Professional Documents
Culture Documents
DIAGNOSA LAN
Disusun Oleh :
2 TKJ B
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memudahkan saya
melakukan praktek ini. Serta berkat karuniaNya lah saya dapat menyelesaikan laporan ini.
Laporan yang berjudul “LAPORAN AKHIR DIAGNOSA LAN” ini mengacu kepada tugas mata
pelajaran Diagnosa LAN, sebagai pelengkap tugas atau untuk memenuhi salah satu tugas
mata pelajaran Diagnosa LAN. Sehingga diharapkan akan memberikan referensi
pembelajaran.
Laporan ini diharapkan pula dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran
dengan maksud siswa-siswi dapat memperoleh wawasan secara komprehensif dan
fungsional tentang Diagnosa LAN.
Saya selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran eksperimen dan penyusunan makalah ini. terutama :
Upaya peningkatan kualitas terus dilakukan, oleh karena itu saya selaku penyusun berharap
bentuk partisipasi berbagai pihak terkait untuk menyampaikan saran dan kritik membangun
tentang kekurangan laporan ini, terutama para pembaca.
Akhirnya saya ucapkan sekali lagi terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
kelancaran penyusunan laporan ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................1
Pendahuluan .................................................................................................3
1. Enkapsulasi .........................................................................................4
2. Handshaking .....................................................................................10
3. Flow Control .....................................................................................15
4. Range Network .................................................................................19
5. Ping ...................................................................................................36
6. CIDR ..................................................................................................50
7. VLSM.................................................................................................56
8. Subnetting ........................................................................................64
9. Routing .............................................................................................78
PENDAHULUAN
Jaringan merupakan kumpulan dari dua komputer atau lebih yang terkoneksi melalui
suatu media dan bertujuan untuk berbagi informasi atau data. Dalam penggunaannya
banyak sekali masalah atau kesalahan yang sering terjadi dalam pengoperasian suatu
jaringan. Sebab itu suatu ajringan yang bermasalah harus diperbaiki. Melalui mata pelajaran
Diagnosa LAN ini siswa diharapkan mampu mengerti tentang masalah dan kesalahan yang
ada pada suatu jaringan khususnya Local Area Network. Ada pula beberapa materi yang
dipelajari dalam pelajaran DIagnosa LAN ini antara lain :
Tujuan
Pendahuluan
Enkapsulasi adalah sebuah proses melakukan pemaketan pada sebuah data. Dengan
enkapsulasi data menjadi memiliki identitas. Enkapsulasi terjadi ketika sebuah protokol yang
berada pada lapisan yang lebih rendah menerima data dari protokol yang berada pada
lapisan yang lebih tinggi dan meletakkan data ke format data yang dipahami oleh protokol
tersebut.
Sedangkan Dekapsulasi adalah proses pelepasan header dari layer ke layer. Dengan adanya
Dekapsulasi, header-header yang diberikan saat proses Enkapsulasi dilepas sehingga data
yang dikirimkan dapat dibaca oleh pengguna. Dekapsulasi dapat dikatakan pula sebagai
kebalikan dari Enkapsulasi.
Langkah Kerja
Setelah muncul beberapa frame, pilih salah satu yang akan dianalisis.
- Hasil Pengamatan
1. Physical : Frame
o Source port: artinya menjelaskan sumber dari frame data hasil yang muncul adalah
saat frame get (permintaan halaman) adalah port dari aplikasi. Nomor port ini
adalah nomor port dari aplikasi yang kita gunakan tergantung pada aplikasi browser
yang kita gunakan
o Destination Port: artinya nomor port tujuan yang digunakan
o Header Length: artinya panjang header yang kita gunakan. Hal ini menentukan kita
dalam mengakses data
KESIMPULAN
Header yang ditambahkan di layer Transport, Network, Data Link dan
Physical akan menjadi jumlah total saat data sudah berubah menjadi
bentuk frame dan siap dikirim dengan mengubah bentuknya menjadi
sebuah bit.
Kegagalan dalam proses enkapsulasi hanya akan terjadi jika ada problem
atau error dalam proses penambahan header.
TUJUAN
Siswa mengerti dan paham tentang materi handshaking.
Siswa dapat menjelaskan tentang proses handshaking (opening,
connection establish, closing).
Siswa dapat membuktikan proses handshaking melalui aplikasi
Throughput Analyzer.
PENDAHULUAN
Handshaking yaitu sesi komunikasi data yang berlangsung dari mulai perencanaan
komunikasi sampai dengan komunikasi tersebut selesai. Proses ini diawali proses
prakomunikasi, yaitu proses pencarian host tujuan (destination) oleh host yang bertindak
sebagai pengirim. Proses ini diakhiri dengan kesepakatan antara kedua belah pihak untuk
melaksanakan pertukaran data (connection establish), yaitu proses pengiriman informasi
berupa request dan tanggapan antara kedua belah pihak.
Dua proses awal ini dapat disebut proses pembentukan koneksi. Artinya, untuk
melakukan komunikasi, perangkat yang dituju harus menerima koneksi awalan terelbih
dahulusebelum mengirimkan data atau menerima data.
1 Unit Komputer
Aplikasi Throughput Analyzer (Wireshark)
Koneksi Internet
LANGKAH KERJA
1. Lakukan penginstalan aplikasi Wireshark pada komputer.
2. Jalankan aplikasi Wireshark dan jalankan interface yang sedang aktif (dengan syarat
komputer sedang terkoneksi dengan internet).
5. Pilih menu capture > Interface. Lalu pilih interface yang sedang aktif.
6. Ambil salah satu sample yang akan diteliti proses enkapsulasinya (misalnya sample
dalam proses di www.facebook.com).
7. Amati setiap informasi yang ada. Lalu tentukan bagaimana proses handshaking yang
terjadi.
HASIL PENGAMATAN
Gambar 1.0
Hasil Analisa :
41 – 43 (! 42) Opening
42 – 47 (! 43) Negotiation
48 – 72 (! 62 – 71) GET/ HTTP
62 – 80 (! 68, 70, 75, 76) GET/ _icon
84 – 117 GET/ rsrc.php
118 Closing
Tabel 1.0
41 – 43 (! 42) Opening
42 – 47 (! 43) Negotiation
48 – 117 (! 68, 70, 75, 76) Connection Establish
118 Closing
Tabel 1.1
Dari hasil analisis di atas terlihat di tabel 1.0 merupakan proses yang lebih detail
dalam proses handshaking yang ditunjukan gambar 1.0, sedangkan tabel 1.1 merupakan
proses yang umum dari keseluruhan gambar 1.0. dari proses di atas kita bisa ketahui bahwa
ini merupakan proses three-way handshaking. Hal ini bisa dibuktikan adanya tiga kali
persetujuan antara perangkat komunikasi yaitu opening, negotiation dan closing. Disini
connection establish merupakan proses utama dan bukan persetujuan atau kesepakatan
antar perangkat komunikasi.
KESIMPULAN
Proses handshaking bisa dikatakan sudah masuk Connection Establish
bilamana sudah ada kode GET/ dari host penerima ke pengerim.
Merupakan tanda pertukaran data awal dalam proses Connection
Establish.
Proses handshaking dalam aplikasi throughput tidak selalu berurutan
dalam suatu proses GET/ bisa saja ada 2 kali proses GET/ dalam satu
waktu sehingga menyebabkan hasil capture bergantian antara GET/ yang
satu dengan yang lainnya.
Tujuan
Pendahuluan
Flow Control adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengatur rate dari transamisi
data antara 2 node untuk mencegah pegirimanan data yang terlalu cepat kepada penerima
data yang lambat. Flow Control utamanya digunakan untuk menghindari bottle neck yang
akan mengganggu arus pengiriman data, dengan menyesuaikan data rate atau kecepatan
data antara host pengirim dan host penerima.
