You are on page 1of 73

Indobokepz - Indonesian Movie and Picture Community > Other XXX > XXX Story > Bu

Lily, Ibu Kost Kesepian


PDA
View Full Version : Bu Lily, Ibu Kost Kesepian
looner
10-08-2008, 10:54 AM
Sudah hampir setahun Zaki tinggal di tempat kost bu Lily. Bisa tinggal di tempat
kost ini awalnya secara tidak sengaja ketemu bu Lily di pasar. Waktu itu bu Lil
y kecopetan, trus teriak dan kebetulan Zaki yang ikut menolong menangkap copet d
an mengembalikan dompet bu Lily. Trus ngobrol sebentar, kebetulan Zaki lagi cari
tempat kost yang baru dan bu Lily mengatakan dia punya tempat kost atau bisa di
bilang rumah bedengan yang dikontrakkan, yah jadi deh tinggal di kost-an bu Lil
y.
Bu Lily lumayan baik terhadap Zaki, kelewat baik malah, karena sampai saat ini Z
aki sudah telat bayar kontrak rumah 3 bulan, dan bu Lily masih adem-adem aja. Mu
ngkin masih teringat pertolongan waktu itu. Tapi justru Zaki yang gak enak, tapi
mau gimana, lha emang duit lagi seret. akhirnya Zaki lebih banyak menghindar un
tuk ketemu langsung dengan bu Lily.
Sampai satu hari waktu itu masih sore jam 4. Zaki masih tidur-tiduran dengan malas
nya di kamarnya. Tempat kost itu berupa kamar tidur dan kamar mandi di dalam. Te
rdengar pintu kamarnya di ketok tok..tok..tok.. lalu suara bu Lily yang manggil, Za
ck Zaki ada di dalem gak? Sontak Zaki bangun, wah bisa berabe kalo nanyain duit sewa
kamar nie, pikir Zaki. Dengan cepat meraih handuk, pura-pura lagi mandi aja ah,
ntar juga bu Lily pergi sendiri. Setelah masuk kamar mandi kembali terdengar su
ara bu Lily, Zaki lagi tidur ya..? dan dari kamar mandi Zaki menyahut sedikit teri
ak, lagi mandi bu .
Sesaat tidak ada sahutan, tapi kemudian suara bu Lily jadi dekat, ya udah mandi aj
a dulu Zack, ibu tunggu di sini ya eh ternyata masuk ke kamar, Zaki tadi gak mengu
nci pintu. busyet dah, terpaksa bener-bener harus mandi nie, pikir Zaki.
Sekitar lima belas menit Zaki di kamar mandi, sengaja mandinya agak dilamain den
gan maksud siapa tau bu Lily bosan trus gak jadi nunggu. Tapi rasanya percuma la
ma-lama toh bu Lily sepertinya masih menunggu. Akhirnya keluar juga Zaki dari ka
mar mandi, dengan hanya handuk yang melilit di pinggang, tidak pakai celana dale
m lagi, maklum tadi gak sempet ambil karena terburu-buru.
Bu Lily tersenyum manis melihat Zaki yang salah tingkah, lama juga kamu mandi ya Z
ack bu Lily membuka pembicaraan. pasti bersih banget mandinya ya gurau bu Lily sambil
sejenak melirik dada bidang Zaki. ah ibu bisa aja biasa aja kok bu.., oia ada apa
ya bu..? jawab Zaki sekenanya saja sambil mengambil duduk di pinggiran tempat ti
dur. Bu Lily mendekat dan duduk di samping Zaki, Cuma mau ngingetin aja, uang sew
a kamarmu dah telat 3 bulan lho trus mau ngobrol-ngobrol aja sama kamu, kan dah l
ama gak ngobrol, kamu sie pergi mlulu ucap bu Lily. Zaki jadi kikuk, wahduh kalo uang
sewanya ntar aku bayar cicil boleh gak bu? Soalnya lagi seret nie jawab Zaki denga
n sedikit memohon.
Bu Lily terlihat sedikit berpikir mmmm boleh deh, tapi jangan lama-lama ya emang uang
mu di pakai untuk apa sie? terlihat bu Lily sedikit menyelidik. hmmm pasti buat cew
e mu ya dia terlihat kurang senang.
ah nggak juga kok bu .. saya emang lagi ada keperluan, jawab Zaki hati-hati melihat
raut wajah bu Lily yang kurang senang.
huh laki-laki sama aja, kalo lagi ada maunya, apa aja pasti di kasih pada perempuan
yang lagi di dekatinya, hhhh sama aja dengan suamiku . keluh bu Lily dengan nada kes
al.
Waduh nampaknya bu Lily lagi marahan nie sama suaminya, jangan-jangan amarahnya
ditumpahkan pula sama Zaki. Dengan cepat Zaki menjawab, tapi saya janji kok bu, ak
an saya lunasi kok
hhhhh . bu Lily menghela nafas, udahlah Zack, gak apa-apa kok, gak di bayar juga kalo b
uat kamu ga masalah ibu Cuma lagi kesel aja sama suamiku, dia cuma perhatiannya s
ama Marni terus aku seperti gak dianggap lagi, mentang-mentang Marni jauh lebih m
uda ya.
-sedikit penjelasan bahwa bu Lily ini istri pertama dari pak Kardi, sedangkan is
tri keduanya bu Marni. Dan sekarang sepertinya pak Kardi lebih sering tinggal di
rumahnya yang satu lagi bersama bu Marni dan bu Lily tampaknya udah mulai kesep
ian nie-
wah kalo masalah keluarga sie aku kurang paham bu . jawab Zaki kikuk
gak apa-apa Zack, ibu hanya mau curhat aja sama kamu boleh kan Zack? suara bu Lily
sendu. Agak lama terdiam, terdengar tarikan nafas bu Lily terasa berat, dan sedi
kit sesunggukan, waduh lama-lama bisa nangis nie, gawat dong pikir Zaki.
udah bu jangan terlalu dipikirkan, nanti juga pak Kardi kembali lagi kok, kan ibu
juga gak kalah cantiknya sama bu Marni, Zaki bermaksud menghibur.
ah kamu Zack emang ibu masih cantik menurutmu? bu Lily menatap sendu ke arah Zaki,
terlihat dua butir air mata mengalir di pipinya. Uhh . ingin rasanya Zaki menghapu
s air mata itu, pak Kardi emang keterlaluan masa wanita cantik nan elok seperti
ini dianggurin sie, coba Zaki bisa berbuat sesuatu busyet Zaki memaki dalam hati ken
apa otak gwa jadi kotor gini.
Dengan sedikit gugup Zaki menjawab, mmm eee iya kok bu, ibu masih cantik, kalo masih g
adis mungkin aku yang duluan tergoda. Uupsss . Maksud hati ingin menghibur, tapi k
enapa kata-kata yang menggoda yang keluar dari mulut gerutu Zaki dalam hati. Zaki
jadi panik, jangan-jangan bu Lily marah dengan ucapan Zaki. Tapi ternyata Zaki
salah, karena bu Lily tersenyum, manis sekali dengan deretan gigi yang putih dan
rapi, ih Zaki bisa aja menghibur . Iya juga sie, kalo masih gadis bisa aja tergoda,
pantes aja suamiku gak ngelirik aku lagi, bis nya dah tua sie rona wajah bu Lily
berubah sedih lagi, kalo menurutmu Zack, apa ibu emang gak menarik lagi ? sambil berd
iri dan memperhatikan tubuhnya kemudian menatap Zaki minta penilaian. Terang aja
Zaki makin kikuk, wah aku mau ngomong apa ya bu ? Takutnya nanti di bilang lancang
lho tapi kalo mau jujur . Ibu cantik banget, seperti masih 30an deh.
Bu Lily tampaknya senang dengan pujian itu, hmmm.. kamu ada-ada aja saja ibu udah 4
3 lho.. emang Zaki liat dari mananya bisa bilang begitu?
Zaki jadi cengar cengir, .itu penilaian laki-laki lho bu, saya malu bilangin nya.
Bu Lily kembali duduk mendekat, sekarang malah sangat dekat hampir merapat ke Za
ki sambil berkata, ah.. gak perlu malu . Bilang aja
Nafas Zaki terasa sesak, badan nya terasa panas dingin menghadapi tatapan bu Lil
y, matanya indah dengan bulu mata yang lentik, sesaat kemudian Zaki mengalihkan
pandangan ke arah tubuh bu Lily mencari alasan penilaian tadi, uups baru deh Zak
i memperhatikan bahwa bu Lily memakai baju terusan seperti daster tapi dengan le
ngan yang berupa tali dan diikat simpul di bahunya. Hmmm .. kulit itu mulus kuni
ng langsat dengan tali baju dan tali bra yang saling bertumpuk di bahu, pandanga
n Zaki beralih ke bagian depan uupss terlihat belahan dada yang hmmm sepertinya bu
ah dada itu lumayan besar. Sentuhan lembut tangan bu Lily di paha Zaki yang masi
h dibungkus handuk cepat menyadarkan Zaki. Dengan penuh selidik bu Lily bertanya
, lho kok jadi bengong sie..? apa dong alasannya tadi bilang ibu masih 30an
Zaki sedikit tergagap karena merasa ketahuan terlalu lama memandangi tubuh bu Li
ly, mmm eeemm.. ibu benar-benar masih cantik, kulitnya masih kencang masih sangat me
nggoda
Tidak ada jawaban dari mulut bu Lily, hanya pandangan mata yang kini saling bera
du, saling tatap untuk beberapa saat dan seperti ada magnet yang kuat, wajah bu L
ily makin mendekat, dengan bibir yang semakin merekah. Zaki pun seakan terbawa s
uasana, dan tanpa komando lagi, Zaki menyambut bibir merah bu Lily, desahan nafa
s mulai terasa berat hhhh hhhh ciuman terus bertambah dahsyat, bu Lily menjulurkan l
idahnya masuk menerobos ke mulut Zaki, dan dibalas dengan lilitan lidah Zaki seh
ingga lidah tersebut berpilin-pilin dan kemudian deru nafas semakin berat terasa
.
Dengan naluri yang alami, tangan Zaki merambat naik ke bahu bu Lily, dengan seka
li tarik, terlepas tali pengikat baju di bahu tersebut dan dengan lembut Zaki me
raba bahu bu Lily sampai ke lehernya . Kemudian turun ke arah dada, dengan remasan
lembut Zaki meremas payudara yang masih terbungkus bra itu. hhhhh hhhh nafas bu Lil
y mulai terasa menggebu, nampaknya gairah birahinya mulai memuncak. Jemari lenti
k bu Lily tak ketinggalan meraba dan mengelus lembut dada Zaki melingkari pinggan
g Zaki, mencari lipatan handuk, hendak membukanya
Uupps . Zaki tersentak dan sadar ., ups hhh maaf bu maaf bu saya terbawa suasana . Zaki
duk tak berani menatap bu Lily sambil merapikan kembali handuknya, baru kemudian
dengan sedikit takut melihat ke arah bu Lily.
Terlihat bu Lily pun agak tersentak, tapi tidak berusaha merapikan pakaiannya, s
ehingga tubuh bagian atas yang hanya tertutup bra itu dibiarkan terbuka. Pemanda
ngan yang menakjubkan. napa Zack kita sudah memulainya dan kamu sudah membangkitkan
kembali gairah ibu yang lama terpendam kamu harus menyelesaikannya Zack tatapan bu
Lily terlihat semakin sendu
mmm ibu gak marah..? gimana nanti kalo ada yang lihat bu bisa gawat dong pak Kardi j
uga bisa marah besar bu jawab Zaki.
Tanpa menjawab bu Lily bangkit berdiri, namun karena tidak merapikan pakaiannya,
otomatis baju terusan yang dipakai jadi melorot jatuh ke lantai. Zaki terpana m
elihat tubuh indah itu, sedikit berlemak di perut dan bokongnya namun itu malah
menambah seksi lekuk tubuh bu Lily. Kemudian dengan tenang bu Lily melangkah ke
arah pintu kamar dan menguncinya. Saat berjalan membelakangi Zaki itu nampak ger
akan bokong bu Lily naik turun, dan perasaan Zaki semakin tegang dengan nafsu ya
ng semakin tak tertahankan, demikian juga saat bu Lily berbalik dan melangkah ke
mbali menuju tempat tidur, Zaki tidak melepaskan sedikit pun gerakan bu Lily. Sa
mpai bu Lily berdiri dekat di depan Zaki dan berkata, kamarnya udah di kunci Zack,
dan gak ada yang akan mengganggu .
Zaki tidak langsung menjawab, menghidupkan tape dengan suara yang agak besar, se
tidaknya untuk menyamarkan suara yang ada di ruangan. Bu Lily kembali duduk di p
inggiran tempat tidur, dan membuka bra yang digunakannya. Zaki mendekat dan dudu
k di samping bu Lily hmmm nampak payudara itu masih montok dan kenyal, ingin Zaki
langsung melahap dengan mulut dan menjilatnya.
Bu Lily yang memulai gerakan dengan melingkarkan lengannya ke leher Zaki, menari
k wajah dan langsung melumat bibir Zaki dengan nafsu yang membara. Zaki membalas
dengan tidak kalah sengit, sambil meladeni serangan bibir dan lidah bu Lily, ta
ngan Zaki meremas payudara montok milik bu Lily. Desahan nafas menderu di seputa
r ruangan, diselingi alunan musik menambah gairah. Setelah beberapa saat, bu Lil
y mendorong lembut badan Zaki, menyudahi pertempuran mulut dan lidah, dengan naf
as yang memburu. Zaki mendorong lembut tubuh bu Lily, berbaring terlentang denga
n kaki tetap menjuntai di pinggiran tempat tidur. Dada yang penuh dengan gunung
kembar itu seakan menantang dengan puting yang telah tegang. Tanpa menunggu lagi
Zaki melaksanakan tugasnya menjelajahi gunung kembar itu mulai dari lembah anta
ra, melingkari dan menuju puncak puting. Dengan gemas Zaki menyedot dan memainka
n puting susu itu sambil tangan meremas payudara kembarannya HHHH . AHHH .MMMH . s
mulai kencang terdengar, desahan-desahan nikmat yang semakin menggairahkan. Zaki
melanjutkan penjelajahan dengan menyusuri lembah payudara menuju perut dan sebe
ntar memainkan lidah pada udel bu Lily yang menggelinjang kegelian.
Zaki menghentikan penjelajahan lidah, kemudian dengan cekatan menarik celana dal
am bu Lily, melepaskan dan membuang ke lantai. Dengan spontan bu Lily mengangkat
kaki ke atas tempat tidur dan memuka lebar pahanya, terlihat gundukan vagina de
ngan rambut-rambut yang tertata rapi. Zaki mulai kembali aksi dengan menjilati m
enyusuri paha bu Lily yang halus mulus, terus mendekat ke selangkangan menemui b
ibir vagina yang mulai mengeluarkan cairan senggama. Tanpa menunggu lama, Zaki m
enyapu cairan senggama itu dengan lidahnya dan meneruskan penjelajahan lidah sep
anjang bibir vagina bu Lily dan sesekali menggetarkan lidah pada klitorisnya yan
g membuat bu Lily mengerang kenikmatan, AHHHH . MMMMH HHH Zack .UHH desahan birahi yang
uncak dari bu Lily membuat Zaki semakin bersemangat dan sesekali lidah di julurk
an mencoba masuk ke liang senggama yang menanti pemenuhan itu.
Setelah beberapa menit Zaki mengeksplorasi liang kewanitaan itu, nampaknya bu Li
ly tidak sabar lagi menuntut pemenuhan hasrat birahinya, Zack . Ayo sayang masukkin Z
ack hhhh mmmmh. Suara bu Lily ditingkahi desahan-desahan yang semakin kencang.
Dengan tenang Zaki menyudahi penjelajahan lidah dan bersiap bertempur yang sesun
gguhnya. Dengan sekali tarik lepaslah handuk yang melilit di pinggang dan bebas
mengacung penis dengan bagian kepala yang merah mengkilap. Bu Lily semakin membu
ka lebar pahanya, besiap menanti pemenuhan terhadap liang wanitanya. Zaki naik k
e tempat tidur dan langsung mengarahkan batang penis ke arah vagina bu Lily yang
dengan sigap lansung meraih dan meremas batang kemaluan Zaki dan membantu menga
rahkannya tepat ke liang vaginanya.
Dengan sekali dorongan penis Zaki amblas sampai setengahnya. Zaki menahan geraka
n sebentar menikmati prosesi masuknya penis yang disambut desahan bu Lily, AHHH .TE
RUSKAN ZACK .AHHH. kemudian dengan meresapi masuknya penis sampai sedalam-dalamnya.
Setelah dorongan pertama dan batang zakar yang masuk seluruhnya barulah Zaki me
mompa menaik turunkan pantat dengan irama beraturan seakan mengikuti irama musik
yang terasa semakin menggebu dan hot.
Zaki bertumpu pada kedua siku lengan sedangkan bu Lily mencengkam punggung Zaki,
meresapi dorongan dan tarikan penis yang bergerak nikmat di liang senggamanya.
Suara desahan bercampur aduk dengan alunan musik dan peluh mulai bercucuran di s
ekujur tubuh, AH..AH..AH..MMH MHH HHHH. tak hentinya desahan meluncur dari bibir Zaki d
an bu Lily. Sesaat Zaki menghentikan gerakan untuk mencoba mengambil nafas segar
, bu Lily memeluk Zaki dan menggulingkan badan tanpa melepas penis yang tetap be
rada di liang vaginanya. Dengan posisi di atas dan setengah berjongkok, bu Lily
memompa dan menaikturunkan pantatnya dengan badan bertumpu pada lengan. Sesekali
bu Lily memutar pantatnya dan kemudian memasukkan batang zakar Zaki lebih dalam
. Zaki tak diam saja, tangan meremas kedua payudara yang menggantung bebas dan m
enarik-narik puting susu bu Lily. Suasana makin membara dengan peluh yang bercuc
uran, sampai saat bu Lily seperti tak sanggup melanjutkan pompaan karena birahi
yang hendak mencapai puncak pemenuhan. Dengan sigap Zaki membalikkan posisi, bu
Lily kembali berada di bawah, dengan mempercepat tempo dorongan Zaki meneruskan
pertempuran. Zack AHH..AH..AH..UH TERUS ZACK . AHHH AHH IBU SAMPAI ZACK .AHHHHHHHHH MMMMM
etelah teriakan tertahan bu Lily mengatup bibirnya menikmati orgasme yang didapa
t, tubuhnya sedikit bergetar. Zaki merasa vagina yang mengalami orgasme itu berk
edut-kedut seperti menyedot zakarnya.Zaki menikmatinya dengan memutar mutar panta
tnya dan memasukkan lebih dalam lagi batang zakarnya, dan terasa ada dorongan ku
at menyelimuti batang zakarnya, semakin besar dan sesaat Zaki kembali mendorong
batangnya dengan cepat dan saat terakhir menarik keluar batanga zakarnya dan mel
epaskan air maninya di atas perut bu Lily . Yang dengan cepat meraih penis Zaki da
n mengocoknya sampai air mani itu berhenti muncrat, dengan lembut bu Lily mengus
ap penis yang mulai turun ketegangannya. Zaki membaringkan tubuhnya disamping bu
Lily. Terdiam untuk beberapa saat.
Bu Lily bangkit duduk meraih kain di pinggiran tempat tidur dan menyeka sisa air
mani di perutnya. Kemudian dengan manja membaringkan tubuhnya diatas Zaki. makas
ih ya sayang ini rahasia kita berdua I love u Zack, bisik mesra bu Lily di telinga
Zaki.
mmm baik bu belum sempat Zaki menyelesaikan ucapannya, jari telunjuk bu Lily menempel
di bibirnya, kalo lagi berdua gini jangan pangil ibu dong ucap bu Lily manja.
iya sayang . Balas Zaki, senyum manis merekah di bibir seksi bu Lily.
Setelah itu dengan cepat Zaki dan bu Lily merapikan pakaian, dan sebelum meningg
alkan Zaki, bu Lily berbisik mesra, sayang tar malem suamiku gak ada di rumah .. aku
tunggu di kamar ya berapa ronde pun dilakoni buat Zaki sayang. Sambil berpelukan m
esra, Zaki menyanggupi ajakan bu Lily.
Buronan_Mertua
10-08-2008, 11:30 AM
panjang ya bro.. ada yg versi hental nya nggak ?
cakini
10-09-2008, 03:48 AM
hmmmmm..
lanjutkan....
Ndayax
10-09-2008, 12:27 PM
ada versi yang bersambung gak bro
rvinlinz
10-12-2008, 02:53 AM
:wah:Ciamik pol:clapping:
ungke
11-06-2008, 06:11 AM
asyik tuh bakalan gratisan trus tuh
yokogawa
11-07-2008, 06:52 PM
polll ... habiz dech.....:hebat!:
vBulletin® v3.8.0, Copyright ©2000-2010, Jelsoft Enterprises Ltd.

Indobokepz - Indonesian Movie and Picture Community > Other XXX > XXX Story > [j
j]Gairah Tante Mira & Anaknya Angel
PDA
View Full Version : [jj]Gairah Tante Mira & Anaknya Angel
jekjon
02-18-2009, 07:11 AM
Gairah Tante Mira & Angel
Beberapa tahun kemudian, saat gue sudah duduk di bangku kuliah, orang tua gua pi
ndah ke luar negeri karena bokap di tugasin oleh kantornya, gue nggak mau ikut d
engan alasan mau lanjutin kuliah di Indonesia aja.
Sepeninggal orang tua gue ke luar negeri, nyokap nyuruh adik perempuannya, Tante
Mira (30 th) untuk tinggal di rumah.
Tante Mira adalah adik bungsu nyokap gue, dia udah janda dan punya anak satu, pe
rempuan namanya Angel (12 th), baru kelas 6 SD.
Karena Cuma gue laki-laki di rumah ini, jadilah gue di suruh jagain rumah, karen
a sekarang di rumah Cuma ada Bi Sum, Bi Inah, Tante Mira dan anaknya Angel.
Semenjak orang tua gue nggak tinggal di rumah, nafsu sex gue tambah gila, dan fa
ntasi sex semakin liar.
Terutama sama Tante Mira, kebiasaa dia suka berenang kalo pagi dan malam hari bi
kin gue punya jadwal baru, yaitu ngeliatin dia berenang dari kamar gue sambil gu
e onani membayangkan body nya yang semok dan padat.
Angel, anak Tante Mira pun nggak kalah nafsuin, dia emang baru kelas 6 SD tapi b
ody nya udah kayak cewek ABG, dengan pantat besar dan payudara yang mulai membes
ar.
Gue sering nggak tahan kalo lagi nganterin dia ke sekolahan, tiap pagi Angel mem
ang selalu gue anterin pake mobil gue sekalian gue berangkat kuliah.
Pernah suatu pagi, gue lagi nungguin Angel di mobil, pas dia naik mobil, rok nya
tersingkap sampai kelihatan celana dalam nya.
Kontol gue langsung tegang lihat pemandangan itu, selama perjalanan gue jadi ngg
ak tenang, soalnya kalo di mobil juga Angel duduknya agak-agak sembrono, kadang
kakinya di angkat ke dashboard, kadang kaki nya di naikkan ke jok, sehingga paha
nya yang mulus dan montok itu terlihat sampai selangkangan.
Sesekali sambil nyetir mata gue melirik ke selangkangan Angel, suatu kali pas gu
e ngelirik, pas dia lagi ngelihat ke gue juga,
ih Om nakal, masa lihat-lihat selangkangan Angel sih kata Angel sambil ketawa, nam
un tidak berusaha merubah posisi duduknya.
Habis Angel duduknya kayak gitu sih, kan sayang kalo nggak di liatin jawab gue sek
enanya.
emang Om senang ya lihat paha Angel ?, kalo senang, nih Angel buka roknya ujar Ang
el lagi sambil mengangkat rok nya.
Gue kaget banget liat nya,
gila nih anak kecil , batin gue dalam hati.
Angel tutup ah, sebentar lagi sampe sekolahan nih, entar kelihatan orang . Gue samb
il mengalihkan pandangan.
Sampai sekolah Angel pun turun,
dah Om, Angel sekolah dulu ya, entar ketemu lagi di rumah , kata Angel, sambil turu
n dari mobil gue.
Gue pun melanjutkan perjalanan ke arah kampus.
Sepanjang hari ini gue nggak tenang, pingin buru-buru pulang ketemu sama Angel.
Malam hari nya, sehabis makan malam, gue langsung masuk kamar, ngerjain tugas-tu
gas dari kampus.
Nggak berapa lama tiba-tiba pintu kamar gue di ketuk, setelah gue suruh masuk, t
ernyata yang masuk Tante Mira sama Angel.
Mo, tolong ajarin Angel ya, dia ada PR dari sekolahnya ujar Tante Mira.
Gue pun menyanggupi nya karena emang ini yang gue tunggu-tunggu sebenarnya.
Tante Mira pun keluar kamar dan meninggalkan Angel di kamar gue.
Angel ada PR apa, sini Om ajarin , ujar gue membuka pembicaraan.
Ini Om, Angel ada PR matematika, Angel nggak ngerti Om , jawabnya.
Akhirnya gue ajarin Angel cara mengisi PR nya, karena Cuma pelajaran SD gue samb
il santai aja ngajarinnya.
Sambil Ngajarin mata gue nggak pernah lepas dari lekukan tubuh Angel yang menger
jakan PR nya dengan posisi tiduran di kasur gue, malam ini dia pakai baju baby d
oll model tank top yang hanya menutupi badan nya sampai sedikit di bawah pantatn
ya, dia pun hanya memakai CD tanpa BH, karena mungkin belum di ajarin pake BH sa
ma Mama nya.
Pas gue lagi ngelihatin body montok Angel tiba-tiba aja,
tuh kan Om ngeliatin Angel lagi kayak di mobil tadi pagi kata Angel ngagetin gue,
sambil dia merubah posisi nya ke posisi duduk.
habis Om senang liat Angel, ngegemesin balas gue sekenanya.
Angel tau, Om nafsu kan liat Angel, kayak teman-teman Mama kalo lagi ngeliatin Ma
ma waktu masih di rumah kontrakan dulu kata Angel lagi.
Angel kok ngomong gitu sih, lagian kamu kok bisa mikir gitu sih, kamu kan masih k
ecil Tanya gue dengan muka kaget bercampur bingung.
Om jangan liat umur Angel masih kecil, kecil-kecil gini Angel sering liat kalo Ma
ma lagi di gituin sama teman-teman Mama jawab Angel sambil memanyunkan bibir tipi
s nya ke arah gue.
jadi kamu udah sering liat Mama kamu begituan, Angel mau cerita in ke Om nggak Tan
ya gue lagi dengan muka penasaran.
boleh Om, tapi Om jangan cerita lagi ke Mama, Angel takut di marahin mohon Angel d
engan sedikit memelas.
Seiring anggukan gue Angel mulai melanjutkan cerita nya,
gini Om cerita nya, dulu waktu masih di kontrakan Mama sering di datangin teman-t
eman cowok nya, pertama mereka ngobrol dulu di ruang tamu, setelah agak malam da
n mereka pikir Angel sudah tidur lalu mereka masuk ke kamar dan mulai gituan Ange
l diam sejenak, lalu melanjutkan lagi cerita nya,
pertama kali Angel ngintip karena Angel dengar suara Mama seperti orang kesakitan
, pas Angel intip ternyata muka Mama malah kayak orang keenakan, teman cowok Mam
a banyak Om Angel menghentikan cerita nya sambil berdiri mengambil air minum di m
eja computer gue.
Om, Angel mau Pipis di kamar mandi Om ya, Angel malas keluar, udah kebelet kata An
gel lagi sambil berlari kecil ke arah kamar mandi gue.
Gue ngangguk, nggak lama gue dengar suara toilet di siram, kaki gue pun langsung
melangkah ke kamar mandi, gue buka pintu nya dan menemukan Angel lagi nyebokin
memek nya sehabis kencing.
Angel menatap gue dengan muka kaget,
Ih Om bikin Angel kaget aja sambil menaikkan CD nya.
Melihat Angel menaikkan CD nya, gue langsung mencegah,
eh Angel nggak usah di pake lagi celana dalam nya, udah basah tuh, entar kalo di
pake punya kamu bisa gatel-gatel karena jamuran
lagian kan udah malam nggak kemana-mana ini kata gue sambil membantu melepaskan CD
nya.
Angel menurut saja, tapi tiba-tiba dia berkata,
tapi Om nggak kamana-mana kok nggak di lepas celana dalam nya Tanya Angel.
