Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..............................................................................................................2
PENDAHULUAN .....................................................................................................3
ISI LAPORAN...........................................................................................................4
1. Nama/Tema Blok ................................................................................................4
2. Fasilitator ............................................................................................................4
3. Data Pelaksanaan ................................................................................................4
4. Pemicu.................................................................................................................4
5. Tujuan Pembelajaran ..........................................................................................5
6. Pertanyaan Yang Muncul dalam Curah Pendapat ..............................................5
7. Jawaban Atas Pertanyaan....................................................................................5
8. ULASAN ............................................................................................................17
9. Kesimpulan .........................................................................................................17
10. Referensi ............................................................................................................17
Sistem genitourinari merupakan salah satu sistem yang paling penting demi menjaga
kelestarian umat manusia. Sistem ini bukanlah sistem yang bekerja untuk mengatur tubuh
manusia agar suatu individu dapat bertahan hidup, tetapi sistem ini memiliki peranan yang
paling penting dalam menjaga kelangsungan spesies. Sistem genitourinari senantiasa
didukung oleh berbagai macam organ yang selalu mengalami perubahan seiring dengan
berjalannya siklus hidup manusia.
Kemajuan penatalaksanaan penyakit ginjal mulai dari diagnostik, terapi medik, terapi
surgikal, dan rehabilitasi menyebabkan jumlah penderita penderita penyakit ginjal yang
ditangani semakin baik yang meningkatkan harapan hidup penderita. Meskipun demikian, hal
ini tidak menyelesaikan masalah karena adakalanya meninggalkan sekuele pada penderita
sehingga mengurangi produktivitas kerja dan kualitas hidup. Selain itu semuanya
memerlukan biaya yang sanga besar dan sumber daya manusia yang terampil dalam
penatalaksanaannya.
Tindakan pencegahan terhadap penyakit ginjal perlu ditingkatkan karena selain mudah dan
murah, dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja, tetapi memerlukan
perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia terhadap penyakit kardiovaskuler. Faktor risiko
dari penyakit kardiovaskuler perlumendapat perhatian khusus, karena risiko hari ini
merupakan penyakit di masa yang akan datang.
Salah satu penyakit sistem ginjal yang membutuhkan perhatian yang serius adalah penyakit
ginjal kronik. Berikut adalah makalah laporan diskusi tutorial blok genitourinary System
dengan masalah penyakit ginjal kronik. Bagaimana sebenarnya patofisiologi dari hipertensi
dan bagaimana menyebabkan efek terhadap ginjal? Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan menjawab pertanyaan di atas.
1. NAMA/TEMA BLOK
BLOK GENITOURINARY SYSTEM.
Chronic Kidney Disease, Penyakit Ginjal Kronik.
2. FASILITATOR
dr. Yunita Sari Pane, MSi
3. DATA PELAKSANAAN
1. Tanggal Tutorial : 31 Agustus 2010 & 03 September 2010
2. Pemicu Ke : 4
3. Pukul : 10.30 - 13.00 WIB & 07.00 - 09.30 WIB
4. Ruangan : Ruang Diskusi Anatomi 1
4. PEMICU
Seorang laki-laki umur 52 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan sesak nafas.
Sesak nafas baru dirasakan 3 hari dan semakin memberat. Pasien juga mengeluh mual-
mual serta selera makan berkurang. Selama ini penderita rutin kontrol ke dokter
keluarganya dengan penyakit DM. Pada pemeriksaan dijumpai TD 180/100 mgHg dan
nadi 100x/menit, pernafasan 32x/menit, cepat dan dalam. Pucat (+), tidak dijumpai
adanya edema paru, pemeriksaan abdomen dalam batas normal, edema ringan pada
tungkai bawah.
More info 1:
Hasil pemeriksaan darah rutin, didapati Hb 6,4 gr/dl, leukosit 8.200/mm3.
Dari hasil urinalisis: protein (+), reduksi (++), sediment dalam batas normal
More info 2:
Thorax foto dijumpai kardiomegali.
EKG dijumpai Left Ventrikel Hipertrofi.
USG dijumpai pengecilan ukuran ginjal.
