Professional Documents
Culture Documents
PERHATIAN
• Deteksi Isyarat
• Sifat-sifat Dasar Deteksi Isyarat
• Kewaspadaan
• Penyelidikan
Ringkasan
A
nda mungkin berpikir bahwa bacaan yang sebelumnya terasa janggal,
namun hal tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang mustahil. Hal
tersebut mungkin akan membuat materi yang berikut ini terasa sulit.
Perhatian berarti suatu keadaan di mana kita mengolah informasi yang terbatas
secara aktif dari seluruh informasi yang sangat besar yang diterima oleh tubuh kita,
ingatan kita, dan proses kognitif yang lain (De Weerd, 2003; Duncan 1999; Motter,
1999; Posner & Fernandez-Duque, 1999; Rao, 2003). Pengolahan informasi
tersebut melibatkan proses sadar dan proses tak sadar. Proses sadar secara relatif
lebih mudah untuk dipelajari dalam berbagai hal. Proses tak sadar lebih sulit untuk
dipelajari karena anda tidak sadar tentang keberadaan proses tersebut (Jacoby,
Lindsay, & Toth, 1992; Merikle, 2000). Sebagai contoh: anda selalu memiliki
ingatan yang tersimpan dalam diri anda tentang di mana anda tidur ketika anda
berusia 10 tahun, tetapi anda mungkin tidak begitu sering mengolah informasi
tersebut secara aktif. Dengan cara yang sama, anda biasanya memiliki banyak
informasi yang berhubungan dengan panca indera yang tersimpan (sebagai contoh:
informasi dalam tubuh dan penglihatan mengenai hal-hal sekeliling anda pada saat
ini). Tapi anda hanya menyadari sedikit saja informasi dari panca indera anda
tersebut pada suatu waktu tertentu (gambar 3.1). selain itu, anda hanya memiliki
sedikit sekali informasi yang dapat dipercaya tentang kejadian-kejadian ketika anda
sedang tidur. Lebih lanjut, kadar dari perhatian tersebut dapat terletak di dalam
kesadaran atau di luar kesadaran (Davies, 1999; Davies & Humphreys, 1993;
Metzinger, 1995).
Ada banyak manfaat jika kita memberikan perhatian-perhatian terhadap
beberapa hal. Seperti yang kita ketahui ada beberapa batasan pada sumber daya
mental yang kita miliki. Batasan itu juga berakibat terhadap jumlah informasi yang
bisa kita serap dengan memusatkan sumber daya mental kita pada waktu tertentu.
Fenomena psikologis yang ada pada proses perhatian membuat kita untuk
menggunakan sumner daya mental kita yang terbatas secara bijaksana. Dengan cara
mengecilkan pengaruh dari bermacam-macam rangsangan yang berasal dari luar
(sensasi) dan dari dalam (pikiran-pikiran dan ingatan-ingatan), kita dapat
memusatkan perhatian pada rangsangan yang menarik perhatian kita. Pemusatan
perhatian pada rangsangan tertentu tersebut akan meningkatkan kemungkinan kita
untuk dapat memberikan tanggapan secara cepat dan akurat terhadap rangsangan-
rangsangan yang menarik. Perhatian yang terpusat tersebut juga dapat membuka
jalan untuk proses daya ingat. Kita kemungkinan besar akan mengingat informasi
yang benar-benar kita perhatikan daripada informasi yang kita
kesampingkan/abaikan atau informasi yang tidak begitu kita perhatikan.
Sensasi
Gambar 3.1
+ Proses dengan
pengontrolan
Ingatan Perhatian: (melibatkan
kesadaran) Tindakan
+ +
Proses Proses
spontanitas
pemikiran
Perhatian berperan sebagai pemusatan sumber daya mental yang terbatas pada informasi dan
proses kognitif yang paling menonjol pada waktu tertentu.
Table 3.1
Proses terkontrol dibanding Proses spontanitas
Mungkin ada sebuah rangkain proses kognitif dari proses pengontrolan secara penuh
menjali proses spontanitas yang penuh; tabel ini akan menonjolkan karakterisasi
perbedaan kutub yang besar dari setiap proses.
