Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang mempunyai satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbit terluarnya (1,2). Adanya
elektron yang tidak berpasangan ini menjadikan radikal bebas sangat labil dan
bersifat reaktif (3). Keadaan tersebut menyebabkan radikal bebas bereaksi dengan
cara mengikat elektron dari molekul sel yang stabil didekatnya. Molekul yang
kehilangan elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai
suatu reaksi berantai, yang akhirnya terjadi kerusakan sel tersebut (4,5).
Pengambilan elektron oleh radikal bebas dapat juga disebut sebagai suatu
sel hidup (1). Radikal bebas yang dapat merusak sel dapat berasal dari dalam
maupun luar tubuh (6). Makanan berlemak termasuk junk food atau makanan
dengan kadar lemak tinggi seperti yang terdapat dalam kuning telur dan mentega
merupakan salah satu sumber kolesterol “Low Density Lipoprotein” (LDL) (7).
“Low Density Lipoprotein” mudah teroksidasi oleh radikal bebas dan sangat
terbentuknya benjolan pada dinding pembuluh darah yang disebut sebagai plak
1
Istilah aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani, yang berarti penebalan
tunika intima arteri (sklerosis, penebalan) dan penimbunan lipid (atere, pasta)
yang mencirikan lesi yang khas. Dalam proses patogenesisnya, dinding pembuluh
darah arteri terpajan oleh berbagai agen iritan yang dapat menyebabkan cedera
pada tunika intima yang merupakan awal terjadinya proses inflamasi kronis
dinding arteri dan mengakibatkan timbulnya ateroma atau plak ateromatosa. Plak
ateromatosa ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu sel (termasuk sel otot
elastik dan proteoglikan) dan lemak (intrasel dan ekstrasel) (8,9). Dari banyak
oksigen yang akan mendeaktifasi nitrat oksida, yang merupakan faktor pelemas
endotel utama (9,10). Pemajanan radikal bebas dalam sel endotel dinding arteri
monosit, migrasi sel otot polos subendotel, dan penimbunan lipid dalam makrofag
dan sel-sel otot polos. Apabila terpajan dengan LDL yang teroksidasi, makrofag
akan menjadi sel busa, yang beragregasi dalam lapisan intima dan terlihat secara
makroskopik sebagai bercak lemak. Pada akhirnya, deposisi lipid dan jaringan
ikat serta adanya proliferasi sel otot polos dan matriks ekstrasel akan mengubah
2
Ateroma atau plak aterosklerotik yang ada di dinding pembuluh darah
bersifat rapuh dan mudah pecah, menyebabkan inti bagian dalam plak terpajan
dengan LDL yang teroksidasi dan meninggalkan luka pada dinding pembuluh
darah yang dapat mengaktifkan pembentukan bekuan darah (7,8). Di arteri kecil,
plak aterosklerotik dapat menyumbat lumen dan mengganggu aliran darah distal.
Selain itu, plak aterosklerotik ini dapat mengalami kerusakan dan memicu
terbentuknya trombus yang semakin menghambat aliran darah dan bahkan dapat
terbentuknya aneurisma yang dapat pecah (9). Jika aterosklerosis terjadi di dalam
arteri yang menuju ke otak (arteri karotid), maka dapat terjadi stroke. Jika terjadi
di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri koroner), dapat terjadi serangan
jantung (11-13).
jauh lebih jarang terjadi di Amerika tengah dan selatan, Afrika, dan Asia karena
aterosklerosis di Amerika Serikat, termasuk yang paling tinggi di dunia dan enam
kali lebih besar daripada di Jepang (9). Dalam beberapa dekade terakhir telah
kesehatan. Antara tahun 1963 dan 2000 terjadi penurunan sekitar 50 % angka
stroke, suatu penurunan mortalitas yang dapat meningkatkan usia harapan hidup
3
rerata sebesar 5 tahun di Amerika Serikat (9,14). Berdasarkan penelitian WHO
penyakit yang didasari oleh aterosklerosis seperti stroke dan penyakit jantung
disebabkan oleh penyakit jantung (42,9 %), stroke (25,9 %), paru (12,5 %),
kanker (5,4 %) dan penyakit lain (< 4 %) dan perkembangan angka kematian yang
(15,16).
bagi penulis untuk mengulas lebih mendalam mengenai peran radikal bebas dalam
dalam usaha diagnosis dan preventif yang lebih berdaya guna, untuk menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi serta dalam upaya untuk
I.2 Tujuan
4
I.3 Manfaat
a. Bagi Pendidikan
aterosklerosis.
b. Bagi Penulis
tinjauan pustaka.
c. Bagi Masyarakat
kesehatan di masyarakat.