Ureum 250 mg/dl.
Creatinin 9,4 mg/dl.
Definisi
Gagal ginjal akut, (GGA, Acute Renal Failure, ARF; Acute Kidney Injury, AKI)
adalah suatu sindrom klinik akibat adanya gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara
mendadak yang menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. Kadar kreatinin
serum meningkat 0,5 mg% bila kreatinin awal 2,5 mg% atau meningkat 20% bila
kreatinin awal > 2,5 mg%.
Klasifikasi
The Acute Dialysis Quality Initiations Group membuat sistem RIFLE (Risk, Injury,
Failure, Loss, dan End-Stage Renal Disease).
Tabel 1: Klasifikasi GGA berdasarkan The Acute Dialysis Quality Initiations Group
Klasifikasi Kriteria GFR Kriteria Jumlah Urin
Risk Peningkatan serum kreatinin 1,5 x < 0,5 ml/kg/jam selama 6 jam
< 0,5 ml/kg/jam selama 12
Injury Peningkatan serum kreatinin 2 x
jam
< 0,5 ml/kg/jam selama 24
Failure Peningkatan serum kreatinin 3 x
jam atau anuria selama 12 jam
GGA persisten; kerusakan total
Loss
fungsi ginjal selama > 4 minggu
Gagal ginjal terminal selama > 3
ESDR
bulan
Etiologi
Penyakit pra-renal
Disebabkan oleh ganguan perfusi ginjal yang disebabkan oleh fungsi jantung yang
tidak adekuat, deplesi volume sirkulasi, dan obstruksi suplai arteri pada ginjal.
Iskemia renal yang timbul kemudian dapat menyebabkan nekrosis tubular akut (Acute
Tubular Necrosis, ATN).
Penyakit post-renal
Obstruksi aliran menyebabkan tekanan balik yang menghambat filtrasi.
Pembengkakan yang terjadi kemudian menghambat pembluh darah, menyebabjkan
iskemia. GGA timbul hanya jika kedua ginjal yang mengalami obstruksi atau hanya
satu ginjal yang berfungsi dan telah mengalami obstruksi. Penyebab obstruksi dapat
berada di dalam saluran kemih (batu saluran kemih), di dalam dinding saluran kemih
(tumor atau striktur), atau di luar dinding (penekanan oleh massa atau fibrosis kistik).
Faktor Risiko
Cronic Renal Failure
Usia tua
Gagal jantung
Diabetes
Penyakit hati
Dehidrasi
Infeksi UTI
Patogenesis
Pra-renal
Hipovolemia vasokontriksi vaskular hipoperfusi aliran darah ginjal
mekanisme otoregulasi aktivasi angiotensin II (vasokontriksi arteriol afferen) dan
peningkatan prostaglandin dan nitric oxide (dilatasi arteriol afferent) bila gagal
(terjadi vasokontriksi arteriol afferent) penurunan GFR ATN (Acute Tubular
Necrosis).
Post-renal
• Obstruksi ureter bladder, uretra tekanan balik urin menghambat filtrasi
↓GFR.
• Obstruksi ureter bladder, uretra ↑prostagalndin E2 ↑aliran darah dan tekanan
pelvis ginjal ↑thromboxan A2 dan AT II ↓aliran darah dan tekanan pelvis
ginjal ↓GFR.
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal,
mempertahankan homeostasis, melakukan resusitasi, mencegah komplikasi metabolik
dan infeksi serta mempertahankan pasien tetap hidup sampai faal ginjalnya sembuh
spontan. Prinsip pengelolaannya dimulai dengan mengidentifikasi pasien berisiko
GGA, mengatasi penyakit penyebab GGA, mempertahankan homeostasis;
mempertahankan euvolemia, keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah
komplikasi metabolik, mengevaluasi status nutrisi, kemudian mencegah infeksi dan
selalu mengevaluasi obat-obat yang dipakai.
Prognosis
Tergantung dari beberapa faktor:
- penyakit dasarnya
- komplikasi
- oliguria >24 jam
- umur pasien >50 tahun
- diagnosis dan pengobatan terlambat
Definisi
Gagal ginjal kronik (Penyakit Ginjal Kronik, PGK; Chronic Kidney Disease,CKD)
merupakan suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung bertahun-
tahun).