Eh Om juga nggak pake celana dalam kok, nih coba liat jawab gue sambil menurunkan
celana pendek gue, sehingga kontol gue yang panjang dan setengah tegang langsung
terlihat oleh Angel.
ya ampun punya Om gede banget, wah punya teman-teman Mama kalah semua deh sama pu
nya Om ujar Angel dengan mata melotot sambil berjalan mendekati ke arah gue.
sini Angel, di kasur aja biar hangat, di kamar mandi dingin entar masuk angin lho
kata gue sambil meraih tangan Angel keluar dari kamar mandi.
Kami berdua pun duduk di atas kasur, Angel pun membuka pembicaraan,
Om Angel boleh pegang ya, Angel gemes liat nya kata Angel sambil tangannya langsun
g memegang kontol gue.
Pas megang kontol gue, Angel tambah kaget, karena saking besarnya kontol gue dia
harus memegang dengan dua tangan.
Gue masih diam aja menikmati gerakan naik turun tangan Angel di kontol gue.
Om, punya Om Angel pegang kok malah makin besar sih, kalo Mama liat dia pasti sen
ang banget nih kata Angel sambil kebingungan melihat kontol gue yang semakin tega
ng.
Gue Cuma senyum aja dengar omongan Angel, tangan gue pun mulai nggak sabaran unt
uk menjamah tubuh Angel yang montok.
Gue pun membisikkan kata-kata untuk membujuk Angel,
Angel mau nggak ngerasain kayak yang Mama Angel lakuin bisik gue sambil melepaskan
baju tank top nya, sehingga body nya yang masih belum terjamah oleh laki-laki i
tu telanjang di depan gue.
Kalo yang enak-enak Angel pasti mau Om, soalnya Angel liat Mama kok enak banget,
abis itu sering lagi Mama Ngelakuin itu jawab nya antusias dan membiarkan diri ny
a gue telanjangin.
Gue pun lalu membuka baju gue, dan kita berdua pun telanjang bulat di atas kasur
,
pertama-tama kita ciuman dulu ya lanjut gue sambil menarik tubuh Angel ke pelukan
gue, Angel diam aja waktu gue deketin bibir gue ke bibirnya.
Bibir kami pun beradu, mulut Angel masih tertutup, gue langsung ambil inisiatif,
gue masukkin lidah gue ke mulut Angel, gue telusuri seluruh rongga-rongga mulut
nya.
Angel pun mulai merespon gerakan lidah gue, dia mulai menghisap dan menggigit li
dah gue yang ada di mulutnya.
Setelah cukup puas gue menciumi bibir Angel yang mungil itu, mulut gue pun berpi
ndah turun ke lehernya dan sampai di dua bukit kembar Angel yang masih sangat ke
ncang dan belum tumbuh putting, terbukti bahwa tubuh Angel belum pernah terjamah
.
oh, enak Om, terus Om jilatin, isepin susu Angel Om desah Angel sambil tangan maki
n menekan kepala gue ke payudaranya.
Gue yang mendengar reaksi itu pun semakin ganas menjilati dan menghisap payudara
Angel secara bergantian yang kiri dan kanan.
Sekujur payudara Angel pun udah basah oleh air liur gue, gue pun merubah posisi,
Angel gue suruh tiduran, lalu gue buka selangkangan Angel pelan-pelan, gue deke
tin kepala gue ke lubang memeknya,
Om mau ngapain, kan jorok itu tempat pipis, masa mau jilatin juga Angel bertanya d
engan polos.
nggak apa-apa Angel, kamu rasain dulu aja, lagian Om senang jilatin punya kamu, b
au nya wangi , jawab gue, sambil mulai menjilati memek Angel.
Rupa nya memek Angel sudah sangat basah oleh lender, tapi tetap gue jilatin, gue
sedot klitorisnya, terkadang gue selipin lidah gue ke dalam memek nya,
oh iya Om bener, enak banget Om, geli tapi enak Om, terusin Om jilati dalam nya O
m
Angel mendesah keenakan merasakan jilatan lidah gue di memeknya.
Setelah puas menjilati memek Angel yang masih rapet, gue merubah posisi duduk di
sebelah Angel, Angel melihat kontol gue yang tegang langsung meraih dan mengelu
s-elus naik turun.
Angel pernah lihat Mama jilatin burung nya teman cowok Mama nggak? Tanya gue penas
aran, karena gue pengen banget mulut Angel yang mungil itu jilatin dan isepin ko
ntol gue.
sering Om, malah Angel liat pas burung nya teman Mama muncrat, Mama langsung jila
tin, kayaknya sih Mama nikmatin banget deh Om jawab Angel dengan tangan terus mem
ainkan kontol gue.
Angel mau nggak jilatin punya Om Tanya gue lagi,
mau Om, Om aja mau jilatin punya Angel, masa Angel nggak sih , jawab nya sambil men
dekatkan mulut mungil nya ke kepala kontol gue.
Pelan-pelan di jilatin seluruh permukaan kontol gue, dari mulai batangnya sampai
ke ujung kepala kontolnya, dia pun meccoba memasukkan kontol gue ke mulutnya, n
amun karena ukuran kontol gue yang besar, dia Cuma sanggup sampai sebatas kepala
kontol gue aja.
Cukup lama juga Angel menjilati kontol gue, seperti nya dia sangat menikmati, sa
mbil menikmati isapan mulut Angel di kontol gue, gue mikir dalam hati,
gimana rasanya memek anak umur segini ya, mau nggak Angel memek nya gue masukin y
a ,
Gue nggak sadar kalo Angel memperhatikan gue di sela kesibukannya isepin kontol
gue, tiba-tiba,
Om kok bengong aja, mikirin apa sih , pertanyaan Angel membuyarkan lamunan gue.
Eh, anu, Angel, Om boleh nggak masukin punya Om ke dalam punya Angel . Tanya gue .
boleh kok Om, Angel kan pengen juga ngerasain kayak Mama, tapi pelan-pelan Om, ha
bis punya Om gede banget , jawab Angel sambil melepas genggamannya di kontol gue d
an merebahkan badannya dengan pasrah di sebelah gue.
Gue pun langsung ambil posisi, gue buka lebar paha Angel, lalu gue gosokin kepal
a kontol gue di memek nya.
Setelah gue pikir memek Angel cukup basah, gue pegang batang kontol gue dan gue
arahin ke lubang memek Angel, pelan-pelan gue dorong ke dalam memek Angel.
ah, Om pelan-pelan, perih Om desah Angel lirih menahan dorongan kontol gue di meme
k nya, gue nggak peduli, makin gue dorong kontol gue ke memek Angel, sampai akhi
rnya setengah batang kontol gue udah masuk ke dalam memek Angel.
sabar ya sayang, sebentar lagi pasti enak kata gue menghibur sambil terus memompa
kontol gue di memek Angel, pelan tapi pasti akhirnya memek Angel bisa menyesuaik
an keberadaan kontol gue di dalam nya.
ah, benar Om, enak Om, ah, ah, terus Om Angel mulai merasakan kenikmatan yang terj
adi akibat pergesekan kontol gue di dalam memek nya.
Setelah cukup lama, gue pun menarik kontol gue dan rebahan di samping Angel,
sekarang coba deh Angel yang di atas, pasti lebih enak suruh gue.
Angel pun langsung mengangkang tepat di atas kontol gue, lalu dia pegang batang
kontol gue dan di arahkan ke arah memek nya, pelan-pelan sampai kontol gue mengh
ilang di dalam memek nya.
aaaahhhh, Om enak banget Om desah Angel, gerakan pantat Angel mulai cepat menggoya
ng kontol gue, sampai akhirnya.
aaaaaaahhhhhhh, Om aku mau kencing Om, aku mau kencing, aaaaaaahhhhh desah Angel p
anjang menandakan dia sudah mencapai klimaks.
Saat Angel mau menarik pantat nya, langsung gue tahan pinggulnya biar dia tidak
melepaskan kontol gue dari memeknya.
aaaahhhhhh, Om punya Om aku kencingin, aaahhhh desah Angel lagi sambil tangan mere
mas dada gue sedikit keras seiring klimaksnya.
Setelah Angel agak tenang baru gue lepas pegangan tangan gue di pinggulnya dan m
erebahkan dia di sebelah gue.
Om, tadi Angel kenapa ya, rasanya pengen kencing tapi kok enak banget Tanya nya po
los.
oh itu tadi nama nya klimaks, Om juga bisa kayak gitu tapi namanya ejakulasi jawab
gue menjelaskan.
aku mau liat dong Om, ejakulasi nya gimana sih pinta Angel.
bisa, tapi kamu isepin kontol Om lagi ya jawab gue lagi, sambil berlutut dan menga
rahkan kontol gue ke mulut Angel.
Angel pun mengangguk sambil mulut mungil nya pun langsung menyambut kontol dan m
ulai menghisap kontol gue keluar masuk di mulut nya.
Nggak lama gue pun mulai ngerasa ada yang mau keluar dari kontol gue,
ayo Angel makin cepat, sebentar lagi keluar nih ujar gue.
Angel pun semakin mempercepat gerakan mulutnya menghisap kontol gue, akhirnya sp
erma gue pun keluar di dalam mulut Angel,
aaaaaahhhhh terus Angel, isep terus Angel kata gue sambil menahan nikmat.
Angel masih terus menghisap cairan sperma yang keluar dari kontol gue ke mulutny
a.
Setelah kering cairan sperma gue di hisap oleh Angel, gue pun menarik kontol gue
keluar dari mulutnya, dan merebahkan diri di sebelah Angel dengan kelelahan.
Angel pun tersenyum lalu memeluk gue dan kami pun tertidur.
* * *
Setelah bisa menaklukan Angel, petualangan gue pun berlanjut ke Mama nya, Tante
Mira.
Berdasarkan cerita yang gue dapat dari Angel, gue pun mulai memberanikan diri un
tuk mendekati Tante Mira.
Kebiasaan Tante Mira di rumah sering Cuma pakai daster tank top sebatas paha, se
hingga paha nya yang montok menjadi pemandangan sehari-hari buat gue, kadang kal
o masih pagi baru bangun tidur dia sering tidak pake BH, sehingga pentil payudar
a nya yang besar dan montok itu nyeplak di daster nya yang tipis.
Satu lagi kebiasaan Tante Mira, yaitu berenang malam, inilah awal dari pengalama
n sex gue dengan Tante Mira.
Suatu malam ketika gue lagi browsing gambar-gambar porno di kamar gue sekitar ja
m 8-an, gue dengar ada yang berenang,
ini pasti Tante Mira, kesempatan nih pikir gue sambil langsung beranjak ke arah kol
am renang.
Begitu sampai kolam renang, gue mendapati Tante Mira lagi berenang, malam itu di
a berenang menggunakan swimsuit model bikini satu tali dan cd model g-string.
Gue pun langsung duduk di pinggir kolam renang,
berenang malam-malam nggak takut masuk angin Tante Tanya gue.
eh, kamu Mo, nggak ah malah enak, kamu mau ikutan nggak ajak Tante Mira sambil ber
enang mendekat ke arah gue.
ayo Mo, berenang yuk, sekali-kali temenin Tante ajak Tante Mira lagi, kali ini tan
gan nya sambil meraba paha gue.
nggak ah aku liatin aja, lagian aku nggak ada celana renang jawab gue sekenanya.
kalo nggak punya baju renang ya telanjang aja, ha, ha ujar Tante Mira menggoda, sa
mbil melanjutkan renang nya.
udah mulai mancing nih Tante gumam gue dalam hati, gue pun langsung berdiri dan se
gera membuka baju gue sampai telanjang, Tante Mira nggak liat apa yang gue kerja
in, dia lagi berenang ke ujung kolam.
Tanpa basa-basi gue pun menceburkan diri ke kolam, begitu Tante Mira kembali ber
enang ke arah gue dia pun kaget.
lho Mo, kata nya nggak mau berenang ujarnya
kata Tante aku boleh telanjang, ya udah sekarang aku telanjang jawab gue sambil te
tap bersandar di pinggir kolam.
Begitu Tante Mira sudah mendekat langsung gue tarik, dan gue cium bibir nya, awa
l nya dia nggak nyangka kalo gue bakal kayak gitu, tapi akhir nya dia nikmatin j
uga permainan bibir gue dengan lidah gue di dalam mulutnya.
Mo, kita ke kamar kamu aja yuk, di kamar Tante ada Angel lagi tidur, Tante juga l
agi pengen nih ujar Tante Mira dengan muka merah menandakan dia sudah sangat nafs
u.
Kita berdua pun berjalan menuju kamar gue, gue masih dengan keadaan telanjang, T
ante Mira jalan di depan gue sambil tangan nya menggenggam kontol gue.
Begitu sampai kamar gue, Tante Mira langsung nyuruh gue duduk di pinggir tempat
tidur, setelah gue duduk kemudian dia langsung bergegas melepaskan baju renang n
ya.
Pertama dia buka bikini nya dulu, payudara nya yang montok dan kenyal itu pun la
ngsung melejit keluar, perkiraan gue ukurannya kira-kira 38b cukup besar untuk u
kuran Tante Mira yang berbadan tidak terlalu tinggi, setelah melepas bikini nya
dia pun berbalik badan membelakangi gue, lalu segera melepaskan g-string nya sam
bil membungkukkan badannya sehingga pantatnya yang montok dan semok itu seakan-a
kan menantang gue dengan belahan memek yang sudah agak basah dan lubang pantat y
ang sangat imut.
Setelah telanjang Tante Mira pun langsung berjongkok di depan gue yang masih dud
uk sambil mengagumi pemandangan yang ada di depan gue, dia pun langsung menggeng
gam kontol gue dengan kedua tangan nya dan mendekatkan mulut nya kea rah kepala
kontol gue,
Mo, kontol kamu gede banget ya, Tante baru nemuin yang kayak gini nih ujar nya ber
nafsu dan langsung menjilati seluruh permukaan kepala kontol gue sambil tangan m
engocok batang kontol gue naik turun.
ah, enak Tante, terus Tante di isep Tante desah gue menahan nikmat karena permaina
n mulut Tante Mira di kepala kontol gue.
Tante Mira pun semakin bernafsu kontol gue di jilatin dari mulai biji gue lalu k
e batang sampai ke kepala kontol gue, setelah puas menjilat seluruh permukaan ko
ntol gue, kemudian dia memasukkan kontol gue ke mulut nya, karena ukuran kontol
gue yang besar kontol gue Cuma bisa masuk sampai sebatas batang di bawah kepala
kontol gue, itu pun sedikit di paksain sama dia.
Ketika Tante Mira masih asik isepin kontol gue, tangan gue nggak tinggal diam, l
angsung gue arahin ke payudara Tante Mira yang montok, gue remas-remas pelan, gu
e mainin putting payudara nya yang sudah menegang karena nafsu itu.
Setelah puas isepin kontol gue, Tante Mira pun menjepit kontol gue di tengah pay
udara nya, kontol gue di kocok naik turun pake payudara nya.
ah enak Tante, terus Tante, kocok terus desah gue lagi menikmati jepitan payudara
Tante Mira di kontol gue.
Setelah gue puas dengan permainan payudara Tante Mira, badan Tante Mira gue angk
at dan gue dudukin di pangkuan gue, bibir kami pun langsung beradu, berciuman de
ngan sangat liar dan penuh nafsu, lidah kami bermain di dalam mulut saling menji
lati satu sama lain.
Setelah itu mulut gue berpindah turun ke arah gunung kembar Tante Mira, gue jila
tin satu persatu secara bergantian, sesekali gue gigit lembut putting nya.
Tante Mira menikmati sambil tangan nya meremas-remas rambut gue dan menekan kepa
la gue semakin rapat ke payudara nya.
Lalu posisi Tante Mira gue rebahin di kasur dan gue buka lebar paha nya, sehingg
a lubang memek nya yang sudah sangat basah itu terlihat jelas oleh gue.
Gue pun mulai menjilati memek Tante Mira, sesekali gue selipin lidah gue ke dala
m memek nya dan gue gigit lembut klitoris nya,
aaahhh, enak Mo, terusin Mo, jilat memek Tante Mo desah nya menikmati permainan li
dah gue di memek nya.
Setelah agak lama Tante Mira pun berujar,
udah Mo, langsung masukin Mo, Tante pengen ngerasain kontol gede kamu di dalam me
mek Tante kata nya sambil menarik tangan gue sehingga sekarang posisi gue tepat b
erada di atas tubuh Tante Mira dan kontol gue pas di depan memek nya.
Pelan tapi pasti gue dorong kontol gue masuk ke dalam memek Tante Mira,
aaaaahhhhh, pelan-pelan Mo, kontol kamu gede banget Tante Mira setengah menjerit,
merasakan memek nya penuh sesak sama kontol gue.
Gue dorong terus kontol gue sampai akhirnya seluruh batangnya terbenam di dalam
memek Tante Mira yang mungil itu.
Beberapa kali gue kocok pelan kontol gue di dalam memek Tante Mira, kemudian ber
angsur cepat seiring memek Tante Mira yang sudah sangat licin oleh lendir nya.
aaahhh terus Mo, dorong yang cepat Mo Tante Mira semakin menikmati permainan konto
l gue dalam memek nya, dia pun mengimbangi dengan menggoyang pinggul nya ke kana
n dan kiri.
udah Mo gantian sekarang Tante yang di atas ujar Tante Mira sambil segera mendoron
g tubuh gue hingga tertidur dan kemudian dia mengangkangkan memek nya tepat di a
tas kontol gue dan,
aaaaahhhh kontol kamu enak banget Mo, gede, bikin Tante nafsu desah nya begitu dia
memasukkan kontol gue ke dalam memek nya.
Selama Tante Mira menggoyang kontol gue, gue pun nggak diam gue remas kedua payu
dara nya, gue mainin putting yang sudah sangat tegang, sambil sesekali gue jilat
in gantian dari yang kanan ke kiri.
Lalu Tante Mira pun mulai merasa kalau dia mau mencapai klimaks di tandai dengan
goyangan nya yang semakin cepat di atas kontol gue, lalu kemudian,
ah, ah, ah, aaaaaaahhhhhh Mo, Tante keluar Mo, aaaaahhhh enak Mo pekik Tante Mira
seiring badan nya menegang menahan kenikmatan klimaks yang dia rasakan, sampai-s
ampai nggak sadar tangan nya mencakar dada gue.
Setelah mulai tenang Tante Mira pun merebahkan badan nya di atas gue, dengan pos
isi kontol gue masih berada dalam memek nya.
kamu hebat Mo, udah punya kontol gede, tahan lama lagi, jarang lho yang bisa taha
n sama goyangan Tante ujar Tante Mira memuji gue.
terus gimana nih Tante, aku belum keluar, Tante sih udah enak Tanya gue dengan muk
a bingung.
aduh ponakan ku sayang, Tante masih sanggup kok, kamu pasti puas sama Tante jawab
Tante Mira sambil melepas jepitan memek nya di kontol gue, dia pu lalu mulai men
jilati dan mengisap kontol gue yang basah oleh lendir dari memek nya.
Setelah puas menjilati kontol gue, Tante Mira pun berujar,
sayang, kita mulai lagi yuk, tapi cara nya ganti ya ujar nya,
ganti gimana maksud Tante Tanya gue dengan muka bingung, Tante Mira pun berujar la
gi,
sekarang kamu masukin ke lubang pantat Tante, mau kan kata nya dengan wajah memoho
n penuh nafsu.
Ini pengalaman pertama gue main lewat lubang pantat,
apa sih yang nggak buat Tante jawab gue bersemangat.
Tante Mira pun merubah posisi nya jadi nungging,
sekarang kamu jilatin pantat Tante ya, biar licin ujar nya lagi.
Tanpa menunggu lama, gue pun langsung menjilati pantat Tante Mira, gue jilatin s
eluruh permukaan lubang pantat Tante Mira, sesekali gue lebarin lubang pantat ny
a dan gue ludahin air liur gue ke dalam lubang pantat nya.
Gue masukin jari telunjuk gue ke lubang pantat nya,
aaahhh, udah basah Mo, masukin Mo, pantat Tante nggak sabar nih desah Tante Mira.
Gue pun langsung berlutut dan mengarah kan kontol gue ke lubang pantat Tante Mir
a, setelah gue ludahin dulu sedikit kepala kontol gue, biar tambah licin masuk n
ya.
Lalu gue dorong pelan kontol gue ke dalam lubang pantat Tante Mira,
aaaahhhh, enak Mo, terus dorong Mo sampai dalam Tante Mira sangat menikmati begitu
kontol gue memasuki lubang pantat nya.
Gila, lubang pantat Tante Mira lebih enak daripada memek nya, lebih sempit dan l
ebih gigit, benar-benar sensasi yang luar biasa.
Gue punya ide, sesekali gue gantian masukin kontol gue ke memek Tante Mira lalu
kembali ke lubang pantat nya, gila men, benar-benar nikmat.
aaaaahhhh enak Mo, terusin Mo, kamu hebat Mo desah Tante Mira menikmati permainan
kontol gue yang bergantian antara memek dan lubang pantat nya.
aaaahhhh, aaaahhhh, Mo Tante keluar lagi Mo, aaaahhhhh yessssss jerit Tante Mira s
eiring klimaks nya yang kedua kali, pas kontol gue lagi di dalam memek nya.
Gue pun berpindah lagi ke lubang pantat nya, yang terasa semakin sempit dan lici
n, nggak lama pun gue ngerasa cairan dalam kontol gue pengen keluar.
Gue pun semakin memepercepat kocokan kontol gue dalam memek nya,
Tante, aku juga mau keluar nih ujar gue.
keluarin di mulut Tante sayang, biar Tante minum jawab Tante Mira.
Begitu berasa udah mau keluar langsung gue cabut kontol gue dan mengarahkan ke a
rah mulut Tante Mira,
sini sayang biar Tante isep Tante Mira langsung menyambut dan mengisap dengan kera
s kontol gue.
aaaaaaahhhhhh isep Tante, udah keluar nih, aaaahhhhh desah gue seiring sperma gue
muncrat memenuhi mulut Tante Mira.
Tante Mira dengan sangat sigap mengisap habis sperma yang keluar dari kontol gue
, lalu di telan semua sama dia, lalu dia pun menjilati seluruh permukaan kontol
gue sampai kering, lubang pantat gue juga nggak ketinggalan di jilat sama dia.
Gue benar-benar puas malam itu, dan kami pun tertidur berpelukan dengan tubuh te
lanjang.
* * *
ungke
02-21-2009, 08:10 AM
mantap deh kl punya tante kyk gt
rvinlinz
04-05-2009, 02:26 PM
memang Keturunan binal. hahahhha:kissbounce:
hendra kk
01-10-2010, 08:04 AM
mantap bro...........
beone5
03-26-2010, 09:17 PM
sek asek reeee
Soi
03-29-2010, 04:57 AM
:beer: mantaf... :beer:
dah dapet anaknya trus dapet mamanya juga :guesuka:
beone5
07-30-2010, 08:24 PM
uiiii tante... kone gwa jga gatel nih mnta disepong ^.^
kopitiam
08-12-2010, 12:58 PM
sek asek reeee
:book::book:
00_raiser
08-15-2010, 07:24 AM
mau donk klo punya juga
f3rn4nd0
08-19-2010, 09:17 PM
mantab...
enak juga ya punya tante dan keponakan kayak gitu
ajib gila...
vBulletin® v3.8.0, Copyright ©2000-2010, Jelsoft Enterprises Ltd.

Indobokepz - Indonesian Movie and Picture Community > Other XXX > XXX Story > Pe
tualangan dengan tante imel dan anak nya
PDA
View Full Version : Petualangan dengan tante imel dan anak nya
ahong_kampang
02-18-2009, 11:19 PM
Petualangan Dengan Tante Imel dan Anaknya
Posted: admin on Feb 29 | cerita pesta seks | 5,708 views
Waktu itu saya berenang di kolam renang milik sebuah Country Club, dimana saya t
ercatat sebagai membernya. Saat itu sudah amat sore, sekitar pukul 5. Saya baru
saja naik ke pinggir kolam renang untuk handukkan. Saya melihat ada seorang gadi
s mungil bersama anak perempuan kecil, gadis itu kira-kira berusia antara 14-15
tahun. Karena gadis itu berdiri tidak jauh dari saya, saya liatin aja dia. Untuk
usia segitu, badannya bolah dibilang bagus, wajah manis, kulit putih bersih, ra
mbut panjang, swimsuit yang benar-benar sexy dan sekilas saya lihat bibir dan da
danya yang menantang sekali. Setelah saya perhatikan baik-baik, tiba-tiba Adik ke
cil saya bangun, bagaimana tidak.., ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. H
al ini nyata sekali dari belahan vaginanya yang tercetak di baju renangnya itu.
Eh.., nggak disangka-sangka, si anak kecil (yang ternyata adiknya), menghampiri
saya, lalu dia bilang, Om, mau main bola sama Grisa gak?
Eh.., mmh.., boleh.., kamu sama kakakmu ya? tanya saya gugup.
Iya.., itu Kakak! katanya sambil menunjuk kakaknya.
Lalu saya hampiri dia dan kami berkenalan. Ternyata, gadis manis itu bernama Rev
i, dan juga, dia baru kelas 2 SMP.
Mmh, Revi cuma berdua sama Grisa? tanya saya mencoba untuk menghangatkan suasana.
Nggak Om, kami sama Mami. Mami lagi senam BL di Gym diatas! kata Revi sambil menun
juk atas gedung Country Club.
Ooo.., sama Maminya, toh kata saya.
Papi kamu ndak ikut Rev?
Nggak, Papi kan kalo pulang malem banget, yaa.., jam-jam 2-an gitu deh. Berangkat
nya pagii bener katanya lucu.
Saya tersenyum sambil memutar otak untuk dapat berkenalan sama Maminya.
Mmh, Mami kamu bawa mobil Rev? kalo ndak bawa, nanti pulang sama Om saja, mau nda
k? Sekalian Om kenalan sama Mami kamu, boleh kan?
Boleh-boleh aja sih Om. Tapi, rencananya, habis dari sini, mau ke Mall sebentar.
Grisa katanya mau makan McD.
O, .. Ya udah ndak apa-apa. Om boleh ikut kan? Nanti pulangnya Om anterin .
Tapi yang menjawab si kecil Grisa, Boleh.., Om boleh ikut..
Sekitar 1/2 jam kami mengobrol, Mami mereka datang. Dan ternyata, orangnya canti
k banget. Tinggi dan postur tubuhnya benar-benar mengingatkan saya pada Mirna, m
irip abis. Buah dada yang besar dan ranum, leher dan kulit yang putih.., pokokny
a mirip. Singkat cerita, kami pun berkenalan. Revi dan Grisa berebut bercerita t
entang awal kami semua berkenalan, dan Mami mereka mendengarkan sambil tersenyum
-senyum, sesekali melirik ke saya.
Nama Mami mereka Imel, umurnya sudah 29 tahun, tapi bodinya.., 20 tahun. Ngobrol
punya ngobrol, ternyata Imel dan suaminya sedang pisah ranjang. Saya dalam hati
berkata, wah.., kesempatan nih. Makanya setelah makan dari Mall, saya memberani
kan diri untuk mengantarkan mereka ke rumah, dan ternyata Imel tidak berkeberata
n. Setelah sampai di rumahnya di bilangan Cilandak, saya dipersilahkan masuk, la
ngsung ke ruang keluarganya.
Waktu itu sudah hampir jam 8 malam. Grisa yang sepertinya capek sekali, langsung
tidur. Tapi saya, Imel dan Revi ngobrol-ngobrol di sofa depan TV.
Mel, suamimu sebenarnya kerja dimana? , tanya saya.
Anu Mas.., dia kontraktor di sebuah perusahaan penambangan gitu, jawab Imel ogah-o
gahan.
Iya Om, jangan nanya-nanya Papi. Mami suka sebel kalo ditanya tentang dia, timpal
Revi, yang memang kelihatan banget kalo dia deket sama Maminya.
Mendengar Revi bicara seperti itu, Imel agak kaget, Revi, nggak boleh bicara gitu
soal Papi, tapi bener Mas, aku nggak suka kalo ditanya soal suamiku itu .
Iya deh, aku nggak nanya-nanya lagi.. , kata saya sambil tersenyum.
Eh Iya.., Mas Vito mau minum apa? tanya Imel sembari bangkit dari sofa, Kopi mau?
Eh.., iya deh boleh.. jawab saya.
Tak lama kemudian Imel datang sambil membawa 2 cangkir kopi, Ini kopinya.. , katany
a sambil tersenyum.
Revi yang sedang nonton TV, dengan mimik berharap tiba-tiba berkata, Om, malem in
i nginep di sini mau ya? bolehkan Mam? . Imel yang ditanya, menjawab dengan gugup,
Eh.., mmh.., boleh-boleh aja.., tapi emangnya Om Vito mau?
