Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Ibn Sina (980 - 1037) menyatakan bahwa asal - usul pegunungan dibedakan
menjadi dua kelas, yaitu (1) hasil dari suatu pengangkatan bumi, seperti bagian dari
gempabumi dan (2) pengaruh aliran air yang disertai dengan hembusan angin di suatu
lembah yang bersusunan batuan lunak. Konsep pegunungan menurut Ibnu Sina
merupakan cerminan hasil dari perbedaan tingkat erosi yang berlangsung secara
perlahan - lahan dalam kurun waktu yang panjang. Beberapa pandangannya telah telah
ditetapkan sebagai awal dari pemikiran modern, tetapi tidak diterapkan pada pemikiran
Eropa Barat. Pembuktian yang sangat luas tentang konsep Ibnu Sina telah dilakukan
oleh sekelompok muridnya yang bukan berasal dari orang Arab dan dikenal dengan
judul " DISCOURSES OF THE BROTHERS OF PURITY " (bahasan saudara yang
seiman) pada tahun 941 dan 982 (Said, 1950). Didalam empat volume buku yang
disusun tersebut diceritakan tentang erosi dan transportasi oleh arus dan angin,
pelapukan serta awal pemikiran peneplain.
Setiap sungai yang muncul terdiri dari percabangan utama, merupakan induk dari berbagai
percabangan dan masing - masing mengalir pada lembah selaras dengan ukurannya, membentuk
sistem lembah yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sesuai dengan
kemiringan lereng yang dialirinya dan mustahil akan terjadi pengaliran jika masing - masing lembah
tidak memiliki arus yang mengalir pada lembah tersebut.
Jika suatu sungai berupa saluran tunggal, tidak memilki percabangan, maka aliran yang terjadi
diperkirakan akan membentuk arus yang sangat deras atau arus aliran akan memiliki tenaga
penuh yang meluncur pada saluran tersebut dan langsung menuju samudra. Jika bentuk sungai
terpecah menjadi beberapa percabangan de-ngan jarak yang cukup besar antara cabang satu
dengan yang lainnya, kemudian dibagi lagi menjadi beberapa percabangan kecil, sehingga akan
memberi kesan seolah - olah saluran terbentuk oleh torehan air berupa pengikisan permukaan dan
erosi terhadap lahan. Kejadian tersebut berlangsung secara sinambung bagaikan mengukir
permukaan bumi.
1.2.4 Beberapa konsep dasar Thornbury (1969)
Pembahasan tentang konsep geomorfologi untuk bentanglahan jangan hanya
menggunakan salah satu konsep saja, tetapi akan lebih baik jika beberapa konsep
geomorfologi dapat dipahami sehingga evaluasi terhadap bentanglahan akan lebih baik.
Konsep 1 : Proses yang berlangsung secara fisik saat ini memiliki kecepatan
yang berbeda selaras dengan waktu geologi.
Siswa - siswa W.M Davis diajarkan tentang faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan bentuklahan adalah struktur geologi, proses geomorfologi dan tingkat
pengaruhnya. Saat ini beberapa akhli geomorfologi meragukan terhadap tingkat
pengaruh sebagai faktor utama yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan, akan
tetapi para akhli geologi setuju terhadap konsep proses dan geologi struktur sebagai
pengaruh utama. Pernyataan struktur geologi tidak hanya diterapkan pada pandangan
sempit, seperti struktur batuan, struktur perlipatan, struktur sesar dan ketidak selarasan,
tetapi perhatian perlu ditekankan pula terhadap material bumi penyusun bentuklahan
secara keseluruhan yang memiliki perbedaan pengaruh fisika dan kimia. Pandangan
struktur geologi selanjutnya didalam pembahasan ini adalah suatu fenomena geologi
yang lebih luas, yaitu posisi batuan di tempat yang tinggi, kekar, perlapisan batuan,
sesar dan perlipatan, kekerasan mineral tertentu, porositas batuan dan berbagai macam
perbedaan pada batuan penyusun kulit bumi. Pernyataan struktur geologi dapat
dimanfaatkan untuk memahami strtigrafi dan struktur susunan (sikuen) batuan yang
muncul sebagai singkapan pada suatu daerah, seperti perlapisan horisontal, perlapisan
yang memiliki kemiringan perlapisan (dip), terlipat atau tersesarkan, sehingga
pemahaman struktur geologi yang sederhana menjadi penting.
Ungkapan batuan keras (tahan) atau lunak (tidak tahan) terhadap proses
geomorfologi merupakan pemakaian ungkapan yang biasa selama digunakan untuk
pandangan yang relatif dan tidak ditekankan untuk pandangan pengaruh fisika atau
kimia, karena batuan dipengaruhi pula oleh proses fisika dan kimia. Suatu batuan
mungkin tahan terhadap salah satu proses geomorfologi, tetapi tidak tahan terhadap
proses geomorfologi lainnya dan dibawah kondisi iklim tertentu menunjukkan perbedaan
tingkat ketahanan batuan. Secara umum tampilan struktur batuan harus lebih tua dari
pada perkembangan bentuklahan. Kejadian diatropisme perlipatan pada kala Plistosen
sangat sulit disebut tidak tererosi, sehingga diperkirakan bahwa struktur batuan telah
terbentuk sebelum bentuklahan.
Alasan utama permukaan bumi memiliki gradasional yang berbeda karena kerak
bumi disusun oleh batuan yang berbeda dan struktur yang berbeda, sehingga memiliki
ketahanan batuan terhadap proses geomorfologi yang berbeda pula. Proses
geomorfologi yang memiliki keaneka ragaman sangat kecil, masih memiliki arti yang
sangat penting, kecuali pada daerah diatropisme sekarang (Resen) dapat diperkirakan
bahwa daerah yang memiliki posisi topografi yang tinggi disusun oleh batuan yang
keras, sedangkan daerah dengan posisi topografi lebih rendah disusun oleh batuan
yang lunak. Perbedaan komposisi batuan dan struktur tercermin dari keaneka ragaman
geomorfologi dan topografi lokal. Topografi minor dan rinci atau disebut sebagai
mikrotopografi memiliki hubungan yang erat dengan keaneka ragaman batuan, tetapi
terlalu kecil untuk diamati.
Keaneka ragaman batuan dan struktur geologi merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perubahan permukaan bumi, tetapi bukan berarti proses geomorfologi
tidak memiliki peran, karena pada batas - batas tertentu dengan tingkat yang berbeda
proses geomorfologi masih berlangsung. Tingkat kecepatan proses geomorfologi lokal
memberi pengaruh terhadap perubahan permukaan bumi, terutama pengaruh
perbedaan temperatur, tingkat kelembaban, konfigurasi kerapatan kontur dan vegetasi.
Perbedaan kondisi iklim mikro yang sangat menonjol antara dasar lembah
dengan puncak bukit dan antara lahan terbuka dengan lahan tertutup vegetasi akan
tampak dari jumlah penguapan lokal, tingkat kelembaban tanah dan tingkat perubahan
tahunan temperatur, sehingga banyak sekali faktor yang mempengaruhi tingkat proses
geomorfologi lokal, seperti tingkat pelapukan, perombakan massa batuan, erosi dan
pengendapan yang memiliki pengaruh terhadap keaneka ragaman geomorfologi.
