You are on page 1of 6

PERENCANAAN PROPOSAL " SIMPANG CROSS BERSINYAL DENGAN METODE IHCM 1997 "

Latar Belakang
Masyarakat hidup dengan berbagai aktivitas dan rutinitas yang berbeda-beda. Dipe
rlukan pula berbagai sarana dan prasarana guna menunjang pergerakan aktivitas da
n rutinitas tersebut, salah satunya adalah sarana jalan raya. Dapat dilihat bahw
a jalan raya mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan hidup masyarakat, da
lam kehidupan social maupun ekonominya demi peningkatan taraf hidup mereka. Dapa
t disimpulkan bahwa jalan raya mempunyai fungsi utama sebagai prasarana untuk me
layani pergerakan manusia dan barang secara aman, cepat, efektif, dan ekonomis.
Di era modern ini banyak terjadi peningkatan arus pergerakan dan juga barang, Ko
ta Surakarta sebagai kota perdagangan tentu semakin berkembang dengan tumbuhnya
berbagai macam industri. Dengan begitu sudah dapat dipastikan bahwa sarana dan p
rasarana harus semakin diseimbangkan, terutama mengenai transportasi. Pembanguna
n jalur- jalur alternatif dapat difungsikan sebagai sarana arus pergerakan demi
memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Namun tampaknya pembangunan jalur terse
but tidak sesuai dengan ukuran arus pergerakan dan barang, sehingga jalur altern
atif tidak berjalan secara optimal. Terbukti dengan masih adanya kemacetan-kemac
etan lalu lintas dibeberapa titik tertentu, terutama pada jam- jam sibuk seperti
di pagi hari.
Simpang merupakan titik simpul dari jaringan jalan yang mempunyai peranan pentin
g dalam memperlancar transportasi. Dengan adanya simpang apalagi simpang yang su
dah dilengkapi dengan traffic light sudah barang tentu mempermudah akses berlalu
lintas, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dapat diminimalkan.
Selain daripada itu simpang juga merupakan titik temu antara lintasan-lintasan
pergerakan kendaraan yang berlawanan arah, dimana ruang dan waktu digunakan seca
ra bersamaan, yang juga dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
Simpang Luwes Gladak yang terletak di Jalan Slamet Riyadi Surakarta, Jalan Kapt.
Mulyadi, dan Jalan May. Sunaryo adalah salah satu dari sekian banyak simpang ya
ng ada di Surakarta.
Persoalan-persoalan lalu lintas akan timbul pada simpang yang ada, maka sangatla
h diperlukan pemikiran cermat dan sikap bijaksana untuk menanggulangi persoalan
tersebut dimana keselamatan dan kelancaran berlalulintas menjadi prioritas utama
.
Untuk mengetahui apa saja persoalan yang timbul dalam lalu lintas dapat dilakuka
n sebuah penelitian maupun survey lapangan. Persoalan tersebut biasanya masih di
sebabkan oleh adanya simpang yang dibawah standar geometri yang berpengaruh terh
adap arus jenuh dan kinerja simpang itu sendiri.
Berdasarkan persoalan-persoalan yang timbul perlu direncanakan pengaturan tepat
dan efisien dengan simpang bersinyal, dengan mempertimbangkan kepadatan lalu lin
tas pada jam-jam tertentu yang dapat mengakibatkan kemacetan panjang.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibua
t perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi kinerja existing simpang?
2. Bagaimana kondisi kinerja simpang jika diatur dengan simpang bersinyal?
D. Batasan Masalah
Agar penelitian tidak meluas dan dapat terarah sesuai dengan tujuan penelitian,
maka diberi batasan-batasan masalah yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Lokasi penelitian, yaitu di simpang Luwes Gladak (pertemuan Jl. Slamet Riyadi
, Jl. Kapt. Mulyadi, Jl. May. Sunaryo)
2. Geometri persimpangan dan kondisi lingkungan berdasarkan kondisi kenyataan.
3. Jenis kendaraan yang disurvei :
a. Kendaraan ringan (LV) seperti mobil penumpang, kendaraan pribadi, dan mobil b
ox.
b. Kendaraan berat (HV) seperti truk 2 as, truk 3 as, truk gandeng, dan bus.
c. Sepeda motor (MC).
d. Kendaraan tak bermotor seperti gerobak, sepeda, dan becak.
4. Arus lalu lintas berdasarkan jam sibuk yaitu pagi hari pukul 06.00-08.00 WIB,
siang hari pukul 11.00-13.00 WIB, sore hari pukul 16.00-18.00 WIB, dan yang dig
unakan dalam analisa perhitungan adalah arus lalu lintas selama satu jam terpada
t.
5. Ukuran kinerja simpang yang diteliti meliputi panjang antrian, kendaraan terh
enti, serta tundaan yang terjadi.
6. Perhitungan kinerja existing simpang Gendengan.
7. Pedoman untuk analisa perhitungan menggunakan IHCM (1997).
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kondisi kinerja existing simpang.
2. Untuk mengetahui kondisi kinerja simpang bersinyal.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi tentang kinerja simpang, apakah pemakai jalan yang melew
ati simpang dapat secara optimal tertampung atau tidak, masih mengalami kemaceta
n dan keterlambatan atau tidak, serta dapat memberikan perlindungan atau tidak b
agi pemakai jalan agar merasa aman dan nyaman.
2. Menambah pengetahuan dalam merencanakan simpang bersinyal dengan menggunakan
metode Indonesian Highway Capacity manual (1997).

