You are on page 1of 17

ABSTRAK

Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) telah


menjadi salah satu alat yang berguna dalam dunia industri. Namun
demikian tidak menutup kemungkinan untuk digunakan sebagai aplikasi
alat Bantu pembuatan keputusan dalam pengenalan program-program baru
di lembaga pendidikan kejuruan.

Proses penggunaan manajemen analisa SWOT menghendaki adanya suatu


survei internal tentang strengths (kekuatan) dan weaknesses
(kelemahan) program, serta survei eksternal atas opportunities
(ancaman) dan threats (peluang/kesempatan). Pengujian eksternal dan
internal yang terstruktur adalah sesuatu yang unik dalam dunia
perencanaan dan pengembangan kurikulum lembaga pendidikan.

Contoh pengembangan pendidikan menggunakan analisa SWOT, adalah suatu


cara yang berguna dalam menguji kondisi lingkungan tentang program
baru yang ditawarkan suatu lembaga pendidikan. Sebuah tinjauan atas
aplikasi potensial SWOT dalam jangkauan yang luas juga merupakan
tujuan dari pada tulisan ini.

1. Pendahuluan

Lingkungan eksternal mempunyai dampak yang sangat berarti pada sebuah


lembaga pendidikan. Selama dekade terakhir abad ke duapuluh,
lembaga-lembaga ekonomi, masyarakat, struktur politik, dan bahkan gaya
hidup perorangan dihadapkan pada perubahan-perubahan baru. Perubahan
dari masyarakat industri ke masyarakat informasi dan dari ekonomi yang

berorientasi manufaktur ke arah orientasi jasa, telah menimbulkan


dampak yang signifikan terhadap permintaan atas program baru
pendidikan kejuruan yang ditawarkan (Martin, 1989).

Program kejuruan pada sekolah-sekolah menengah umumnya mencakup bidang


pelayanan (area service) dalam spektrum yang luas, akan tetapi
program-program sekolah kejuruan sekarang harus dapat menyediakan
program yang lebih baik daripada sekolah kejuruan maupun
sekolah-sekolah khusus (Weber, 1989). Program-program yang ada, dan
yang direncanakan untuk masa depan tanpa memandang jenis sekolah,
harus didasarkan pada pertimbangan yang seksama secara cermat tentang
kecenderungan (trend) dalam masyarakat di masa yang akan datang.
Para administrator atau pengelola sekolah kejuruan harus berperan
sebagai penggagas atau inovator dalam merancang masa depan lembaga
yang mereka kelola. Strategi-strategi baru yang inovatif harus
dikembangkan untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan akan
melaksanakan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
mendatang khusunya pada abad 21 dan setelahnya. Untuk melakukan hal
ini, antara lain dibutuhkan sebuah pengujian mengenai bukan saja
lingkungan lembaga pendidikan itu sendiri tetapi juga lingkungan
eksternalnya (Brodhead, 1991). Analisis kekuatan, kelemahan,
kesempatan/peluang, dan ancaman atau SWOT (juga dikenal sebagai
analisis TOWS dalam beberapa buku manajemen), menyediakan sebuah
kerangka pemikiran untuk para administrator pendidikan dalam
memfokuskan secara lebih baik pada layanan kebutuhan dalam masyarakat.

Meskipun sebenarnya analisi ini banyak ditujukan untuk penerapan dalam


bisnis, ide penggunaan perangkat ini dalam bidang pendidikan bukanlah
hal yang sama sekali baru. Sebagai contoh, Gorski (1991) menyarankan
pendekatan ini untuk meningkatkan minat dalam masyarakat untuk
memasuki sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan khususnya sekolah
kejuruan. Perangkat manajemen yang sedianya ditujukan untuk bidang
industri seringkali bisa diolah untuk diterapkan di bidang pendidikan,
karena adanya kemiripan yang fundamental dalam tugas-tugas
administratif.

SWOT adalah sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami, dan juga
bisa digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan
kebijakan-kebijakan untuk pengelolaan pegawai administrasi
(administrator). Sehingga, SWOT disini tidak mempunyai akhir, artinya
akan selalu berubah sesuai dengan tuntutan jaman. Tujuan dari
penulisan ini adalah untuk menunjukkan bagaimana SWOT dapat digunakan
oleh para administrator dalam menganalisis dan memulai pembuatan
program baru yang inovatif untuk ditawarkan dalam pendidikan kejuruan.
2. Konteks Dewasa Ini

Analisis SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap


kekuatan dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatan
dan ancaman lingkungan eksternalnya. SWOT adalah perangkat umum yang
didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan
keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan
(Johnson, dkk., 1989; Bartol dkk., 1991). Jika hal ini digunakan
dengan benar, maka dimungkinkan bagi sebuah sekolah kejuruan untuk
mendapatkan sebuah gambaran menyeluruh mengenai situasi sekolah itu
dalam hubungannya dengan masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan yang
lain, dan lapangan industri yang akan dimasuki oleh murid-muridnya.
Sedangkan pemahaman mengenai faktor-faktor eksternal, (terdiri atas
ancaman dan kesempatan), yang digabungkan dengan suatu pengujian
mengenai kekuatan dan kelemahan akan membantu dalam mengembangkan
sebuah visi tentang masa depan. Prakiraan seperti ini diterapkan
dengan mulai membuat program yang kompeten atau mengganti
program-program yang tidak relevan serta berlebihan dengan program
yang lebih inovatif dan relevan.

