Professional Documents
Culture Documents
Makalah
Oleh:
Aldieta Ciara Mahardhika (0607861)
Febrian Dwi Andhana (0607865)
Muh. Irfan Ardiansyah (0607776)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Dan tak lupa shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan
Manajemen. Makalah ini membahas mengenai evaluasi terhadap sistem
manajemen, perencanaan perusahaan, sistem pengendalian, komunikasi, dan
sistem informasi serta pelaporan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan ataupun kesalahan, maka dari itu penulis memohon
maaf atas kekurangan dan kesalahan tersebut, dan penulis juga memohon kritik
dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun.
Bandung, November
2009
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar/ i
Daftar Isi /ii
Daftar Bagan /iii
BAB I PENDAHULUAN / 1
1.1 Latar Belakang Masalah / 1
1.2 Rumusan Masalah / 2
1.3 Tujuan Penulisan / 2
1.4 Kegunaan Penulisan / 3
BAB II PEMBAHASAN/ 4
2.1 Pengertian Perencanaan / 4
2.2 Pentingnya Perencanaan / 5
2.3 Manfaat Perencanaan / 6
2.4 Penyebab Kegagalan Perencanaan / 7
2.5 Sepuluh Ukuran Nilai Perencanaan / 8
2.6 Hirarki dan Unsur Rencana Perusahaan / 15
2.6.1 Rencana Strategis / 17
2.6.2 Rencana-rencana Sekali Pakai / 19
2.6.3 Rencana-rencana Tetap / 21
2.7 Unsur-unsur Yang Mendukung Terciptanya Perencanaan Yang Sehat / 23
2.8 Pedoman Perencanaan yang Efektif / 29
BAB III SIMPULAN / 31
DAFTAR PUSTAKA / 33
DAFTAR BAGAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan ataupun bentuk organisasi lainnya tentu tak akan luput
dari manajemen, artinya perusahaan atau organisasi itu untuk mencapai tujuannya
mau tidak mau harus menerapkan manajemen dalam kegiatannya. Tujuan
manajemen adalah menciptakan pengarahan dan koordinasi serta menyiapkan
pedoman guna mencapai perkembangan atau kemajuan ekonomis. Kualitas
manajemen dapat dikatakan merupakan penentu dari kemampuan perusahaan
dalam mencapai tujuannya. Manajemen menggerakkan semua aspek dan unit
yang ada dilaksanakan secara menyeluruh dalam suatu organisasi sesuai
kebutuhan organisasi itu sendiri.
Untuk mendapatkan gambaran umum suatu perusahaan acapkali seorang
pemeriksa merasa perlu untuk melakukan evaluasi atas sistem manajemennya. Hal
ini disebabkan karena, seperti yang telah dinyatakan di atas, efektivitas sistem
manajemen merupakan penentu dari kemampuan perusahaan. Dan kemampuan
perusahaan secara langsung juga berarti menunjukkan kualitas pemimpinnya
kendatipun sebenarnya masih ada faktor lain yang juga mempengaruhinya.
Mempertimbangkan bahwa peran perencanaan dalam mencapai tujuan
suatu organisasi cukup penting, maka bagi pemeriksa operasional evaluasi atas
sistem perencanaan perusahaan yang diperiksanya menjadi hal yang penting pula.
Bilamana pemeriksa ingin mengetahui secara keseluruhan apakah perusahaan
yang bersangkutan mempunyai tata kerja yang baik tentunya ia tak akan dapat
mengesampingkan evaluasi atas perencanaan.
Manajemen dapat diibaratkan sebagai seorang sais yang sedang
mengendalikan kuda.Sais mengusahakan agar arah lari kuda sesuai dengan arah
yang diinginkan, dan manajemen mengusahakan agar arah kegiatan perusahaan
sesuai dengan arah yang diinginkannya, dan manajemen mengusahakan agar arah
kegiatan perusahaan sesuai dengan arah yang diinginkannya. Jadi dapat dikatakan
bahwa pengendalian merupakan upaya untuk mengusahakan agar apa yang tengah
terjadi berjalan selaras dengan yang diharapkan atau ditentukan. Pengendalian
merupakan suatu fungsi yang tak dapat dikesampingkan dalam setiap kegiatan
manajemen. Manajemen tanpa pengendalian tidak dapat dikatakan manajemen
yang sehat. Evaluasi system pengendalian manajemen ini amat penting artinya
dalam pemeriksaan operasional karena acapkali hasilnya dijadikan pedoman
untuk mengindentifikasikan kelemahan operasional.
Pemeriksa juga harus tanggap terhadap masalah yang berkaitan dengan
komunikasi. Komunikasi yang efektif akan membuka keberhasilan tercapainya
misi organisasi. Dan pemeriksa, sebagai orang yang ditunjuk untuk ikut
mendorong tercapainya keberhasilan itu, harus memberikan penilaian secara
khusus mengenai komunikasi ini untuk menghindarkan terjadinya hal-hal yang
dapat menghambat.
Membicarakan komunikasi tak dapat dilepaskan dari masalah informasi.
Informasi adalah apa yang dapat dikomunikasikan. Yang bergerak dalam arus
komunikasi adalah informasi. Dalam pengertian umum, evaluasi sistem informasi
dan pelaporan tak ada gerak dari atas ke bawah, karena yang dimaksud dengan
pengertian sistem informasi itu sendiri merupakan sistem yang dapat memenuhi
kebutuhan informasi bagi atasan mengenai kegiatan yang ada, bukan bagi
bawahan mengenai kegiatan atasan. Dan lagi, karena ada predikat sistem “sistem”
yang melekat pada dirinya, maka sistem informasi dan pelaporan cenderung
memiliki pengertian formal.