Penggunaan istilah proses yang dipakai untuk semua perubahan yang terjadi
terhadap rupa bumi secara fisika dan kimia. Proses diatropisma dan vulkanisma
dipengaruhi oleh gaya yang berasal dari dalam bumi, sehingga oleh Penck disebut
sebagai proses endogenetik, sedangkan proses yang lain, seperti pelapukan,
perombakan massa batuan dan erosi yang dipe-ngaruhi oleh gaya eksternal disebut
sebagai proses eksogenetik. Secara umum proses endogenetik bersifat membangun,
sedangkan proses eksogenetik bersifat sebaliknya, yaitu pengikisan terhadap
permukaan bumi. Konsep proses geomorfologi yang berlangsung terhadap permukaan
bumi bukan sesuatu yang baru, tetapi pemikiran tentang proses geomorfologi akan
meninggalkan jejak di atas permukaan bumi adalah pemikiran yang lebih maju.
Bentuklahan memiliki ciri - ciri tertentu, tergantung pada proses geomorfologi
yang berpengaruh terhadap bentuklahan tersebut. Dataran banjir, kipas aluvial, dan
delta merupakan hasil kegiatan arus sungai, sehingga ciri - ciri yang berkembang pada
bentuklahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk klasifikasi genetika bentuklahan.
Rekayasa yang tepat dari suatu arti proses evolusi bentuklahan tidak hanya
memberikan gambaran yang lebih baik dari perkembangan bentuklahan, tetapi termasuk
juga menegaskan hubungan genetika terjadinya bentuklahan. Proses geomorfologi yang
rumit dan media yang bekerja dibawah kondisi iklim tertentu disebut sebagai sistem
morfogenik (morphogenic system, Triccart dan Cailleux, 1955).
Ciri - ciri proses bentuklahan tergantung pada tahap perkembangan proses, dan
W.M Davis menyebutnya sebagai konsep siklus geomorfologi. tahap perkembangan
proses diawali dari tahap muda, dewasa dan tua. Pada tahap akhir dari proses
geomorfologi permukaan bumi memiliki topografi berelief rendah yang disebut sebagai
peneplain (perataan). Beberapa akhli geomorfologi percaya bahwa permukaan bumi
memiliki keteraturan umur, tetapi tidak semua yakin bahwa tahap muda, dewasa dan tua
yang dikemukakan oleh W.M Davis merupakan suatu kenyataan. Konsep umum yang
digunakan pada tingkat dasar memiliki beberapa kelemahan apabila di-terapkan pada
evolusi permukaan bumi yang lebih rumit, karena akan sulit menentukan karakteristik
perkembangan bentuklahan yang khusus, sehingga menimbulkan keraguan, terutama
terhadap peneplain (perataan) yang dianggap sebagai akhir dari suatu siklus
geomorfologi.
Istilah siklus geomorfologi tidak selalu tepat untuk menunjukkan suatu perubahan
bentanglahan akibat gradasional, tetapi mencari istilah atau konsep pengganti sangat
sulit, sehingga penggunaan istilah siklus geomorfologi tidak hanya menyatakan siklus
alam yang mewakili tahap evolusi bentuk permukaan bumi tetapi termasuk pula
pemikiran bahwa perkembangan permukaan bumi terjadi secara teratur dan berurutan
dengan tidak menggunakan penamaan evolusi permukaan bumi sebaai tahap muda,
dewasa atau tua yang memiliki pengertian bahwa topografi yang berada pada tahap
yang sama memiliki ciri yang sama pula. Kondisi geologi dan keragaman iklim
membentuk ciri permukaan bumi yang sangat beragam walaupun proses geomorfologi
berkembang pada periode yang sama.
Konsep 7 : Topografi bumi yang paling menonjol adalah topografi yang lebih
muda dari kala Plistosen.
Ciri - ciri topografi tua jarang ditemukan, kecuali berupa bentuklahan tua yang
tersingkap kepermukaan akibat dari gradasional. Sebagian besar topografi sekarang
lebih muda dari kala Plistosen. Ashley (1931) percaya bahwa pahatan rupa bumi
seperti gunung, lembah, pantai, danau, sungai, air terjun dan tebing berumur lebih muda
dari Miosen, serta terbentuk sejak munculnya manusia dan sebagian kecil muka bumi
sekarang memiliki hubungan yang jelas dengan permukaan bumi pra Miosen.
Diperkirakan pula bahwa permukaan bumi 90 % terbentuk setelah Tersier dan mungkin
99 % terbentuk setelah Miosen Tengah.
Secara umum struktur geologi lebih tua dari pada ciri - ciri topografi yang
terbentuk di atasnya, kecuali yang ditemukan pada daerah diatropisma Plistosen Awal
dan Resen. Pegunungan Himalaya pertama terlipat pada kala Kapur, kemudian kala
Eosen dan Miosen, tetatpi lereng sekarang terbentuk pada kala Plistosen dan air terjun
yang terbentuk saat ini lebih muda dari relif rinci yang berumur Plistosen dan Resen.
Morfografi dan morfometri yang tercermin pada peta topografi dinyatakan oleh
lambang garis atau huruf yang telah baku dan dicetak de - ngan warna hitam atau abu
- abu berupa bayangan. Lithologi digambarkan dalam bentuk simbo; gambar lithologi
dengan warna bayangan abu - abu, sehingga informasi morfografi, morfometri dan
lithologi (batuan) tampak pada peta dengan warna yang tidak menonjol. Pemilihan
warna yang tepat dapat memberikan informasi yang lebih banyak dengan tidak
mengabaikan simbol warna yang digunakan oleh satuan bentuklahan pada suatu
daerah berdasarkan morfogenetik.
Morfokhronologi menggunakan simbol huruf atau angka dengan menggunakan
warna hitam, tetapi simbol untuk morfokhronologi dapat dihilangkan. Verstappen (1970)
menyebutkan bahwa penggunaan simbol untuk morfokhronologi tidak perlu
menggunakan simbol garis, karena biaya untuk pembuatan peta akan menjadi mahal
dan umur bentuklahan harus diketahui dengan benar. Morfometri yang penting dari ciri
roman muka bumi dapat ditampilkan dengan simbol garis hitam, sedangkan simbol garis
berwarna dianjurkan untuk penggambaran simbol morfodinamik (proses aktif), misalnya
simbol garis berwarna merah untuk proses erosi dan warna biru untuk banjir atau
sedimentasi.
Bentuk permukaan
1. Morfografi Aspek yang digambarkan dari morfologi suatu
daerah, seperti dataran, perbukitan atau
pegunungan.
Tabel 2 menunjukkan berbagai kelas lereng, proses yang menjadi ciri lahan,
kondisi lahan dan simbol warna untuk lahan yang disarankan. Kelas lereng yang
menunjukkan kesamaan lahan kritis disertai dengan proses - proses pada lereng
tertentu yang menonjol. Kegiatan konservasi tertentu dapat juga dilakukan terhadap
satuan bentuklahan tertentu yang memiliki proses yang menonjol atau nilai kelas
konservasi. Jika batas satuan bentuklahan digambar dengan garis tebal, maka nama
singkatan dari bentuklahan perlu dicantumkan dengan huruf kapital. Simbol - simbol lain
yang digambar denga garis hitam dapat diberikan untuk proses geomorfologi yang
sudah tidak aktif tapi masih baru, garis merah untuk erosi yang aktif dan biru gelap untuk
gerakan tanah yang aktif. Vegetasi alami, semi alami dan pertanian sangat
mempengaruhi proses erosi dan gerakan tanah, sehingga simbol - simbol vegetasi
digambar dengan warna hijau. Sama dengan peta analitik, garis kontur dan lithologi
(batuan) digambar dengan warna abu - abu sebagai bayangan.
Peta Hidrogeomorfologi, menggunakan simbol warna untuk membedakan
satuan hidrogeomorfologi yang sama dengan simbol - simbol yang biasa digunakan
didalam kajian hidrologi. Batasan satuan hidrogeomorfologi didasarkan pada kemiringan
lereng, tutupan vegetasi, permeabilitas daerah, potensi air tanah, dan kedalaman air
tanah.