Langkah pertama dalam analisis SWOT adalah membuat sebuah lembaran


kerja dengan jalan menarik sebuah garis persilangan yang membentuk
empat kuadran, keadaan masing-masing satu untuk kekuatan, kelemahan,
peluang/kesempatan, dan ancaman. Secara garis besar lembaran kerja
tersebut diperlihatkan dalam lembar-1. Langkah berikutnya adalah
membuat daftar item spesifik yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi di bawah topik masing. Dengan membatasi daftar sampai 10 poin
atau lebih sedikit, untuk menghindari generalisasi yang berlebihan
(Johnson, et al., 1989)

SWOT dapat dilaksanakan oleh para administrator secara individual atau


secara kelompok dalam organisasi. Teknik secara kelompok akan lebih
efektif khususnya dalam pengadaan struktur, objektifitas, kejelasan
dan fokus untuk diskusi mengenai strategi, sehingga tidak akan
cenderung melantur, dan bahkan akan terkena pengaruh politik atau
kesenangan (interest) perseorangan yang kuat (Glass, 1991). Sedangkan
Sabie (1991) mencatat bahwa jika bekerja secara kelompok dalam bidang
pendidikan, maka akan muncul tiga sikap yang terangan-terangan dari
para guru di mana tergantung masa kerja mereka masing-masing.
Guru-guru yang mempunyai pengalaman 0-6 tahun cenderung menjadi yang
paling partisipatif dan receptive akan ide-ide baru.
SWOT harus mencakup semua aspek/area berikut ini, yang masing-masing dapat
merupakan sumber kekuatan, kelemahan, kesempatan, atau ancaman, misalnya:

Beberapa contoh lingkungan internal lembaga pendidikan;


1. tenaga kependidikan dan staf adminstrasi
2. ruang kelas, laboratorium, dan fasilitas sarana prasarana

(lingkungan belajar).
3. siswa yang ada
4. anggaran operasional
5. program riset dan pengembangan iptek
6. organisasi atau dewan lainnya dalam sekolah

Bebrapa contoh lingkungan eksternal lembaga pendidikan


1. tempat kerja yang prospektif bagi lulusan

2. orang tua dan keluarga siswa


3. lembaga pendidikan pesaing lainnya
4. sekolah /lembaga tinggi sebagai persiapan lanjutan
5. demografi sosial dan ekonomi penduduk
6. badan-badan penyandang dana

3. Survei Internal tentang Kekuatan dan Kelemahan

Secara historis, para administrator berupaya menarik minat siswa agar


memasuki/memlih program yang ada pada lembaga pendidikan mereka dengan
cara meningkatkan promosi dan iklan tanpa memperhatikan kelemahan dan
kekuatan lembaga pendidikan yang mereka kelola. Apabila, keadaan audit
internal seperti ini dilaksanakan, maka akan timbul area/aspek yang
menghendaki beberapa perubahan. Lebih dari itu, potensi dan
kemungkinan-kemungkinan akan adanya service dan program-program
inovasi baru bisa juga muncul. Dengan membuat seluruh daftar tentang
kelemahan internal maka akan tampak area/aspek yang bisa diubah guna
untuk memperbaiki kinerja lembaga pendidikan, termasuk segala
sesuatunya yang berada di luar jangkauan kontrol. Contoh mengenai
kelemahan inheren adalah cukup banyak. Misalnya sebagai berikut: moral
staf adminstrasi dan staf pengajar yang rendah; bangunan infrastruktur
yang kurang memadai; fasilitas sarana prasarana, serta laboratorium di
bawah standar; langkanya sumber-sumber daya instruksional; dan
termasuk lokasi lembaga pendidikan tersebut.

Sedangkan kekuatan yang ada perlu juga didaftar, sebagai contoh


kekuatan potensial dapat berupa: (a) pembebanan biaya pendidikan yang
rasional terhadap siswa; (b) tenaga pengajar yang berdedikasi dan
bermoral tinggi; (c) akses dengan lembaga pendidikan lanjutan atau
universitas-universitas yang lain, dimana siswa dapat mentransfer
kredit mata pelajaran yang telah diperoleh; (d) reputasi yang baik
dalam menyediakan pelatihan yang diperlukan untuk memperoleh
pekerjaan; dan (e) perbedaan populasi siswa.

Penaksiran kekuatan dan kelemahan juga bisa dilakukan melalui survei,


kelompok-kelompok fokus, wawancara dengan murid dan bekas murid, dan
sumber-sumber lain yang dapat dipercaya. Begitu kelemahan dan kekuatan
tergambar, maka akan memungkinkan untuk mengkonfirmasi item-item
tersebut. Harus dimafhumi bahwa persepsi yang berbeda-beda bisa
timbul, tergantung pada kelompok-kelompok representatif yang dihubungi
dan dimintai pendapatnya.

