You are on page 1of 16

Membuhul Silaturrahmi

MEMBUHUL SILATURAHIM IDUL FITHRI


Oleh ; H. Mas’oed Abidin
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
Perwakilan Sumatera Barat
Padang

‫بسم ال الرحمن الرحيم‬

‫ و هو الذي بعث في الميين رسول منهم يتلو عليهم آياته ويزكيهم‬، ‫الحمد ل حمدا كثيرا طيبا مباركا‬
‫ مخلصين‬،‫ ل إله إل ال ول نعبد إل إياه‬، ‫ويعلمهم الكتاب والحكمة وإن كانوا من قبل لفي ضلل مبين‬
‫ وأسوتنا وحبيبنا محمد‬،‫ وأزكى صلوات ال وتسليماته على سيدنا وإمامنا‬.‫له الدين ولو كره الكافرون‬
.‫ ومن سار على ربهم إلى يوم الدين‬،‫صلى ال عليه وسلم واله ورضي ال عن أصحابه‬

‫أما بعد‬
BESARKAN ASMA ALLAH
Saudara-Saudaraku, Kaum Muslimin Yang Berbahagia,
Berbahagialah kita di hari ini, pada merayakan kemenangan dari
perjuangan besar, mengendalikan nafsu sebulan penuh di bulan Ramadhan,
kemenangan dalam merebut taqwa.
َ‫ن مِنْ َقبِْلكُمْ َلعَّلكُ ْم َتتّقُون‬
َ ‫ب عَلَى اّلذِي‬
َ ِ‫صيَا ُم َكمَا ُكت‬
ّ ‫ب عََل ْيكُمُ ال‬
َ ِ‫يَاَأّيهَا اّلذِينَ ءَا َمنُوا كُت‬
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa, (QS.2, Al
Baqarah : 183)
Bersyukurlah kita kepada Allah Yang Maha Esa, yang mengaruniai kita
sekalian nikmat besar, dapat melaksanakan perintah-Nya, menikmati Idul
Fithri, kembali kepada fithrah yang menjadi idaman setiap Mukmin.
Bergembiralah kita semua, karena mampu menghidangkan suasana gembira
melaksanakan puasa Ramadhan yang dapat dinikmati oleh orang-orang
disekitar kita.
Allahu Akbar. Walillahil-hamd.
Amatlah wajar, kemeriahan ini diisi dengan saling berjabat tangan,
mengharap redha Allah. Saling maaf diantara kita, dari anak kepada orang
tuanya, dari yang kecil kepada yang besar, antara teman sejawat, dan rekan
sebaya, antara murid dan gurunya, diantara pemimpin dan rakyatnya
secara timbal balik, dengan saling mengucapkan “taqabbalallahu minna wa
minkum, taqabbal yaa Karim”, …”kiranya Allah menerima amal bakti kita
semua, teristimewa amal ibadah kita sendiri. Terimalah wahai Allah Yang Maha
Karim..” Kepada setiap shaimin, yang baru meninggalkan Ramadhan
kemarin sore, kita ucapkan “minal ‘aidin wal faa izin, wa kullu ‘aamin wa
antum bi khairin”…

Idul Fitri 1424 H – 2003 M 1


Menapak Alaf Baru
Berbahagialah yang telah kembali dari perjuangan besar, jihadun-
nafsi … Semoga kemenangan ini membawa kepada keadaan yang lebih baik
menanam kebaikan, ditahun-tahun mendatang.
Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd.
Disamping kegembiraan itu, sepantasnya pula kita selalu mawas diri,
selalu berhati-hati terhadap kriteria yang disebut Rasulullah SAW, …berapa
banyaknya orang yang berpuasa, tetapi tidak ada yang mereka peroleh,
kecuali hanya lapar dan haus semata … Na’udzubillah. Mudah-mudahan
kita terhindar dari yang digambarkan oleh Rasulullah SAW ini.

TAQWA, TITIK TUJU PALING AWAL


Allahu Akbar, Wa Lillahil-Hamd.
Saudara-saudaraku Kaum Muslimin,
Taqwa adalah tujuan utama yang didambakan setiap Mukmin Sejati.
Taqwa mencakup tiga sikap jiwa –mental attitude—paling berguna dalam
hidup duniawi, sekarang dan masa mendatang. Ketiga sikap jiwa itu ialah,
khauf artinya takut atas hukuman Allah yang datang karena sengaja
melupakan perintah-Nya dan memandang ringan segala larangan-Nya. Kedua,
khasy-yah yakni hati-hati dalam menunaikan kewajiban yang dilakukan
dengan cara lebih baik sesuai perintah Khaliknya, demi mengharap
redhaNya semata. Ketiga wiqaayah yaitu selalu memelihara diri dan
lingkungan dari segala yang berakibat merusak (fasad) kehidupan duniawi
dan ukhrawi. Inilah sesungguhnya crucial point arti taqwa itu.
Jika ketiga sikap jiwa (mental attitude) berhasil dibentuk dalam latihan
taqwa selama Ramadhan, niscaya akan dapat dirasakan betapa manis dan
nikmatnya hidup ini, dan akan dapat memperoleh jaminan Allah SWT,
ُ‫حتَسِب‬
ْ َ‫ث ل ي‬
ُ ْ‫حي‬
َ ْ‫ل لَهُ َمخْرَجًا و يَرْ ُزقْ ُه مِن‬
ْ َ‫جع‬
ْ َ‫َومَنْ َيتّقِ اللّ َه ي‬
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. )
QS.65, At Thalaq : 2-3).