5
I.4 Bahan dan Cara Kerja
1. Bahan
masalah.
2. Cara Kerja
6
BAB II
RADIKAL BEBAS
Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki elektron
tidak berpasangan pada orbit terluarnya. Radikal bebas juga merupakan suatu
kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau
Atom terdiri dari nukleus yang terdiri dari neutron dan proton, dan
elektron yang mengelilingi inti. Jumlah proton (bermuatan positif) dalam nukleus
tersebut. Elektron pada kulit terluar berperan dalam reaksi kimia dan merupakan
Elektron mengelilingi, atau mengorbit suatu atom dalam satu atau lebih lapisan.
Jika satu lapisan penuh, elektron akan mengisi lapisan kedua. Lapisan kedua akan
terpenting sebuah atom dalam menentukan sifat kimianya adalah jumlah elektron
pada lapisan luarnya. Suatu bahan yang elektron lapisan luarnya penuh tidak akan
7
terjadi reaksi kimia. Karena atom-atom berusaha untuk mencapai keadaan
stabilitas maksimum, sebuah atom akan selalu mencoba untuk melengkapi lapisan
radikal bebas sangat reaktif, sehingga mempunyai spesifitas kimia yang rendah
dan dapat bereaksi dengan berbagai molekul lain, seperti protein, lemak,
karbohidrat, dan DNA. Untuk mendapatkan stabilitas kimia, radikal bebas tidak
dapat mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama dan segera berikatan
dengan bahan sekitarnya. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil yang
terdekat dan mengambil elektron, zat yang terambil elektronnya akan menjadi
radikal bebas juga sehingga akan memulai suatu reaksi berantai, yang akhirnya
terjadi kerusakan sel tersebut (6,16). Struktur atom dan radikal bebas dapat dilihat
pada gambar 1.
8
Gambar 1. Struktur Kimia Radikal Bebas.
Sumber : Arief. (2002) (17)
9
1. Pemecahan satu molekul normal secara homolitik menjadi dua. Proses ini
jarang terjadi pada sistem biologi karena memerlukan tenaga yang tinggi
Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen
hipoklorus (HOCl), hidrogen peroksida (H2O2), radikal alkoxil (LO-), dan radikal
peroksil (LO-2). Radikal bebas yang mengandung karbon (CCL 3-) berasal dari
oksidasi radikal molekul organik. Radikal yang mengandung hidrogen hasil dari
penyerangan atom H (H-). Bentuk lain adalah radikal yang mengandung sulfur
yang diproduksi pada oksidasi glutation menghasilkan radikal thiol (R-S) (17).
pada tabel I.
10
O2· Radikal Superoksida (Superoxide radical)
Radikal bebas yang ada di tubuh manusia berasal dari 2 sumber (17):
A. Sumber Endogen
1) Autoksidasi
oksigen. Superoksida merupakan bentukan awal radikal. Ion ferrous (Fe II) juga
2) Oksidasi enzimatik
jumlah yang cukup bermakna, meliputi xantin oksidase (aktifasi pada reperfusi
11
oksidase. Enzim mieloperoksidase hasil aktifasi netrofil, memanfaatkan hidrogen
peroksida untuk oksidasi ion klorida menjadi suatu oksidan yang kuat asam
hipoklor (17).
B. Sumber Eksogen
1) Obat-obatan
methotrexate, yang memiliki aktifitas pro-oksidan. Selain itu, radikal juga berasal
2) Radiasi
dan radiasi partikel (partikel elektron, proton, neutron, alfa, dan beta)
komponen seluler seperti air. Radikal primer tersebut dapat mengalami reaksi
sekunder bersama oksigen yang terurai atau bersama cairan seluler (17).