Merasa dapat durian runtuh, saya menjawab sekenanya, Yah.., mau sih.. ,
Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam 1/2 12 malam ketika Imel berdiri dar
i sofa dan berkata, Mas Vito, aku mau ganti baju tidur dulu ya?
Eh, iya.. , jawab saya.
Kamu ndak tidur Rev, kan besok sekolah?
Mmh, belom ngantuk.. , jawabnya lucu.
Tak lama kemudian, Imel datang lagi ke ruang TV dengan mengenakan busana tidurny
a yang tipis sekali. Di dalamnya dia hanya memakai celana dalam jenis G-string d
an Bra tanpa tali. Revi yang sedang tidur-tiduran di karpet terbelalak kaget mel
ihat Maminya memakai baju se-sexy itu.
Ya ampun.., Mami.., bajunya itu lho, gak sopan banget.
Gak papa Rev , Mami udah lama nggak pake baju ini. Sekalian nyobain lagi, kata Imel
sambil tersenyum ke arah saya.
Om Vito aja nggak keberatan, masa kamu keberatan sih? . Saya yang masih terkagum-ka
gum dengan kemulusan body Imel, tidak bisa bicara apa-apa lagi.
Rev kamu tidur sana, sudah malam. Besok terlambat sekolah.., Mami masih mau ngobro
l sama Om Vito.., sana tidur! kata Imel.
Saya yang memang sudah pingin sekali mencoba tubuh Imel, juga ikut-ikutan ngomon
g, Iya, Rev besok telat masuk sekolahnya.., kamu tidur duluan sana.
Revi sepertinya kesal sekali di suruh tidur, Aaahh.., Mami nih. Orang masih mau n
gobrol sama Om Vito kok.. , tapi dia masuk juga ke kamarnya.
Setelah ditinggal Revi, saya mulai melakukan agresi militer.
Mel, kok kamu pake baju kaya gitu sih? kamu tidak malu apa sama aku, kita kan bar
u kenal. Belum ada 1 hari.., kamu ndak takut apa kalo aku apa-apain?
Mas, aku memang sudah lama nggak pake baju ini. Kalaupun toh pake, suamiku sudah
nggak peduli lagi kok sama aku. Dia lebih memilih sekretarisnya itu, kata Imel de
ngan mimik muka sedih.
Berarti suamimu itu tolol. Dia nggak liat apa, kalo istrinya ini punya badan yang
bagus, kulitnya putih, bibirnya tipis.., wah, kalo aku jadi suamimu, thak perem
kamu ndak boleh keluar kamar, kata saya bercanda.
Dan lagi kamu punya itu mengkel banget.. , Si Imel menatap saya dengan wajah lugu.
Itu apa Mas?
Mmh, boleh aku jujur tidak?
Boleh.., ngomong aja
Anu.., payudaramu itu lho.., mengkel banget, dan lagi aku yakin kalo anu mu pasti se
ukuran satu sendok makan kata saya sambil melakukan penetrasi dengan mengelus pah
anya.
Ooo.., ini, kata Imel sambil memegang buah dadanya sendiri.
Mas Vito mau? terus apaku yang seukuran..
Belum selesai Imel berbicara, Langsung saja aku potong dengan memegang dan menge
lus kemaluannya, Ini.. Mu.., buka dong bajumu! kata saya asal.
Imel yang sepertinya sudah setengah jalan, langsung melepas kain tipis yang menu
tupi tubuhnya. Sambil mengulum bibirnya yang tipis dan hangat, saya langsung mem
buka bra-nya. Imel dengan gerakan spontan yang halus sekali, membiarkan celana d
alamnya saya lucuti.
Mas, aku sudah telanjang. Sekarang gantian ya.. , kata Imel tanpa memberi saya kese
mpatan bicara,
Imel langsung melepas baju dan celana serta celana dalam saya, akibatnya dia sho
ck setengah mati melihat batangan saya yang sudah terkenal itu. Hebatnya lagi, d
ia tanpa minta ijin, langsung jongkok di bawah saya dan mengulum si Adik dengan be
ringas. Sekitar 5 menit kemudian, dia berdiri dan menyuruh saya untuk menjilati
bibir vertikalnya. Imel kelojotan setengah mati, ketika lidah saya menyapu denga
n kasar klitorisnya.
Imel saya suruh terlentang di karpet dan membuka kakinya, Veggy nya yang sudah basa
h itu, saya hajar dengan gerakan tajam dan teratur. Sambil terus menyerang, saya
meremas buah dadanya yang besar, dan menghisap lidahnya dalam-dalam ke mulut sa
ya. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya itu, kemudian dia berdiri dan membelaka
ngi saya dengan posisi menungging dan berpegangan di meja komputer didepannya, d
ia membuat jalan masuk dengan menggunakan kedua jarinya.
Langsung saya pegang pantatnya dan saya tusuk dia perlahan-lahan sebelum gerakan
makin cepat karena licinnya liang surga itu. Tak lama kemudian, Imel bergetar h
ebat sekali.., dia orgasme, tapi cairan sperma saya belum juga mau keluar. Saya
percepat gerakan saya, dan tidak memperdulikan erangan dan desahan Imel, dalam h
ati saya berkata, dia enak sudah klimaks, aku kan belum. Tak lama kemudian saya
sudah ndak tahan.
Saya tanya, Mel, aku mau keluar.., dimana nih?
Di tengah cucuran keringat yang amat banyak, Imel mendesah sambil berpaling ke a
rah saya, Di dalam aja Mas! biar lengkap .
Benar saja, akhirnya cairan saya, saya semprotkan semua di dalam liang vaginanya
. Banyak sekali, kental dan Lengket.
Setelah itu, kami duduk di sofa sambil dia saya suruh menjilati Mr. Penny saya. Hi
sapan Imel tetap tidak berubah, tetap penuh gairah, walaupun bibirnya terkadang
lengket di kepala Mr. Penny saya. Sekitar 5 menit, Imel menikmati si vladimir , sebel
um dia akhirnya melepaskan hisapannya dan bangun.
Mas, aku ke kamar mandi dulu ya, katanya.
Aku mau nyuci ini dulu, sambil dia mengelus vaginanya sendiri.
Ya.., jangan lama-lama.. , kata saya.
Karena sendirian, saya kocok saja sendiri batangan saya. Tiba-tiba si Revi kelua
r kamar.., dia berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikan saya. Saya k
aget sekali.
Loh, Rev.. Kamu belum tidur? tanya saya setengah panik.
Belum. Jawabnya singkat.
Lalu dia berjalan ke arah saya, sementara saya berusaha menutupi Mr. Penny saya de
ngan bantal sofa.
Om, tadi ngapain sama Mami? tanyanya lagi.
Eh.., anu.., Om sama Mami lagi.. belum selesai saya menjelaskan, Imel masuk ke rua
ng TV.
Dia kaget sekali melihat Revi ada di situ. Sambil tangan kanannya menutupi vagin
anya dan tangan kirinya menyilang menutupi buah dadanya yang ranum (tidak semua
tertutupi sih..), Imel berkata, Rev kamu ngapain, kok belum tidur?
Revi berpaling menghadap Maminya, Aku nggak bisa tidur, Mami tadi berisik banget.
Ngapain sih sama Om Vito?
Akhirnya saya menjelaskan, setelah sebelumnya menyuruh Imel duduk di samping say
a, dan Revi saya suruh duduk di karpet, menghadap kami.
Revi, kamu kan tahu, Papi sama Mamimu sudah pisah ranjang selama hampir 4 bulan.
Sebenarnya Om sama Mami sedang melakukan kegiatan yang sering dilakukan sama Mam
i dan Papimu setiap malam. Om dan istri Om juga sering melakukan ini, kata saya s
ambil melirik Imel yang terlihat sudah agak santai.
Tapi karena sekarang ndak ada Papi, Mami minta tolong Om Vito untuk melakukan hal
itu.
Revi terlihat sedikit bingung, Hal itu hal apa Om?
Di sini, Imel mencoba menjelaskan, Rev, Mami jangan disalahin ya.., Revi sayang M
ami kan?
Revi tersenyum, Iyalah, mi. Revi saayyaang banget sama Mami. Tapi Revi mau tahu,
Mami sama Om Vito ngapain?
Saya tersenyum sendiri mendengar rasa ingin tahu Revi yang cukup besar, Om Vito s
ama Mami lagi making love, kamu tahu artinya kan?
Mmh.., iya dikit-dikit. Jelasin semua dong Om.., Revi mau lihat, jawab Revi.
Wah.., kaget sekali mendengar Revi bicara begitu. Lalu saya melirik Imel, dan Im
el mengangguk mengerti.
Revi beneran mau lihat Mami sama Om Vito making love? tanya Imel.
Revi menjawab dengan polos, Iya mau. Dan kalau Om Vito mau ngajarin, Revi juga ma
u diajarin.., biar bisa .
Saya beneran seperti ketiban durian runtuh, Mmhh, tanya Mami ya?! soalnya Om tida
k bisa ngajarin, kalo Mamimu tidak ngijinin.., Om sih mau aja ngajarin.
Revi merajuk, merayu Maminya, Mi, boleh ya?
Imel ragu-ragu menjawab, Kamu lihat aja dulu deh ya?!
Sambil tersenyum Revi menjawab, Iya deh.. senang sekali ia.
Setelah itu, Revi saya suruh mundur beberapa langkah, dia masih duduk dan memper
hatikan dengan serius, ketika saya memamerkan batangan besar saya. Dan Revi hanya
bisa melongo ketika saya mengulum bibir Maminya sambil mengelus-elus vagina yang
tanpa bulu itu. Tak lama kemudian, Imel saya suruh untuk melakukan pekerjaan me
nghisap lagi. Sambil Imel disibukkan dengan pekerjaannya itu, saya menyuruh Revi
untuk duduk mendekat disamping saya.
Lihat Rev, Mami seneng banget kan? kata saya. Sementara Imel melirik kami sambil t
erus menjilati Mr. Penny saya.
Revi sudah pernah ciuman belom? tanya saya.
Belum Om.
Mau Om ajarin ndak? tanya saya lagi sambil melingkarkan tangan saya di lehernya.
Mau! jawabnya singkat.
Ya sudah.., Revi ikutin Om aja ya.., apa yang Om Vito lakukan, diikutin ya?!
Belum sempat Revi menjawab, saya langsung saja mengulum bibirnya, tegang sekali
si Revi. Ketika saya menarik lidah saya dengan lembut di dalam mulutnya, Revi te
rasa berusaha mengikuti, walaupun dengan gerakan yang tidak beraturan. Imel teru
s menghisap batangan saya, ketika saya melucuti tubuh anaknya yang putih bersih
dan mulus itu. Buah dada
Revi memang belum begitu besar, tapi untuk ukuran anak kelas 2 SMP, sudah cukup
ranum. Puting susunya masih berwarna merah muda dan ketika saya memilin-milinnya
, si Revi bergelinjang kegelian. Tak lama kemudian, Imel berlutut di depan saya
dan membantu Revi melepas celana dalamnya yang berwarna hijau muda.
Revi menurut aja ya sama Om Vito kata Imel. Sementara saya meremas-remas toketnya,
Imel menyuruh Revi untuk menggenggam batang Mr. Penny saya.
Rev, sekarang kamu jongkok disini ya kata Imel.
Kamu hisap Mr. Penny nya Om Vito, seperti Mami tadi. Jangan dihisap terus, nanti kam
u kehabisan nafas Imel tersenyum sayang kepada Revi.
Kadang di lepas, terus di jilat-jilat. Pokoknya kayak Mami tadi. Bisa kan?
Revi menjawab singkat, Bisa, Mam
Saya mengarahkan si Adik ke mulut Revi, sambil mengelus rambutnya yang hitam legam
.
Pelan-pelan Rev, jangan ditelan semuanya ya! Revi tersenyum.
Imel memperhatikan cara Revi menghisap, kadang dia memberikan instruksi. Tak lam
a setelah itu, saya menyuruh Revi berdiri. Saya tersenyum memandang vaginanya ya
ng masih rapat, tampak bulu-bulu halus menghiasi lubang sempit yang berwarna put
ih kemerahan itu. Terus terang saya tidak tega untuk menembusnya. Ya sudah, saya
ciumi dan jilati saja Veggy muda itu. Revi benar-benar kegelian. Akhirnya, Imel m
enyuruh Revi istirahat.
Pekerjaannya dilanjutkan oleh Imel. Tanpa berbasa-basi, Imel langsung menduduki M
r. Penny saya, dan mulai melakukan gerak maju mundur, nikmat sekali. Sambil Imel
terus mengerjai Mr. Penny saya, saya meremas-remas toketnya. Setelah itu, kami pin
dah tempat. Saya berbaring di karpet, dengan Imel masih menduduki si Adik , kali in
i dia membelakangi saya. Revi yang hanya diam melihat aksi kami, saya suruh mend
ekat ke arah saya.
Saya menyuruh dia untuk jongkok, dengan posisi Veggy nya di mulut saya. Sambil saya
remas pantatnya, saya tembus liang sempit itu dengan lidah, terkadang, saya sap
u dengan jari, sampai akhirnya, setengah jari tengah saya, masuk ke Veggy nya dan d
irespon Dengan gerakan yang sangat liar. Revi mulai mendesah tidak karuan, semen
tara pada saat bersamaan, Maminya mendesah keenakkan. Saya mulai serius menangga
pi Imel.
Revi saya suruh menyingkir. Setelah itu, saya membalik tubuh Imel, sekarang dia
yang dibawah. Saya lebarkan kakinya dan saya tusuk dengan tajam dan tanpa ampun.
Kali ini, Imel bertahan cukup lama, dia sudah mulai terbiasa dengan tusukan-tus
ukan saya. Akhirnya Imel tidak tahan juga, begitu juga saya. Dia orgasme, berbar
engan dengan saya yang kembali memuntahkan sperma ke dalam liang kemaluannya. Se
telah melepas si vladimir , Revi saya suruh menjilatinya.
Mmmhh.., Om.. Kok asin sih rasanya? protes Revi.
Imel sambil terengah-engah menjawab, Memang gitu rasa sperma. Tapi enak kan? Mami
bagi dong?!
Saya senyum-senyum saja melihat anak beranak itu berebut menjilati Mr. Penny saya.
Pada saat itu, saya teringat Vina (anak Mirna) yang selalu senang dan tertawa k
etika melihat Ibu dan tantenya berebutan Mr. Penny dan menjilati sisa sperma di uj
ungnya. Begitu juga Imel dan anaknya, Revi, yang seperti mengagungkan batangan s
aya. Saya memegang kepala Ibu dan anak itu, dan dengan maksud bercanda, kadang s
aya buat gerakan yang memaksa mereka harus berciuman dan menempelkan lidah masin
g-masing. Mereka tertawa dan tersenyum ceria, tanpa beban.
Sekali dua kali, kami masih sering bersenggama bertiga. Tapi sekali tempo, saya
hanya berdua saja dengan Revi, yang benar-benar telah merelakan keperawanannya s
aya ambil. Tapi kalau dengan Imel.., wow, jangan ditanya berapa kali, kami serin
g janjian di sebuah restoran di PIM, dan Grisa, anak bungsu Imel, selalu diajak.
Pernah suatu saat, ketika saya dan
Imel sedang perang alat kelamin di kamar mandi rumahnya (tanpa menutup pintu), Gri
sa tiba-tiba masuk dan menonton dengan bingung adegan saya dan Maminya yang seda
ng nungging di bathtub.
Dia bertanya kepada Maminya (walaupun tidak dijawab, karena sedang sibuk ), Mami dia
pain Om Vito, kok teriak-teriak? katanya.
Dan dia pun ikut menyaksikan kakaknya, yang saya senggamai di ruang TV, di sampi
ng Maminya yang telanjang bulat, dengan sperma di buah dadanya yang besar itu (b
ila saya buang di luar, dia tidak mau membersihkan sendiri, selalu menyuruh Revi
untuk menjilatinya).
Kami masih sering melakukan itu sampai sekarang. Untuk yang satu ini, saya tidak
mau berbagi rezeki dengan teman kantor saya, tidak seperti sewaktu dengan Mirna
dan Rere.
bersamabisa
02-20-2009, 07:55 PM
mantap ey cerita nya
bau kencur
02-21-2009, 12:43 AM
spasinya deket bener om
vBulletin® v3.8.0, Copyright ©2000-2010, Jelsoft Enterprises Ltd.

Indobokepz - Indonesian Movie and Picture Community > Other XXX > XXX Story > Ga
nasnya Tanteku
PDA
View Full Version : Ganasnya Tanteku
Venus
02-22-2009, 12:46 AM
Sesaat lamanya aku hanya berdiri di depan pintu gerbang sebuah rumah mewah tetap
i berarsitektur gaya Jawa kuno. Hampir separuh bagian rumah di depanku itu adala
h terbuat dari kayu jati tua yang super awet. Di depan terdapat sebuah pendopo k
ecil dengan lampu gantung kristalnya yang antik. Lantai keramik dan halaman yang
luas dengan pohon-pohon perindangnya yang tumbuh subur memayungi seantero lingk
ungannya. Aku masih ingat, di samping rumah berlantai dua itu terdapat kolam ika
n Nila yang dicampur dengan ikan Tombro, Greskap, dan Mujair. Sementara ikan Ger
amah dipisah, begitu juga ikan Lelenya. Dibelakang sana masih dapat kucium adany
a peternakan ayam kampung dan itik. Tante Yustina memang seorang arsitek kondang
dan kenamaan.
Enam tahun aku tinggal di sini selama sekolah SMU sampai D3-ku, sebelum akhirnya
aku lulus wisuda pada sebuah sekolah pelayaran yang mengantarku keliling dunia.
Kini hampir tujuh tahun aku tidak menginjakkan kakiku di sini. Sama sekali tida
k banyak perubahan pada rumah Tante Yus. Aku bayangkan pula si Vivi yang dulu ma
sih umur lima tahun saat kutinggalkan, pasti kini sudah besar, kelas enam SD.
Kulirik jarum jam tanganku, menunjukkan pukul 23:35 tepat. Masih sesaat tadi kud
engar deru lembut taksi yang mengantarku ke desa Kebun Agung, sleman yang masih
asri suasana pedesaannya ini. Suara jangkrik mengiringi langkah kakiku menuju ke
pintu samping. Sejenak aku mencari-cari dimana dulu Tante Yus meletakkan anak k
uncinya. Tanganku segera meraba-raba ventilasi udara di atas pintu samping terse
but. Dapat. Aku segera membuka pintu dan menyelinap masuk ke dalam.
Sejenak aku melepas sepatu ket dan kaos kakinya. Hmm, baunya harum juga. Hanya r
emang-remang ruangan samping yang ada. Sepi. Aku terus saja melangkah ke lantai
dua, yang merupakan letak kamar-kamar tidur keluarga. Aku dalam hati terus-mener
us mengagumi figur Tante Yus. Walau hidup menjada, sebagai single parents, toh d
ia mampu mengurusi rumah besar karyanya sendiri ini. Lama sekali kupandangi foto
Tante Yus dan Vivi yang di belakangnya aku berdiri dengan lugunya. Aku hanya te
rsenyum.
Kuperhatikan celah di bawah pintu kamar Vivi sudah gelap. Aku terus melangkah ke
kamar sebelahnya. Kamar tidur Tante Yus yang jelas sekali lampunya masih menyal
a terang. Rupanya pintunya tidak terkunci. Kubuka perlahan dan hati-hati. Aku ha
nya melongo heran. Kamar ini kosong melompong. Aku hanya mendesah panjang. Mungk
in Tante Yus ada di ruang kerjanya yang ada di sebelah kamarnya ini. Sebentar ak
u menaruh tas ransel parasit dan melepas jaket kulitku. Berikutnya kaos oblong J
ogja serta celana jeans biruku. Kuperhatikan tubuhku yang hitam ini kian berkuli
t gelap dan hitam saja. Tetapi untungnya, di tempat kerjaku pada sebuah kapal pe
siar itu terdapat sarana olah raga yang komplit, sehingga aku kian tumbuh kekar
dan sehat.
Tidak perduli dengan kulitku yang legam hitam dengan rambut-rambut bulu yang tum
buh lebat di sekujur kedua lengan tangan dan kakiku serta dadaku yang membidang
sampai ke bawahnya, mengelilingi pusar dan terus ke bawah tentunya. Air. Ya aku
hanya ingin merasakan siraman air shower dari kamar mandi Tante Yus yang bisa ha
ngat dan dingin itu.
Aku hendak melepas cawat hitamku saat kudengar sapaan yang sangat kukenal itu da
ri belakangku, "Andrew..? Kaukah itu..?"
Aku segera memutar tubuhku. Aku sedikit terkejut melihat penampilan Tante Yus ya
ng agak berbeda. Dia berdiri termangu hanya mengenakan kemeja lengan panjang dan
longgar warna putih tipis tersebut dengan dua kancing baju bagian atasnya yang
terlepas. Sehingga aku dapat melihat belahan buah dadanya yang kuakui memang mem
iliki ukuran sangat besar sekali dan sangat kencang, serta kenyal. Aku yakin, Ta
nte Yus tidak memakai BH, jelas dari bayangan dua bulatan hitam yang samar-samar
terlihat di ujung kedua buah dadanya itu. Rambutnya masih lebat dipotong sebata
ng bahunya. Kulit kuning langsat dan bersih sekali dengan warna cat kukunya yang
merah muda.
"Ngg.., selamat malam Tante Yus... maaf, keponakanmu ini datang dan untuk berlib
ur di sini tanpa ngebel dulu. Maaf pula, kalau tujuh tahun lamanya ini tidak per
nah datang kemari. Hanya lewat surat, telpon, kartu pos, e-mail.., sekali lagi,
saya minta maaf Tante. Saya sangat merindukan Tante..!" ucapku sambil kubiarkan
Tante Yus mendekatiku dengan wajah haru dan senangnya.
"Ouh Andrew... ouh..!" bisik Tante Yus sambil menubrukku dan memelukku erat-erat
sambil membenamkan wajahnya pada dadaku yang membidang kasar oleh rambut.
Aku sejenak hanya membalas pelukannya dengan kencang pula, sehingga dapat kurasa
kan desakan puting-puting dua buah dadanya Tante Yus.
"Kau pikir hanya kamu ya, yang kangen berat sama Tante, hmm..? Tantemu ini meleb
ihi kangennya kamu padaku. Ngerti nggak..? Gila kamu Andrew..!" imbuhnya sambil
memandangi wajahku sangat dekat sekali dengan kedua tangannya yang tetap melingk
arkan pada leherku, sambil kemudian memperhatikan kondisi tubuhku yang hanya ber
cawat ini.
Tante Yustina tersenyum mesra sekali. Aku hanya menghapus air matanya. Ah Tante
Yus...
"Ya, untuk itulah aku minta maaf pada Tante..."
"Tentu saja, kumaafkan.." sahutnya sambil menghela nafasnya tanpa berkedip tetap
memandangiku, "Kamu tambah gagah dan ganteng Andrew. Pasti di kapal, banyak cre
w wanita yang bule itu jatuh cinta padamu. Siapa pacarmu, hmm..?"
"Belum punya Tan. Aku masih nabung untuk membina rumah tangga dengan seorang, en
tah siapa nanti. Untuk itu, aku mau minta Tante bikinkan aku desain rumah..."
"Bayarannya..?" tanya Tante Yus cepat sambil menyambar mulutku dengan bibir tipi
s Tante Yus yang merah.
Aku terkejut, tetapi dalam hati senang juga. Bahkan tidak kutolak Tante Yus untu
k memelukku terus menerus seperti ini. Tapi sialnya, batang kemaluanku mulai mer
inding geli untuk bangkit berdiri. Padahal di tempat itu, perut Tante Yus meneka
nku. Tentu dia dapat merasakan perubahan kejadiannya.
"Aku... ngg..."
"Ahh, kamu Andrew. Tante sangat kangen padamu, hmm... ouh Andrew... hmm..!" sahu
t Tante Yus sambil menerkam mulutku dengan bibirnya.
Aku sejenak terkejut dengan serbuan ganas mulut Tante Yus yang kian binal meluma
t-lumat mulutku, mendasak-desaknya ke dalam dengan buas. Sementara jemari kedua
tangannya menggerayangi seluruh bagian kulit tubuhku, terutama pada bagian pungg
ung, dada, dan selangkanganku. Tidak karuan lagi, aku jadi terangsang. Kini aku
berani membalas ciuman buas Tante Yus. Nampaknya Tante Yus tidak mau mengalah, d
ia bahkan tambah liar lagi. Kini mulut Tante Yus merayap turun ke bawah, menyusu
ri leherku dan dadaku. Beberapa cupangan yang meninggalkan warna merah menghiasi
pada leher dan dadaku. Kini dengan liar Tante Yus menarik cawatku ke bawah sete
lah jongkok persis di depan selangkanganku yang sedikit terbuka itu. Tentu saja,
batang kemaluanku yang sebenarnya telah meregang berdiri tegak itu langsung mem
ukul wajahnya yang cantik jelita.
"Ouh, gila benar. Tititmu sangat besar dan kekar, An. Ouh... hmmm..!" seru berga
irah Tante Yus sambil memasukkan batang kejantananku ke dalam mulutnya, dan mula
ilah dia mengulum-ngulum, yang seringkali dibarengi dengan mennyedot kuat dan ga
nas.
Sementara tangan kanannya mengocok-ngocok batang kejantananku, sedang jemari tan
gan kirinya meremas-remas buah kemaluanku. Aku hanya mengerang-ngerang merasakan
sensasi yang nikmat tiada taranya. Bagaimana tidak, batang kemaluanku secara di
am-diam di tempat kerjaku sana, kulatih sedemikian rupa, sehingga menjadi tumbuh
besar dan panjang. Terakhir kuukur, batang kejantanan ini memiliki panjang 25 s
entimeter dengan garis lingkarnya yang hampir 20 senti. Rambut kemaluan sengaja
kurapikan.
Tante Yus terus menerus masih aktif mengocok-ngocok batang kemaluanku. Remasan p
ada buah kemaluanku membuatku merintih-rintih kesakitan, tetapi nikmat sekali. B
ahkan dengan gilanya Tante Yus kadangkala memukul-mukulkan batang kemaluanku ini
ke seluruh permukaan wajahnya. Aku sendiri langsung tidak mampu menahan lebih l
ama puncak gairahku. Dengan memegangi kepala Tante Yus, aku menikam-nikamkan bat
ang kejantananku pada mulut Tante Yus. Tidak karuan lagi, Tante Yus jadi tersend
ak-sendak ingin muntah atau batuk. Air matanya malah telah menetes, karena batan
g kejantananku mampu mengocok sampai ke tenggorokannya.
Pada satu kesempatan, aku berhasil mencopot kemejanya. Aku sangat terkejut saat
melihat ukuran buah dadanya. Luar biasa besarnya. Keringat benar-benar telah mem
basahi kedua tubuh kami yang sudah tidak berpakaian lagi ini. Dengan ganas, kedu
a tangan Tante Yus kini mengocok-ngocok batang kemaluanku dengan genggamannya ya
ng sangat erat sekali. Tetapi karena sudah ada lumuran air ludah Tante Yus, kini
jadi licin dan mempercepat proses ejakulasiku.
"Crooot... cret.. croot... creeet..!" menyemprot air maniku pada mulut Tante Yus
.
Saat spremaku muncrat, Tante Yus dengan lahap memasukkan batang kemaluanku kemba
li ke dalam mulutnya sambil mengurut-ngurutnya, sehingga sisa-sisa air maniku ke
luar semua dan ditelan habis oleh Tante Yus.
"Ouhh... ouh.. auh Tante... ouh..!" gumamku merasakan gairahku yang indah ini di
kerjai oleh Tante Yus.
"Hmmm... Andrew... ouh, banyak sekali air maninya. Hmmm.., lezaat sekali. Lezat.
Ouh... hmmm..!" bisik Tante Yus menjilati seluruh bagian batang kemaluanku dan
sisa-sisa air maninya.
Sejenak aku hanya mengolah nafasku, sementara Tante Yus masih mengocok-ngocok da
n menjilatinya.
"Ayo, Andrew... kemarilah Sayang.., kemarilah Baby..!" pintanya sambil berbaring
telentang dan membuka kedua belah pahanya lebar-lebar.
Aku tanpa membuang waktu lagi, terus menyerudukkan mulutku pada celah vagina Tan
te Yus yang merekah ingin kuterkam itu. Benar-benat lezat. Vagina Tante Yus mula
i kulumat-lumat tanpa karuan lagi, sedangkan lidahku menjilat-jilat deras seluru
h bagiang liang vaginanya yang dalam. Berulang kali aku temukan kelentitnya lewa
t lidahku yang kasar. Rambut kemaluan Tante Yus memang lebat dan rindang. Cupang
an merah pun kucap pada seluruh bagian daging vagina Tante Yus yang menggairahka
n ini. Tante Yus hanya menggerinjal-gerinjal kegelian dan sangat senang sekali n
ampaknya. Kulirik tadi, Tante Yus terus-menerus melakukan remasan pada buah dada
nya sendiri sambil sesekali memelintir puting-putingnya. Berulang kali mulutnya
mendesah-desah dan menjerit kecil saat mulutku menciumi mulut vaginanya dan mene
rik-narik daging kelentitnya.