Flow Control akan didukung oleh Congestion Control. Flow Control akan berhasil terjadi jika
Congestion Control yang mengatur traffic data juga berhasil.
Error Control adalah satu proses pejaminan paket data sehingga data bisa sampai ditujuan
dengan lengkap, tidak rusak dan tidak hilang. Error Control merupakan bagian dari Flow
Control. Konsekuensi dari mekanisme ini adalah timbulnya delay yang cukup berarti. Namun
selama aplikasi tidak bersifat real-time, delay ini tidak menjadi masalah karena yang lebih
diutamakan adalah data yang bebas dari kesalahan.
Langkah Kerja
Hasil Pengamatan
Gambar 1.0
Pada gambar 1.0 terlihat tulisan [TCP Previous segment lost] hal ini menandakan bahwa ada
segment yang hilang sehingga membuat frame yang terkirim menjadi rusak. Dalam hal ini bisa
dibuktikan bahwa flow control yang terjadi di sini merupakan error detection. Dimana frame yang
rusak akan terdeteksi sehingga frame yang rusak tidak akan terus dikirmkan kepada node penerima.
Gambar 1.1
Pada gambar 1.1 terlihat tulisan [TCP Retransmision] hal ini menunjukan suatu frame yang akan
dikirim ulang karena terjadi kegagalan sebelumnya. Kejadian ini bias terjadi karena ACK yang
diterima oleh node pengirim berisikan pesan kegagalan dalam mengirimkan frame yang sebelumnya
dikirim. Dalam gambar 1.1 terlihat informasi [RTO based on delta from frame: 6451] yang
menunjukan bahwa pengiriman ulang ini untuk frame nomor 648 yang sebelumnya gagal dikirim
kepada si penerima.
KESIMPULAN
TUJUAN
Siswa mengerti dan paham tentang materi range network.
Siswa dapat menentukan range network suatu network.
Siswa dapat menentukan alamat awal, akhir dan alamat yang tersedia
dalam sebuah network.
PENDAHULUAN
Range Network adalah panjang network secara logika yang terdiri atas tiga
komponen, yaitu Network Address, Available Address/Usable Address, dan Broadcast
Address. Network Address dan Broadcast Address tidak dapat digunakan sebagai alamat
pada host. Hal ini dikarenakan keduanya mewakili network secara keseluruhan dalam
komunikasiya.
Network Address
fungsi : untuk mewakili network ketika “penerimaan” paket data. Apabila paket
datadikirimkan ke alamat ini maka asumsinya paket data ini dikirimkan ke seluruh network,
bukan hanya ke satu host saja.
Broadcast Address
fungsi : mewakili network ketika “pengiriman” paket data. Jika paket data dikirimkan dari
alamat ini, host penerima akan mendeteksi bahwa pengirimnya bukan satu host, melainkan
dari satu network.
Kedua alamat ini tidak dapat diberikan kepada host. Kalaupun dipaksakan untuk diberikan
maka system akan menolak untuk menerapkannya.
Available Address
LANGKAH KERJA
1. Nyalakan PC / Laptop yang akan digunakan.
2. Siapkan kabel UTP dan pastikan bahwakabel tersebut berfungsi dengan benar.
3. Hubungkan kabel UTP tersebut ke masing-masing laptop/pc yang digunakan.
4. Setting koneksi berdasarkan data berikut :
a. IP : 169.254.87.224/16 ping to 169.254.221.106/16
b. IP :11.12.14.14/16 ping to 11.12.13.14/16
c. IP : 192.168.126.200/16 ping to 192.168.126.100/16
d. IP :192.116.92.2/24 ping to 192.116.92.1/24
e. IP : 123.123.170.170/8 ping to 123.123.169.169/8
f. IP : 112.143.80.80/16 ping to 112.144.80.80/16
g. IP : 128.0.0.13/24 ping to 128.8.77.89/24
h. IP :3.1.1.1/8 ping to 2.1.1.1/8
i. IP : 199.200.154.22/16 ping to 199.100.154.22/16
j. IP :170.234.92.3/24 ping to 160.233.92.3/24
5. Lakukan pinging terhadap IP yang sesuai dengan data pada langkah no 4.
6. Print screen hasilnya.
HASIL PENGAMATAN
I.
a. IP : 169.254.87.224/16
i. Network Address :169.254.0.0
ii. Broadcast Address :169.254.255.255
iii. Available Address :169.254.0.1 - 169.254.255.254
b. 169.254.221.106/16
i. Network Address :169.254.0.0
ii. Broadcast Address :169.254.255.255
iii. Available Address :169.254.0.1 - 169.254.255.254
Connection Succesful.
II.
a. IP : 11.12.14.14/16
i. Network Address :11.12.0.0
ii. Broadcast Address :11.12.255.255
iii. Available Address : 11.12.0.1 - 11.12.255.254
b. IP : 11.12.13.14/16
i. Network Address :11.12.0.0
ii. Broadcast Address :11.12.255.255
iii. Available Address : 11.12.0.1 - 11.12.255.254
Connection Succesful.
III.
a. IP :192.168.126.200/16
i. Network Address : 192.168.0.0
ii. Broadcast Address : 192.168.255.255
iii. Available Address : 192.168.0.1 – 192.168.255.254
b. IP :192.168.126.100/16
i. Network Address : 192.168.0.0
ii. Broadcast Address : 192.168.255.255
iii. Available Address : 192.168.0.1 – 192.168.255.254
Connection Succesful.
IV.
a. IP :192.116.92.2/24
i. Network Address :192.116.92.0
ii. Broadcast Address : 192.116.92.255
iii. Available Address :192.116.92.1 - 192.116.92.254
b. IP :192.116.92.1/24
i. Network Address : 192.116.92.0
ii. Broadcast Address : 192.116.92.255
iii. Available Address : 192.116.92.1 - 192.116.92.254
Connection Succesful.
V.
a. IP : 123.123.169.169/8
i. Network Address :123.0.0.0
ii. Broadcast Address :123.255.255.255
iii. Available Address :123.0.0.1 - 123.255.255.254
a. IP : 123.123.170.170/8
i. Network Address :123.0.0.0
ii. Broadcast Address :123.255.255.255
iii. Available Address :123.0.0.1 - 123.255.255.254
Connection Succesful.
VI.
a. IP : 112.143.80.80/16
i. Network Address :112.143.0.0
ii. Broadcast Address :112.143.255.255
iii. Available Address :112.143.0.1 - 112.143.255.254
b. IP : 112.144.80.80/16
i. Network Address : 112.144.0.0
ii. Broadcast Address : 112.144.255.255
iii. Available Address :112.144.0.1 - 112.144.255.254
Connection failed.
VII.
a. IP : 128.0.0.13/24
i. Network Address :128.0.0.0
ii. Broadcast Address :128.0.0.255
iii. Available Address :128.0.0.1 - 128.0.0.254
b. IP :128.8.77.89/24
i. Network Address :128.8.77.0
ii. Broadcast Address :128.8.77.255
iii. Available Address :128.8.77.1 - 128.8.77.254
Connection failed.
VIII.
a. IP :3.1.1.1/8
i. Network Address :3.0.0.0
ii. Broadcast Address :3.255.255.255
iii. Available Address :3.0.0.1 - 3.255.255.254
b. IP : 2.1.1.1/8
i. Network Address : 2.0.0.0
ii. Broadcast Address : 2.255.255.255
iii. Available Address : 2.0.0.1 - 2.255.255.254
Connection failed.
IX.
a. IP :199.200.154.22/16
i. Network Address :199.200.0.0
ii. Broadcast Address : 199.200.255.255
iii. Available Address :199.200.0.1 - 199.200.255.254
b. IP : 199.100.154.22/16
i. Network Address : 199.100.0.0
ii. Broadcast Address : 199.100.255.255
iii. Available Address : 199.100.0.1 - 199.100.255.254
Connection failed.