Saudaraku Kaum Muslimin yang berbahagia,


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahil'hamd.
Masyarakat kita sekarang dihantui oleh malapetaka politik, moral,
ekonomi, informasi dan budaya yang terjadi karena kemerosotan akhlak dan
rusaknya rohaniah individu dan umat, yang mudah diamati sedari
pemimpin maupun rakyat yang mengikutnya, sekaligus menjadi cerminan
kepincangan pembangunan keperibadian (syahsiah) yang saling berkaitan segi
mental, sosial, fisik, emosi dan lain-lain.

2 Idul Fitri 1424 H – 2003 M


Membuhul Silaturrahmi
Mau tidak mau, usaha membangun domain-domain kemanusiaan
menjadi satu kewajiban utama yang tidak boleh terabaikan dalam Tarbiyyah
Islamiyyah diantaranya adalah domain ruhiah atau rohaniah. Pendidikan
rohani merangkum aspek preventif seperti menjaga umat Islam dari
ketersesatan aqidah dan kufur, atau ketidak seimbangan segi emosional dan
mental sehingga umat mudah melakukan perbuatan haram, durjana dan
kezaliman. Pendidikan rohani merangkum pula aspek pembangunan
sumber daya manusia dengan pengukuhan nilai ibadah dan akhlak dalam diri
umat, seperti solat, zikir dan pada akhirnya mencakup aspek treatment yakni
rawatan dan pengawalan, melalui taubat, tazkirah, tarbiyah, tau’iyah, yang
ditopang oleh dua manazil atau sifat penting, yaitu ‘Rabbaniah dan Siddiqiah’1.
Sifat Rabbaniah ditegakkan dengan benar diatas landasan
pengenalan (makrifat) dan pengabdian (`ubudiah) kepada Allah melalui ilmu
pengetahuan, pengajaran, nasihat, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar.
Siddiqiah mencakup enam jenis kejujuran (al-sidq): 1. kejujuran lidah,
2. kejujuran niat dan kemauan (sifat ikhlas), 3. kejujuran azam, 4. kejujuran
al-wafa’ (jujur dengan apa yang diucapkan dan dijanjikan), 5. kejujuran
bekerja (prestasi karya), dan 6. kejujuran mengamalkan ajaran agama
(maqamat al-din). Maka insan rabbani adalah insan yang memenuhi apa yang
diuraikan oleh Allah dalam fiorman-Nya,
ْ‫ن دُونِ اللّهِ وََلكِن‬
ْ ِ‫عبَادًا لِي م‬
ِ ‫س كُونُوا‬
ِ ‫حكْمَ وَالّنبُوّ َة ثُ ّم يَقُولَ لِلنّا‬
ُ ‫ن يُ ْؤ ِتيَهُ اللّ ُه ا ْل ِكتَابَ وَا ْل‬
ْ َ‫مَا كَانَ ِلبَشَرٍ أ‬
َ‫كُونُوا َربّانِيّينَ ِبمَا ُك ْنتُ ْم ُتعَلّمُونَ ا ْل ِكتَابَ َو ِبمَا كُ ْنتُ ْم َتدْرُسُون‬
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab,
hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata):
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan
Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (QS.Al-Imran, ayat 79).

Saudaraku kaum muslimin sekalian,


Allahu Akbar, Wa lillahil'hamd,

1
Hawwa, Syeikh Mohd Said, Muzakarah Fi Manazil al-Siddiqin Wa-al-Rabbaniyin, Dar al-
Salam Li al-Tibaah, Kairo, 1987, hal 3-4, menyebutkan ;
"‫ اما الربانية فى مع ذلك علم وتعليم ونصيحة‬,‫اما الربانية فانها صديقية وزيادة فمبنى الصديقية على معرفة ال والعبودية له‬
‫وشهادة على الخلق وحكم بما انزل ال و امر بمعروف ونهي عن منكر‬...."
.