Pada tabel 3 ditunjukkan bobot nilai lahan yang digunakan untuk membedakan
empat kelas hidrogeomorfologi, yaitu air tanah dalam, kualitas aliran air permukaan,
mata air dan gerakan material yang diberi simbol de - ngan garis arsir, simbol gambar,
angka dan huruf dengan warna yang berbeda. Seperti pada peta morfokonservasi yaitu
tutupan vegetasi alami, perkebunan dan pertanian diberi simbol warna hijau, sedangkan
informasi topografi dan lithologi yang penting digambar dengan simbol garis abi - abu
atau coklat.
Tabel 2. Hubungan kelas lereng dengan sifat - sifat proses dan
kondisi lahan disertai simbol warna yang disarankan.
(sumber : Van Zuidam, 1985).
0 0
0 -2 Datar atau hampi datar, tidak ada erosi
(0 - 2 %) yang besar, dapat diolah dengan mudah Hijau tua
dalam kondisi kering.
0 0
8 - 16 Lahan memiliki kemiringan lereng yang
(15 - 30 %) curam, rawan terhadap bahaya longsor, Kuning Tua
erosi permukaan dan erosi alur.
0 0
16 - 35 Lahan memiliki kemiringan lereng yang
(30 - 70 %) curam sampai terjal, sering terjadi erosi
dan gerakan tanah dengan kecepatan Merah Muda
yang perlahan - lahan. Daerah rawan
erosi dan longsor
0 0
35 - 55 Lahan memiliki kemiringan lereng yang
(70 - 140 %) terjal, sering ditemukan singkapan Merah Tua
batuan, rawan terhadap erosi.
0
> 55 Lahan memiliki kemiringan lereng yang
( > 140% ) terjal, singkapan batuan muncul di Ungu Tua
permukaan, rawan tergadap longsor
batuan.
Tabel 3. Sifat - sifat daerah aliran sungai untuk memperkirakan
kemungkinan limpasan air permukaan dengan metode
Cook (Sumber : Van Zuidam, 1985).
3.1 Morfografi
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan bumi
atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi dapat dibedakan menjadi
bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan, atau gunungapi, lembah dan
dataran. Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan geomorfologi selain morfografi
adalah pola punggungan, pola pe - ngaliran dan bentuk lereng.
Bentuklahan plato.
Aspek - aspek geologi yang dapat tercermin dari morfografi dataran asal marin
dan fluvial adalah :
a. Dataran marin : disusun oleh material berbutir halus sampai sedang
yaitu pasir yang terpilah baik dan kemasan terbuka
karena lebih banyak dipengaruhi oleh hempasan
ombak, bercampur dengan lempung dan lanau.
b. Dataran fluvial : disusun oleh material berbutir halus seperti lem -
pung dan lanau sampai bongkah - bongkah. Mate-
rial penyusun dataran fluvial biasa disebut endap -
an aluvium dan jika telah termampatkan disebut
konglomerat.
c. Dataran delta : disusun oleh material - material pasir berbutir halus
sampai sedang, lempung, dan lanau, disertai de -
ngan sisa - sisa tumbuhan atau endapan batubara.
d. Dataran plato : disusun oleh material - material gunungapi, sepert
breksi dan tuf.
3.1.4 Lembah
Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan membentuk
lembah. Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan berupa erosi permukaan
(sheet erosion) kemudian menjadi erosi alur (riil erosion), erosi parit (gully erosion),
lembah (valley) dan selanjutnya lembah sebagai penampung aliran air menjadi sungai.
Limpasan air permukaan yang masuk ke lembah selalu membawa muatan sedimen
hasil dari pengikisan air tersebut dan selanjutnya sungai membawa muatan sedimen
untuk di endapkan pada daerah (cekungan) tertentu menjadi suatu endapan (sedimen).
Secara garis besar jenis - jenis lembah dapat dibedakan menjadi :
- Jenis lembah U tumpul
- Jenis lembah U tajam
- Jenis lembah V tumpul
- Jenis lembah V tajam.
Jenis lembah U tumpul terjadi pada daerah - daerah yang relatif datar, erosi yang
berlangsung cenderung ke arah lateral (samping) dan erosi ke arah vertikal (dasar
sungai) relatif tidak berlangsung. Erosi ke arah vertikal terhenti, karena telah mencapai
batuan dasar sungai yang relatif keras dibandingkan dengan batuan yang berada di tepi
sungai.
Jenis lembah U tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki kemiringan
lereng landai, erosi lateral (ke samping) lebih besar dari pada erosi vertikal (ke arah
dasar sungai), pengumpulan (akumulasi) sedimen berlangsung dari lereng - lereng
lembah.
Jenis lembah V tumpul terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng landai
sampai agak curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) berlangsung lebih kuat
daripada erosi lateral (ke arah samping) yang disertai dengan erosi dari bagian atas
lereng lembah tersebut dan pengumpulan (akumulasi) endapan (sedimen) terjadi di
dasar lembah. Bentuk lembah V tumpul yang tidak simetris disebabkan oleh perbedaan
jenis batuan dan / atau struktur pada salah satu sisi lembah.
Jenis lembah V tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng curam,
erosi vertikal (ke arah dasar sungai) sangat kuat karena dipe - ngaruhi oleh tektonik.
Kondisi batuan dan iklim sangat berpengaruh terhadap pembentukkan jenis lembah V
tajam.
TERBUKA/ LEBAR
MENYEMPIT / CURAM
MENYEMPIT / CURAM
TERBUKA / LEBAR
MENGANYAM
Kipas aluvium dan delta
(DIKHOTOMIK)
KARST Batugamping
A. DINAMIK
B. PASIF.
3.2 Morfogenetik
Morfogenetik adalah proses / asal - usul terbentuknya permukaan bumi, seperti
bentuklahan perbukitan / pegunungan, bentuklahan lembah atau bentuklahan
pedataran. Proses yang berkembang terhadap pembentukkan permukaan bumi tersebut
yaitu proses eksogen dan proses endogen.
3.3 Morfometri
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu bentuklahan dan
merupakan unsur geomorfologi pendukung yang sangat berarti terhadap morfografi dan
morfogenetik. Penilaian kuantitatif terhadap bentuklahan memberikan penajaman tata
nama bentuklahan dan akan sangat membantu terhadap analisis lahan untuk tujuan
tertentu, seperti tingkat erosi, kestabilan lereng dan menentukan nilai dari kemiringan
lereng tersebut.
3.3.1 Lereng
Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat memberikan informasi
kondisi - kondisi proses yang berpengaruh terhadap bentuklahan, sehingga dengan
memberikan penilaian terhadap lereng tersebut dapat ditarik kesimpulan dengan tegas
tata nama satuan geomorfologi secara rinci. Ukuran penilaian lereng dapat dilakukan
terhadap kemiringan lereng dan panjang lereng, sehingga tata nama satuan
geomorfologi dapat lebih dirinci dan tujuan - tujuan tertentu, seperti perhitungan tingkat
erosi, kestabilan lereng dan perencanaan wilayah dapat dikaji lebih lanjut.
Ukuran kemiringan lereng yang telah disepakati untuk menilai suatu bentuklahan
adalah sebagai berikut :
8 - 13 Lereng landai 6 - 13 7 - 12
21 - 55 Lereng curam 25 - 55 18 - 24
15 - 50 Lereng pendek
Berombak 3 - 7 5 - 50
Berombak - Bergelombang 8 - 13 25 - 75
SISTIMATIKA
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
4.1.1.1 Erosi
Erosi adalah proses pengikisan terhadap permukaan bumi oleh hujan hujan,
sehingga partikel - partikel permukaan bumi berpindah terangkut oleh aliran air atau
sungai. Jika kecepata aliran tenang dan memiliki kecepatan yang rendah, maka
perpindahan partikel - partikel hasil pengikisan tersebut tidak menunjukkan telah terjadi
erosi, sedangkan jika kecepatan aliran meningkat, maka erosi berlangsung dengan
cepat. Selaras dengan kondisi aliran tersebut, maka jenis erosi dapat dibedakan menjadi
:
- Erosi permukaan (sheet erosion)
- Erosi alur (riil erosion)
- Erosi parit (gully erosion).