Karakteristik Proses terkontrol Proses spontanitas
Kuantitas usaha Memerlukan sedikit atau bahkan sama sekali
yang dilakukan Memerlukan usaha tidak membutuhkan usaha yang disengaja
yang disengaja (dan usaha yang disengaja itu dibutuhkan
untuk menghindari tingkah laku spontan)
Derajat Secara umum terjadi di luar kesadaran,
Membutuhkan tingkat
kesadaran walaupun beberapa proses spontanitas bisa
kesadaran yang penuh
terssedia untuk alam sadar
Penggunaan Menghabiskan banyak
Mengahabiskan sumber-sumber perhatian
sumber-sumber sekali sumber-sumber
yang tidak berarti
perhatian perhatian
Jenis-jenis Berjalan dengan proses paralel (misalnya, ada
Berjalan berurutan
proses banyak hal yang terjadi secara serempak atau
(satu langkah setiap
paling tidak hal tersebut tidak terjadi pada
waktu)
urutan tertentu)
Kecepatan Secara relatif
proses membutuhkan waktu
yang lama, jika Secara relatif cepat
dibandingkan dengan
proses spontanitas
Pembaharuan Tugasnya baru dan
tugas secara tidak praktis atau tugas Tugas yang sudah sering dikenal dan dilatih,
relatif dengan banyak faktor dengan karakteristik tugas yang tetap
yang berbeda-beda
Tingkatan Secara relatif berada
proses pada tingkatan proses Secara relatif berada pada tingkatan proses
kognitif yang tinggi kognitif yang rendah (sedikit analisis dan
(memerlukan analisis perpaduan)
atau perpaduan)
Tingkat Biasanya merupakan tugas yang mudah, tapi
kesulitan tugas Biasanya berupa tugas walaupun tugasnya kompleks tapi bisa
yang sulit dijalankan dengan spontan, dengan latihan
yang cukup
Proses Dengan latihan yang cukup, bayak rutinitas dan cara yang tetap bisa
penerimaan saja berubah menjadi proses spontanitas, misalnya proses yang semula
merupakan proses terkontrol tingkat tinggi bisa menjadi separo atau
bahkan sepenuhnya menjadi proses spontanitas; secara alami, kuantitas
latihan diperlukan untuk peningkatan otomatisasi untuk tugas-tugas
yang sangat kompleks.
Bagaimanakah proses terjadinya otomatisasi? Sebuah pandangan telah
diterima secara luas selama rangkaian pelatihan itu, pelaksanaan dari langkah-
langkah yang bervariasi menjadi lebih efisien. Secara berangsur-angsur individu
menggabungkan seluruh langkah-langkah individu mereka menjadi satu komponen.
Komponen-komponen tersebut kemudian digabungkan lebih lanjut. Secepatnya
keseluruhan proses tersebut adalah sebuah proses penggabungan sangat tinggi,
daripada sebuah kumpulan langkah-langkah individual (Anderson, 1983; LaBerge
& Samuels, 1974). Berdasarkan pada pandangan ini, orang-orang menggabungkan
berbagai macam langkah-langkah yang berlainan menjadi satu kesatuan kerja.
Kesatuan kerja tersebut membutuhkan sedikit atau bahkan tidak membutuhkan
sumber-sumber kognitif, misalnya perhatian. Pandangan tentang otomalisasi ini
nampaknya didukung oleh salah satu penelitian terdahulu tentang otomalisasi
(Bryan & Hartet, 1899). Penelitian tersebut menyelidiki tentang bagaimana
pengirim telegram secara berangsur-angsur mengotomatisasi tugas untuk mengirim
dan menerima pesan. Pada awalnya, pengirim yang baru mengotomatisasi transmisi
atas surat perorangan. Akan tetapi, sekali pengirim telah melakukan pengiriman
surat secara otomatis, mereka akan secara otomatis mengirim kata, frase, dan
kelompok lain dari kata-kata.
Sebuah penjelasan alternatif, yang disebut “teori contoh,” dikeluarkan. Logan
(1988) menyarankan bahwa otomatisasi terjadi karena kita secara berangsur-angsur
mengumpulkan pengetahuan tentang tanggapan tertentu terhadap rangsangan
tertentu. Misalnya, ketika seorang anak kecil untuk pertama kalinya mempelajari
tentang penambahan dan pengurangan, dia akan menerapkan langkah-langkah yang
umum—berhitunhg—untuk memperlakukan setiap pasang angka. Setelah melalui
latihan yang berulang-ulang, anak tersebut secara berangsur-angsur mengingat
tentang pasangan tertentu dari angka-angka tersebut. Secepatnya, anka tersebut
dapat mengingat kembali jawaban tertentu dari kombinasi tertentu dari angka-
angaka tersebut. Meskipun begitu, dia juga bisa saja kembali menggunakan
langkah-langkah umum berhitung jika diperlukan. Dengan cara yang sama, ketika
seseorang belajar untuk mengemudi, orang tersebut dapat menggambarkan
keuntungan-keuntungan yang telah digabungkan atas pengalaman tertentu.
