Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 11
TRIANDINI 220110080095
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
JATINANGOR
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai penyakit Skoliosis.
Makalah ini disusun dalam rangka pendokumentasian dari aplikasi pembelajaran mata kuliah
Sistem Muskuloskeletal. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama
kepada tutor kelompok 11 dalam penyusunan mata kuliah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini di masa mendatang.
Pada akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi anggota
kelompok 11 dan bagi pembaca umumnya.
Penyusun
LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di dunia. Salah satu
penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis. Osteomielitis umumnya disebabkan
oleh bakteri, namun jamur dan virus juga bisa menjadi penyebabnya. Osteomielitis dapat
mengenai tulang-tulang panjang, vertebra ,tulang pelvic, tulang tengkorak dan mandibula.
Banyak mitos yang berkembang tentang penyakit ini, seperti diyakini bahwa infeksi akan
berlanjut menyebar pada tulang dan akhirnya seluruh tubuh, padahal hal yang sebenarnya adalah
osteomielitis tidak menyebar ke bagian lain tubuh karena jaringan lain tersebut punya aliran
darah yang baik dan terproteksi oleh sistem imun tubuh. Kecuali apabila terdapat sendi buatan di
bagian tubuh yang lain. Dalam keadaan ini, benda asing tersebut menjadi pathogen. Secara
umum, terapi infeksi tulang bukanlah kasus yang emergensi. Tubuh memiliki mekanime
pertahanan yang mempertahankan agar infeksi tetap terlokalisasi di daerah yang terinfeksi.
Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada anak-anak dan
orang tua, juga pada orang dewasa muda dengan kondisi kesehatan yang serius. Diagnosa
osteomielitis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis penyakit dan juga gambaran radiologik.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita
artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka
panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis
rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan
evakuasi hematoma pascaoperasi.
Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung
yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya
bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx).
Tiga bagian di atasnya terdiri dari 24 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang cervical (leher), 12
tulang thorax (thoraks atau dada) dan, 5 tulang lumbal. Banyaknya tulang belakang dapat
saja terjadi ketidaknormalan. Bagian terjarang terjadi ketidaknormalan adalah bagian leher.
Sumber gambar:
http://1.bp.blogspot.com/_p3RLmE_gWDU/ShD-
zHc22MI/AAAAAAAAABQ/buDLRb6NNzs/s1600-h/anatomi+tulang+belakang.jpg
Sumber gambar:
http://4.bp.blogspot.com/_p3RLmE_gWDU/ShIpBrKdf5I/AAAAAAAAABs/ofFD-
twewls/s1600-h/ligament+tulang+belakang.jpg
1.7 Ligamen dan otot
Untuk memperkuat dan menunjang tugas tulang belakang dalam menyangga berat badan,
maka tulang belakang di perkuat oleh otot dan ligament, antara lain :
Ligament:
1. Ligament Intersegmental (menghubungkan seluruh panjang tulang belakang dari ujung
ke ujung):
a. Ligament Longitudinalis Anterior
b. Ligament Longitudinalis Posterior
c. Ligament praspinosum
2. Ligament Intrasegmental (Menghubungkan satu ruas tulang belakang ke ruas yang
berdekatan)
a. Ligamentum Intertransversum
b. Ligamentum flavum
c. Ligamentum Interspinosum
3. Ligamentum-ligamentum yang memperkuat hubungan di antara tulang occipitalis
dengan vertebra CI dengan C2, dan ligamentum sacroilliaca di antara tulang sacrum
dengan tulang pinggul
Otot-otot:
1. Otot-otot dinding perut
2. Otot-otot extensor tulang punggung
3. Otot gluteus maximus
4. Otot Flexor paha ( illopsoas )
5. Otot hamstrings
Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5
buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Tulang servikal, torakal dan lumbal masih tetap
dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sacral dan koksigeus satu sama lain
menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sakrum dan koksigeus. Diskus
intervertebrale merupkan penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot
ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan memungkinkan
mobilitas vertebrae. (CAILLIET 1981).
Fungsi kolumna vertebralis adalah menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, yang
secara mekanik sebenarnya melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang
tetap tegak. (CAILLIET 1981).
