You are on page 1of 4

Materi kisi-kisi kelas X

Dipelajari dan dimengerti ya!!

1. Unsur Segmental dan Supra Segmental.


• Unsur segmental atau unsur dasar dalam menyimak ada dua, yaitu
fonem dan lafal. Fonem berarti lambang bunyi bahasa, seperti a, b, c, d, e, f,
dst ... yang lebih kita kenal sebagai huruf/abjad. Secara umum fonem bahasa
indonesia terdiri dari vokal dan konsonan. (untuk fonem fokal dan konsonan
lebih jelasnya lihat dalam modul)

Lafal adalah pengucapan bunyi tersebut atau lebih jelasnya Lafal adalah cara
seseorang atau sekelompok penutur bahasa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa.
Secara umum fonem bahasa indonesia terdiri dari vokal dan konsonan.
Fonem vokal dalam bahasa Indonesia dilafalkan menjadi delapan bunyi
ujaran, walaupun penulisannya hanya lima. Delapan bunyi ujaran itu adalah
(a, i, u, e, ə, ε, o, O ).

• Supra segmental adalah unsur pembentukan bahasa yang lebih rinci


lagi, yang mencakup: tekanan, intonasi, jeda.

Tekanan adalah panjang-pendek, tinggi-rendah, atau keras lembutnya


pengucapan. Gunanya agar seseorang memperhatikan kata yang kita tekankan.

Contoh: Agus jatuh dari motor kemarin.

Kata jatuh dari motor ditekankan karena pesan yang ingin disampaikan adalah
jatuh dari motornya, bukan waktunya (kemarin) atau siapa yang jatuh
(Agus). Maka tanggapan dari kalimat itu biasanya: 1) Yang benar jatuh dari
motor? 2) Masa sih jatuh dari motor? Kan dia pembalap. 3) Bisa juga dia jatuh
dari motor. Setau saya dia itu sangat lihat mengendarai motor.

Intonasi ialah tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat. Biasanya


terlihat jelas ketika seseorang sedang marah, karena seseorang yang sedang
marah akan mengeluarkan intonasi yang sangat tinggi (teriak), berbeda
dengan orang yang berbicara dalam keadaan emosi yang normal yang
intonasinya cenderung datar.

Jeda adalah penghentian atau kesenyapan yang secara tertulis ditandai oleh
spasi, garis miring (/), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua(:),
tanda hubung (-), tanda pisah (–). Jeda biasa dimanfaatkan untuk penutur
bahasa menghela atau mengambil napas.

2. Ciri Bahasa Indonesia Baku


Ciri bahasa Indonesia baku adalah formal, dinamis, cendekia, memiliki kesamaan
kaidah, dan pelafalan yang tidak mencerminkan kedaerahan atau asing.
3. Sumber informasi/ragam bahasa/diftong (bisa dibaca dalam modul bahasa
indonesia)
4. Proses dan Hasil
Uraian proses biasanya menggunakan kata-kata hubung/kata kunci; lalu,
kemudian, berikutnya, selanjutnya, dan sebagainya yang menunjukkan adanya
urutan waktu atau berlangsungnya suatu pekerjaan.

Namun, uraian yang menyatakan proses juga bisa dilihat secara gramatikal
(pembentukan kata) dengan memperhatikan tanda. Uraian proses ditandai oleh
penggunaan bentukan kata dasar (nomina, verba, atau adjektiva) dengan imbuhan
pe–an. Untuk uraian hasil ditandai oleh akhiran –an yang dilekatkan pada kata
dasar verba.

Contoh penanda proses:


- Pengevakuasian korban gempa di Kepulauan Nias berlangsung dua hari.
Pegevakuasian = pe–an + evakuasi (verba) proses mengevakuasi
- Pemutihan kepemilikan KTP di Kelurahan Manggarai merupakan kebijakan
Lurah yang baru.
Pemutihan = pe–an + putih (adjektiva) proses memutihkan/membuat secara
kolektif
- Bunga akan muncul setelah pemupukan yang intensif.
Pemupukan = pe–an + pupuk (nomina) proses memupuk/memberi pupuk.