Klasifikasi
Didasarkan atas dua hal, yaitu atas derajat penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar GFR yang dihitung dengan
rumus Kockroft-Gault:
–
GFR (ml/menit/1,73 m2 =
( / )
10 | l a p o r a n d i s k u s i k e l o m p o k b l o k g e n i t o u r i n a r y s y s t e m
Tabel 6: Klasifikasi PGK atas dasar diagnosis etiologi
Penyakit Tipe mayor (contoh)
Penyakit ginjal diabetes Diabetes tipe 1 dan 2
Penyakit glomerular
Penyakit vasculer
Penyakit ginjal non diabetes
Penyakit tubulointerstitial
Penyakit kistik
Rejeksi kronik
Keracunan obat
Penyakit pada transplantasi
Penyakit recurrent
Transplant glomerulophaty
Etiologi
Etiologi penyakit ginjal kronik sangat bervariasi antara satu negara dengan negara
lain. Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2000 mencatat penyebab
gagal ginjal yang mengalami hemodialisis di Indonesia.
Dikelompokkan pada sebab lain diantaranya, nefritis lupus, nefropati urat, intoksikasi
obat, penyakit ginjal bawaan, tumor ginjal, dan penyabab lain yang tidak diketahui.
Faktor Risiko
• Hipertensi;
• Diabetes Melitus;
• Autoimun;
• Usia tua;
• Riwayat Gagal Ginjal Akut;
• Proteinuria;
• Merokok.
11 | l a p o r a n d i s k u s i k e l o m p o k b l o k g e n i t o u r i n a r y s y s t e m
dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya proses hiperfiltrasi, yang diikuti
oleh peninkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses ini berlangsung
singkat, akhirnya diikuti proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih
tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi ginjal yang progresif,
walaupun penyakit dasarnya sudah tidak ada lagi.
Vascular calcification
Penegakan Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
1. Gejala Subyektif (symptoms)
Umum : Lemah badan, cepat lelah
Nafsu makan menurun, mual&muntah, lidah hilang rasa,
Saluran cerna :
cegukan
Neuromuskuler : Tungkai lemah, kram otot, konsentrasi menurun, gelisah
Kelamin : Libido menurun, nokturia, oliguria
Kardiovaskuler : Sesak nafas, nyeri perikardial
12 | l a p o r a n d i s k u s i k e l o m p o k b l o k g e n i t o u r i n a r y s y s t e m
Kulit : Hiperpigmentasi, kering
Kepala : Anemia, retinopati
Kardiovaskuler : Hipertensi, kardiomegali
Pemeriksaan Laboratorium
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi:
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya;
b. Penurunan fungsi ginjal;
c. Kelainan biokimiawi darah;
d. Kelainan urinalisis.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis Penyakit Ginjal Kronik meliputi:
a) Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak;
b) Pielografi intravena, jarang digunakan;
c) Pielografi antegrad dan retrograd, dilakukan sesuai indikasi;
d) Ultrasonografi ginjal, bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil,
korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa,
kalsifikasi;
e) Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.
Komplikasi
• Gangguan elektrolit, cairan atau asam basa
• Gangguan ion kalsium dan fosfat dalam darah sehingga menyebabkan vascular
calcification, osteitis fibrosa sistika, osteomalasia, dan adynamic bone disease
• Gangguan cardiovascular: ischemi vascular disease, heart failure, pericardiac
disease
• Hematology abnormality: anemia, abnormal hemostasis
• Neuromuscular abnormality
• GI abnormality dan malnutrition
• Endocrine metabolic disturbance
• Dermatologic abnormality
13 | l a p o r a n d i s k u s i k e l o m p o k b l o k g e n i t o u r i n a r y s y s t e m
Penatalaksanaan
Penatalaksaan penyakit ginjal kronik meliputi:
- Terapi spesifik terhadap penyakit dasarny;
- Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid;
- Memperlambat perburukan fungsi ginjal;
- Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskuler;
- Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
- Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Pencegahan
Pencegahan sebaiknya sudah mulai dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal
kronik. Upaya pencegahan antara lain:
- Pengobatan hipertensi
- Pengendalian gula darah, lemak, anemia
- Penghentian merokok
- Meningkatkan aktifitas fisik
- Pengendalian berat badan
14 | l a p o r a n d i s k u s i k e l o m p o k b l o k g e n i t o u r i n a r y s y s t e m
- Obat ACE-inhibitor dapat mencegah dan menghambat protein dan penurunan
fungsi ginjal
Evaluasi Pasien
• Evaluasi status kesehatan serta asupan makanan untuk mencegah penurunan dan
mempertahakan status gizi.