Pengalaman-pengalaman tersebut membentuk pengetahuan dasar yang akan
membuat pengemudi dengan mudah mengingat kembali langkah-langkah yang
harus dia ambil untuk menanggapi rangsangan tertentu, misalnya mobil yang
datang mendekat ataupun lampu lalu lintas. Penemuan yang terdahulu
menganjurkan Teori contoh Longan mungkin memiliki penjelasan yang lebih baik
mengenai tanggapan tertentu terhadap rangsangan tertentu, misalnya menghitung
kombinasi aritmatika. Pandangan umum tersebut mungkin dapat menjelaskan lebih
baik mengenai tanggapan-tanggapan yang umum yang melibatkan otomatisasi
(Logan, 1988).
Pengaruh dari latihan otomatisasi menunjukkan kurva percepatan yang
negatif. Dalam kurva tersebut, latihan pada awalnya memiliki pengaruh yang besar.
Grafik peningkatan dalam kinerjanya menunjukkan kenaikan kurva pada fase awal.
Latihan berikutnya semakin menunjukkan perbedaan yang berangsur-angsur
menjadi kecil dalam derajat otomatisasi. Dalam grafik yang menunjukkan
peningkatan, kurvanya manjadi datar (Gambar 3.2). Dengan lebih jelas, proses
spontanitas menjadi lebih familiar, tugas-tugas yang telah dilatih dengan baik.
Proses terkontrol secara relatif menguasai tugas-tugas yang baru. Sebagai
tambahan, kebanyakan dari proses spontanitas tersebut secara relative menguasai
tugas-tugas yang mudah. Tugas-tugas yang lebih sulit membutuhkan proses
terkontrol. Akan tetapi, dengan latihan yang cukup tugas-tugas yang sangat sulit
dan kompleks, seperti membaca, dapat berubah menjadi sesuatu yang spontan.
Karena tingkah laku yang memiliki tingkat spontanitas yang tinggi membutuhkan
sedikit usaha atau kontrol secara sadar, kita sering melakukan banyak sekali proses
spontanitas/spontan dalam satu waktu. Tapi kita jarang sekali bisa melakukan lebih
dari satu pekerjaan yang berat dengan menggunakan perilaku yang dikontrol.
Meskipun proses spontanitas tidak membutuhkan kontrol secara sadar, ada subyek
untuk kontrol semacam itu. Contohnya, kemampuan artikulasi (berbicara) dan
kemampuan mengetik dapat dihentikan hampir seketika itu juga sebagai tanda atau
sebagai tanggapan atas sebuah kesalahan. Akan tetapi, kemampuan pelaksanaan
dari tingkah laku spontan sering kali dilemahkan oleh kontrol secara sadar. Cobalah
mengendarai sebuah sepeda sambil secara sadar mengamati setiap gerakan yang
anda buat. Akan sangat sulit untuk berhasil melakukan hal tersebut.
Sangat penting untuk melatih berbagai macam latihan keselamatan secara
spontan (Norman, 1976). Hal ini terutama sekali harus diterapkan pada orang-orang
yang mempunyai pekerjaan dengan resiko yang tinggi, misalnya pilot, penyelam,
dan petugas pemadam kebakaran. Contohnya, penyelam yang baru sering mengeluh
tentang adanya prosedur keselamatan yang harus diulang-ulang terus menerus di
dalam kolam renang. Sama seperti melepaskan sabuk beban yang tidak praktis.
Akan tetapi, latihan-latihan tersebut sebenarnya sangat penting, seperti yang akan
dipelajari oleh orang-orang yang baru. Penyelam yang telah berpengalaman
menyadari pentingnya untuk dapat mengandalkan tindakan spontan saat sedang
menghadapi sesuatu yang dapat menimbulkan kepanikan mereka harus mengahdapi
keadaaan daruarat di bawah laut yang bisa mengancam nyawa mereka.
Dalam beberapa situasi, tindakan spontan bisa menjadi penyelamat hidup.
Namun di lain waktu, tindakan spontan juga bisa mengancam jiwa seseorang
(Langer, 1997). Perhatikanlah contoh yang disebut Langer (1989) “tindakan tanpa
berpikir”. Pada tahun 1982, seorang pilot dan pilot pembantu (copilot) melakukan
pengecekan rutin sebelum lepas landas. Mereka tidak menyadari bahwa tombol
anti-beku dalak keadaan “mati”, seperti posisi yang seharusnya di hampir setiap
keadaan udara yang normal. Tapi tombol tersebut seharusnya dinyalakan pada saat
cuaca sedang dingin di saat mereka sedang bersiap-siap untuk terbang.