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber daya
Tenaga kerja
Organisasi
Objektivitas
Informasi
Sistem
Ukuran-ukuran
Pengendalian
➢ Sumber Daya
Sumber daya terdiri dari manusia, bahan baku, peralatan, dan
fasilitas, dan dana. Organisasi dengan manajemen yang sehat akan selalu
memelihara keseimbangan komposisi sumber daya. Bahan baku, peralatan,
dan fasilitas, serta pembelanjaan harus seimbang dengan sumber daya
manusiawi untuk mencapai tujuan atau hasil dengan pengorbanan yang
minimal.
➢ Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada organisasi yang baik akan selalu dipilih dengan
seksama, bersih dari pertimbangan-pertimbangan yang dapat merusak
objektivitas. Tenaga kerja dalam organisasi yang sehat juga akan selalu
ditingkatkan kemampuannya, terlatih baik, ditempatkan sesuai dengan
bidang keahliannya, dan dipekerjakan secara efisien dengan disertai
pertanggungjawaban yang jelas dan kewenangan yang pasti.
➢ Organisasi
Bagan organisasi yang sehat akan selalu sederhana dan tidak
mengaburkan pembacanya. Pada bagan organisasi seperti ini akan
terlihat jelas kepada siapa seorang pejabat akan bertanggung jawab dan
siapa bawahannya. Setiap tugas dan pekerjaan yang ada dapat
ditelusuri dan ditemukan siapa yang bertanggung jawab atasnya. Dan
juga antara satu tugas dengan tugas lainnya akan dapat diketahui
hubungannya sehingga proses pekerjaan yang tercipta dan hubungan-
hubungan itu juga dapat diketahui dengan mudah.
➢ Objektivitas
Untuk menyusun kebijaksanaan ataupun peraturan, suatu organisasi
yang sehat akan selalu memiliki dasar yang layak dan realistis serta
bersifat mendorong pertumbuhan. Dengan adanya dasar ini setiap
kegiatan manajemen dengan sendirinya akan ikut terpengaruh untuk
bergerak ke arah yang lebih maju dengan tetap memperhatikan segala
kekurangan ataupun kelebihan yang ada.
➢ Informasi
Informasi yang dihasilkan oleh sistem manajemen yang baik akan
selalu memiliki kualitas prima, menarik, dan dapat dimanfaatkan oleh
berbagai pihak. Informasi demikian juga akan selalu tersedia bagi
setiap orang dengan pengorbanan yang sepadan dengan manfaat yang
diterima dari laporan tersebut.
➢ Sistem
Kebijaksanaan yang diterapkan dalam suatu sistem manajemen yang
sehat tentu akan tersirat dalam suatu rumusan tertulis, dilaksanakan
secara luas oleh aparat yang terlibat di dalamnya, dan selalu mutakhir
selaras dengan kebutuhan. Dengan adanya rumusan demikian akan
dapat menjamin keseragaman dalam tindakan, dan dapat mencegah
ketidakjelasan dalam melaksanakan tugas.
➢ Ukuran-ukuran
Setiap kegiatan, prestasi, atau tindakan pekerjaan dalam suatu
organisasi yang sehat mesti diiringi engan ukuran-ukuran prestasi
kerja, sehingga kemampuan karyawan, kesesuaian dengan prosedur
berjalan, dan ketaatan pada peraturan masing-masing unit atau individu
dapat segera dilacak.
➢ Pengendalian
Pengendalian harus dilaksanakan pada setiap aspek dan unit organisasi.
Pengendalian harus didasarkan pada kebijakan jangka pendek ataupun
jangka panjang yang sudah menjadi kesepakatan bersama untuk ditaati.
Tentu saja urutan unsur petunjuk di atas amat sederhana, karena
memang sebenarnya unsur-unsur tersebut masih memiliki dimensi
yang lebih luas lagi.
Tujuan :
Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendeknya.
2.
QUICK RATIO=HARTA LANCAR-PERSEDIAANUTANG LANCAR
Tujuan:
Mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendeknya tanpa harus menjual persediannya.
Tujuan:
Mengukur proporsi harta lancar bersih yang diinvestasikan
dalam persediaan.
RASIO LEVERAGE
4. UTANG BANDING TOTAL HARTA=UTANGTOTAL HARTA
Tujuan:
Mengukur kewajiban perusahaan kepada kreditur, atau
mengukur persentase total dana yang disediakan oleh kreditur.
5. TIMES INTEREST EARNED KELIPATAN JUMLAH BUNGA YANG
DIPEROLEH=LABA SEBELUM PAJAK+BIAYA BUNGABIAYA
BUNGA
Tujuan:
Mengukur sampai berapa jauh kemungkinan penurunan jumlah
laba sebelum perusahaan menjadi tidak mampu mmebayar biaya
bunga.
6. FIXED CHARGE COVERAGE PENCAKUPAN BEBAN
TETAP=LABASEBELUM PAJAK+BIAYA BUNGA+CICILAN
UTANGBIAYA BUNGA+CICILAN UTANG
Tujuan:
Mengukur sampai berapa jauh beban tetap (biaya bunga dan
cicilan utang jangka panjang) dapat tecakup oleh penghasilan
perusahaan.
7. UTANG LANCAR BANDING KEKAYAAN BERSIH=UTANG
LANCARKEKAYAAN BERSIH
Tujuan:
Mengukur jumlah hari penjualan yang terikat dalam piutang.
11. PERPUTARAN PERSEDIAAN=PENJUALANPERSEDIAAN (RATA-
RATA)
Tujuan:
Mengukur tingkat perputaran persediaan.
12. PERPUTARAN TOTAL HARTA (TOTAL ASSETS
TURNOVER)=PENJUALANTOTAL HARTA (ASSETS)
Tujuan:
Mengukur perputaran harta.
13. PRODUKTIVITAS HARTA=LABA BERSIH SETELAH
PAJAK+BIAYA BUNGATOTAL HARTA
Tujuan:
Mengukur rata-rata pengembalian total sumber daya.