4. Survei Eksternal tentang Ancaman dan Kesempatan


Gambaran eksternal bersifat komplementer terhadap self-study internal

di dalam analisis SWOT. Pengaruh-pengaruh nasional dan regional seperti masalah-


masalah lokal dan negara adalah yang paling penting
dalam memutuskan program baru apa saja yang perlu ditambah atau
program yang sudah ada dan perlu dimodifikasi atau diganti. Gilley
dkk. (1986) menetapkan sepuluh dasar-dasar institusi yang
"on-the-move" (sedang maju), salah satunya adalah kemampuan institusi
atau lembaga untuk menjaga pengawasan yang lebih dekat atas
masyarakat. Tidak hanya administrator saja yang harus mengawasi
masyarakatnya, namun mereka juga memainkan perananan kepemimpinan
dengan memberikan isu-isu itu yang berkaitan secara langsung maupun
tidak.

Informasi tentang iklim dan trend bisnis yang ada, perubahan penduduk,
dan jumlah pegawai serta tingkat lulusan sekolah menengah harus
dipertimbangkan dalam tahap studi pengembangan ini. Sejumlah sumber
informasi harus diliput, tidak hanya terbatas kepada pengurus sekolah
saja, melainkan termasuk orang tua siswa, tokoh masyarakat, surat
kabar, majalah, jurnal pendidikan, dewan penasehat, dunia industri,
dan lainnya. Sehingga masing-masing dapat merupakan sumber potensial
sebagai informasi yang sangat berharga.

Ancaman harus dikenali, sebab ancaman dapat berwujud dalam berbagai


bentuk. Besarnya anggaran pendidikan yang terbatas dianggap suatu
peraturan daripada dianggap sebagai suatu pengecualian. Anggaran
pemerintah umumnya diperuntukkan pada usaha pengembangan pendidikan
yang tidak bersifat khusus, sehingga mempunyai dampak atas pelaksanaan
program dengan anggaran-tinggi. Terbatasnya industri/dunia kerja untuk
menyerap tenaga kerja sebagai keluaran pendidikan. Lembaga pendidikan
lain yang sejenis atau perguruan tinggi telah lebih dulu membuat beberapa program baru
untuk menarik siswa lebih banyak atas program
yang sama. Di samping juga, menurunnya jumlah lulusan sekolah menengah
dapat menimbulkan suatu ancaman dengan adanya berkurangnya permintaan
siswa terhadap program yang telah direncanakan.

Adanya suatu perubahan kesadaran atau pola pikir masyarakat akan


menciptakan kesempatan potensial untuk memberikan isu-isu baru dengan
jalan memberikan layanan pendidikan yang lebih bermutu dan
berkualitas. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan yang bersifat
global, juga mempunyai areal/aspek kesempatan. Industri atau bisnis
baru apa yang dapat muncul di masa akan datang, dengan mencari siswa
lulusan pendidikan kejuruan berketrampilan serta terlatih baik.

Harus dipahami juga bahwa kesempatan dan ancaman tidak absolut


sifatnya. Apa yang pertama-tama nampak akan menjadi suatu
kesempatan/peluang, mungkin tidak muncul bila dikaitkan dengan
sumber-sumber daya atau harapan masyarakat. Makin banyak sumber daya
atau harapan masyarakat, maka makin besar pula tantangan dalam

menggunakan metode analisis SWOT, sehingga memungkinkan untuk membuat


penilaian yang benar dan tepat serta lebih menguntungkan baik secara
institusi maupun lingkungan masyarakat. Dalam lembar-2 dan 3
menggambarkan sebuah contoh penggunaan lembaran kerja analisis SWOT.

Lembar-2
Contoh Penggunaan Analisis SWOT Sebagai Pertimbangan Kelayakan
Dalam Memulai Pembuatan Sebuah Program Teknologi Laser
Menimbang: lembaga pendidikan kejuruan teknik kemasyarakatan perlu
menambah beberapa program baru yang inovatif.

Mengingat: selama masa brainstorming sebelumnya, muncul beberapa ide


dan sebuah program dalam teknologi laser yang dikembangkan oleh
yayasan/lembaga pendidikan dan tenaga pengajar lain. Kerja sama dengan
sebuah kelompok yang dipilih dari tenaga pengajar bisa memenuhi dan
melakukan analisis SWOT untuk membantu mengembangkan strategi
pengembangannya.

Contoh poin-poin berikut yang munkin muncul dalam lembaran kerja


Potensi Kekuatan Internal (S)
1. Perangkat elektronik yang ada dan program elektrik dapat
menyediakan beberapa dasar yang diperlukan untuk sebuah program
teknologi laser.

2. Tenaga pengajar yang antusias dan berminat untuk memperoleh


pengetahuan dan latihan lebih jauh dalam bidang laser.
3. Dana yang cukup untuk diinvestasikan dalam program-program
teknologi tinggi.

4. Pengalaman masa lalu yang sukes dengan program baru yang dinamis,
sehingga mempunyai keahlian dan pengalaman dalam menghadapi
perubahan.

Potensi Kelemahan Internal (W)


1. Tenaga pengajar yang ada kurang teram-pil dalam penguasaan
teknologi laser.
2. Kurangnya ruangan untuk menampung peralatan ekstra tambahan yang
dibutuhkan.
3. Situasi keselamatan, tidak cocok untuk mengatasi potensi bahaya
seperti laser.
4. Sebuah faksi di dalam lembaga lebih menginginkan sebuah program
teknologi mikroprosessor daripada teknologi laser

Potensi Kesempatan Eksternal (O)


1. Beberapa rumah sakit, industri logam, dan perusahaan komunikasi
mengalami kekurangan akan teknologi laser.
2. Permintaan dunia usaha dan negara secara keseluruhan akan

teknologi laser diperkirakan meningkat dalam 10 tahun ke depan.