3) Asap rokok
12
tembakau menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel paru (in vivo) melalui
hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam jumlah yang sangat besar,
meliputi aldehida, epoksida, peroksida, dan radikal bebas lain yang mungkin
deposisi besi dalam jaringan paru perokok. Besi dalam bentuk tersebut
neutrofil dalam saluran napas, yang berperan pada peningkatan lebih lanjut
a. Peroksidasi lemak
Membran sel kaya akan sumber “Poly Unsaturated Fatty Acid” (PUFA),
13
merupakan suatu proses berkelanjutan. Pemecahan hidroperoksida lemak
LH + R· → L·+ RH
L· + O2 → LOO·
b. Kerusakan protein
Protein dan asam nukleat lebih tahan terhadap radikal bebas daripada
cepat. Serangan radikal bebas terhadap protein sangat jarang kecuali bila
sangat ekstensif. Hal ini terjadi hanya jika radikal tersebut mampu
berakumulasi (jarang pada sel normal), atau bila kerusakannya terfokus pada
c. Kerusakan DNA
menjadi suatu reaksi berantai, biasanya kerusakan terjadi bila ada lesi pada
susunan molekul, apabila tidak dapat diatasi, dan terjadi sebelum replikasi
maka akan terjadi mutasi. Radikal oksigen dapat menyerang DNA jika
terbentuk di sekitar DNA seperti pada radiasi biologis (17). Seperti yang
14
Gambar 2. Sumber radikal bebas yang menyebabkan kerusakan DNA.
Sumber : Dimas. (2010) (6)
BAB III
HIPERKOLESTEROLEMIA
(dislipidemia) di mana kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dl.
atas nilai normal serta penurunan kolesterol “High Density Lipoprotein” (HDL)
(18,19).
15
Kadar kolesterol yang tinggi di dalam darah mempunyai peran penting
Begitu juga sebaliknya, di mana makin rendah kadar kolesterol maka makin
besarnya kadar kolesterol LDL dan HDL. Penurunan Kolesterol LDL sebesar
(18,19).
I” (MONICA) tahun 1988 sebesar 13,4 % untuk wanita dan 11,4 % untuk pria.
Pada MONICA II tahun 1994 didapatkan meningkat menjadi 16,2 % untuk wanita
200-248 mg/dL atau mencapai 10,9 % dari total populasi pada tahun 2004.
Penderita pada generasi muda, yakni usia 25-34 tahun, mencapai 9,3 %. Wanita
menjadi kelompok paling banyak menderita masalah ini, yakni 14,5 %, atau
16
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Bisa
penyakit lain seperti diabetes melitus, sindroma nefrotik serta faktor kebiasaan
diet lemak jenuh (“saturated fat”), kegemukan dan kurang olahraga (18,19).
nutrisi dan faktor lingkungan lainnya serta memiliki lebih dari satu dasar
Penyakit yang diturunkan ini terjadi akibat adanya defek gen pada
LDL tidak ada, hati kemudian memproduksi VLDL yang banyak ke dalam
kadar kolesterol total mencapai 600 sampai 1000 mg/dL atau 4 sampai
6 kali dari orang normal. Banyak pasien ini meninggal sebelum berumur
Kegemukan
17
Pada tubuh manusia, reseptor LDL menangkap LDL yang tidak
teroksidasi dan disimpan di dalam sel tubuh. Jika sudah berlebih, LDL
oksidan LDL ditangkap oleh makrofag dan kemudian menjadi sel busa dan
sel busa dari LDL yang teroksidasi dan menyebabkan terbentuknya plak
18
Gambar 3. Proses terjadinya aterosklerosis. Dimulai dari cedera pada endotel pembuluh darah
oleh karena faktor hipertensi, merokok, makan makanan yang mengandung banyak lemak,
oksidasi LDL, diabetes melitus, zat vasoaktif dan sitokin.
19
Diabetes melitus (DM) TG ↓ dan HDL ↓
Penyalahgunaan alkohol TG ↑
Kehamilan TG ↑
fisik, merokok, peminum alkohol dan riwayat penyakit sebelumnya serta riwayat
sakit pada keluarga. Pemeriksaan fisik yang akan dilakukan adalah antropometri,
frekuensi denyut nadi, tekanan darah, auskultasi irama jantung, serta EKG.
lipid untuk menentukan diagnosis hiperkolesterolemia dapat dilihat pada tabel III.