14. MARGIN PENJUALAN (SALES MARGIN)=LABA BERSIH
SETELAH PAJAKPENJUALAN
Tujuan:
Mengukur profitabilitas perusahaan.
15. RETURN ON NET WORTH=LABA BERSIH SETELAH
PAJAKKEKAYAAN BERSIH
Tujuan:
Mengukur produktivitas sumber daya pemilik yang terikat pada
perusahaan.
16. MARGIN OPERASI BERSIH (NET OPERATING
MARGIN)=LABA KOTOR OPERASIPENJUALAN
Tujuan:
Mengukur berapa banyak harga jual per unit dapat diturunkan
tanpa merugi akibat penerapan accrual ketimbang cash basis.
Tujuan:
Mengukur sampai berapa jauh harga jual dapat diturunkan
tanpa merugi.
2.1.4 Prosedur
Dalam melaksanakan kebijakan perusahaan akan selalu terjadi berbagai
tindakan atau praktek administratif. Bilamana tindakan atau praktek yang
berkaitan dengan kebijakan ini dibuatkan prosedur standarnya, maka konsistensi
dari tindakan itu dapat terjamin, dan tugas administratif akan banyak
disederhanakan. Prosedur standar juga dapat menjamin bahwa setiap pihak yang
berkepentingan akan mendapatkan informasi yang dibutuhkannya, dan setiap
orang dapat memahami apa yang harus dilakukannya dengan informasi tersebut.
Dan lagi, prosedur standar yang dapat mencerminkan kebijakan pimpinan akan
dapat dijadikan alat pengendalian kegiatan perusahaan.
Memang benar bahwa menginstruksikan suatu tujuan kepada karyawan
akan lebih mudah dilakukan dengan lisan daripada secara tertulis. Namun cara
demikian tentunya penuh resiko. Penjelasan secara lisan akan mengakibatkan
banyak kesalahan, tambahan lagi jika penjelasan itu dilaksanakan secara otomatis
biasanya akan menyebabkan kesalahan yang berlipat ganda. Adanya prosedur
yang tegas secara tertulis akan dapat mengurangi ketidakpastian dalam cara
pelaksanaan tugas hingga tingkat minimal.
Karena pada umumnya perusahaan sudah cukup sadar akan betapa
pentingnya prosedur dalam organisasi, maka akuntan pemeriksa tidak perlu lagi
menghabiskan banyak waktu untuk mengevaluasi apakah prosedur yang ada
sudah cukup memadai, didesain dengan baik, dan selaras dengan lingkungan
perusahaan. Yang lebih penting dan lebih sulit lagi adalah menetapkan apakah
prosedur tersebut tepat pada waktunya dan mudah dimengerti. Berbagai kesulitan
yang ditemui dalam mempersiapkan prosedur di awal kegiatan akan banyak
menghindarkan banyak kesulitan di kemudian hari. Selanjutnya, prosedur harus
dirumuskan berdasarkan pandangan pemakai dan bukannya berdasarkan bahasa
teknis. Selain itu pemeriksa juga harus mengecek untuk melihat sampai berapa
jauh rumusan prosedur itu didistribusikan. Tentunya tak akan karyawan yang
dapat melaksanakan suatu rumusan prosedur bilamana ia tak diberi kesempatan
untuk mempelajari dan memahaminya.
2.2.3 Fleksibilitas
Sebenarnya akan lebih baik jika suatu rencana tidak perlu dirubah-rubah
selama penerapannya. Akan tetapi bukan suatu hal yan aneh jika keadaan yang
direncanakan itu ternyata menyimpang. Perubahan dalam personalia, ketersediaan
bahan baku, atau biaya produksi lainnya dapat membutuhkan perubahan tujuan
organisasi. Untuk menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi itu diperlukan
tindakan penyesuaian. Bilamana perubahan itu dapat diantisipasikan sebelum
rencana dikembangkan, maka tindakan alternatif dapat dipertimbankan lebih dulu.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika kita sadar bahwa suatu rencana
dapat berubah akan memudahkan kita untuk menyesuaikannya di mana perlu.
Akan tetapi merencanakan di muka atas perubahan itu saja tidak cukup.
Para manajer harus secara kontinyu memonitor faktor-faktor relevan sehingga
organisasi dapat mengadaptasi situasi baru dengan segera. Oleh karena untuk
menyusun rencana baru biasanya memerlukan banyak biaya dan waktu, maka
dalam proses perencanaan secara keseluruhan harus mengandung unsure
fleksibilitas.
TARGET
(OBJECTIVES
)
RENCANA
STRATEGIS
TUJUAN
(GOALS)
RENCANA
OPERASIONAL
RENCANA- RENCANA-
RENCANA SEKALI RENCANA
PAKAI TETAP
KEBIJAKAN
(POLICY)
PROGRAM
STANDAR
PROYEK ANGGARA PROSEDUR
N METODE
PERATURAN
Rencana Strategis
T
Kita awali dulu dengan rencana strategis. Strategi adalah sautu program
dalam arti luas untuk mencapai tujuan organisasi dan juga melaksanakan misi
yang tergaris di dalamnya. Ungkapan “program” di sini secara tidak langsung
berarti suatu peran aktif, kesadaran, dan rasional yang dilaksanakan oleh para
manajer dalam memformulasikan strategi organisasi. Suatu strategi dapat
menciptakan suatu pengarahan yang seragam bagi organisasi dalam pencapaian
tujuannya, dan memberikan pedoman dalam penyebaran dan penggunaan sumber
daya untuk menggerakkan organisasi dalam usahanya mencapai tujuannya tadi.
Rencana strategis memiliki beberapa karakteristik:
1. Rencana strategis berkaitan erat dengan pertanyaan-pertanyaan yang
sifatnya mendasar dan fundamental, seperti: “ Apa yang menjadi kegiatan
utama perusahaan, dan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan
perusahaan?”, “Siapa yang dapat menjadi pelanggan kita dan bagaimana
mengusahakan agar mereka dapat menjadi pelanggan kita?”