G. TINJAUAN PUSTAKA
A. Simpang
Menurut O flaherty (1997), simpang merupakan pertemuan dua jalan atau lebih dimana
merupakan potensi terjadinya konflik lalu lintas. Simpang dapat dibagi berdasar
kan format dasar dan segi pengaturan. Bentuk simpang berdasarkan format dasar da
pat dilihat pada gambar berikut :
Bentuk simpang berdasarkan format dasar
Sumber : Transport Planning and Traffic Engeneering O Flaherty, 1997

Dari segi pengaturan, simpang dapat dibedakan menjadi :


1. Simpang sebidang (at-grade junctions)
Menurut Hobbs (1995), simpang jalan sebidang yaitu jalan yang berpotongan pada s
atu bidang datar. Pada pertemuan jalan yang terdapat semua gerakan membelok, mak
a jumlah simpang jalan tidak boleh lebih dari 4 buah, demi kesederhanaan dalam p
erancangan dan pengoperasian. Hal ini untuk membatasi jumlah titik konflik dan m
embantu pengemudi untuk mengamati keadaan.
Jika terdapat volume lalu lintas belok kiri dan kanan yang besar, maka perlu pen
ambahan jalur yang dapat diperoleh dengan cara pelebaran (Widening), yaitu salah
satu bentuk pelebaran jalan, baik pada arus yang mendekat, arus prioritas maupu
n arus memotong dibutuhkan perencanaan yang lebih lengkap, termasuk kanalisasi,
bundaran, rambu lalu lintas, dan pertemuan jalan tak sebidang, dapat dilihat pad
a gambar II.1, tipe-tipe simpang jalan sebidang.
2. Simpang tak sebidang (grade separated junctions)
Menurut Hobbs (1995), simpang jalan tak sebidang dengan atau tanpa fasilitas jal
an tak sebidang (Interchange), yaitu jalan berpotongan melalui atas atau bawah.
Pertemuan jalan pada jalan-jalan yang lebih penting biasanya berupa pertemuan ja
lan tak sebidang (Interchange, misalnya berbentuk semanggi), karena kebutuhan un
tuk menyediakan gerakan membelok tanpa perpotongan maka dibutuhkan tikungan yang
besar dan sulit serta biasanya mahal. Pertemuan jalan tak sebidang juga membutu
hkan daerah yang luas serta penempatan dan tata letaknya sangat dipengaruhi oleh
topografi.
Gerakan membelok biasanya tersedia pada pertemuan jalan bebas hambatan diperkota
an dan tercapai keseimbangan antara jalur masuk dan keluar dengan gerakan yang t
erdapat pada jalan tersebut. Pertemuan jalan tak sebidang dengan kaki lebih dari
4 buah tidak dianjurkan karena pertimbangan biaya dan lalu lintas.
B. Pengaturan dengan lampu lalu lintas