Erosi permukaan berlangsung akibat dari limpasan air permukaan yang tidak
terpusat (terkonsentrasi) dan biasanya berlangsung pada saat hujan mulai berlangsung,
sehingga curah hujan yang jatuh dipermukaan tanah mulai mengalir. Kondisi erosi
permukaan tidak akan pernah tampak pada peta topografi dan sangat sulit diinterpretasi
melalui foto udara, namun sebagai ciri suatu daerah mengalami erosi permukaan pada
foto udara akan menunjukkan tutupan vegetasi yang jarang.
Erosi alur berlangsung ketika limpasan air permukaan mulai bergabung
membentuk alur, sehingga aliran permukaan terpusat membentuk suatu alur dan
pengikisan terjadi pada alur - alur dari suatu aliran tersebut disertai dengan torehan
terhadap dinding alur dan dasar alur. Erosi alur memiliki ciri yang hampir sama dengan
erosi permukaan, tetapi pada foto udara dengan skala yang besar akan tampak alu -
alur pengikisan pada daerah yang terbuka, sehingga erosi alur dapat dipetakan pada
skala peta yang besar.
Semakin tinggi debit hujan dan debit aliran pada alur yang terbentuk, maka
semakin kuat erosi vertikal dan horisonta mengakibatkan alur semakin besar dan
menjadi parit. Erosi parit memiliki ukuran yang reltif besar, sehingga pada peta topografi
dicerminkan oleh lekukan garis kontur yang bertindak sebagai aliran air ari suatu
punggungan dan bersatu menjadi saluran arus aliran air. Kenampakan pada foto udara
sangat jelas, sehingga erosi parit dapat dipetakan dengan skala peta sedang sampai
besar.
Tabel 10. Media dan proses erosi (sumber : Van Zuidam, 1985)
AIR PERMUKAAN
AIR TANAH
Tanpa arus bawah Pencucian ; korosi Larutan
tanah.
Selain faktor air yang mempengaruhi terjadinya erosi, maka faktor ketahanan
batuan terhadap pengikisan atau penggerusan merupakan salah satu faktor yang
berperan. Tampilan ketahanan batuan terhadap pe - ngikisan atau penggerusan pada
peta topografi dan foto udara akan ditunjukkan oleh kerapatan pengaliran. Semakin
rapat pola aliran, maka batuan mudah mengalami pengikisan atau penggerusan,
sedangkan semakin renggang pola aliran berarti batuan semakin tahan terhadap
pengikisan atau penggerusan.
Tabel 11. Ketahanan relatif batuan terhadap erosi dan pelapukan
(sumber : Van zuidam, 1985).
BATUAN BEKUAN
Tekstur halus
Hitam (basa) Basalt Biasanya tahan Gawir dan aliran
Menengah Andesit Biasanya tahan Tidak menyebar
Cerah Rhiolite Biasanya tahan Tebing terjal
Tekstur kasar
Hitam (basa) Gabro Biasanya sangat tahan Gawir dan kubah
Menengah Sienite Biasanya tahan Pengangkatan
Cerah Granit Biasanya tahan Kubah dan pengang-
Kecuali di wilayah arid katan..
BATUAN ENDAPAN
Butiran halus
Lepas Lempung Lunak, membentuk din- Lahan terbuka
ding tegak.
Padat Batulempung Biasanya lunak Dataran rendah sam -
pai landai
Karbonat lepas Lanau Sangat lunak Dasar lembah.
Karbonat padat Gamping Lunak di daerah basah Daerah gamping.
tahan di daerah arid.
Butiran kasar
Lepas Pasir Biasanya lunak Dataran rendah
Padat Batupasir Tahan jika tersemen Tebing terjal dan plato
kuat.
Butiran sangat kasar
Lepas Kerakal Memiliki ketahanan se- Sebagai batuan penu-
dang, tup perlipatan.
Padat Konglomerat Sangat tahan. Punggungan dan pe-
gunungan.
BATUAN MALIHAN
(METAMORF)
Asal batuan endapan
Serpih Slate Lunak Dataran rendah
Batugamping Marble Lunak Dataran rendah
Batupasir Kuarsit sangat tahan Punggungan, gumuk,
dan monadnok.
Asal batuan bekuan atau endapan
Banded Gneis Sangat tahan Pengangkatan
Schistose Schist Sangat tahan Pengangkatan dan
punggungan.
Pada lipatan rebah yang sering diikuti oleh struktur sesar dan sesar naik, arah
kemiringan lapisan batuan pada kedua sayapnya akan sama dan pola lembah V sangat
membantu menentukan sayap yang berlawanan.
Hubungan struktur geologi dengan morfologi akan tampak jelas pada suatu
daerah bervegetasi sedikit dan tutupan tanah relatif tipis, tetapi pada daerah yang
beriklim basah atau tropik basah, struktur geologi akan tercermin oleh bentuk relief
daerah tersebut. Kerapatan vegetasi ketebalan tanah yang menutupi atau menghalangi
morfologi struktur yang berada di bawahnya sangat sulit ditentukan, sehingga untuk
menentukan struktur geologi tersebut pola aliran dan penyimpangan pola aliran dapat
digunakan sebagai ciri penentuan struktur.
Aliran utama pada sayap lipatan cenderung mengalir sejajar arah jurus lapisan
batuan dan mengikuti celah - celah lapisan batuan yang tahan terhadap pelapukan dan
erosi, sedangkan aliran - aliran yang kecil mengalir searah searah kemiringan lapisan
batuan dan permukaan lereng lipatan membentuk pola aliran yang trelis. Lapisan yang
melengkung sekitar puncak lipatan tercermin oleh aliran utama yang melengkung. Pola
aliran radial dan anular atau gabungan kedua pola tersebut sering berkemang pada
daerah - daerah yang berbentuk kubah atau lipatan (antiklin) sungkup.
Howard (1967) menyebutkan kelokan (meander) lokal pada sungai, kelokan
tajam (compressed meander), percabangan sungai lokal, keragaman lebar tanggul
sungai (levee) dan penyimpangan - penyimpangan (anomali) pada sungai merupakan
ciri - ciri struktur geologi atau deformasi aktif.
Pada sesar - sesar besar, biasanya sesar yang terletak pada bidang permukaan
lahan yang melengkung terdapat pergeseran yang tidak menunjukkan celah dan
biasanya berada sekitar mintakat regangan serta permukaan sesar merupakan suatu
bidang. Sudut sesar 450 atau lebih biasanya disebut sebagai sesar normal dan sudut
sesar kurang dari 450 biasanya disebut sebagai sesar naik. Sesar normal pada foto
udara tampak seperti garis lurus atau garis melengkung, seperti kelurusan ( lineament )
yang membentang sangat jelas. Tampilan yang memanjang mencerminkan atau
memberi kesan bahwa sesar seperti dipengaruhi oleh kelurusan morfologi, aliran su -
ngai ( misalnya penggalan sungai lurus, air terjun, danau, genangan air dan mata air)
atau kumpulan vegetasi yang dicerminkan oleh garis lurus karena perubahan rona ( tone
) foto udara yang tajam.