X.
a. IP :160.234.92.3/24
i. Network Address :160.234.92.0
ii. Broadcast Address :160.234.92.255
iii. Available Address :160.234.92.1 - 160.234.92.254
b. IP : 170.234.92.3/24
i. Network Address : 170.234.92.0
ii. Broadcast Address:170.234.92.255
iii. Available Address: 170.234.92.1 - 170.234.92.254
Connection failed.
KESIMPULAN
Hasil percobaan dan perhitungan dalam menentukan range network
ternyata akurat. Hal ini terbukti dari hasil pinging dari computer satu ke
computer yang lainnya. Di mana jika alamatnya berbeda network maka
hasil pinging yang muncul akan berupa pesan error dan bukan pesa reply
yang berarti menandakan adanya koneksi.
TUJUAN
Siswa mengerti dan paham tentang materi IP address.
Siswa dapat memahami perintah ping yang digunakan untuk IP address.
Siswa dapat mengetahui pesan yang disampaikan perintah ping.
PENDAHULUAN
Internet Protocol (IP) address adalah alamat numerik yang ditetapkan untuk sebuah
komputer yang berpartisipasi dalam jaringan komputer yang memanfaatkan Internet
Protocol untuk komunikasi antara node-nya. Walaupun alamat IP disimpan sebagai angka
biner, mereka biasanya ditampilkan agar memudahkan manusia menggunakan notasi,
seperti 208.77.188.166 (untuk IPv4), dan 2001: db8: 0:1234:0:567:1:1 (untuk IPv6). Peran
alamat IP adalah sebagai berikut: "Sebuah nama menunjukkan apa yang kita mencari.
Sebuah alamat menunjukkan di mana ia berada. Sebuah route menunjukkan bagaimana
menuju ke sana."
Perancang awal dari TCP/IP menetapkan sebuah alamat IP sebagai nomor 32-bit, dan sistem
ini, yang kini bernama Internet Protocol Version 4 (IPv4), masih digunakan hari ini. Namun,
karena pertumbuhan yang besar dari Internet dan penipisan yang terjadi pada alamat IP,
dikembangkan sistem baru (IPv6), menggunakan 128 bit untuk alamat, dikembangkan pada
tahun 1995 dan terakhir oleh standar RFC 2460 pada tahun 1998.
Internet Protocol juga memiliki tugas routing paket data antara jaringan, alamat IP dan
menentukan lokasi dari node sumber dan node tujuan dalam topologi dari sistem routing.
Untuk tujuan ini, beberapa bit pada alamat IP yang digunakan untuk menunjuk sebuah
subnetwork. Jumlah bit ini ditunjukkan dalam notasi CIDR, yang ditambahkan ke alamat IP,
misalnya, 208.77.188.166/24.
Dengan pengembangan jaringan pribadi / private network, alamat IPv4 menjadi kekurangan,
sekelompok alamat IP private dikhususkan oleh RFC 1918. Alamat IP private ini dapat
digunakan oleh siapa saja di jaringan pribadi / private network. Mereka sering digunakan
dengan Network Address Translation (NAT) untuk menyambung ke Internet umum global.
Internet Assigned Numbers Authority (IANA) yang mengelola alokasi alamat IP global. IANA
bekerja bekerja sama dengan lima Regional Internet Registry (RIR) mengalokasikan blok
alamat IP lokal ke Internet Registries (penyedia layanan Internet) dan lembaga lainnya.
Alamat IP Versi 4
Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah antarmuka
jaringan yang dihubungkan ke sebuah internetwork IP. Alamat Unicast digunakan
dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one.
Alamat Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh setiap
node IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast digunakan dalam
komunikasi one-to-everyone.
Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh satu
atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda. Alamat
multicast digunakan dalam komunikasi one-to-many.
Representasi Alamat
Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask
jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:
Network Identifier/NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus
untuk mengidentifikasikan alamat jaringan di mana host berada. Template:BrSemua sistem
di dalam sebuah jaringan fisik yang sama harus memiliki alamat network identifier yang
sama. Network identifier juga harus bersifat unik dalam sebuah internetwork. Alamat
network identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255.
Host Identifier/HostID atau Host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk
mengidentifikasikan alamat host di dalam jaringan. Nilai host identifier tidak boleh bernilai 0
atau 255 dan harus bersifat unik di dalam network identifier di mana ia berada.
Dalam RFC 791, alamat Unicast IP versi 4 dibagi ke dalam beberapa kelas, dilihat dari oktet
pertamanya, seperti terlihat pada tabel. Sebenarnya yang menjadi pembeda kelas IP versi 4
adalah pola biner yang terdapat dalam oktet pertama (utamanya adalah bit-bit awal/high-
order bit), tapi untuk lebih mudah mengingatnya, akan lebih cepat diingat dengan
menggunakan representasi desimal.
Kelas
Oktet Oktet
Alamat Digunakan oleh
pertamaTemplate:Br(desimal) pertamaTemplate:Br(biner)
IP
Direservasikan;umumnya
digunakan sebagai alamat
Kelas E 240–255 1111 xxxx
percobaan (eksperimen);
(bukan alamat unicast)
Kelas A
Alamat-alamat unicast kelas A diberikan untuk jaringan skala besar. Nomor urut bit tertinggi
di dalam alamat IP kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Tujuh bit berikutnya—untuk
melengkapi oktet pertama—akan membuat sebuah network identifier. 24 bit sisanya (atau
tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Ini mengizinkan kelas A memiliki
hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host tiap jaringannya. Alamat dengan oktet awal 127
tidak diizinkan, karena digunakan untuk mekanisme Interprocess Communication (IPC) di
dalam mesin yang bersangkutan.
Kelas B
Alamat-alamat unicast kelas B dikhususkan untuk jaringan skala menengah hingga skala
besar. Dua bit pertama di dalam oktet pertama alamat IP kelas B selalu diset ke bilangan
biner 10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi dua oktet pertama), akan membuat sebuah
network identifier. 16 bit sisanya (dua oktet terakhir) merepresentasikan host identifier.
Kelas B dapat memiliki 16,384 network, dan 65,534 host untuk setiap network-nya.
Kelas C
Alamat IP unicast kelas C digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama di dalam
oktet pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110. 21 bit selanjutnya (untuk
melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network identifier. 8 bit sisanya
(sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host identifier. Ini memungkinkan
pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254 host untuk setiap network-nya.
Kelas D
Kelas E
Alamat IP kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat "eksperimental" atau percobaan
dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit pertama selalu diset kepada
bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk
mengenali host.
Catatan: Penggunaan kelas alamat IP sekarang tidak relevan lagi, mengingat sekarang
alamat IP sudah tidak menggunakan kelas alamat lagi. Pengemban otoritas Internet telah
melihat dengan jelas bahwa alamat yang dibagi ke dalam kelas-kelas seperti di atas sudah
tidak mencukupi kebutuhan yang ada saat ini, di saat penggunaan Internet yang semakin
meluas. Alamat IPv6 yang baru sekarang tidak menggunakan kelas-kelas seperti alamat IPv4.
Alamat yang dibuat tanpa mempedulikan kelas disebut juga dengan classless address.
Alamat IP lainnya
Jika ada sebuah intranet tidak yang terkoneksi ke internet, semua alamat IP dapat
digunakan. Jika koneksi dilakukan secara langsung (dengan menggunakan teknik routing)
atau secara tidak langsung (dengan menggunakan proxy server), maka ada dua jenis alamat
yang dapat digunakan di dalam internet, yaitu public address (alamat publik) dan private
address (alamat pribadi).