KOLESTEROL TOTAL
20
< 200 Yang diinginkan
LDL
HDL
< 40 Rendah
≥ 60 Tinggi
TRIGLISERIDA
21
Jenis Makanan Kandungan Jenis Makanan Kandungan
(100g) Kolesterol (mg) (100g) Kolesterol (mg)
Kambing 55 Mayones 70
Ketam 100
BAB IV
22
ATEROSKLEROSIS
tunika intima arteri (sclerosis, penebalan) dan penimbunan lipid (athere, pasta)
yang mencirikan lesi yang khas (8). Aterosklerosis merupakan penyakit yang
dan organ dalam utama. Aterosklerosis tidak menyerang arteriol dan juga tidak
melibatkan sirkulasi vena (8,22). Penyakit ini multifokal, dan lesi unit, atau
ateroma (bercak aterosklerosis), terdiri dari masa bahan lemak dengan jaringan
ikat fibrosa. Sering disertai endapan sekunder garam kalsium dan produk-produk
darah. Bercak aterosklerosis mulai pada lapisan intima atau lapisan dalam
lemak yang menghasilkan ateroma. Ateroma (berasal dari bahasa Yunani untuk
gruel, yaitu sejenis makanan yang terbuat dari gandum) atau plak ateromatosa
23
terdiri atas lesi fokal meninggi yang berawal di dalam intima, memiliki inti lemak
(terutama kolesterol dan ester kolesterol) yang lunak, kuning dan grumosa serta
Plak ateromatosa, yang disebut juga plak fibrosa, “fibrofatty”, lemak atau
Ukuran plak bervariasi dari garis tengah 0,3 sampai 1,5 cm, tetapi kadang-kadang
menyatu membentuk massa yang lebih besar. Lesi aterosklerosis biasanya hanya
lokal dan tersebar jarang, namun seiring dengan perkembangan penyakit lesi
bertambah banyak dan difus. Dalam distribusinya yang khas pada manusia, plak
ateroskerosis biasanya lebih banyak mengenai aorta abdominalis dari pada aorta
torakalis, dan lesi cenderung lebih mencolok di sekitar ostia cabang besar.
Pembuluh darah yang paling sering terkena adalah arteri koronaria, dan pembuluh
Biasanya lapisan fibrosa superfisial terdiri atas sel otot polos dan kolagen
yang relatif padat. Di bawah dan sisi lapisan penutup ini terdapat daerah selular
yang terdiri atas makrofag, sel otot polos dan limfosit T. Jauh di sebelah dalam
dari lapisan fibrosa terdapat inti nekrotik, yang mengandung massa lemak
(terutama kolesterol dan ester kolesteril) yang tersusun acak, celah yang
24
mengandung kolesterol, debris dari sel yang mati, sel busa, fibrin, tombus, dan
protein plasma lainnya. Sel busa adalah sel besar penuh lemak yang terutama
berasal dari monosit darah (makrofag jaringan), tetapi sel otot polos juga dapat
ekstrasel, dan organisasi trombus. Selain itu, ateroma juga sering mengalami
kalsifikasi. Lesi aterosklerosis tahap lanjut merupakan lesi yang sangat rentan
koronaria, yang dipicu oleh ruptur lapisan fibrosa penutup atau kapiler
plak.
semakin besar.
25
4. Dapat terjadi dilatasi mirip aneurisma akibat atrofi iskemik atau
5. Bercak perlemakan, terdiri atas sel busa penuh lemak, adalah lesi
kurang dari 1 tahun dan semua anak berusia lebih dari 10 tahun, tanpa
(14,24).
pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang
mengumpulkan bahan lemak. Pada saatnya monosit yang terisi lemak ini akan
yang berperan disini adalah LDL (”low density lipoprotein”), LDL sering disebut
kolestrol jahat, dan LDL yang tinggi akan berpotensi menumpuk di sepanjang
26
dinding nadi koroner (16). Arteri yang terkena arterosklerosis akan kehilanagan
kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit.
dan pecah. Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma
mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas dan mengalir
bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di daerah lain (emboli). Akibat
dari penyempitan arteri jantung kesulitan memompa darah dan timbul rasa nyeri
penyumbatan terjadi di otak maka yang diderita stroke dan bisa juga
memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia muda. Penyakit ini mengenai
banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri menuju ke
kadar kolestrol yang sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih
hipertensi umumnya akan menderita aterosklerosis lebih awal dan lebih berat dan
(19,22).