2. Rencana strategis memberikan kerangka dalam penyusunan rencana yang
lebih terperinci dan keputusan manajerial sehari-hari. Untuk mengambil
keputusan semacam ini seorang manajer dapat bertanya pada diri sendiri:
“Tindakan mana yang kiranya paling konsisten dengan strategi kita?”
3. Rencana strategis mempunyai kerangka waktu yang lebih panjang
daripada bentuk perencanaan lainnya.
4. Rencana strategis dapat menciptakan rasa kebersamaan dan daya gerak
(momentum) pada tindakan dan keputusan organisasi sepanjang waktu.
5. Rencana strategis merupakan suatu aktivitas tingkat tinggi, di sini
manajemen puncak harus terlibat di dalam perumusannya. Hal ini
disebabkan pertama, hanya manajemen puncak saja yang dapat menerima
informasi yang diperlukan untuk mempertimbangkan seluruh aspek
organisasi; dan kedua, komitmen dari manajemen puncak diperlukan
sehubungan untuk menciptakan komitmen pada tingkat yang lebih rendah.
Program
Suatu program mencakup seperangkat aktivitas yang relatif besar.
Program menunjukkan (1) langkah-langkah pokok yang diperlukan untuk
mencapai suatu target, (2) unit atau anggota organisasi yang diserahi tanggung
jawab pada setiap langkah, dan (3) ketentuan dan jangka waktu setiap langkah.
Program dapat disertai dengan suatu anggaran atau seperangkat anggaran untuk
setiap aktivitas yang diperlukan.
Suatu program mungkin mempunyai ruang lingkup sampai seluas kegiatan
peluncuran manusia ke bulan, namun juga dapat hanya sekecil usaha peningkatan
kemampuan membaca pada anak-anak kelas dua sekolah dasar. Tanpa
memandang ruang lingkupnya, program umumnya memerincikan berbagai
aktivitas dan alokasi sumber daya di dalam suatu keseluruhan yang mungkin akan
mencakup bentuk rencana sekali pakai lainnya seperti proyek dan anggaran.
Proyek
Proyek adalah bagian terpisah yang lebih kecil daripada program. Setiap
proyek mempunyai ruang lingkup yang terbatas dan arah dan masa penugasan
yang berbeda. Sebagai contoh, dalam rencana pembangunan gudang proyeknya
akan berupa penggambaran layout, laporan penyediaan tenaga kerja, dan
rekomendasi pemindahan stock dari fasilitas yang ada ke instalasi baru. Setiap
proyek akan menjadi tanggung jawab personal tertentu pula untuk
menyelesaikannya.
Anggaran
Anggaran adalah ikhtisar sumber daya keuangan yang disusun menurut
aktivitas-aktivitas yang akan dilaksanakan dalam suatu periode tertentu. Anggaran
umumnya dipergunakan sebagai alat pengendalian aktivitas organisasi dan
merupakan komponen penting dari suatu program atau proyek. Anggaran
umumnya dipergunakan sebagai alat pengendalian aktivitas organisasi dan
merupakan komponen penting ari suatu program atau proyek. Anggaran
memerincikan pendapatan dan juga pengeluaran biaya dan karenanya
menyediakan berbagai target untuk aktivitas-aktivitas tersebut seperti misalnya
jumlah penjualan, biaya departemen, atau investasi baru.
Para manajer acapkali memandang penyusunan anggaran sebagai proses
yang menjadi panutan dalam pengambilan keputusan untuk mengikat sumber
daya pada berbagai alternatif tindakan. Dengan penafsiran ini anggaran dapat
dianggap sebagai rencana sekali pakai dalam kegiatan mereka. Jika alokasi
sumber daya selama proses anggaran tidak memperhitungkan target-target
strategis, maka strategi organisasi hanya mempunyai pengaruh terbatas pada
aktivitas yang sesungguhnya. Dengan demikian anggaran acapkali menjadi proses
pokok perencanaan yang berbagai aktivitas lainnya dipilih dan dikoordinasikan.
Rencana-rencana Tetap
Suatu keputusan atau seperangkat keputusan dapat menjadi pedoman bagi
pelaksanaan fungsi-fungsi yang berlangsung berulangkali dalam suatu organisasi.
Suatu rencana tetap dapat menghemat waktu para manajer dalam merumuskan
rencana dan pengambilan keputusan yang sifatnya berulang. Karena adanya unsur
yang sama dalam keputusan berulang itu maka perumusan dalam suatu pola
rencana yang tetap dan konsisten dengan sendirinya akan mempermudah dan
memperlancar pelaksanaannya. Sebagai contoh, sebuah bank akan dapat lebih
mudah menerima atau menolak permohonan kredit bilamana kriteria evaluasi
credit rating, harta jaminan, dan informasi lainnya telah ditetapkan lebih dahulu.
Namun demikian, dalam beberapa hal rencana tetap dapat juga merugikan karena
sifatnya yang mengikat manajer pada pola keputusan-keputusan lama yang
mungkin sudah tidak memadai lagi. Karena itu rencana-rencana tetap harus selalu
dievaluasi dan diinterpretasikan dengan cara yang luwes secara periodik.
Bentuk rencana tetap yang banyak dikenal adalah kebijakan, prosedur, dan
peraturan.
Kebijakan
Kebijakan adalah suatu pedoman umum dalam pengambilan keputusan.
Kebijakan memberikan batasan bagi keputusan-keputusan, termasuk penetapan
apa yang dapat dikeluarkan dan apa yang tidak boleh dikeluarkan. Dengan cara ini
jalur-jalur pemikiran para anggota organisasi akan selalu konsisten dengan tujuan
organisasi. Beberapa kebijakan amat berkaitan dengan banyak masalah yang
cukup penting, seperti misalnya kebijakan kebersihan yang diperlukan dalam
suatu perusahaan pengepakan bahan makanan. Dan kebijakan lain mungkin hanya
berkaitan dengan masalah yang lebih remeh, seperti misalnya kebijakan cara
berpakaian yang rapi dalam kantor penjualan.