Vertebra servikal, torakal, lumbal bila diperhatikan satu dengan yang lainnya ada
perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih lanjut tulang tersebut
mempunyai bentuk yang sama. Korpus vertebrae merupakan struktur yang terbesar
karena mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan. Prosesus transverses terletak
pada ke dua sisi korpus vertebra, merupakan tempat melekatnya otot-otot punggung.
Sedikit ke arah atas dan bawah dari prosesus transverses terdapat fasies artikularis
vertebrae dengan vertebrae yang lainnya. Arah permukaan facet joint
mencegah/membatasi gerakan yang berlawanan arah dengan permukaan facet joint.
Pada daerah lumbal facet letak pada bidang vertical sagital memungkinkan gerakan fleksi
dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada sikap lordosis lumbalis (hiperekstensi
lubal) kedua facet saling mendekat sehingga gerakan kalateral, obique dan berputar
terhambat, tetapi pada posisi sedikit fleksi kedepan (lordosis dikurangi) kedua facet
saling menjauh sehingga memungkinkan gerakan ke lateral berputar.
Bagian lain dari vertebrae, adalah “lamina” dan “predikel” yang membentuk arkus tulang
vertebra, yang berfungsi melindungi foramen spinalis. Prosesus spinosus merupakan
bagian posterior dan vertebra yang bila diraba terasa sebagai tonjolan, berfungsi tempat
melekatnya otot-otot punggung. Diantara dua buah buah tulang vertebrae terdapat diskusi
intervertebralis yang berfungsi sebagai bentalan atau “shock absorbers” bila vertebra
bergerak
Diskus intervertebralis terdiri dari annulus fibrosus yaitu masa fibroelastik yang
membungkus nucleus pulposus, suatu cairan gel kolloid yang mengandung
mukopolisakarida. Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip dengan balon yang diisi
air yang diletakkan diantara ke dua telapak tangan . Bila suatu tekanan kompresi yang
merata bekerja pada vertebrae maka tekanan itu akan disalurkan secara merata ke seluruh
diskus intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain, nucleus polposus
akan melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut sisi lain yang berlawanan.
Keadaan ini terjadi pada berbagai macam gerakan vertebra seperti fleksi, ekstensi,
laterofleksi (CAILLIET 1981).
Karena proses penuaan pada diskus intervebralis, maka kadar cairan dan elastisitas diskus
akan menurun. Keadaan ini mengakibatkan ruang diskus intervebralis makin menyempit,
“facet join” makin merapat, kemampuan kerja diskus menjadi makin buruk, annulus
menjadi lebih rapuh.
Akibat proses penuaan ini mengakibatkan seorang individu menjadi rentan mengidap
nyeri punggung bawah. Gaya yang bekerja pada diskus intervebralis akan makin
bertambah setiap individu tersebut melakukan gerakan membungkuk, gerakan yang
berulang-ulang setiap hari yang hanya bekerja pada satu sisi diskus intervebralis, akan
menimbulkan robekan kecil pada annulus fibrosus, tanpa rasa nyeri dan tanpa gejala
prodromal. Keadaan demikian merupakan “locus minoris resistensi” atau titik lemah
untuk terjadinya HNP (Hernia Nukleus Pulposus). Sebagai contoh, dengan gerakan yang
sederhana seperti membungkuk memungut surat kabar di lantai dapat menimbulkan
herniasi diskus. Ligamentum spinalis berjalan longitudinal sepanjang tulang vertebrae.
Ligamentum ini berfungsi membatasi gerak pada arah tertentu dan mencegah robekan.
(CAILLIET 1981).
Diskus intervebralis dikelilingi oleh ligamentum anterior dan ligamnetum posterior.
Ligamentum longitudinal anterior berjalan di bagian anterior corpus vertebrae, besar dan
kuat, berfungsi sebagai alat pelengkap penguat antara vertebrae yang satu dengan yang
lainnya. ligamentum longitudinal posterior berjalan di bagian posterior corpus vertebrae,
yang juga turut memebntuk permukaan anterior kanalis spinalis. Ligamentum tersebut
melekat sepanjang kolumna vertebralis, sampai di daerah lumbal yaitu setinggi L 1,
secara progresif mengecil, maka ketika mencapai L 5 – sacrum ligamentum tersebut
tinggal sebagian lebarnya, yang secara fungsional potensiil mengalami kerusakan.