Mintakat sesar atau kekar pada batuan lunak yang mudah tererosi akan
membentuk lekukan atau lembah. Pola aliran yang dipengaruhi oleh sesar atau kekar
akan membentuk pola lurus (elongated ) dan paralel atau angular. perubahan pola atau
arah aliran sungai pada sisi yang berhadapan dari suatu kelurusan merupakan ciri sesar
yang sangat menyolok. Breksi sesar biasanya sering menahan air disekitarnya,
sehingga garis sesar pada foto udara akan menunjukkan garis hitan karena sangat
jenuh oleh kan - dungan air dan kemungkinan lebatnya vegetasi. Mintakat sesar yang
memiliki kelulusan air (permebility) rendah akan mempengaruhi kondisi air tanah dan
menyebabkan perubahan kumpulan vegetasi, sehingga sesar dicirikan oleh mata air.
Suatu daerah yang disusun oleh batuan yang keras dan memiliki lapisan yang
mendatar (horisontal) kemudian terangkat, maka akan membentuk morfologi "mesa"
atau plato yang dipengaruhi oleh struktur. Pe - ngikisan (erosi) yang berlangsung
pada sisi - sisi gawir bagian depan struktur, maka akan membentuk alur erosi yang
sejajar (paralel) atau gawir erosi yang tidak menerus hasil dari kegiatan erosi mata air
atau limpasan air permukaan ( runoff ) yang terkumpul. Jika diameter batuan penutup
ukurannya lebih kecil dari pada tinggi bukit disekitarnya, maka digunakan istilah "butte".
Kemiringan lapisan batuan yang memiliki satu arah, karena posisi awalnya sudah miring
(contoh : lereng cekungan pengendapan yang curam) atau miring karena tektonik, maka
bentanglahan yang berkembang menunjukkan relief perbukitan atau pegunungan yang
disusun oleh batuan keras yang miring. Bentuklahan yang simetris atau asimetris
tergantung pada kemiringan lapisan batuan dan proses yang berlangsung pada
bentuklahan tersebut. Struktur monoklin yang cukup dikenal antara lain "cuesta",
"hogback" dan pegunungan "dike".
"Cuesta' adalah punggungan asimetri dengan salah satu sayap yang panjang,
umumnya searah dengan kemiringan lapisan batuan yang keras dan lereng landai.
Pada salah satu sisi lereng "cuesta" memiliki kemiringan lereng yang terjal, sedangkan
pada sayap lain memiliki kemiringan yang landai.
" Hogback" adalah punggungan dengan puncak yang terjal, dibentuk oleh
lapisan batuan keras atau batuan yang memiliki kemiringan lapisan batuan yang terjal.
Bentuklahan pada umumnya agak simetri, tetapi ada juga yang tidak simetri.
Punggungan yang menyerupai "dike" dibentuk oleh lapisan batuan yang memiliki
kemiringan hampir tegak, kemiringan lereng sangat curam dan hampir simetris. Lapisan
atau struktur lapisan sejajar (planar) yang miring merupakan bagian dari lipatan tunggal
(single fold ) atau bagian dari sistem lipatan (kumpulan lipatan). Struktur lipatan dapat
berupa antiklin atau sinklin. Antiklin adalah lipatan ke atas yang telah mengalami
perkembangan beberapa tahap. Antiklin sederhana memiliki kemiringan lapisan batuan
dari arah sumbu antiklin ke arah sisi - sisi yang berlawanan, sedangkan sinklin adalah
lipatan lapisan batuan dengan arah kemiringan yang bertindak sebagai sayap menuju
sumbu sinklin (lihat gambar ...). Suatu daerah yang terlipat dan tererosi akan
menunjukkan relief yang bergelombang membentuk bukit dan lembah. Bagian bukit
menunjukkan antiklin, sedangkan bagian lembah menunjukkan sinklin. Jika daerah
terlipat tererosi, maka akan tampak bentuk lapisan batuan yang dipengaruhi oleh
perbedaan kekerasan batuan. Kedua sisi antiklin dikenal sebagai sayap, sedangkan
pada bagian yang paling tinggi disebut puncak. Bidang yang memotong lipatan pada
puncaknya disebut sebagai bidang sumbu. Jika bidang sumbu tegak sejajar sumbu
lipatan, maka lipatan tersebut dinamakan lipatan simetri.
Kekar dan sesar sangat mempengaruhi perkembangan bentuklahan, sedangkan
kekar - kekar tersebut pada umumnya membentuk arah yang tegak atau mendatar pada
lapisan batuan selaras dengan arah gerak yang tidak beraturan. Sistem kekar sangat
banyak dan suatu sistem kekar terdiri dari dua atau lebih kelompok kekar yang sejajar.
Pelapukan dan erosi yang mengikuti sistem alur kekar sejak terbentuk akan menjadi
tempat mengalirnya air ketika terjadi hujan. Sistem kekear yang sangat luas mudah
dikenali pada foto udara dan peta topografi dengan cara melihat pola aliran sungai,
kerapatan vegetasi yang berkelompok pada jalur kekar dan arah perbukitan.
Sesar adalah rekahan atau mintakat (zone) rekahan pergeseran yang panjang
dengan sisi - sisi rekahan sejajar. Pergeseran yang tegak menghasilkan suatu gawir
sesar yang terjal (lihat gambar...). Kenampakan sesar pada foto udara atau peta
topografi akan sangat tajam , seperti naik turunnya blok yang tersesarkan tergantung
pada gerak / pergeseran sesar, kegiatan erosi dan kekerasan batuan. Perbedaan erosi
sepanjang gawir sesar ( = perpotongan antara bidang sesar dengan permukaan) jarang
sekali nampak, dibandingkan dengan hasil langsung dari gerakan yang menyebabkan
terjadinya sesar (bidang sesar), sehingga yang tampak adalah jejak sesar berupa garis
dan biasanya disebut sebagai garis gawir sesar. Suatu garis gawir sesar obsequen
adalah kenampakan gawir sesar, kecuali pada daerah bertopografi rendah tampak blok
yang naik dan turun.
Thornbury (1969, halaman 253 - 256) menggunakan analisis umum untuk
menentukan gawir sesar dan garis gawir sesar, dengan cara :
(1). Melihat bidang kasar yang mengesankan bekas goresan dan di-terapkan
hanya pada sesar - sesar yang berumur muda. Bidang yang memberikan
kesan goresan belum tentu sebagai gawir sesar.
(2). Bidang sesar dicirikan oleh :
(a). Breksi sesar, mintakat (zone) hancuran dan mintakat rekahan
serta kekar
(b). Tampilan permukaan sesar yang menunjukkan goresan -
goresan pada bidang sesar ("slickenside"), tetapi goresan
tersebut jarang ditemukan.
(c), Tampilan pergeseran lapisan batuan yang tegak, mendatar,
atau miring.
(3). "Triangular facet" (permukaan berbentuk segitiga ?) dengan ciri bagian ujung
atas yang meruncing.
Bagian ujung yang meruncing dianggap sebagai bagian yang pa -ling dekat
dengan sesar dan biasanya menutupi sesar yang tampak sekarang.
Biasanya lereng permukaan (facet) yang meruncing kurang dari 30 0,
sedangkan bidang sesar normal lebih lebih curam.Selanjutnya ujung yang
meruncing dari permukaan segitiga (triangular facet) mengalami perombakan
oleh pelapukan dan erosi, sehingga tidak menunjukkan ciri - ciri permukaan
sesar.
(4). Kelurusan gawir. Sesar memanjang seperti garis lurus; padahal
kenyataannya melengkung, jika dibandingkan dengan gawir cuesta yang
memiliki gawir yang lurus. Kelrusen mencerminkan gawir sesar atau garis
gawir sesar.
(5). Jeram berbentuk V dengan batuan dasar mengikuti garis sesar.