"Ouh Andrew... lakukan sesukamu.. ouh.., lakukan, please..!" pintanya mengerang-
erang deras.
Selang sepuluh menit kemuadian, aku kini merayap lembut menuju perutnya, dan ter
us merapat di seluruh bagian buah dadanya. Dengan ganas aku menyedot-nyedot puti
ng payudaranya. Tetapi air susunya sama sekali tidak keluar, hanya puting-puting
itu yang kini mengeras dan memanjang membengkak total. Di buah dadanya ini pula
aku melukiskan cupanganku banyak sekali. Berulang kali jemariku memilin-milin g
emas puting-puting susu Tante Yus secara bergantian, kiri kanan. Aku kini tidak
tahan lagi untuk menyetubuhi Tanteku. Dengan bergegas, aku membimbing masuk bata
ng kemaluanku pada liang vaginanya.
"Ooouhkk.. yeaaah... ayoo.. ayooo... genjot Andrew..!" teriak Tante Yus saat mer
asakan batang kejantananku mulai menikam-nikam liar mulut vaginanya.
Sambil menopang tubuhku yang berpegangan pada buah dadanya, aku semakin meningka
tkan irama keluar masuk batang kemaluanku pada vagina Tante Yus. Wanita itu hany
a berpegangan pada kedua tanganku yang sambil meremas-remas kedua buah dadanya.
"Blesep... sleeep... blesep..!" suara senggama yang sangat indah mengiringi deng
an alunan lembut.
Selang dua puluh menit puncak klimaks itu kucapai dengan sempurna, "Creeet... cr
oot... creeet..!"
"Ouuuhhhkk.. aooouhkk... aaahhk..," seru Tante Yus menggelepar-gelepar lunglai.
"Tante... ouhhh..!" gumamku merasakan keletihanku yang sangat terasa di seluruh
bagian tubuhku.
Dengan batang kemaluan yang masih tetap menancap erat pada vagiana Tante Yus, ka
mi jatuh tertidur. Tante Yus berada di atasku.
Karena kelelahanku yang sangat menguasai seluruh jaringan tubuhku, aku benar-ben
ar mampu tertidur dengan pulas dan tenang. Entah sudah berapa lama aku tertidur
pulas, yang jelas saat kubangun udara dingin segera menyergapku. Sial. Aku sadar
, ini di desa dekat Merapi, tentu saja dingin. Tidak berapa lama jam dinding ber
dentang lima sampai enam kali. Jam enam pagi..! Dengan agak malas aku beranjak b
erdiri, tetapi tidak kulihat Tante Yus ada di kamar ini. Sepi dan kosong. Dimana
dia..? Aku terus mencoba ingin tahu. Dalam keadaan bugil ini, aku melangkah men
dekati meja lampu. Secarik kertas kutemukan dengan tulisan dari tangan Tante Yus
tina.
Andrew sayang, Tante kudu buru-buru ke Jakarta pagi ini. Udah dijemput. Ada pame
ran di sana. Tolong jaga rumah dan Vivi. Ttd, Yustina.
Aku menghela nafas dalam-dalam. Gila, setelah menikmati diriku, dia minggat. Tet
api tidak apa-apa, aku dapat beristirahat total di sini, ditemani Vivi. Eh, tapi
dimana dia..? Aku segera mengambil selembar handuk putih kecil yang segera kuli
litkan pada tubuh bawahku. Tanpa membuang waktu lagi aku segera menyusuri rumah,
dari ruang ke ruang dari kamar ke kamar. Tetapi sosok bocah SD itu tidak keliha
tan sama sekali. Aku hampir putus asa, tetapi mendadak aku mendengar suara gemer
icik air pancuran dari kamar mandi ruang tamu di depan sana. Vivi. Ya itu pasti
dia. Aku segera memburu.
Kubuka pintu kamar tamu yang luas dan asri ini. Benar. Kulihat pintu kamar mandi
nya tidak ditutup, ada bayangan orang di situ yang sedang mandi sambil bernyanyi
melagukan Westlife. Edan, anak SD nyanyinya begitu. Aku hanya tersenyum saja. P
erlahan aku mendekati gawang pintu. Aku seketika hanya menelan ludahku sendiri.
Vivi berdiri membelakangiku masih asyik bergoyang-goyang sambil menggosok seluru
h tubuhnya yang telanjang bulat itu dengan sabun. Rambut panjangnya tumbuh lurus
dan hitam sebatas pinggang. Berkulit kuning langsat dan nampaknya halus sekali.
Kusadari dia telah tumbuh lebih dewasa.
Air shower masih menyiraminya dengan hangat. Pantatnya sungguh indah bergerak-ge
rak penuh gairah. Hanya aku belum lihat buah dadanya. Tanpa kuduga, Vivi membali
kkan badannya. Aku yang melamun, seketika terkejut bukan main, takut dan khawati
r membuatnya kaget lalu marah besar. Ternyata tidak.
"Mas..? Mas Andrew..?" bertanya Vivi tidak percaya dengan wajah senang bercampur
kaget.
Aku hanya menghela nafas lega. Dapat kuperhatikan kini, buah dadanya Vivi telah
tumbuh cukup besar. Puting-putingnya hitam memerah kelam dan tampak menonjol ind
ah. Kira-kira buah dadanya ya, sekitar seperti tutup gelas itu. Seperti belum tu
mbuh, tetapi kok terlihat sudah memiliki daging menonjolnya. Sedangkan rambut ke
maluannya sama sekali belum tumbuh. Masih bersih licin.
"Hai vivi, apa kabarnya..?" tanyaku mendekat.
Vivi hanya tersenyum, "Masih ingat ketika kita renang bersama di rumahku dulu..?
Kita berdua kan..? Hmm..?" sambungku meraih bahunya.
Air terus menyirami tubuhnya, dan kini juga tubuhku. Vivi mengangguk ingat.
"Ya. Ngg.., bagaimana kalau kita mandi bareng lagi Mas. Vivi kangen... mas andre
w.. ouh..!" ujarnya memeluk pinggangku.
Aku mengangkut tubuhnya yang setinggi dadaku ini dengan erat.
"Tentu saja, yuk..!"
Aku menurunkan Vivi.
"Kapan Mas datangnya..?"
"Tadi malam. Vivi lagi tidur ya..?"
"Hm.. Mh..!"
Aku melepas handukku yang kini basah. Saat kulepas handukku, Vivi tampak kaget m
elihat rambut kemaluanku yang tumbuh rapih. Segera saja tangannya menjamah buah
kemaluan dan bantang kejantananku.
"Ouh.., Mas sudah punya rambut lebat ya. Vivi belum Mas..," ujarnya sambil mempe
rhatikan vaginanya yang kecil.
Tentu saja aku jadi geli, batang kemaluanku diraba-raba dan ditimang-timang jema
ri tangan mungil Vivi yang nakal ini.
"Itu karena Vivi masih kecil. Nanti pasti juga memiliki rambut kemaluan. Hmm..?"
ucapku sambil membelai wajahnya yang manis sekali.
Vivi hanya tersipu. Sialnya, aku kini jadi kian geli saat Vivi menarik-narik bat
ang kejantananku dengan candanya.
"Ihhh.., kenyal sekali... ouh.., seperti belalai ya Mas..!"
Aku jadi terangsang. Gila.
"Belalai ini bisa akan jadi tumbuh besar dan panjang lho. Vivi mau lihat..?"
"Iya Mas.., gimana tuh..?"
"Vivi mesti mengulum, menghisap-hisap dan menyedotnya dengan kuat sekali batang
zakar ini. Gimana..? Enak kok..!" kataku merayu dengan hati yang berdebar-debar
kencang.
Vivi sejenak berpikir, lalu tanpa menoleh ke arahku lagi, dia memasukkan ujung b
atang kejantananku ke dalam mulutnya. Wow..! Gadis kecil ini langsung melakukan
perintahku, lebih-lebih aku mengarahkan juga untuk mengocok-ngocok batang kemalu
anku ini, Vivi menurut saja, dia malah kegirangan senang sekali. Dianggapnya bat
ang ku adalah barang mainan baginya.
"Iya Mas. Tambah besar sekali dan panjang..!" serunya kembali melumat-lumatkan b
atang kejantananku dan mengocok keras batangnya.
Sekarang Vivi kuajari lagi untuk meremas buah kemaluanku. Aku membayangkan semua
itu bahwa Tante Yus yang melakukan. Indah sekali sensasinya. Tetapi nyatanya ak
u tengah dipompa nafsu seksku dari bocah cilik ini. Edan, sepupuku lagi. Tetapi
apa boleh buat. Aku lagi kebelet sekali kini. Yang ada hanyalah Vivi yang lugu d
an bodoh tetapi mengasyikan sekali. Batang kejantananku kini benar-benar telah t
umbuh sempurna keras dan panjangnya. Vivi kian senang. Aku kian tidak tahan.
"Teruskan Vi, teruskan... ya.., ya... lebih keras dan kenceng... lakukanlah Saya
ng..!" perintahku sambil mengerang-erang.
Setelah hampir lima belas menit kemudian, air maniku muncrat tepat di dalam mulu
t Vivi yang tengah menghisap batang kemaluanku.
"Creeet... crooot.. creet.. cret..!"
"Hup.. mhhhp..!" teriak kaget Vivi mau melepaskan batang kemaluanku.
Tetapi secepat itu pula dia kutahan untuk tetap memasukkan batang kemaluanku di
dalam mulutnya.
"Telan semua spermanya Vi. Itu namanya sperma. Enak sekali kok, bergizi tinggi.
Telan semuanya, ya.. yaaa... begitu... terus bersihkan sisa-sisanya dari batangn
ya Mas..!" perintahku yang dituruti dengan sedikit enggan.
Tetapi lama kelamaan Vivi tampak keasyikan mencari-cari sisa air maniku.
"Enak sekali Mas. Tapi kental dan baunya, hmm.., seperti air tajin saat Mama nan
ak nasi..! Enak pokoknya..! Lagi dong Mas, keluarkan spermanya..!"
Gila. Gila betul. Aku masih mencoba mengatur jalannya nafasku, Vivi minta sperma
ku lagi..? Edan anak ini.
"Baik, tapi kini Vivi ikuti perintahku ya..! Nanti tambah asyik, tapi sakit. Gim
ana..?"
"Kalau enak dan asyik, mauh. Nggak papa sakit dikit. Tapi spermanya ada lagi kha
n..?"
Aku mengangguk. Vivi mulai kubaringkan sambil kubuka kedua belahan pahanya yang
mulus itu untuk melingkari di pinggangku. Vivi memperhatikan saja. Air dari show
er masih mengucuri kami dengan dingin setelah tadi sempat kuganti ke arah cool.
"Auuuh, aduh.. Mas..!" teriak vivi kaget saat aku memasukkan batang kejantananku
ke dalam liang vaginanya yang jelas-jelas sangat sempit itu.
Tetapi aku tidak perduli lagi. Kukocok vagina Vivi dengan deras dan kencang samb
il kuremas-remas buah dadanya yang kecil, serta menarik-narik puting-puting buah
dadanya dengan gemas sekali. Vivi semakin menjerit-jerit kesakitan dan tubuhnya
semakin menggerinjal-gerinjal hebat.
"Sakiiit.. auuuh Mas.., Mas hentikan saja... sakiiit, perih sekali Mas, periiihh
h... ouuuh akkkh... aouuuhkkk..!" menjerit-jerit mulut manisnya itu yang segera
saja kuredam dengan melumat-lumat mulutnya.
"Blesep.. blesep... slebb..!" suara persetubuhkan kami kian indah dengan siraman
shower di atas kami.
Aku semakin edan dan garang. Gerakan tubuhku semakin kencang dan cepat. Dapat ku
rasakan gesekan batang kemaluanku yang berukuran raksasa ini mengocok liang vagi
nan Vivi yang super rapat sempitnya. Dari posisi ini, aku ganti dengan posisi Vi
vi yang menungging, aku menyodok vaginanya dari belakang. Lalu ke posisi dia kup
angku, sedangkan aku yang bergerak mengguncangkan tubuhnya naik, lalu kuterima d
engan menikam ke atas menyambut vaginanya yang melelehkan darah.
"Tidak Masss... ouh sakit.. uhhk... huuuk... ouhhh... sakiiit..!" tangisnya seja
di-jadinya.
Tetapi aku tidak perduli, sepuluh posisi kucobakan pada tubuh bugil mungil Vivi.
Bahkan Vivi nyaris pingsan. Tetapi disaat gadis itu hendak pingsan, puncak ejak
ulasiku datang.
"Creeet... crooot.. sreeet... crreeet..!" muncratnya air mani yang memenuhi lian
g vaginanya Vivi bercampur dengan darahnya.
Vivi jatuh pingsan. Aku hanya mengatur nafasku saja yang tidak karuan. Lemas. Vi
vi pingsan saat aku memasangkan kembali batang kemaluanku ke posisi dia, kugendo
ng di depan dengan dadanya merapat pada dadaku. Pelan-pelan kujatuh menggelosor
ke bawah dengan batang kemaluanku yang masih menancap erat di vaginanya.
Itulah pengalamanku dengan Tante Yus dan putrinya Vivi yang keduanya memang bina
l itu. Teriring salam untuk Vivi.

TAMAT
ungke
03-07-2009, 02:00 PM
udah main eh dapet bonus part 1 he he
vBulletin® v3.8.0, Copyright ©2000-2010, Jelsoft Enterprises Ltd.

Indobokepz - Indonesian Movie and Picture Community > Other XXX > XXX Story > Bu
guru yang maniak
PDA
View Full Version : Bu guru yang maniak
tom
04-05-2009, 04:01 PM
Bu guru yang maniak
NamanyaBu Letty tapi biasa di panggil Bu Letty. Umurnya kutaksir sekitar 50 tahu
nan. Meskipun tidak begitu cantik namun mukanya selalu terlihat bersih. Wajahnya
hanya dilapisi mik-up tipis dengan lips-gloss pada bibirmya serta farfum berwan
gi kembang selalu tercium dari tubuh Bu Letty. Maklum sudah berumur, badan Bu Le
tty sedikit gempal dan sepasang buah dadanya pun besar dan terlihat masih montok
.
Seperti biasa pagi itu Bu Letty datang ke rumahku untuk mengajar ngaji anakku. A
ku pun mempersilahkannya masuk.
''Eh, dik Lan, anak-anak sama dik Wati ke mana?'' Tanya Bu Letty.
''Iya bu saya minta maaf sama ibu karena lupa ngasih tahu kalau hari ini anak sa
ya libur dulu soalnya ikut ibunya ke rumah saudara, bantu-bantu mau ada hajatan'
'. Jawabku.
"Oh begitu, nggak apa-apa, wah dik Lan bujangan lagi dong hari ini?" Kata Bu Let
ty sambil tersenyum tipis.
Aku hanya tersenyum menanggapinya, lalu aku tawarkan padanya minum, pertamanya s
ih dia menolaknya tapi setelah kutawarkan lagi akhirnya Bu Letty mau juga. Aku p
un segera pergi ke dapur membuat minuman.
"Kopi aja yah, Bu Letty" Tawarku.
''O, yah nggak apa-apa, apa aja deh''. Jawabnya.
Tapi tiba-tiba otak aku mula memikirkan yang bukan-bukan, sewaktu aku ke dapur,
Bu Letty duduk di atas sofa dan kulihat kain yang di pakai Bu Letty tersingkap m
enampakkan paha Bu Letty yang agak besar. Aku mencuri pandang sedikit sambil ter
us berjalan. Karena mataku asik memperhatikan paha Bu Letty aku tidak sadar kala
u saat itu sudah dekat dinding dapur hingga kepalaku terantuk, ku gosok-gosok ji
datku untuk menghilangkan sakit. Melihatku terantuk Bu Letty langsung bangun dan
mendekatiku.
"Eh.. dik Lan.. kenapa?" Tanya Bu Letty.
Aku tak menjawab, sedangkan wajahku meringis menahan sakit.
"Ada apa sih dik Lan? Bu Letty bertanya lagi sambil tersenyum, mungkin lucu meli
hatku meringis, sedangkan tangannya diulurkan untuk memegang tanganku yang sedan
g menggosok-gosok jidat.
"Nggak apa-apa bu..," Jawabku.
Setelah tahu jidatku tidak apa-apa Bu Letty tersenyum lagi lalu dilepaskan pegan
gan tangannya yang memegang pergelangan tanganku, dan aku terus ke dapur untuk m
enyiapkan minum untuk Bu Letty dan sesudah siap kemudian ku hidangkan di meja ta
mu di depan Bu Letty.
''Kopinya di minum ya dik..'' Kata Bu Letty sambil mengangkat gelas kopi lalu me
nghirupnya perlahan setelah meniup-niup permukaan air kopi agar tidak terlalu pa
nas.
''Oh iya silahkan Bu..,'' Aku mempersilahkan.
Saat itu nafsu seksku kembali naik ketika kuperhatikan lagi paha Bu Letty yang k
embali tersibak, karena Bu Letty duduk persis dihadapanku, aku dapat melihat den
gan jelas hingga ke celana dalamnya yang berwarna krem. Tapi lama-lama Bu Letty
rupanya sadar, lalu dibetulkannya letak kain yang dipakainya sehingga pahanya te
rtutup.
"Wah.. dik Lan ini nggak boleh melihat pemandangan, matanya sampai nggak ngedip-
ngedip.'' Canda Bu Letty mengagetkanku.
''Ah Bu Letty bisa aja.'' Elakku sambil cengar-cengir.
Nafsu seksku kian terbakar, otakku dipenusi fantasi seks dengan Bu Letty, bisa n
ggak yah aku ngedapetin wanita berusia 50 tahun ini, bisik hatiku bertanya. Ku c
oba mereka cara agar nafsuku terhadap Bu Letty dapat terlampiaskan . Aku memang
sangat suka wanita yang sudah berumur seperti Bu Letty, bagiku mereka lebih seks
i juga lebih memahami dan tidak egois dalam bermain sex.
"Er.. air kopi ni aja ke yang boleh hilangkan dahaga?" tanya aku dengan muka sel
amberr aja.
Kak Zi. tersentak sekejap.
"...maksud dik Lan? "
''Eh.. mana ada maksud apa apa? Saya hanya bergurau saja.." kata aku.
Untuk kesekian kalinya, setelah Bu Letty menghirup kopi, diletakkannya gelas kop
i di atas meja, tapi ketika itu Bu Letty lantas bangun. Aku diam saja, dalam hat
iku bertanya Bu Letty mau ngapain yah?. Ku lihat Bu Zila berjalan menuju ke lema
ri dimana aku memajang benda-benda hiasan.
"Istri dik Lan cantik yah?, anaknya juga cakep" Katanya sambil mengamati fotret
istrik dan anakku.
"Pasti dong bu, siapa dulu bapaknya" kata aku mencuba bercanda.
"Katanya istri dik Lan sedang mengandung anak kedua?'' Tanya Bu Letty.
Aku mengiyakan.
"Sudah berapa bulan?"
"5 bulan Bu".
"Wah, itu artinya air naik ke kepala dik lan?" Lanjut Bu Letty sambil memandangk
u.
"..Emmh, maksud ibu? " Tanyaku tidak mengerti maksud perkataan Bu Letty.
''Nggak usah di terangin juga dik Lan nanti pasti ngerti, tadi kan dik Lan puas
memandang selangkangan ibu memangnya ibu nggak tahu, udah gitu gaya dik Lan ini
seperti orang yang tak puas saja" Serang Bu Letty.
"Tapi.., tadi itu saya, eu.. eh..,.. bukan.. anu..," Kata ku tergagap tak tahu h
arus berkata apa untuk membela diri.
"Ya sudah dik Lan, tenang aja mungkin rezeki dik Lan bisa melihat paha ibu." Kat
a Bu Letty sambil tersenyum aneh.
Aku bingung melihat sikap Bu Letty, hatiku bertanya-tanya apa sih maksud Bu Lett
y sebenarnya.
"Istri dik Lan perginya lama nggak?" Bu Letty bertanya.
"Sepertinya sih lama bu, soalnya dia pergi kerumah uwaknya, mau ada hajatan kata
nya, jadi ya.. bantu-bantu disana, malah mungkin nginap disana" Jawabku.
"Oh.. gitu.. toh'' Kata Bu Letty.
Bu Letty lalu membalikan badannya dan berjalan menuju kembali ke sofa lalu di he
mpaskan badannya.
''..Ssshh, ahh.., panas banget yah, rasanya semua bagian badan ibu berkeringat n
ih..'' Gumam Bu Letty, kemudian dibukanya kerudung yang dipakainya.
Aku hanya diam sambil memperhatikan saja.
"Apa Bu Letty mau mandi?, atau mau buka baju saja, silahkan saja bu" Kataku. Kub
eranikan diri untuk mulai memancingnya ke arah situasi yang kuinginkan.
"Kalau iya gimana dik Lan, tapi tutup dulu dong gordennya nanti keliatan orang n
ggak enak." Sambut Bu Letty sambil melihat ke arah gorden.
Entah perasaan apa yang kurasakan ketika itu, aku segera bangun, kutarik kain go
rden sampai rapat sambil membelakangi Bu Letty. Samar-samar ku dengar bunyi resl
eting di buka, aku menoleh kebelakang, nampak Bu Letty sedang membuka kain bagia
n bawah yang di pakainya lalu melepasnya.
"Jangan berdiri saja dik Lan, kalau mau lihat, kesini dong biar dekat.'' Goda Bu
Letty.
Mendengar itu, segera ku dekati Bu Letty yang tengah menyandarkan dirinya atas s
ofa, dengan hanya memakai baju kurung tanpa kain bawah. Mata Bu Zila tampak dipe
jamkan sambil tangannya mengipas-ngipas badannya, sedangkan aku bermaksud kembal
i ketempatku semula, namun tiba-tiba Bu Letty menarik tangan aku saat aku melint
as di depannya hingga badanku terhuyung mau jatuh di atas tubuhnya, kemudian tan
pa ku duga Bu Zila Bu Letty lalu menarik ke atas baju kurung dia, dan terpampang
lah bra yang menutupi buah dada Bu Zila yang besar. Mataku terbelalak melihatnya
.
Dia kembali menyandarkan dirinya ke sofa, aku masih berdiri bingung di samping B
u Letty, kemudian Bu Letty menarik pantatnya ke tepi sopa lantas bangun dan berd
iri.
"Dik Lan, ibu mau ke kamar mandi, mau mandi biar segar." Kata Kak Zi.
Aku mempersilahkannya, lalu berjalan di depannya untuk menunjukan kamar mandi. T
ak lama, terdengar suara air jebar-jebur sepertinya Bu Letty sedang mandi, tiba-
tiba ku dengar suara benda jatuh dari dalam kamar mandi.
"Kelumpanggggg!!!!!! Pang pang pang!!!!''
''Aduhhhhh......!" Suara Bu Letty menjerit.
Dengan tergopoh-gopoh ku dekati kamar mandi, tanganku mencoba mendorong pintu ka
mar mandi, ternyata tak dikunci, ku beranikan diri saja membuka pintu kamar mand
i dan alangkah terkejutnya aku, nampak Bu Letty dengankeadaan tubuhnya yang tela
njang bulat terduduk di lantai kamar mandi dengan kedua kaki mengangkang menampa
kkan memiawnya yang di tumbuhi bulu agak lebat denan bibir memiawnya sedikit teb
uka, sedangkan sepasang buah dadanya yang besar tampak menggantung berguncang-gu
ncang.
"Kenapa bu, apa yang terjadi.. bu?'' Tanyaku khawatir.
"Ibu jatuh, kepeleset dik, lantainya kamar mandinya licin, aduhhhh.. pantat ibu
sakit.'' Kata Bu Letty dengan suara menahan sakit.
Tanpa berkata-kata lagi segera ku raih dan ku bopong tubuh Bu Letty lalu memapah
nya keluar dari kamar mandi dalam keadaan tubuhnya masih telanjang bulat, sambil
tertatih-tatih ku papah Bu Letty ke sofa lalu ku baringkan.
"Oh, yah ibu mau saya ambilkan baju ibu di kamar mandi?" Tanyaku.
"Nggak usahlah dik, lagian bukannya tubuh ibu sudah nggak ada lagi yang belum di
lihat sama dik Lan kan?'' Jawab Bu Letty.
Aku diam aja.
"Dik Lan... tolong dong urutin ini." Pinta Bu Letty sambil menunjuk bagian belak
ang tubuhnya.
Aku mengganguk saja, Bu Letty kemudian membaringkan badannya di atas sofa sedang
kan aku duduk di sampingnya sambil memijitkan tanganku ke tubuh Bu Letty. Pantat
Bu Letty yang besar montok membuatku sangat bernafsu untuk meremas-remasnya, na
mun aku coba menahan diri kupikir belum waktunya.
''Bawahan sedikit dik Lan, dekat pinggang, nah itu!"
Aku turutkan saja permintaan Bu Letty. Seperti saat Bu Letty memintaku mengurut
bagian pinggangnya. Kulit Bu Letty terasa Lembut meski sudah tidak kencang lagi.
Semakin lama nafsuku semakin tinggi hingga aku menjadi sedikit liar dan nekad. P
ijatanku kini sudah semakin ngaco dan hanya ku arahkan ke bagian-bagian tubuh Bu
Letty yang menurutku menarik secara seksual. Pantat Bu Letty ku remas-remas sam
bil sesekali jariku sengaja ku sentuhkan ke memiawnya. tongkolku semakin keras d
an tegang saja. Hingga akhirnya aku tak kuat lagi menahan nafsu, kuciumi saja pa
ntat Bi Fat dan ku panjangkan lidahku mencoba menjangkau memiaw Bu Lizah.
"Eh.., dik Lan, koq malah ke situ?" Tanya Bu Letty dengan suara perlahan.
Tak ku indahkan lagi pertanyaan Bu Letty, nafsuku sudah sangat tinggi, dengan li
ar ku jilati memiaw Bu Letty, ku kuakkan kaki Bu Letty hingga memiaw Bu Letty ya
ng berjembut agak tebal itu tampak lebih lebih jelas lagi. Aku terus menurunkan
lagi lidahku menikmati bahagian bawah memiaw Bu Letty yang ternyata sudah basah
oleh lendir, saat lidahku menyapu sekitar bibir Bu Letty, Bu Letty terdengar men
geluh.
"..Mmmmmmmm.., sshh.., jilat yang dalam dik Lan.." Desah Bu Letty.
Aku pun menjilati memiaw Bu Letty dan sesekali mengigit kecil bibir memiaw serta
itil Bu Letty.
Sambil menjilat, jari tangan ku ku masukan dan ku putar-putar di dalam lubang me
miaw Bu Letty.
"..mmm.., aahh.., ayo masukin yang dalam jarinya, dik lan, nah ..sshh, aahhh..,
putar-dik, ahhh..,'' Racau Bu Letty semakin ghairah.
Nafsuku semakin tak terbendung lagi, kuminta Bu Letty untuk terlentang. Bu Letty
lalu bangun dan menyandarkan tubuhnya ke sofa lalu kakinya mengangkang, muka ku
langsung ku hujamkan ke memiaw Bu Letty. Bu Letty memegang erat kepala aku samb
il meramas ramas rambutku.
"..sssshh.., mmhh.., aahhhh..," Badan Bu Letty sampai terhempas-hempas menikmati
jilatan lidahku pada memiaw dan itilnya, sesekali ku gigit pelan sampai Bu Lett
y melenguh agak keras..
"Awwwww.., uiiih..., seperti itu.., yaaaa..., aahh.., ayo lagi dik Lan.'' Lenguh
Bu Zilahlagi.
Sambil ku nikmati memiawnya, tangan ku meremas-remas tetek Bu Letty yang menggan
tung bergantian, dan Bu Letty membongkokkan badannya untuk meraih tongkolku, aku
terus saja menjilat dan menghisap memiaw Bu Letty sampai aku rasakan seluruh ba
dan Bu Letty bergeletar.
"Jilat dik Lan, Jilat semuanya,..ssshhh.., mmmmmmm.., yah..,''
Bu Letty mengangkat kepalaku sambil tersenyum dia berkata..,
"Ayo dik Lan, biar ibu udah tua tapi memiaw ibu masih legit koq..,'' Kata Bu Let
ty sambil memegang dan menepuk-nepuk memiawnya.
