You are on page 1of 14

RENCANA PELAKSANAAN DAN PEMBELAJARAN

TAHUN 2010/ 2011

Sekolah : SMP BOPKRI Semin


Mata Pelajaran : IPS / Sejarah
Alokasi Waktu : 2 x pertemuan

A. Standar Kompetensi
Memahami lingkungan kehidupan manusia

B. Kompetensi Dasar
Menganalisa kehidupan pada masa pra aksara di Indonesia

C. Indikator
Mengidentifikasi jenis-jenis manusia purba yang ada di Indonesia

D. Tujuan Pembelajaran
Setelah penyajian materi siswa dapat :
1. Menjelaskan jenis.jenis manusia purba di Indonesia
2. Menunjukkan daerah penemuan fosil manusia purba di Indonesia
3. Menjelaskan sumber-sumber yang digunakan untuk mengetahui
kehidupan zaman Pra Aksara.

E. Materi Pembelajaran
1. Fosil Manusia Purba di Indonesia
Pengertian fosil adalah sisa-sisa tumbuhan, hewan atau manusia
yang sudah membatu. Fosil juga bisa berwujud bekas benda yang
menempel pada batu, sementara benda aslinya sudah mengalami
pelapukan atau penghancuran.
Tidak semua tumbuhan, hewan dan manusia dapat menjadi fosil.
Banyak diantaranya yang mengalami pembusukan dan penghancuran
oleh pengaruh alam. Fosil terjadi jika sisa-sisa tumbuhan, hewan dan
manusia tersebut terlindung dari pengaruh luar sehingga tidak terjadi
pelapukan dan penghancuran. Seain itu, untuk bisa menjadi fosil
dibutuhkan waktu yang sangat lama, bisa ribuan bahkan jutaan tahun.
Pada setiap lapisan kulit bumi, sering ditemukan fosil tumbuhan,
hewan, atau manusia purba jenis tertentu yang menjadi cirri khas dari
suatu lapisan kulit bumi. Fosil-fosil itu disebut fosil pandu karena dapat
menjadi petunjuk tentang kehidupan manusia purba pada zaman
Praaksara. Dari fosil-fosil tersebut dapat pula diketahui lapisan kulit bumi
tempat fosil tersebut ditemukan.
Penelitian ilmiah terhadap fosil manusia purba (Paleoantropologi)
telah banyak dilakukan oleh para ahli, antara lain oleh Dr. Eugene
Dubois, B.D. van Rietschoten, van Koeningswald, Ter Haar, Duyfjes, dan
Sartono. Daerah penelitian para ahli tersebut, meliputi Wajak
(Tulungagung), Kedungbrubus, Trinil (Ngawi), Sangiran (Sragen), dan
Mojokerto.
Daerah hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa daerah lembah
Sungai Bengawan Solo paling banyak ditemukan fosil manusia purba.
Selain dilembah Sungai Bengawan Solo, fosil manusia purba juga
ditemukan di lembah Sungai Brantas. Dari berbagai temuan fosil dan
peralatan dari batu tersebut, menunjukkan bahwa daerah lembah Sungai
Bengawan Solo dan lembah Sungai Brantas pada zaman dahulu
merupakan tempat pemukiman manusia pruba.
Fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia, antara lain
sebagai berikut :
a. Meganthropus Palaeojavanicus
Jenis manusia ini mempunyai bentuk paling primitive. Fosil
Meganthropus Palaeojavanicus ditemukan oleh van Koeningswald
di daerah Sangiran pada lapisan Pucangan (Pleistosen bawah) tahun
1936 dan 1941. Hasil temuan tersebut berupa rahang bagian bawah
dan atas. Pada tahun 1952, Marks juga menemukan rahang bawah
manusia Meganthropus yang lain pada lapisan kabuh (Pleistosen
tengah) di Sangiran.
Meganthropus Palaeojavanicus mempunyai tubuh kekar, berahang
besar, dan diperkirakan sebagai manusia purba tertua. Gerahamnya
men unjukkan cirri manusia, tetapi sekaligus mendekati cirri kera,
yaitu tidak berdagu. Meganthropus Palaeojavanicus diduga hidup
dua juta sampai dengan satu juta tahun yang lalu.
b. Pithecanthropus Mojokertensis
Pada tahun 1936, Tjokrohandoyo yang bekerja di bawah pimpinan
ahli purbakala Duyfjes menemukan fosil tengkorak anak-anak di
Kepuhlegen sebelah utara Perning dan Mojokerto.
Fosil tersebtu ditemukan pada lapisan Pucangan (Pleistosen bawah)
dan dinamakan Pithecanthropus Mojokertensis atau Pithecanthropus
Robustus. Manusia purba ini tergolong jenis Pithecanthropus yang
paling tua.
c. Pithecanthropus Erectus
Pada tahun 1890, seorang ahli purbakala Belanda, Eugene Dubois