Menurut Hobbs (1995), lampu lalu lintas merupakan alat pengatur lalu lintas yang
mempunyai fungsi utama sebagai pengatur hak berjalan pergerakan lalu lintas (te
rmasuk pejalan kaki) secara bergantian dipertemuan jalan.
Tujuan diterapkannya pengaturan dengan lampu lalu lintas adalah :
1. Merupakan pergerakan dan hak berjalan secara bergantian dan teratur.
2. Meningkatkan daya dukung pertemuan jalan dalam melayani arus lalu lintas.
3. mengurangi terjadinya kecelakaan dan kelambatan lalu lintas.
4. Mengkoordinasikan lalu lintas dibawah kondisi jarak sinyal yang cukup baik, s
ehingga aliran lalu lintas tetap berjalan lancar menerus pada kecepatan tertentu
. Menciptakan kelompok pada arus lalu lintas yang padat untuk memberi hak berjal
an, arus lalu lintas lain (seperti sepeda, pejalan kaki) memasuki persimpangan d
an menciptakan iring-iringan (platoon) pada arus lalu lintas padat.
5. Memberikan mekanisme pengaturan lalu lintas yang lebih efektif dan murah diba
ndingkan pengaturan manual.
6. Memberikan rasa percaya kepada pengemudi bahwa hak berjalannya terjamin dan m
enumbuhkan sikap disiplin diri.
C. Arus Lalu Lintas
Menurut IHCM (1997), arus lalu lintas adalah jumlah unsur lalu lintas yang melal
ui titik tak terganggu dihulu, pendekat per satuan waktu, dinyatakan dalam kenda
raan/jam atau smp/jam. Nilai harus lalu lintas (Q) mencerminkan komposisi arus l
alu lintas dalam satuan mobil penumpang (smp). Ekivalensi mobil penumpang (emp)
dapat diturunkan secara empiris untuk setiap tipe kendaraan sebagai berikut :
1. Kendaraan ringan / Light Vehicle (LV)
Meliputi mobil penumpang, minibus, truk pick up, dan jeep.
2. Kendaraan berat / Heavy Vehicle (HV)
Meliputi truk 2 as, truk 3 as dan bus
3. Sepeda motor
Meliputi sepeda motor dan kendaraan roda 3
4. Kendaraan tak bermotor (UM)
Meliputi sepeda, becak, kereta kuda dan kereta dorong.
Menurut Sukirman (1994), arus lalu lintas disebut sebagai volume lalu lintas, ya
itu jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satuan waktu (ha
ri, jam, menit). Dimana perkerasan jalan yang lebih lebar dibutuhkan pada volume
lalu lintas yang tinggi, karena apabila jalan yang terlalu lebar dipergunakan u
ntuk volume lalu lintas rendah akan cenderung membahayakan, pengemudi dapat memp
ercepat laju kendaraannya, sedangkan situasi jalan tidak dapat dipastikan begitu
saja.

Volume lalu lintas dapat dinyatakan dalam :