3. Antusiasme guru-guru dan siswa sekolah menengah tentang program
yang ditawarkan dan sangat memungkinkan dilakukannya pemilihan

atau penyaringan terhadap siswa terbaik.


4. Teknolog laser dalam bidang rumah sakit dan industri telah
menawarkan keahlian mereka secara part-time.
Potensi Ancaman Eksternal (T)

1. Lembaga pendidikan sejenis di negara tetangga telah memimpin dan


memiliki infrastruktur untuk memulai sebuah program teknologi
laser lebih cepat.
2. Program dimungkinkan tidak mendapat persetujuan dari dewan karena
mengingat pengalaman sebelumnya tentang 'kegagalan' yang pernah
terjadi.

3. Beberapa alternatif lebih murah dan efi-sien dari perangkat laser


yang muncul akan memberikan masa depan yang tidak prospektif bagi
teknolog laser.

4. Siswa sekolah lebih menunjukkan preferensi pada program-program


bisnis daripada program-program teknik.
5. Kelemahan SWOT

Pada umumnya SWOT hanya mencerminkan pandangan seseorang atau


kelompok, dimana hanya mencerminkan keberpihakan dalam menilai
tindakan yang telah ditentukan sebelumnya, daripada digunakan sebagai
alat untuk menemukenali kemungkinan-kemungkinan peluang baru. Hal
penting yang perlu perhatikan bahwa kadang-kadang ancaman juga dapat
dipandang sebagai kesempatan, tergantung orang atau kelompok yang
terlibat. Ada pepatah yang menyatakan, "Seorang yang pesimis adalah
orang yang melihat kegagalan di dalam suatu kesempatan, dan seorang
yang optimis adalah orang yang melihat kesempatan di dalam suatu
kegagalan." Dalam contoh lembar-2, kesempatan yang diberikan para ahli
dalam industri untuk melatih siswa, mungkin dianggap oleh sebagian
anggota lembaga pendidikan (pengajar dan staf) sebagai suatu ancaman
terhadap posisi atau pekerjaan mereka sendiri.

SWOT memungkinkan sebuah institusi untuk mengambil cara yang singkat


daripada melakukan sebuah penelitian khusus kekuatannya yang sesu

sesuai
dengan kesempatan, sehingga mengabaikan kesempatan yang tidak
dirasakan. Metode yang lebih pro-aktif dalam identifikasi
kesempatan/peluang adalah paling menarik, baru kemudian merencanakan

dan menemukembangkan strategi institusi untuk memenuhi


kesempatan-kesempatan tersebut. Hal ini akan menciptakan strategi
efektif, menurut Glass (1991), dalam menghadapi tantangan, daripada
sekedar menemukan kekuatan yang ada dan kesempatan yang dipilih untuk
dikembangkan kemudian.

6. Penutup

Analisa SWOT merupakan sebuah alat analisis yang cukup baik, efektif,
dan efisien serta sebagai alat yang cepat dalam menemukenali
kemungkinan-kemungkinan yang berkaitan dengan pengembangan awal
program-program inovasi baru di dalam sekolah kejuruan, disamping
dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan dalam organisasi
atau komite bahkan individu. Juga sebagai alat bantu untuk memperluas
dan mengembangakan visi dan misi suatu organisasi. Analisa SWOT dapat
melihat seluruh kemungkinan perubahan masa depan sebuah institusi
melalui pendekatan sistematik melalui proses instropeksi dan mawas
diri ke dalam, baik bersifat positif maupun negatif.

Makna dan pesan yang paling mendalam dari analisa SWOT adalah apapun
cara-cara serta tindakan yang diambil, proses pembuatan keputusan
harus mengandung dan mempunyai prinsip berikut ini; kembangkan
kekuatan, minimalkan kelemahan, tangkap kesempatan/peluang, dan
hilangkan ancaman.

Penggunaannya agar lebih efektif hendaknya analisa SWOT harus bersifat


fleksibel. Mengingat situasi dan kondisi yang cepat berubah seiring
dengan berjalannya waktu, maka analisis harus sesering mungkin dibuat
dan disesuaikan. SWOT sangat praktis dan tidak boros terhadap waktu,
serta efektif karena kesederhanaannya. Dapat digunakan secara kreatif,
sehingga membentuk dan membangun fondasi, dimana dapat menciptakan
sejumlah rencana strategis untuk pengembangan program-program baru di
sekolah kejuruan khususnya, semoga.

DAFTAR PUSTAKA
Bartol, K.M., & Martin, D.C., (1991), Management, New York: McGraw
Hill, Inc.

Broadhead, C.W., (1991), Image 2000: A Vision for Vocational


Education. To Look Good, We've got to Be Good. Vocational Education
Journal, 66(1), 22-25.

Crispell, D., (1990), Wokers in 2000, American Demographics, 12(3),


36-40.

Gilley, J.W., Fulmer, K.A., & Reithlingschoefer, S.J., (1986),


Searching for Academic Excellence: Twenty Colleges and Universities on
the Move and Their Leaders. New York: ACE/Macmillan.