IP publik
alamat publik adalah alamat-alamat yang telah ditetapkan oleh InterNIC dan berisi beberapa
buah network identifier yang telah dijamin unik (artinya, tidak ada dua host yang
menggunakan alamat yang sama) jika intranet tersebut telah terhubung ke Internet.
Ketika beberapa alamat publik telah ditetapkan, maka beberapa rute dapat diprogram ke
dalam sebuah router sehingga lalu lintas data yang menuju alamat publik tersebut dapat
mencapai lokasinya. Di internet, lalu lintas ke sebuah alamat publik tujuan dapat dicapai,
selama masih terkoneksi dengan internet.
IP ilegal
IP Privat
Setiap node IP membutuhkan sebuah alamat IP yang secara global unik terhadap
internetwork IP. Pada kasus internet, setiap node di dalam sebuah jaringan yang terhubung
ke internet akan membutuhkan sebuah alamat yang unik secara global terhadap internet.
Karena perkembangan internet yang sangat amat pesat, organisasi-organisasi yang
menghubungkan intranet miliknya ke internet membutuhkan sebuah alamat publik untuk
setiap node di dalam intranet miliknya tersebut. Tentu saja, hal ini akan membutuhkan
sebuah alamat publik yang unik secara global.
Ketika menganalisis kebutuhan pengalamatan yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi, para
desainer internet memiliki pemikiran yaitu bagi kebanyakan organisasi, kebanyakan host di
dalam intranet organisasi tersebut tidak harus terhubung secara langsung ke internet. Host-
host yang membutuhkan sekumpulan layanan internet, seperti halnya akses terhadap web
atau e-mail, biasanya mengakses layanan internet tersebut melalui gateway yang berjalan di
atas lapisan aplikasi seperti proxy server atau e-mail server. Hasilnya, kebanyakan organisasi
hanya membutuhkan alamat publik dalam jumlah sedikit saja yang nantinya digunakan oleh
node-node tersebut (hanya untuk proxy, router, firewall, atau translator) yang terhubung
secara langsung ke internet.
Untuk host-host di dalam sebuah organisasi yang tidak membutuhkan akses langsung ke
internet, alamat-alamat IP yang bukan duplikat dari alamat publik yang telah ditetapkan
mutlak dibutuhkan. Untuk mengatasi masalah pengalamatan ini, para desainer internet
mereservasikan sebagian ruangan alamat IP dan menyebut bagian tersebut sebagai ruangan
alamat pribadi. Sebuah alamat IP yang berada di dalam ruangan alamat pribadi tidak akan
digunakan sebagai sebuah alamat publik. Alamat IP yang berada di dalam ruangan alamat
pribadi dikenal juga dengan alamat pribadi. Karena di antara ruangan alamat publik dan
ruangan alamat pribadi tidak saling melakukan overlapping, maka alamat pribadi tidak akan
menduplikasi alamat publik, dan tidak pula sebaliknya.
Ruangan alamat pribadi yang ditentukan di dalam RFC 1918 didefinisikan di dalam tiga blok
alamat berikut:
10.0.0.0/8
172.16.0.0/12
192.168.0.0/16
10.0.0.0/8
Jaringan pribadi (private network) 10.0.0.0/8 merupakan sebuah network identifier kelas A
yang mengizinkan alamat IP yang valid dari 10.0.0.1 hingga 10.255.255.254. Private network
10.0.0.0/8 memiliki 24 bit host yang dapat digunakan untuk skema subnetting di dalam
sebuah organisasi privat.
172.16.0.0/12
192.168.0.0/16
Jaringan pribadi 192.168.0.0/16 dapat diinterpretasikan sebagai sebuah block dari 256
network identifier kelas C atau sebagai sebuah ruangan alamat yang memiliki 16 bit yang
dapat ditetapkan sebagai host identifier yang dapat digunakan dengan menggunakan skema
subnetting apapun di dalam sebuah organisasi privat. Alamat private network
192.168.0.0/16 dapat mendukung alamat-alamat IP yang valid dari 192.168.0.1 hingga
192.168.255.254.
169.254.0.0/16
Alamat jaringan ini dapat digunakan sebagai alamat privat karena memang IANA
mengalokasikan untuk tidak menggunakannya. Alamat IP yang mungkin dalam ruang alamat
ini adalah 169.254.0.1 hingga 169.254.255.254, dengan alamat subnet mask 255.255.0.0.
Alamat ini digunakan sebagai alamat IP privat otomatis (dalam Windows, disebut dengan
Automatic Private Internet Protocol Addressing (APIPA)).
Hasil dari penggunaan alamat-alamat privat ini oleh banyak organisasi adalah menghindari
kehabisan dari alamat publik, mengingat pertumbuhan internet yang sangat pesat.
41 Disusun Oleh : | Dio Meiwandany
[LAPORAN AKHIR DIAGNOSA LAN] December 6, 2010
Karena alamat-alamat IP di dalam ruangan alamat pribadi tidak akan ditetapkan oleh
Internet Network Information Center (InterNIC) (atau badan lainnya yang memiliki otoritas)
sebagai alamat publik, maka tidak akan pernah ada rute yang menuju ke alamat-alamat
pribadi tersebut di dalam router internet. Kompensasinya, alamat pribadi tidak dapat
dijangkau dari internet. Oleh karena itu, semua lalu lintas dari sebuah host yang
menggunakan sebuah alamat pribadi harus mengirim request tersebut ke sebuah gateway
(seperti halnya proxy server), yang memiliki sebuah alamat publik yang valid, atau memiliki
alamat pribadi yang telah ditranslasikan ke dalam sebuah alamat IP publik yang valid dengan
menggunakan Network Address Translator (NAT) sebelum dikirimkan ke internet.
Alamat-alamat multicast IPv4 didefinisikan dalam ruang alamat kelas D, yakni 224.0.0.0/4,
yang berkisar dari 224.0.0.0 hingga 239.255.255.255. Prefiks alamat 224.0.0.0/24 (dari
alamat 224.0.0.0 hingga 224.0.0.255) tidak dapat digunakan karena dicadangkan untuk
digunakan oleh lalu lintas multicast dalam subnet lokal.
Daftar alamat multicast yang ditetapkan oleh IANA dapat dilihat pada situs IANA.
Ada empat buah jenis alamat IP broadcast, yakni network broadcast, subnet broadcast, all-
subnets-directed broadcast, dan Limited Broadcast. Untuk setiap jenis alamat broadcast
tersebut, paket IP broadcast akan dialamatkan kepada lapisan antarmuka jaringan dengan
menggunakan alamat broadcast yang dimiliki oleh teknologi antarmuka jaringan yang
digunakan. Sebagai contoh, untuk jaringan Ethernet dan Token Ring, semua paket broadcast
IP akan dikirimkan ke alamat broadcast Ethernet dan Token Ring, yakni 0xFF-FF-FF-FF-FF-FF.
Network Broadcast
Alamat network broadcast IPv4 adalah alamat yang dibentuk dengan cara mengeset semua
bit host menjadi 1 dalam sebuah alamat yang menggunakan kelas (classful). Contohnya
adalah, dalam NetID 131.107.0.0/16, alamat broadcast-nya adalah 131.107.255.255. Alamat
network broadcast digunakan untuk mengirimkan sebuah paket untuk semua host yang
terdapat di dalam sebuah jaringan yang berbasis kelas. Router tidak dapat meneruskan
paket-paket yang ditujukan dengan alamat network broadcast.
Subnet broadcast
Alamat subnet broadcast adalah alamat yang dibentuk dengan cara mengeset semua bit
host menjadi 1 dalam sebuah alamat yang tidak menggunakan kelas (classless). Sebagai
contoh, dalam NetID 131.107.26.0/24, alamat broadcast-nya adalah 131.107.26.255. Alamat
subnet broadcast digunakan untuk mengirimkan paket ke semua host dalam sebuah
jaringan yang telah dibagi dengan cara subnetting, atau supernetting. Router tidak dapat
meneruskan paket-paket yang ditujukan dengan alamat subnet broadcast.