Secara formal kebijakan umumya dirumuskan oleh para manajer puncak
dalam suatu organisasi. Para manajer ini perlu menyusun kebijakan karena (1)
mereka merasa bahwa kebijakan ini dapat memperbaiki efektivitas organisasi, (2)
mereka ingin agar nilai-nilai pribadi mereka dapat tercemin dalam beberapa aspek
organisasi (misalnya aturan berpakaian), atau (3) mereka ingin menjernihkan
beberapa konflik atau kerancuan yang ada pada tingkat yang lebih rendah.
Kebijakan secara informal dapat juga tumbuh dari tingkat yang lebih
rendah karena adanya perangkat keputusan yang konsisten atas subyek yang sama
dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, jika ruangan kantor diputuskan berulangkali
berdasarkan senioritas, maka keputusan-keputusan yang berulangkali tersebut
dapat dijadikan suatu kebijakan. Dalam masa belakangan ini kebijakan juga dapat
ditetapkan berdasarkan faktor lingkungan ekstern – seperti misalnya aparat
pemerintah, yang menggariskan pedoman bagi aktivitas organisasi (seperti
misalnya kebijakan yang berlaku pada perusahaan-perusahaan negara: perjan,
perum, dan persero di Indonesia).
Prosedur
Kebijakan dilaksanakannya berdasarkan suatu pedoman yang lebih
terperinci yang disebut “prosedur standar” atau “metode standar”. Suatu prosedur
memberikan seperangkat instruksi untuk melaksanakan suatu rangkaian tindakan
yang sering terjadi atau terjadi secara teratur. Sebagai contoh, misalnya prosedur
pengeluaran uang dari kasir harus melalui persetujuan pejabat yang berwenang,
penghitungan uang oleh kasir, tanda terima berupa kuitansi, penerimaan faktur
penagihan, dan seterusnya. Instruksi-instruksi terperinci seperti ini akan dijadikan
pedoman bagi karyawan yang melaksanakan tugas tersebut dan dapat menjamin
terselenggaranya pendekatan yang konsisten pada suatu situasi tertentu.
Peraturan
Peraturan adalah suatu pernyataan bahwa suatu tindakan harus
dilaksanakan atau tidak boleh dilaksanakan dalam situasi tertentu. Peraturan
merupakan rencana tetap yang paling eksplisit, dan bukan merupakan pedoman
untuk pemikiran atau pengambilan keputusan. Peraturan merupakan substitusi
dari pengambilan keputusan. Peraturan menegaskan dua pilihan melaksanakan
atau tidak melaksanakan suatu hal dalam kondisi tertentu.
Sebagai contoh, peraturan mengenai jam kerja, peraturan dilarang untuk
merokok dalam gudang barang yang berisi barang-barang mudah terbakar, dan
sebagainya.
KEUANGAN PRODUKSI
Volume penjualan Biaya per unit
Trend penjualan Biaya persediaan
Laba kotor Varians biaya
Laba Bersih Biaya standar
Laba banding penjualan Jangka waktu produksi
Break even point Produksi yang belum
diterselesaikan
Rentabilitas Biaya lembur
Persediaan, analisis usia Biaya produksi
Perputaran persediaan Analisis nilai
Laba per produk Biaya pengangkutan
Pendapatan per saham Penyediaan tenaga
kerja
Biaya penjualan per penjualan Biaya kerja
Piutang, analisis usia
Perputaran piutang
Anggaran performance
Perputaran kas
PEMASARAN PERSONALIA
Trend ekonomi Jumlah tenaga kerja
Volume penjualan nasional Distribusi tenaga kerja menurut
usia,
Hasil produksi pesaing pengalaman, dan latihan
Kegiatan pesaing Kebutuhan personalia
Penetapan harga kompetitif Manfaat dilihat dalam persentase
dari
Produk-produk baru kompensasi yang
diberikan
Biaya penjualan per salesman Biaya arbitrasi
Frekuensi penjualan menurut Biaya negosiasi
kelompok pelanggan Biaya latihan
Biaya distribusi Biaya rekruting
Biaya advertensi dan promosi Waktu yang hilang karena
pengangguran
Penetrasi pasaran Rasio staf dengan tenaga kerja yang ada
Penetrasi wilayah Perkiraan jumlah yang pensiun
Perputaran
Moral
Anggaran
Umum
Detektor
Selektor
Efektor
Ketiga unsur tersebut satu dengan lainnya saling berhubungan membentuk
suatu proses kerja seperti yang Nampak pada bagan 2.6. Disitu terlihat bahwa
proses berawal semenjak detector mencari informasi mengenai kegiatan yang
dilaksanakan. Detektor ini pada kenyataannya dapat berupa suatu system
informasi baik formal maupun informal . Sistem informasi ini dapat memberikan
informasi kepada pimpinan mengenai apa yang terjadi dalam kegiatan. Evaluasi
mengenai system informasi ini akan dibicarakan secara tersendiri pada baba
berikutnya.
Setelah informasi diperoleh maka kegiatan yang terekam dalam informasi
itu diperbandingkan dengan standar atau patokan yang berupa criteria-kriteria
mengenai apa yang seharusnya terjadi. Alat untuk mencari criteria ini dinamakan
selector. Dalam tahap proses ini terjadi kegiatan perbandingan antara “kondisi”
yang merupakan gambaran kegiatan yang sebenarnya dengan “kriteria” yang
merupakan hal seharusnya berlaku atas kegiatan yang bersangkutan. Perbedaan
antara “kondisi” dan “kriteria”ini merupakan penympangan-penyimpangan yang
seharusnya diperbaiki. Tahap proses perbaikkan ini dilaksanakan oleh efektor
yang mengubah perilaku atau kebiasaan (behavior) kegiatan agar kembali
mengikuti” criteria”.