menemukan manusia purba di Desa Trinil (Ngawi) Jawa Timur.
Daerah tersebut terletak di lembah sungai Bengawan Solo. Hasil
temuan fosil tersebut setelah diteliti dan direkontruksi ternyata
membentuk kerangka manusia yang menyerupai kera. Fosil tersebut
kemudian dinamakan Pithecanthropus Erectus yang berarti manusia
kera berjalan tegak.
Manusia purba jenis Pithecanthropus Erectus diperkirakan hidup
satu juta sampai setengah juta tahun yang lalu.
d. Homo Wajakensis
Pada tahun 1889, Van Rietschoten menemukan fosil manusia purba
jenis Homo di daerah Wajak dekat Campur Darat, Tulungagung
(Jawa Timur). Temuan ini diselidiki pertama kali oleh Eugene
Dubois. Fosil berupa ruas leher dan tengkorak yang mempunyai isi ±
1.650 cc. selain itu, Eugene Dubois sendiri pada tahun 1890
menemukan dosil di daerah Wajak. Fosil ini terdiri atas fragmen
tengkorak, rahang atas dan bawah, tulang kering serta tulang paha.
Penemuan fosil manusia purba didaerah Wajak ini dinamakan Homo
Wajakensis atau manusia dari Wajak. Manusia purba jenis ini
mempunyai tingkatan lebih tinggi daripada Pithecanthropus Erectus
dan tergolong dalam Homo Sapiens.
Manusia jenis homo dari Wajak ini termasuk jenis yang sulit
ditentukan rasnya Karena ia memiliki cirri-ciri ras Mongoloid dan
juga Austromelanesoid. Manusia Wajak ini mungkin berasal dari
subras Melayu Indonesia dan turut berevolusi menjadi ras
Austromelanesoid sekarang. Ras Wajak ini mungkis meliputi juga
manusia yang hidup sekitar 25.000 – 40.000 tahun yang lalu di Asia
Tenggara, seperti manusia Niah di Serawak (Malaysia) dan manusia
Tabon di Pulai Palawan (Filipina). Di Cina selatan juga pernah
ditemukan fragmen rahang atas yangmenyerupai manusia Wajak.
Temuan manusia Wajak menunjukkan bukti bahwa sekitar 40.000
tahun yang lalu di Indonesia sudah didiami oleh manusia jenis
Homo Sapiens.
e. Homo Soloensis
Pada tahu n 1931 – 1934, ahli purbakala yang bernama Ter Haar dan
Ir. Oppenorth menemukan fosil-fosil manusia purba di lembah
Sungai Bengawan Solo di dekat Desa Ngandong. Selanjutnya, fosil-
fosil tersebut diselidiki oleh seorang ahli paleontology G.H.R. Von
Koenigswald. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa
ternyata manusia purba jenis Homo Soloensis lebih tinggi
tingkatannya daripada Pithecanthropus Eretus.
f. Homo Sapiens
Homo Sapiens berarti manusia cerdik. Fosil Homo Sapiens berasal
dari zaman Holosen (± 40.000 tahun lalu). Manusia ini sudah
mengalami proses pengecilan pada bagian kepala dan tubuh
sehingga fisiknya sudah hamper sama dengan manusia zaman
sekarang. Mereka juga sudah memulai menggunakan akalnya untuk
berfikir. Karena sifat-sifatnya itu, Homo Sapiens dianggap sebagai
nenek moyang manusia modern.
Homo Sapiens terdiri atas beberapa subspecies atau ras. Jenis homo
sapiens yang sampai sekarang masih hidup dan dikenal ada tiga ras
pokok, yaitu ras Mongoloid, ras Kaukasoid, dan ras Negroid.
1. Ras Mongoloid
Ras Mongoloid mempunyai ciri-ciri, antara lain berkulit kuning
dan menyebar di Asia tenggara, Asia Timur dan sebagian Asia
Selatan serta Asia Barat.
2. Ras Kaukasoid
Ras Kaukasoid mempunyai ciri-ciri, antara lain berkulit putih,
hidung mancung, dan jangkung. Hidup menyebar di eropa dan
Asia Kecil (Timur Tengah).
3. Ras Negroid
Ras Negroid mempunyai cirri-ciri , antara lain berkulit hitam,
berbibir tebal dan berambut keriting. Hidup menyebar di Afrika,
Australia dan Irian (penduduk asli).
Selain ketiga ras pokok tersebut, masih ada dua ras lagi yang
penyebarannya terbatas, yaitu ras Austromelanesoid dan ras
Khaukasoid.
1) Ras Austromelanesoid
Ras Asutromelanesoid ini menyebar di kepulauan Pasifik dan
pulau-pulau di antara Asia dan Australia.
2) Ras Khaukasoid adalah ras Indian (berkulit merah) yang dahulu
mendiami Benua Amerika dan sekarang telah terdesaj oleh orang
kulit putih.