Idul Fitri 1424 H – 2003 M 3


Menapak Alaf Baru
Pendidikan rohani (tarbiyyah ruhaniyyah) yang ideal tidak semata
membuahkan keinsafan, khasyah, hubb, raja’ dan taqwa, namun mendorong
tumbuhnya semangat (ruh) perjuangan menentang kezaliman, ketidakadilan,
kejahatan dan penyalahgunaan kekuasaan. Pendidikan seperti itu yang
disebut tarbiyyah ruhaniyyah harakiah, mampu melahirkan jiwa juang yang
tinggi untuk mengubah masyarakat jahiliah kepada masyarakat bertamadun
dengan memiliki tsaqafah dan akhlaqiyah. Ramadhan dengan nilai jihad akbar
atau jihadun nafs adalah madrasah ruhiyyah yang paling tepat menyepuh
jiwa meraih martabat ‘Abid yang sanggup bergelimang tetesan air mata
karena takut 'iqab Allah, dan mampu bergelut dengan kilauan mata pedang
bersimbah darah menegakkan kalimatullahi hiyal'ulya, dan inilah satu
paradigma baru kerohanian dengan menghapus jiwa yang mandul dan beku
(jumud) menjadi hidup dan rela (redha) diperhamba oleh Khalik Maha
Penguasa semata.
Masyarakat hanya dapat dibangun dengan jiwa yang direformasi
tarbiyyah ruhiyyah yang syumul (dinamik) hingga manghasilkan perubahan
menyeluruh dalam pemikiran, sikap, kelakuan, kaedah, etos kerja, aktivitas
masyarakat secara bersama. Tarbiah Ruhiyyah melahirkan manusia berjiwa
merdeka, rela berkurban karena prinsip dasar perjuangan hidupnya
"mencari redha Allah". Setiap anggota masyarakat yang memelihara jiwa
dan raga karena takut terhadap siksaan (‘iqab) Allah, selalu memelihara
lingkungan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan, dan akan
mendapatkan rezeki dari berbagai penjuru. Mencari redha Allah akan
mendorong motivasi mendinamisir dhamir (jiwa) pemimpin dan
masyarakat, khususnya di Ranah Minang, Sumatera Barat, untuk
menghadapi otonomi yang diperluas, sesuai UU No.22 dan 25/1999 itu,
karena ”otonomi sesungguhnya adalah kemampuan memulai dengan apa
yang ada”. Sementara kaki belum kuat, bolehlah berpegang sampai mampu
berdiri. Namun, perlu dijaga agar jangan bergayut, supaya badan tidak
terseret dan dibawa lari kesana kemari. Dengan prinsip hidup “memulai
dengan apa yang ada” otonomi di daerah dapat tumbuh, karena yang ada
itu sudah amat cukup untuk memulai, dengan kekuatan terpendam didalam
jiwa masyarakat yaitu taqwa dan tawakkal.
Taqwa membuahkan mawas diri, giat bekerja, dan selalu berserah diri
kepada Allah, dan memberi warna prilaku ‘adah -- kebiasaan masyarakat --,
ber-ta’awun, berat sepikul ringan sejinjing. Syarak mangato adat memakai,
menjadi nilai tsaqafah Islami nan indak lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan
menjadi penggerak utama pembangunan Sumatera Barat Masa Depan.
‫شيْ ٍء َقدْرًا‬
َ ّ‫جعَلَ اللّهُ ِلكُل‬
َ ْ‫سبُهُ إِنّ اللّ َه بَالِغُ َأمْرِ ِه َقد‬
ْ َ‫ل عَلَى اللّ ِه َفهُوَ ح‬
ْ ّ‫َومَنْ َيتَ َوك‬
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)
Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
(QS.65, at-Thalaq:2).

4 Idul Fitri 1424 H – 2003 M


Membuhul Silaturrahmi
Allahu Akbar Wa Lillahil-hamd.
SYUKUR NIKMAT,
Titik tuju kedua dari Ramadhan adalah pandai bersyukur.
ْ‫يُرِيدُ اللّ ُه ِبكُمُ ا ْليُسْ َر ول يُرِيدُ ِبكُمُ ا ْلعُسْ َر وَِلُتكْمِلُوا ا ْلعِدّةَ وَِلُت َكبّرُوا اللّ َه عَلَى مَا َهدَاكُمْ وََلعَّلكُم‬
َ‫شكُرُون‬
ْ َ‫ت‬
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur. (QS.2,Al Baqarah : 185)
Syukur adalah pandai berterima kasih atas nikmat anugerah Allah,
yang bertebaran dikeliling kita, serta sanggup memelihara dan
menempatkan nikmat itu pada posisi dan proporsi yang tepat. Tidak
satupun, pada hakekatnya yang ada sekeliling kita yang tidak bersumber
dari pemberian Allah SWT. Semua yang ada, nyawa dan harta, kedudukan
dan jabatan, pangkat dan kekuasaan, sehat dan kehidupan, anak dan
turunan, semuanya adalah nikmat Allah, yang wajib disyukuri, wajib
dipelihara, dan tidak boleh dirusak. Syukur adalah rela berkorban dengan
spontan tanpa pamrih, dibuktikan dengan kerelaan mengembalikan apa
yang ada pada diri dan disekeliling kita, -- harta, kekuatan, kekuasaan dan
apa saja, termasuk nyawa sekalipun --, bila Allah menghendaki. Syukur
adalah rela menjadi hamba dari Allah Yang Maha Rahman dan Rahim. Man
ahabba syai-un, fa huwa ‘abduhu, artinya “Siapa yang mencintai
sesuatu, dibuktikannya dengan kerelaan dan kesetiaan menjadi budak dari
yang dicintainya”. Kerelaaan (ridha) adalah bukti nyata dari kecintaan yang
menempati kedudukan (maqam) paling atas dari watak bertaqwa. Syukur
yang diminta di abad pembuka alaf baru (millennium) ini, adalah
• kesiapan menyingsingkan lengan baju, melakukan karya dinamik,
menyediakan waktu dan tenaga, membuat yang lebih bermanfaat untuk
kehidupan bersama.
• memelihara lingkungan dan masyarakat,
• memelihara kesinambungan generasi, menjaga integrasi bangsa dan
keutuhan wilayah negara,
• menyiapkan generasi tangguh, sanggup bertanding dan bersanding
ditengah pergulatan global yang kompetitif.