Alamat subnet broadcast tidak terdapat di dalam sebuah jaringan yang menggunakan kelas
alamat IP, sementara itu, alamat network broadcast tidak terdapat di dalam sebuah jaringan
yang tidak menggunakan kelas alamat IP.
All-subnets-directed broadcast
Alamat IP ini adalah alamat broadcast yang dibentuk dengan mengeset semua bit-bit
network identifier yang asli yang berbasis kelas menjadi 1 untuk sebuah jaringan dengan
alamat tak berkelas (classless). Sebuah paket jaringan yang dialamatkan ke alamat ini akan
disampaikan ke semua host dalam semua subnet yang dibentuk dari network identifer yang
berbasis kelas yang asli. Contoh untuk alamat ini adalah untuk sebuah network identifier
131.107.26.0/24, alamat all-subnets-directed broadcast untuknya adalah 131.107.255.255.
Dengan kata lain, alamat ini adalah alamat jaringan broadcast dari network identifier alamat
berbasis kelas yang asli. Dalam contoh di atas, alamat 131.107.26.0/24 yang merupakan
alamat kelas B, yang secara default memiliki network identifer 16, maka alamatnya adalah
131.107.255.255.
Semua host dari sebuah jaringan dengan alamat tidak berkelas akan menengarkan dan
memproses paket-paket yang dialamatkan ke alamat ini. RFC 922 mengharuskan router IP
untuk meneruskan paket yang di-broadcast ke alamat ini ke semua subnet dalam jaringan
berkelas yang asli. Meskipun demikian, hal ini belum banyak diimplementasikan.
Dengan banyaknya alamat network identifier yang tidak berkelas, maka alamat ini pun tidak
relevan lagi dengan perkembangan jaringan. Menurut RFC 1812, penggunaan alamat jenis
ini telah ditinggalkan.
Limited broadcast
Alamat ini adalah alamat yang dibentuk dengan mengeset semua 32 bit alamat IP versi 4
menjadi 1 (11111111111111111111111111111111 atau 255.255.255.255). Alamat ini
digunakan ketika sebuah node IP harus melakukan penyampaian data secara one-to-
everyone di dalam sebuah jaringan lokal tetapi ia belum mengetahui network identifier-nya.
Contoh penggunaanya adalah ketika proses konfigurasi alamat secara otomatis dengan
menggunakan Boot Protocol (BOOTP) atau Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP).
Sebagai contoh, dengan DHCP, sebuah klien DHCP harus menggunakan alamat ini untuk
semua lalu lintas yang dikirimkan hingga server DHCP memberikan sewaan alamat IP
kepadanya.
Semua host, yang berbasis kelas atau tanpa kelas akan mendengarkan dan memproses
paket jaringan yang dialamatkan ke alamat ini. Meskipun kelihatannya dengan
menggunakan alamat ini, paket jaringan akan dikirimkan ke semua node di dalam semua
jaringan, ternyata hal ini hanya terjadi di dalam jaringan lokal saja, dan tidak akan pernah
diteruskan oleh router IP, mengingat paket data dibatasi saja hanya dalam segmen jaringan
lokal saja. Karenanya, alamat ini disebut sebagai limited broadcast.
LANGKAH KERJA
1. Lakukan konfigurasi terhadap komputer yang saling terhubung (peer-to-peer)
a. Komputer 1
i. IP Address : 192.168.1.1
ii. Subnet Mask : 255.255.255.0
b. Komputer 2
i. IP Address : 192.168.1.1
ii. Subnet Mask : 255.255.255.0
2. Lakukan perintah pinging dari komputer 1. Dan lakukan hal berikut untuk melihat
pesan yang didapatkan dari perintah pinging :
a. Pinging biasa
b. Pinging Network Address
c. Pinging IP yang tidak ada dalam 1 network
d. Pinging ke komputer 2 dengan kondisi kabel UTP dilepas
e. Pinging ke komputer 2 dengan kondisi network sudah berbeda
i. Komputer 1
1. IP Address : 192.168.1.1
2. Subnet Mask : 255.255.255.0
ii. Komputer 2
1. IP Address : 192.168.1.50
2. Subnet Mask : 255.255.255.224
f. Pinging ke IPv4 tetapi menggunakan opsi untuk IPv6
3. Lakukan analisa terhadap pesan yang ditampilkan perintah ping.
HASIL PENGAMATAN
1. Reply from…
Pesan “Reply from…” merupakan satu – satunya yang menandakan bahwa komputer sedang
terhubung ke komputer lain.
Pesan “Destination host unreachable” menandakan bahwa IP yang di ping tidak bisa dicapai.
Dalam hal ini Network address tidak dapat dicapai dalam melakukan ping. Berbeda dengan
Windows XP pesan yang akan muncul jika kita melakukan ping terhadap Network address
yaitu “Bad…”
Pesan “Request timed out” menandakan bahwa IP yang di pinging tidak terhubung dengan
komputer yang melakukan pinging. Hal ini dikarenakan respon yang terlalu lama dari IP yang
di pinging.
4. General Faliure
Pesan “General failure” seperti halnya pesan “Request timed out” tapi dalam hal ini bukan
respon yang lama dari IP yang di pinging melainkan tidak adanya hardware yang terkoneksi
dari komputer yang melakukan pinging maupun komputer yang menjadi tujuan pinging.
Pesan “Transmit failure, General failure” menandakan bahwa ada kegagalan pengiriman
data. Dalam hal ini kegagalan pengiriman data dikarenakan IP yang di pinging sudak tidak
satu network lagi dengan komputer yang melakukan pinging sehingga menjadikan hal ini
“General failure”.
Pesan “Please check the name and try again” menandakan bahwa ada kesalahan dalam IP
address yang akan di pinging. Jadi ada opsi tambahan khusus jika kita akan melakukan
pinging terhadap IPv6 dan tidak diizinkan untuk memasukan format IPv4.
KESIMPULAN
TUJUAN
Siswa mengerti dan paham tentang materi CIDR.
Siswa dapat melakukan proses subnetting melalui metode CIDR.
PENDAHULUAN
Pada tahun 1992 lembaga IEFT memperkenalkan suatu konsep perhitungan IP
Address yang dinamakan supernetting atau classless inter domain routing (CIDR), metode ini
menggunakan notasi prefix dengan panjang notasi tertentu sebagai network prefix, panjang
notasi prefix ini menentukan jumlah bit sebelah kiri yang digunakan sebagai Network ID,
metode CIDR dengan notasi prefix dapat diterapkan pada semua kelas IP Address sehingga
hal ini memudahkan dan lebih efektif. Menggunakan metode CIDR kita dapat melakukan
pembagian IP address yang tidak berkelas sesukanya tergantung dari kebutuhan pemakai.
Sebelum kita melakukan perhitungan IP address menggunakan metode CIDR berikut ini
adalah nilai subnet yang dapat dihitung dan digunakan.