27
IV.4 Patogenesis Aterosklerosis
kompleks, dan hingga saat ini masih belum dimengerti sepenuhnya. Interaksi dan
respon dinding pembuluh darah dengan pengaruh unit sebagai stresor (sebagian
yang mencakup konsep ini adalah hipotesis respon terhadap cedera, dengan
beberapa bentuk cedera tunika intima yang mengawali inflamasi kronis dinding
dan toksin (misalnya, hemosistein atau LDL teroksidasi) (17,25). Dari kesemua
agen ini, efek sinergis gangguan hemodinamik yang menyertai fungsi sirkulasi
cedera endotel kronis yang menyebabkan respon inflamasi kronis dinding arteri
28
Gambar 4. Peranan LDL dalam aterosklerosis. Gambaran skematik efek LDL dan LDL
teroksidasi dalam patogenesis aterosklerosis. Faktor resiko koroner lainnya, kadar HDL rendah,
merokok, hipertensi, diabetes melitus, dan defisiensi estrogen juga memperkuat oksidasi LDL.
Dinding arteri terdiri atas lapisan konsentrik tempat sel-sel endotel, sel-sel
otot polos, dan matriks ekstrasel dengan serabut elastis dan kolagen yang dapat
terlihat dengan jelas. Ketiga lapisan ini adalah intima, media, dan adventisia.
Lapisan intima terdiri atas lapisan sel-sel endotel yang membatasi arteri dan
29
Hal penting mengenai endotel adalah (14):
Lapisan media merupakan bagian otot dinding arteri dan terdiri atas sel-sel otot
polos, kolagen, dan elastin. Dilindungi oleh lapisan intima terhadap komponen-
komponen darah. Lapisan media ini bertanggung jawab atas kontraktilitas dan
pembuluh darah dan terdiri atas sebagian sel-sel otot polos dan fibroblast, lapisan
ini juga mengandung vasa vasorum, yaitu pembuluh darah kecil yang
30
Gambar 5. Proses terbentuknya plak aterosklerosis pada dinding pembuluh darah arteri.
31
Hiperkolesterolemia sendiri diyakini mengganggu fungsi endotel dengan
kadar HDL yang rendah, diabetes melitus, defisiensi estrogen, hipertensi, dan
memicu adhesi monosit, migrasi sel otot polos subendotel, dan penimbunan lipid
dalam makrofag dan sel-sel otot polos. Apabila terpajan dengan LDL yang
teroksidasi, makrofag menjadi sel busa, dan beragregasi dalam lapisan intima,
yang terlihat secara makroskopis sebagai bercak lemak. Akhirnya deposisi lipid
dan jaringan ikat mengubah bercak lemak ini menjadi ateroma lemak fibrosa
matur. Ruptur menyebabkan inti bagian dalam plak terpajan dengan LDL yang
Akhirnya deposisi lemak dan jaringan ikat mengubah plak fibrosa menjadi
ateroma, yang dapat mengalami perdarahan, ulserasi, atau trombosis, dan dapat
arteri berukuran sedang, seperti cabang utama arteria koronaria, dengan garis
32
penyempitan atau obstruksi total lumen (1). Perkembangan penyumbatan yang
bertumpuk pada lapisan intima kasar, yang ditimbulkan oleh plak aterosklerosis.
lipid yang lunak ke dalam lumen dan penyumbatan pada bagian bawah pembuluh
yang lebih sempit. Jika cukup luas dan berat, lesi aterosklerosis dapat menembus
dinding muskularis dan dinding elastis (tunika media) dinding arteri, sehingga
aterosklerosis yang berat yaitu pada aorta abdominalis. Kerusakan pada tunika
33
BAB V
terganggu) dan menurunkan elastisitas pembuluh darah tersebut. Plak terdiri dari
sel otot polos, jaringan ikat, lemak dan kotoran yang tertimbun di intima dinding
arteri. Penelitian terhadap manusia dari semua kelompok usia, serta terhadap
Sel endotel dinding arteri mengalami cedera, baik secara mekanis maupun
bebas). Daerah yang cedera terpajan ke darah dan menarik monosit, yang akan
LDL yang teroksidasi olah radikal bebas) (22,25). Akibat dipenuhi lemak, sel ini
berubah menjadi sel busa yang tertimbun dan menimbulkan ”fatty streak” di
34
(TXA2), suatu zat yang mendorong penggumpalan trombosit lebih lanjut (22).