Penerbangan tersebut akhirnya berakhir dengan kecelakaan yang menewaskan 74
penumpang pesawat. Secara khas, implementasi dari kebingungan kita atas
tindakan spontan memiliki akibat yang sangat berbahaya. Misalnya, ketika sedang
mengemudi, kita mungkin saja sudah terbiasa untuk mengemudi sampai di rumah
dibandingkan mampir sebentar ke pertokoan, seperti yang sebelumnya sudah kita
niatkan. Atau kita mungkin saja menuangkan segelas susu dan mulai menaruh
kotak susu tersebut di dalam lemari daripada menaruhnya di dalam kulkas.
Sebuah analisis yang luas tentang kesalahan manusia mencatat bahwa
kesalahan tersebut dapat digolongkan menjadi kekeliruan atau lupa (Reason, 1990).
Kekeliruan adalah kesalahan dalam memilih sasaran atau kesalahan dalam
menetapkan arti dari penerimaannya. Lupa adalah kesalahan dalam menyelesaikan
sebuah niatan untuk mencapai sasaran. Sebagai contoh, anda menentukan bahwa
anda tidak perlu belajar sebelum ujian. Jadi anda dengan sengaja meninggalkan
buku catatan anda ketika sedang berlibur di akhir pecan. Dalam istilah Reason,
anda telah melakukan kekeliruan. Bagaimanapun, jika anda berniat tetap membawa
buku catatan anda. Anda telah berencana untuk belajar secara ekstensif selama
liburan akhir pecan. Tapi karena anda terburu-buru, anda tidak sengaja
meninggalkan buku catatan anda. Itulah yang disebut dengan lupa. Singkatnya,
kekeliruan melibatkan kesalahan yang disengaja, dengan proses yang terkontrol.
Lupa biasanya melibatkan proses spontanitas (Reason, 1990).
Ada beberapa jenis lupa (Norman, 1988; Reason, 1990—lihat tabel 3.2).
secara umum, lupa lebih mungkin terjadi ketika dua kejadian sedang berlangsung
secara bersamaan. Pertama, kita harus melakukan penyimpangan dari kebiasaan
sehari-hari kita dan proses spontanitas akan menimpa dengan tidak begitu tepat
proses yang terkontrol dan disengaja. Kedua, proses spontanitas terganggu.
Gangguan semacam itu biasanya merupakan hasil dari peristiwa atau data eksternal,
namun terkadang mereka juga merupakan hasil dari kejadian internal, seperti
pikiran yang sangat kacau. Proses spontanitas membantu kita dalam berbagai
keadaan. Mereka membantu kita untuk tidak perlu memusatkan perhatian kita pada
tugas keseharian, seperti mengikat tali sepatu kita atau menekan nomor telepon
yang telah keta hafalkan. Jadi kita tak mungkin tidak lagi melakukan hal tersebut
hanya untuk menghindari lupa sesekali.
Bagaimana kita bisa meminimalisir potensi negatif sebagai akibat dari lupa?
Dalam situasi sehari-hari, kita mungkin saja lupa pada saat kita sedang berinteraksi
dengan lingkungan sekitar kita. Misalnya, kardus susu mungkin terlalu tinggi untuk
ditaruh di dalam lemari, atau seseorang mungkin berkata, “aku piker kau akan
mampir ke took dulu sebelum pulang ke rumah.” Jika kita bisa menemukan cara
yang tepat untuk memperoleh umpan balik yang berguna, kita mungkin bisa
mengurangi kemungkinan akibat berbahaya sebagai akibat dari lupa. Manfaat yang
peling utama dari umpan balik melibatkan fungsi yang dipaksakan. Hal itu
merupakan paksaan secara fisik yang akan membuat hal ini menjadi sulit atau tidak
mungkin untuk menimbulkan sebuah perilaku spontan yang akan mengarahkan kita
pada lupa (Norman, 1988). Sebagai contoh fungsi yang dipaksakan adalah beberapa
mobil yang modern akan terasa sulit dikemudikan atau bahkan tidak mungkin
dikemudikan tanpa mengenakan sabuk pengaman terlebih dahulu. Anda dapat
mengatur sendiri fungsi paksaan. Anda mungkin bisa menaruh sebuah tanda kecil
di bagian setir sebagai pengingat untuk melakukan pesanan orang rumah sebelum
tiba di rumah. Atau anda bisa saja meletakkan benda-benda di depan pintu. Dengan
cara tersebut, anda akan menutup jalan keluar yang harus nada lalui dan anda tidak
akan bisa keluar dengan meninggalkan alat-alat yang anda perlukan.
Seumur hidup kita, kita secara otomatis melakukan banyak sekali kegiatan
sehari-hari. Akan tetapi, salah satu pasangan proses spontanitas yang paling
menolong yang pertama kali muncul beberapa jam setelam proses kelahiran adalah:
habituasi dan pasangannya yang saling melengkapi, dishabituasi.