(6). Pendekatan dengan melihat bertambah miringnya dasar sungai di sepanjang
jeram dan disebut sebagai lembah "gelas anggur" ("wineglass" valley),
sehingga dijadikan sebagai bukti sesar sekarang (Resen).
(7). Lembah naik (Hanging valley) pada permukaan gawir. Lembah naik
biasanya terjadi di sepanjang gawir sesar, tetapi dapat juga terjadi di
sepanjang garis gawir sesar yang mencerminkan terdapat perbedaan
regangan pada kedua sisi blok sesar.
(8). Mataair di sepanjang dasar gawir. Mataair sering ditemukan di sepanjang
sesar tetapi bukan berarti batas sesar atau sesar aktif.
(9). Aliran lava sepanjang alur sesar. Hamparan aliran lava bukan menutupi
sesar, tetapi vulkanisme terjadi pada jalur sesar yang disebut sebagai
mintakat lemah.
Tampilan topografi dapat memberikan kesan sesar, tetapi tidak berarti sebagai
sesar. Fenomena - fenomena (kejadian) yang dapat diperkirakan terjadi sesar saat
sekarang atau masa lalu antara lain :
- sering terjadi longsoran.
- kelurusan punggungan yang tidak dipengaruhi oleh jenis batuan.
- pola aliran sungai paralel yang memotong berbagai jenis batuan.
- kelokan tajam aliran sungai.
Gunungapi basaltik tidak memiliki kawah, tetapi menghasilkan lelehan lava yang
keluar melalui dari rekahan - rekahan. Beberapa gunungapi dibedakan kerucutnya oleh
rekahan yang bertindak menjadi kawah dan dapat dinyatakan sebagai gundukan lava
("lava mounds") yang memiliki kesamaan dengan gundukan terak ("scoria mounds"). Di
Victoria (Australia) ada beberapa kelainan gunungapi yang telah diteliti, dan gunungapi
tersebut membentuk lava yang mendatar ("lava disc ) yang terbentuk dari lava basal dan
keluar melalui rekahan - rekahan yang tegak lurus terhadap permukaan lava yang ada di
atas dan sisinya (Ollier, 1970).
Gunungapi lava asam. Batuan bekuan asam pada umumnya sangat pekat dan
apabila batuan bekuan asam ini tidak terlontarkan oleh suatu letusan gunungapi, maka
magma ini akan mengalir melalui rekahan - rekahan membentuk sejumlah bentuklahan (
gambar 30).
Pada saat lava yang pekat dismburkan, maka akan menyebar dan membentuk
gundukan cembung yang dikenal sebagai kubah kumulus ("cumulo dome") dan ini tidak
berdiri sendir, tetapi membentuk kelompok intrusi pada endapan piroklastik.
Istilah "mamelon" sering diterapkan untuk kubah kumulus, tetapi Cotton (1944)
menyebutkan bahwa "mamelon" adalah kubah kumulus yang terbentuk oleh letusan
dengan aliran material lava trakhitik dan "mamelon" sama seperti kubah kumulus yaitu
tidak memiliki kawah,
"Tholoid " mengacu pada kubah kumulus atau mamelon yang berasal dari dalam
kawah besar gunungapi dengan ketinggian dan diameter beribu - ribu meter yang
tertutup oleh runtuhan atau mungkin bentuk kubah yang menyimpang menjadi kasar dan
tidak memiliki kawah. Formasi " tholoid " pada kawah tidak mencirikan akhir dari suatu
aktifitas gunungapi karena terbentuk dan hancurnya " tholoid " berlangsung selama
pertumbuhan gu -nungapi.
Lava kental yang menyembur dari saluran memiliki sifat sangat kaku dan
bergerak seperti batang lurus (piston), sehingga menghasilkan tubuh yang membulat
dan panjang disebut sebagai kubah penyumbat. Kerucut kubah penyumbat berkembang
dengan cepat, tetapi pertumbuhannya hancur oleh letusan dan pecah karena tidak
seimbang pada saat tumbuh dan kumpulan pecahan dari letusan punggungan karena
beberapa kubah penyumbat ditutupi oleh tumpukan batuan rombakan yang membentuk
seperti endapan longsor sekitar lereng dengan batuan berbentuk pilar membentuk sudut
hampir datar.
Kubah penyumbat yang memiliki ukuran besar mendekati ukuran pegunungan
merupakan letusan dengan skala lebih kecil dari lava yang sa-ngat kaku, selanjutnya
rekahan pada permukaan kubah penyumbat atau kubah kumulus muncul membentuk
punggungan.
Gunungapi piroklastik. Letusan gunungapi menghasilkan pecahan - pecahan
(fragmen - fragmen) lava yang berjatuhan dekat lubang kepundan, pecahan - pecahan
lava tersebut membentuk gumuk rombakan dengan lereng sesuai dengan sudut
pembentukan gumuk rombakan tersebut. Partikel - partikel halus diendapkan pada
lereng lebih bawah dibandingkan dengan partikel - partikel kasar, sehingga pecahan -
pecahan kasar terkumpul dekat lubang kepundan. Bentuk lereng yang indah seperti di
Fujiyama (Jepang) dan Mt. Egmont (New Zealand).
Ollier (1973), membedakan lima jenis gunungapi piroklastik menjadi kerucut
terak ("scoria cones"), gundukan terak ("scoria mounds"), kumpulan kerucut terak
("nested scoria cones"), kerucut littoral ("littoral cones") dan maar. Kerucut terak yang
ideal adalah kerucut tunggal yang memiliki lereng lurus atau sisi - sisinya cembung
melandaidan kawah di bagian puncaknya. Bibir kawah yang datar memperlihatkan
seakan - akan kerucut terak memiliki puncak yang datar jika dilihat dari jarak jauh.
Kerucut terak terbentuk sangat cepat, karena pada tahap akhir letusan gunungapi yang
memiliki magma basaltik cenderung membentuk kerucut terak.
Beberapa terak gunungapi tidak memiliki kawah sebenarnya dan biasanya
dinyatakan sebagai gundukan terak ("scoria mounds") yang terpisah dari kerucut terak
normal ("normal scoria cones"). Kerucut terak dihasilkan dari akhir suatu letusan
gunungapi yang cukup besar. Jika posisi terak terletak di tengah kawah atau kepundan
yang sangat besar, maka disebut sebagai kumpulan kerucut terak ("nested scoria
cones"), penampang melintang antara kerucut bagian dalam dengan dinding kawah
disebut "fosse".
Saat lelehan lava bersentuhan dengan laut, maka akan terjadi letusan dan
semburan pecahan lava, sehingga pecahan lava tersebut membentuk tumpukan
pecahan lava yang disebut sebagai kerucut litoral ("littoral cones") dengan ketinggian
100 meter dan memiliki diameter 1 kilometer. Sering ditemukan satu atau dua bukit yang
terbentuk pada sisi aliran lava ( Wentworth dab Macdonald, 1953). "Maars"
atau kawah bekas letusan adalah bentuklahan yang disebabkan oleh letusan
gunungapi, terdiri dari kawah sampai bagian yang paling bawah, luas dan dalam.
Disekitar bibir kawah dibentuk oleh semburan material - material piroklastik, batuan
bekuan atau batuan dasar dan sering dicirikan oleh bentuk endapan besar asimetris
yang searah dengan arah angin pada kawah tersebut. Pada penampang akan tampak
bagian sisi yang curam mengarah ke kawah dan lereng yang berlawanan arah dengan
lereng curam memiliki kemiringan yang landai (umumnya 40 atau kurang) membentuk
lapisan piroklastik yang relatif sejajar dari arah kawah. Kawah sering memeiliki diameter
1 kilometer dan ketinggian bibir antara 50 sampai 100 meter. "Maar" biasanya terdapat
bersama dengan endapan batuan bekuan basal dan kawah bagian bawah ditutupi oleh
air membentuk danau.