yang disebut juga sebagai prostaglandin H sintase (26). Prostanoid ini dibentuk
dari arakidonat, yang diperoleh dari makanan tetapi juga dapat berasal dari posisi
2 fosfolipid di membran plasma oleh kerja fosfolipase A2 (26,27). Selain itu, sel
sel otot polos, yang bermigrasi dari lapisan media ke intima dinding arteri (28).
darah terutama LDL, terus masuk ke lesi dan ikut berperan menambah timbunan
membentuk tudung fibrosa, dan muncul kristal kolesterol di bagian tengah plak.
Sel terperangkap di dalam plak kemudian mati sehingga terbentuk kotoran. Juga
pada gambar 5.
35
Suatu radikal bebas berdasarkan definisi, adalah suatu atom yang memiliki
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit terluarnya. Zat ini sangat
manusia oksigen (O2) adalah zat yang sangat penting sekaligus toksik. Oksigen
dapat menyebabkan terbentuknya radikal oksigen dan spesies oksigen reaktif lain
yang mampu menyebabkan cedera sel (23,25). Seperti yang terlihat pada
gambar 6.
Gambar 6. Peran oksigen dalam cedera sel. Metabolisme oksigen yang normal dengan tidak
henti mengubah O2 menjadi spesies oksigen reaktif (ROS), yang dapat menyebabkan cedera sel.
36
radikal bebas hidroksil (OH·), dan bentuk oksigen yang tereduksi secara parsial,
hidrogen peroksida (H2O2), dan lainnya (23). Radikal bebas mampu bereaksi
tanpa pandang bulu dengan setiap molekul yang kontak dengannya, menarik
elektron dan membentuk radikal bebas yang baru dalam reaksi berantai oksidatif
paling poten, dan mungkin menjadi inisiator atau pencetus reaksi berantai tersebut
suatu ciri yang penting dalam cedera sel yang disebabkan oleh kelompok oksigen
reaktif. Jenis reaksi ini, yang disebut sebagai auto-oksidasi radikal bebas,
memerlukan suatu inisiator (misalnya radikal hidroksil) agar reaksi tersebut dapat
mengandung satu elektron dari ikatan rangkap terkonjugasi dalam asam lemak
diperantarai oleh Fe2+, dapat mencetuskan reaksi berantai tersebut. Hal ini
dan peroksida lemak, seperti yang terlihat pada gambar berikut (23,25).
37
Gambar 7. Peroksidasi lemak. Suatu reaksi berantai radikal bebas. A. Peroksidasi lemak
dicetuskan oleh sebuah senyawa radikal bebas, misalnya radikal hidroksil yang mengekstraksi
sebuah hidrogen dari lemak “polyunsaturated” (LH) komponen dari LDL, sehingga terbentuk
suatu radikal lemak. B. Reaksi berantai radikal bebas diperluas oleh penambahan O2, yang
membentuk radikal peroksi lemak (LOO·) dan peroksida lemak (LOOH).
sel adalah asam lemak “polyunsaturated” atau yang biasa dikenal sebagai PUFA.
Akhirnya akan terjadi degradasi lemak, dan terbentuk berbagai produk seperti
melondialdehida (dari asam lemak dengan tiga atau lebih ikatan rangkap), yang
muncul di dalam darah dan urin dan digunakan sebagai indikator kerusakan akibat
menyebabkan terjadinya stress oksidatif, maka akan bereaksi secara terus menerus
terhadap fosfolipid dari LDL dan akan, menyebabkan proses oksidasi (23-25).