Perangkat
pengendalian (2)
Pembandingan
dengan standar
(selektor)
(1)Informasi mengenai
apa yang terjadi
(detektor) (3) Pengubahan
perilaku
Jika terjadi
Penyimpangan
(efektor)
Kegiatan
yang
dikendalikan
2.3.4 Bentuk-bentuk Dasar pengendalian Manajemen
Bentuk-bentuk dasar pengendalian manajemen lazimnya terdiri dari tiga
jenis yaitu:
Pengendalian berjalan
Pengendalian Ya –Tidak
Pengendalian Pasca
Tindakan
Pengendalian Berjalan
Pengendalian berjalan (steering control) berdasar pada prinsip bahwa hasil
kegiatan harus ditetapkan lebih dahulu dan tindakan kolektif(efektor)
dilaksanakan sebelum kegiatan keseluruhan diselesaikan. Contoh pengendalian ini
adalah pengendalian peluncuran pesawat ruang angkasa, yang diawali dengan
pengukuran lintasan peluncuran segera setelah lepas landas dan koreksi
dilaksanakan beberapa hari sebelum kedatangan yang seseungguhnya. Disini tak
perlu ditunggu diperolehnya catatan adanya tabrakan atau kekeliruan untuk
memulai pengendalian. Demikian juga, pengendalian atas hubungan antar
karyawan memerlukan evaluasi langsung mengenai situasi yang ada dan
memperkirakan apa yang akan terjadi bilamana keadaan yang ada it uterus
berlangsung.
Pengendalian ya tidak
Pengendalian ini menetapkan bahwa suatu pekerjaan tidak boleh
dilanjutkan ketahap yang berikutnya sebelum melalui semacam pengujian
penyaringan (screening test). Disini diperlukan suatu persetujuan untuk
melanjutkan kegiatan. Pengendalian ya-tidak merupakan alat pengaman yang
penting. Konsekwensi adanya kesalahan lipatan parasut misalnya, atau kebusukan
makanan dalam kaleng, merupakan hal yang serius yang memerlukan tindakan
pencegahan sebelum terjadi untuk menjamin bahwa kwalitas sesuai dengan yang
ditetapkan. Adanya biaya yang berlebihan, atau kesalahan alokasi sumber daya
dapat dikendalikan dengan pengendalian ya tidak. Pengendalian berjalan mungkin
akan terlalu mahal atau kurang handal jika diterapkan untuk masalah ini.
Pengendalian pasca tindakan
Pengendalian ini mungkin tidak dapat dikatakn sebagai bentuk pengendalian
“murni”, karena pelaksanaannya berjalan setelah kegiatan berlangsung. Contoh
pengendalian ini antara lain adalah pengendalian anggaran dan raport sekolah.
Pengendalian pasca tindakan memiliki dua tujuan. Pertama yaitu
memberikan masukan bagi system imbalan (reward system), dan kedua
mengusahakan agar imbalan atau sanksi dapat dilaksanakan dengan obyektif(ada
dasarnya). Pengendalian pasca tindakan juga dapat memberikan data perencanaan
bilamana kegiatan yang sama dilaksanakan dimasa depan. Hubungan antara ketiga
bentuk pengendalian diatas dapat dilihat pada bagan 2.7.
KELUARAN
TINDAKAN
MASUKAN
Pengendalian pasca
tindakan
Titik optimal
1
2
3 Tingkat kekerapan
pengendalian
Disana terlihat bahwa titik optimal pengendalian tidak berada pada posisi
yang terkanan, akan tetapi ditengah. Ini berarti bahwa pengendalian yang terlalu
ketat justru akan menimbulkan banyak hambatan dalam kegiatan, yang juga akan
berarti merusak pencapaian tujuan organisasi.
Untuk memperoleh jaminan bahwa pengendalian berjalan dengan layak
ada tiga aturan yang menjadi persyaratan, yaitu:
1. Pengendalian memang dibutuhkan
2. Pengendalian harus terukur
3. Pengendalian harus bersifat memaksa
Saluran
Saluran Saluran
pesan
pengiri Penyandian pesan penafsiran penerim
m
Gangguan
Gangguan Gangguan
Saluran
penafsiran pesan pesan penyandian
Pengirim
Pengirim adalah pihak yang memulai proses komunikasi atau yang
menyampaikan pesan. Pengirim adalah mereka yang memiliki keinginan,
kebutuhan, atau informasi, serta bertujuan untuk mengkomunikasikan informasi
tersebut kepada orang atau pihak lain. Dalam organisasi, pengirim mungkin
kepala bagian produksi yang ingin member petunjuk kepada bawahannya, atau
direktur keuangan yang membicarakan tingkat penjualan break-even dengan
direktur produksi atau penjualan.
Penyandian
Penyandian adalah pengubahan informasi kedalam symbol-simbol.
Pengertian symbol disini adalah luas, karena juga mencangkup kata-kata atau
isyarat yang dikeluarkan dalam percakapan. Untuk mencapai komunikasi yang
efektif disyaratkan adanya penggunaan symbol yang sama antara pengirim dan
penerima. Tanpa adanya kesamaan ini akan terjadi salah tafsir. Sebagai contoh
orang india biasanya menggelen-gelengkan kepala sambil menengadahkan
tangannya untuk menyatakan setuju atau tidak keberatan, yang tentunya berbeda
dengan kita orang Indonesia. Bilamana ada orang yang belum memahami gaya
India ini ada kemungkinan ia akan keliru dalam menafsirkan maksud orang india
tadi.