Ligamentum yang mengecil ini secara fisiologis merupakan titik lemah dimana gaya
statistik bekerja dan dimana gerakan spinal yang terbesar terjadi, disitulah mudah terjadi
cidera kinetik. (CAILLIET 1981).
Otot punggung bawah dikelompokkan kesesuai dengan fungsi gerakannya. Otot yang
berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap tegak dan secara aktif mengekstensikan
vertebrae lumbalis adalah : M. quadraus lumborum, M. sacrospinalis, M.
intertransversarii dan M. interspinalis.
Otot fleksor lumbalis adalah muskulus abdominalis mencakup : M. obliqus eksternus
abdominis, M. internus abdominis, M. transversalis abdominis dan M. rectus abdominis,
M. psoas mayor dan M. psoas minor.
Otot latero fleksi lumbalis adalah M. quadratus lumborum, M. psoas mayor dan minor,
kelompok M. abdominis dan M. intertransversarii.
Jadi dengan melihat fungsi otot di atas otot punggung di bawah berfungsi menggerakkan
punggung bawah dan membantu mempertahankan posisi tubuh berdiri. Medulla spinalis
dilindungi oleh vertebrae. Radix saraf keluar melalui canalis spinalis, menyilang discus
intervertebralis di atas foramen intervertebralis.
Ketika keluar dari foramen intervertebralis saraf tersebut bercabang dua yaitu ramus
anterior dan ramus posterior dan salah satu cabang saraf tersebut mempersarafi “face t”.
Akibat berdekatnya struktur tulang vertebrae dengan radix saraf cenderung rentan
terjadinya gesekan dan jebakan radix saraf tersebut.
Bangunan anatomis vertebrae yang sensitive terhadap nyeri adalah sebagai berikut:
Semua ligamen, otot, tulang dan facet join adalah struktur tubuh yang sensitive terhadap
rangsangan nyeri, karena struktur persarafan sensoris.Kecuali ligament flavum, discus
intervertebralis dan Ligamentum interspinosum ; karena tidak dirawat oleh saraf sensoris.
Dengan demikian semua proses yang mengenai struktur tersebut di atas seperti tekanan
dan tarikan dapat menimbulkan keluahan nyeri.
Nyeri punggung bawah sering berasal dari ligamentum longitudinalis anterior atau
posterior yang mengalami iritasi. Nyeri artikuler pada punggung bawah berasal dari
facies artikularis vertebrae beserta kapsul persendiannya yang sangat peka terhadap nyeri.
Nyeri yang berasal dari otot dapat terjadi oleh karena : aktivitas motor neuron, ischemia
muscular dan peregangan miofasial pada waktu otot berkontraksi kuat. (Zimmermann M.,
1987)
Tulang belakang mempunyai tiga lengkungan fisiologis yaitu lordosis servikalis,
kyphosis thorakalis dan lordosis lumbalis. Bila dilihat dari samping dalam posisi tegak
ketiga lengkungan fisiologis ini disebut posture atau sikap (lihat gambar 6). Posture yang
baik adalah posture tidak memerlukan tenaga, tidak melelahkan, tidak menimbulkan
nyeri, yang dapat dipertahankan untuk jangka waktu tertentu dan secara estetis
memberikan penampilan yang dapat diterima. Disini terjadi keseimbangan antara kerja
ligamen dan torus minimal otot.
Secara keseluruhan posture dipengaruhi oleh keadaan anatomi, suku bangsa, latar
belakang kebudayaan, lingkungan pekerjaan, sex dan keadaan psikis seseorang. Sudut
lumbosakral adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan ossakrum dengan garis
horizontal. Normal besar sudut lumbosakral (sudut Ferguson) 30 derajat. Rotasi pelvis ke
atas memperkecil sudut lumbosakral sedangkan rotasi pelvis ke bawah memperbesar
sudut lumbosakralis. (lihat gambar 7). Gerakan ekstensi vertebrae dari vertebrae lumbalis
hanya sedikit. Hiperekstensi dicegah oleh Ligamantum longitudinale anterior. Sedangkan
gerakan fleksi 60% – 75% terjadi pada antara L5 dan S1, 20 % – 25 % terjadi antara L4
dan L5 dan 5% – 10% terjadi antara L1 – L4 (terbanyak antara L2 – L4).