1. Lalu lintas harian rata-rata (Average Daily Traffic / ADT)
Jumlah satuan volume lalu lintas lebih dari satu hari dan kurang dari satu tahun
dibagi dengan jumlah hari dalam periode tertentu.
2. Lalu lintas harian rata-rata tahunan (Average Annual Daily Traffic / AADT)
Jumlah volume lalu lintas dalam satu tahun dibagi jumlah hari dalam tahun terseb
ut.
Dari uraian diatas, untuk perencanaan jalan raya termasuk informasi-informasi ya
ng dibuthkan haruslah relevan antara volume sekarang dan volume yang akan datang
.
D. Arus Jenuh
Menurut Warpani (1988), salah satu factor penting dalam menghitung lalu lintas a
dalah arus jenuh menjelang persimpangan. Arus jenuh merupakan arus maksimum yang
dapat melewati persimpangan dari satu arah tanpa gangguan lalu lintas. Untuk pe
ngukuran arus jenuh biasanya dilakukan pada kendaraan dihitung perjam waktu hija
u, yaitu arus bila suatu antrian kendaraan kontinyu dikeluarkan pada 100% warna
hijau.
E. Siklus Jenuh
Menurut IHCM (1997), suatu siklus disebut jenuh apabila pada cakhir siklus (akhi
r nyala hijau) masih terdapat kendaraan antri, yang dimaksud satu siklus disini
adalah pengulangan waktu nyala merah ke merah lagi.
Model keberangkatan kendaraan (melewati garis berhenti) dibuat dengan asumsi bah
wa tidak ada kendaraan melewati garis berhenti pada saat lampu merah menyala efe
ktif dan selama waktu hijau efektif kendaraan melewati garis berhenti dengan int
erval sebagai berikut :
1. Bila ada antrian maka interval waktu keberangkatan sama dengan saat saturatio
n flow.
2. Bila tidak ada antrian maka interval waktu keberangkatan sama dengan interval
kedatangannya.
F. Kapasitas Simpang
Menurut IHCM (1997), kapasitas adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat diper
tahankan yang dinyatakan dalam kendaraan/jam atau smp/jam. Sedangkan kapasitas s
impang adalah volume lalu lintas maksimum yang dapat ditampung oleh suatu persim
pangan dalam waktu satu jam, dan menjadi dasar perhitungan dalam menganalisis la
lu lintas pada waktu simpang.
Perhitungan data melalui metode IHCM (1997) berdasarkan data empiris yang dikump
ulkan untuk nilai derajat jenuh (DS) dibawah 1, 0 analisa simpang ini lebih dapa
t diandalkan bila dibandingkan dengan nilai DS di atasnya. Karena pada keadaan t
ersebut pengemudi lebih agresif untuk berebut menguasai seluruh ruang yang mungk
in diperolehnya didaerah konflik. Hal ini mengandung resiko yang cukup tinggi un
tuk terjadi saling menutup dan saling mengunci sehingga terjadi keadaan macet to
tal.
G. Satuan Mobil Penumpang
Setiap jenis kendaraan mempunyai karakteristik pergerakan yang berbeda, karena d
imensi, kecepatan, percepatan, maupun kemampuan maneuver masing-masing tipe kend
araan berbeda-beda disamping juga pengarug geometric jalan. Untuk menyamakan sat
uan dari masing-masing jenis kendaraan digunakan suatu satuan yang bisa dipakai
dalam perencanaan lalu lintas yang disebut satuan mobil penumpang (smp) perjam d
igunakan ekivalensi mobil penumpang (emp).
H. Tingkat Kinerja
Menurut IHCM (1997) tingkat kinerja adalah ukuran kuantitatif yang menerangkan k
ondisi operasional dari fasilitas lalu lintas seperti dinilai oleh Pembina jalan
. Untuk simpang bersinyal, tingkat kinerja dinyatakan dalam panjang antrian, pro
porsi kendaraan terhenti dan tundaan.
I. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian nerupakan urutan langkah-langkah yang disusun secara sistemat
is dan logis berdasarkan teori yang sudah ada, guna mencapai tujuan suatu objek
permasalahan, agar dalam proses penyusunannya menjadi lebih mudah.
Tahapan penulisan penelitian ini secara garis besar dapat dijabarkan sebagai ber
ikut :