Catatan penting dalam subnetting ini adalah penggunaan oktat pada subnet mask dimana :
Untuk IP Address kelas C yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada oktat terakhir
karena pada IP Address kelas C subnet mask default-nya adalah 255.255.255.0
Untuk IP Address kelas B yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada 2 oktat terakhir
karena pada IP Address kelas B subnet mask default-nya adalah 255.255.0.0
Untuk IP Address kelas A yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada 3 oktat terakhir
karena IP Address kelas A subnet mask default-nya adalah 255.0.0.0 untuk lebih
jelasnya dapat kita lakukan perhitungan pada contoh IP Address berikut ini :
Diketahui IP Address 130.20.0.0/20 yang ingin diketahui dari suatu subnet dan IP Address
adalah :
Untuk dapat menghitung beberpa pertanyaan diatas maka dapat digunakan rumus
perhitungan sebagai berikut :
Untuk menghitung jumlah blok subnet = (256-nilai decimal 2 oktat terakhir pada subnet)
sehingga = (256-240)= 16 0 16 32 48 64 80 96 112 128 144 160 176 192 208 224 240
Hasil pengurangan tersebut kemudian menjadi nilai kelipatan sampai nilainya sama dengan
nilai pada 2 oktat terakhir di subnet mask, yaitu : 16+16 dan seterusnya hingga 240,
kelipatan 16 adalah : 0 16 32 48 64 80 96 112 128 144 160 176 192 208 224 240
Selanjutnya dari nilai CIDR tersebut dapat kita bagi lagi menjadi blok subnet baru hal ini
dapat dilakukan dengan metode VLSM.
LANGKAH KERJA
1. Kerjakan soal yang telah diberikan yaitu :
a. Network awal adalah 172.16.16.0/24. Buatlah menjadi 12 subnetwork dan
tentukan alokasinya !
b. Network awal adalah 192.168.20.64/26. Buatlah subnetwork dengan masing
– masing subnetwork berisi 30 host dan tentukan alokasinya !
c. Network awal adalah 172.18.20.32/27. Buatlah menjadi 6 subnetwork dan
tentukan alokasinya !
d. Network awal adalah 192.168.12.16/28. Buatlah subnetwork dengan masing
– masing subnetwork berisi 120 host dan tentukan alokasinya !
e. Network awal adalah 172.19.18.128/25. Buatlah menjadi 9 subnetwork dan
tentukan alokasinya !
2. Setelah selesai cantumkan hasil perhitungan ke dalam laporan.
HASIL PENGAMATAN
1. Network awal adalah 172.16.16.0/24. Buatlah menjadi 12 subnetwork dan tentukan
alokasinya !
Jawab :
Alokasi :
o 172.16.16.0/28 – 172.16.16.15/28
o 172.16.16.16/28 – 172.16.16.31/28
o 172.16.16.32/28 – 172.16.16.47/28
o 172.16.16.48/28 – 172.16.16.63/28
o 172.16.16.64/28 – 172.16.16.79/28
o 172.16.16.80/28 – 172.16.16.95/28
o 172.16.16.96/28 – 172.16.16.111/28
o 172.16.16.112/28 – 172.16.16.127/28
o 172.16.16.128/28 – 172.16.16.143/28
o 172.16.16.144/28 – 172.16.16.159/28
o 172.16.16.160/28 – 172.16.16.175/28
o 172.16.16.176/28 – 172.16.16.191/28
o 172.16.16.192/28 – 172.16.16.207/28
o 172.16.16.208/28 – 172.16.16.223/28
o 172.16.16.224/28 – 172.16.16.239/28
o 172.16.16.240/28 – 172.16.16.255/28
Jawab :
Alokasi :
o 192.168.20.64/27 – 192.168.20.95/27
o 192.168.20.96/27 – 192.168.20.127/27
Jawab :
Alokasi :
o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30
o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30
o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30
o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30
o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30
o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30
o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30
o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30
Jawab :
Alokasi :
o 172.19.18.128/29 – 172.19.18.135/29
o 172.19.18.136/29 – 172.19.18.143/29
o 172.19.18.144/29 – 172.19.18.151/29
o 172.19.18.152/29 – 172.19.18.159/29
o 172.19.18.160/29 – 172.19.18.167/29
o 172.19.18.168/29 – 172.19.18.175/29
o 172.19.18.176/29 – 172.19.18.183/29
o 172.19.18.184/29 – 172.19.18.191/29
o 172.19.18.192/29 – 172.19.18.199/29
o 172.19.18.200/29 – 172.19.18.207/29
o 172.19.18.208/29 – 172.19.18.215/29
o 172.19.18.216/29 – 172.19.18.223/29
o 172.19.18.224/29 – 172.19.18.231/29
o 172.19.18.232/29 – 172.19.18.239/29
o 172.19.18.240/29 – 172.19.18.147/29
o 172.19.18.248/29 – 172.19.18.255/29
KESIMPULAN
Metode CIDR sangat tepat untuk diimplementasikan pada kasus subnetting yang
membutuhkan jumlah host yang sama besar di setiap subnetworknya.
Metode CIDR bisa digunakan pada kasus subnetting yang setiap subnetworknya tidak
memiliki jumlah host yang sama besar. Tetapi ini tidak akan efektif.
TUJUAN
Siswa mengerti dan paham tentang materi VLSM.
Siswa dapat melakukan proses subnetting melalui metode VLSM.
PENDAHULUAN
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host
yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan
tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak
alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan
segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan
penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk
membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network
identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting.
Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang
disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM). Karena semua subnet diturunkan dari
network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang
berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama
lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat
network identifier yang asli.
Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang
dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan
dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian
tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan
menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host
dalam setiap segmennya.
Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing
yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi
2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4
(BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah
router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat
melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-
length subnet mask.
Misalkan kita memiliki empat buah network dengan jumlah host yang berbeda-beda untuk
tiap networknya. Net-A (14 host), Net-B (30 host), Net-C (20 host) dan Net-D (6 Host). Ip
yang digunakan adalah 192.168.100.xx . Bagaimana kita membuat subnet dengan
menggunakan VLSM?
Langkah 1
Tentukan terlebih dahulu urutan network dengan jumlah host terbanyak dan subnet yang
akan digunakan. Dalam kasus ini urutan network mulai dari host terbanyak adalah Net-B,
Net-C, Net A dan Net-D. Bila dilihat jumlah host terbanyak yaitu pada Net-B, bandingkan dan
pilihlah subnet yang memiliki selisih paling sedikit atau sama antara host per subnet dengan
host terbanyak.
Langkah 2
Buat blok-subnet dari subnet yang sudah dipilih
Bila kita menggunakan subnet secara langsung, maka kita membutuhkan 4 blok-subnet
untuk menghubungkan keempat network tersebut. Berbeda halnya bila kita menggunakan
VLSM.
Langkah 3
Bila menggunakan VLSM maka kita perlu untuk menentukan subnet yang akan digunakan
untuk masing – masing network.
Langkah 4
Menentukan jumlah blok-subnet yang baru. Berdasarkan blok-subnet pada langlah 2, kita
memilih blok-subnet baru yang dapat menampung seluruh host dalam network A, B, C dan
D. Perlu diingat bahwa satu blok-subnet dapat menampung 30 host.
Net-B menempati satu blok-subnet karena jumlah host = jumlah host per subnet (30=30).
Net-C menempati satu blok-subnet karena jumlah host mendekati jumlah host per subnet
(20 > 30).
Net-A dan Net-D menempati satu blok-subnet karena jumlah host dari kedua network
tersebut hasilnya mendekati jumlah host per subnet (14 + 6 > 30).
Langkah 5
Menentukan subnet untuk VLSM. Blok-subnet untuk net-B dan net-C sudah tidak perlu lagi
dipersoalkan tinggal bagaimana blok-subnet untuk net-A dan net-D. Berdasarkan langkah 3
kita menggunakan /28 untuk net-A dan /29 untuk net-B. Berikut blok-subnet yang
digunakan oleh net-A.
Net-A
Subnet VLSM 192.168.100.64 192.168.100.80
IP pertama 192.168.100.65 192.168.100.81
IP terakhir 192.168.100.78 192.168.100.94
Broadcast 192.168.100.79 192.168.100.95
Net-B
Subnet VLSM 192.168.100.80
IP pertama 192.168.100.81
IP terakhir 192.168.100.86
Broadcast 192.168.100.87
Bukti bahwa perhitungan subnet sudah benar adalah Network ID pada masing-masing
netwok berbeda sehingga tidak terjadi overlapping.