Idul Fitri 1424 H – 2003 M 5


Menapak Alaf Baru
ُ‫ن بِا ْل َمعْرُو فِ َو َتنْهَوْ نَ عَ نِ ا ْل ُم ْنكَرِ َوتُ ْؤمِنُو نَ بِالّل هِ وََلوْ ءَامَ نَ أَ ْهل‬
َ ‫س تَ ْأمُرُو‬
ِ ‫ت لِلنّا‬
ْ َ‫خيْ َر ُأمّةٍ ُأخْ ِرج‬
َ ‫ُك ْنتُ ْم‬
َ‫سقُون‬
ِ ‫خيْرًا َلهُ ْم ِمنْهُ ُم ا ْلمُ ْؤمِنُونَ وََأ ْكثَرُهُ ُم الْفَا‬
َ َ‫ا ْلكِتَابِ َلكَان‬
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka
ada pula yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.(QS.2, Al Baqarah : 110).
GENERASI TANGGUH
Kuat dan lemahnya satu generasi terukur dengan empat
ketangguhan, tangguh aqidah (iman kepada Allah), tanguh kesehatan (ruhani
dan jasmani), tangguh pengetahuan (ilmu dan kearifan), serta tangguh ekonomi
(iqtishadiah). Agama Islam mencela adanya generasi yang lemah. Generasi
lemah, akan menjadi ajang rebutan orang lain. Generasi lemah akan menjadi
permainan ditendang kekiri dan kekanan, sesuka hati para pemain sampai
tanda permainan telah usai. Generasi lemah (dzurriyatan dhi'afan) tidak
mampu bermanfaat untuk kehidupan masyarakat dan lingkungan. Mereka
akan membiarkan diri tidak hirau dengan apa yang terjadi, tidak peduli
dengan keadaan, sehingga menjadikan diri diam tak menentu, kalut sebagai
abu beterbangan, takut berbuat karena cemas dan takut kepada risiko,
akhirnya berlindung dengan tasamuh atau mencoba bernaung di hilalang
sehelai. Dan ini sangat berbahaya, apalagi kalau telah membiarkan badan
hanyut disebilah papan, takut pula berdayung karena cemas papan jadi
oleng. Sikap sedemikian jauh dari sikap bersyukur. Bersyukur pada
hakikatnya adalah kesiapan diri untuk berjihat dengan nikmat anugerah
Allah.
Insan yang besyukur selalu menanam kebaikan demi kemaslahatan
umat, baik diterima atau belum mau diterima oleh orang lain, karena di
batasi waktu, namun nilai kebaikan yang ditanamkan adalah sesuatu yang
haq dari Allah, hanya semata karena mengharap redha Nya. Allah SWT
menggambarkan watak dan sikap jiwa (attitude) hamba-hamba Nya yang
bersyukur dalam suatu ungkapan manis,
‫ن َكمَا َأحْسَنَ الُّ إَِل ْيكَ وَل َتبْغِ الْفَسَادَ فِي‬
ْ ِ‫ك مِنَ الدّ ْنيَا وََأحْس‬
َ ‫خرَةَ وَل َتنْسَ َنصِي َب‬
ِ ‫لّ الدّارَ ال‬ ُ ‫وَابْتَ ِغ فِيمَا ءَاتَاكَ ا‬
َ‫سدِين‬
ِ ْ‫لّ ل يُحِبّ ا ْلمُف‬
َ ‫الَ ْرضِ إِنّ ا‬
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS.28,
Al Qashash:77).

