You are on page 1of 20

BAB II

2.1 Gambaran Umum Kebun Binatang Taman Sari, Bandung


Pada awalnya Kebun Binatang Taman Sari sebelum berada di pusat Kota Bandung
didirikan di daerah Cimindi oleh Bupati Martanagara pada awal abad ke-20. Setelah berada di
pusat Kota Bandung, lambat laun diikuti oleh orang-orang yang termasuk penyanyang
binatang yaitu orang Belanda. Tepatnya pada masa pemerintahan Kolonial Belanda pada
tahun 1933, DR.W. Treffers, seorang yang berkebangsaan Belanda yang berprofesi sebagai
seorang perencana sekaligus juga perancang memiliki ide mendirikan kebun binatang ini dan
akhirnya terwujud sejak tahun 1930, tetapi kemudian baru diresmikan tahun 1933. pada
dasarnya kebun binatang ini terdiri dari dua tempat yang berbeda, yaitu :
• Pertama, berhubungan dengan pelestarian hewan-hewan Indonesia yang dilindungi.
• Kedua, berhubungan dengan pelestarian tumbuhan (Botanical).
Namun, pada akhirnya kedua tempat ini digabung dikarenakan sudah tidak layak lagi
untuk menyimpan berbagai binatang yang semakin lama semakin banyak.
Dukungan temapat lembah-lembah membuat kebun binatang ini semakin popular dan
digemari oleh banyak orang, termasuk masyarakat lokal kota Bandung maupun masyarakat di
luar kota Bandung yang ingin menikmati suasana dan mengenal jenis-jenis binatang.
Namun pada tahun 1945, kebun binatang ini sudah dipegang dan di bawah
kepengurusan yayasan. yaitu Yayasan Margasatwa Taman Sari. Yayasan tersebut sampai saat
ini telah menjadikan kebun binatang Taman Sari sebagai tempat rekreasi yang bersifat
edukatif yang menyediakan sarana bermain bagi anak-anak seperti halnya penyewaan perahu,
menunggang hewan seperti hewan Unta dan Gajah yang secara khusus disediakan untuk
berbagai macam atraksi. Sesuai dengan keberadaannya yang berada di tengah-tengah kota
Bandung, Kebun binatang Taman Sari memiliki 2 (dua) fungsi, yaitu:
1) Sebagai ruang terbuka hijau, dan
2) Sebagai sarana rekreasi.
Sebagai kebun binatang yang memiliki dua fungsi, ternyata sampai saat ini sangat
dimanfaatkan sebagai obyek wisata untuk memperoleh manfaat ekonomi dengan
mengandalkan lingkungan yang masih terlihat alami sepertinya adanya hutan kota yang ada
disekitarnya kebun binatang. Selain itu, Kebun Binatang Taman Sari juga mempunyai
keunikan yaitu dapat mencerminkan taman tropis khas Indonesia.
2.2 Teori dan Analisis Elemen-Elemen Perancangan Kota
2.2.1 Teori Elemen-Elemen Perancangan Kota
Untuk merumuskan unsur-unsur bentuk fisik kota, perlu dirumuskan terlebih dulu
domain atau lingkup bidang perancangan kota. ruang- ruang dikelompokan menjadi empat
group, yaitu :
1. pola dan citra internal: menjelaskan maksud ruang-ruang di antara bangunan-
bangunan dalam lingkup kawasan kota, terutama dalam hal focal points, viewpoints,
landmarks, dan pola gerak;
2. bentuk dan citra eksternal: berfokus pada skyline (garis langit) kota, serta citra dan
identitas kota secara keseluruhan;
3. sirkulasi dan perparkiran: mengkaji karakteristik jalan (dalam hal: kualitas
pemeliharaan, kepadatan ruang, tatanan, kemonotonan, kejelasan rute, orientasi ke
tujuan, keselamatan, dan kemudahan gerakan), serta persyaratan dan lokasi
perparkiran;
4. kualitas lingkungan: berkaitan dengan sembilan faktor, yaitu kecocokan penggunaan,
kehadiran unsur alam, jarak ke ruang terbuka, kepentingan visual dari fasad jalan,
kualitas pandangan, kualitas pemeliharaan, kebisingan, dan iklim setempat.
Pengelompokan di atas belum menunjukkan unsur-unsur bentuk fisik kota dalam
perancangan kota. Unsur-unsur tersebut, dijelaskan oleh Hamid Shirvani (1985: 7-8),
meliputi delapan elemen , yaitu:
 guna lahan
 bentuk dan massa bangunan
 sirkulasi dan perparkiran
 ruang terbuka
 jalan pedestrian
 pendukung kegiatan
 perpapanan – nama
 preservasi