LANGKAH KERJA
1. Kerjakan soal yang telah diberikan yaitu :
HASIL PENGAMATAN
1. Dari network 192.20.20.0/24 tentukan alokasi/range subnetwork untuk network :
1. Network A berjumlah 35 PC
2. Network B berjumlah 65 PC
3. Network C berjumlah 7 PC
4. Network D berjumlah 12 PC
5. Network E berjumlah 14 PC
Jawab :
Network Masking
B /25
A /26
E /28
D /28
C /28
192.20.20.239 – 192.20.20.255
Jawab :
Network Masking
E /23
C /24
A /24
D /24
B /24
G /25
F /25
192.20.7.0 – 192.20.7.255
1. Network A berjumlah 50 PC
2. Network B berjumlah 100 PC
3. Network C berjumlah 28 PC
4. Network D berjumlah 20 PC
5. Network E berjumlah 10 PC
Jawab :
Network Masking
B /25
A /26
C /27
D /27
E /28
192.40.1.16 – 192.40.1.255
KESIMPULAN
Metode VLSM pada dasarnya menggunakan metode CIDR tetapi di sini lebih
ditentukan prioritas suatu subnetwork untuk menggunakan subnet mask yang besar
atau tidak. Tidak seperti CIDR yang menyamakan semua nilai subnet mask untuk
semua subnetwork.
Metode VLSM sangat cocok digunakan untuk network yang memiliki subnetwork
yang berukuran berbeda – beda.
TUJUAN
Siswa mengerti dan paham tentang materi subnetting.
Siswa dapat melakukan proses subnetting.
Siswa dapat melakukan pengujian subnetting pada komputer.
PENDAHULUAN
Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu
kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID,
menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.
RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah
address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network
identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang
didefinisikan, adalah sebagai berikut:
Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah
subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu
subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas)
ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet
atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan subnet mask, yakni:
Desimal Bertitik
Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal
notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network
identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal
bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik,
subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.
Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam
jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke dalam beberapa subnet. Tabel di bawah ini
menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik.
Formatnya adalah:
Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh
administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau
supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier
dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit.
Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk
menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan
adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan
custom network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta
subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi
sebagai berikut:
138.96.58.0, 255.255.255.0
Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang
berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk
merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan
network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network
prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal
dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefinisikan di dalam
Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask
255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.
Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network
identifier yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus
menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama
pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan
kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network identifier
138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga
138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat
IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.
Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah
subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika,
yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di dalam
sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan bernilai true hanya
ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah satunya false. Dengan
mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang
diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai yang
diperbandingkan bernilai 0.
Cara ini akan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32-
bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise logical
AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah yang
disebut dengan network identifier.
Contoh:
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network
identifier kelas A.
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network
identifier kelas B.
Jumlah subnet/ Jumlah subnet bit Subnet mask Jumlah host tiap subnet
segmen jaringan (notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks)
1-2 1 255.255.128.0 atau /17 32766
3-4 2 255.255.192.0 atau /18 16382
5-8 3 255.255.224.0 atau /19 8190
9-16 4 255.255.240.0 atau /20 4094
17-32 5 255.255.248.0 atau /21 2046
33-64 6 255.255.252.0 atau /22 1022
65-128 7 255.255.254.0 atau /23 510
129-256 8 255.255.255.0 atau /24 254
257-512 9 255.255.255.128 atau /25 126
513-1024 10 255.255.255.192 atau /26 62
1025-2048 11 255.255.255.224 atau /27 30
2049-4096 12 255.255.255.240 atau /28 14
4097-8192 13 255.255.255.248 atau /29 6
8193-16384 14 255.255.255.252 atau /30 2
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network
identifier kelas C.
LANGKAH KERJA
8. Lakukan pengujian subnetting terhadap data berikut :
a. Komputer 1
i. IP address awal : 192.168.1.1
ii. Subnet mask awal : 255.255.255.0
iii. Subnet mask baru : 255.255.255.240
b. Komputer 2
i. IP address awal : 192.168.1.20
ii. Subnet mask awal : 255.255.255.0
iii. Subnet mask baru : 255.255.255.240
iv. IP address baru : 192.168.1.1.2
9. Lakukan pengaturan seperti data yang tersedia. Lalu lakukan pinging terhadap :
a. 192.168.1.1 ke 192.168.1.20 dengan subnet mask 255.255.255.0
b. 192.168.1.20 ke 192.168.1.1 dengan subnet mask 255.255.255.0
c. 192.168.1.1 ke 192.168.1.20 dengan subnet mask 255.255.255.240
d. 192.168.1.20 ke 192.168.1.1 dengan subnet mask 255.255.255.240
e. 192.168.1.1 ke 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.240
f. 192.168.1.2 ke 192.168.1.1 dengan subnet mask 255.255.255.240
HASIL PENGAMATAN
1. Pengaturan IP pada komputer 1 (192.168.1.1) dan subnet mask (255.255.255.0)
KESIMPULAN
Walaupun memiliki Network address yang sama tapi tidak akan saling
terkoneksi jika subnet masknya berbeda hal ini dikarenakan subnet mask
lah yang paling menentukan range sebuah network. Sebab itu kunci dari
proses subnetting itu sendiri terletak pada subnet mask yang digunakan.
TUJUAN
Siswa mengerti dan paham tentang materi routing.
Siswa dapat melakukan konfigurasi routing statis.
Siswa dapat membuat konfigurasi routing untuk suatu jaringan.
PENDAHULUAN
Routing digunakan untuk proses pengambilan sebuah paket dari sebuah alat dan
mengirimkan melalui network ke alat lain disebuah network yang berbeda.
Jika network Anda tidak memiliki router, maka jelas Anda tidak melakukan routing.
Untuk bisa melakukan routing paket, ada hal-hal yang harus diketahui :
Alamat tujuan
Router-router tetangga dari mana sebuah router bisa mempelajari tentang network
remote
Route yang mungkin ke semua network remote
Route terbaik untuk setiap network remote
Router menyimpan routing table yang menggambarkan bagaimana menemukan network-
network remote.
Routing statis
Routing default
Routing dinamis
Proses Routing IP
Host A Host B
E0 E1
IBM Compatible 172.16.10.1 172.16.20.1 IBM Compatible
172.16.10.2 172.16.20.2
Default gateway dari host 172.16.10.2 (Host_A) dikonfigurasi ke 172.16.10.1. Untuk dapat
mengirimkan paket ini ke default gateway, harus diketahui dulu alamat hardware dari
interface Ethernet 0 dari router (yang dikonfigurasi dengan alamat IP 172.16.10.1 tersebut).
Mengapa demikian? Agar paket dapat diserahkan ke layer Data Link, lalu dienkapsulasi
menjadi frame, dan dikirimkan ke interface router yang terhubung ke network 172.16.10.0.
Host berkomunikasi hanya dengan alamat hardware pada LAN lokal. Penting untuk
memahami bahwa Host_A, agar dapat berkomunikasi dengan Host_B, harus mengirimkan
paket ke alamat MAC dari default gateway di jaringan lokal.
Routing Statis
Routing statis terjadi jika Admin secara manual menambahkan route-route di routing table
dari setiap router.
Tidak ada overhead (waktu pemrosesan) pada CPU router (router lebih murah
dibandingkan dengan routeng dinamis)
Tidak ada bandwidth yang digunakan di antara router.
Routing statis menambah keamanan, karena administrator dapat memilih untuk
mengisikan akses routing ke jaringan tertentu saja.
