You are on page 1of 4

Nama: Anindita Fadhila Pribadi

NPM: 260110080095
Tugas Farmakologi

1. Pengertian tentang obat


Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk
dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah
penyakit pada manusia atau hewan (Ansel, 1989).
2. Farmakokinetik
Farmakokinetik didefinisikan secara sederhana sebagai ilmu yang
mempelajari kinetika absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi dari
obat serta respons farmakologis, terapeutis dan toksis yang berhubungan
dalam hewan dan manusia (Ansel, 1989).
3. Farmakodinamik
Farmakodinamik merupakan interaksi obat dengan reseptor dan juga
merupakan proses-proses dimana akhir dari efek farmakologi dari suatu
obat terjadi (Chaerunissa, et. al, 2009).
Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia
berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari
mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui
interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum
efek dan respon yang terjadi. Pengetahuan yang baik mengenai hal ini
merupakan dasar terapi rasional dan berguna dalam sintesis obat baru
(Mutschler, 1991).
4. Hubungan dosis dengan respon
Suatu reseptor obat adalah suatu makromolekul target
khusus yang mengikat suatu obat dan memediasi kerja
farmakologis obat tersebut. Pembentukan kompleks obat–
reseptor ini menghasilkan suatu respon biologis. Suatu
agonis adalah suatu senyawa yang berikatan dengan
reseptor dan menghasilkan respon biologis (Stringer,
2006). Potensi adalah dosis atau konsentrasi suatu zat
berkhasiat yang menghasilkan suatu efek farmakologis
tertentu. Hubungan antara konsentrasi obat dan efek di
tuliskan menurut persamaan:

dimana E adalah efek yang teramati pada konsentrasi C, Emax adalah


respon maksimal yang dapat diproduksi oleh obat, dan EC50 adalah
konsentrasi obat yang memproduksi 50% efek maksimal.

Hubungan antara konsentrasi obat dan efek obat (panel A) atau obat-
reseptor terikat (panel B). Konsentrasi Obat di mana efek atau reseptor
hunian setengah maksimal dilambangkan EC50 dan KD, masing-masing.
Agonis adalah zat–zat yang setelah berikatan dengan reseptor
mengubahnya sehingga timbul efek (aktivitas instrinsik). Ciri–cirinya
adalah besarnya aktivitas intrinsik dan besarnya afinitas terhadap
reseptornya. Antagonis adalah zat–zat yang setelah berikatan dengan
reseptor tidak menimbulkan efek. Afinitas terhadap reseptor besar, namun
tidak ada aktivitas instrinsik. Agonis parsial atau antagonis parsial sifatnya
diantara agonis/antagonis murni, yaitu setelah pengikatan dengan reseptor
lain dapat menimbulkan efek agonis maupun antagonis (Schmitz, 2003).
Pada antagonisme kompetitif, adanya antagonisme (B) Kurva–dosis–efek–
agonis (S) akan bergeser sejajar ke arah kanan (dosis yang lebih tinggi).
Agonis akan mencapai efek maksimal (100%) pada pemberian dosis yang
lebih tinggi daripada sebelumnya. Pada antagonisme nonkompetitif,
antagonisme (B) mengakibatkan kurva–dosis-efek bergeser ke kanan dan
menjadi lebih datar. Efek maksimal (100 %) tidak akan tercapai walaupun
dosis dinaikan (Schmitz, 2003).

Lebar Teurapeutik
Yang dimaksud dengan ED50 (dosis efektif 50%) adalah
dosis suatu zat berkhasiat, dalam suatu kelompok hewan

percobaan 50%
menunjukkan efek
yang diinginkan.
Sedangkan LD50 (dosis letal 50%) adalah dosis suatu zat
berkhasiat, dalam suatu kelompok hewan percobaan 50%
menunjukkan kematian. Lebar teurapeutik adalah kuosien LD
50/ED50 (Schmitz, 2003).
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press. Jakarta


Chaerunissa, Anis Yohana. dkk. 2009. Farmasetika Dasar Konsep Teoritis dan
Aplikasi Pembuatan Obat. Widya Padjadjaran. Bandung
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Edisi
Kelima. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Schmitz, Gery. dkk. 2003. Farmakologi dan Toksikologi. Penerbit Buku
kedokteran EGC. Jakarta
Stringer, Janet. 2006. Konsep Dasar Farmakologi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta

You might also like