Glass, N.M., (1991), Pro-active Management: How to Improve Your


Management Performance. East Brunswick, NJ: Nichols Publishing.
Gorski, S.E., (1991), The SWOT Team-Focusing on Minorities. Community,
Technical, and Junior College Journal, 61(3), 30-33.
Johnson, G., Scholes, K., & Sexty, R.M., (1989), Exploring Strategic
Management, Scarborough, Ontario: Prentice Hall.
Martin, W.R., (1989), Handbook on Marketing Vocational Education.
Westerville: Ohio State Council on Vocational Education.
Sabie, A., (1991), The Industrial Arts/Technology Education: A
Supervisor's Perspective. The Technology Teacher, 51(2), 13-14.

Weber, J.M., (1989). Variation in Selected Characteristics Across


Three Type of High Schools that Offer Vocational. Journal of
industrial Teacher Education, 26(4), 5-37.
Suatu lembaga dinilai mempunyai kinerja yang baik jika lembaga tersebut
menghasilkan keluaran yang ditargetkan berupa barang atau jasa yang bermutu secara
efektif, efisien, dan berkelanjutan. Untuk mencapai kinerja seperti ini banyak faktor yang
berpengaruh yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut pada prinsipnya dapat
dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam madrasah
itu sendiri, dan faktor eksternal yang berasal dari luar madrasah. Dengan menganalisis
dan mengevaluasi berbagai faktor internal dan faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi kinerja suatu madrasah, diharapkan madrasah dapat mengetahui
kapasitas kemampuannya saat ini, dan menentukan strategi untuk meningkatkan
kinerjanya di masa yang akan datang.
Pada prinsipnya hal-hal yang termaksud ke dalam faktor internal yang
mempengaruhi kinerja madrasah adalah hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan
(strength) dan kelemahan (weaknesses). Sedangkan, hal-hal yang termasuk dalam
faktor eksternal adalah yang berkaitan dengan peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) yang dapat mempengaruhi kinerja madrasah tersebut. Dengan menganalisis
kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang di ada, serta peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) yang harus di hadapi, maka Madrasah Aliyah
Negeri 3 Malang menentukan strategi agar dapat mampu mengembangkan dan
meningkatkan kualitasnya secara optimal.
Dalam sistem pendidikan dasar dan menengah, acuan untuk melihat hal-hal
yang menjadi kondisi internal didasarkan pada delapan (8) standar nasional pendidikan
yang sekaligus merupakan acuan dalam melakukan evaluasi diri. Sedangkan kondisi
eksternal didasarkan pada kondisi yang ada diluar lembaga yang berupa peluang dan
tantangan, termasuk tuntutan pemangku kepentingan (stackholder) yang terkait dengan
pendidikan dasar dan menengah.
Kondisi Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
1. Standar Isi
Kekuatan:
• Adanya komitmen MAN 3 Malang untuk melaksanakan kurikulum berdasarkan
standar BSNP
• Beban belajar siswa sudah sesuai dengan standar BSNP.
• Untuk meningkatkan mutu lulusan yang didasarkan atas UN, siswa diberi
tambahan pengayaan belajar mulai dari kelas X sampai kelas XII.
• Adanya muatan lokal yang berupa pengembangan Information and
Communication Technology (ICT)
• Pengembangan diri diberikan dalam bentuk Bimbingan Konseling, klub bidang
studi, klub pengembangan keterampilan (teater, pramuka, dakwah, BDI, musik,
English Conversation Club, jurnalistik, PMR, KIR, club olimpiade, broadcasting,
paduan suara, nasyid dll)
• Kalender pendidikan di MAN 3 Malang mengacu kepada kalender Pendidikan
Nasional
Kelemahan:
• Kerangka dasar kurikulum masih menggunakan standar minimal dari BSNP
(belum ada peningkatan/pengembangan)
• KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) masing-masing bidang studi belum semuanya
sesuai dengan standart BSNP (beberapa masih di bawah nilai 70)
• Untuk program akselerasi belum mempunyai kurikulum yang baku
• Beban mengajar guru belum semuanya sesuai dengan BSNP (24 jam)
• Program responsi untuk materi agama dan jurusan, belum mempunyai panduan
• Belum ditemukan sistem (model) pembelajaran yang cocok untuk sistem fullday
school (> jam 14.00)
• Dalam penyusunan jadwal pelajaran masih belum mengikut sertakan rumpun
bidang studi
• Jadwal pelajaran masih sering dilakukan perubahan ketika proses pembelajaran
sudah berjalan
2. Standar Proses
Kekuatan:
• Perangkat Pembelajaran masing-masing bidang studi sudah lengkap
• Mengadakan workshop setiap awal tahun ajaran untuk pengembangan
perangkat pembelajaran (silabus, RPP, dan Sistem Penilaian).
• Fasilitas pembelajaran sudah cukup memadai (buku, ruang kelas, multimedia,
perpustakaan, dll)
• Pemanfaatan sumber belajar bervariasi dan meningkat
• Guru telah mengalokasikan waktu sesuai dengan prosem
