabakibatyang terjadi.Contohnya aksi protes buruh di Surabaya
pascakemerdekaan.

7. Sejarah Politik
Secara umum sejarah politik diartikan kegiatan suatu negara
yangberhubungan dengan proses untuk menentukan tujuan-tujuan yang
dipiliholeh suatu negara dalam rangka mencapai tujuan yang akan dicapai
olehnegara itu sendiri. Contoh sejarah politik adalah, upaya bangsa
Indonesiauntuk merdeka dengan melakukan perundingan Meja Bundar
Kekuatan sejarah
Orang yang sedang memancing di pinggir sungai dan senar pancingnya
dibawa arus, pasti berpikir bahwa air di tempat itu deras, lalu ia berpindah
tempat, sesuai dengan naluri pemancingannya. Akan tetapi, yang sering
dilupakannya ialah air itu menjadi deras karena tanahnya terlalu miring. Bahkan
ia lupa bahwa air itu mengalir ke bawah, karena tanah di bawah sungai itu
menurun.
Demikian juga kalau kita sedang menunggu Angkutan Kota di pinggir
jalan, kita hanya melihat bahwa mobil-mobil hilir mudik. Yang kita lupakan
ialah jalan itu berhubungan dengan jalan lain terus-menerus dan membentuk
jaringan. Tanah miring yang menggerakan air sungai diatasnya dan jaringan
jalan tempat Angkutan Kota dan mobil-mobil hilir mudik itu adalah kekuatan-
kekuatan sejarah yang menggerakan tetapi luput dari pandangan karena
letaknya yang tersembunyi atau terlalu abstrak untuk di
bayangkan.Demikianlah, orang hanya mengenal peristiwa-peristiwa di
permukaan, tetapi tidak mengetahui apa yang memungkinkan peristiwa itu
terjadi.
Carl G.Gustavson dalam A Preface of History mengidentifikasi enam
kekauatan sejarah, yaitu (1) ekonomi, (2) agama, (3) institusi (terutama politik),
(4) teknologi, (5) ideology, dan (6) militer. Kita masih dapat menambahkannya:
(1) individu, (2) seks, (3) umur, (4) golongan, (5) etnis dan ras, (6) mitos dan (7)
budaya.

Ekonomi sebagai kekautan sejarah.


Dari sejarah dunia kita belajar bahwa terciptanya Jalan Sutera dari
Tiongkok ke Eropa ialah karena kepentingan ekonomi.Eksplorasi Eropa ke
dunia Timur sebagian besar karena alas an ekonomi. Kedatangan orang-orang
Eropa di Amerika bagian selatan, perdagangan perbudakan, dan kedatangan para
pengejar “ American Dream” karena alas an itu pula.
Barangkali karena alas an ekonomilah Trunojoyo menyerang Mataram;
Madura selalu bersaing dengan Jawa; dank arena blockade Belanda telah
menghentikan arus ekonomi dari Jawa ke Madura, terpaksalah sebagian elit
politik Madura menerima pembentukan Negara Madura sesudah Proklamasi
1945.

Agama sebagai kekuatan sejarah.