Bila seseorang membungkuk untuk mencoba menyentuh lantai dengan jari tangan tanpa
fleksi lutut, selain fleksi dari lumbal harus dibantu dengan rotasi dari pelvis dan sendi
koksae. Perbandingan antara rotasi pelvis dan fleksi lumbal disebut ritme lumbal-pelvis.
(lihat gambar 9).
Secara singkat punggung bawah merupakan suatu struktur yang kompleks; dimana tulang
vertebrae, discus intervertebralis, ligamen dan otot akan akan bekerjasama membuat
manusia tegak, memungkinkan terjadinya gerakan dan stabilitas. Vertebrae lumbalis
berfungsi menahan tekanan gaya static dan gaya kinetik (dinamik) yang sangat besar
maka dari itu cenderung terkena ruda paksa dan cedera. (CAILLIET 1981).
http://herdinrusli.wordpress.com/2007/12/01/sekilas-tentang-anatomi-vertebra/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_punggung
http://www-back-pain.blogspot.com/2009/05/ligament-otot-tulang-belakang.html
http://www-back-pain.blogspot.com/2009/05/anatomi-tulang-belakang.html
http://www.ahlihnp.com/kesehatan/pengetahuan/anatomi-tulang-belakang/
ANALISIS KASUS
Tn. D (32 thn) dirawat di ruang bedah ortopedi dengan keluhan nyeri di daerah
sekitar luka. 12 bulan SMRS klien mengeluh tungkai & kaki kirinya membengkak.
keluhan disertai rasa nyeri dan panas pada tungkai dan kaki kiri. pergerakan masih
normal, demam ada hilang timbul. 6 bulan SMRS, kaki kiri mulai sukar digerakkan dan
pada paha kiri keluar cairan di bagian 1/3 distal lateral tungkai kiri.
Pemeriksaan fisik:
Aktivitas sehari-hari dibantu, berdiri dan berjalan menggunankan kruk. Pada luka
paha kiri bengkak (+), kemerahan (+), pus (+), terdapat tiga lubang pada luka berdiameter
masing-masing 0.5 cm. Tampak konjunctiva anemis, kulit pucat, sclera tidak ikterik.
Albumin: 3,2 gr/dl, Rontgen dada: tidak tampak TB paru aktif, tidak tampak
kardiomegali, rontgen femur sinistra. Seluruh os Femur menunjukkan lesi osteolitik dan
Terapi : Ranitidin: 2x1 amp IV, ketorolac 2x1 amp IV/IM, dan fosmicine 2x1 gr
2. 1/3 distal lateral (sarah) : 1/3 tungkai kiri samping, bagian dalam (tiara R)
6. fosmicin (triandini) : LO
7. ranitidine : LO
8. ketorolac : LO
STEP II
STEP III
1. LO
4. LO
5. LO
7. TD : 100-120/60-80
suhu : 36,5-37,5
Hb : 13,5 – 17 mg/dL
leukosit : 5000-10000
LED : LO
8. LO
10. LO
12. LO
13. tidak
14. tulang panjang, karena di tulang panjang terdapat urat-urat yang berkelok-kelok, dan
16. LO
17. LO
20. LO
21. LO
22. LO
23. LO
24. LO
STEP IV
“Mind Map”
Penatalaksanaan asuhan
medis keperawatan
patofisologi
Aspek legal etis
OSTEOMILITIS
Klasifikasi
Anfis tulang
belakang
Konsep penyakit
Pemeriksaan
(Etiologi,factor
diagnostik
resiko,manifestasi klinis)
STEP V
STEP 1
1. Sklerotik : pengerasan dari peradangan pada saraf / pembuluh darah (sri melfa)
2. fosmicin : anti bacteria golongan bakteri positif (+) yang mempunyai tingkat senditif
pada bakteri golongan TB dan stapilacoccus (tiara arum)
3. ranitidine : suatu histamine antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamine
secara kompetetif pada reseptor dan mengurangi sekresi asam lambung (triandini)
4. ketorolac : analgesic non narkotik yang merupakan obat anti inflamasi non steroid.
