You are on page 1of 10

ELIKSIR FENOBARBITAL 10mg/cc

I. LATAR BELAKANG
Banyak larutan oral yang mengandung kosolven dinyatakan sebagai eliksir.
Banyak lainnya dinyatakan sebagai larutan oral, juga mengandung etanol dalam jumlah
berarti. Karena kadar etanol yang tinggi dapat menimbulkan efek farmakologi jika
diberikan oral, dapat digunakan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol, untuk
mengurangi jumlah etanol yang diggunakan. Untuk dinyatakan eliksir, larutan harus
mengandung etanol (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 15). Eliksir adalah sediaan
berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat
tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat wewangi, dan zat
pengawet. Digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pengganti gula dapat digantikan
dengan sirup gula (Farmakope Indonesia, edisi III, hal 8)
Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental
karena mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif dibanding dengan sirup di
dalam menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan. Eliksir mudah dibuat larutan,
maka lebih disukai dibanding sirup.
Zat aktif pada sefiaan kali ini adalah fenobabrbital yang dapat berperan sebagai
antikonvulsan, sedatif, dan hipnotik. Dosis fenobarbital:
Untuk sedativum oral
Dosis lazim: 1 kali = 15-30 mg
1 hari = 45-90 mg
Dosis maksimum: 1 kali = 300 mg
1 hari = 600 mg
Untuk antikonvulsan oral
Dosis lazim: 1 kali = 50-100 mg
1 hari = 150-300 mg
Dosis maksimum: 1 kali = 300 mg
1 hari = 600 mg
Untuk hipnotikum oral
Dosis lazim: 1 kali = 100-200 mg
(Farmakope Indonesia III, hal 980)
II. PERMASALAHAN FARMASEUTIKA
a. Preformulasi Zat Aktif
Fenobarbital
Struktur kimia

Rumus molekul C12H12N2O3


Nama kimia Asam 5-etil—fenilbarbiturat
Sinonim Luminal
Berat molekul 232,24
Pemerian Hablur kecil atau serbuk hablur putih berkilat, tidak berbau, tidak berasa,
dapat terjadi polimorfisme. Stabil di udara, pH larutan jenuh lebih kurang
5. (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 659)
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; larut dalam etanol, eter, dan dalam larutan
alkali hidroksida dan dalam alkali karbonat; agak sukar larut dalam
kloroform. (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 659).
1:1000 dalam air, 1:10 dalam etanol, 1:40 dalam kloroform, 1:40 dalam
eter. (The Pharmaceutical CODEX. Edisi 12. Hal 995)
Kandungan Fenobarbital mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari
101,0 % C12H12N2O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
(Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 659).
Stabilitas Stabil dalam udara, tetapi larutan mengalami hidrolisis khususnya pada
pH tinggi. Karena adanya pemutusan cincin asam barbirturat pada posisi
1,2 atau posisi 1,6 untuk membentuk diamida atau ureida. Dekomposisi
diamida dan ureida lebih jauh dapat terjadi. (The Pharmaceutical CODEX.
Edisi 12. Hal 996)
pKa 7,4 (25°C) (The Pharmaceutical CODEX. Edisi 12. Hal 996)
Titik lebur (174-178)°C (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 659).
Inkompatibilitas Fenobarbital akan mengalami presipitasi tergantung pH campuran dan
konsentrasi barbiturat. Apabila campuran bersifat alkali penetapan pH
menjadi penting. Pengendapan asam bebas dilaporkan terjadi pada pH 8,8
(The Pharmaceutical CODEX. Edisi 12. Hal 996)
Polimorfisme Fenobabrital memiliki 13 jenis bentuk polimorfik yang telah
teridentifikasi. Bentuk yang paling stabil pada suhu kamar adalah bentuk
II, yang merupakan bentuk paling banyak terdapat dalam perdagangan.
(The Pharmaceutical CODEX. Edisi 12. Hal 996)
Wadah dan Simpan dalam wadah tertutp rapat. (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal
penyimpanan 659)

b. Permasalahan
- Zat aktif sangat sukar larut dalam air, sehingga sediaan dibuat dalam bentuk eliksir
- KD zat aktif tidak diketahui, sehingga perlu ditentukan KD zat aktif dengan cara
melarutkannya dalam etanol lalu ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga
terbentuk endapan pertama kali.
- Pemilihan komposisi pelarut campur yang tepat, KD pelarut campur sama dengan
KD zat aktif, agar zat aktif melarut sempurna
- Zat aktif tidak berasa, sehingga perlu ditambahkan pemanis dan jika digunakan
sirupus simpleks dengan konsentrasi tinggi perlu ditambahkan anti cap-locking