• Program remidi dan pengayaan sudah terlaksana pada semua bidang studi.
• Pengembangan muatan local (ICT) sudah berjalan dengan baik
• Pemanfaatan ICT dalam melaporkan hasil belajar siswa
• Laporan hasil belajar siswa sudah bisa diakses lewat internet
• Aturan pengawasan KBM sudah ada
• KBM sudah relative menyenangkan
• Pelaksanaan KBM pada hampir semua mata pelajaran UN sudah dilaksanakan
secara team teaching
Kelemahan:
• Instrumen Penilaian masih belum lengkap
• Media pembelajaran masih belum lengkap
• Belum semua siswa dapat mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minatnya
• Dimungkinkan masih ada guru yang belum menggunakan strategi pembelajaran
yang bervariasi.
• Masih ada guru yang belum memiliki kompetensi dibidang ICT
• Masih ada guru yang belum menginternalisasikan life skill secara universal dalam
KBM
• Kurang optimalnya penggunaan media pembelajaran yang tersedia oleh guru
• Belum ada program akselerasi bidang studi
• Belum optimalnya pelaksanaan program pengembangan diri (termasuk
perekrutan Pembina)
• Madrasah belum mempunyai standar proses belajar mengajar
• Belum optimalnya peran komite dalam pengembangan standar proses
pembelajaran
• Dimungkinkan pelaksanaan penilaian berbasis kelas belum optimal
• Pelaksanaan laporan hasil belajar siswa setiap dua bulan sekali belum terlaksana
secara optimal (belum tepat waktu)
• Pengelolaan laporan hasil belajar siswa belum optimal
• Pelaksanaan aturan pengawasan KBM belum optimal
• Sosialisasi tentang aturan pengawasan KBM kepada siswa kurang optimal
• Pengisian jurnal KBM di kelas belum optimal
3. Standar Kompetensi Lulusan
Kekuatan:
• SKL materi Ujian Madrasah (UM) di buat bersama-sama team guru bidang studi
se Jawa Timur yang dikoordinir Mapenda Kanwil Jatim
• Soal UM dibuat oleh team guru bidang studi bersama dengan KKM.
• Upaya meningkatkan kualitas lulusan di setiap tahun
• Upaya mewujudkan lulusan yang kompetitif di tingkat nasional
• Lulusan MAN 3 Malang sudah banyak diterima di PTN/PTS terkemuka di
Indonesia dan di beberapa perguruan tinggi di luar negeri seperti Mesir, Saudi
Arabia, Malaysia, Australia, Sudan, Jepang, dll
• Adanya organisasi ikatan alumni
Kelemahan:
• Belum memiliki standar mutu lulusan yang kompetitif di tingkat Asia
• Belum mempunyai standar mutu lulusan yang berstandar internasional
• Belum mempunyai program untuk mencetak lulusan yang ahli dibidangnya dan
mampu bersaing di era global
• Kompetensi lulusan yang siap melanjutkan ke luar negeri masih rendah
• Ada indikasi life skill siswa masih rendah
• Belum semua lulusan memiliki akhlak mulia sesuai ajaran Islam
• Indentifikasi profil alumni masih belum optimal
• Daya saing lulusan MAN 3 Malang masih kurang
4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Kekuatan:
• Rasio jumlah guru dan bidang studi sudah sesuai (sebanding)
• Kualifikasi tenaga pendidik sudah sesuai dengan tuntutan BSNP (minimal S1)
• Semua guru telah menentukan tujuan pembelajaran yang dibimbing
• Semua guru telah menghargai peserta didik tanpa membedakan suku, adat,
daerah asal, dan gender
• Guru dapat berkomunikasi secara santun dengan teman sejawat, orang tua, dan
siswa
• Beberapa guru sudah menyelesaikan pendidikan tingkat master (S2) baik di
dalam maupun di luar negeri
• Beberapa guru sudah mengisi pelatihan di tingkat sekolah, kota, propinsi, dan
nasional.
Kelemahan:
• Jumlah guru GTT masih cukup banyak
• Masih sedikit guru yang memiliki karya pengembangan profesi.
• Masih sedikit guru yang berprestasi dibidang akademik maupun non akademik
• Belum ada program beasiswa guru yang melanjutkan jenjang S-2 dari lembaga
• Ada indikasi bahwa belum semua tenaga pendidik melakukan identifikasi potensi
peserta didik (kemampuan dan kesulitan dalam mata pelajaran yang dibimbing)
• Belum semua guru memahami teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang terkait dengan mata pelajaran yang dibimbing
• Belum semua guru menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam matapelajaran yang
dibimbing
• Belum semua guru mampu memilih materi pembelajaran sesuai dengan
pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik
• Belum semua guru mampu menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap,
baik untuk kegiatan di kelas, di laboratorium, maupun di luar kelas
• Belum semua guru mampu mengembangkan instrumen penilaian, evaluasi
proses dan hasil belajar
• Belum semua guru mampu melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan
• Ada indikasi bahwa perilaku kepala madrasah, guru, dan karyawan belum dapat
dapat diteladani secara menyeluruh oleh pesereta didik dan anggota masyarakat
di sekitarnya