Allahu Akbar, Wa lillahil-hamd,

6 Idul Fitri 1424 H – 2003 M


Membuhul Silaturrahmi
BANTU YANG LEMAH
Saudara-saudaraku seiman dan seaqidah yang mulia,
Perangai taqwa dan syukur merupakan satu hal yang tidak terpisah.
Saling mengokohkan, ibarat aur dengan tebing. Taqwa selalu subur dengan
syukur. Syukur akan senantiasa berbuah karena taqwa.
Nikmat yang sejati hanya ada pada diri bertaqwa dan bersyukur itu
dan menjadi dambaan Mukmin sejati. Allahu Akbar Wa lillahil-hamd,
Saudara-saudaraku seiman yang mulia,
Bagaimana mungkin kita akan dapat merasakan nikmatnya bahagia
dan bahagianya nikmat anugerah Allah, pada hari seperti sekarang ini,
apabila disaat kita semua bergembira ria, ternyata disamping kita ada orang
yang menangis tersedu-sedu, seakan jeritan tanpa suara, dan mereka
menangis merasakan kehampaan hidup, karena tidak berpunya, kecuali
nyawa berbungkus kulit …? Akan sirnalah kebahagiaan berhari raya, pada
hari ini, jika masih ada yang menengadahkan tangan mengharap sesuap
nasi, untuk dimakan anak beranak, atau karena melihat anak-anak orang
lain bergembira berpakaian baru….Alangkah malangnya nasib badan.
Padahal sebenarnya, mereka belum berkemampuan untuk menggantinya,
walau agak sepotong, karena tidak ada sumber pendapatan, dan tak ada
pula yang mau berbelas kasih.
Membiarkan kondisi ini, dan menganggapnya suatu hal biasa,
agaknya kita akan digolongkan kepada orang-orang yang disebut-sebut,
‫ أَرََأيْتَن اّلذِي ُي َكذّبُن بِالدّينِن‬Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Na’dzu
billah .., Kita dicap pendusta agama………, walau masih pemeluk agama …
….…, tetapi sebenarnya sudah jauh tercampak dari ajaran agama ………...
َ‫ … فَ َذِلكَ الّذِي يَدُعّ ا ْليَتِيم‬itulah orang yang menghardik anak yatim.., yang menyia-nyiakan hak
anak yatim.., tidak peduli dengan pembinaan generasi…, melecehkan ratapan para
dhu’afak.., tidak membantu mengatasi problema kemiskinan…, ِ‫طعَامِ ا ْلمِ ْسكِين‬
َ ‫علَى‬
َ ّ‫وَل يَحُض‬
… naifnya, malah berupaya mengintip kesempatan …… berladang dipunggung
para dhu'afak…, mencari kaya dengan memiskinkan orang lain …, dan tidak
memberi makan orang miskin (Qs.107, al Maa’uun: 1-3). Allahumma Ya Allah,
hindarkan kami dari kalangan pendusta-pendusta agama ini. Amin. Allahu Akbar
Wa lillahil-hamd,

BAHAGIA DALAM MEMBERI


Cobalah dibayangkan. Pada suasana lebaran seperti kita rasakan saat
ini. Dipagi hari dikala Rasulullah SAW masih hidup, beliau keluar menuju
tempat shalat ibadah ‘Idul Fithri. Beliau lihat, seorang bocah termenung
menyendiri. Dengan tatapan mata menerawang, dan disampingnya ada
teman sebaya bergembira ria, berpakaian baru pembelian ayah. Ditangan
temannya ada penganan enak buatan ibu. Dari jauh si bocah hanya bisa

Idul Fitri 1424 H – 2003 M 7


Menapak Alaf Baru
melihat, sambil menikmatinya dengan bermenung. Alangkah indahnya
kegembiraan teman sebaya. Ditemani gelak tawa penuh bahagia. Dilihat
diri, jauh berbeda. Dikala itu terasa badan tersisih. Kemana ayah tempat
meminta. Kemana gerangan dicari ibu tempat mengadu.
Dalam situasi seperti itu, Rasulullah SAW lewat menghampiri.
Meletakkan kedua telapak tangan Beliau dikepala si bocah.
Sambil bertanya Rasul berkata, “Kenapa dikau wahai anak? Teman-temanmu
gelak ketawa, dikau merana sedih menangis, gerangan apakah yang menyulitkan ?
Dengan nada tersendat, kerongkongan tersumbat, menahan perasaan
kekanakan sibocah lugu menjawab, “Wahai Rasulullah, bagaimana diri tak
akan sedih, melihat teman bergembira ria, pulang kerumah ada sanak
saudara, lelah bermain ada ibu menghibur, duka dihati ada ayah yang
menyahuti. Sedang diriku wahai Nabi, terasa nian malangnya hidup ini,
tiada ibu tempat mengadu, ayahpun sudahlah pergi, badan tinggal sebatang
kara. Yatim piatu aku kini,
Mendengar rintihan kalbu bocah yang bersih, yang mengharap belas
kasih dengan tulus seketika, Rasulullah SAW berkata, “…maukah engkau
wahai anak, jika rumah Rasulullah menjadi rumahmu, Ummul Mukminin
menjadi ibumu …?”. Andaikan ada masa kini, pintu rumah terbuka bagi
silemah, lapangan kerja tersedia bagi dhu’afak, tentulah merata bahagia
ditengah bangsa ini.
Jawaban spontan Nabi, menjadikan wajah si bocah berseri-seri, walau
yang didengar barulah ajakan, tetapi harapan hidup sudah terbuka. Diri
tidak sendiri lagi. Ada pelindung pengganti bunda. Walaupun ibu dan ayah
sudah tiada. Serta merta Nabi memangku si bocah.Mencium kedua pipi
sianak yang sudah lama …, tidak pernah lagi dirasakannya. Sirnalah air
mata yang tadinya terurai lantaran sedih dan hampa. Berganti air mata
gembira lantaran bahagia.
Inilah satu bukti sabda Nabi SAW dengan contoh paling jelas,
bagaimana mangkusnya sifat suka memberi yang tumbuh dari lubuk hati
yang dalam, tidak berudang di balik batu, apalagi berbatu dibalik udang,
sebagai bukti taqwa seorang Mukmin yang bersyukur,
‫ج َب ْي َنهُمَا‬
َ ّ‫ و فَر‬،‫سبَابَةِ و الوُسْطَى‬ َ ‫َأنَا و كَافِلُ ال َي ِتيْمِ في ال‬.
ّ ‫ و َأشَا َر بِال‬.‫جنّةِ َهكَذَا‬
(‫)رواه الخاري و أبو داود و الترمذي‬