Pesan
Pesan adalah bentuk fisik informasi yang telah disandikan, seperti
misalnya tulisan, gambar,ataupun isyarat. Pesan akan memiliki makna tersurat
ataupun tersirat tergantung pada latar belakang pengalaman yang dmiliki
penerima. Seorang atasan yang berkata selamat pagi kepada bawahannya yang
datang terlambat memiliki perbedaan makna yang tersurat dan tersiratnya.
Saluran
Saluran adalah alat pengiriman, seperti udara untuk pembicaraan, atau
kertas untuk surat. Saluran tak dapat dipisahkan dari pesan. Komunikasi yang
efektif dan efisien memerlukan saluran yang tepat untuk pesan yang akan
dikirimkan. Pesan yang dikirimkan dari lantai lima belas kepada pihak yang
berada dilantai dua tak dapat menggunakan udara sebagai salurannya, sehingga
para pembicaranya akan merasa lebih berhasil jika mempergunakan telepon.
Penerima
Penerima adalah proses mengintrepetasikan pesan dan
menterjemahkannya kedalam informasi oleh penerima yang berguna baginya.
Penafsiran amat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu penerima, intrepetasinya
mengenai symbol-simbol yang dipergunakan, harapan-harapan(karena biasanya
orang hanya mau endengar yang ingin didengarnya) dan kesamaan latar belakang
dengan pengirim.
Gangguan
Gangguan adalaj factor-faktor yang mengganggu, membingungkan, atau
mencampuri komunikasi. Gelombang radio dapat tergannggu karena cuaca buruk.
Suara pengirim akan sulit didengar jika terjadi kegaduhan didekatnya. Pesan yang
tertulis diatas kertas akan menjadi kabur jika tanpa sengaja terjatuh kedalam air,
dan sebagainya.
Umpan balik
Umpan balik adalah arus komunikasi yang berlawanan arah yang
merupakan reaksi penerima atas komunikasi dari pengirim. Disini terjadi
pembalikan status yakni penerima menjadi pengirim, penyandian menjadi
penafsiran, penafsiran menjadi penyandian. Umpan balik dalam organisasi dapat
beraneka ragam bentuknya dari umpan balik secara langsung, seperti pembicaraan
langsung yang menyatakan bahwa pesan sudah diterima, sampai dengan
pembicaraan tidak langsung yang dinyatakn dengan tindakan dan dokumentasi.
Umpan balik dapat terjadi ataupun dapat pula tidak terjadi dalam suatu
komunikasi. Bilamana terjadi umpan balik akan terjadi apa yang disebut
komunikasai dua arah, sedang apabila tidak terjadi umpan balik, maka disebut
komunikasi satu arah. Pada gambar yang lalu umpan balik ini dinyatakan dengan
garis terputus-putus(merah) yang menunjukkan sifatnya yang nisbi (belum pasti
terjadi).
Komunikasi dua arah
Harold Leavitt dan Ronald Mueller telah melakukan eksperimen untuk
membuktikan efektifitas komunikasi dua arah. Mereka melakukan percobaan
dengan cara meminta kepada seseorang untuk menjelaskan mengenai gambar-
gambar tertentu kepada orang lain yang kemudian mencoba menuangkan
penjelasan tadi keatas kertas untuk memperoleh wujud gambar yang diminta.
Penjelasan tidak boleh dilakukan dengan gambar, tetapi hanya secara lisan saja,
dan pendengar diminta untuk mereproduksi gambar tadi dengan jalan
mendengarkan baik-baik penjelasan yang diberikan. Percobaan ini dilaksanakan
dengan menggunakan komuniksai satu arah dan dua arah, dan kesimpulan dua
ahli itu adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi satu arah memerlukan waktu yang lebih sedikit
daripada komunikasi dua arah.
2. Komunikasi dua arah lebih cermat daripada komunikasi satu
arah(yaitu bahwa gambar direprodulsi lebih mirip dengan aslinya). Umpan
balik dapat member kemungkinan pada penerima untuk mengoreksi atau
meminta penjelasan lebih lanjut kepada pengirim.
3. Dalam komunikasi dua arah penerima akan lebih yakin pada diri
sendiri dan pada setiap keputusan atau kebijakan yang diambilnya. Mereka
dapat meminta penjelasan mengenai hal-hal yang mereka ragukan, dan
pertanyaan itu akan dapat menumbuhkan rasa percaya diri.
4. Pengirim dapat dengan mudah merasa diserang dalam komunikasi
dua arah, karena biasanya penerima selalu memperingatkan mengenai
setiap ketidak jelasan atau kekeliruan yang dilakukan oleh pengirim
5. Kendatipun kurang akurat, komunikasi satu arah nampaknya lebih
tertib ketimbang komunikasi dua arah, yang acapkali banyak gangguan
dan kacau.
Disini pesan dikirim dapat secara tertulis ataupun lisan dari pucuk
pimpinan turun kebawah melalui jenjang organisasi dalam bentuk
kebijakan, peraturan-peraturan dan lain-lainnya. Pesan secara tertulis
memang lebih cepat, akan tetapi biasanya maknanya akan menyusut
seiring frekuensi rantai komando yang dilaluinya. Beberapa penyelidik
telah mengungkapkan bahwa pada saat pesan dirumuskan dirapat dewan
direksi maknanya masih utuh, akan tetapi pada saat penyampaian dari
mandor kepada pelaksananya mknanya tinggal 20 % saja. Pesan tertulis
dilain pihak, membutuhkan kemampuan untuk melukiskan makna yang
sesungguhnya kedalam kata-kata secara benar. Tanpa kemampuan ini
makna pesan itu sendiri akan menjadi kabur.
2. Perintah
Majalah yang terbit secara periodic akan menjadi media saluran yang baik
jika ditampilkan secara atraktif dan menarik. Para karyawan biasanya
senang jika namanya atau potretnya terpampang dimajalah, sehingga cara
demikian biasanya akan menaikkan kehidupan social perusahaan.
