You are on page 1of 3

Menyikapi Bencana

Alam
Ditulis oleh M. Faridu Asrih
Baru baru ini, saudara-saudara kita di jawa tegah dan DIY dilanda musibah
bencana alam yang maha dasyat menyusul rentetan musibah besar yang
dialami bangsa Indonesia setelah tsunami di Aceh, gempa di Nias dan mereka
pun kini masih harus bersiap-siap menghindari lava panas gunung Merapi.

Manusia di muka bumi ini adalah khalififah, yang diberi kemampuan oleh Allah
untuk mengelola, merawat dan mendaya gunakan dengan sebaik-baiknya,
apabila manusia sebagai khalifah tak mumpu mengelolanya dengan baik
maka akan munculah musibah-musibah dari hukum alam ini yang susah sekali
untuk mengelakkannya. , sekedar contoh apabila manusia membabat habis
hutan maka yang terjadi adalah banjir besar yang bisa meluluh lantakan orang
yang tak bersalah sekalipun.

Namun disana terdapat juga musibah yang tidak disebabkan oleh ulah
manusia dalam mengelola bumi, Angin yang tadinya mendistribusi awan (QS
al-Baqarah/2:164) dan menyebabkan penyerbukan dalam dunia tumbuh-
tumbuhan (Q.S. al-Kahfi/18:45), tiba-tiba tampil begitu ganas memorak-
porandakan segala sesuatu yang dilalewatinya (QS Fushshilat/41:16).

Gunung-gunung yang tadinya sebagai pasak bumi (QS al-Naba'/78:7), tiba-


tiba memuntahkan debu, lahar panas, dan gas beracun (QS al-Mursalat/77:10
atau yang baru saja menimpa saudara-saudara kita di jawa tengah ketika
lempengan-lempengan bumi bergeser maka terjadilah gempa yang tidak
terduga.

Bencana seperti ini adalah merupakan ujian bagi kita semua, karena musibah
ini telah menimpa tidak saja bagi orang yang berdosa tapi juga bagi orang
yang beriman. Mereka menanggung penderitaan yang sama, marilah kita
menghindarkan anggapan bahwa ini merupakan azab atas dosa-dosa yang
diperbuat oleh para korban sendiri., disaat kita menganggap ini azab, maka
bagi korban yang menderita akan mendapatkan kesusahan dua kali, pertama
musibah itu sediri dan yang kedua adalah suudlon kita, tentunya ungkapan-
ungkapan itu akan menyudutkan bagi yang terkena musibah. Cara kerja azab
Tuhan di dalam Alquran hanya menimpa kaum yang durhaka dan tidak
menimpa atau mencederai orang-orang yang shaleh dan taat pada Tuhan.
Sedangkan cara kerja mushibah dan bala tidak membedakan satu sama
lainnya.

Memang telah terdapat ayat-ayat yang menerangkan tentang azab umat—


umat terdahulu Bentuk azab itu antara lain:

1) banjir besar (mungkin ini gelombang tsunami pertama) seperti yang


ditimpakan pada umat Nabi Nuh;

2) bencana alam dahsyat berupa suara yang menggemuruh seperti yang


ditimpakan kepada umat Nabi Syu'aib;
3) tanah longsor dahsyat seperti yang ditimpakan kepada umat Nabi Luth;

Meski demikian Secara historis, Nabi Muhammad adalah seorang nabi yang
tidak pernah sekalipun mendoakan ummatnya agar celaka. Dia tidak pernah
menghadapi kondisi psikologis yang sangat mengecewakan dan menyerah
dalam berda’wah pada umatnya, Maka, dia tidak pernah berdoa minta azab
kepada Allah bagi kaum-kaumnya yang tidak taat.

Musibah adalah suatu keniscayaan yang melanda semua manusia, baik


secara perorangan maupun kelompok. Perasaan takut, lapar, kekurangan
harta, jiwa, sampai kekurangan buah-buahan yang dibutuhkan, selalu
menyertai mereka yang terkena musibah.

ِ‫س َوالّثَمممَرات‬ ِ ‫لنُف‬َْ ‫ل َوا‬ِ ‫لْمَوا‬


َْ ‫ن ا‬
ْ ‫ص ِم‬ٍ ‫ع َوَنْق‬ِ ‫جو‬ ُ ‫ف َواْل‬ِ ‫خْو‬ َ ‫ن اْل‬
ْ ‫يٍء ِم‬
ْ ‫ش‬َ ‫َوَلَنْبُلَوّنُكْم ِب‬
‫ل َوِإّنا ِإَلْيِه‬
ِّ ‫صيَبٌة َقاُلوا ِإّنا‬
ِ ‫صاَبْتُهْم ُم‬
َ ‫ن ِإَذا َأ‬
َ ‫( اّلِذي‬155 ‫ن )البقرة‬ َ ‫صاِبِري‬
ّ ‫شْر ال‬ ّ ‫َوَب‬
‫ك ُهمْم‬ َ ‫حَممٌة َوُأْوَلِئ‬
ْ ‫ن َرّبِهمْم َوَر‬ْ ‫ت مِم‬ٌ ‫صمَلَوا‬
َ ‫عَلْيِهْم‬ َ ‫ك‬ َ ‫( ُأْوَلِئ‬156 ‫ن )البقرة‬ َ ‫جُعو‬ ِ ‫َرا‬
(157 ‫ن )البقرة‬ َ ‫اْلُمْهَتُدو‬
''Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, dan
berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi
raji'un. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat
dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.''
(QS Al-Baqarah (2): 155-157).