III. PENYELESAIAN MASALAH


Preformulasi eksipien
a. Etanol
Struktur kimia

Rumus molekul CH3CH2OH


Berat molekul 46,07
Pemerian Cairan mudah menguap, jernih tidak berwarna, bau khas dan
menyebabkan terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu
rendah, mendidih pada suhu 78°C; mudah terbakar. (Farmakope
Indonesia. Edisi IV. Hal 63)
Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan pelarut organik
(Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 63).
Konstanta 25,7
dielektrik
Stabilitas Mudah menguap pada suhu kamar
Inkompatibilitas Pada suasana asam, etanol dapat bereaksi dengan bahan pengoksidasi.
Campuran dengan alkali dapat menyebabkan pembentukan senyawa
aldehid. Garam organik/akasia dapat mengendap dalam larutan/dispersi.
Larutan etanol tidak cocok dengan wadah alumunium dan dapat
berinteraksi dengan beberapa obat. (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Edisi 6. Hal 17-18)
Bobot jenis 0,812-0,816
Fungsi Pelarut (kosolven)
b. Propilen glikol
Struktur kimia

Rumus molekul CH3CH(OH)CH2OH


Nama kimia 1,2-propanadiol
Berat molekul 76,09
Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab. (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal
712)
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform; larut
dalam eter dan beberapa monyak esensial, tetapi tidak dapat bercampur
dengan minyak lemak. (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 712).
Konstanta 33
dielektrik
Stabilitas Pada suhu dingin stabil, bisa dalam keadaan tertutp rapat, tetapi pada
suhu tinggi dan di tempat terbuka dapat teroksidasi menjadi
propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan sama asetat. Stabil ketika
dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 592)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan reagen pengoksidasi, contoh Kalium Permanganat
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 592)
Fungsi Pelarut (kosolven)

c. Gliserol
Struktur kimia

Rumus molekul C3H8O3


Nama kimia Propana-1,2,3-tiol
Berat molekul 92,09
Pemerian Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis mendekati 0,6 kali
sukrosa, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), viskos
higroskopis, netral terhadap lakmus. (Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal
413)
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap, dan dalam minyak lemak
(Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal 413).
Konstanta 43
dielektrik
Stabilitas Gliserin bersifat higroskopis. Tidak teroksidasi pada penyimpanan, tapi
dapat terdekomposisi oleh pemanasan yang menghasilkan racun ecrolein.
Campuran gliserin dengan air, etanol, dan propilen glikol stabil secara
kimiawi. Gliserin dapat terkristalisasi pada suhu rendah. Ktistal tidak
meleleh sampai suhu 20°C. Gliserin harus disimpan dalam container
kedap udara, sejuk, dan kering. (Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Edisi 6. Hal 204)
Inkompatibilitas Dapat meledak jika dicampur dengan agen pengoksidasi kuat seperti
kromium troksida, potassium borat, atau kalium permanganat. Warna
hitam mumncul bila lama dikenai cahaya atau kontak dengan seng oksida
atau bismuth nitrat. Kontaminasi besi pada gliserin dapat menyebabkan
penuaan warna pada campuran yang mengandung fenil salisilat, dan tanin.
Gliserin membentuk kompleks asam borat, asam gliseroborat, yang lebih
kuat dari asam borat (Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6.
Hal 205)
Fungsi Pengawet, pemanis, dan pelarut (kosolven)