38
Cedera endotel yang terjadi pada aterosklerosis ini akan menarik monosit
ke dalam intima, yang akan berubah menjadi makrofag dan memakan bahan-
makrofag fagositik, memiliki reseptor non spesifik yang dikenal sebagai reseptor
LDL yang telah termodifikasi. Modifikasi LDL ini sering terjadi akibat kerusakan
reseptor LDL, reseptor penyapu ini tidak terkena kontrol penekanan (“down
sel menyerap LDL yang mengalami perubahan oksidatif jauh setelah kadar
makrofag akan berubah menjadi sel busa (“foam cells”) (27,28). Seperti yang
39
Gambar 8. Pembentukan sel busa dengan fagositosis LDL yang teroksidasi. Proses ini terjadi di
ruang subendotel pembuluh darah.Vitamin E, C, dan A dapat menghambat oksidasi LDL.
bukti paling awal adanya pertumbuhan plak aterosklerosis yang dikenal sebagai
“fatty streak”. LDL teroksidasi akan mengaktifasi sel limfosit T yang berakibat
menurunnya densitas dan fungsi otot polos, sehingga sintesa matriks menurun.
oksida nitrat, hidrogen peroksida, dan oksidan lainnya seperti yang sudah
terbentuk pada rantai respirasi. Superoksida ini juga dapat berasal dari retikulum
40
endoplasma melalui sitokrom P-450 dari NADPH-sitokrom P-450 reduktase.
Superoksida ini terdapat pada jaringan endotel, otot polos, dan monosit.
Superoksida ini akan secara langsung mengoksidasi LDL meski dengan atau tanpa
membentuk senyawa teroksidasi yang stabil sehingga tidak bersifat reaktif lagi
melakukan oksidasi terhadap atom atau molekul yang stabil di dekatnya karena
pembuluh darah bila telah mengalami oksidasi. Bila oksidasi tidak terjadi maka
LDL tidak mampu membentuk plak dan sumbatan arteri. Vitamin E, antioksidan
41
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
mengandung satu elektron dari ikatan rangkap terkonjugasi dalam asam lemak
dapat dioksidasi oleh radikal bebas. Proses yang menyebabkan oksidasi LDL juga
merupakan radikal yang terbentuk pada rantai respirasi. Superoksida ini juga
dapat berasal dari retikulum endoplasma melalui sitokrom P-450 dari NADPH-
sitokrom P-450 reduktase. Superoksida ini terdapat pada jaringan endotel, otot
polos, dan monosit. Superoksida ini akan secara langsung mengoksidasi LDL
Cedera pada sel endotel dinding arteri yang disebabkan oleh LDL yang
penggumpalan trombosit lebih lanjut dan menghambat agregasi trombosit pada sel
endotel yang cedera, sehingga dapat memperberat pembentukan plak dan semakin
42
Setelah LDL mengalami oksidasi oleh radikal bebas, maka LDL akan
merupakan bukti paling awal adanya pertumbuhan plak aterosklerosis. Sel yang
tudung fibrosa, dan muncul kristal kolesterol di bagian tengah plak, sehingga
kotoran. Selain itu dapat terjadi kalsifikasi, ruptur dan perdarahan plak berkapsul
VI.2 Saran
43
terbentuknya plak aterosklerosis yang dapat berkembang sehingga
menyebabkan berbagai kelainan pada jantung.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mitchell RN, Cotran RS. Jejas Adaptasi Dan Kematian Sel. Dalam: Kumar
V, Cotran RS, Robbins SL. Robbins Buku Ajar Patologi. Edisis Ke - 7.
Prasetyo A, Pendit BU, Priliono T, Alih Bahasa. Asroruddin M, Hartanto
H, Darmaniah N, editor Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC; 2007: Hal. 3-
34.
2. Mayes PA. Struktur Dan Fungsi Vitamin Larut-Lipid. Dalam: Murray RK,
Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi Ke - 25.
Hartono A, Alih Bahasa. Bani AP, Sikumbang TM, Editor Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC; 2003. Hal. 613-631.
4. Murray RK. Sel Darah Merah Dan Putih. Dalam: Bender DA, Botham KM,
Granner DK, Keeley FW, Mayes PA, Murray RK, dkk. Biokimia Harper.
Edisi Ke - 27. Pendit BU, Alih Bahasa. Wulandari N, Rendy L,
Dwijayanthi L, Dany F, Liena, Rachman LY, Editor Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC; 2009. Hal 636-652.
5. Muchtadi D. Apakah Penuaan Itu. Dalam: Gizi Anti Penuaan Dini. Bandung:
Alvabeta; 2009: Hal. 71-79.