Konsep lima ras diatas adalah pembagian yang abstrak karena


ras yang murni sulit ditemukan. Pembagian ras itu sudah kabur
karena terjadinya kawin silang antar ras dan keturunannya yang
sudag berlangsung ribuan tahun.
Homo Sapiens yang berkembang di Indonesia merupakan kelanjutan
dari Homo Wajakensis. Hal ini disebabkan makhluk tersebut
menunjukkan cirri-ciri Homo Sapiens daripada Pithecanthropus.
Cara mudah untuk menguraikan perbedaan fosilk manusia purba
dengan fosil Homo Sapiens adalah dengan membandingkan bentuk
tengkoraknya.
Homo Sapien di Indonesia telah mempunyai kebudayaan yang
lebih tinggi daripada manusia purba. Kebudayaan mereka disebut
kebudayaan Mesolitikum. Kebudyaan Homo Sapiens mendapat
pengaruh kebudayaan Bacson-Hoabinh di Vietnam yang masuk
Indonesia melalui Thailand dan Malaysia.
Pada zaman Mesolithikum, Homo Sapiens di Indonesia sudah
mengenal tempat tinggal yang tetap dan bercocok tanam secara
sederhana. Mereka yang tinggal di tepi pantai membangun rumah-
rumah panggung, sementara yang di pedalaman tinggal di gua-gua.
Berbagai jenis manusia purba yang hidup di Indonesia tampak
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1.1
SKALA WAKTU GEOLOGI DAN JENIS MANUSIA PURBA
Kala Jenis Manusia
Holosen Homo Sapiens
Pleistosen Atas Homo Soloensis
(Lapisan dan fauna Homo Wajakensis
Ngandong)
Pleistosen Tengah Pithecanthropus Erectus
(Lapisan dan fauna Trinil)
Pleistosen Bawah Pithecanthropus Robustus
(Lapisan dan fauna Jetis) Pithecanthropus Mojokertensis
Meganthropus Palaeojavanicus
F. Metode Pengajaran
1. Membuat satu media

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


 Kegiatan kedua
 Appersepsi dan motivasi
 Kegiatan inti
- Informasi tentang jenis-jenis manusia purba
- Pengamatan Peta tentang daerah penemuan Fosil Manusia Purba
- Informasi tentang penemu manusia purba

H. Sumber Pembelajaran

I. Penilaian
1. Teknis : Tes tertulis
2. Bentuk soal : Pilihan ganda
RENCANA PELAKSANAAN DAN PEMBELAJARAN
TAHUN 2010/ 2011
Sekolah : SMP BOPKRI Semin
Mata Pelajaran : IPS / Sejarah
Kelas / Semester : VII /I
Alokasi Waktu : 2 x pertemuan

A. Standar Kompetensi
Memahami lingkungan kehidupan manusia

B. Kompetensi Dasar
Mendiskripsikan kehidupan pada masa Pra aksara di Indonesia

C. Indikator
1. Mengidentifikasi peninggalan-peningalan kebudayaan pada masa Pra
Aksara
2. Melacak kedatangan dan pesebaran nenek moyang bangsa Indonesia di
Nusantara

D. Tujuan Pembelajaran
Setelah penyajian materi siswa dapat :
1. Menjelaskan arah persebaran nenek moyang bangsa Indonesia
berdasarkan beliung persegi
2. Menjelaskan persebaran nenek moyang bangsa Indonesia berdasarkan
kapak persegi
3. Menyebutkan keturunan bangsa Deutro melayu sekarang ini