Aku senyum, tanganku ku usap-usapkan ke permukaan memiaw Bu Letty, jembutnya ku
tarik pelan-pelan.
"Sekarang gantian, ibu pengen ngelihat punya dik Lan.'' Pinta Bu Letty.
Aku bangun dan berdiri didepan Bu Letty, ku lepas celanaku, dan tersembulah tong
kolku yang sudah mengacung keras itu. Melihat itu Bu Letty tersenyum.
"Ini kalau ibu jilatin sebentar juga pasti keluar" Kata Bu Letty tersenyum.
Aku tak menanggapinya, Bu Letty lalu mendekatkan wajahnya ke tongkolku dan mulut
nya meraih tongkolku, setelah terlebih dahulu lidahnya menjilati. tongkolku tera
sa hangat ketika Bu Letty memasukannya ke dalam mulutnya.
tongkolku lalu dihisap-hisapnya dengan gerak maju mundur.
"mmmmph..... mmmmmppphh" Bunyi mulut Bu Letty ketika menghisap tongkolku yang be
rcampur air liurnya. Bu Letty juga kemudian mengulum pula buah zakar ku.
Sesekali Bu Letty memasukkan seluruh batang tongkolku kedalam mulutnya dan pada
bagian inilah yang aku sangat tak tahan.
"..mmmhhhh..., oohh.., Bu Letty terus bu" Aku mengeluh enak sambil ku pegang era
t kepala Bu Letty, waktu kurasakan air maniku tak dapaat ku tahankan lagi.
''..aahh.., bu saya keluar bu'' Erangku.
Air maniku pun muncrat di dalam mulut Bu Letty yang terus saja menghisapi tongko
lku sambil memainkan lidahnya mengulas-ulas kepala tongkolku.
Bu Letty tetap memegangi tongkolku yang mulai mengecil. Aku terus duduk di sebel
ah Bu Letty.
"Wah nggak nyangka ibu pinter banget ngisep..,'' Kata ku memuji.
"Iya dong dik Lan, soalnya lelaki itu sebenarnya banyak yang lebih suka itunya d
i hisap dan dijilati, perempuan juga sama banyak yang lebih suka barangnya dijil
ati saja. Sebab tidak menguras tenaga. Pastinya, kalau lelaki pandai membuat per
empuan itu puas secara begini, perempuan akan dapat melayani kembali lelaki itu
dengan sempurna." Bu Letty menerangkan.
''Ibu memang sangat suka ngewe, tapi kalau ngewe tapi akhirnya tak puas buat apa
? Mending usaha sendiri aja sampai puas." Kata dia lagi sambil meremas-remas ton
gkolku yang perlahan mulai mengeras.
''Hah .. Macam dik Lan ni,, batang dahlah boleh tahan.. besar.. panjangnya cukup
.. dan air pulak banyak.. puaslah perempuan tu.. tapi kalau dik lan tak reti.. s
usahlah nanti. Syok Sendiri.'' kata dia lagi. Aku pun dah mula nak meara main ci
pap Kak Zi pula.
"Dik lan, memiaw ibu memang sudah agak longgar sedikit, maklum aja ibu kan sudah
tua, makanya dik Lan harus menusukkan tongkolnya keras.'' Kata Bu Letty.
''Tenang saja bu soal tusuk menusuk sih rasanya saya sanggup.'' Kataku sambil te
rsenyum.
Bu Letty lantas menyandar kembali di atas sofa dan mengangkangkan kakinya, memia
wnya terlihat sudah basah.
''Ayo Dik Lan masukin tongkolmu cepat.'' Pinta Bu Letty.
Aku pun tanpa menunggu lagi segera saja memasukkan tongkolku kedalam memiaw Bu L
etty, ku hentak dengan sekuat hati.
"Aww.., aduuhh., ayo hentak lagi dik Lan, puaskan ibu...'' Bu Letty mengerang.
''Dik Lan coba goyangin sedikit tongkolnya deh, biar memiaw ibu semua ngerasain.
'' Kata Bu Letty.
Ku ikuti permintaannya, sambil mendorong koputar tongkolku bahkan seperti hendak
menyungkit isi memiaw Bu Letty keluar.
Gerakan ku menusuk-nusukan ****** kulakukan dengan simultan, aku juga meremas-ra
mas tetek Bu Letty sambil tetap ku hetakan kontoku kedalamnya.
Ku rasakan Bu Letty mengemut-ngemutkan memiawnya hingga tongkolku serasa di rema
s-remas nikmat. Aku dan Bu Letty kemudian berganti posisi, Bu Letty memutar bada
nnya supaya aku menusuknya dari belakang.
"..aahh, ..oohhh, ..aaahh, ...oohhh, ...mmmhhh. .." Bu Letty mengeluh keenakan.
Hingga beberapa saat kemudian,
"Aaaahh.., sshh.....'' Bu Letty mendesah-desah disertai gerakan tubuhnya yang se
makin liar sepertinya Bu Letty klimaks.
Aku segera mencabut tongkolku dari lobang memiaw Bu Letty yang ternyata di faham
i oleh Bu Letty dengan memutar badannya dan disongsongnya tongkolku dengan mulut
nya. Dan dihisap-hisapnya tongkolku lagi, hingga akhirnya kurasakan cairan kenik
matan menjalari tongkolku, kenikmatan itu bertambah dengan hisapan yang di lakuk
an Bu Letty memberi sensasi seks yang berbeda yang tentunya lebih dahsyat karena
spermaku seakan-akan disedot keluar oleh mulut Bu Letty. Tubuhku mengejang seda
ngkan tanganku sibuk mempermainkan sepasang tetek Bu Letty, merasakan kenikmatan
itu sampai tetes terahir.
Setelah aku dan Bu Letty sama-sama terdiam beberapa saat, Bu Letty lalu beringsu
t kemudian berjalan ke kamar mandi. Ku dengar air mencebok, sepertinya Bu Letty
sedang membersihkan memiawnya. Bu Letty keluar dari kamar mandi sudah dengan mem
akai celana dalamnya tanpa BH karena Bhnya dan juga pakaiannya di bawa di tangan
nya sehingga tetek Bu Letty tampak berayun-ayun mengikuti gerak jalan Bu Letty.
Ketika ku perhatikan teteknya Bu Letty tampak tanda merah yang secara nggak sada
r ku buat ketika ngewe dengan Bu Letty tadi.
Bu Letty tersenyum kecil saja ketika melihat ku, dipakainya kembali pakaiannya.
Dia kemudian mengenakan kerudungnya dan kembali ke sofa.
Aku yang masih bertelanjang bulat santai saja tiduran di sofa. Bu Letty lalu dud
uk di sampingku, dipegangnya tongkolku yang sudah layu itu dan di remas-remasnya
hingga keras dan tegang lagi.
"Wah, dik Lan mau lagi ya?, ininya keras lagi nih.'' Goda Bu Letty sambil tersen
yum.
Aku Tak menjawabnya hanya tersenyum sambil mengedipkan mata. Bu Letty mengangsur
kan mukanya mendekati tongkolku dan mulutnya menggapai tongkolku untuk kemudian
dihisapnya lagi.
''Dik Lan kita main sekali lagi yah..,'' Ajak Bu Letty kepadaku.
Langsung ku anggungkan kepalaku, karena memang itu yang aku maui apa lagi setela
h tongkolku di sepongnya tadi nafsuku bangkit lagi.
Aku dan Bu Letty akhirnya ngewe lagi kali ni Bu Letty masih memakai kerudungnya
membuatku semakin bernafsu mengewenya.
Akhirnya setelah merapikan lagi pakaian dan kerudung yang di pakainya, Bu Letty
pamit, dia bilang mau pergi mengajar lagi satu di rumah. Aku mengenakan celanaku
dan kubukakan pintu untuk Bu Letty, dia tersenyum melirikku sambil memakai sepa
tunya.
''Istirahat dulu ya dik, biar lebih segar makan telur setengah matang 2 butir da
n minum air dicampur madu." Pesan Bu Letty sambil berbisik.
"Kalau dik Lan kepengen lagi, kasih tahu ibu yah, atau talepon dulu" Lanjut Bu L
etty.
''Baik bu..,'' Jawabku sambil meremas pantat Bu Letty yang gempal..
Hubungan ku dengan Bu Letty terus berlangsung hingga kini, kapan pun aku mau nge
we dengan Bu Letty aku tinggal meneleponnya, dan Bu Letty tak pernah menolaknya,
karena biar pun Bu Letty sudah tua ternyata nafsu seksnya masih tetap tinggi.
rvinlinz
04-06-2009, 01:00 PM
Ah Lu Repost Ulang Dengan Judul baru>>>>> BASI LU:yourass:
Cylo06
08-31-2010, 04:33 AM
cerita panas..!!!
vBulletin® v3.8.0, Copyright ©2000-2010, Jelsoft Enterprises Ltd.

Indobokepz - Indonesian Movie and Picture Community > Other XXX > XXX Story > Ga
ra-Gara Ngintip Tante Sari Lagi Mandi
PDA
View Full Version : Gara-Gara Ngintip Tante Sari Lagi Mandi
sav1or5
08-17-2009, 02:36 AM
Pada waktu itu aku pulang dari kampus sekitar pukul 20:00 karena ada kuliah mala
m. Sesampainya di tempat kost, perutku minta diisi. Aku langsung saja pergi ke w
arung tempat langgananku di depan rumah. Warung itu milik Ibu Sari, umurnya 30 t
ahun. Dia seorang janda ditinggal mati suaminya dan belum punya anak. Orangnya c
antik dan bodynya bagus. Aku melihat warungnya masih buka tapi kok kelihatannya
sudah sepi. Wah, jangan-jangan makanannya sudah habis, aduh bisa mati kelaparan
aku nanti. Lalu aku langsung masuk ke dalam warungnya.
Tante..?
Eee.. Dik Sony, mau makan ya?
Eee.. ayam gorengnya masih ada, Tante?
Aduhh.. udah habis tuch, ini tinggal kepalanya doang.
Waduhh.. bisa makan nasi tok nich.. kataku memelas.
Kalau Dik Sony mau, ayo ke rumah tante. Di rumah tante ada persediaan ayam goreng
. Dik Sony mau nggak?
Terserah Tante aja dech..
Tunggu sebentar ya, biar Tante tutup dulu warungnya?
Mari saya bantu Tante.
Lalu setelah menutup warung itu, saya ikut dengannya pergi ke rumahnya yang tida
k jauh dari warung itu. Sesampai di rumahnya..
Dik Sony, tunggu sebentar ya. Oh ya, kalau mau nonton TV nyalakan aja.. ya jangan
malu-malu. Tante mau ganti pakaian dulu..
Ya Tante.. jawabku.
Lalu Tante Sari masuk ke kamarnya, terus beberapa saat kemudian dia keluar dari
kamar dengan hanya mengenakan kaos dan celana pendek warna putih. Wow keren, bod
ynya yang sexy terpampang di mataku, puting susunya yang menyembul dari balik ka
osnya itu, betapa besar dan menantang susunya itu. Kakinya yang panjang dan jenj
ang, putih dan mulus serta ditumbuhi bulu-bulu halus.
Dia menuju ke dapur, lalu aku meneruskan nonton TV-nya. Setelah beberapa saat.
Dik.. Dik Sony.. coba kemari sebentar?
Ya Tante.. sebentar.. kataku sambil berlari menuju dapur.
Setelah sampai di pintu dapur.
Ada apa Tante? tanyaku.
E.. Tante cuman mau tanya, Dik Sony suka bagian mana.. dada, sayap atau paha?
Eee.. bagian paha aja, Tante. kataku sambil memandang tubuh Tante Sari yang tidak
bisa diungkapkan oleh kata-kata. Tubuhnya begitu indah.
Dik Sony suka paha ya.. eehhmm.. katanya sambil menggoreng ayam.
Ya Tante, soalnya bagian paha sangat enak dan gurih. kataku.
Aduhh Dik.. tolong Dik.. paha Tante gatel.. aduhh.. mungkin ada semut nakal.. adu
hh..
Aku kaget sekaligus bingung, kuperiksa paha Tante. Tidak ada apa-apa.
Nggak ada semutnya kok Tante.. kataku sambil memandang paha putih mulus plus bulu-
bulu halus yang membuat penisku naik 10%.
Masak sih, coba kamu gosok-gosok pakai tangan biar gatelnya hilang. pintanya.
Baik Tante.. lalu kugosok-gosok pahanya dengan tanganku. Wow, begitu halus, selemb
ut kain sutera dari China.
Bagaimana Tante, sudah hilang gatelnya?
Lumayan Dik, aduh terima kasih ya. Dik Sony pintar dech.. katanya membuatku jadi t
ersanjung.
Sama-sama Tante.. kataku.
Oke, ayamnya sudah siap.. sekarang Dik Sony makan dulu. Sementara Tante mau mandi
dulu ya. katanya.
Baik Tante, terima kasih? kataku sambil memakan ayam goreng yang lezat itu.
Disaat makan, terlintas di pikiranku tubuh Tante Sari yang telanjang. Oh, betapa
bahagianya mandi berdua dengannya. Aku tidak bisa konsentrasi dengan makanku. P
ikiran kotor itu menyergap lagi, dan tak kuasa aku menolaknya. Tante Sari tidak
menyadari kalau mataku terus mengikuti langkahnya menuju kamar mandi. Ketika pin
tu kamar mandi telah tertutup, aku membayangkan bagaimana tangan Tante Sari meng
usap lembut seluruh tubuhnya dengan sabun yang wangi, mulai dari wajahnya yang c
antik, lalu pipinya yang mulus, bibirnya yang sensual, lehernya yang jenjang, su
sunya yang montok, perut dan pusarnya, terus vaginanya, bokongnya yang montok, p
ahanya yang putih dan mulus itu. Aku lalu langsung saja mengambil sebuah kursi a
gar bisa mengintip lewat kaca di atas pintu itu. Di situ tampak jelas sekali.
Tante Sari tampak mulai mengangkat ujung kaosnya ke atas hingga melampaui kepala
nya. Tubuhnya tinggal terbalut celana pendek dan BH, itu pun tak berlangsung lam
a, karena segera dia melucutinya. Dia melepaskan celana pendek yang dikenakannya
, dan dia tidak memakai CD. Kemudian dia melepaskan BH-nya dan meloncatlah susun
ya yang besar itu. Lalu, dengan diguyur air dia mengolesi seluruh tubuhnya denga
n sabun LUX, lalu tangannya meremas kedua susunya dan berputar-putar di ujungnya
. Kejantananku seakan turut merasakan pijitannya jadi membesar sekitar 50%. Deng
an posisi berdiri sambil bersandar tembok, Tante Sari meneruskan gosokannya di d
aerah selangkangan, sementara matanya tertutup rapat, mulutnya menyungging.
Beberapa saat kemudian..
Ayo, Dik Sony.. masuk saja tak perlu mengintip begitu, kan nggak baik, pintunya n
ggak dikunci kok! tiba-tiba terdengar suara dari Tante Sari dari dalam. Seruan it
u hampir saja membuatku pingsan dan amat sangat mengejutkan.
Maaf yah Tante. Sony tidak sengaja lho, sambil pelan-pelan membuka pintu kamar man
di yang memang tidak terkunci. Tetapi setelah pintu terbuka, aku seperti patung
menyaksikan pemandangan yang tidak pernah terbayangkan. Tante Sari tersenyum man
is sekali dan..
Ayo sini dong temani Tante mandi ya, jangan seperti patung gicu?
Baik Tante.. kataku sambil menutup pintu.
Dik Sony.. burungnya bangun ya?
Iya Tante.. ah jadi malu saya.. abis Sony liat Tante telanjang gini mana harum la
gi, jadi nafsu saya, Tante..
Ah nggak pa-pa kok Dik Sony, itu wajar..
Dik Sony pernah ngesex belum?
Eee.. belum Tante..
Jadi, Dik Sony masih perjaka ya, wow ngetop dong..
Akhh.. Tante jadi malu, Sony.
Waktu itu bentuk celanaku sudah berubah 70%, agak kembung, rupanya Tante Sari ju
ga memperhatikan.
Dik Sony, burungnya masih bangun ya?
Aku cuman mengangguk saja, dan diluar dugaanku tiba-tiba Tante Sari mendekat den
gan tubuh telanjangnya meraba penisku.
Wow besar juga burungmu, Dik Sony.. sambil terus diraba turun naik, aku mulai mera
sakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan.
Dik Sony.. boleh dong Tante liat burungnya? belum sempat aku menjawab, Tante Sari
sudah menarik ke bawah celana pendekku, praktis tinggal CD-ku yang tertinggal pl
us kaos T-shirtku.
Oh.. besar sekali dan sampe keluar gini, Dik Sony. kata Tante sambil mengocok peni
sku, nikmat sekali dikocok Tante Sari dengan tangannya yang halus mulus dan puti
h itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, penisku ternyata s
udah digosok-gosokan diantara buah dadanya yang montok dan besar itu. Ough.. Tant
e.. nikmat Tante.. ough.. desahku sambil bersandar di dinding.
Setelah itu, Tante Sari memasukkan penisku ke bibirnya, dengan buasnya dia menge
luar-masukkan penisku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot, kadang-kadang jug
a dia menjilat dan menyedot habis 2 telur kembarku. Aku kaget, tiba-tiba Tante S
ari menghentikan kegiatannya. Dia pegangi penisku sambil berjalan ke arah bak ma
ndi, lalu Tante Sari nungging membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas
di depanku.
Dik Sony.. berbuatlah sesukamu.. kerjain Tante ya?!
Aku melihat pemandangan yang begitu indah, vagina dengan bulu halus yang tidak t
erlalu lebat. Lalu langsung saja kusosor vaginanya yang harum dan ada lendir asi
n yang begitu banyak keluar dari vaginanya. Kulahap dengan rakus vagina Tante Sa
ri, aku mainkan lidahku di klitorisnya, sesekali kumasukkan lidahku ke lubang va
ginanya.
Ough Sonn.. ough.. desah Tante Sari sambil meremas-remas susunya.
Terus Son.. Sonn.. aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu kumasukkan lidahku
ke dalam vaginanya ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gi
la.
Kemudian Tante Sari tidur terlentang di lantai dengan kedua paha ditekuk ke atas
.
Ayo Dik Sony.. Tante udah nggak tahan.. mana burungmu Son?
Tante udah nggak tahan ya? kataku sambil melihat pemandangan demikian menantang, v
aginanya dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin demikian terli
hat mengkilat, aku langsung menancapkan penisku di bibir vaginanya.
Aoghh.. teriak Tante Sari.
Kenapa Tante..? tanyaku kaget.
Nggak.. Nggak apa-apa kok Son.. teruskan.. teruskan..
Aku masukkan kepala penisku di vaginanya.
Sempit sekali Tante.. sempit sekali Tante?
Nggak pa-pa Son.. terus aja.. soalnya udah lama sich Tante nggak ginian.. ntar j
uga enak kok..
Yah, aku paksa sedikit demi sedikit, baru setengah dari penisku amblas. Tante Sa
ri sudah seperti cacing kepanasan menggelepar kesana kemari.
Ough.. Son.. ouh.. Son.. enak Son.. terus Son.. oughh.. desah Tante Sari, begitu j
uga aku walaupun penisku masuk ke vaginanya cuman setengah tapi kempotannya sung
guh luar biasa, nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat, kali ini pe
nisku sudah amblas dimakan vagina Tante Sari. Keringat mulai membasahi badanku d
an badan Tante Sari.
Tiba-tiba Tante Sari terduduk sambil memelukku dan mencakarku.
Oughh Son.. ough.. luar biasa.. oughh.. Sonn.. katanya sambil merem melek.
Kayaknya aku mau orgasme.. ough.. penisku tetap menancap di vagina Tante Sari.
Dik Sony udah mau keluar ya?
Aku menggeleng, kemudian Tante Sari terlentang kembali. Aku seperti kesetanan me
nggerakkan badanku maju mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena g
erakanku, aku menunduk, kucium putingnya yang coklat kemerahan. Tante Sari semak
in mendesah, Ough.. Sonn.. tiba-tiba Tante Sari memelukku sedikit agak mencakar pu
nggungku.
Oughh.. Sonn.. aku keluar lagi..
Vaginanya kurasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin ke
rasa. Aku dibuat terbang rasanya. Ah, rasanya aku sudah mau keluar. Sambil terus
goyang, kutanya Tante Sari.
Tante.. aku keluarin di mana Tante..? Di dalam boleh nggak..?
Terseraahh.. Soonn.. desah Tante Sari.
Kupercepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahka
n oleh penisku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikm
atan yang sangat luar biasa. Akhirnya kumuntahkan laharku dalam vagina Tante Sar
i, masih kugerakkan badanku dan rupanya Tante Sari orgasme kembali lalu dia gigi
t dadaku, Oughh..
Dik Sony.. Sonn.. kamu memang hebat..
Aku kembali mangenakann CD-ku serta celana pendekku. Sementara Tante Sari masih
tetap telanjang, terlentang di lantai.
Dik Sony.. kalo mau beli makan malam lagi yah.. jam-jam sekian aja ya.. kata Tante
Sari menggodaku sambil memainkan puting dan klitorisnya yang masih nampak bengk
ak.
Tante ingin Dik Sony sering makan di rumah Tante ya.. kata Tante Sari sambil terse
nyum genit.
Kemudian aku pulang, aku jadi tertawa sendiri karena kejadian tadi. Ya gimana ti
dak ketawa cuma gara-gara Ayam Goreng aku bisa menikmati indahnya bercinta dengan
Tante Sari. Dunia ini memang indah.
TAMAT
bedebah99
08-20-2009, 03:14 AM
wah enak bener beli ayam dapet bonus, warung daerah mana nih. mau dong
cobeg
09-04-2009, 06:53 PM
No Hpnya tante brp?boleh Delivery ayam gorengnya ga?...:mumet:
simbada
09-04-2009, 07:08 PM
trus nasib si ayam goreng tadi gimana? ngga bayr ya gan?
genocide the jackals
09-14-2009, 10:34 PM
Wah ayam gorenknya terlantar tuh......................................:metal::m
etal::metal:
Mentor
09-15-2009, 04:46 PM
Ganas nih tante..main gigit ajahh
:guesuka:
hyuga_akira
09-16-2009, 12:25 PM
waduhhhhhhhhhhhhhhhhhh buka cabang gak dia?????
yan19
10-13-2009, 08:06 AM
wah enaknya beli paha ayam dapet paha janda...weleh..weleh...
JiCi
10-13-2009, 12:45 PM
itu warungnya sebelah mana yaa..???
bo2nk
10-18-2009, 09:09 PM
paling enak kalau ama tante2 , aku jg mau!!!
rockstalkerz
10-18-2009, 09:53 PM
Kurang lebih....mirip dengan apa yang telah gua alami...namun bukan dengan tukan
g ayam goreng....melainkan dengan penjaga counter pulsa....pi mantap bro....
Blackers
01-19-2010, 10:32 AM
Muantaf abiz
purch
01-19-2010, 10:46 AM
panasss panasss
Low Rider
01-19-2010, 01:09 PM
:ole:
alamat warungnya dimana ya Gan
paknegenduk
01-21-2010, 06:05 PM
buat bro rockstalkerz, bikinin ceritanya dong trus ntar dikirim kesini, pasti as
yik
seeker
01-24-2010, 05:35 PM
kalo dikasi tau nama warungnya bs rame bgt nih wakaka
gogon1906
01-24-2010, 06:09 PM
:beer::beer::beer::beer::beer::beer::beer:
paknegenduk
01-28-2010, 06:43 PM
Nha..iyaaa kan baru ketemu dech, cerita ini berjudul asli AYAM GORENG di karang
oleh SonKen@Lovemail.com dipostingkan ke www.17tahun.com pada Kamis 24 Mei 2001.
Check......check.......coba di check
ibnusaili
04-14-2010, 03:00 PM
itu warungnya dimana gan ?
cipleng
04-21-2010, 06:34 AM
beli ayam goreng dapat bonus ayam kampung
tiem
04-21-2010, 08:24 AM
dasar rejeki nya AYAM
:beer:
Franky_Kho
04-24-2010, 10:42 AM
gila ceritanya..konak bener bacanya...
GrimRider
04-24-2010, 12:12 PM
best jugak ayam tu.:sport:
vicky_jancuk
04-24-2010, 02:00 PM
lanjutkan boz :balapan:
topan007
04-26-2010, 08:34 AM
mantap gan
mas ruwet
05-26-2010, 01:30 PM
bonusnya oke tuh
xise
05-26-2010, 02:32 PM
mantap gan... lanjutkan :)
vermisse
05-26-2010, 03:42 PM
wakakaka. kocak ni.. itu beli paha ayam nya baru 1..
lain x beli 2 gan paha nya.. tar dpt 2 jg tante nya huakakakka. :guling:
ringoapple7
05-28-2010, 02:38 AM
hha gokil bner ni.. hoki abiss
w4kk4
06-01-2010, 12:39 AM
tante... tante.... emang gila dahh...
ugas
06-01-2010, 12:57 PM
mantapppppppppppppppp
magic66
06-02-2010, 09:17 AM
ayam goreng plus2 , hahah boleh juga nih :inlove:
masahiro
06-02-2010, 10:33 AM
mantap cerita nya...
beli paha ayam 1 dapet 2...
vBulletin® v3.8.0, Copyright ©2000-2010, Jelsoft Enterprises Ltd.
Indobokepz - Indonesian Movie and Picture Community > Other XXX > XXX Story > li
hat istri gua dipijit ma orang lain
PDA
View Full Version : lihat istri gua dipijit ma orang lain
tiramisu_lover
04-17-2008, 05:06 AM
ok cerita saya mulai....
Awalnya Pada hari selasa, kebetulan gua ama istri gua cuti kerja, lalu kami bern
iat untuk cari makan siang. Di dekat tempat makan tersebut, ternyata ada 1 ruko
pijat reflexi. Di tempat reflexi tersebut menurut penjelasan pemijatnya tidak ha
nya kaki saja yg di pijat tapi juga seluruh badan, dari pundak kepala, pundak sa
mpai kaki, dan pemijat nya semua laki-laki. Kebetulan pada hari biasa masih sepi
dan cuma ada 2 pemijat. Ditempat itu ada 2 bilik kamar yg hanya ditutup kain un
tuk yang mau dipijat semuanya dan tempat beberapa tempat duduk untuk yang mau di
pijat kakinya saja . Kita berdua akhirnya masuk kesana untuk coba pijat reflexin
ya, tp karena gua laper banget, makanya gua suruh istri gua masuk dan gua cari m
akan. Sebelum pergi gua liat dulu seperti apa sih dipijatnya, istri gua yg meman
g hanya memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan, memang keliatan seksi sekal
i. Istri gua kemudian berbaring dengan santai dan pertama2 memang dipijit telapa
k kaki, setelah beberapa saat memperhatikan kemudian gua pamitan untuk cari maka
n di keluar.
Setelah selesai makan, gua balik lagi ke tempat refleksi itu, dan gua liat tidak
ada orang lagi di depan, jadi gua langsung masuk ke dalam, karena tidak mau men
ggangu gua hanya duduk2 di depan bilik kamar istri gua. Sekilas gua dengar suara
leguhan istri gua, tp itu mungkin karena enak di pijit, tapi karena penasaran a
khirnya gua coba intip di balik kain bilik kamar tsb. ternyata istri gua memang
sedang menikmati pijatan sang pemijat. Pemijat tsb. mulai memijat paha istri gua
yang putih, pemijat itu meminta agar istri gua tidur tengkurap mengharap tempat
tidur. Lalu pemijat itu trus memijat paha istri gua, kemudian meminta dengan so
pan agar celana pendek nya di buka saja, karena agak menggangu. Istri gua pertam
a menolak, tp karena di kasih keterangan yang menyakinkan akhirnya celana istri
gua dibuka juga, tp dengan syarat ditutup selimut. Waktu gua liat istri gua buka
celana, langsung jantung gua berdebar kencang, ada perasahaan suka melihat istr
i gua di sentuh oleh lelaki lain. Setelah ditutupi kain putih, si pemijat juga l
angsung mulai memijat di daerah paha, gua liat sempat menyentuh pantat nya dan d
aerah V nya, istri gua mungkin percaya sama si pemijat atau memang sedang menikm
ati, krn dia tidak protes sama sekali, dan ini membuat si pemijat trus memijat d
aerah paha dan sekitarnya. Melihat itu gua jadi tambah gila, sambil menggosok si
adik yg memang sudah tegang berat.