Letusan gunungapi campuran. Pada beberapa gunungapi sering ditemukan
endapan campuran antara lava dengan fragmen dan gunungapinya disebut sebagai
gunungapi strato ("strato vulcanous"). Beberapa gunungapi besar di dunia seperti
Gunungapi Visuvius, Fujiyama, Egmont dan sebagainya merupakan gunungapi jenis
strato. Seperti umumnya gu - nungapai, maka gunungapi jenis strato juga memiliki
periode letusan yang panjang selaras dengan aktifitas gunungapi tersebut. Kerucut -
kerucut yang tertoreh kemudian membentuk parit erosi dan menjadi alur mengalirnya
lava. kerucut - kerucut terak ("scoria cones") terbentuk disekeliling puncak gu -
nungapi dan aliran piroklastik serta endapan jatuhan tersebar secara luas disekitar
lereng - lereng gunungapi.
Gunungapi gabungan. Campuran gunungapi yang tampak sempurna adalah
gunungapi yang memiliki campuran bentuk lava dan terak ("scoria"), tetapi tidak
sesederhana kumpulan suatu lapisan lava. Banyak bukit campuran secara genetik
memiliki hubungan yang sama pada awalnya berdiri sendiri, kemudian karena tumpang
tindihnya endapan hasil letusan (erupsi) yang tidak memiliki hubungan antara satu
letusan dengan letusan lainnya dengan umur yang berbeda mengakibatkan bukit - bukit
tersebut menjadi satu, (Ollier, 1970).
Kerucut parasit ("parasit cones") biasa disebut sebagai kerucut "adventive" dan
kerucut kedua dapat berkembang apabila gunungapi memiliki tekananyang sangat
besar agar dapat mengeluarkan lava mengalir melalui rekahan - rekahan yang mudah
dicapai ke permukaan dan meletus pada lereng - lereng utama gunungapi. Sekali
letusan gunungapi terjadi, maka endapan lava yang bertindak sebagai penyumbat
lubang kawah hancur, sehingga memberi peluang keluarnya lava dan letusan
selanjutnya akan menjadi mudah.
Sesar, rekahan dan punggungan terbentuk pada sayap - sayap gunungapi,
sehingga lava dapat mengalir melalui rekahan - rekahan dengan sifat letusan dari
rekahan tersebut. Kawah yang terdapat dipuncak gunungapi telah membentuk
percabangan pada bagian dindingnya, sehingga dijadikan alur keluarnya lelehan lava
atau kegiatan letusan. Pada suatu kawah yang luas dapat terdiri dari satu atau lebih
gundukan kerucut atau kawah. Pada beberapa daerah terbentuk sejumlah kerucut terak
("scoria cones") secara bersamaan dengan mekanisme terbentuknya kerucut parasit
("parasit cones") ; sebagai contoh : jika kerucut yang pertama menutupi saluran magma
("vent"), maka akan terbentuk saluran magma ("vent") baru. Perbedaanya adalah tidak
terjadi pertumbuhan kerucut yang berukuran besar, misalnya : tidak tampak gunungapi
utama, tetapi yang tampak adalah rangkaian gunungapi, sehingga disebut sebagai
rangkaian kerucut ("multiple cones").
"Cryptocones" adalah gunungapi yang memilikilubang kawah atau bibir kawah
yang kasar dan kadang - kadang ditemukan lapisan material gunungapi yang tebal, tidak
ditemukan batuan beku yang memiliki struktur yang dibentuk oleh pelepasan gas tau
tampilan permukaan saluran magma ("vent") tidak sampai ke permukaan.
Kawah meteorit memiliki bentuk permukaan yang sama dengan gunungapi,
tetapi cara terbentuknya bukan diakibatkan oleh gunungapi, melainkan oleh jatuhan
meteor ke permukaan bumi, kemudian meledakdan letusannya memberi dampak seperti
bentuk kawah tersebut. Batuan meterorit yang jatuh membentuk kawah jarang
ditemukan disekitar bibir kawah, karena pecahannya menyebar jauh dari bibir kawah.
Ciri lain dari meteor yang jatuh ke permukaan bumi adalah kenampakan fragmen batuan
dasar pada bibir kawah menjadi miring akibat benturan meteor yang jatuh tersebut.
Kaldera adalah depresi (cekungan) gunungapi yang sangat luas berdiameter
mencapai 5 kilometer. tiga jenis utama kaldera yang dikenal, yaitu kaldera runtuhan,
kaldera letusan dan kaldera eosi. Kaldera runtuhan selanjutnya dibagi menjadi jenis
Karakatau atau kaldera runtuh karena suatu letusan dan jenis kaldera Glencoe taua
kalderayang mengalami penurunan ("subsidence") (ganbar 32). Pada jenis kaldera
glencoe, penurunan tidak diikuti dengan letusan abu, tetapi rekahan yang mengisolasi
bagian tengah yang melingkar menyebabkan terjadinya terobosan ( intrusi) lateral atau
jalan keluarnya lelehan lava.
Kaldera hasil dari letusan sangat jarang, tampilan letusan gunungapi yang
membentuk kaldera sebenarnya hanya dapat menghasilkan kaldera dengan garis
tengah kurang dari 1,5 kilometer. sedangkan kaldera yang berdiameter besar
merupakan hasil dari beberpa kali letusan. Selanjutnya jenis ketiga adalah kaldera erosi,
yaitu kaldera yang memiliki luas akibat erosi terhadap dinding kawah. Kaldera erosi
akan hilang selaras dengan pemebntukkan kaldera baru oleh proses yang berbeda
(bukan erosi), seperti runtuhan atau penurunana (subsidence).
Permukaan kekar tegak (vertikal) mempunyai jarak gores yang dikenal seperti
bekas pahatan. Bentuk - bentuk kekar akibat aliran lava terbentuk didalam satu
kumpulan, kemudian membentuk mega kolom dan selanjutnya kolom normal dan
terakhir membentuk rekahan - rekahan yang saling berpotongan.
Secara alamiah bagian permukaan lava akan lebih cepat dingin dari pada bagian
dalam (tengah) aliran lava, sehingga bagian permukaan tersebut akan mengkerut dan
pecah. Pada aliran lava, blok - blok lava terangkut sampai ujung ujung aliran dan
terbenam, sehingga gerakan aliran lava yang mendorong blok - blok lava tersebut
membentuk celah - celah yang menjadi jalur aliran lava tersebut, sedangkan pada
bagian atas dan bawah aliran lava tersebut membentuk bongkah - bongkah kerak.
Selanjutnya pada saat bagian atas aliran lava mendingin secara tiba - tiba, maka aliran
lava tersebut akan terputus membentuk ujung - ujung aliran (" toe") yang baru atau
membentuk satuan aliran yang baru. Pada bagian dalam (tengah) tubuh aliran yang
mendinging perlahan - lahan masih bersifat cair dari pada bagian luar (tepi) dan akan
bergerak setiap saat, sehingga dapat dibedakan bagian luar dan bagian dalam dari
suatu aliran lava yang tampak dengan skala kecil.
aliran lava sangat berhubungan dengan kenampakkan topografi, sehingga aliran
lava sangat cepat akan memenuhi lereng - lereng yang terjal. Selanjutnya aliran lava
dapat bergerak pada lereng - lereng yang memiliki kemiringan landai, sedangkan pada
lereng yang tegak membentuk aliran lava terjun seperti air terjun. Aliran lava yang
sangat kental dapat menghancurkan penghalang - penghalang di jalur alirannya dan
aliran lava yang relatif cair akan terbelokkan oleh lambatnya aliran lava kental yang
bertindak seperti tangul - tanggul kecil. Kejadian bentuk - bentuk aliran lava sangat
rumit, sehingga dapat menunjukkan bermacam - macam tampilan seperti lava yang
berlapis, gua - gua lava dan bongkah - bongkah (gambar 35).