44
8. Brown CT. Penyakit Aterosklerotik Koroner. Dalam: Price SA, Wilson LM.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi Ke - 6. Pendit
Bu, Hartanto H, Wulansari P, Mahanani DA, Alih Bahasa. Hartanto H,
Susi N, Wulansari P, Mahanani DA, Editor Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: EGC; 2005. Hal 576-612.
9. Schoen FJ, Cotran RS. Pembuluh Darah. Dalam: Kumar V, Cotran RS,
Robbins SL. Robbins Buku Ajar Patologi. Edisi Ke - 7. Pendit BU, Alih
Bahasa. Hartanto H, Darmaniah N, Wulandari N, Editor Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC; 2007. Hal 365-404.
10. Mayes PA. Peranan Jaringan Dalam Metabolisme Lipid. Dalam: Cochrum
KC, Grodsky GM, Harper HA, Mayes PA, Rodwell VW, Tyler DD,
Wallin DD, dkk. Review Of Physiological Chemistry. Edisi Ke - 17.
Muliawan M, Editor Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC; 1979. Hal
360-384.
14. Wilson LM. Gangguan Sirkulasi. Dalam: Prince SA, Wilson LM.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi Ke - 6. Pendit
BU, Hartanto H, Wulansari P, Mahanani DA, Alih Bahasa. Hartanto H,
Susui N, Wulansari P, Mahanani DA, Editor Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: EGC; 2005. Hal. 121-138.
45
15. Atinia SM. Clamydia Pneumonia Penyebab Penyakit-Penyakit
Kardiovaskuler. Available at: http://koranpdhi.com/buletin-edisi8/edisi8-
chlamydia.htm. Accessed May 22, 2010.
19. Maitra A, Kumar V. Penyakit Genetik dan Anak. Dalam: Robbins Buku Ajar
Patologi. Edisi Ke – 7. Prasetyo A, Pendit BU, Priliono T, Alih Bahasa.
Assroruddin M, Hartanto H, Darmaniah N, Editor Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC; 2007. Hal. 238-296.
20. Kusuma RJ. Oksidasi LDL Apa Dan Siapa. Available at:
http://www.scribd.com/doc/23693449/Oksidasi-LDL. Accessed July 16,
2010.
21. Almatsier S. Lipida. Dalam: Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama; 2006. Hal. 51-76.
22. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Metabolisme Kolesterol Dan Lipoprotein
Darah. Dalam: Biokimia Kedokteran Dasar. Pendit BU, Alih Bahasa.
Suyono J, Sadikin V, Mandera LI, Editor Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: EGC; 2000. Hal. 513-532.
23. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Metabolisme Oksigen Dan Toksisitas
Oksigen. Dalam: Biokimia Kedokteran Dasar. Pendit BU, Alih Bahasa.
Suyono J, Sadikin V, Mandera LI, Editor Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: EGC; 2000. Hal. 321-334.
46
24. Libby P. The Pathogenesis, Prevention, and Treatment ot Atherosclerosis.
Dalam: Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL,
Jameson JL, Loscalzo J. Harrison’s Principles of Internal Medicine.
Edisi ke – 17. New York: Mc Graw Hill; 2008. Hal. 1501-1509.
26. Botham KM, Mayes PA. Biosintesis Asam Lemak Dan Eikosanoid. Dalam:
Bender DA, Botham KM, Granner DK, Keeley FW, Mayes PA, Murray
RK, dkk. Biokimia Harper. Edisi Ke - 27. Pendit BU, Alih Bahasa.
Wulandari N, Rendy L, Dwijayanthi L, Dany F, Liena, Rachman LY,
Editor Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC; 2009. Hal 204-216.
28. Guyton AC, Hall JE. Metabolisme Lemak. Dalam: Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi Ke – 9. Setiawan I, Tengadi KA, Santoso A, Alih
Bahasa. Setiawan I, Editor Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC; 1997.
Hal. 1077-1092.
30. Syah S. Omega Tiga Dan Pencegahan Jantung Koroner. Majalah Kedokteran
Indonesia 24 (4) 2001. Hal 6-7.
47
RIWAYAT HIDUP
NRI : 060111160
Agama : Hindu
Riwayat Pendidikan :
Mengikuti :
48
3. PBL III di Kelurahan Ranotana Weru Kec. Karombasan, Manado
tahun 2009.
49