Contoh penanda hasil:


- Mereka digrebek oleh polisi saat menghitung hasil rampokan di sebuah
pematang sawah.
Rampokan = rampok (verba) + -an hasil merampok
- Ia menjual lukisannya hingga mencapai kisaran lima juta rupiah.
Lukisan = lukis (verba) + -an hasil melukis
- Pantauan penghitungan sementara pemilihan kepala daerah di Bekasi
dimenangkan oleh pasangan Saadudin dan Ramli.
Pantauan = pantau (verba) + -an hasil memantau

5. MEMBACA CEPAT
Ada dua teknik membaca cepat yang dapat dilakukan untuk mengefisienkan
waktu dan memberikan hasil yang efektif sesuai tujuan membaca, yaitu membaca
dengan teknik layap (skimming) dan membaca dengan teknik memindai
(scanning).

Teknik layap (skimming)  membaca untuk mengerti maksud isi bacaan


dengan cepat. Kuncinya adalah dengan memperhatikan kata kerja tiap kalimat.

Teknik memindai (scanning)  teknik ini sering kita lakukan kalau kita sedang
mencari nomor telepon seseorang atau saat mencari kata di kamus. Contohnya,
ketika kita akan mencari nomor telepon Dimas, pasti kita akan langsung mencari
nama yang berawalan huruf D, bukan A, B, apa lagi Z.

Yang perlu diperhatikan dalam membaca cepat:


a. Jangan menoleh atau melakukan kegiatan lain.
b. Jangan membaca dengan bersuara.
c. Yang bergerak bukan kepala, tetapi hanya bola mata.
d. Jangan komat-kamit.
e. Jangan mengulang bacaan dari awal. (misalnya ketika kita sudah mencapai ½
bagian, karena ada yang kurang jelas pada bagian awal, maka kita mengulang
membacanya. Itu adalah kesalahan dalam membaca cepat.)

6. MENCARI IDE POKOK/GAGASAN UTAMA/INTI PARAGRAF/IDE


UTAMA/ GAGASAN POKOK, DSB. itu bisa dicari dengan cara induktif
(khusus – umum) dan deduktif ( umum – khusus). Dengan kata lain yang dicari
adalah kalimat yang bersifat umum (masih bersifat luas). Dengan kata lain
gagasan utama dapat dicari hanya di awal (deduktif) atau di akhir (induktif)
sebuah paragraf.

Contoh:
Kelas X SMK Paramitha terdiri dari 12 kelas yang terkelompok dalam tiga
jurusan. Jurusan TI terdiri dari 3 kelas. Jurusan Travel juga terdiri dari tiga kelas.
Yang paling banyak adalah jurusan hotel yang terdiri dari enam kelas.

Berdasarkan contoh di atas, gagasan utamanya adalah ”Kelas X SMK Paramitha


terdiri dari 12 kelas yang terkelompok dalam tiga jurusan”, karena kalimat
ini masih bersifat umum dan yang dijelaskan oleh kalimat berikutnya. Dengan
kata lain pengembangan kalimat di atas dilakukan dengan cara deduktif, yaitu
dimulai dari umum menuju kalimat khusus.

7. DAFTAR PUSTAKA DAN FOOTNOTE


a. Daftar pustaka memiliki format penulisan sebagai berikut:
Nama (dibalik). Tahun. Judul (di tulis miring atau bergaris bawah). Kota:
Penerbit
Contoh: Jika judul bukunya The Field of Drama dan nama pengarangnya
adalah Martin Esslin. Lalu buku ini diterbitkan pada tahun 1987 oleh
penerbit Methuen Drama yang bertempat di London, maka penulisan daftar
pustaka yang benar adalah.
Esslin, Martin. 1987. The Field of Drama. London: Methuen Drama.

b. Penulisan Footnote memiliki format:


Nama (tidak dibalik), judul (ditulis miring), (tempat terbit: penerbit, tahun
terbit) Halaman.

Contoh: Jika judul bukunya The Field of Drama dan nama pengarangnya
adalah Martin Esslin. Lalu buku ini diterbitkan pada tahun 1987 oleh
penerbit Methuen Drama yang bertempat di London, dan kutipan yang
diambil adalah halaman 11-20 maka penulisan footnote yang benar adalah.

Martin Esselin, The Field of Drama, (London: Methuen Drama, 1987)


hlm. 11-21.

8. Untuk bahasan yang lain saya rasa ada di modul. Jika ada yang belum memiliki
modul bisa di lihat di search di google Modul B. Indo kelas X SMK Paramitha

You might also like