Salah satu bentuk lava (minor) dapat ditemukan pada ujung dari aliran lava
("TOE"), yaitu bagian paling depan suatu aliran lava yang berbentuk cembung dengan
ketinggian 3 meter dan panjang dapat mencapai puluhan meter.
4.2 Pelaksanaan pemetaan geomorfologi
Pemetaan geomorfologi dilakukan dengan pendekatan cara yang dikembangkan
oleh Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975), dengan
pertimbangan metode pemetaan gemorfologi dari kedua akhli tersebut mudah dipahami
dan cukup jelas. Sistem pemetaan geomorfologi disusun secara sederhana untuk
keperluan analisis, klasifikasi dan evaluasi yang digunakan sebagai dasar pemetaan
geologi dan penelitian geologi.
Sistem yang digunakan untuk kepentingan geologi dan ilmu - ilmu yang
berhubungan dengan geologi memiliki prinsip - prinsip sebagai berikut :
- Sistem harus terpakai untuk penelitian bidang ilmu geologi dan ilmu - ilmu yang
berhubungan dengan geologi.
- Sistem harus dapat digunakan didalam berbagai skala.
- Sistem harus dapat memisahkan dengan jelas keseragaman satuan.
- Sistem harus mudah diekstrapolasi dan digeneralisasi.
Cara pemetaan geomorfologi dilakukan dengan 2 tahap, yaitu tahap interpretasi
peta topografi dan atau foto udara / citra satelit serta tahap pemeriksaan lapangan.
Bahan dan alat yang digunakan untuk pemetaan geomorfologi antara lain :
- Peta topografi dan foto udara skala 1 : 50.000 atau lebih besar.
- Citra satelit (Landsat.TM, SPOT atau ERS). jika diperlukan.
- Kerta kalkir dan plastik OHP.
- Kompas geologi.
- Palu geologi.
- Pita ukur.
- Plan table lengkap dengan tripod dan mistar.
-Alat - alat tulis.
Simbol huruf :
1. Satuan bentuklahan struktural (S)
a. Satuan bentuklahan perbukitan terlipat - S.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan sesar - S.2
c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar - S.3
d. Satuan bentuklahan perbukitan sesar geser - S.4
2. Satuan bentuklahan vulkanik (V)
a. Satuan bentuklahan puncak vulkanik - V.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.2
vulkanik atas.
c. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.3
vulkanik tengah.
d. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.4
vulkanik bawah.
3. Satuan bentuklahan denudasional (D)
a. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi kuat - D.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi sedang - D.2
c. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi ringan - D.3
d. Satuan bentuklahan perbukitan tanah longsor - D.4
4. Satuan bentuklahan marin (M)
a. Satuan bentuklahan dataran gisik - M.1
b. Satuan bentuklahan dataran beting gisik - M.2
c. Satuan bentuklahan dataran gisik aluvial - M.3
d. Satuan bentuklahan dataran gumuk pasir - M.4
5. Satuan bentuklahan fluvial (F).
a. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam - F.1
b. Satuan bentuklahan dataran banjir - F.2
c. Satuan bentuklahan dataran undak sungai - F.3
6. Satuan bentuklahan Karst (K)
a. Satuan bentuklahan perbukitan karst - K.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan kubah karst - K.2
Simbol gambar :
Bentuklahan struktural.
Sesar naik.
Bentuklahan vulkanik
Kawah / kepundan
Bentuklahan denudasional
Arah erosional
Tanggul alam
Datraran banjir
Undak sungai.
Kubah karst
Sinkhole
Dolina
PENULISAN LAPORAN
Peta geomorfologi yang bertindak sebagai peta dasar pada pemetaan geologi di
dalam laporan pemetaan pada Jurusan Geologi FMIPA - UNPAD merupakan bahasan
tersendiri (sub bab), maka penjelasan geomorfologi harus mencerminkan aspek - aspek
geologi yang terkandung di dalam peta geomorfologi, sehingga memiliki suatu hubungan
yang jelas antara satuan bentuklahan pada peta geomorfologi dengan aspek geologi
pada peta geologi.
Bahasan geomorfologi yang perlu ditonjolkan untuk kepentingan geologi
terutama pendekatan morfografi, morfogenetik dan morfometri yang mempengaruhi
bentuklahan untuk dijadikan landasan menerangkan kondisi - kondisi geologi.
Penjelasan morfografi, morfogenetik dan morfometri merupakan arahan dari ciri - ciri
kondisi geologi yang sedang dipetakan, sehingga pemeriksaan lapangan yang dilakukan
terhadap hasil interpretasi peta topografi dan / atau foto udara yang dilakukan di studio
menjadi kegiatan awal pemetaan geologi.
Jika penelitian geologi mengarah pada penelitian yang lebih khusus perlu
menggunakan peta geomorfologi sebagai landasan penelitian, sebagai contoh penelitian
perencanaan wilayah, geologi teknik, geologi linkungan, proses - proses sedimentasi
dan geologi kuater, sehingga peta geomorfologi yang digunakan untuk kepentingan
penelitian yang lebih khusus tersebut harus menggunakan peta geomorfologi pragmatik.
Kandungan peta geomorfologi pragmatik akan menampilkan aspek - aspek
morfografi, morfogenetik, morfometri secara rinci dan material penyusun yang jelas
seperti batuan atau tanah, sehingga tujuan penelitian yang diharapkan akan lebih
terarah. Sebagai contoh peta geomorfologi untuk pengembangan wilayah perkotaan,
selain menampilkan kondisi morfografi seperti perbukitan atau pedatataran yang diikuti
dengan morfogenetik, maka morfometri dan material penyusun harus dikemukakan
dengan jelas, karena wilayah perkotaan selain memerlukan bentuklahan yang layak
(landsuitability yang mencakup perbukitan dan pedataran) sebagai dasar untuk
menyusun rencana tapak (site plan) juga dibutuhkan daya dukung keteknikan seperti
kestabilan lereng yang berhubungan erat dengan batuan dan jenis tanah sebagai dasar
perkotaan, kemiringan lereng yang berhubungan dengan saluran pengaliran (drainage)
kota, pola pengaliran untuk mencegah banjir dan kemampuan lahan (land capability)
untuk daya dukung menampung aktifitas perkotaan.
5. KESIMPULAN
Peta geomorfologi akan sangat membantu didalam melaksanakan pemetaan
geologi jika dipahami dengan baik, sehingga biaya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan pemetaan geologi menjadi lebih murah, karena waktu yang
diperlukan untuk pemetaan geologi akan sangat berkurang dan penajaman terhadap
aspek - aspek geologi dapat ditelusuri dari sejak awal (kegiatan di studio).
Pemahaman geomorfologi yang sama di kalangan geologi akan sa - ngat
membantu didalam penelitan - penelitian geologi, terutama penelitian geologi yang
bersifat khusus, sehingga tidak akan terjadi silang pendapat yang cukup tajam dan
dapat berakibat terbengkalainya program penelitian.
Simbol - simbol yang digunakan perlu ditata kembali sesuai dengan simbol -
simbol yang telah disepakati oleh internasional (khususnya para akhli geomorfologi),
sehingga tidak terjadi penggunaan simbol yang sembarangan. Penulisan laporan
tentang geomorfologi harus menjadi satu rangkaian laporan yang mencerminkan kondisi
geologi berdasarkan pendekatan geomorfologi.