1. Guna Lahan
merupakan kebijakan Pemerintah kota yang bersifat dua dimensional (dalam bentuk
peta) tapi berpengaruh pada rancangan tiga dimensi (bangunan) di atas lahan tersebut. Guna
lahan juga berkaitan dengan sirkulasi dan perparkiran.
2. Bentuk dan Massa Bangunan
Umumnya, peraturan bangunan mengatur ketinggian, sempadan dan coverage
bangunan. Pengalaman beberapa proyek perancangan kota menyarankan untuk meliputi pula
"penampilan dan konfigurasi bangunan", misal berkaitan dengan warna, bahan bangunan,
tekstur, bentuk muka (fasad). Secara tradisional, hal-hal ini menjadi hak arsitek bersama
kliennya. Tapi, sebenarnya hal ini menyangkut kepentingan masyarakat dan berdampak pada
lingkungan kota. Contohnya: penggunaan kaca pantul cahaya untuk bangunan tinggi, dan
pengubahan tampilan muka bangunan bersejarah.

3. Sirkulasi dan Perparkiran


Elemen sirkulasi adalah suatu aspek yang kuat dalam membentuk struktur dan
lingkungan perkotaan. Ada 3 (tiga) prinsip utama pengaturan teknik sirkulasi adalah :
• Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual
positif.
• Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat
lingkungan menjadi jelas terbaca.
• Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan
bersama.

4. Ruang Terbuka
Pengertian "ruang terbuka" (open space) bagi tiap orang mungkin berbeda-beda, tapi
dalam hal ini, ruang terbuka meliputi: lansekap, hardscape (jalan, trotoar,dan sebagainya),
taman, dan ruang rekreasi di kota. Unsur-unsur ruang terbuka mencakup: taman dan alun-
alun, ruang hijau kota, perabot jalan/ruang kota, kios-kios, patung, jam kota, dan sebagainya.

5. Jalan Pedestrian
Pada masa lalu, perancangan pedestrian di kota jarang dilakukan. Ketika suatu mall
dirancang dengan memperhatikan kenyamanan pejalan kaki, maka mall tersebut berhasil
menarik banyak pengunjung. Jalan pedestrian (jalan pejalan kaki) di samping mempunyai
unsur kenyamanan bagi pejalan kaki juga mempunyai andil bagi keberhasilan pertokoan dan
vitalitas kehidupan ruang kota. Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi
ketergantungan pada kendaraan bermotor di pusat kota, menambah pengunjung ke pusat kota,
meningkatkan atau mempromosikan system skala manusia, menciptakan kegiatanan usaha
yang lebih banyak, dan juga membantu meningkatkan kualitas udara.
6. Pendukung Kegiatan
Pendukung kegiatan diartikan sebagai semua guna lahan dan kegiatan
yangmemperkuat ruang publik perkotaan. Bentuk, lokasi, dan karakteristik suatu
kawasanakan menarik fungsi-fungsi guna lahan, dan kegiatan yang spesifik. Sebaliknya,suatu
kegiatan cenderung memilih lokasi yang paling cocok untuk kegiatan tersebut Dengan
demikian, penempatan kegiatan yang tepat akan menarik kegiatan-kegiatan pendukung.
Kegiatan pendukung tidak hanya termasuk penyediaan pedestrian atau plaza (ruang terbuka
yang berlantai perkerasan) tapi juga termasuk fasilitas kota yang menarik kegiatan lainnya.
Fasilitas tersebut misalnya: pusat perbelanjaan, taman rekreasi, pusat pertemuan masyarakat
(civic center), perpustakaan kota, dan lain-lain.

