Professional Documents
Culture Documents
1
Syamsudin Haris, Desentralisasi & otonomi Daerah, LIPI
Press, Jakarta, 2005 hal. 101
1
Kabupaten/Kota sehingga daerah Kabupaten/Kota memiliki keleluasaan untuk
daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
peraturan daerah.
adalah fungsi, tugas dan wewenang serta hak dan kewajibannya. Karena itu
hubungan yang harus dibangun antara Pemerintah Daerah dan DPRD mestinya
2
adalah hubungan kemitraan dalam rangka mewujudkan pemerintahan daerah yang
ayat (3) UU No.32 tahun 2004 yang menyatakan bahwa urusan Pemerintah Pusat
adalah meliputi : (1) Politik Luar Negeri; (2) Pertahanan (3) Keamanan; (4)
Yustisi; (5) Moneter dan fiskal nasional; dan (6)Agama, sementara diluar urusan
kebijaksanaan politik nasional dalam era reformasi saat ini. Untuk menjapai
tujuan dimaksud Undang-undang No.32 tahun 2004 menekankan tiga faktor yang
1. Memberdayakan masyarakat.
point tiga adalah berkaitan dengan fungsi-fungsi yang dipunyai DPRD sebagai
3
Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, posisi DPRD ditempatkan
pada posisi yang sangat strategis dan menentukan dalam pelaksananaan otonomi
kesempatan kepada DPRD untuk lebih aktif dan kreatif menyikapi berbagai
tanpa mereka sadari dapat bermuara pada dugaan tindak pidana koropsi bagi
optimal .
daerah) yang lebih bersifat kebijakan strategis dan bukan pengawasan teknis
4
anggaran yang telah dialokasikan disalah gunakan untuk hal-hal yang merugikan
daerah yang efisien, bersih, berwibawa dan terbebas dari berbagai praktek yang
berindikasi koropsi, kolosi dan nepotisme ( KKN ). Menurut Mardiasmo 2 ada tiga
Audit merupakan kegiatan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki
2
Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah,
Yogyakarta, 2002 hal 219
5
undangan lainya peraturan Kepala Daerah, APBD, Kebijakan Pemerintah Daerah
di daerah.
pelaksanaan dari PERDA itu sendiri dan pelaksanaan kebijakan publik yang telah
beban masyarakat, DPRD dapat menekan eksekutif untuk memangkas biaya yang
disampaikan, dibahas dan diklarifikasi disertai ancaman akan dijatuhkan misi tak
dirinci lebih lanjut tentang batas kewenangan serta cara pengawasan. Akibatnya
3
Inosentius Syamsul, Meningkatkan Kinerja Fungsi legislasi
DPRD, Adeksi, Jakarta, 2004, hal.73
4
Syamsuddin Haris, op.cit. hal 147
6
dan tidak menjadi alat penyempurnaan kinerja politik yang demokratis dan
akuntabel.
Mamuju Utara sudah sesuai dengan amanat Undang-Undang No.32 tahun 2004
B. Rumusan Masalah
permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut, yakni :
C. Tujuan Penulisan
7
1. Untuk mengetahui dan mengkaji secara lebih mendalam mengenai
Utara.
D. Mamfaat Penulisan
Selain mempunyai tujuan yang jelas maka suatu karya tulis haruslah
mempunyai manfaat adapun manfaat yang diharapkan dari Penulisan ini adalah:
1. Dari segi teoritis hasil Penulisan ini akan diperoleh pemahaman baru yang
E. Landasan Teoritis
8
landasan teoretis dari penulisan ini tidak akan terlepas dari konsep pembagian
kekuasaan dan susunan organisasi negara, baik secara horisontal maupun secara
pembagian kekuasaan antara organ negara atau antara organ pemerintahan daerah
secara tegas. Dalam teori pembagian kekuasaan negara dikenal berbagai paham.
