You are on page 1of 3

Tulisan ini kuperuntukkan kepada para isteri dan calon isteri, serta para suami dan calon

suami.

Semoga setelah membacanya akan mendapatkan HIKMAH, sehingga memahami makna


yang mendasar arti sebuah pernikahan sehingga cita-cita membentuk keluarga yang
sakinah-mawaddah- warahmah dunia-akhirat akan tercapai.

PERNIKAHAN adalah proses IJAB - QOBUL antara ayah calon isteri atauwalinya
kepada calon suami dengan mas kawin yang telah ditentukan dengan disaksiakan oleh
para saksi.

Dalam Al-Quran perjanjian ijab – qobul tersebut seperti perjanjian Allah ta’ala dengan
Rasul-Nya yang disebut MITSAQON GHOLIZHO (Perjanjian yang berat) dan ‘arsy
Allah bergetar karenanya.

Setelah proses IJAB - QOBUL tersebut, beralihlah tanggung jawab orang tua kepada
suami. Pemenuhan kebutuhan lahir-batin, pembinaan dan perlindungan beralih kepada
suami.

Dengan kata lain ….Suami Anda adalah wakil orang tua Anda.
Sehingga ketaatan Anda kepada suami (dalam hal tidak bermaksiat kepada Allah) adalah
seperti ketaatan kepada orang tua Anda.
Dan kedurhakaan Anda kepada suami (dalam hal tidak bermaksiat) adalah seperti
kedurhakaan kepada orang tua Anda.
Dan ridlo Allah sudah tergantung kepada ridlo suami Anda.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman (artinya) :

" Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita
yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,
oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan
pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta`atimu, maka janganlah kamu mencari-
cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."

Hadits-hadits yang berkaitan dengan ini adalah sebagai berikut :

1. Ibnu Jarir dan al-Baihaqi meriwayatkan ha-dits dari Abu Hurairah yang menyatakan
bahwa Nabi Saw bersabda:
“Sebaik-baik wanita adalah yang menawan hati-mu bila engkau pandang, taat manakala
engkau perintah, dan menjaga hartamu serta memelihara kehormatan diri-nya ketika
engkau tidak ada di rumah.” Kemudian Rasulullah Saw. membaca ayat tersebut di atas.
(Qs. An Nisaa’ 4: 34).

2. Dari Abu Umamah ra, dari Nabi Saw beliau ber-sabda: “Tidak ada yang paling
bermanfaat bagi se-orang (lelaki) Mukmin se-su-dah bertaqwa kepada Allah daripada
memiliki isteri yang shalihah, yaitu jika ia di-perintah ia taat, jika ia dipan-dang menye-
nangkan hati, dan jika ia digilir ia tetap ber-buat baik, dan jika ia diting-galkan
(suaminya) ia tetap menjaga suaminya dalam hal dirinya dan harta suaminya.” (HR Ibnu
Majah)

3. “ Siapapun wanita yang meninggal dan suaminya ridho kepadanya , maka dia akan
masuk surga "
( Ibnu Majah , Ath Tirmidzy , HR. Muttafaqun “Alaihi )

4. Al-Hushain bin Mihshan rahimahullahu menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke


tempat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena satu keperluan. Seselesainya dari
keperluan tersebut,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya: “Apakah engkau sudah
bersuami?”
Bibi Al-Hushain menjawab: “Sudah.”
“Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?” tanya Rasulullah lagi.
Ia menjawab: “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku
tidak mampu.”
Rasulullah bersabda: “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan
suamimu, karena SUAMIMU ADALAH SURGA DAN NERAKAMU.”
(HR. Ahmad 4/341 dan selainnya, lihat Ash-Shahihah no. 2612)

5. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya
aku perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suaminya."
"Dan tidaklah seorang istri dapat menunaikan seluruh hak Allah Subhanahu wa Ta’ala
terhadapnya hingga ia menunaikan seluruh hak suaminya. Sampai-sampai jika suaminya
meminta dirinya (mengajaknya jima’) sementara ia sedang berada di atas pelana (yang
dipasang di atas unta) maka ia harus memberikannya (tidak boleh menolak).”
(HR. Ahmad 4/381. Dishahihkan sanadnya olehAsy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu
dalam Irwa` Al-Ghalil no. 1998 dan Ash-Shahihah no. 3366)

6. “Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak untuk
datang maka para malaikat akan melaknatnya sampai pagi.” (HR. Al-Bukhari no. 5194
dan Muslim no. 3524)

Dalam riwayat Muslim (no. 3525) disebutkan dengan lafadz:

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil
istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak ajakan suaminya melainkan yang di langit
(penduduk langit) murka pada istri tersebut sampai suaminya ridha kepadanya.”

7. Di dalam kisah gerhana matahari yang mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana padanya dengan shalat yang panjang,
beliau melihat Surga dan neraka. Ketika ...beliau melihat neraka beliau bersabda kepada
para shahabatnya:
“ … Dan aku melihat NERAKA maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini
sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum WANITA.”

Para shahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, Mengapa (demikian)?”

Beliau menjawab: “Karena kekufuran mereka.”

Kemudian mereka bertanya lagi: “Apakah mereka kufur kepada Allah?”

Beliau menjawab: “Mereka kufur (durhaka) terhadap suami-suami mereka, kufur (ingkar)
terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di
antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu
(yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun
kebaikan pada dirimu.”

(HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)

You might also like