“Aku, Muhammad SAW, dan orang-orang yang memelihara anak yatim,


berada di sorga Jannah sangat berhampiran…”, sembari Beliau mengangkat jari
telunjuk dan jari tengah dan menunjukkan betapa dekatnya jarak antara
keduanya”. 1

Allahu Akbar Wa Lillahil-Hamd.


1
HR. Bukhari, Abu Dawud dan Tirmidzi dari Sahl bin Sa’ad. Lihat al Ahadist as-Shahihah,
Albani : 800)
8 Idul Fitri 1424 H – 2003 M
Membuhul Silaturrahmi
‘IZZATUN-NAFS, MARTABAT BANGSA
Ikhlas memberi mampu mengubah sedih menjadi gembira, sanggup
mengubah duka menjadi bahagia. Nabi Muhammad SAW. menyebutkan,
‫(رواه أبو يعلى‬ .ّ‫جنّةُ ا ْلبَت‬
َ ‫جبَتْ لَ ُه ال‬
َ َ‫عنْهُ و‬
َ ‫ي‬
َ ِ‫س َت ْغن‬
ْ َ‫حتّى ي‬
َ ،ِ‫شرَابِه‬
َ َ ‫طعَامِهِ و‬
َ ‫ن فِي‬
َ ْ‫ضمّ َيتِ ْيمًا بَيْنَ ا ْلمُسِْل ِمي‬
َ ْ‫مَن‬
)‫و أحمد‬
“Barangsiapa yang menggabungkan anak yatim di antara
kaum muslimin dalam makan dan minumnya, sampai mereka
merasa cukup (kenyang) dari makanan (dan minuman) itu, maka
dia (yang menggabungkan anak yatim tersebut) pasti akan
memperoleh sorga” (HR.Abu Ya’la dan Imam Ahmad).2

Hari ini berapa banyak jumlah anak yang bernasib serupa dikeliling
kita, maka diperlukan saling peduli (ta’awun), yang menjadi alas-dasar
pembentukan masyarakat berkualitas, sebagai telah digambarkan dalam
salah satu semboyan Nabi SAW “tangan diatas lebih baik dari tangan
dibawah”. Mewujudkan masyarakat bertangan diatas, dimulai dengan
menanam keyakinan akan rahmat Allah sebagai masyarakat berpunya, yang
memiliki ‘izzah (harga diri), tidak menggantung nasib kepada keinginan
orang lain. Harkat martabat bangsa amat ditentukan oleh kemandirian,
self help bersikap kaya jiwa (ghinan-nafs) yang mampu berdiri dikaki
sendiri. Bersedia membuka pintu hati mengulurkan tangan kepada orang
lain dalam rangkaian mutual help (man a’thaa wat-taqaa) dan selfless-help
(wa shaddaqa bil husnaa). Sikap budaya dalam adat di Ranah Minang, singkek
uleh ma uleh, kok kurang tukuak manukuak, inilah modal dasar daerah kita
dalam menghadapi UU Otoda No.22 dan 25/1999, Insya Allah.
Allahu Akbar Wa Lillahil-hamd
Begitulah suatu pelajaran paling berharga, yang dapat kita ambil dari
Sunnah Rasulullah SAW, artinya, “Orang yang paling disukai Allah
adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan amal
yang paling disukai Allah adalah yang menyenangkan sesama
orang Muslim (artinya janganlah ditaburkan kemaksiatan yang
mengundang lahirnya bencana). Kamu hilangkanlah susahnya.
Kamu lunasilah hutangnya. Kamu usirlah laparnya. Dan Aku,
Muhammad SAW, lebih senang bersama saudaraku dalam satu
keperluan yang diatasi secara bersama, daripada beri’tikaf
dimasjidku ini, yakni Masjid Nabawi di Madinah, selama sebulan
penuh”.
Pesan Nabi SAW juga menegaskan,
“Sembahlah Allah Yang Maha Pengasih. Berilah makanan kepada
orang yang lapar. Sebarkanlah salam kepada sesama manusia. Kalian akan