menghambat sintesis prostaglandin dan sebagai analgesic yang bekerja perifer (susi)
STEP 2
Ranitidine
• kontaindikasi (sarah)
• efek samping
• dosis
intermiten (IV)
b. oral : 150 mg 2x sehari atau 300 mg 1x sehari untuk dewasa (siti annisa)
c. sindrom zollinger Ellison : 150 mg 3x sehari atau dapat ditambah menjadi 900
mg (sarah)
• indikasi
• kontraindikasi
• dosis
• efek samping
a. diare
b. dyspepsia
c. sakit kepala
d. pusing
e. mengantuk
f. berkeringat
• dosis
jawab :
jawab
jawab
infeksi kronis
factor peradangan
sel rusak
pembentukan sel darah merah menurun dan sel darah yang terbentuk imatur
anemia
jawab :
Terdapat abses bradle bersifat kronis, biasanya ditemukan dalam spondilosa tulang dekat
ujungnya tulang. Bentuk abses bulat/lonjong dengan pinggiran sklerotik (sella)
6. penyebaran
jawab :
jawab :
jawab :
a. osteosarkoma
b. eming sarcoma
c. tumor banigna dan maligna
d. osteomalasia
e. paget’s diasease
f. sellulitis
g. gangrene gas
h. gout predogout
i. neoplasma
j. demam rematik
k. arthritis seronegatif
l. sarkoidosis
m. burishs
n. hemathrosis
o. irritable hip
9. mengapa lesi tidak teratur (sri melfa)
jawab :
jawab :
jawab :
kasus diatas termasuk kedalam golongan luka kotor yaitu seperti luka lama, luka
kecelakaan yang mengandung jaringan mati dan luka dengan tanda infeksi ditandai
dengan adanya cairan nanah
jawab :
dapat terjadi resistensi terhadap antibiotic karena sifat korteks tulang yang tidak punya
pembuluh darah sehingga tidak cukup banyak antibody yang dapat mencapai daerah
terinfeksi
jawab :
a. infeksi kronis
sulit diobati
lumpuh
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang
baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang
akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang
tulang-tulang
tulang panjang yang disebabkan
oleh staphylococcus aureus dan kadang kadang Haemophylus influensae (Depkes RI,
kadang-kadang
1995).
Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus (Henderson, 1997)
Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae,
infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga
Haemophylus influenzae, streplococcus dan organisme lain dapat juga menyebabkannya
osteomyelitis adalah infeksi lain.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OSTEOMIELITIS Iwan Sain, S.Kp
Kep. Medikal Bedah III
2. ETIOLOGI
• Staphylococcus aureus hemoliticus 70% – 80 %
• Hemophilus influenza 5-50% pada anak anak usia 4 tahun
• Proteus
• Pseudomonas
• Escerehia Coli
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi
melalui 3 cara:
Aliran darah
Penyebaran langsung
Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya..
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi
biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang
belakang (pada dewasa). Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui
darah) dikarenakan fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi
terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen
biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah
kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.Infeksi ada
sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di
dekatnya. Atau dapat pula melaui cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan
tulang.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa
hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan
karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh
jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Dapat pula melalui Ulkus
dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler)
http://medicastore.com/penyakit/554/Osteomielitis.html
3. FAKTOR RESIKO
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah :
• mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes.
• pasien yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat
terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi
sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan
ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi
marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OSTEOMIELITIS Iwan Sain, S.Kp
Kep. Medikal Bedah III
Penjalaran subperiostal kearah diafisis akan merusak pembuluh darah yang kearah
diafisis, sehingga menyebabkan nekrosis tulang yang disebut sekuester. Periost akan
membentuk tulang baru yang menyelubungi tulang baru yang disebut involukrum
(pembungkus). Tulang yang sering terkena adalah tulang panjang yaitu tulang femur,
diikuti oleh tibia, humerus ,radius , ulna, dan fibula.
b. Osteomyelitis kronis
Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
Gejala-gejala umum tidak ada
Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
Lab = LED meningkat
Komplikasi yang sering terjadi adalah berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi akut. infeksi
yang terus menerus akan menyebabkan amioloidiosis, anemia, penurunan berat badan,
kelemahan. Selain itu juga dapat terjadi abses tulang, meregangnya implant prosthetic, selolitis
pada jaringan lunak sekitar, abses otak pada osteomilitis di daerah cranium, dan Kematian.