7. Perpapanan-nama / Reklame
Simbol dan tanda adalah ukuran kualitas dari papan reklame yang sebenarnya diatur
untuk :

• Menciptakan kesesuaian.
• Mengurangi dampak negatif visual.
• Dalam waktu bersamaan menghilangkan kebingungan serta persaingan dengan tanda
lalu lintas atau tanda umum yang penting.
• Tanda yang didesain dengan baik menyumbangkan karakter pada fasade bangunan
dan menghidupkan street space dan memberikan informasi bisnis.
Simbol dan tanda sebenarnya dalam urban design, terutama untuk preservasi
diarahkan pada perlindungan permukiman yang ada dan urban place, sama seperti tempat
atau bangunan bersejarah. Dalam hal ini berarti juga mempertahankan kegiatan yang
berlangsung di tempat itu.

8. Preservasi
Preservasi atau perlindungan tidak hanya diberlakukan untuk bangunan bersejarah,
tapi juga untuk bangunan dan tempat yang dianggap perlu dilestarikan. Preservasi biasanya
juga mempertimbangkan faktor ekonomis dan kultural.
2.2.2 Analisis Elemen-Elemen Perancangan Kota terhadap Kebun Binatang Taman
Sari, Bandung
a) Guna Lahan (Land use)
Secara keseluruhan penggunaan lahan yang ada sudah dapat menciptakan suasana
yang manusiawi dengan sangat mempertimbangakan jalur pejalan kaki (street level) dan
peruntukan lahannya sudah cukup disesuaikan dengan kebutuhan sebuah kebun binatang
yaitu dengan terdapatnya kandang-kandang binatang, ruang terbuka, museum, toilet,
taman bermain anak-anak, gedung kesenian, wahana gajah tunggang, sewa perahu,
tempat parkir, dan lain-lain. Penggunaan lahan yang ada sudah berjalan sesuai dengan
fungsinya seperti penggunaan lahan untuk jalur pejalan kaki, untuk tempat parkir, untuk
Taman Kanak-Kanak, dan lain-lain. Namun, keadaannya kadang-kadang kurang terawat.
Hal ini disebabkan karena kurangya biaya dan tenaga untuk perawatan hewan, kandang,
gaji pegawai, dan sebagainya.
Penggunaan lahan tersebut sudah terdapat di hampir semua bagian yang ada di
kebun binatang ini. Berikut peta (gambar 2.1) dan gambar-gambar yang dapat
menggambarkan posisi dan suasana beberapa penggunaan lahan yang ada di Kebun
Binatang Taman Sari, Bandung.

Tempat Parkir Taman kanak-Kanak


Open Space (Gambar 2.4) (Gambar 2.3)
(Gambar 2.5)

Mes/tempat Pedestrian ways


tinggal pegawai (Gambar 2.2)
(Gambar 2.6)

Wahana Kolam
Perahu
Museum
Kandang Unta
Gambar 2.1 Peta Posisi Beberapa Penggunaan Lahan di Kebun Binatang Taman Sari,
Bandung
Gambar 2.2 Penggunaan Lahan (Land Use)

Gambar 2.2 Penggunaan lahan untuk Gambar 2.3 Pengunaan lahan untuk
kandang buaya wahana kolam perahu

Gambar 2.4 Penggunaan Lahan Gambar 2.5 Penggunaan Lahan


Untuk Kandang Burung Untuk Taman Bermain Anak-anak

Gambar 2.6 Penggunaan Gambar 2.7 Penggunaaan


Lahan Untuk Lahan Parkir Lahan Ruang Terbuka Hijau

b. Bentuk dan Massa Bangunan (building form and massing)