• Ada indikasi bahwa kepala madrasah, guru, dan karyawan belum menunjukkan
etos kerja dan tanggung jawab yang baik.
• Belum semua tenaga pendidik mengikutkan orang tua peserta didik dan
masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar
peserta didik
• Belum semua guru menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang dibimbing
• Belum semua tenaga pendidik mampu mengembangkan materi pembelajaran
yang dibimbing secara kreatif
• Ada indikasi bahwa kepala madrasah, guru, dan karyawan belum dapat
melakukan refleksi terhadap kinerja diri secara jujur dan berkesinambungan
• Belum semua tenaga pendidik dapat melakukan penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang dibimbing
• Belum adanya uji kompetensi guru.
• Rasa kekeluargaan di lingkungan civitas akademika masih kurang kompak.
• Belum adanya indikator yang jelas untuk mengukur tingkat keberhasilan guru .
• Ada indikasi bahwa kepala madrasah, guru, dan karyawan kurang memiliki rasa
empati (kepekaan dan kepedulian) yang mendalam kepada siswa.
• Ada indikasi bahwa dedikasi kepala madrasah, guru dan karyawan dalam
melaksanakan tugas masih belum optimal.
• Ada indikasi bahwa kepekaan kepala madrasah terhadap aspirasi guru,
karyawan dan siswa masih belum optimal.
• Kurangnya komitmen kepala madrasah dan guru dalam mengaplikasikan hasil
pelatihan atau work shop.
• Rekruitmen guru dan pegawai yang masih belum melalui prosedur
profesionalisme kelembagaan.
• Belum adanya panduan program pada masing-masing rumpun bidang studi.
• Penyusunan dan supervisi program madrasah belum optimal
5. Standar Sarana dan Prasarana
Kekuatan:
• Madrasah memberikan fasilitas yang bagus terhadap pengembagan
pengetahuan ICT guru melalui Hot Spot Area dan peminjaman tanpa bunga
untuk pembelian lap top para guru dan karyawan
• Sarana kelas, perpustakaan, laboratorium, sanitasi, dan ICT sudah cukup
memadai.
• Lokasi yang cukup startegis untuk menjadikan sekolah yang unggul dan diminati
oleh masyarakat.
• Pemeliharaan fasilitas bangunan secara rutin
Kelemahan:
• Belum optimalnya perawatan dan pengamanan terhadap fasilitas madrasah
terutama alat-alat elektronik pembelajaran.
• Ada indikasi belum adanya perencanaan yang matang terhadap pengadaan
sarana dan prasarana madrasah
• Belum tertibnya administrasi fasilitas yang dimiliki madrasah
• Belum tertibnya penempatan barang-barang inventaris madrasah
• Belum optimalnya fungsi komite dalam pengadaan dan pengembangan sarana
madrasah.
6. Standar Pengelolaan
Kekuatan:
• Sekolah telah memiliki KTSP.
• Untuk kepentingan bahan ajar, disamping menggunakan LKS dan buku paket
yang tersedia di perpustakaan, juga banyak guru yang sudah memanfaatkan
edukasi-net dari JARDIKNAS ( lewat ICT ).
• Adanya Team teaching pada bidang studi UN.
• Penggunaan media pembelajaran (laboratorium,LCD, dan internet ) dalam PBM
• Setiap awal tahun ajaran baru, sekolah mengadakan penyegaran lewat
workshop pengembangan pembelajaran.
• Kalender akademik MAN 3 Malang sudah menunjukkan seluruh aktivitas KBM
beserta evaluasinya.
• Sarana UKS, BK, dan PSB sudah memadai.
• Rapot siswa sudah online dan computerized
• Penempatan SDM sudah sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
• Penyebaran informasi timbal balik dari dan ke madrasah sudah cukup bagus
antara lain lewat situs internet.
• Pembagian tugas diantara pendidik sebagian besar sudah merata meskipun
masih perlu terus ditingkatkan dan dievaluasi.
• Sudah adanya tata tertib yang baik bagi siswa, guru, dan karyawan
• Rapat koordinasi guru, staf, dan karyawan sudah berjalan dengan baik.
• Pengadaan, penggunaan, dan persediaan bahan habis pakai sudah bagus.
• Adanya dukungan sekolah terhadap acara pelatihan guru, baik yang ada di MAN
3 Malang maupun diluar madrasah
Kelemahan:
• Pelaksanaan KTSP masih belum berjalan secara optimal
• Program responsi untuk materi agama dan bidang studi lain belum mempunyai
panduan
• Belum ditemukan sistem (model) pembelajaran yang cocok untuk sistem fullday
school (> jam 14.00)
• Pelaksanaan remidi belum tersusun dengan baik.
• Kurikulum akselerasi belum tersusun secara pasti.
• Materi program responsi belum tersusun secara bersama oleh masing-masing
klub bidang studi.
• Strategi Pembelajaran yang dilakukan guru belum semua mengacu pada
pembelajaran PAKEM.
• Belum ada aturan yang jelas terhadap penilaian kinerja guru setiap tahun sekali
(DP3) oleh kepala madrasah
• Pengelolaan pada kesiswaan perlu di optimalkan.
• Pembinaan dan pengelolaan asrama belum optimal.
• Kedisiplinan input nilai oleh guru masih perlu dioptimalkan
• Belum adanya sistem penerimaan guru dan karyawan yang baik melalui
prosedur profesional kelembagaan.