Antibioika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan Selma 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu.
Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi
superficial dan potensial terjadinya osteomielitis.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi antibiotika intravena,
dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah
termotivasi serta keluarga mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif
terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan program pengobatan terapeutik.
Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika. Selain itu,
penggantian balutan secara stesil dan teknik kompres hangat harus diajarkan.
Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit dan supervise serta
dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat penting dalam keberhasilan
penatalaksanaan osteomielitis di rumah.
Pasein tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah nyeri
atau peningkatan suhu yang mendadak. Pasien diminta untuk melakukan obsevasi
dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluar pus, bau, dan bertambahnya
inflamasi.
tulang panjang
osteomielitis
fagositosis
5.Gangguan
demam
Iskemia dan Penyebaran infeksi
termoregulasi
Nekrosis tulang ke organ penting
Nafsu makan
Pembentukan abses
4.Resiko
tulang
penyebaran
2.Ketidakseimbangan Kemampuan 1. Nyeri
infeksi
nutrisi kurang dari tonus otot
kebutuhan tubuh Pertumbuhan tulang
baru,pengeluaran pus
Kelemahan fisik Deformitas &bau dari
adanya luka
Tirah baring lama, penekanan lokal
6.Gangguan citra
diri
3.Kerusakan integritas kulit
J. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Biodata
Nama : Tn. D
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : pria
Diagnosa medis : Osteomielytis
Keluhan utama : nyeri di daerah sekitar luka
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang : nyeri pada luka
Riwayat Kesehatan masa lalu : 12 Bulan SMRS, klien mengeluh tungkai dan kaki
kirinya membengkak, keluhan disertai rasa nyeri dan panas.pergerakan masih
normal. 6 bulan SMRS, kaki kiri mulai sukar digerakan
Pemeriksaan fisik : BB: 42 kg T : 36,6 C Skala nyeri: 5 (0-10)
TB: 158 cm Nadi : 80x/menit TD: 100/60 mmHg RR : 20 x/menit
Pemeriksaan diagnostic : Pada luka paha kiri bengkak (+), kemerahan (+), pus (+), terdapat tiga
lubang pada luka berdiameter masing-masing 0.5 cm. Tampak konjunctiva anemis, kulit pucat,
sclera tidak ikterik.
Pemeriksaan penunjang: Hb: 8,6 mg/dl, Leukosit: 16.400, LED: 96 mm/jam, Albumin: 3,2
gr/dl, Rontgen dada: tidak tampak TB paru aktif, tidak tampak kardiomegali, rontgen femur
sinistra. Seluruh os Femur menunjukkan lesi osteolitik dan sklerotik yang tidak teratur. Kesan
suatu osteomilitis kronis.