• + gizi optimal, + beraktivitas normal, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
untuk kualitas hidup lebih baik
• Evaluasi tanda – tanda anemia
• Pada pasien yang di dialisis umur eritrosit memendek menjadi 70-80 hari
• + retensi darah pada dialiser dan tube darah pada setiap akhir perawatan dialisis
• Pasien hemodialisa membutuhkan asupan makanan yang cukup agar tetap dalam
gizi yang baik.
• Gizi kurang merupakan prediktor yang penting untuk terjadinya kematian pada
pasien hemodialisa.
• Asupan protein diharapkan 1-1,2 gr/kgBB/hari dengan 50 % protein tinggi
• Kalium 40-70 mEq/hari
• Jumlah asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumah air kencing
• Asupan natrium dibatasi 40-120 meq/hari untuk mengendalikan TD dan edema.
Masalah akut dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik. Pengobatan segera dengan
dialisis atau hemofiltrasi diperlukan untuk hiperkalemia yang mengancam nyawa,
asidosis berat edema paru, dan gejala uremia. Perburukan tiba-tiba pada pasien gagal
ginjal yang belum didialisis dapat dipicu oleh hipertensi berat, infeksi saluran kemih,
atau obat nefrotoksik. Obat NSAID atau ACE-Inhibitor dapat menyebabkan
perburukan ginjal dengan cara mempengaruhi aliran darah glomerulus.
Apabila fungsi ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90 persen) sehingga tidak lagi
mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan Terapi
Pengganti Ginjal, yaitu Dialisis dan Transplantasi Ginjal.
15 | l a p o r a n d i s k u s i k e l o m p o k b l o k g e n i t o u r i n a r y s y s t e m
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5. Terapi
pengganti dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, atau transplantasi.
Pada GGA dialisis bermanfaat untuk mengoreksi akibat metabolik dari GGA. Indikasi
terapi pengganti pada GGA adalah:
Oligouria
Anuria
Hiperkalemia
Asidemia
Azotemia
Ensefalopati uremikum
Neuropati uremikum
Perikarditis uremikum
Hipertermia
Keracunan obat
8. Ulasan
Sebelumnya terjadi kebingungan antara pengertian uremia dengan azotemia, setelah pleno
pakar dijelaskan bahwa kedua istilah tersebut memiliki arti yang sama yaitu akumulasi
areum dalam darah yang berlebihan.
9. Kesimpulan
Os mengalami episode akut pada gagal ginjal kronik.
16 | l a p o r a n d i s k u s i k e l o m p o k b l o k g e n i t o u r i n a r y s y s t e m
10. Referensi
1. BhanuSud, and Ronald A. Greenfield. “Acute Renal Failure”. In: Domino, Frank
J.(ed). 5-Minute Clinical Consult, The 2008 - 16th Ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins. 2007;
2. Mandell, Lionel A. and Richard Wunderink. “Chronic Kidney Disease”. In: Fauci,
Anthony S.et al.(ed). Harrison's Principles of Internal Medicine - 17th Ed. San
fransisco: The McGraw-Hill Companies. 2007;
3. O’callaghan, Chris. Gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Dalam At a Glance
Sistem Ginjal; 2007. 88-95
4. BUKU AJAR Ilmu Penyakit Dalam, FK-UI
17 | l a p o r a n d i s k u s i k e l o m p o k b l o k g e n i t o u r i n a r y s y s t e m