Routing statis memiliki kerugian-kerugian berikut:
Routing Dinamis
Routing dinamis adalah ketika routing protocol digunakan untuk menemukan network dan
melakukan update routing table pada router. Dan ini lebih mudah daripada menggunakan
routing statis dan default, tapi ia akan membedakan Anda dalam hal proses-proses di CPU
router dan penggunaan bandwidth dari link jaringan
Protocol tidak lain deskripsi formal dari set atau rule-rule dan konversi yang menentukan
bagaimana device-device dalam sebuah network bertukar informasi. Berikut dua tipe dasar
protocol.
Routed protocol
Merupakan protokol-protokol yang dapat dirutekan oleh sebuah router. Routed
protocol memungkinkan router untuk secara tepat menginterpretasikan logical network.
Contoh dari routed protocol : IP, IPX, AppleTalk, dan DECnet.
Routing protocol
Protokol-protokol ini digunakan untuk merawat routing table pada router-router.
Contoh dari routing protocol diantaranya OSPF, RIP, BGP, IGRP, dan EIGRP
BGP Merupakan distance vector exterior gateway protocol yang bekerja secara
cerdas untuk merawat path-path ke jaringan lainnya. Up date-update dikirim
melalui koneksi TCP.
Administrasi Distance
Administrative distance (disingkat AD) digunakan untuk mengukur apa yg disebut ke-dapat-
dipercaya-an dari informasi routing yang diterima oleh sebuah router dari router tetangga.
AD adalah sebuah bilangan integer 0 – 255, dimana 0 adalah yang paling dapat dipercaya
dan 255 berarti tidak akan lalu lintas data yang akan melalui route ini.
Jika kedua router menerima dua update mengenai network remote yang sama, maka hal
pertama yang dicek oleh router adalah AD. Jika satu dari route yang di-advertised
(diumumkan oleh router lain) memiliki AD yang lebih rendah dari yang lain, maka route
dengan AD terendah tersebut akan ditempatkan dirouting table.
Jika kedua route yang di-advertised memiliki AD yang sama, maka yang disebut metric dari
routing protocol (misalnya jumlah hop atau bandwidth dari sambungan) akan digunakan
untuk menemukan jalur terbaik ke network remote. Kalau masih sama kedua AD dan metric,
maka digunakan load-balance (pengimbangan beban).
Tabel berikut memperlihatkan AD yang default yang digunakan oleh sebuah router Cisco
untuk memutuskan route mana yang akan ditempuh menuju sebuah jaringan remote.
Routing Protocol
Link state Atau disebut juga protocol shortest-path-first, setiap router akan menciptakan
tiga buah table terpisah. Satu dari table ini akan mencatat perubahan dari network-network
yang terhubung secara langsung, satu table lain menentukan topologi dari keseluruhan
internetwork, dan table terakhir digunakan sebagai routing table. OSPF adalah sebuah
routing protocol IP yang sepenuhnya link-state. Protocol link-state mengirim update-update
yang berisi status dari link mereka sendiri ke semua router lain di network.
Hybrid Protokol hybrid menggunakan aspek-aspek dari routing protokol jenis distance-
vector dan routing protocol jenis link-state--sebagai contoh adalah EIGRP.
Algoritma routing distance-vector mengirimkan isi routing tabel yg lengkap ke router router
tetangga, yg kemudian menggabungkan entri-entri di routing tabel yang diterima tersebut
dengan routing tabel yang mereka miliki, untuk melengkapi routing tabel router tersebut.
1. RIP
Routing Information Protocol (RIP) mengirim routing table yang lengkap ke semua
interface yang aktif setiap 30 detik. RIP hanya menggunakan jumlah hop untuk
menentukan cara terbaik ke sebuah network remote, tetapi RIP secara default memiliki
sebuah nilai jumlah hop maksimum yg diizinkan, yaitu 15, berarti nilai 16 tidak
terjangkau (unreachable). RIP bekerja baik pada jaringan kecil, tetapi RIP tidak efisien
pada jaringan besar dengan link WAN atau jaringan yang menggunakan banyak router.
RIP v1 menggunakan clasfull routing, yang berarti semua alat di jaringan harus
menggunkan subnet mask yang sama. Ini karena RIP v1 tidak mengirim update dengan
informasi subnet mask di dalamnya. RIP v2 menyediakan sesuatu yang disebut prefix
routing, dan bisa mengirim informasi subnet mask bersama dengan update-update dari
route. Ini disebut classless routing
2. IGRP
Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) adalah sebuah routing protocol jenis distance-
vector milik cisco (cisco-proprietary). Artinya semua router anda harus router cisco untuk
menggunakan IGRP dijaringan anda.
IGRP memiliki jumlah hop maksimum sebanyak 255, denga nilai default 100. Ini
membantu kekurangan pada RIP.
3. EIGRP
Enhance Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) adalah sebuah routing protocol
Mendukung IP, IPX, dan AppleTalk melalui modul-modul yang bersifat protocol
dependent
Pencarian network tetangga yang dilakukan dengan efisien
Komunikasi melalui Reliable Transport Protocol (RTP)
Pemilihan jalur terbaik melalui Diffusing update Algoritma (DUAL)
Open Shortest Path First (OSPF) adalah sebuah protocol standar terbuka yg telah
dimplementasikan oleh sejumlah vendor jaringan. Jika Anda memiliki banyak router,
dan tidak semuanya adalah cisco, maka Anda tidak dapat menggunakan EIGRP, jadi
pilihan Anda tinggal RIP v1, RIP v2, atau OSPF. Jika itu adalah jaringan besar, maka
pilihan Anda satu-satunya hanya OSPF atau sesuatu yg disebut route redistribution-
sebuah layanan penerjemah antar-routing protocol.
OSPF bekerja dengan sebuah algoritma yang disebut algoritma Dijkstra. Pertama sebuah
pohon jalur terpendek (shortest path tree) akan dibangun, dan kemudian routing table
akan diisi dengan jalur-jalur terbaik yg dihasilkan dari pohon tesebut. OSPF hanya
mendukung routing IP saja.
LANGKAH KERJA
1. Lakukan konfigurasi routing untuk topologi berikut :
a. Topologi 1
b. Topologi 2
c. Topologi 3
HASIL PENGAMATAN
1. Topologi 1
a. Tabel konfigurasi routing.
1 H1 10.10.10.1/24 10.10.10.2 -
11.11.11.1/24
12.12.12.1/24
4 H2 12.12.12.2/24 12.12.12.1 -
Pengaturan IP untuk :
86 Disusun Oleh : | Dio Meiwandany
[LAPORAN AKHIR DIAGNOSA LAN] December 6, 2010
o Host1
o Host2
o Router1
o Router2
Hasil ping dari setiap host yang membuktikan bahwa jaringan saling terkoneksi satu
sama lain.
2. Topologi 2
a. Tabel konfigurasi routing.
1 H1 20.20.20.1/24 20.20.20.2 -
5 H2 50.50.50.2/24 50.50.50.1 -
Pengaturan IP untuk :
o Host1
o Host2
o Router2
o Router3
Hasil ping dari setiap host yang membuktikan bahwa jaringan saling terkoneksi satu
sama lain.
3. Topologi 3
a. Tabel konfigurasi routing.
1 H1 1.1.1.1/24 1.1.1.2 -
5 H2 3.3.3.2/24 3.3.3.1
6 H3 5.5.5.2/24 5.5.5.1
7 H4 6.6.6.2/24 6.6.6.1
Pengaturan IP untuk :
o Host1
o Host2
o Host3
o Router2
o Router3
Hasil ping dari setiap host yang membuktikan bahwa jaringan saling terkoneksi satu
sama lain.
KESIMPULAN
Konfigurasi routing yang dilakuakn di simulator harus sesuai dengan
table routing yang sebelumnya sudah dibuat agar hasil dari simulasi
jaringan dapat terkoneksi satu sama lain
Hal yang paling harus diperhatikan dalam konfigurasi routing yaitu
dimana suatu jaringan akan bertemu dengan jaringan yang lain.