• Belum adanya program pengembangan guru secara berencana dan
berkesinambungan
• Belum semua bidang studi mempunyai program MGMP yang melakukan
kegiatan secara reguler
• Masih kurang tertibnya administrasi kegiatan penunjang profesi pendidik dalam
rangka mendukung proses sertifikasi.
• Belum ada aturan tentang sertifikat penghargaan bagi siswa, guru, dan karyawan
pada setiap kegiatan lomba atau kejuaraan.
• Pemeliharaan fasilitas madrasah masih belum optimal.
• Belum ada tempat penyimpanan dan sistem peminjaman alat-alat inventaris
madrasah secara terpusat dan tertib
• Belum ada pendataan ulang secara reguler terhadap sarana madrasah (bisa
lewat wali kelas atau penanggung jawab ruang ).
• Perlunya pengadaan laboratorium matematika dan IPS
• Belum meratanya fasilitas yang ada dikelas dan di asrama.
• Belum ada sistem dan panduan yang jelas pada system penganggaran semua
program madrasah
• Perlu ada peninjauan ulang pada insentif guru akselerasi dan guru team
teaching.
• Gaji guru GTT dan PTT belum memenuhi standar UKM.
• Belum ada ketua program akselerasi.
• Lembaga Litbang belum terbentuk dan berperan secara optimal
• Masih perlunnya sosialisasi dan evaluasi yang optimal dari peraturan akademik
yang ada.
• Belum adanya tata tertib pendidik,tenaga kependidikan serta penggunaan
sarana dan prasarana.
• Belum adanya kode etik hubungan antara sesama warga didalam lingkungan
madrasah dan hubungan antara warga madrasah dengan masyarakat.
• Biaya operasional madrasah masih belum tersosialisasi secara baik
• Rencana tahunan madrasah belum terkomunikasikan secara transparan kepada
guru dan karyawan.
• Guru dan karyawan belum dilibatkan dalam penyusunan program madrasah.
• Sosialisasi KTSP belum optimal.
• Program konsultasi madrasah dengan orang tua/wali peserta didik belum
terjadwal setiap tahun.
• Belum ada program rapat madrasah dengan komite madrasah secara reguler
dan terjadwal.
• Akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan belum teridentifikasi setiap tahun.
• Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan belum terprogram secara
baik.
• Pelaksanaan dari keputusan-keputusan rapat yang ada belum berjalan dengan
baik.
• Istrumen penjamin mutu madrasah belum ada
• Sistem pengawasan, pemantauan, supervisi, evaluasi dan pelaporan belum
optimal.
• Belum ada buku panduan yang jelas dari masing-masing staf kepala bidang
kurikulum, kesiswaan, humas, keagamaan, sarana dan prasarana, administrasi,
litbang, dan keuangan,.
• Kebijakan yang masih belum mencerminkan bottom-up process (masukan dari
bawah)
7. Standar Pembiayaan
Kekuatan:
• Adanya subsidi orang tua/wali siswa baru berupa dana infak
• Dana kontrak prestasi yang sangat membantu dalam proses pengembangan
keterampilan guru
• Adanya dana dari hasil penyewaan fasilitas madrasah seperti aula dan asrama
PSBB
Kelemahan:
• Kondisi biaya investasi belum tersosialisasikan dengan baik
• Kondisi biaya operasional setiap bulan belum tersosialisasikan dengan baik
• Dukungan komite madrasah terhadap biaya penyelenggaraan pendidikan di
madrasah selama kurun 3 tahun terakhir belum optimal
8. Standar Penilaian
Kekuatan:
• Pemberlakuan raport berkala setiap 3 bulan.
• Ujian blok bersama setiap 1 semester sekali.
• Try-out mata pelajaran UN bersama, bekerjasama dengan Diknas Kota Malang
maupun Depag propinsi Jawa Timur
• Pelaksanaan sistem remidi dan pengayaan oleh masing-masing guru bidang studi
Kelemahan:
• Madrasah belum memiliki sistem dan prosedur penilaian baku meliputi tehnik,
jenis dan bentuk penilaian sesuai dengan standar penilaian pendidik.
• KKM masih belum sesuai dengan standar yang ada.
• Monitoring dan evaluasi dari kepala dan wakil kepala belum optimal
• Komite madrasah belum terlibat secara optimal dalam mengontrol pelaksanaan
standar penilaian pendidikan.
• Penanganan dan pembinaan guru dan karyawan yang disinyalir bermasalah
belum berjalan dengan baik.
B. Faktor Eksternal
B.1 Peluang
1. Adanya ruang gerak yang terbuka bagi lembaga pendidikan untuk
mengembangkan diri secara maksimal
2. Dukungan Departemen Agama Republik Indonesia baik berupa kebijakan
maupun finansial yang semakin baik
3. Apresiasi masyarakat terhadap madrasah semakin meningkat
4. Terbuka kesempatan lulusan madrasah melanjutkan baik ke perguruan tinggi
bergengsi baik di dalam maupun di luar negeri
B.2 Ancaman
1. Bermunculan sekolah unggul sebagai kompetitor
2. Lingkungan di luar sekolah yang kurang edukatif
3. Kebijakan publik yang belum menempatkan pendidikan sebagai prioritas dalam
pembangunan
4. MAN 3 Malang belum menjadi pilihan utama bagi sebagian masyarakat
5. Inkonsistensi kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan

You might also like