Dalam pengamatan ini, kandang-kandang hewan yang ada di anggap/dianalogikan
sebagai bangunan-bangunan dalam sebuah kota. Secara umum, bentuk kandang hampir
sama yaitu terbuat dari teralis besi namun ada yang dalam keadaan terbuka dan ada yang
tertutup. Selain itu, bentuk kandang juga ada yang merupakan perpaduan dari besi dan
dinding tembok. Sedangkan untuk massa bangunan sudah disesuaikan dengan jenis
hewan yang ada di dalamnya, seperti kandang burung nampak lebih tinggi dan lebar
dengan keadaan tertutup dibandingkan dengan kandang harimau atau hewan buas lainnya.
Dalam hal tekstur dan warna, bentuk dan massa bangunan tersebut kurang
menghasilkan bangunan yang berhubungan secara harmonis dengan bangunan-bangunan
lain disekitarnya. Hal ini karena ada kandang dengan tekstur dan warna yang menarik
serta terawat, namun banyak kandang yang dalam keadaan sebaliknya. Untuk
memberikan gambaran kondisi bentuk dan massa bangunan tersebut maka dapat dilihat
pada gambar-gambar di bawah ini :

Bentuk dan
Massa Bangunan
berupa bangunan Kandang Perpaduan Kandang Burung
museum
Terali Besi dan
Dinding Tembok

Kandang Perpaduan
Terali Besi

Kandan
g
Siaman
g

Gambar 2.8 Peta Posisi Beberapa Building Form and Massing di Kebun Binatang Taman
Sari, Bandung
Gambar 2.9 Bentuk dan Massa (Building Form and Massing)

Gambar 2.9 a Kandang Burung dengan Gambar 2.9 b Kandang Monyet dengan
Terali Besi Terbuka dan Berukuran Besar Terali Besi Tertutup dan Berukuran Kecil

Gambar 2.10 Jenis Bentuk dan Massa Bangunan

Gambar 2.10 Bentuk dan massa Gambar 2.11 Bentuk dan Massa
Bangunan berupa Bangunan Gerbang Bangunan berupa Bangunan
Pintu Masuk Museum

c. Sirkulasi dan Parkir ( Sirculation and Parking)


Elemen sirkulasi yang ada di Kebun Binatang Taman Sari sudah sudah cukup
membentuk struktur dan lingkungan perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari terdapatnya
jalan, baik untuk pejalan kaki ataupun untuk kendaraan dan juga adanya sirkulasi berupa
saluran drainase. Secara umum elemen sirkulasi yang ada sudah memenuhi 3 prinsip
utama pengaturan teknik sirkulasi, yaitu:
• Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak
visual positif.
Dengan banyak terdapatnya jalan (baik untuk pejalan kaki maupun kendaraan)
maka elemen sirkulasi di kebun binatang ini sudah menjadi elemen ruang
terbuka yang memiliki dampak visual positif. Sirkulasi jalan untuk pejalan
kaki sudah dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung untuk berjalan-
jalan di area ini karena secara visual sudah nampak cukup terjaga
kebersihannya, walaupun kurang terawat. Sedangkan sirkulasi untuk
kendaraan pun sudah disediakan jalur khusus kendaraan yang letaknya di
pinggir area ini sehingga tidak mengganggu pengunjung yang berjalan kaki.
• Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan
membuat lingkungan menjadi jelas terbaca.
Dengan terdapatnya jalan yang khusus untuk kendaraan maka di kebun
binatang ini jalan tersebut sudah menjadi orientasi kepada pengemudi dan
membuat lingkungan menjadi jelas.
• Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai
tujuan bersama.
Jalan yang ada sudah dapat menghubungkan antar sektor publik sehingga
terpadu dan dapat saling bekerjasama mencapai tujuan kebun binatang ini
secara harmonis.
Selain sirkulasi, elemen parkir juga sudah dapat dipenuhi yaitu dengan
terdapatnya tempat parkir yang cukup kapasitasnya dalam menampung jumlah kendaraan
pengunjung. Untuk mengetahui posisi dan gambaran suasana elemen sirkulasi dan parkir
ini maka dapat dilihat pada gambar 2.12 sampai dengan 2.15Jalan
Sirkulasi di bawah ini :
Beberapa Jalur
Tempat Parkir (Gambar 2.14a)

Sirkulasi
Jalan Satu
Sirkulasi
Jalur
Drainase
Gambar 2.12 Peta Posisi Beberapa Sirculation and Parking di Kebun Binatang Taman Sari,
Bandung

Gambar 2.13 Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)