E. Materi Pembelajaran
Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Berdasarkan hasil berbagai penyelidikan, terutama yang dilakukan oleh
sejarawan Belanda Van Heine Geldren, terjadi gelombang perpindahan
penduduk dari Asia ke pulau-pulau di sebelah selatan Asia. Gelombang
perpindahan penduduk tersebut terjadi sejak tahun 20000 SM (bersamaan
dengan zaman Neolithikum) sampai dengan tahun 500 SM (bersamaan
dengan zaman perunggu).
Pulau-pulau sebelah selatan Asia tersebut disebut Austronesia (Pulau
selatan). Bangsa yang mendiami Austronesia disebut bangsa Austronesia.
Wilayah Austronesia amat luas, meliputi pulau-pulau yang membentang dari
Madagaskar (sebelah barat) sampai ke pulau Paskah (sebelah timur), Taiwan
(sebelah utara), dan Selandia Bru (sebelah selatan).
Perpindahan penduduk gelombang kedua terjadi pada tahun 400-300
SM (bersamaan dengan zaman perunggu). Perpindahan ini membawa
kebudayaan perunggu, seperti kapak sepatu dan nekara atau gendering yang
berasal dari daerah Donsong. Oleh karena itu, budaya perunggu di Indonesia
juga disebut Kebudayaan Donsong.
Penduduk budaya Donsong ini adalah orang-orang Austonesia, yaitu
mereka yang tinggal di pulau-pulau yang terletak diantara benua Australia
dan Benua Asia. Kedatangan orang-orang Austronesia yang berasal dari
Yunan (hulu Sungai Salwen dan Sungai Mekong) ke Indonesia itu terjadi
sekitar tahun 200 SM. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mereka
inilah nenek moyang bangsa Indonesia. Pendapat demikian juga pernah
dikemukakan oleh Dr. H. Kern pada tahun 1899 melalui penelitian berbagai
bahasa daerah (ada 113 bahasa daerah) di Indonesia. Dari penelitian itu, dapat
disimpulkan bahwa bahasa tersebut dahulu berasal dari satu rumpun bahasa
yang disebut bahasa Austronesia. Adapun alas an nenek moyang bangsa
Indonesia meninggalkan daerah Yunan adalah karena adanya bencana alam
dan serangan dari suku bangsa lain.
Orang-orang Austroneisa yang memasuki wilayah Nusantara dan
kemudian menetap disebut bangsa Melayu Indonesia. Mereka inilah yang
menjadi nenek moyang langsung bangsa Indonesia sekarang. Bangsa Melayu
itu dapat dibedakan menjadi dua suku bangsa, yaitu bangsa Melayu Tua
(Proto Melayu) dan bangsa Melayu Tua (Deutro Melayu).
1. Bangsa Melayu Tua ( Proto Melayu)
Bangsa Melayu Tua adalah orang-orang Austronesia dari Asia yang
pertama kali dating di Nusantara melalui dua jalur.
a. Jalur barat, yaitu jalur Malaysia – Sumatra
b. Jalur Utara, yaitu melalui Filipina - Sulawesi
Bangsa Melayu Tua memiliki kebudayaan yang lebih tinggi daripada
manusia purba. Kebudayaan bangsa Melayu Tua disebut kebudayaan
baru atau Neolithikum. Meskipun hampir segala peralatan mereka
terbuat dari batu, tetapi pembuatannya sudah halus. Hasil budaya zaman
ini yang terkenal adalah kapak persegi yang banyak ditemukan di
wilayah Indonesia bagian barat (Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Bali).
Menurut penelitian Van Heekeren di Kalumpang (Sulawesi Utara), telah
terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dan kapak lonjong yang
dibawa oleh orang-orang Austronesia.
Suku bangsa Indonesia yang termasuk anak keturunan bangsa Proto
Melayu, yaitu suku dayak dan suku Toraja
2. Bangsa Melayu (Deutro MElayu)
Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) adalah nenek moyang
bangsa Indonesia yang dating ke Nusantara pada gelombang kedua, yaitu
antara tahun 400 – 300 SM. BangsaMelayu Muda ini berhasil mendesak
dan berasimilasi dengan pendahulunya, yaitu bangsa Proto Melayu.
Mereka memasuki wilayah Nusantara melalui jalur barat. Mereka
menempuh rute dari Yunan (Teluk Tonkin), Vietnam, Semenanjung
Malaysia dan akhirnya sampai ke Nusantara.
Bangsa Deutri Melayu memiliki kebudayaan yang lebih lama
dibandingkan bangsa Porto Melayu. Mereka telah daspat membuat
barnag-barang dari perunggu dan besi. Hasil kebudayaannya yang
terkenal adalah kapak corong, kapak sepatu dan nekara.
Selain kebudayaan logam, bangsa Deutro Melayu juga
mengembangkan kebudayaan Megalithikum. Kebudayaan megalithikum
adalah kebudayaan yang identik menghasilkan bangunan yang terbuat
dari batu besar. Hasil-hasil kebudayaan Megalithikum antara lain menhir
(tugu batu), dolmen (meja batu), sarkofagus (karanda mayat), kubur batu
dan punden berundak. Suku bangsa Indonesia yang termasuk keturunan
bangsa Melayu Muda adalah suku Jawa, Melayu dan Bugis.
Sebelum kelompok bangsa Melayu memasuki Nusantara sebenarnya
telah ada kelompok-kelompok manusia yang lebih dahulu tinggal di
wilayah tersebut. Mereka termasuk bangsa primitif dengan kebudayaan
yang masih sangat sederhana. Mereka yang termasuk bangsa primitif
adalah sebagai berikut :
a. Manusia Plestosin (purba)
Kehidupan manusia purba ini selalu berpindah tempat dengan
kemampuan dan kebudayaan yang sangat terbatas. Minimnya
informasi membuat corak kehidupan manusia purba ini tidak dapat
diikuti kembali, kecuali beberapa aspek saja. Misalnya, teknologinya
yang masih sangat sederhana (teknologi Paleolitik)
b. Suku Wedoid
Sisa-sisa suku Wedoid sampai sekarang masih ada, misalnya
suku Sakai di Siak dan suku Kubu di perbatasan Jambi dan
Palembang. Meraka hidup dari meramu (mengumpulkan hasil hutan)
dan berkebudayaan sederhana. Mereka juga sulit sekali menyesuaikan
diri dengan masyarakat modern.
c. Suku Negroid
Di Indonesia sudah tidak terdapat sisa-sisa kehidupan suku
Negroid. Akan tetapi, di pedalaman Malaysia dan Filipina, keturunan
ini masih ada.suku yang termasuk ras Negroid, misalnya suku
Semang di Semenanjung Malaysia dan suku Negrito di Filipina.
Mereka akhirnya terdesak oleh orang-orang Melayu modern sehingga
hanya menempati daerah pedalaman yang terisolasi.
F. Metode Pengajaran