Si pemijat mungkin sengaja atau tidak, membuat kain penutupnya agak terjatuh, se
hingga dia bisa melihat langsung paha istri gua yang putih mulus, dengan dibungk
us cd saja. Sempat si pemijat terdiam melihat pemandangan tsb. dan gau perhatika
n juga ada tanda basah di cd istri gua. Tanpa sadar istri gua , mungkin juga kee
nakan, trus dipijat tanpa dilindungi kain, ini membuat si pemijat makin berani m
encoba meijat daerah pantat dan selankangan istri gua. Akhirnya si pemijat menga
mbil kembali kain yg jatuh dan menutupi badan istri gua lagi, tp yg buat gua kag
et, si pemijat meminta istri gua untuk membuka bajunya karena akan di pijat daer
ah punggung dan leher, setelah di beri penjelasan akhirnya istri gua membuka baj
unya sambil masih tiduran, jadi si pemijat tidak melihat krn ditutupi kain. istr
i gua sekarang hanya menggunakan bh dan cd saja, ntah apa yang membuat dia beran
i spt itu, apa ada hipnotis ya? tp gua sangat menikmati pemandangan ini. setelah
beberapa saat memijat daerah punggung, si pemijat meminta ijin untuk membuka ka
in krn ingin dikasih minyak punggungnya, istri gua hanya mengganguk saja, tp tan
pa sadar kali, si pemijat juga membuka bra istri gua dan anehnya istri gua diam
saja. Lalu si pemijat mulai menggosok punggung istri dan gua intip si pemijat ju
ga kadang2 melihat pinggiran tete istri gua yg keliatan dan juga sempat menyentu
h nya,krn bh nya sdh terlepas ke samping. Kemudian si pemijat memijit leher deng
an sentuhan yang lembut, kayakya ini membuat istri gua terangsang, terdengar dar
i suaranya yang mendesah. Melihat situasi itu si pemijat kemudian mencoba membuk
a kain dan mulai memijat daera pantat adn sekitarnya dan ini membuat istri gua t
ambah terangsang keliatan sekali cd nya yg ada tanda basah. Kemudian si pemijat
dengan sopan membuka cd istri gua tanpa ijin lagi, dan dia memulai aksinya denga
n menggosok gosok daerah selangkangan istri gua. Istri gua sempat bilang jangan
tapi si pemijat itu dengan lembut mengatakan tidak apa2 nikamati saja. Gua bingu
ng kok istri gua nurut saja, ada perasaan cemburu tp masih kalah dengan rangsang
an hebat melihat istri gua di sentuh oleh orang lain (apa ini kelainan ya?). Si
pemijat sambil membuka celananya dengan 1 tangan krn tangan yg 1 lagi masih meng
gosok2 daerah clitoris di selangkangan istri gua. Terlihat kontol si pemijat sud
ah ngaceng berat dan ukurannya cukup besar dengan bulu2 yg tidak terlalu lebat,
mungkin baru di cukur, ketika akan membuka baju nya, si pemijat mengkat pantat i
stri gua sedikit dan langsung menjilat nya, sehinggan dia dapat membuka bajunya.
Istri gua yang di jilat meki nya langsung keliatan spt tersengat aliran listri,
dan tidak berapa lama kemudian keliatan istri gua mengejang krn klimaks nya. Si
pemijat tersenyum sinis, krn telah berhasil membuat istri gua klimaks. Setelah
sama2 telanjang kemudian si pemijat membalikan badan istri gua, sehinggan keliha
tan lah payudaranya yg indah dengan putih berwarna hitam yg sdh menegang, tp den
gan masih malu2 istri gua menutupi dadanya dan bilang takut suaminya datang, dan
dengan halus si pemijat bilang tidak usah takut krn gua masih sendang makan di
luar. Akhirnya karena rangsangan yang hebat , istri gua membuka tangannya dan ol
eh si pemijat tangan istri gua di pegang ke samping kepala istri gua, sehinggan
dengan leluasa si pemijat bisa melihat dada adn ketiak istri gua yang mulus dan
wangi. Si pemijat mungkin penggemar ketiak karena ketiak istri gua di jilat dan
di ciumi terus, sehingga istri gua kegelian dan terangsang hebat. Kemudian si pe
mijat mulai melepas tangan istri gua tp posisi tangannya tetap terlentang di sam
ping kepala, lalu mulai menciumi payaudara istri gua yang masih kencang krn kami
blm mempunyai anak. Istri gua keliatan sangat menikmati puting nya di isap dan
di jilat. Setelah selesai menikmati payudara istri gua di mulai menjilat vagina
istri gua yg sdh basah, krn mungkin sdh tidak tahan, akhirnya si pemijat ingin m
emasukkan kontol nya tp sebelumnya dia melap vagina istri gua, mungkin karena sd
h basah dengan cairan vagina dan ludah nya. ketika mau masuk istri gua keliatan
agak kaget mungkin karena agak sakit sebab kontolnya si pemijat lebih besar dari
gua punya, mungkin itu yang ingin dirasakan oleh istri gua. Istri gua pernah bi
lang kontol gua ngak besar dan dia kurang menikmatinya, tp mau gimana lagi, krn
sdh dikasih seperti ini. Si pemijat akhirnya berhasil memasukan kontolnya dan mu
lai menyodoknya serta tidak lupa menciumi payudara istri gua dan juga ketiaknya
secara bergantian. Gua yang sdh tidak tahan akhirnya mengocok dan mengeluarkan m
ani gua di sapu tangan yg gua bawa. Si pemijat setelah 10 menit keliatan mau kli
maks, istri gua bilang jangan di buang didalam, akhirnya si pemijat mencabut kon
tolnya dan membuang mani nya di badan istri gua, sampai kena ke muka istri gua.
Istri gua keliatan puas sekali. Setelah istrihat sebentar gua liat mereka langsu
ng beres2 dan si pemijat dengan mesra me lap air main di tubuh dan muka istri gu
a serta memakaikan bh istri gua dengan meremas remas lagi dan mencium leher istr
i gua dengan mesranya. karena takut gua dateng maka, mereka memberekan semuanya
dengan rapi, gua diam diam langsung keluar, dan kemudian masuk lagi, gua liat is
tri gua dengan wajah cerah, sedang duduk dibangku ruang tunggu dan mengajak gua
pulang.
vBulletin® v3.8.0, Copyright ©2000-2010, Jelsoft Enterprises Ltd.

Indobokepz - Indonesian Movie and Picture Community > Other XXX > XXX Story > Mb
ak Susi... susu iku lho
PDA
View Full Version : Mbak Susi... susu iku lho
invoker
04-17-2008, 06:07 AM
Seperti sebagian besar teman senasib, saat menjadi mahasiswa saya menjadi anak k
ost dengan segala suka dan dukanya. Mengenang masa-masa sekitar lima belas tahun
lalu itu saya sering tertawa geli. Misalnya, karena jatah kiriman dari kampung
terlambat, padahal perut keroncongan tak bisa diajak kompromi, saya terpaksa men
curi nasi lengkap dengan lauknya milik keluarga tempat saya kost. Masih banyak l
agi kisah-kisah konyol yang saya alami. Namun sebenarnya ada satu kisah yang say
a simpan rapat-rapat, karena bagi saya merupakan rahasia pribadi. Kisah rahasia
yang sangat menyenangkan.
Keluarga tempat kost saya memiliki anak tunggal perempuan yang sudah menikah nam
un tetap tinggal di rumah orang tuanya. Mbak Sus, demikian kami anak-anak kost m
emanggil, berumur sekitar 35 tahun. Tidak begitu cantik tetapi memiliki tubuh ba
gus dan bersih. Menurut ibu kost, anaknya itu pernah melahirkan tetapi kemudian
bayinya meninggal dunia. Jadi tak mengherankan kalau bentuk badannya masih mengg
iurkan. Kami berlima anak-anak kost yang tinggal di rumah bagian samping sering
iseng-iseng memperbincangkan Mbak Sus. Perempuan yang kalau di rumah tak pernah
memakai bra itu menjadi sasaran ngobrol miring.
Kamu tahu nggak, kenapa Mbak Sus sampai sekarang nggak hamil-hamil? tanya Robin ya
ng kuliah di teknik sipil suatu saat.
Aku tahu. Suaminya letoi. Nggak bisa ngacung jawab Krus, anak teknik mesin dengan
tangkas.
Apanya yang nggak bisa ngacung? tanya saya pura-pura tidak tahu.
Bego! Ya penisnya dong , kata Krus.
Kok tahu kalau dia susah ngacung? saya mengejar lagi.
Lihat saja. Gayanya klemar-klemer kaya perempuan. Tahu nggak? Mbak Sus sering mem
bentak-bentak suaminya? tutur Krus.
Kalian saja yang nggak tanggap. Dia sebenarnya kan mengundang salah satu, dua, at
au tiga di antara kita, mungkin malah semua, untuk membantu , kata Robin.
Membantu? Apa maksudmu? tanyaku tak paham ucapannya.
Robin tertawa sebelum berkata, Ya membantu dia agar segera hamil. Dia mengundang
secara tidak langsung. Lihat saja, dia sering memamerkan payudaranya kepada kita
dengan mengenakan kaus ketat. Kemudian setiap usai mandi dengan hanya melilitka
n handuk di badannya lalu-lalang di depan kita
Ah kamu saja yang GR. Mungkin Mbak Sus nggak bermaksud begitu , sergah Heri yang se
jak tadi diam.
Nggak percaya ya? Ayo siapa yang berani masuk kamarnya saat suaminya dinas malam,
aku jamin dia tak akan menolak. Pasti
Diam-diam ucapan Robin itu mengganggu pikiranku. Benarkah apa yang dia katakan t
entang Mbak Sus? Benarkah perempuan itu sengaja mengundang birahi kami agar ada
yang masuk perangkapnya?
Selama setahun kost diam-diam aku memang suka menikmati pemandangan yang tanpa k
usadari sering membuat penisku tegak berdiri. Terutama payudaranya yang seperti
sengaja dipamerkan dengan lebih banyak berkaus sehingga putingnya yang kehitam-h
itaman tampak menonjol. Selain payudaranya yang kuperkirakan berukuran 36, pingg
ulnya yang besar sering membuatku terangsang. Ah betapa menyenangkan dan menggai
rahkan kalau saja aku bisa memasukkan penisku ke selangkangannya sambil meremas-
remas payudaranya.
Setelah perbincangan iseng itu aku menjadi lebih memperhatikan gerak-gerik Mbak
Sus. Bahkan aku kini sengaja lebih sering mengobrol dengan dia. Kulihat perempua
n itu tenang-tenang saja meski mengetahui aku sering mencuri pandang ke arah dad
anya sambil menelan air liur.
Suatu waktu, ketika berjalan berpapasan, tanganku tanpa sengaja menyentuh pinggu
lnya.
Wah maaf, Mbak. Nggak sengaja kataku sambil tersipu malu.
Sengaja juga nggak apa-apa kok dik , jawabnya sambil mengerlingkan matanya.
Dari situ aku mulai menyimpulkan apa yang dikatakan Robin mendekati kebenaran. M
bak Sus memang berusaha memancing, mungkin tak puas dengan kehidupan seksual ber
sama suaminya.
Makin lama aku bertambah berani. Beberapa kali aku sengaja menyenggol pinggulnya
. Eh dia cuma tersenyum-senyum. Aksi nakal pun kutingkatkan. Bukan menyenggol la
gi tetapi meremas. Sialan, reaksinya sama saja. Tak salah kalau aku mulai berang
an-angan suatu saat ingin menyetubuhi dia. Peluang itu sebenarnya cukup banyak.
Seminggu tiga kali suaminya dinas malam. Dia sendiri telah memberikan tanda-tand
a welcome. Cuma aku masih takut. Siapa tahu dia punya kelainan, yakni suka memam
erkan perangkat tubuhnya yang indah tanpa ada niat lain. Namun birahiku rasanya
tak tertahankan lagi. Setiap malam yang ada dalam bayanganku adalah menyusup dia
m-diam ke kamarnya, menciumi dan menjilati seluruh tubuhnya, meremas payudara da
n pinggulnya, kemudian melesakkan penis ke vaginanya.
Suatu hari ketika di rumah sepi. Empat temanku masuk kuliah atau punya kegiatan
keluar, bapak dan ibu kostku menghadiri pesta pernikahan kerabatnya di luar kota
, sedangkan suami Mbak Sus ke kantor. Aku mengobrol dengan dia di ruang tamu sam
bil menonton televisi. Semula perbincangan hanya soal-soal umum dan biasa. Entah
mendapat dorongan dari mana kemudian aku mulai ngomong agak menyerempet-nyeremp
et.
Saya sebenarnya sangat mengagumi Mbak Sus lho , kataku.
Kamu ini ada-ada saja. Memangnya aku ini bintang sinetron atau model ? .
Sungguh kok. Tahu nggak apa yang kukagumi pada Mbak?
Coba apa .
Itu .
Mana? .
Tanpa ragu-ragu lagi aku menyentuhkan telunjukku ke payudaranya yang seperti bia
sa hanya dibungkus kaus.
Ah kamu ini .
Reaksinya makin membuatku berani. Aku mendekat. Mencium pipinya dari belakang ku
rsi tempat duduknya. Mbak Sus diam. Lalu ganti kucium lehernya yang putih. Dia m
enggelinjang kegelian, tetapi tak berusaha menolak. Wah, kesempatan nih. Kini sa
mbil menciumi lehernya tanganku bergerilya di bagian dadanya. Dia berusaha menep
is tanganku yang ngawur, tetapi aku tak mau kalah. Remasanku terus kulanjutkan.
Dik malu ah dilihat orang , katanya pelan. Tepisannya melemah.
Kalau begitu kita ke kamar?
Kamu ini nakal yaa , ujarnya tanpa berusaha lagi menghentikan serbuan tangan dan bi
birku.
Mbak .
Hmm .
Bolehkah mm , bolehkah kalau saya .
Apa hh
Bolehkah saya memegang susu Mbak ? .
Hmm , Dia mendesah ketika kujilat telinganya.
Tanpa menunggu jawabannya tanganku langsung menelusup ke balik kausnya. Merasaka
n betapa empuknya daging yang membukit itu. Kuremas dua payudaranya dari belakan
g dengan kedua tanganku. Desahannya makin kuat. Lalu kepalanya disandarkan ke da
daku. Aduh mak, berarti dia oke. Tanganku makin bersemangat. Kini kedua putingny
a ganti kupermainkan.
Dik, tutup pintunya dulu dong , bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menaha
n birahinya yang juga mulai naik. Tanpa disuruh dua kali secepat kilat aku seger
a menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku k
embali ke Mbak Sus. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok bawahnya dan mere
nggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak men
ggunduk dibungkus celana dalam warna krem. Sambil menciumi pahanya tanganku mene
lusup di pangkal pahanya, meremas-remas vagina dan klitorisnya yang juga besar.
Lidahku makin naik ke atas. Mbak Sus menggelinjang kegelian sambil mendesah halu
s. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.
Mau apa kau sshh sshh , tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.
Mbak belum pernah dioral ya ? .
Apa itu ? .
Vagina Mbak akan kujilati .
Lo itu kan tempat kotor .
Siapa bilang ? .
Ooo oh.. oh , desis Mbak Sus keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan
vaginanya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.
Serangan pun kutingkatkan. Celananya kepelorotkan. Sekarang perangkat rahasia mi
liknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai denga
n dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut tak begitu lebat. Lidahku kemudian
bermain di bibir vaginanya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-ger
akan melingkar yang membuat Mbak Sus kian keenakan, sampai harus mengangkat-angk
at pinggulnya.
Aahh Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh .
mm film biru dan bacaan porno kan banyak mm , jawabku.
Tiba-tiba, tok.. tok.. tok. Pintu depan ada yang mengetuk. Wah berabe nih. Aksi
liarku pun terhenti mendadak.
Sst ada tamu Mbak , bisikku.
Cepat kau sembunyi ke dalam , kata Mbak Sus sambil membenahi pakaiannya yang agak b
erantakan. Aku segera masuk ke dalam kamar Mbak Sus. Untung kaca jendela depan y
ang lebar-lebar rayban semua, sehingga dari luar tak melihat ke dalam. Sampai di
kamar berbau harum itu aku duduk di tepi ranjang. Penisku tegak mendesak celana
pendekku yang kukenakan. Sialan, baru asyik ada yang mengganggu. Kudengar suara
pintu dibuka. Mbak Sus bicara beberapa patah kata dengan seorang tamu bersuara
laki-laki. Tidak sampai dua menit Mbak Sus menyusul masuk kamar setelah menutup
pintu depan.
Siapa Mbak ? .
Tukang koran menagih rekening .
Wah mengganggu saja itu orang. Baru nikmat-nikmat .
Sudahlah , katanya sambil mendekati aku.
Tanpa sungkan-sungkan Mbak Sus mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanak
u yang menonjol akibat penisku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa s
aat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku,
memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersed
ak. Semula Mbak Sus seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubia
rkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya.
Lama-lama dia akhirnya dia bisa menikmati dan mulai menirukan gaya permainan ciu
man yang secara tak sadar baru saja kuajarkan.
Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa ? Pacarmu ? , tanyanya di antara kecipak c
iuman yang membara dan mulai liar. Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainka
n kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tak merepotkan, kausnya
kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok bawahnya. Na
h kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang, dan putih mul
us.
Nggak adil. Kamu juga harus telanjang dong , Mbak Sus pun melucuti kaus, celana pen
dek, dan terakhir celana dalamku. Penisku yang tegak penuh segera diremas-remasn
ya. Tanpa dikomando kami rebah ke ranjang, berguling-guling, saling menindih.
Mbak mau saya oral lagi? tanyaku.
Mbak Sus hanya tersenyum. Aku menunduk ke selangkangannya mencari-cari pangkal k
enikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu deng
an liar. Mbak Sus mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Ke
lihatan dia menemukan pengalaman baru yang membius gairahnya. Hampir lima menit
kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan penis
ku ke mulutnya.
Gantian dong, Mbak .
Apa muat segede itu . .
Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan penisku ke mulutnya yang mungil. Sem
ula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lam
a penisku masuk rongga mulutnya. Melihat Mbak Sus agak tersiksa oleh gaya permai
nan baru itu, aku pun segera mencabut penisku. Pikirku, nanti lama-lama pasti bi
sa.
Sorry ya Mbak .
Ah kau ini mainnya aneh-aneh .
Justru di situ nikmatnya, Mbak Selama ini Mbak sama suami main seksnya gimana ? , t
anyaku sambil menciumi payudaranya.
Ah malu. Kami main biasa saja kok .
Langsung tusuk begitu maksudnya ? .
Nakal kau ini , katanya sambil tangannya mengelus-elus penisku yang masih tetap teg
ak berdiri.
Suami Mbak mainnya lama nggak ? .
Ah . dia tersipu-sipu. Mungkin malu untuk mengungkapkan.
Pasti Mbak tak pernah puas ya ? .
Mbak Sus tak menjawab. Dia malah menciumi bibirku dengan penuh gairah. Tanganku
pun ganti-berganti memainkan kedua payudaranya yang kenyal atau selangkangannya
yang mulai berair. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku
sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.
Tetapi lama-lama aku tak tahan juga. Penisku pun sudah ingin segera menggenjot v
aginanya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah s
elangkangannya. Ketika mulai menembus vaginanya, kurasakan tubuh Mbak Sus agak g
emetar.
Ohh , desahnya ketika sedikit demi sedikit batang penisku masuk vaginanya.
Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya
. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan, dan kedua payudaran
ya yang ikut bergoyang-goyang.
Tiga menit setelah kugenjot, Mbak Sus mulai menjepitkan kedua kakinya ke pinggan
gku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan penisku kutingka
tkan.
Ooo ahh hmm ssshh , desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang
diperolehnya.
Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluru
h wajahnya yang berkeringat.
Enak Mbak ? , tanyaku.
Emmhh .
Puas Mbak ? .
Ahh , desahnya.
Sekarang Mbak berbalik. Menungging .
Aku mengatur badannya dan Mbak Sus menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kaki
nya.
Gaya apa lagi ini ? , tanyanya.
Ini gaya doggy. Senggama lewat belakang. Pasti Mbak belum pernah .
Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang dari belakang. Mbak Sus kem
bali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan tiada tara yang mungkin selama i
ni belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali,
kami istirahat.
Capek ? , tanyaku.
Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku .
Tapi kan nikmat Mbak , jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan
.
Kita lanjutkan nanti malam saja ya .
Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar spermaku kelua
r. Nih sudah nggak tahan lagi penisku. Sekarang Mbak yang di atas , kataku sambil
mengatur posisinya.
Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang pe
nisku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaik-turunkan seirama g
enjotanku dari bawah. Mbak Sus tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang
makin lama kian cepat. Payudaranya ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku
. Apalagi ditingkah lenguhan dan jeritannya menjelang sampai puncak. Ketika dia
mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional
. Mbak Sus kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku menin
gkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan penisku.
Oh Mbak aku mau keluar nih ahh .
Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam vaginanya. Mbak Sus kemudian menyusu
l mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan vaginanya begitu hangat menj
epit penisku. Lima menit lebih kami dalam posisi relaksasi seperti itu.
Vaginamu masik nikmat Mbak , bisikku sambil mencium bibir mungilnya.
Penismu juga nikmat, Dik .
Nanti kita main dengan macam-macam gaya lagi ya .
Ah Mbak memang kalah pintar dibanding kamu .
Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas meras
akan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan.
Mbak kalau pengin bilang aja ya .
Kamu juga. Kalau ingin ya langsung masuk ke kamar Mbak. Tetapi sst kalau pas aman
lho .
Mbak mau nggak main ramai-ramai ? .
Maksudmu gimana ? .
Ya misalnya aku mengajak salah satu teman dan kita main bertiga. Dua lawan satu.
Soalnya Mbak tak cukup kalau cuma dilayani satu cowok.
Ah kamu ini ada-ada saja. Malu ah .
Tapi mau mencoba kan ? .
Mbak Sus tidak menjawab. Dia malah kemudian menciumi dan menggumuli aku habis-ha
bisan. Ya aku terangsang lagi jadinya. Ya penisku tegak lagi. Ya akhirnya aku me
sti menggenjot dan menembaknya sampai dia orgasme beberapa kali. Ah Mbak Sus, Mb
ak Sus.
purch
02-16-2010, 08:28 AM
:bolakbalik::ole::beer:Seperti sebagian besar teman senasib, saat menjadi mahasi
swa saya menjadi anak kost dengan segala suka dan dukanya. Mengenang masa-masa s
ekitar lima belas tahun lalu itu saya sering tertawa geli. Misalnya, karena jata
h kiriman dari kampung terlambat, padahal perut keroncongan tak bisa diajak komp
romi, saya terpaksa mencuri nasi lengkap dengan lauknya milik keluarga tempat sa
ya kost. Masih banyak lagi kisah-kisah konyol yang saya alami. Namun sebenarnya
ada satu kisah yang saya simpan rapat-rapat, karena bagi saya merupakan rahasia
pribadi. Kisah rahasia yang sangat menyenangkan.
Keluarga tempat kost saya memiliki anak tunggal perempuan yang sudah menikah nam
un tetap tinggal di rumah orang tuanya. Mbak Sus, demikian kami anak-anak kost m
emanggil, berumur sekitar 35 tahun. Tidak begitu cantik tetapi memiliki tubuh ba
gus dan bersih. Menurut ibu kost, anaknya itu pernah melahirkan tetapi kemudian
bayinya meninggal dunia. Jadi tak mengherankan kalau bentuk badannya masih mengg
iurkan. Kami berlima anak-anak kost yang tinggal di rumah bagian samping sering
iseng-iseng memperbincangkan Mbak Sus. Perempuan yang kalau di rumah tak pernah
memakai bra itu menjadi sasaran ngobrol miring.
Kamu tahu nggak, kenapa Mbak Sus sampai sekarang nggak hamil-hamil? tanya Robin ya
ng kuliah di teknik sipil suatu saat.
Aku tahu. Suaminya letoi. Nggak bisa ngacung jawab Krus, anak teknik mesin dengan
tangkas.
Apanya yang nggak bisa ngacung? tanya saya pura-pura tidak tahu.
Bego! Ya penisnya dong , kata Krus.
Kok tahu kalau dia susah ngacung? saya mengejar lagi.
Lihat saja. Gayanya klemar-klemer kaya perempuan. Tahu nggak? Mbak Sus sering mem
bentak-bentak suaminya? tutur Krus.
Kalian saja yang nggak tanggap. Dia sebenarnya kan mengundang salah satu, dua, at
au tiga di antara kita, mungkin malah semua, untuk membantu , kata Robin.
Membantu? Apa maksudmu? tanyaku tak paham ucapannya.
Robin tertawa sebelum berkata, Ya membantu dia agar segera hamil. Dia mengundang
secara tidak langsung. Lihat saja, dia sering memamerkan payudaranya kepada kita
dengan mengenakan kaus ketat. Kemudian setiap usai mandi dengan hanya melilitka
n handuk di badannya lalu-lalang di depan kita
Ah kamu saja yang GR. Mungkin Mbak Sus nggak bermaksud begitu , sergah Heri yang se
jak tadi diam.
Nggak percaya ya? Ayo siapa yang berani masuk kamarnya saat suaminya dinas malam,
aku jamin dia tak akan menolak. Pasti
Diam-diam ucapan Robin itu mengganggu pikiranku. Benarkah apa yang dia katakan t
entang Mbak Sus? Benarkah perempuan itu sengaja mengundang birahi kami agar ada
yang masuk perangkapnya?
Selama setahun kost diam-diam aku memang suka menikmati pemandangan yang tanpa k
usadari sering membuat penisku tegak berdiri. Terutama payudaranya yang seperti
sengaja dipamerkan dengan lebih banyak berkaus sehingga putingnya yang kehitam-h
itaman tampak menonjol. Selain payudaranya yang kuperkirakan berukuran 36, pingg
ulnya yang besar sering membuatku terangsang. Ah betapa menyenangkan dan menggai
rahkan kalau saja aku bisa memasukkan penisku ke selangkangannya sambil meremas-
remas payudaranya.
Setelah perbincangan iseng itu aku menjadi lebih memperhatikan gerak-gerik Mbak
Sus. Bahkan aku kini sengaja lebih sering mengobrol dengan dia. Kulihat perempua
n itu tenang-tenang saja meski mengetahui aku sering mencuri pandang ke arah dad
anya sambil menelan air liur.
Suatu waktu, ketika berjalan berpapasan, tanganku tanpa sengaja menyentuh pinggu
lnya.
Wah maaf, Mbak. Nggak sengaja kataku sambil tersipu malu.
Sengaja juga nggak apa-apa kok dik , jawabnya sambil mengerlingkan matanya.
Dari situ aku mulai menyimpulkan apa yang dikatakan Robin mendekati kebenaran. M
bak Sus memang berusaha memancing, mungkin tak puas dengan kehidupan seksual ber
sama suaminya.
Makin lama aku bertambah berani. Beberapa kali aku sengaja menyenggol pinggulnya
. Eh dia cuma tersenyum-senyum. Aksi nakal pun kutingkatkan. Bukan menyenggol la
gi tetapi meremas. Sialan, reaksinya sama saja. Tak salah kalau aku mulai berang
an-angan suatu saat ingin menyetubuhi dia. Peluang itu sebenarnya cukup banyak.
Seminggu tiga kali suaminya dinas malam. Dia sendiri telah memberikan tanda-tand
a welcome. Cuma aku masih takut. Siapa tahu dia punya kelainan, yakni suka memam
erkan perangkat tubuhnya yang indah tanpa ada niat lain. Namun birahiku rasanya
tak tertahankan lagi. Setiap malam yang ada dalam bayanganku adalah menyusup dia
m-diam ke kamarnya, menciumi dan menjilati seluruh tubuhnya, meremas payudara da
n pinggulnya, kemudian melesakkan penis ke vaginanya.
Suatu hari ketika di rumah sepi. Empat temanku masuk kuliah atau punya kegiatan
keluar, bapak dan ibu kostku menghadiri pesta pernikahan kerabatnya di luar kota
, sedangkan suami Mbak Sus ke kantor. Aku mengobrol dengan dia di ruang tamu sam
bil menonton televisi. Semula perbincangan hanya soal-soal umum dan biasa. Entah
mendapat dorongan dari mana kemudian aku mulai ngomong agak menyerempet-nyeremp
et.
Saya sebenarnya sangat mengagumi Mbak Sus lho , kataku.
Kamu ini ada-ada saja. Memangnya aku ini bintang sinetron atau model ? .
Sungguh kok. Tahu nggak apa yang kukagumi pada Mbak?
Coba apa .
Itu .
Mana? .
Tanpa ragu-ragu lagi aku menyentuhkan telunjukku ke payudaranya yang seperti bia
sa hanya dibungkus kaus.
Ah kamu ini .