Paham yang paling tua dikenal dalam pembagian kekuasaan negara adalah paham
yang dikemukakan oleh John Locke dalam bukunya yang terkenal 'Two Treaties
bidang, yaitu:
undang);
menjalankan undang-urtdang)
negara lain),1
dikembangkan oleh Montesquieu dalam bukunya yang beriudul 'L Esprit des
Lois" yang belakang sangat dikenal dengan ajaran Trias Politika. Ajaran ini sangat
Trias Politika membagi kekuasaan negara ke dalam tiga bidang yang terpisah satu
9
b. Pouvoir Eksekutief , yaitu kekuasaan untuk melaksanakan segala sesuatu
tujuannya.2
Walaupun ajaran Trias Politika ini cukup luas pengaruhnya tetapi tidak
semua negara secara murni menerapkan sepenuhnya teori atau ajaran Mol
azas Chek and Balance dimana antiara kekuasaan eksekutif dan kekuasaan
dalam hubungan organisasi atasan dan organisasi bawahan yang tercermin dalam
yakni; Susunan organisasi negara tingkat pusat dan susunan organisasi negara
organisasi negara tingakt pusat telah ditentukan secara tegas dalam UUD 1945
10
negara tingkat daerah terbatas pada susunan penyelenggaraan pemerintahan di
berdasarkan semangat Pasal 18 UUD 1945, kemudian diatur lebih lanjut dalam
Pasal 18 UUD 1945, ditemukan organisasi negara tingkat daerah yaitui badan
eksekutif daerah dan Dewan Penrakilan Rakyat (DPRD). Badan eksekutif daerah
terdiri dari; Sekretariat Daerah, Dinas-Dinas Darerah dan lembaga teknis lainnya
adalah pemangku jabatan. Jabatan menunjukan suatu lingkungan keria tetap yang
bahwa dari jabatan itulah lahir wewenang organ administrasi negara untuk
mempunyai garisgaris
11
melakukan tindakan dalam bidang yang tidak termasuk wewenangnya.
tertentu maupun dalam bidang p',merintahan secara bulat yang bersumber dari
jauh lebih luas dari ruang lingkup w€wenang. Wewenang adalah suatu hak yang
lahir karena adanya suatu kekuasaan, penggunaann)': tidak hanya tertuju bagi
kepentingan diri atau individu pomegangnya saja, melainkan tertuju pula pada
12
kesempatan yang luas untuk mengatur, menggali dan mengembangkan daerahnya
yang mutlak harus dipenuhi. Sasarannya agar daerah mampu secara maksimal
dicapai jika berada di bawah koordinasi dan bantuan pemerintah daerah yang
/daerah selaku subyek pembangunan melalui peraturan daerah menjadi suatu hal
Gubemur, Bupati dan Wali Kota bersama-sama dengan DPRD akan membentuk
daerah tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan daerah lain,
13
dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi (Pasal 136 ayat (4) UU No
pemerintah daerah dalam menggali, dan mengolah potensl daerah dalam rangka
subtansi materinya memuat materi yang secara umum sesuai dengan aspirasi atau
Tentang Pemerintahan daerah, Pasal 145 ayat (1) bahwa PERDA disampaiakan
14
Keputusan pembatalan PERDA sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditentukan dengan peraturan presiden paling lama 60 (enam puluh) hari sejak
diterimanya PERDA sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Paling lama 7 (tujuh)
hari setelah keputusan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan alasan yang dapat dibenarkan oleh
dinyatakan berlaku.
F. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
15
dikonsepkan sebagai norma-norma tertulis yang dibuat oleh lembaga atau pejabat
yang berwenang. Oleh karena itu, pengkajian yang dilakukan hanyalah terbatas
diteliti.
2. Pendekatan
regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum dan pendekatan historis
7
(Historical approach) yaitu pendekatan dalam kerangka pelacakan sejarah
lembaga hukum dari waktu ke waktu, dan memahami filosofi dari aturan hukum
dari waktu ke waktu juga dapat memahami perubahan dan perkembangan filosofi
3. Bahan Hukum
yang ada hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan
6
Petter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta 2005, Hlm.96
7
Ibid hlm. 126
16
untuk membantu menganalisis serta memahami bahan hukum primer
penulisan karya ilmiah ini dimana bahan hukum sekunder ini dapat
Penulisan ini.
4. Analisis
ditunjang dengan bahan hukum yang diperoleh yang kemudian akan di olah atau
di analisis yaitu :
objek Penulisan.
17