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


 Kegiatan keempat
 Appersepsi dan motivasi
 Kegiatan Inti
- Tanya jawab tentang ras Austronesia
- Tanya jawab tentang persebaran nenek moyang bangsa Indonesia

H. Sumber Pembelajaran

I. Penilaian
RENCANA PELAKSANAAN DAN PEMBELAJARAN
TAHUN 2010/ 2011

Sekolah : SMP BOPKRI Semin


Mata Pelajaran : IPS / Sejarah
Kelas / Semester : VII /I
Alokasi Waktu : 2 x pertemuan

A. Standar Kompetensi
Memahami lingkungan kehidupan manusia

B. Kompetensi Dasar
Mendiskripsikan kehidupan pada masa Pra Aksara di Indonesia

C. Indikator
Mendiskripsikan perkembangan kehidupan Pra Aksara dan peralatan hidup
yang digunakan.

D. Tujuan Pembelajaran
Setelah penyajian materi siswa dapat :
1. Menjelaskan dua cara mempelajari masa Pra Aksara
2. Mengklasifikasikan pembagian zaman Pra Aksara berdasarkan
kebudayaannya
3. Menjelaskan ciri-ciri kehidupan masa berburu dan meramu
4. Menyebutkan alat-alat yang digunakan pada masa berburu dan meramu.

E. Materi Pembelajaran
F. Metode Pengajaran
1. Ceramah bervariasi
2. Tanya jawab

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


 Kegiatan ketiga
 Appersepsi dan motivasi
 Kegiatan Inti
- Informasi tentang batas akhir jaman prasejarah di Indonesia
- Tanya jawab tentang pembagian jaman prasejarah berdasarkan
hasil kebudayaannya.
- Informasi tentang tahap-tahap kehidupan manusia purba

H. Sumber Pembelajaran

I. Penilaian

You might also like