You are on page 1of 3

http://dianbudisantoso.

net/

Free Software VS Commercial Software

Perbedaan free software dengan software komersial atau berbayar terletak pada lisensinya.
Dalam dunia software, istilah free software lebih dimaknai sebagai "perangkat lunak bebas" ketimbang
"perangkat lunak gratis". Alasannya, istilah "gratis" biasanya hanya mengacu pada harga, bukannya
kebebasan. Kebebasan dalam hal ini meliputi kebebasan untuk menjalankan suatu program untuk
tujuan apa saja, kebebasan untuk mempelajari bagaimana program itu bekerja serta dapat disesuaikan
dengan kebutuhan penggunanya, kebebasan untuk menyebarluaskan kembali hasil salinan program
tersebut sehingga dapat membantu sesama pengguna, dan yang terakhir adalah kebebasan untuk
meningkatkan kinerja program, dan dapat menyebarkannya ke khalayak umum sehingga semua
menikmati keuntungannya. Untuk mewujudkan semua itu, setiap perangkat lunak yang dinyatakan
sebagai perangkat lunak bebas wajib disebarluaskan dibawah lisensi General Public License (GPL).
Konsekuensinya, agar dapat disebut sebagai perangkat lunak bebas (free software), sebuah
perangkat lunak harus menyediakan kode sumber (source-code) yang dapat diakses dan dimodifikasi
oleh penggunanya. Yang disebut dengan kode sumber disini adalah kode-kode dalam bahasa
pemrograman yang membentuk perangkat lunak bersangkutan sebelum perangkat lunak tersebut di-
compile. Perangkat lunak semacam ini lantas disebut sebagai perangkat lunak open source.

Free Software, Shareware dan Freeware


Free software tidak sama dengan perangkat lunak shareware maupun freeware. Walaupun
tersedia secara gratis, shareware dan freeware jelas bukan perangkat lunak bebas. Para pembuat
shareware sebenarnya sama sekali tidak berniat untuk menggratiskan software buatannya. Mereka
cuma memberi kesempatan kepada user untuk mencoba selama periode tertentu untuk kemudian
memutuskan apakah akan membeli versi komersialnya atau sama sekali tidak menggunakan program
tersebut. Sementara itu, para pembuat freeware memang menggratiskan program buatannya, tapi
mereka rata-rata tidak menyediakan source code, yang berarti mereka tidak menyediakan akses bagi
penggunanya untuk melakukan modifikasi terhadap program untuk menyesuaikan dengan
kebutuhannya. Ini jelas bertentangan dengan prinsip perangkat lunak yang sudah disinggung diatas.

Open Source dan Free Software


Satu hal yang sering rancu adalah pengertian antara open source dan free software (perangkat
lunak bebas). Kadang-kadang kita menemui kedua istilah ini dicampur adukkan, padahal keduanya
adalah hal yang berbeda. Boleh-boleh saja sebuah perangkat lunak open source diaku sebagai free
http://dianbudisantoso.net/

software, tapi masalahnya bukan apakah kode sumber dibuka atau tidak, tapi lebih dari itu, apakah kode
itu tersedia secara bebas atau tidak. FreeBSD misalnya, adalah perangkat lunak open source, tapi
bukanlah free software, setidaknya kalau kita mengacu pada definisi GPL. Ini karena walaupun kode
sumber untuk FreeBSD memang tersedia, namun hanya untuk kalangan terbatas. Kode ini juga tidak
bebas untuk dikembangkan sesuka hati oleh penggunanya. Ketersediaan kode sumber disini sebenarnya
semata-mata untuk alasan kemudahan bagi developer untuk mengembangkan perangkat lunak untuk
OS bersangkutan. Sebaliknya, OS semacam Linux adalah free software yang definitif karena kode
sumbernya selain terbuka, juga dapat dimodifikasi maupun ditingkatkan oleh penggunanya sendiri
(bukan hanya untuk developer).
Di pihak lain, walaupun sifatnya “free”, ini tidak berarti selamanya Linux tersedia secara gratis,
karena beberapa paket distrubusi (distro) Linux dikemas sebagai paket komersial dimana pengguna
harus membayar biaya lisensi untuk bisa menggunakannya secara legal. Sebaliknya, FreeBSD yang
walaupun bukan free software, justru tersedia secara gratis untuk digunakan oleh siapa saja tanpa perlu
dipusingkan soal lisensi.
Proyek GNU bentukan Richard Stallman merupakan contoh yang relevan dari perangkat lunak
bebas. Stallman mulai mencanangkan gerakan software bebas (free software movement) pada 1983,
saat ia mengumumkan rencananya untuk menulis software kompatibel UNIX yang disebut GNU (yang
merupakan akronim rekursif dari GNU’s Not UNIX) dan mengedarkannya secara gratis untuk publik.
Sebagaimana FreeBSD yang merupakan pengembangan dari keluarga Unix BSD, maka OS Linux yang
populer itu sebenarnya merupakan turunan yang paling populer dari GNU. Linux Torvalds menciptakan
Linux sebagai sebuah kernel dari GNU. Karenanya, walaupun sistem operasi buatannya ini sering dirujuk
sebagai "Linux" saja, sebetulnya ia lebih tepat jika disebut sebagai sistem GNU/Linux. Dilain pihak, kernel
GNU yang ditulis oleh Stallman – disebut Hurd, atau tepatnya GNU/Hurd – sampai saat ini masih
dikembangkan dan belum kunjung selesai (!). Kesimpulannya, istilah free software maupun open source
sebenarnya tidak berkorelasi langsung dengan masalah harga. Ini cuma persoalan ketersediaan kode
sumber dan bagaimana hak pengguna terhadap kode sumber bersangkutan. Untuk ukuran pengguna
kebanyakan (bukan programmer/developer), urusan ini jelas bukan sesuatu yang signifikan

Proprietary Software VS Commercial Software


Proprietary software adalah nama lain untuk non free software. Dahulu software berbayar itu
dibagi dua yaitu “semi-free software” dimana kita masih memiliki hak untuk memodifikasi source
http://dianbudisantoso.net/

codenya dan mendistribusikannya secara tidak komersil dan proprietary software yang kita tidak bisa
memodifikasi source code dan mendistribusikanya.
Commercial software adalah software yang dikembangkan oleh perusahaan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. Pengertian software “komersial” dan software “proprietary” itu pengertian
yang sangat berbeda. Kebanyakan commercial software adalah proprietary software, tetapi ada juga
commercial software yang bersifat free, dan ada juga software non komersial yang bersifat tidak free
software.

Dian Budi Santoso


J410101024
S1 Kesehatan Masyarakat – Transfer
Universitas Muhammadiyah Surakarta

You might also like