Gambar 2.13 a Sirkulasi Jalan Gambar 2.13 b Sirkulasi Jalan


dengan beberapa Jalur Satu Jalur

Gambar 2.14 Sirkulasi Drainase Gambar 2.15 Sirkulasi Parkir

d. Ruang Terbuka (Open Space)


Secara keseluruhan, wilayah kebun binatang ini merupakan ruang terbuka dengan
berbagai macam jenis dan keadaan yaitu ruang terbuka dengan berlantai aspal, rumput,
tanah, puving block, taman, bahkan kolam. Ruang terbuka tersebut ada yang dalam
keadaan terawat, kurang terawat, bahkan tidak terawat, namun sudah dapat memenuhi
beberapa fungsi dari ruang terbuka, yaitu :
• Menyediakan cahaya dan sirkulasi udara dalam bangunan terutama di
pusat kota (kebun binatang).
• Menyediakan arena rekreasi dengan bentuk aktifitas khusus,
contohnya terdapatnya ruang terbuka yang berupa Taman Kanak-Kanak.
• Melindungi fungsi ekologi kawasan. Hal ini dapat dilihat dari
tumbuhan-tumbuhan langka yang dilindungi sehingga dapat melindungi fungsi
ekologi kawasan kebun binatang (baik di dalam maupun di sekitar lingkungan
kebun binatang)
• Memberikan bentuk solid foid pada kawasan.
• Sebagai arena cadangan untuk penggunaan dimasa depan (cadangan
arena pengembangan).
Untuk mengetahui posisi dan gambaran keadaan ruang terbuka di kebun binatang
ini maka dapat dilihat pada gambar 2.16 sampai dengan 2.21 di bawah ini :
Open Space
Open Space Berlantai
Open Space Berlantai PuvingBlock
Berlantai Aspal (Gambar 2.20)
Tanah (Gambar
2.21)

Open Space
Berlantai
Rumput/RTH
(Gambar 2.19)
Open Space
Berupa
Taman
Open Space
(Gambar 2.23
Berupa Kolam
)

Gambar 2.16 Peta Posisis Beberapa Open Space di Kebun Binatang Taman Sari, Bandung
Gambar 2.17 Ruang Terbuka Hijau (Open Space)

Gambar 2.17 Open Space Berupa Gambar 2.18 Open Space Berupa
Taman Kolam

Gambar 2.19 Open Space Gambar 2.20 Open Space


Berlantai Puving Blok Berlantai Tanah

Gambar 2.21 Open Space


Berlantai Rumput

e. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)


Secara umum jalur pejalan kaki yang ada di kebun binatang ini sudah mencapai
tujuannya yaitu memperhatikan kenyamanan bagi pejalan kaki. Selain itu juga sudah
dapat mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor di pusat kota, menambah
pengunjung ke pusat kota, menciptakan kegiatan usaha yang lebih baik, dan membantu
meningkatkan kualitas udara. Kegiatan lainnya pun yang mendukung jalur ini sudah
banyak ditemukan seperti pedagang kaki lima dan pedagang asongan. Namun, tidak
semua jalur pejalan kaki ada dalam keadaan yang baik, beberapa ditemukan dalam
keadaan tidak terawat dan rusak, sedangkan yang lainnya ada juga yang masih terawat
dan bahkan sudah diperbaharui.
Jalur pejalan kaki yang ada, lantainya ada yang terbuat dari puving block, aspal,
maupun tembok biasa. Sedangkan jalur pejalan kaki secara horisontal maupun vertical
sudah dapat ditemui. Secara vertikal, terdapat jalur yang berupa tangga. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.22 samapai dengan 2.26.