Reaksinya makin membuatku berani. Aku mendekat. Mencium pipinya dari belakang ku
rsi tempat duduknya. Mbak Sus diam. Lalu ganti kucium lehernya yang putih. Dia m
enggelinjang kegelian, tetapi tak berusaha menolak. Wah, kesempatan nih. Kini sa
mbil menciumi lehernya tanganku bergerilya di bagian dadanya. Dia berusaha menep
is tanganku yang ngawur, tetapi aku tak mau kalah. Remasanku terus kulanjutkan.
Dik malu ah dilihat orang , katanya pelan. Tepisannya melemah.
Kalau begitu kita ke kamar?
Kamu ini nakal yaa , ujarnya tanpa berusaha lagi menghentikan serbuan tangan dan bi
birku.
Mbak .
Hmm .
Bolehkah mm , bolehkah kalau saya .
Apa hh
Bolehkah saya memegang susu Mbak ? .
Hmm , Dia mendesah ketika kujilat telinganya.
Tanpa menunggu jawabannya tanganku langsung menelusup ke balik kausnya. Merasaka
n betapa empuknya daging yang membukit itu. Kuremas dua payudaranya dari belakan
g dengan kedua tanganku. Desahannya makin kuat. Lalu kepalanya disandarkan ke da
daku. Aduh mak, berarti dia oke. Tanganku makin bersemangat. Kini kedua putingny
a ganti kupermainkan.
Dik, tutup pintunya dulu dong , bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menaha
n birahinya yang juga mulai naik. Tanpa disuruh dua kali secepat kilat aku seger
a menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku k
embali ke Mbak Sus. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok bawahnya dan mere
nggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak men
ggunduk dibungkus celana dalam warna krem. Sambil menciumi pahanya tanganku mene
lusup di pangkal pahanya, meremas-remas vagina dan klitorisnya yang juga besar.
Lidahku makin naik ke atas. Mbak Sus menggelinjang kegelian sambil mendesah halu
s. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.
Mau apa kau sshh sshh , tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.
Mbak belum pernah dioral ya ? .
Apa itu ? .
Vagina Mbak akan kujilati .
Lo itu kan tempat kotor .
Siapa bilang ? .
Ooo oh.. oh , desis Mbak Sus keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan
vaginanya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.
Serangan pun kutingkatkan. Celananya kepelorotkan. Sekarang perangkat rahasia mi
liknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai denga
n dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut tak begitu lebat. Lidahku kemudian
bermain di bibir vaginanya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-ger
akan melingkar yang membuat Mbak Sus kian keenakan, sampai harus mengangkat-angk
at pinggulnya.
Aahh Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh .
mm film biru dan bacaan porno kan banyak mm , jawabku.
Tiba-tiba, tok.. tok.. tok. Pintu depan ada yang mengetuk. Wah berabe nih. Aksi
liarku pun terhenti mendadak.
Sst ada tamu Mbak , bisikku.
Cepat kau sembunyi ke dalam , kata Mbak Sus sambil membenahi pakaiannya yang agak b
erantakan. Aku segera masuk ke dalam kamar Mbak Sus. Untung kaca jendela depan y
ang lebar-lebar rayban semua, sehingga dari luar tak melihat ke dalam. Sampai di
kamar berbau harum itu aku duduk di tepi ranjang. Penisku tegak mendesak celana
pendekku yang kukenakan. Sialan, baru asyik ada yang mengganggu. Kudengar suara
pintu dibuka. Mbak Sus bicara beberapa patah kata dengan seorang tamu bersuara
laki-laki. Tidak sampai dua menit Mbak Sus menyusul masuk kamar setelah menutup
pintu depan.
Siapa Mbak ? .
Tukang koran menagih rekening .
Wah mengganggu saja itu orang. Baru nikmat-nikmat .
Sudahlah , katanya sambil mendekati aku.
Tanpa sungkan-sungkan Mbak Sus mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanak
u yang menonjol akibat penisku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa s
aat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku,
memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersed
ak. Semula Mbak Sus seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubia
rkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya.
Lama-lama dia akhirnya dia bisa menikmati dan mulai menirukan gaya permainan ciu
man yang secara tak sadar baru saja kuajarkan.
Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa ? Pacarmu ? , tanyanya di antara kecipak c
iuman yang membara dan mulai liar. Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainka
n kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tak merepotkan, kausnya
kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok bawahnya. Na
h kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang, dan putih mul
us.
Nggak adil. Kamu juga harus telanjang dong , Mbak Sus pun melucuti kaus, celana pen
dek, dan terakhir celana dalamku. Penisku yang tegak penuh segera diremas-remasn
ya. Tanpa dikomando kami rebah ke ranjang, berguling-guling, saling menindih.
Mbak mau saya oral lagi? tanyaku.
Mbak Sus hanya tersenyum. Aku menunduk ke selangkangannya mencari-cari pangkal k
enikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu deng
an liar. Mbak Sus mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Ke
lihatan dia menemukan pengalaman baru yang membius gairahnya. Hampir lima menit
kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan penis
ku ke mulutnya.
Gantian dong, Mbak .
Apa muat segede itu . .
Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan penisku ke mulutnya yang mungil. Sem
ula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lam
a penisku masuk rongga mulutnya. Melihat Mbak Sus agak tersiksa oleh gaya permai
nan baru itu, aku pun segera mencabut penisku. Pikirku, nanti lama-lama pasti bi
sa.
Sorry ya Mbak .
Ah kau ini mainnya aneh-aneh .
Justru di situ nikmatnya, Mbak Selama ini Mbak sama suami main seksnya gimana ? , t
anyaku sambil menciumi payudaranya.
Ah malu. Kami main biasa saja kok .
Langsung tusuk begitu maksudnya ? .
Nakal kau ini , katanya sambil tangannya mengelus-elus penisku yang masih tetap teg
ak berdiri.
Suami Mbak mainnya lama nggak ? .
Ah . dia tersipu-sipu. Mungkin malu untuk mengungkapkan.
Pasti Mbak tak pernah puas ya ? .
Mbak Sus tak menjawab. Dia malah menciumi bibirku dengan penuh gairah. Tanganku
pun ganti-berganti memainkan kedua payudaranya yang kenyal atau selangkangannya
yang mulai berair. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku
sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.
Tetapi lama-lama aku tak tahan juga. Penisku pun sudah ingin segera menggenjot v
aginanya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah s
elangkangannya. Ketika mulai menembus vaginanya, kurasakan tubuh Mbak Sus agak g
emetar.
Ohh , desahnya ketika sedikit demi sedikit batang penisku masuk vaginanya.
Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya
. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan, dan kedua payudaran
ya yang ikut bergoyang-goyang.
Tiga menit setelah kugenjot, Mbak Sus mulai menjepitkan kedua kakinya ke pinggan
gku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan penisku kutingka
tkan.
Ooo ahh hmm ssshh , desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang
diperolehnya.
Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluru
h wajahnya yang berkeringat.
Enak Mbak ? , tanyaku.
Emmhh .
Puas Mbak ? .
Ahh , desahnya.
Sekarang Mbak berbalik. Menungging .
Aku mengatur badannya dan Mbak Sus menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kaki
nya.
Gaya apa lagi ini ? , tanyanya.
Ini gaya doggy. Senggama lewat belakang. Pasti Mbak belum pernah .
Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang dari belakang. Mbak Sus kem
bali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan tiada tara yang mungkin selama i
ni belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali,
kami istirahat.
Capek ? , tanyaku.
Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku .
Tapi kan nikmat Mbak , jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan
.
Kita lanjutkan nanti malam saja ya .
Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar spermaku kelua
r. Nih sudah nggak tahan lagi penisku. Sekarang Mbak yang di atas , kataku sambil
mengatur posisinya.
Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang pe
nisku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaik-turunkan seirama g
enjotanku dari bawah. Mbak Sus tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang
makin lama kian cepat. Payudaranya ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku
. Apalagi ditingkah lenguhan dan jeritannya menjelang sampai puncak. Ketika dia
mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional
. Mbak Sus kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku menin
gkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan penisku.
Oh Mbak aku mau keluar nih ahh .
Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam vaginanya. Mbak Sus kemudian menyusu
l mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan vaginanya begitu hangat menj
epit penisku. Lima menit lebih kami dalam posisi relaksasi seperti itu.
Vaginamu masik nikmat Mbak , bisikku sambil mencium bibir mungilnya.
Penismu juga nikmat, Dik .
Nanti kita main dengan macam-macam gaya lagi ya .
Ah Mbak memang kalah pintar dibanding kamu .
Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas meras
akan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan.
Mbak kalau pengin bilang aja ya .
Kamu juga. Kalau ingin ya langsung masuk ke kamar Mbak. Tetapi sst kalau pas aman
lho .
Mbak mau nggak main ramai-ramai ? .
Maksudmu gimana ? .
Ya misalnya aku mengajak salah satu teman dan kita main bertiga. Dua lawan satu.
Soalnya Mbak tak cukup kalau cuma dilayani satu cowok.
Ah kamu ini ada-ada saja. Malu ah .
Tapi mau mencoba kan ? .
Mbak Sus tidak menjawab. Dia malah kemudian menciumi dan menggumuli aku habis-ha
bisan. Ya aku terangsang lagi jadinya. Ya penisku tegak lagi. Ya akhirnya aku me
sti menggenjot dan menembaknya sampai dia orgasme beberapa kali. Ah Mbak Sus, Mb
ak Sus.
abg
02-16-2010, 08:45 AM
nice story gan, lanjutkan
koeja
02-16-2010, 11:19 AM
Waduh, seru nih ceritanya
Hehe, lugu i awal, ahli di akhir.
pakcik
02-17-2010, 01:26 AM
matap
:dateyuk:
Soi
02-17-2010, 06:49 AM
:hebat!: mantaf...akhirnya kena deh... :hebat!:
Tapi....!!!
:mumet: kok cuman segini seh lanjutan nya mana nie...:mumet:
andian1
02-17-2010, 07:47 AM
mangstab ne crita
ciomom
02-18-2010, 05:22 PM
:beer::beer::beer::beer::beer::beer::beer:
makasar
06-18-2010, 06:24 AM
kurang panas bos
vino_vergehen
06-19-2010, 04:40 AM
waw.. mantab bro.. lanjutannya gimana bro..
mas_edhi
06-20-2010, 12:26 PM
mantapzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz......bro
xyzsatan
06-20-2010, 02:27 PM
waduh kyanya ada lanjutanya itu.....
vBulletin® v3.8.0, Copyright ©2000-2010, Jelsoft Enterprises Ltd.

Indobokepz - Indonesian Movie and Picture Community > Other XXX > XXX Story > Mu
ridku yang perkasa
PDA
View Full Version : Muridku yang perkasa
invoker
04-17-2008, 06:16 AM
Namaku Asmiati, tinggi 160 sentimeter, berat 56 kilogram, lingkar pinggang 65 se
ntimeter. Secara keseluruhan, sosokku kencang, garis tubuhku tampak bila mengena
kan pakaian yang ketat terutama pakaian senam. Aku adalah Ibu dari dua anak beru
sia 44 tahun dan bekerja sebagai seorang guru disebuah SLTA di kota S.
Kata orang tahi lalat di daguku seperti Berliana Febriyanti, dan bentuk tubuhku
mirip Minati Atmanegara yang tetap kencang di usia yang semakin menua. Mungkin m
ereka ada benarnya, tetapi aku memiliki payudara yang lebih besar sehingga terli
hat lebih menggairahkan dibanding artis yang kedua. Semua karunia itu kudapat de
ngan olahraga yang teratur.
Kira-kira 6 tahun yang lalu saat usiaku masih 38 tahun salah seorang sehabatku m
enitipkan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, karena ia teman baikku dan suam
iku tidak keberatan akhirnya aku menyetujuinya. Nama pemuda itu Sandi, kulitnya
kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya kurus kekar karena Sandi seorang a
tlit karate di tempatnya. Oh ya, Sandi ini pernah menjadi muridku saat aku masih
menjadi guru SD.
Sandi sangat sopan dan tahu diri. Dia banyak membantu pekerjaan rumah dan sering
menemani atau mengantar kedua anakku jika ingin bepergian. Dalam waktu sebulan
saja dia sudah menyatu dengan keluargaku, bahkan suamiku sering mengajaknya main
tenis bersama. Aku juga menjadi terbiasa dengan kehadirannya, awalnya aku sanga
t menjaga penampilanku bila di depannya. Aku tidak malu lagi mengenakan baju kao
s ketat yang bagian dadanya agak rendah, lagi pula Sandi memperlihatkan sikap ya
ng wajar jika aku mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuh
ku.
Sekitar 3 bulan setelah kedatangannya, suamiku mendapat tugas sekolah S-2 keluar
negeri selama 2, 5 tahun. Aku sangat berat melepasnya, karena aku bingung bagai
mana menyalurkan kebutuhan sex-ku yang masih menggebu-gebu. Walau usiaku sudah t
idak muda lagi, tapi aku rutin melakukannya dengan suamiku, paling tidak semingg
u 5 kali. Mungkin itu karena olahraga yang selalu aku jalankan, sehingga hasrat
tubuhku masih seperti anak muda. Dan kini dengan kepergiannya otomatis aku harus
menahan diri.
Awalnya biasa saja, tapi setelah 2 bulan kesepian yang amat sangat menyerangku.
Itu membuat aku menjadi uring-uringan dan menjadi malas-malasan. Seperti minggu
pagi itu, walau jam telah menunjukkan angka 9. Karena kemarin kedua anakku minta
diantar bermalam di rumah nenek mereka, sehingga hari ini aku ingin tidur sepua
s-puasnya. Setelah makan, aku lalu tidur-tiduran di sofa di depan TV. Tak lama t
erdengar suara pintu dIbuka dari kamar Sandi.
Kudengar suara langkahnya mendekatiku.
Bu Asmi..? Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat. Setelah
beberapa saat lengang, tiba-tiba aku tercekat ketika merasakan sesuatu di pahak
u. Kuintip melalui sudut mataku, ternyata Sandi sudah berdiri di samping ranjang
ku, dan matanya sedang tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang bagian bawah
gaunku, aku lupa kalau aku sedang mengenakan baju tidur yang tipis, apa lagi tid
ur telentang pula. Hatiku menjadi berdebar-debar tak karuan, aku terus berpura-p
ura tertidur.
Bu Asmi..? Suara Sandi terdengar keras, kukira dia ingin memastikan apakah tidurku
benar-benar nyeyak atau tidak.
Aku memutuskan untuk pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sa
mpai keleher.
Lalu kurasakan Sandi mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba t
etap tenang agar pemuda itu tidak curiga. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elu
s ketiakku, karena tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Ku
intip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin ia belu
m tahu kalau aku pura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin.
Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku men
coba bertahan, aku ingin tahu apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuhku. Tak
lama kemuadian aku merasakan tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH
berwarna hitam, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil menikmat
i elusannya, lalu aku merasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku merasakan s
eperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku sudah lama merin
dukan sentuhan laki-laki dan kekasaran seorang pria. Aku memutuskan tetap diam s
ampai saatnya tiba.
Sekarang tangan Sandi sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, tak lama
kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku.
Aku ingin merintih nikmat tapi nanti amalah membuatnya takut, jadi kurasakan rem
asannya dalam diam. Kurasakan tangannya gemetar saat memencet puting susuku, kul
irik pelan, kulihat Sandi mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. Lalu ia menj
ilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapanny
a, aku terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua sudah mengk
ilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gi
gitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali.
Tangan kanan Sandi mulai menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya merab
a vaginaku yang masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah apa
belum. Yang jelas jari-jari Sandi menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, la
lu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras s
ekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari Sandi mencoba memasuki
lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali
. Aku harus mengakhiri Sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku samb
il menyentakkan tubuhku.
Sandi!! Ngapain kamu?
Aku berusaha bangun duduk, tapi tangan Sandi menekan pundakku dengan keras. Tiba
-tiba Sandi mecium mulutku secepat kilat, aku berusaha memberontak dengan menger
ahkan seluruh tenagaku. Tapi Sandi makin keras menekan pundakku, malah sekarang
pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar
dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk k
e dalam mulutku, tapi aku pura-pura menolak.
Bu.., maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya Bu Sandi mel
epaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta.
Kamu kan bisa denagan teman-teman kamu yang masih muda. Ibukan sudah tua, Ujarku l
embut.
Tapi saya sudah tergila-gila dengan Bu Asmi.. Saat SD saya sering mengintip BH ya
ng Ibu gunakan Saya akan memuaskan Ibu sepuas-puasnya, jawab Sandi.
Ah kamu Ya sudah terserah kamu sajalah
Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tidak tahan ingin di
jamah olehnya.
Lalu Sandi melumat bibirku dan pelan-pelan aku meladeni permainan lidahnya. Kedu
a tangannya meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku minta
izin ke WC yang ada di dalam kamar tidurku. Di dalam kamar mandi, kubuka semua p
akaian yang ada di tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda sepert
i Sandi terangsang melihat tubuhku ini? Perduli amat yang penting aku ingin mera
sakan bagaimana sich bercinta dengan remaja yang masih panas.
Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Matanya terbeliak melihat tub
uh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun.
Body Ibu bagus banget.. dia memuji sembari mengecup putting susuku yang sudah men
geras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu dici
uminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku.
Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah d
igigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan
sangat bernafsu.
Ibu hebat , desisnya.
Apanya yang hebat..? Tanyaku sambil mangacak-acak rambut Sandi yang panjang selehe
r.
Badan Ibu enggak banyak berubah dibandingkan saya SD dulu Katanya sambil terus mel
umat puting susuku. Nikmat sekali.
Itu karena Ibu teratur olahraga jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Deng
an bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia la
lu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baj
u kaosnya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sam
a-sama bugil.
Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Sandi minta gantian, dia ingin mengerjai vag
inaku.
Masukin aja yuk, Ibu sudah ingin ngerasain penis kamu San! Cegahku sambil menciumn
ya.
Sandi tersenyum lebar. Sudah enggak sabar ya ? godanya.
Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya San, Balasku sambil mencubit perutnya ya
ng berotot.
Sandi tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, b
erguling-guling di atas ranjang. Ternyata Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku
naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin be
rdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang ke
maluan Sandi yang besar.
Berbeda dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan
batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membali
kkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, n
aik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggeleg
ak-gelegak.
Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan
posisi aku membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus
menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kana
nnya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut
ke dalam liang vaginaku yang basah merekah.
Vagina Ibu bagus, tebel, pasti enak bercinta sama Ibu , dia berbisik persis di telinga
ku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan ak
u. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan San
di, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku.
Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Sandi semakin
memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya
menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebe
lah pahaku semakin tinggi. Lalu , terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke li
ang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan rudalnya !!!
Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir ku
at-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Sandi memasuki liang vaginaku.
Terasa penuh, nikmat luar biasa.
Oohh , sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-
gerinjal, sementara Sandi mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mula
i merintih-rintih tak terkendali.
Saann, penismu enaaak !!!, kataku setengah menjerit.
Sandi tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepa
t dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuat
nya. Batang penisnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sam
pai ke dasar.
Oohh , toloongg.., gustii !!!
Sandi malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erot
is.
Aahh, penismu , oohh, aarrghh , penismuu , oohh !!!
Sandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis
yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyampin
g, nampaknya Sandi sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pa
da vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak.
Ibu mau keluar! Ibu mau keluaaar!! aku menjerit-jerit.
Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget bercinta sama Ibu! Sandi menyodok-nyo
dok semakin kencang.
Sodok terus, Saann!!! Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!
Teruuss , arrgghh , sshh , ohh , sodok terus penismuuu !
Oh, ah, uuugghhh
Enaaak , penis kamu enak, penis kamu sedap, yahhh, teruuusss
Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan
pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vagina
ku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme!
Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terka
takan. Mungkin sudah ada lima tahun aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Sa
ndi mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengat
ur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternya
ta dia belum mencapai orgasme.
Kuturuti permintaan Sandi. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, k
uatur posisi tubuhku hingga menungging. Sandi mengikuti gerakanku, batang kemalu
annya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku.
Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa saba
r. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan ka
mi baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup t
inggi tadi.
Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, k
uatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Ku
angkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi segera menunduk, dikecupnya pipiku.
San.. Kamu hebat banget.. Ibu kira tadi kamu sudah hampir keluar, kataku terus ter
ang.
Emangnya Ibu suka kalau aku cepet keluar? jawabnya lembut di telingaku.
Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti, diciumnya b
ibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai
keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.
Sandi melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih ku
at dan cepat. Batang kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam vaginak
u. Aku mulai mengerang-erang lagi.
Oorrgghh , aahh , ennaak , penismu enak bangeett Ssann!!
Sandi tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai ter
guncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semaki
n tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimba
ngi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatk
u, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Sandi. Pemuda itu mulai me
ngerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme.
Tiba-tiba Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku be
rbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. San
di langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakik
u menekuk mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang p
enisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.
Aarrgghhh !!! aku menjerit.
Aku hampir keluar! Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak b
isa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-
gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat
.
Terus, Sayang , teruuusss ! desahku.
Ooohhh, enak sekali , aku keenakan , enak bercinta sama Ibu! Erang Sandi
Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan ! Balasku.
Aku sudah hampir keluar, Buu , vagina Ibu enak bangeet
Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss , yaah, aku juga mau keluarr!
Ah, oh, uughhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaaar !
Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Saann , aku mau keluar, aku
mau keluar, vaginaku keenakan, aku keenakan bercinta sama kamu , yaahh , teruss , aarrg
ghh , ssshhh , uughhh , aarrrghh!!!
Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang
. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan
, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang
vaginaku.
Oohhh !!! dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan
mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme
dalam waktu persis bersamaan seperti itu.
Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan.
Sandi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas.
Enak banget, bisik Sandi beberapa saat kemudian.
Hmmm Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Sandi bergerak-gerak di dalam vag
inaku.
Vagina Ibu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu
Apalagi penis kamu , gede, keras, dalemmm
Sandi bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepa
lanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat
yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menju
lur-julur menjilati buah dadaku.
Sandi lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, d
igigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi karena kelakuannya itu membuat birahi
ku mulai menyentak-nyentak lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum ti
pis, lalu berkata,
Aku bisa enggak puas-puas bercinta sama Ibu Ibu juga suka kan?
Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. Alhasil, seh
arian itu kami bersetubuh lagi. Setelah break sejenak di sore hari malamnya Sand
i kembali meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu ada 3 ronde tambahan yang k
ami mainkan dengan entah berapa kali aku mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan
paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga.
Hampir tidak tidur sama sekali, tapi aku tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasa
nya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku just
ru sedang happy, sehabis bersetubuh sehari semalam dengan bekas muridku yang per
kasa.
vBulletin® v3.8.0, Copyright ©2000-2010, Jelsoft Enterprises Ltd.

Indobokepz - Indonesian Movie and Picture Community > Other XXX > XXX Story > Ib
u Kostku Tersayang
PDA
View Full Version : Ibu Kostku Tersayang
kembutz
04-17-2008, 12:48 PM
Nama saya adalah Aldo. Saya merupakan mahasiswa tingkat akhir di sebuah pergurua
n tinggi di kota Bogor. Saya memiliki pengalaman yang tak akan saya lupakan seum
ur hidup saya. Kejadian itu terjadi pada waktu saya masih kuliah di tingkat 1 se
mester ke-2.
Saat itu saya tinggal di sebuah rumah yang oleh pemiliknya disewakan untuk kost
kepada mahasiswa. Saya tinggal bersama 2 orang mahasiswa lain yang keduanya meru
pakan kakak kelas saya. Pemilik rumah kos itu adalah seorang Dosen yang kebetula
n sedang studi di Jepang untuk mendapatkan gelar Doktor. Ia telah tinggal di Jep
ang kurang lebih 6 bulan dari rencana 3 tahun ia di sana.
Agar rumahnya tetap terawat maka ia menyewakan beberapa kamar kepada mahasiswa y
ang kebetulan kuliah di dekat rumah itu. Yang menjadi Ibu kost-ku adalah istri d
ari Dosen yang pergi ke Jepang tersebut. Namanya sebut saja Intan. Aku sering me
nyebut ia Ibu Intan. Umurnya kira-kira sekitar 30 tahunan dengan seorang anak um
ur 4 tahun yang sekolah di TK nol kecil. Jadi di rumah itu tinggal Ibu Intan den
gan seorang anaknya, seorang pembantu rumah tangga yang biasa kami panggil Bi An
a, kira-kira berumur 50 tahunan, aku dan kakak kelasku bernama Kardi dan Jun.
Ibu Intan memiliki tubuh yang lumayan. Aku dan kedua kakak kelasku sering mengin
tip dia apabila sedang mandi. Kadang kami juga sering mencuri-curi pandang ke pa
ha mulusnya apabila kami dan Ibu nonton tivi bareng. Ibu Intan sering memakai ro
k apabila dirumah sehingga kadang-kadang secara tidak sadar sering menyingkapkan
paha putihnya yang mulus. Ibu Intan memiliki tinggi kurang lebih sekitar 165 cm
dengan bodinya yang langsing dan putih mulus serta payudara yang indah tapi tak
terlalu besar kira-kira berukuran 34 B (menurut nomer dikutangnya yang aku liat
di jemuran). Ibu Intan memiliki wajah yang lumayan imut (mirip anak-anak). Dia
sangat baik kepada kami, apabila dia menagih uang listrik dan uang telepon dia m
eminta dengan sopan dan halus sehingga kami merasa betah tinggal di rumahnya.
Pada suatu malam (sekitar bulan maret), kebetulan kedua kakak kelasku lagi ada t
ugas lapangan yang membuat mereka mesti tinggal di sana selama sebulan penuh. Se
dangkan anak Bu Intan yang bernama Devi lagi tinggal bersama kakeknya selama sem
inggu. Praktis yang tinggal di rumah itu cuma aku dan Ibu Intan, sedangkan Bi An
a tinggal di sebuah rumah kecil di halaman belakang yang terpisah dari rumah uta
ma yang dikost-kan. Malam itu kepalaku sedikit pusing akibat tadi siang di kampu
s ada ujian Kalkulus. Soal ujian yang sulit dan penuh dengan hitungan yang rumit
membuat kepalaku sedikit mumet. Untuk menghilangkan rasa pusing itu, malamnya a
ku memutar beberapa film bokep yang kupinjam dari teman kuliahku.
"Lumayan lah, mungkin bisa ngilangin pusingku", pikirku.
Aku memang biasa nonton bokep di komputerku di kamar kosku apabila kepala pusing
karena kuliah.
Pada saat piringan kedua disetel, tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara pintu kama
rku terbuka.
"Hayo Aldo, nonton apaan kamu?" Ibu Intan berkata padaku.
"Astaga, aku lupa menutup pintu kamar" gerutuku dalam hati.
Ibu Intan telah masuk ke kamarku dan memergoki aku sedang nonton film bokep. Aku
jadi salah tingkah sekaligus malu.
"Anu bu, aku cuma.." jawabku terbata-bata.
"Boleh Ibu ikut nonton?" katanya bertanya padaku
"Boleh.." jawabku seakan tak percaya kalo dia akan nonton film bokep bareng aku.
"Dah lama nih Ibu ga nonton film kaya' gini. Kamu sering nonton ya?" katanya men
ggodaku.
"Ah, gak bu.." jawabku
"Hmm.. bagus juga adegannya" dia berkata sambil memandang adegan yang berlangsun
g.
Akhirnya kami sama-sama menonton film bokep tersebut. Kadang-kadang dia meremas-
remas payudaranya sendiri yang membuat kemaluanku berdiri tegak. Dia memakai das
ter putih malam itu kontras dengan kutang dan celana dalam warna hitam. Kadang a
ku melirik dia dengan sesekali memperhatikan dia yang sesekali memegang kemaluan
nya dan menggoyangkan pinggulnya seperti cewe yang sedang menahan kencing. Peman
dangan itu membuat darahku mendesir dan membuat batang kejantananku berontak den
gan sengit di dalam celana dalamku.
Tiba-tiba dia bertanya, "Do, kamu pernah melakukan seperti yang di film tadi ga?
"
Aku terkejut mendengar kata-kata itu terlontar dari mulutnya.
"Belum" jawabku.
"Ah masa?" tanya dia seakan tak percaya.
"Bener bu, sumpah.. aku masih perjaka kok" jawabku.
"Kalo pacarmu ke kamarmu ngapain aja? ayo ngaku" tanyanya sambil tersenyum kecil
.
"Ah ga ngapa-ngapain kok bu, paling cuma diskusi masalah kuliah" jawabku.
"Yang bener.. trus kalian ampe buka-bukaan baju ngapain? emang Ibu ga tau.. ayo
ngaku aja, Ibu dah tau kok" tanyanya sambil mencubit pipiku.