5. Surat
Surat juga dapat dijadikan saluran komunikasi yang baik jika ditulis
dengan jelas dan sederhana.
6. Buku pegangan karyawan dan pamflet
Bagan 2.10
data
Info
Pros
Proses
Info
A Model Dasar Sistem Informasi
es
A'/ B
Data
Sistem
Informasi
Pemakai
Distribusi
Informasi
Informasi
Pengolahan
Data
Data
Data
2.5.1.2 Proses Pengolahan Data
Meliputi berbagai kegiatan yang terangkai dan berurutan, yang dapat
mengubah data menjadi informasi. Kegiatan tersebut adalah:
1. Pencatatan awal (capturing): adalah pencatatan yang dilakukan pertama kali
atas suatu kejadian, transaksi atau kondisi tertentu. Biasanya dilakukan
dalam bukti-bukti asli, seperti karbon, slip penjualan, catatan mandor
mengenai kualitas banrang dan daftar
absensi karyawan.
2. Verifiaksi: adalah kegiatan untuk mengecek atau menetapkan kesahihan
data guna menjamin bahwa data tersebut dicatata atau direkam dengan
benar.
3. Pengklasifikasian: adalah kegiatan untuk menempatkan elemen data ke
dalam kelompok tertentu sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi
pembacanya. Misalnya, data penjualan dapat diklasifikasikan menurut tipe
barang, petugas penjual, gudang yang mengirimkannya, atau klasifikasi
lain agar data penjualan tersebut menjadi berguna.
4. Pemilihan: kegiatan yang menempatkan elemen data ke dalam tahapan
tertentu atau tahapan yang telah ditetapkan lebih dahulu. Contoh, data
persediaan dapat disortir menurut kode produk, tingkat aktivitas, nilai
rupiah, atau atribut lain yang terdapat dalam kode arsip dan dibutuhkan
oleh pemakainya.
5. Penyimpulan (summarizing): mengkombinasikan atau menghimpun
elemen-elemen data dengan dua macam cara. Pertama, yaitu
mengakumulasikan data secara sistematis, misalnya penyusunan neraca
yang disajikan hanyalah beberapa kelompok pos, sedangkan perincian-
perincian posnya tidak disajikan di neraca. Kedua, mengurangi kuantitas
data dengan cara yang logis, misalnya jika manajer personalia
membutuhkan daftar nama karyawan yang bekerja di Departemen 15 maka
kegiatan untuk menyusun daftar itu dapat dikategorikan sebagai cara ini.
6. Penghitungan: merupakan manipulasi data secara aritmatis. Misalnya
perhitungan untuk mentepkan jumlah gaji karyawan, tagihan kepada
pelanggan, rata-rata nilai mahasiswa, dan lain-lain. Terkadang perhitungan
ini menggunakan teknik-teknik tinggi seperti PERT (Program Evolution
and Review Technique), linear programming, dll.
7. Penyimpanan (storing): merupakan upaya menempatkan data ke dalam
media penyimpanan seperti kertas, microfilm, ataupun media yang
dipergunakan dalam suatu sistem komputer, yang mudah untuk diperoleh
kembali bilamana diperlukan.
8. Mencari dan memperolah data kembali (retrieving): merupakan tindakan
untuk memperoleh dan mencari kembali elemen data dari media
penyimpanan.
9. Reproduksi: merupakan penduplikasian data dari satu media ke media
lainnya, atau ke posisi lainnya dalam satu media.
2.6 Pelaporan
2.6.1 Jenis-jenis laporan
Laporan dapat dikelompokan dalam dua bagian besar:
1. Laporan untuk pihak di dalam organisasi (intern)
2. Laporan untuk pihak di luar organiasasi (ekstern)
Dalam organisasi perusahaan, laporan intern dapat berbentuk laporan
manajerial. Laporan ini antara lain terdiri dari laporan sepintas (casual report),
laporan khusus, laporan rutin.
Laporan ekstern dapat berbentuk laporan kepada pemegang saham,
laporan kepada instansi pemerintah yang berwenang, laporan kepada kreditur dan
lain-lain.
2.6.2 Laporan-laporan Manajerial
Prinsip-prinsip Dasar Laporan Manajerial
Terdapat lima prinsip dasar yang harus diikuti dalam menyusun laporan
manajerial agar dapat bermanfaat bagi manajemen.
1. Laporan harus menerapkan konsep pertanggung jawaban (responsibility
concept). Dengan demikian laporan dengan konsep ini merupakan
pencerminan pertanggung jawaban dari pihak yang diserahi tugas kepada
yang memberi tugas.
2. Sedapat mungkin laporan harus menggunakan prinsip eksepsi. Prinsip ini
menekankan bahwa laporan harus menonjolkan hal-hal yang dianggap
menyimpang dari standar yang telah ditetapkan. Bentuk lazim dari laporan
dengan konsep ini adalah laporan pembandingan antara hasil kegiatan
dengan anggaran.
3. Angka-angka laporan hendaknya dibuat komparatif. Hal ini memberi
penekanan pada pembandingan hal-hal yang dianggap penting antara
realisasi dengan anggaran, dengan realisasi tahun atau periode yang lalu,
dengan keadaan industri pada umumnya.
4. Semakin tinggi jenjang manajemen yang menggunakan, harus semakin
ringkas pula laporan itu dibuat.
5. Agar suatu laporan dapat komunikatif, laporan tersebut hendaknya disertai
dengan komentar-komentar interpretative, yang menjelaskan mengapa
situasi yang dilaporkan itu dapat terjadi, termasuk dengan berbagai
alternatif pemecahan atau tidakan yang dapat dilakukan.
Taktis
Teknis
Sumber informasi
Taktis
Teknis
Taktis
Teknis
Sifat Informasi
Strategis Ikhtisar Terperinci
Taktis
Teknis
Tingkat Keterperincian
DAFTAR PUSTAKA