Munculnya agama Kristen, masuknya Kristen ke Eropa, dan
terbentuknya Zaman Pertengahan di Eropa sebagian besar dapat dijelaskan
dengan agama.Demikian juga gerakan Kontra-Reformasi.
Pada zaman pergerakan nasional, gerakan yang khusus keagamaan
diantaranya ialah Muhammadiyah (1912) dan Nahdlatul Ulama
(1926).Muhammadiyah adalah gerakan “amar ma’ruf nahi munkar” yang
berusaha kembali kepada sumbernya yaitu al-Qur’an dan Hadist. Karena itu ia
harus menghadapi budaya Jawa yang dianggap penuh kurafat dan ajaran Islam
yang ada dianggap penuh bid’ah. Reaksi terhadap Muhammadiyah yang
antimazhab dan Syarekat Islam yang penuh politik, lahirlah Nahdlatul Ulama
yang menegaskan kembali pentingnya mazhab yang jumlahnya empat (Syafi’i,
Hambali, Maliki dan Hanafi) dan sebuah gerakan agama yang non politik.
Institusi sebagai kekuatan sejarah.
Sejak zaman klasik, Yunani selalu bermusuhan dengan Sparta dan
Persia karena perbedaan institusi.Yunani selalu digambarkan sebagai sebuah
Republik yang demokratis sementara Sparta dan Persia adalah tirani.Dalam
sejarah Indonesia, institusi, terutama Negara juga merupakan kekuatan yang
menggerakan sejarah.Yang akan menulis sejarah politik, mungkin puas dengan
melihat institusi politik. Akan tetapi, bagi penulis sejarah social atau sejarah
ekonomi dapat melihat kekuatan sejarah di belakang institusi.Sejarah itu bisa
berlapis-lapis.

Ideologi sebagai kekuatan sejarah.


Gerakan Nasionalisme merupakan ideology yang melahirkan banyak
lembaga politik.Sebagai gerakan yang dipengaruhi oleh romantisme,
nasionalisme juga juga mempunyai pengaruh dalam kesusastraan.Poedjangga
Baroe yang didefinisikan seni sebagai gerakan sukma, terbagi ke dalam dua
kubu.Kubu pertama melihat Indonesia lebih sebagai Timur dan kubu kedua yang
lebih memilih Barat sebagai model.

Militer sebagai kekuatan sejarah.


Selain bangsa Belanda, pada zaman Belanda diangkat orang-orang
Indonesia sebagai tentara.Para raja pribumi juga diwajibkan untuk membentuk
pasukan.Demikianlah, misalkan, Barisan Madura dipakai Belanda untuk
memadamkan Perang Aceh.Dalam Perang Dipenogoro peran serdadu Belanda
tidak terpisahkan dari penyelesaian perang.Mereka lebih professional dari
tentara Dipenogoro yang kebanyakan pasti direkrut dari penduduk.Dan masih
banyak lagi komponen lainnya yang menjadi kekuatan sejarah. Kekuatan sejarah
itu berjalan seperti api dalam sekam.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarjo, Miriam, 2005.Dasar Dasar Ilmu Politik. Gramedia, Jakarta.
Daldjoeni, 1996. Perkembangan Filsafat Geografi - Dari Herodotus
sampai Hagget, Pernerbit Alumni, Bandung
Koswara Ekom, 1996. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan
Otonomi Daerah di Indonesia: Suatu Studi tentang
Pelaksanaan Otonomi Daerah dengan titik berat
pada Daerah Tingkat II Menurut UU No. 5 Tahun
1974, UGM Press, Jogjakarta.
Dadang Supardan, 2008. Pengantar Ilmu Sosial-Sebuah Kajian
Pendekatan Struktural, Bina Aksara, Jakarta.
Sumaatmadja Nursid, 1988. Studi geografi-Suatu Pendekatan dan
Analisa Keruangan, Alumni, Bandung.
Soekanto Sarjono, 1986. Sosiologi-Suatu Pengantar, Rajawali Press,
Jakarta.
Selom Sumardjan, 1965. Perkembangan Ilmu Sosiologi di Indonesia,
Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial UI, Jakarta.
Sjamsudin Helius, 1996. Metodologi Sejarah, Depdikbud, Jakarta.
Rhoads Murphey, 1969.An Introduction to Geography 2nd Edition, Rand
McNally & company, Chicago.
Isjwara, F1974. Pengantar Ilmu Politik. Bina Cipta. Bandung.
Syafiie, Kencana Inu, 1997. Ilmu Politik. Rineka Cipta, Jakarta.
http://feedfury.com/content/pendekatan_penelitian_sejarah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Politik.html
http://pengantarilmupolitik.blogspot.com

You might also like