Tahap I. Survey Pendahuluan


Sebelum penelitian atau pengamatan dilapangan dilaksanakan, perlu diadakan surve
y pendahuluan agar dalam pelaksanaan penelitian sesungguhnya tidak banyak mengal
ami hambatan, yang antara lain adalah :
a. Survey untuk memilih lokasi yang aman dan memudahkan dalam pengamatan.
b. Mengamati arus lalu lintas pada kondisi maksimal atau jam puncak.
c. Penentuan jumlah tenaga survey dimana setiap lengan yang akan disurvei sediki
tnya 3 surveyor untuk menghitung jumlah kendaraan.
d. Penentuan tanggal dan hari yang tepat yang diharapkan dapat mewakili hari-har
i dalam satu minggu dan hari-hari dalam satu tahun.
e. Penentuan jam pelaksanaan yang tepat sehingga diharapkan dapat mewakili konod
isi arus lalu lintas jam puncak.
Tahap II. Penyusunan Formulir Penelitian
Adapun cara penyusunan formulir survey adalah sebagai berikut :
a. Formulir dibagi menjadi 4 bagian atau kolom dengan pembagian sebagai berikut
:
1). Kendaraan ringan (LV) : Kendaraan bermotor ber as 2 dengan 4 roda (meliputi
: mobil penumpang, mikro bus, pick up,mobil pribadi, mikro truk sesuai klasifika
si Bina Marga).
2). Kendaraan berat (HV) : Kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda (meliputi
: bus, truk 2 as, truk 3 as, dan truk kombninasi sesuai klasifikasi Bina Marga)
.
3). Sepeda motor ( MC ) : Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda (meliputi : se
peda motor dan kendaraan beroda 3 sesuai klasifikasi bina marga).
4). Kendaraan tak bermotor1 : Kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh orang a
tau hewan (meliputi : sepeda, becak, kereta kuda, dan kereta dorong sesuai denga
n klasifikasi Bina Marga).
Tahap III. Persiapan
a. Alat tulis dan formulir survei, digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.
b. Alat penunjuk waktu (Arloji dan Stopwatch), digunakan untuk menentukan waktu
periode pengamatan kendaraan.
c. Alat pengukur (Roll Meter), digunakan untuk mengukur lebar jalan.
d. Pencacah (Hand Counter), digunakan untuk menghitung jumlah kendaraan yang lew
at.
Tahap IV. Pelaksanaan Penelitian
Setelah diadakan persiapan dan penentuan waktu penelitian, langkah selanjutnya a
dalag melaksanakan penelitian, antara lain :
a. pencacahan volume kendaraan tiap arah pada semua lengan persimpagan sesuai de
ngan jadwal penelitian.
b. Pengukuran lebar tiap lengan dengan persimpangan
c. Pengamatan kondisi lingkungan setempat oleh peneliti dengan memperkirakan fac
tor-faktor lingkungan yang berkaitan.
Tahap V. Perencanaan dan Pembahasan
Setelah diperoleh data dari hasil penelitian lapangan, selanjutnya dianalisa dan
dibagi dengan cara :
a. semua data volume lalu lintas dikonversikan ke dalam satuan mobil penumpang.
b. Perhitungan berpedoman pada Indonesian Highway Capacity Manual (1997).
c. Hasil dari analisis digunakan untuk merencanakan simpang dengan menggunakan s
inyal dan membuat kesimpulan serta saran.
J. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan pengamatan secara langsun
g dilapangan. Jenis data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dilapan
gan, yang termasuk data primer adalah :
a. Data geometrik jalan
Data geometrik jalan diperoleh dengan mengukur lebar jalan tiap lengan persimpan
gan dan jumlah jalur.
b. Data arus lalu lintas jalan
Dengan mencatat semua jenis kendaraan yang melewati ruas-ruas lengan simpang yan
g diteliti dengan pembagian jenis kendaraan dan gerak lalu lintas.

c. Data lingkungan
Data lingkungan diperoleh dengan mengamati aktifitas disekitar persimpangan dan
sepanjang jalan yang digunakan sebagai penelitian.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait, yaitu instans
i yang berhubungan dengan masalah yang menjadi obyek penelitian. Di antaranya ad
alah data jumlah penduduk dan peta jaringan jalan.
K. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah :
Bab I . Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan dan Manfaat Tugas Akhir
4. Batasan Masalah
5. Metodologi
6. Pengumpulan Data
Bab II. Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan tentang tinjauan pustaka.
Bab III. Landasan Teori
Bab ini menguraikan tentang dasar dasar teori, kerangka pikiran.

Bab IV. Metode Penelitian


Bab ini berisikan tentang metode penelitian, pengumpulan data, tahap penelitian
jalan simpang Gendengan.
Bab V. Perencanaan dan Pembahasan
Bab ini berisikan tentang kondisi existing, kondisi kinerja existing simpang, pe
mbahasan.
Bab VI. Kesimpulan
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil analisa kinerja simpang Cross Lu
wes Gladak, Surakarta.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

You might also like