Maka, bagaimana kita harus menyikapi musibah yang memang diluar


kemampuan manusia untuk mengelolanya?

Pertama : kita maknai bahwa peristiwa ini semua adalah semata-mata ujian
dari sang maha kuasa atas seluruh alam semesta ini, dan ketika kita bisa
melaluinya maka Allah akan menaikkan derajat keimanan kita.

Seperti sabda Rasulullah SAW, ''Siapa yang akan diberi limpahan kebaikan
dari Allah, maka diberi ujian terlebih dahulu.'' (HR Bukhari Muslim).

Yang kedua : Semua ujian haruslah kita hadapi dengan kesabaran,karena


kesabaran adalah sebuah tanda lulusnya sebuah ujian, seperti pada sebuah
hadis : ''Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman seluruh
perkaranya menjadi baik. Ketika ditimpa musibah dia bersabar, itu membawa
kebaikan baginya. Dan ketika mendapatkan nikmat dia bersyukur dan itu
membawa kebaikan baginya.'' (Al-Hadis).

Yang ketiga : Bahwa seberat apapun ujian yang berupa musibah alam raya
ini, kita yakin Allah pasti sudah proprosional dalam mengujinya dan tidak akan
melebihi dari kesanggupan dalam menjalaninya bagi orang yang tertimpa.
‫خمْذَنا‬ ِ ‫ل ُتَؤا‬
َ ‫ت َرّبَنمما‬ ْ ‫سَب‬
َ ‫عَلْيَها َما اْكَت‬
َ ‫ت َو‬
ْ ‫سَب‬ َ ‫سَعَها َلَها َما َك‬ ْ ‫ل ُو‬ ّ ‫سا ِإ‬
ً ‫ل َنْف‬
ُّ ‫ف ا‬ُ ‫ل ُيَكّل‬َ
‫ن َقْبِلَنا‬ْ ‫ن ِم‬َ ‫عَلى اّلِذي‬ َ ‫حَمْلَتُه‬
َ ‫صًرا َكَما‬ ْ ‫عَلْيَنا ِإ‬
َ ‫ل‬ ْ ‫حِم‬
ْ ‫ل َت‬َ ‫طْأَنا َرّبَنا َو‬
َ‫خ‬ ْ ‫سيَنا َأْو َأ‬ِ ‫ن َن‬
ْ ‫ِإ‬
‫لَنمما‬َ ‫ت َمْو‬ َ ‫حْمَنمما َأْن م‬
َ ‫غِفْر َلَنا َواْر‬
ْ ‫عّنا َوا‬
َ ‫ف‬
ُ ‫ع‬ ْ ‫طاَقَة َلَنا ِبِه َوا‬
َ ‫ل‬ َ ‫حّمْلَنا َما‬ َ ‫ل ُت‬
َ ‫َرّبَنا َو‬
(286 ‫ن )البقرة‬ َ ‫عَلى اْلَقْوِم اْلَكاِفِري‬ َ ‫صْرَنا‬ ُ ‫َفان‬
''Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.'' (QS Al-Baqarah (2): 286.

Keempat : Apapun bentuk musibah yang di derita oleh seorang muslim,baik


itu berupa kesususahan, penderitaan maupun penyakit, Allah akan
menghapus sebagian kesalahan dan dosa, dengan demikian derajat para
korban bencana akan mulia, bagi yang meninggal dunia dia akan mati syahid
dan bagi yang masih hidup tentunya dengan kesabaran atas penderitaan itu
Allah akan hapus sebagian kesalahan dan dosa dosanya.

Kelima bagi kita yang tidak secara langsung mengalami musibah itu,
hendaknya kita jadi peristiwa itu sebagai momentum untuk menyaksikan
kebesaran dan keagungan Allah, sehingga akan menguatkan iman kita pada
sang pencipta alam semesta.

Marilah kita bayangkan apabila musibah itu menimpa diri kita sendiri, keluarga
kita, atau temen-teman kita, tentunya kita akan menderita dan susah
menjalani cobaan besar ini. Maka marilah kita bantu para korban bencana
semaksimal mungkin karena sekecil apapun bantuan itu akan sangat berharga
sekali bagi kehidupan para korban yang masih hidup. Kita berharap musibah
ini akan membawa kebaikan-kebaikan dalam ridlo Allah.

KITA semua berduka atas musibah ini. Kita semua harus mohon ampun atas
semua dosa. Namun, kita tidak boleh mengeluh dan bersedih berkepanjangan
serta kehilangan harapan pada Tuhan Sembari bertobat dan mohon petunjuk
Tuhan, mari kita baca hikmah dan pembelajaran dari musibah ini.

You might also like