Analisa data
tulang panjang
osteomielitis fagositosis
Proses inflamasi:
hyperemia,pembengkakan,
gangguan fungsi,
kerusakan integritas
jaringan Peningkatan
Nekrosis tulang
Nyeri
DO : BB: 42 kg, TB: 158 cm Proses inflamasi demam Ketidakseimbangan nutrisi
DS :-
Nafsu makan kurang dari kebutuhan tubuh
turunKetidakseimbangan
tubuh
jaringanPenyebaran infeksi
ke organ penting
adanya lukaGangguan
citra diri
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan pembentukan abses tulang ditandai oleh klien mengeluh
nyeri di sekitar luka pada tungkai dan kaki kiri
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia ditandai oleh
penurunan berat badan
3. Kerusakan integritas kulit b.d penekanan local karena tirah baring lama yang ditandai
oleh adanya tiga lubang pada luka berdiameter masing-masing 0.5 cm
4. Resiko penyebaran infeksi b.d Pembentukan pus dan nekrosis jaringan
5. Gangguan termoregulasi b.d proses infalamasi yang ditandai dengan demam ada hilang
timbul
6. Gangguan citra diri b.d Deformitas &bau dari adanya luka yang ditandai oleh Aktivitas sehari-
hari dibantu, berdiri dan berjalan menggunankan kruk. Pada luka paha kiri bengkak (+),
kemerahan (+), pus (+)
B. Rencana asuhan keperawatan
Kolaborasi :
Pemberian
analgesik
2. Ketidakseimbang Setelah 1 minggu Mandiri :
an nutrisi kurang perawatan, Pantau/kaji Berat Memantau penurunan
dari kebutuhan kebutuhan nutrisi badan pasien serta kenaikan berat
tubuh b.d pasien semula badan
anoreksia ditandai seimbang/terpenuhi
oleh penurunan dengan Memberikan
berat badan makanan dengan Meningkatkan nafsu
Kriteria : tampilan yang makan dengan variasi
menarik makanan yang berbeda
• Berat badan
naik ½ kg Memberikan
asupan makanan Pemasukan dan
• Mencapai dengan porsi mencegah didtensi gaster
Body Mass yang kecil tapi
Index yang sering
normal
Memberikan Diet Meningkatkan kebutuhan
• Nafsu TKTP kalori dan metabolisme
makan
meningkat
• Gunakan bantal
air atau
penganjal yang
lunak di bawah • Meningkatkan
daerah-daerah integritas kulit dan
yang menonjol. mengurangi risiko
kelembapan kulit.
• Lakukan masase
pada daerah • Hangat dan pelunakan
yang menonjol adalah tanda kerusakan
yang beru jaringan.
mengalami
tekanan pada
waktu berubah
posisi. • Mempertahankan
keutuhan kulit.
• Bersihkan dan
keringkan kulit.
Jaga seprai tetap
kering.
• Observasi
adanya eritema
dan kepucatan
dan palpasi area
sekitar untuk
mengetahui
adanya
kehangatan dan
pelunakan
jaringan tiap
mengubah
posisi.
• Jaga kebersihan
kulit dan
seminimal
mungkin hindari
trauma dan
panas pada
kulit.
4. Resiko Infeksi tidak terjadi Mandiri:
penyebaran selama perawatan Kaji dan pantau Mendeteksi secara dini
infeksi b.d luka luka setiap hari. gejala gejala inflamasi
Pembentukan pus yang mungkin timbul
dan nekrosis sekunder akibat adanya
jaringan luka.
Mengurangi resiko
Pantau dan batasi kontak infeksi dengan
kunjungan. orang lain.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu : osteomielitis akut, sub
akut dan kronis. Gambaran klinis terlihat daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan
membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Osteomielitis menahun sering
menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran
nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari
tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk
dari tulang menuju kulit.
Osteomielitis dapat diobati dengan terapi antibiotik selama 2-4 minggu atau dengan
debridement. Prognosis osteomielitis bergantung pada lama perjalanan penyakitnya, untuk yang
akut prognosisnya umumnya baik, tetapi yang kronis umumnya buruk.
SARAN
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa.
Selain itu penyakit osteomilitis ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan
pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
http://herdinrusli.wordpress.com/2007/12/01/sekilas-tentang-anatomi-vertebra/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_punggung
http://www-back-pain.blogspot.com/2009/05/ligament-otot-tulang-belakang.html
http://www-back-pain.blogspot.com/2009/05/anatomi-tulang-belakang.html
http://www.ahlihnp.com/kesehatan/pengetahuan/anatomi-tulang-belakang/
http://medicastore.com/penyakit/554/Osteomielitis.html
iwansaing.files.wordpress.com/2009/06/5-osteomielitis-51-60.do
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Gray90.png
http://1.bp.blogspot.com/_p3RLmE_gWDU/ShD-
zHc22MI/AAAAAAAAABQ/buDLRb6NNzs/s1600-h/anatomi+tulang+belakang.jpg
http://4.bp.blogspot.com/_p3RLmE_gWDU/ShIpBrKdf5I/AAAAAAAAABs/ofFD-twewls/s1600-
h/ligament+tulang+belakang.jpg