2
Dalam al Munthaqa min at-Targhib (1517) dan Majma’ az-Zawaaid (8/16), juga riwayat
Thabarani, sanad baik dari Zurarah bin Abi Aufa.
Idul Fitri 1424 H – 2003 M 9
Menapak Alaf Baru
masuk sorga dengan selamat” (HR. Tirmidzi (1856), Ahmad (6587, Al
Musnad) dan Bukhari (981, Al Adab al-Mufrad)
Mari kita tumbuhkan kebahagiaan dalam memberi sebagai satu sikap
jiwa (mental attitude) yang berguna mengubah dan memberi kecerahan
dalam hidup.

MENAPAK KE ALAF BARU


Abad ini, setiap Mukmin berkewajiban membuat perencanaan masa
depan yang matang dengan komitment penyerahan diri (tawakkal) yang
jelas dalam sikap taqwa yang konsisten.
َ‫خبِي ٌر ِبمَا َتعْمَلُون‬
َ َّ‫س مَا َق ّدمَتْ ِل َغدٍ وَاتّقُوا الَّ إِنّ ال‬
ٌ ْ‫يَاَأيّهَا اّلذِينَ ءَامَنُوا اتّقُوا الَّ َو ْلتَنْظُ ْر َنف‬
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan (QS.59, Al Hasyr:18)
Secara umum, langkah pertama menghidupkan kembali Silaturrahmi
diantara kita, sesuai pesan Nabi SAW dalam riwayat Abdullah bin Amru,
‫ )رواه أبو داود‬.ِ‫ن فِي السّمَاء‬
ْ َ‫ل م‬
ُ ‫ح ْمكُمُ ا‬
َ ْ‫ض يَر‬
ِ ‫ن فِي الَ ْر‬
ْ َ‫حمُوْا م‬
َ ْ‫ ار‬،ُ‫حمَن‬
ْ ّ‫ح ُمهُمُ الر‬
َ ‫ن يَ ْر‬ ِ ‫)الرّا‬
َ ْ‫حمُو‬
Orang-orang penyayang akan disayangi oleh Yang Maha Penyayang,
maka sayangilah penduduk bumi agar yang di langit ikut pula menyayangimu.
(HR.Abu Daud).3

Allahu Akbar Wa lillahil-hamd,


Alangkah luasnya lapangan kebajikan itu. Setiap kita diminta untuk
melaksanakan setiap hari, pada setiap kesempatan yang diberikan Allah,
pada saat terbit matahari kehidupan kepada kita.
Tugas setiap Mukmin menciptakan masyarakat bahagia.
Di awali dengan menumbuhkan rasa bahagia dalam memberi,
dilaksanakan dengan serba kerelaan. Tujuannya hanya mengharap redha
Allah.
‫جرًا إِل‬
ْ ‫سأَُل ُكمْ عََليْهِ َأ‬
ْ ‫ل ل َأ‬ ْ ُ‫ت ق‬
ِ ‫عمِلُوا الصّاِلحَا‬ َ ‫عبَادَهُ اّلذِينَ ءَا َمنُوا َو‬ ِ ُّ‫شرُ ال‬ّ ‫ذَِلكَ اّلذِي ُي َب‬
ٌ‫شكُور‬ َ ‫غفُو ٌر‬ َ َّ‫ن ال‬ ّ ِ‫حسْنًا إ‬
ُ ‫سنَ ًة َن ِزدْ َل ُه فِيهَا‬
َ‫ح‬َ ْ‫ن يَ ْق َت ِرف‬
ْ َ‫ا ْل َم َودّ َة فِي الْ ُق ْربَى َوم‬
Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang
beriman dan mengerjakan amal saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu
sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan
siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada
3
Shahih Abu Dawud (4921), dan Imam Tirmizi menyebutnya Hasan Shahih (1925).
10 Idul Fitri 1424 H – 2003 M
Membuhul Silaturrahmi
kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri.(QS.42, Asy-Syura:23)
Membangun Jembatan Rasa
Membangun mawaddah fil qurba, mestilah bersih dari kedurhakaan
dan kemunafikan.
Jembatan rasa akan kokoh kuat, bila di ikat oleh hati dan jiwa dalam
kemasan kalimat tauhid.
Kesatuan hati dan hati menjadi sumber kekuatan yang ampuh dalam
ukhuwwah yang integrative.
Kita tidak dapat membayangkan betapa rusaknya masyarakat yang
berlabel ukhuwwah tetapi hati mereka tidak mau bertemu.
Mempertemukan hati dengan hati hanya mungkin dengan kekuatan
tauhid. Keyakina kepada Allah SWT. Kekuatan kalimah tauhid, atau
kalimatun thayyibah, dapat membentengi umat dan mampu menjadi
kekuatan dalam membina persaudaraan atas dasar ukhuwwah imaniyah.
Kalimah tauhid adalah seumpama pohon yang kokoh kuat dengan
urat menghunjam bumi dan pucuk melembai awan.
Demikian satu bentuk kerukunan umat bertauhid, sebagaima
digambarkan oleh Allah SWT..