Pedestrian Ways
Pedestrian Ways Terbuat dari
Berupa Aspal Aspal

Pedestrian
Pedestrian Ways Ways Berupa
Terbuat dari Tangga
PuvingBlock

Gambar 2.22 Peta Posisi Beberapa Pedestrian Ways di Kebun Binatang Taman Sari,
Bandung
Gambar 2.23 Jalur Pejalan Kaki (Pedistrian Ways)

Gambar 2.26 Pedestrian Ways Gambar 2.25 Pedestrian


Terbuat dari Aspal Ways Terbuat dari Aspal
Terbuat dari Puving Blok

Gambar 2.26 Pedestrian


Ways Berupa Tangga

f. Kegiatan Pendukung (Activity Support)


Kegiatan pendukung yang ada di kebun binatang ini sudah dapat menunjang
kegiatan utamanya. Kegiatan-kegiatan dan ruang-ruang umum yang ada sudah
bersifat saling mengisi dan melengkapi. Kegiatan pendukung tersebut yaitu seperti
terdapatnya fasilitas jasa (kolam perahu), fasilitas umum (telepon umum, toilet, dll),
fasilitas hiburan (taman kanak-kanak, aula pementasan), tempat istirahat, dan kegiatan
perdagangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.27 sampai dengan
2.33.
Arena Bermain Telepon Umum
Anak-Anak
Toilet

Gedung
Kesenia

Activity SupportWahan Kolam


sebagai Perahu
perdagangan

Wahana Unta
Tunggang Activity Support
sebagai Tempat
Istirahat

Gambar 2.27 Peta Posisi Activity Support di Kebun Binatang Taman Sari, Bandung

Gambar 2.28 Aktifitas Pendukung sebagai Fasilitas Jasa

Gambar 2.29 Wahana Kolam


Perahu
Gambar 2.30 Toilet
Gambar 2.31 Aktifitas Pendukung sebagai Fasilitas Umum

Gambar 2.31 Telepon Umun

Gambar 2.32 Aktifitas Pendukung sebagai Fasilitas Hiburan

Gambar 2.32 a Gedung Kesenian Gambar 2.32 b Tempat Bermain


Anak-anak

Gambar 2.33 b Activity Support


Gambar 2.33 a Activity Support Kantin
Tempat Istirahat
g. Penanda (Signage)
Penanda yang terdapat di kebun binatang ini bermacam-macam jenisnya sehingga
fungsinya pun berbeda sesuai dengan jenisnya. Berdasarkan hasil pengamatan maka
signage yang ada di kebun binatang dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu berupa
penanda tempat, penunjuk arah, peta, dan peringatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 2.34 sampai dengan 2.38.
Simbol dan tanda tersebut sudah dapat dijadikan untuk preservasi yang diarahkan
pada perlindungan permukiman yang ada dan urban place, sama seperti tempat atau
bangunan bersejarah. Dalam hal ini berarti juga mempertahankan kegiatan yang
berlangsung di kebun binatang sendiri.

Signage Signage
Berupa Berupa Peta
Peringatan

Signage
Penanda Tempat
Signage Kompleks
penunjuk
arah

Gambar 2.34 Peta Posisi Beberapa Signage di Kebun Binatang Taman Sari, Bandung
Gambar 2.35 Penanda (signage)

Gambar 2.35 Signage Sebagai Gambar 2.36 Signage


Tempat Kompleks Orang Utan Penunjuk Arah

Gambar 2.37 Signage Gambar 2.38 Signage Peringatan


Berupa Peta

i. Preservasi (Preservation)
Bangunan atau tempat yang perlu dilestarikan atau dipelihara bangunannya
sehubungan dengan preservasi di Kebun Binatang Taman Sari adalah bangunan museun,
kandang peninggalan Belanda, dan patung pendiri kebun binatang tersebut. Hal ini
dilakukan karena diharapkan kegiatan preservasi dapat menciptakan kegiatan yang
mendorong keberhasilan usaha dan peningkatan pendapatan daerah. Preservasi bangunan
dan kawasan harus mampu mendorong peningkatan perekonomian daerah. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.39 sampai dengan 2.43.
Gambar 2.39 Preservasi (Preservation)

Gambar 2.39 Gedung Museum Gambar 2.40 Klinik Hewan

Gambar 2.41 Gerbang Gambar 2.45 Patung Pendiri Kebun


Kolam Perahu Binatang Taman Sari, Bandung
Arena Bermain
Anak-Anak
Toilet

Gedung
Kesenia
n

Wahan Kolam
Perahu

Wahana Unta
Tunggang Activity Support
sebagai Tempat
Istirahat

Gambar 2.34 Peta Posisi Beberapa Presservation di Kebun Binatang Taman Sari, Bandung

You might also like