d. Sukrosa
Struktur kimia

Rumus molekul C12H22O11


Berat molekul 342,3
Pemerian Berupa kristal tidak berwarna, berbentuk massa kristal atau sebagai serbuk
hablur putih, tidak berbau dan memiliki rasa manis.
Kelarutan 1:0,5 bagian air, 1:0,2 bagian air pada suhu 100° C
Stabilitas Sukrosa memiliki stabilitas yang baik pada suhu kamar dan pada
kelembaban yang relatif sedang. Sukrosa menjadi karamel jika dipanaskan
pada temperatur diatas 160°C. Sukrosa cair sangat mungkin mengalami
fermentasi oleh mikroba tetapi pada konsentrasi tinggi diatas 60 % b/b
lebih tahan terhadap dekomposisi. (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Edisi 6. Hal 703-706)
Inkompatibilitas Serbuk sukrosa yang terkontaminasi dengan sedikit logam berat,
menyebabkan sukrosa inkompatibel dengan bahan aktif misal asam
askorbat. Sukrosa terhidrolisis oleh asam menjadi dekstrosa dan fruktosa.
Sukrosa juga inkompatibel dengan aluminium. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 703-706)
Fungsi Pemanis

e. Natrium sakarin
Struktur kimia

Rumus molekul C7H4NNaO3S


Berat molekul 205,16
Pemerian Natrium sakarin berupa kristal putih, tidak berbau. Ini memiliki rasa
sangat manis, dengan aftertaste logam atau pahit, aftertaste dari natrium
sakarin dapat ditutup dengan pencampuran dengan pemanis lainnya.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 608)
Kelarutan 1:102 dalam etanol, 1:50 dalam etanol 95%, 1:3,5 dalam propilen, praktis
tidak larut dalam propan-2-ol, 1:1.2 dalam air. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 608)
Stabilitas Natrium sakarin stabil di bawah kisaran normal kondisi yang digunakan
dalam formulasi. Hanya bila terkena suhu tinggi (125°C) pada pH rendah
(pH 2) selama lebih dari 1 jam tidak terjadi dekomposisi yang signifikan.
Dalam konsentrasi 84% adalah bentuk natrium sakarin yang paling stabil.
Larutan untuk injeksi bisa disterilkan dengan autoclave. Natrium sakarin
harus disimpan dalam wadah tertutup baik dalam tempat kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 609)
Inkompatibilitas Natrium sakarin tidak mengalami browning Maillard. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 609)
Fungsi Pemanis

f. Vanillin Essence
Struktur kimia
Rumus molekul C8H8O3
Berat molekul 152,15
Pemerian Putih atau krem, kristalin jarum atau serbuk dengan karakteristik aroma
vanilla dan rasa manis (Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6.
Hal 760)
Kelarutan Larut di aseton, larutan alkali hidroksida, kloroform, eter, metanol, dan
minyak. 1:2 dalam etanol 95% dan 1:3 dalam etanol 70%, kelarutannya
1:100 di air (Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 761)
Stabilitas Dapat terganggu oleh cahaya. Vanillin perlahan teroksidasi di tempat yang
lembab. Larutan vanillin dalam etanol terdekomposisi jika terkena cahaya.
Larutan basa dapat menghasilkan larutan berwarna cokelat. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 761)
Inkompatibilitas Inkompatibilitas dengan aseton (Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Edisi 6. Hal 761)
Fungsi Pemberi aroma

g. Aquades
Rumus molekul H2O
Berat molekul 18,02
Kelarutan Bercampur dengan banyak pelarut polar
Konstanta 80,4
dielektrik
Stabilitas Secara kimia air stabil dalam semua bentuk fisis
Inkompatibilitas Mengalami rekaksi hidrolisis dengan senyawa obat. Dapat bereaksi
dengan logam alkali dan oksida logam alkali seperti kalsium dioksida dan
magnesium dioksida. Bereaksi juga dengan garam anhidrat membentuk
garam hidrat dan juga dengan senyawa organik lain dan kalsium karbida.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. Hal 768)
Fungsi Pelarut

IV. KESIMPULAN FORMULA


Kesimpulan formula sirup fenobabrbital 10mg/cc.
No. Bahan Jumlah Fungsi
1 Fenobarbital 1% Zat aktif
2 Propilen glikol 20% Kosolven
3 Etanol 95% 10% Kosolven
4 Gliserol 20% Kosolven dan pengawet
5 Sirupus simpleks 15% Pemanis
6 Natrium sakarin 0,1% Pemanis
7 Vanilla essence Qs Pemberi aroma
8 Yellow FCF Qs Pewarna
9 Aquades Add hingga 150 mL Pelarut