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan


kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS.14, Ibrahim : 24-25).
Dipagi yang mulia, dihari jamuan Allah ini, kita awali bertakbir
membesarkan Asma Allah, agar kita tidak menjadi golongan yang
melupakan Allah, yang telah menganugerahi kita nikmat Nya. Supaya kita
tidak terjerembab kedalam kehidupan umat yang lupa diri.

Idul Fitri 1424 H – 2003 M 11


Menapak Alaf Baru

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-
orang yang fasik. (QS.59, Al Hasyr :19).

Allahu Akbar Wa lillahil-Hamd.


Mudah-mudahan pada hari ini, kita semua dapat menciptakan
suasana gembira dengan kesederhanaan, serta dapat pula menciptakan
kebahagian disekitar lingkungan kita. Amin Yaa Mujiib as-Saailina.

12 Idul Fitri 1424 H – 2003 M


Membuhul Silaturrahmi

Do’a Penutup
Allahumma Yaa Rabbana, Wahai Tuhan kami, jadikanlah kami semua umat
Mu yang memiliki sibghah, memiliki jati diri. Mememiliki keteguhan ‘izzah
nafsi, tahu akan martabat diri.
Yaa Allah, Ya Rabbana, dengan hati yang bersih penuh harap, dengan
kedua telapak tangan kami menengadah kepada MU, kami bermohon
kepada MU ;
Jangan Engkau jadikan kami menjadi umat buih (ghutsa-an ka ghutsa-as-sail),
yang dipermainkan serta diperebutkan oleh orang-orang yang tengah
kelaparan, seakan memperebutkan sepiring makanan dihadapan mereka.
Wahai Allah, Yaa Lathief, hindarkan bangsa ini, bangsa Indonesia yang
besar ini dari penyakit wahn, yakni penyakit hubbud-dunya, mencintai
dunianya amat-sangat berlebihan sehingga mau menjual diri dan keyakinan
mereka.
Yaa ‘Aziiz, hindarkan bangsa ini dari penyakit karahiyatul-maut, penyakit
enggan beramal dan berjihad dijalan MU.
Allahumma Yaa Ghaffar,
Kami menyadari sudah banyak nikmat MU kepada kami. Namun terkadang
kami selalu lupa mensyukurinya.
Kami sadar telah banyak kesalahan dan kezaliman kami lakukan, sadar
ataupun tidak, tapi kami lalai memohon ampun. Yaa Rahmanu Yaa ‘Aziizu,
ampunilah kami semua.
Ampunilah kedua orang tua kami. Bimbing kami dan pemimpin bangsa
kami selalu beribadah kepada MU,
Yaa Mujiibu, Jadikan kami hamba-hamba MU yang selalu beribadah kepada
MU, sesuai maksud Engkau menciptakan kami.

Idul Fitri 1424 H – 2003 M 13


Menapak Alaf Baru

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.
Allahumma, Yaa Rahiim, Yaa ‘Aziiz, Yaa Jabbar,
Yaa badii’us-samawati wal ardhi,
Hindarkan bangsa kami dari keruntuhan karena kelalaian orang-orang
bodoh ditengah kami.
Berikan kami kekuatan dan ketabahan dalam memikul setiap amanah
menciptakan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi secara tauhidik,
integralistik.
Hindarkan kami wahai Rahman, dari perpecahan dan poergaduhan yang
akan menyebabkan hilangnya semerbak kami.
Yaa Malikul Quddus, as Salamul Mukminul Muhaimin,
Jadikan kami semua hamba yang mencintai Al Quran, dan mampu
mengamalkan al Quran.
Dengan Al Quran ini, Yaa Allah, Engkau telah keluarkan umat manusia dari
kegelapan jahiliyah kealam terang benderang dengan bimbingan hidayah Al
Quran,

Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya
kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang
Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS.14,Ibrahim:1)

Tiada yang lain tempat kami meminta, hanyalah Engkau semata. Tiada yang
lain yang kami sembah, kecuali hanyalah Engkau saja.

14 Idul Fitri 1424 H – 2003 M


Membuhul Silaturrahmi

Idul Fitri 1424 H – 2003 M 15


Menapak Alaf Baru

16 Idul Fitri 1424 H – 2003 M

You might also like