V. PENIMBANGAN
Dosis = 10mg/cc
Volume sediaan per botol
Volume sediaan yang dibuat 150 mL
Penimbangan untuk 150 mL
No. Bahan Jumlah
1 Fenobarbital 1,5 gram
2 Propilen glikol 30 mL
3 Etanol 95% 15 mL
4 Gliserol 30 mL
5 Sirupus simpleks 22,5 mg
6 Natrium sakarin 150 mg
7 Vanilla essence 50 mg
8 Yellow FCF 50 mg
9 Aquades Add hingga 150 mL

VI. PROSEDUR PEMBUATAN


1. Penentuan konstanta dielektrik fenobarbital
- Sebanyak 1,5 gram zat aktif dilarutkan dalam 20 mL etanol yang ditempatkan dalam
labu erlenmeyer
- Aquades ditempatkan dalam buret
- Fenobarbital dalam etanol dititrasi dengan aquades hingga terbentuk endapan pertama
kali

2. Pembuatan larutan stok pewangi dan pewarna


- Dibuat 5 mL larutan vanilla essence dalam etanol dengan konsentrasi 1%
- Dibuat 5 mL larutan yellow FCF dalam etanol dengan konsentrasi 1%

3. Pembuatan sirupus simpleks, stok 50 mg


- Ditimbang 33,33 mg sukrosa
- Ditambahkan air hingga beratnya mencapai 40 gram, panaskan hingga larut dan
larutan jernih
- Dinginkan, ditimbang. Tambahkan air hingga beratnya 50mg lalu saring dengan kain
batis
4. Pembuatan eliksir fenobarbital
- Tentukan jumlah masing-masing komponen kosolven yang diperlukan dengan
menghitung dari KD fenobarbital yang telah didapatkan dari hasil titrasi tadi.
- Dilarutkan 1,5 gram fenobarbital ke dalam 15 mL etanol
- Ditambahkan 30 mL propilen glikol
- Ditambahkan 30 mL gliserol
- Aduk hingga rata
- Ditambahkan sirupus simpleks 22,5 mg
- Ditambahkan stok pengaroma 3 mL
- Ditambahkan stok pewarna 2 mL
- Aquades ditambahkan hingga batas tara 150 mL
- Campuran diaduk hingga homogen dan dimasukkan ke dalam wadah yang sudah
ditara
- Sisa volume sediaan digunakan untuk evaluasi sediaan

VII. HASIL PERCOBAAN

VIII. ANALISIS TITIK KRITIS SEDIAAN


- Proses penentuan konstanta dielektrik fenobarbital, jika tidak sesuai zat tidak akan
terlarut sempurna
- Komposisi air, propilen glikol, gliserol, dan etanol sebagai pelarut campur harus
sesuai sehingga nilai konstanta dielektrik kosolven mendekati zat aktif

IX. EVALUASI
No Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Jumlah Syarat
sampel
1 Wadah Kelengkapan dan kondisi 1 Tidak rusak,
wadah wadah primer
tidak bocor
2 pH Pengukuran dengan pH meter 1 Dicatat sebagai
spesifikasi
bahan
3 Volume terpindahkan Volume terpindahkan sesuai 1 60 mL
spesifikasi
4 Viskositas Mengukur viskostitas dengan 1 Dicatat sebagai
viskometer Hoppler spesifikasi
sediaan
5 Organoleptik Pemeriksaan organoleptik 1 Dicatat sebagai
sediaan meliputi rasa, warna, spesifikasi
dan bau bahan
6 Berat jenis Pengukuran berat jenis dengan 1 Dicatat sebagai
piknometer spesifikasi
bahan

X. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia ed III.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia ed IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Lund, Walter. 1994. The Pharmaceutical Codex 12th edition. London: The
Pharmaceutical Press.
Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th edition.
London: Pharmceutical Press.

You might also like