Wajahku jadi merah padam mendengar dia berkata seperti itu, ternyata ia sering n
gintipin aku ama pacarku.
"Iya deh.. aku emang sering bermesraan sama pacarku tapi ga sampai ML, paling ja
uh cuma oral dan petting aja" jawabku jujur.
"Ohh..", katanya seakan tak percaya.
Akhirnya kita terdiam kembali menikmati film bokep. Akhirnya film itu selesai ju
ga juga.
"Do, kamu bisa mijit ga", tanyanya.
"Dikit-dikit sih bisa, emang kenapa bu?"
"Ibu agak pegel-pegel dikit nih abis senam aerobik tadi sore. Bi Ana yang biasa
mijetin dah tidur kecapekan kerja seharian, bisa kan?"
"Boleh, sekarang bu?"
"Ya sekarang lah, di kamar Ibu yah.. ayo".
Aku mengikuti Ibu Intan dari belakang menuju ke kamarnya. Baru pertama kali ini
aku masuk ke kamar Ibu kosku itu. Kamarnya cukup luas dengan kamar mandi di dala
m, kasur pegas lengkap dengan ranjang model eropa. Di sebelahnya ada meja rias,
lemari pakaian dan meja kerja suaminya. Kamar yang indah.
"Ini minyaknya", Bu Intan menyerahkan sebotol minyak khusus buat memijat.
Minyak yang harum, pikirku. Aku emang belum pernah mijat tapi saat ini aku harus
bisa. Ibu Intan kemudian membuka dasternya, hanya tinggal kutang dan celana dal
am hitam yang terbuat dari sutera. Melihat pemandangan ini aku hanya bisa melong
ok takjub, tubuhnya yang putih mulus tepat berdiri di hadapanku.
"Ayo mo mijit ga? Jangan bengong gitu".
Aku terhentak kaget. Aku lupa kalo saat itu aku mo mijit dia. Akhirnya dia berba
ring telungkup dia atas kasur. Aku mulai melumuri punggungnya dengan minyak ters
ebut. Aku mulai memijit dengan lembut. Kulitnya lembut sekali selembut sutera, k
ayanya dia sering melakukan perawatan tubuh, pikirku dalam hati.
"Ahh.. enak juga pijatanmu Do, aku suka.. lembut sekali. "
Aku memijat dari bahunya sampai mendekati pantat, berulang-ulang terus.
"Do, tolong buka kutangku. Tali kutangnya ga nyaman, ganggu pijatannya" katanya
menyuruh aku tuk membuka kutangnya.
Aku membuka tali kutangnya dan Ibu Intan kemudian melepas kutangnya. Sesekali ak
u memijat sambil menggelitik daerah belakang telinganya.
"Ssshh.. ahh.." dia mendesah apabila daerah belakang telinganya kugelitik dan ap
abila lehernya kupijat dengan halus.
"Do, tolong pijat juga kakiku ya.." katanya.
Aku mulai meminyaki kakinya yang panjang dan ramping. Sungguh kaki yang indah. P
utih, bersih, mulus, tanpa cacat dengan sedikit bulu-bulu halus di betis. Pikira
nku mulai omes, aku sedikit kehilangan konsentrasi ketika memijat bagian kakinya
.
"Do, tolong pijat sampai ke pangkal paha ya.." pintanya sambil memejamkan mata.
Ketika tanganku memijat bagian pangkal pahanya, dia memejamkan mata sambil mende
sah seraya menggigit bibir pertanda dia mulai "panas" akibat pijatanku. Aku mula
i nakal dengan memijat-mijat sambil sesekali menggelitik daerah-daerah sensitifn
ya seperti leher dan pangkal pahanya. Dia mulai menggeliat tak karuan yang membu
at kejantananku berontak dengan keras di celana dalamku.
Tiba-tiba dia berkata, "Do, bisa mijit daerah yang lain ga?"
"Daerah yang mana bu?"
Tiba-tiba dia membalikkan badannya seraya membimbing kedua tanganku ke atas payu
daranya. Posisi badannya sekarang adalah telentang. Dia hampir telanjang bulat,
hanya tinggal segitiga pengamannya saja yang belum terlepas dari tempatnya. Aku
tertegun melihat pemandangan itu. Payudaranya yang indah membulat menantang sepe
rti sepasang gunung kembar lengkap dengan puncaknya yang kecoklatan. Aku meremas
nya dengan lebut sambil sesekali melakukan "summit attack" dengan jari jemariku
mempermainkan putingnya. Seperti memutar tombol radio ketika mencari gelombang.
Ia mulai menggelinjang tak karuan.
"Ahh.. oohh.. sshh", dia mendesah sambil membenamkan kepalaku menuju payudaranya
.
"Do.. Jilatin payudaraku Do.. cepat..".
Aku mengabulkan permintaannya dengan memainkan lidahku diatas putingnya. Lidahku
bergerak sangat cepat mempermainkan putingnya secara bergantian seperti penari
samba yang sedang bergoyang di atas panggung.
"Oohh.. yyess.. uukkhh.." Dia terus mendesah sambil mencengkramkan tangannya di
pundakku.
Dia memeluku dengan erat. Semakin cepat aku meminkan lidahku semakin keras desah
annya. Lidahku mulai naik ke daerah leher dan bergerilya di sana. Bergerak terus
ke belakang telinga sambil tanganku memainkan putingnya. Dia terus mendesah dan
dengan sangat terlatih membuka baju dan celanaku. Sekarang yang kupakai hanya c
elana dalam yang menutupi rudal Scud-ku. Kami mulai berpelukan dan berciuman den
gan ganasnya. Ternyata dia sangat ahli dalam mencium. Bibirnya yang lembut dan l
idah kami yang saling berpagutan membuatku serasa melayang seperti lalat.
Dia mulai menciumi leherku dan sesekali menggigit kupingku. Aku semakin rakus de
ngan menjilatinya dari mulai leher sampai ujung kaki.
"Aahh..", aku mendesah ketika tangannya menyusup ke markasku mencari rudalku, me
ngenggamnya dan mengocoknya dengan tangannya yang lembut.
Dengan bantuan kakinya dia menarik celana dalamku sehingga celana dalamku terlep
as. Aku telah telanjang bulat. Terlihat seorang prajurit lengkap dengan topi baj
anya berdiri tegak siap untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasannya.
"Oohh.. auhh.. sshh..", dia terus memainkan prajuritku dengan tangannya.
Tanganku mulai membuka celana dalamnya yang telah basah oleh cairan pelumas yang
keluar dari dalam lobang vaginanya. Terlihat sebuah pemandangan yang indah keti
ga segitiga pengaman itu terlepas. Sebuah pemandangan yang sangat indah di daera
h selangkangan. Jembutnya yang rapi terurus dan vaginanya yang berwarna merah mu
da membuat darahku mendesir dan kejantananku semakin menegang.
"Oohh.. nikmaatt.. truss..", dia berkata sambil mendesah ketika lidahku menggeli
tik daging kecil di atas lobang vaginanya.
"Oohh.. sshh.. Yess.. truuss.."
Semakin cepat aku memainkan lidahku semakin cepat juga dia mengocok kontolku. Ak
u terus mempercepat ritme lidahku, badannya semakin bergerak tak terkontrol. Tan
pa sadar tangannya membenamkan kepalaku ke selangkangannya, aku hampir tak bisa
bernapas. Aku mencium aroma khas vagina yang harum yang membuat lidahku terus me
njilati klitorisnya.
"Ohh.. Ssshh.. Ukhh", dia terus mendesah.
"Do.. ahh.. lebih cepat.. ukhh.. aku mo keluar nih.."
"Ahh..", terdengar lenguhan panjang dari bibirnya yang mungil.
"Aukhh..", tiba-tiba badannya menegang hebat.
Kedua tangannya menggenggam kepalaku dengan erat dan vaginanya semakin basah ole
h cairan yang keluar. Dia mengalami orgasme klitoris, yaitu orgasme yang dihasil
kan akibat perlakuan pada kelentitnya.
"Do, nikmat sekali.. Aku tak menyangka kamu pandai bersilat lidah", katanya samb
il napasnya terengah-engah.
Ketika aku siap untuk menembakkan rudalku, tiba-tiba ia berkata, "Do, aku punya
sebuah permainan untukmu".
"Permainan apa?" tanyaku.
"Pokoknya kamu ikut aja, permainan yang mengasyikkan. Mau?" tanyanya.
"Oke..", jawabku.
Dia mengambil sebuah slayer dan menutup mataku, kemudian menyuruhku berbaring te
rlentang dan mengikut kedua tanganku dengan selendang yang telah ia siapkan. Ked
ua tanganku dan kakiku diikat ke empat penjuru ranjang sehingga aku tak bisa ber
gerak. Yang bisa aku gerakkan cuma pinggulku dan lidahku. Aku pun tak bisa melih
at apa yang dia lakukan padaku karena mataku tetutup oleh slayer yang dia ikatka
n. Aku seperti seorang tawanan. Aku hanya bisa merasakan saja. Tiba-tiba aku mer
asakan lidahnya mulai bergerilya dari mulai ujung kakiku. Trus bergerak ke pangk
al paha.
"Ahh", aku mendesah kecil.
Lidahnya terus bergerak ke ke atas menuju perutku, terus menjilati daerah dadaku
.
"Oohh.. Ssshh..", aku mulai mendesah keenakan. Lidahnya terus naik ke leherku da
n mencium bibirku. Kemudian lidahnya mulai turun kembali.
"Ohh.. yyeess.. uukkhh..", aku mendesah hebat ketika lidahnya bermain di daerah
antara lubang anus dan biji pelerku.
"Aahh..", aku terus mendesah ketika dia mulai menjilati batang kemaluanku dari m
ulai pangkal sampai kepalanya, terus menerus, membuat tubuhku berkeringat hebat
menahan rasa yang amat sangat nikmat.
"Panjang juga ya punya kamu", Ibu Intan berkata padaku seraya mengulum penisku m
asuk ke dalam mulutnya.
"Ahh.. eenaakk.. sshh", aku mendesah ketika batang kejantananku mulai keluar mas
uk mulutnya.
Sesekali dia menghisapnya dengan lembut. Dia terus mengulum penisku dan semakin
lama semakin cepat. Dia memang ahli, pikirku. Tidak seperti kuluman pacarku yang
masih minim pengalaman. Ibu Intan merupakan pengulum yang mahir.
"Aahh.. ahh.. ah.. aahh.. sshh.. teruss", aku memintanya supaya mempercepat kulu
mannya. Ingin rasanya menerkam dia dan menembakkan rudalku tapi apa daya kedua k
aki dan tanganku terikat dengan mataku tertutup.
Tiba-tiba ada sesuatu di dalam penisku yang ingin mendesk keluar.
"Ahh.. sshh.. Bu, aku mo keluarr", kataku
Mendengar itu, semakin cepat ritme kulumannya dan membuatku tak tahan lagi untuk
mengeluarkan spermaku.
"Aaahh..", aku mengerang hebat dan tubuhku mengejang serta gelap sesaat ketika c
airan itu mendesak keluar dan muncat di dalam mulut Bu Intan.
Aku seperti melayang ke awang-awang, rasanya nikmat sekali ingin aku teriak enak
.
"Enak juga punyamu Do, protein tinggi", katanya seraya menjiltai sperma yang tum
pah.
Tiba-tiba aku tak merasakan apa-apa. Tak lama kemudian aku mencium aroma khas va
gina di depan hidungku. Ternyata Bu Intan meletakkan vaginanya tepat di mulutku
dan dengan cepat aku mulai memainkan lidahku.
"Sshh.. truuss.. ahh.. eennaakk..", ia mendesah ketika lidahku memainkan kembali
daging kecil miliknya. Semakin ia mendesah semakin aku terangsang.
Tak lama kemudian prajurit kecilku kembali menegang hebat.
"Aahh.. sshh.. Ukkhh.. yess", ia semakin hebat mendesah membuat rudalku telah me
ncapai ereksi yang maksimal akibat desahannya yang erotis.
Lama kelamaan vaginya semakin basah kuyup oleh cairan yang keluar akibat terangs
ang hebat.
"Aku ga tahan lagi Do", katanya seraya mengangkat vaginanya dari mulutku.
Dia memindahkan vaginanya dari mulutku dan entah kemana dia memindahkannya karen
a mataku tertutup oleh slayer yang dia ikatkan kepadaku. Tiba-tiba aku merasakan
kemaluanku digenggam oleh tangannya dan dituntun untuk masuk ke dalam sutau lub
ang hangat sempit dan basah oleh cairan pelumas. Ahh.. baru pertama kali ini aku
merasakan nikmatnya vagina. Meskipun Ibu Intan bukan perawan tapi yang kurasaka
n sempit juga juga vaginanya. Dengan perlahan Ibu Intan mulai membenamkan kemalu
anku ke dalam vaginanya sehingga seluruh kemaluanku habis ditelan oleh vaginanya
. Aku merasakan nikmat dan geli yang luar biasa ketika kemaluanku masuk ke dalam
vaginanya. Posisiku telentang dengan Bu Intan duduk di atas kemaluanku persis s
eperti seorang koboi yang sedang bermain rodeo.
Dengan perlahan tapi pasti, Ibu Intan mulai memainkan pinggulnya naik turun seca
ra perlahan.
"Aaahh.. uuhh", desahku ketika Ibu Intan memainkan pinggulnya naik turun secara
perlahan dan sesekali memutarkan pinggulnya. Itu membuat diriku seperti melayang
ke udara. Aku pun mulai menggoyangkan pantatku naik turun.
"Do.. giiillaa.. enaakk ssekali..", teriak bu Intan.
Aku tak mampu untuk berkata-kata lagi. Aku hanya bisa mendesah dan mendesah. Lam
a kelamaan Ibu Intan mulai mempercepat ritme goyangannya, naik turun dan sesekal
i memutarkan pinggulnya.
Tak mau kalah, aku pun mulai mempercepat sodokanku.
"oohh.. yess.. ohh..", desah Ibu Intan.
"Ahh.. uhh.. goyang terruss buu", kataku.
"Enaakk.. Doo.. tolong cepetin sodokanmu Do..", katanya.
Sodokanku semakin cepat dan semakin cepat pula Ibu Intan menggoyangkan pinggulny
a.
"Ohh.. shit.. oohh.. nnikkmmat..", Ibu Intan berteriak seraya menjambak rambutku
.
Dia mulai membuka slayerku. Aku bisa melihat pemandangan yang sungguh menakjubka
n sekaligus menggairahkan di depanku. Tubuh Ibu Intan yang bergoyang membuat ram
butnya acak-acakan dan seluruh tubuhnya penuh dengan keringat. Payudaranya yang
putih bersih dengan putingnya yang kecoklatan ikut bergoyang seirama dengan goya
ngan pinggulnya yang mengocok kemaluanku. Mukanya yang manis dengan mata yang se
sekali merem melek, mulutnya yang mendesah dan sesekali mengeram serta wajahnya
yang dipenuhi keringat membuat ia keliatan seksi dan menggairahkan.
"Ahh.. shit.. oh.. god.. ohh.. enak..", desahnya.
Aku melihat Ibu Intan yang setiap hari terlihat lembut ternyata memiliki sisi ya
ng sangat menggairahkan dan terlihat haus akan sex. Ibu Intan pandai memainkan r
itme goyangannya, kadang dia melambatkan goyangan pinggulnya kadang dengan tiba-
tiba mempercepatnya. Aku hanya bisa mengikuti perrmainannya dan aku sangat menik
matinya.
"Aaahh..!", aku berteriak keenakan ketika aku merasakan diantara goyangannya yan
g mengocok kemaluanku, vaginanya seperti menghisap kemaluanku.
"Mampus kamu Do.. tapi enak kan? Itu namanya "hisapan maut".. Ibu mempelajarinya
melalui senam Keggel..", katanya sambil memandangku dengan liar.
Aku semakin mempercepat sodokanku dan Ibu Intan pun mempercepat goyangannya naik
turun dan berputar secara bergantian sesekali dilakukannya hisapan maut yang me
mbuat seluruh tulang dalam tubuhku seperti terlepas dari persendiannya. Ibu Inta
n mulai menciumi leherku dan bibirku.
Kami semain "panas" dan lidah kami saling berpagutan sementara sodokan kemaluank
u dan goyang pinggulnya semakin lama semakin cepat.
"Uhh.. ahh.. shh.. ahh..", aku mendesah.
Ibu Intan semakin ganas menciumiku seraya aku mempercepat sodokannya. Aku merasa
kan sesuatu akan keluar mendesak dari penisku.
"Bu Intan.. ahh.. uhh.. shh.. akkuu mauu kkeluarr..", kataku.
"Ibu juga.. ahh.. tahann.. kita keluarin sama-sama.. sshh ahh..".
"Aku ga tahan lagi bu..".
Tiba-tiba Ibu Intan berteriak panjang.
"Aaahh.." sambil memelukku dengan sangat erat.
"Aaahh..". bersamaan dengannya aku merasakan penisku memuntahkan cairan hangat d
i dalam vaginanya.
Kami berciuman dan kurasakan tubuhnya dan tubuhku mengejang hebat menahan kenikm
atan yang amat sangat. Gelap sesaat yang diiringi kenikmatan yang luar biasa mem
buat tubuhku seperti melayang jauh ke awang-awang. Nikmatnya melebihi masturbasi
yang sesekali aku lakukan.
Kami sama-sama terkulai lemas dengan napas yang terengah-engah seperti dua olahr
agawan yang telah balap lari. Ibu Intan menatapku sambil tersenyum manis. Aku ha
nya terdiam menatap langit-langit.
"Do, kamu nyesel ga ML sama Ibu?", tanya Ibu Intan kepadaku.
"Nggak bu..".
"Terus kenapa kamu termenung begitu?".
"Aku cuma bingung, aku kan mengeluarkan sperma di dalam vagina Ibu, aku cuma kha
watir nanti Ibu hamil gara-gara saya"
"Ha.. ha.. ha.. jadi itu yang kamu khawatirkan?"
"Iya bu. "
"Tenang aja, Ibu teratur ko minum pil kb. Jadi kamu ga perlu khawatir?"
Apa yang dikatakannya membuatku tenang. Akhirnya kami berbicara ngalor ngidul. D
an kami juga bercanda dan tertawa. Kami ngobrol dan becanda dalam keadaan bugil
tanpa busana sehelai benang pun menempel di tubuh kami.
"Do, kamu lapar ga? Ibu lapar", katanya.
"Iya bu"
"Ibu masakin kamu nasi goreng spesial buatan Ibu ya?"
"Boleh", jawabku.
Kami berpakaian kembali. Ibu Intan hanya menggunakan daster putih tanpa memakai
kutang dan celana dalam, sedangkan aku hanya menggunakan celana pendek saja tanp
a menggunakan baju. Aku menunggu di meja makan sambil nonton MTV dan Ibu Intan d
i dapur memasak nasi goreng. Akhirnya nasi goreng pun selesai di masak dan kami
makan bersama-sama di meja makan. Meja makannya cukup besar, terbuat dari kayu j
ati dengan motif yang indah. Di sisi lain meja makan terdapat susu kental manis,
teh celup, sebotol madu, tempat sendok dan garpu, serbet dan alas makan.
Setelah makan selesai, aku dan Ibu Intan membersihkan meja makan bekas kami maka
n. Kami mulai bercanda-canda lagi. Tanpa sadar aku mulai becanda sedikit porno d
an darahku mulai berdesir melihat ia berpakaian daster tanpa menggunakan kutang
dan celana dalam. Tampak samar-samar putingnya menonjol seakan ingin merobek das
ter yang dikenakannya. Bayangan hitam di selangkangannya (jembut) merupakan pema
ndangan yang indah.
"Ibu cantik dan seksi pake daster itu", kataku.
"Kamu ngerayu Ibu ya.."
"Bener lho bu, apalagi ga pake kutang dan celana dalem"
"Ah kamu.. mulai nakal ya", katanya sambil nyubit pipiku.
Prajuritku sedikit demi sedikit mulai kembali berdiri tegak. Ini akibat dari mat
aku yang selalu tertuju pada gundukan hitam di balik daster Ibu Intan.
"Lho.. kok bangun lagi prajurit kecilmu, mo tempur lagi ya", katanya.
Aku tidak segera menjawab karena tangan Ibu Intan sudah mulai menyusup ke dalam
celanaku yang emang ga make kolor. Dengan lembut ia mulai mengocok penisku.
"Ahh..", aku mendesah kecil, lalu kami mulai berciuman dengan mesranya.
Tanpa sadar ketika berciuman tangan kami bergerilya dan mulai melucuti pakaian m
asing-masing. Kami sudah telanjang bulat dan kami masih terus berciuman sementar
a tangan Ibu Intan mengocok penisku dengan lembutnya. Hmm.. rasanya nikmat sekal
i. Tidak tau gimana awalnya tetapi kami sudah berada di atas meja makan, terbari
ng sambil berciuman. Ibu Intan dalam posisi telentang dan aku berada di atasnya.
Aku mulai menciumi lehernya dan terus bergerak ke belakang telinga.
"Aaahh..", Ibu Intan mendesah ketika lidahku mulai bergerak lincah dan menjilati
kedua puting susunya secara bergantian sementara tanganku yang lain memainkan k
litorisnya.
Vaginanya mulai basah akibat cairan pelumas yang keluar dari lubang kenikmatanny
a. Tangannya terus mengocok kontolku.
"Do.. enak.. sshh..", desahnya sambil memejamkan mata.
Kami mulai berganti posisi, Ibu Intan yang mengarahkannya. Giliranku telentang d
an Ibu Intan berada di atasku dengan posisi terbalik. Kami melakukan gaya 69. Ak
u menjilati klitorisnya dengan rakus seperti orang kelaparan yang bertemu makana
n sementara Ibu Intan menghisap kontolku dengan lembut dan sesekali menjilati ke
pala penisku yang membuat merasa seperti tersengat listrik.
"Uhh.. sshh..", aku mendesah ketika hisapan Ibu Intan senakin kuat.
Semakin cepat lidahku menggelitik klentitnya semakin ganas pula dia mengulum pen
isku.
Aku bangkit dan Ibu Intan kuposisikan telentang di atas meja dengan kaki mengang
kang. Terlihat dua buah gunung kembar yang sangat indah yang membuat darahku ber
desir hebat. Sementara di selangkangannya terdapat bibir merah muda yang merekah
lengkap dengan bulu-bulunya yang membuat rudalku semakin mengeras. Aku segera m
eraih kaleng susu kental manis di sampingku dan perlahan-lahan mengoleskannya ke
seluruh tubuh Ibu Intan dari mulai leher sampai dengan ujung kaki. Kemudian aku
mengoleskan madu disekitar puting dan kemaluannya. Aku mulai menjilatinya mulai
dari leher. Ibu Intan hanya bisa pasrah dengan mata terpejam dan dari mulutnya
terdengar desahan kecil. Lidahku bergerak turun ke arah bahunya, kemudian berger
ak menuju payudaranya.
Tubuh Ibu Intan menggelinjang ketika lidahku menari-nari di atas puncak gunung k
embarnya.
"Do.. aahh.. sshh.. Ibu ga tahan.. masukin Do..", Ibu Intan meminta aku segera m
enusukkan penisku ke dalam vaginanya.
Tapi aku pura-pura tak mendengar. Lidahku mulai bergerilya lagi menjilati semua
susu kental yang menempel di tubuhnya. Lidah mulai bergerak lagi ke arah perut.
Lalu aku mulai menjilati dari ujung kaki Ibu Intan, naik ke betis terus ke pangk
al paha. Ketika lidahku menjilati cairan madu yang membasahi sekitar kemaluan da
n klitorisnya, Ibu Intan menggelinjang hebat dan tanpa sadar semakin membenamkan
kepalaku ke vaginanya. Semakin ganas aku menjilati madu yang ada di klitorisnya
, semakin tak terkendali juga tubuh Ibu Intan menggelinjang.
"Sshh.. oughh.. aahh.. pleeaassee.. masukin Do..", katanya seraya menghisap jari
telunjukku.
Dia mengangkat kakinya dan menyimpannya di atas bahuku sementara aku berdiri di
atas lutut. Perlahan aku mulai memasukkan penisku. Vaginanya yang sudah basah ku
yup dan licin memudahkanku untuk membenamkan seluruh penisku ke lubang sorga dun
ia miliknya.
"Aahh.. nnikmmaatt..", teriaknya sambil menggoyangkan pinggulnya melingkar.
Aku mulai memainkan sodokanku. Kecepatannya semakin lama semaikn kutambah begitu
pula goyangan pinggul Ibu Intan.
"Ibu.. enaakk.. uhh.. shh..", desahku sambil memejamkan mata.
"Aahh.. sshh.. mm..", ia mendesah sambil menghisap jari tanganku.
Suara becek vagina Ibu Intan yang dikocok oleh penisku terdengar seperti sebuah
nyanyian yang merdu. Sesekali terdengar bunyi derak meja makan tempat kami berci
nta. Kami berganti posisi. Ibu Intan membelakangiku dengan posisi menungging dan
aku menusuknya dari belakang. Tubuh kami semakin basah kuyup oleh keringat. Ker
ingat Ibu Intan yang bercampur dengan cairan susu kental menimbulkan wangi yang
semerbak. Kami semakin terhanyut ke dalam dunia yang entah dimana.
"Teerruuss.. cepett.. lebih.. cepett.. aahh..", Ibu Intan mendesah sambil memint
aku untuk mempercepat sodokanku.
Kami berganti posisi lagi. Aku dalam posisi duduk dan Ibu Intan duduk dipangkuan
ku sementara penisku asyik bergulat di dalam lubang vaginanya.
"Aahh.. sshh.. goyang terruss..", desahku ketika Ibu Intan mulai bergoyang denga
n ganasnya.
Kami berciuman sementara penisku dikocok oleh lubang vaginanya Ibu Intan yang sa
ngat hangat sekali. Vagina Ibu Intan semakin banyak mengeluarkan cairan pelumas
yang hangat. Suara becek yang diakibatkan oleh sodokan kontolku dan beceknya lub
ang vagina Ibu Intan semakin keras.
"Aaahh.. sshh.. aahh.. oohh.. yess.." desahku.
"Faster.. oohh.. aahh.. ssh.. faster.. Do..", desah Ibu Intan sambil memintaku u
ntuk mempercepat sodokan penisku.
Sementara penisku "bermain" di dalam lubang vaginanya Ibu Intan, lidahku juga mu
lai memainkan putingnya. Itu membuat tubuh Ibu Intan semakin bergerak tak karuan
, goyangan pinggulnya semakin ganas dan sesekali dia menggigit leherku untuk men
ahan kenikmatan yang dia rasakan.
Semakin lama semakin kupercepat sodokan penisku dan gelitikan lidahku di putingn
ya semakin kupercepat pula, semakin ganas juga Ibu Intan bergoyang.
"Aahh..!", Ibu Intan melenguh panjang sambil memelukku sangat erat sekali, tubuh
nya menegang hebat, matanya terpejam dan kurasakan ada cairan hangat kental meng
guyur penisku. Ibu Intan mengalami orgasme. Aku semakin mempercepat sodokanku. T
ubuh Ibu Intan mulai melemas tapi aku terus mempercepat sodokanku.
"Ahh.. Ibu Intan.. aku mo keluarr.. sshh.. ahh", ada sesuatu di dalam penisku ya
ng mulai bergerak dan geli bercampur enak yang kurasakan mulai meningkat.
"Do.. keluarin di luar ya.. di mulutku..", pinta Ibu Intan.
Aku mencabut penisku dan dengan rakusnya Ibu Intan segera menghisap kontolku den
gan ganas.
"Aahh..", tubuhku mengejang, mataku terpejam dan tubuhku seperti melayang menemb
us atmosfer bumi. Rasanya sangat nikmat sekali, sulit dilukiskan dengan kata-kat
a. Aku memuncratkan air maniku di dalam mulut Ibu Intan.
Ibu Intan terus menghisap penisku dengan ganas.
"Aahh.. sshh", aku mendesah kecil ketika penisku yang mulai loyo terus dijilati
oleh Ibu Intan.
Lidah Ibu Intan terus menjilatinya sampai bersih. Lalu kami sama-sama terbaring
lemas di atas meja makan. Kami masih berpelukan.
"Nikmat sekali hari ini.. thanks ya Do..", Ibu Intan berkata kepadaku sambil men
atapku.
"Sama-sama.. aku seharusnya yang berterima kasih..", kataku sambil membelai ramb
ut Ibu Intan.
Kami lalu berciuman lalu berpelukan. Karena kecapean, kami pun langsung tertidur
di atas meja makan tempat kami bermain kenikmatan.
Aku terbangun ketika cahaya sudah terang. Aku melihat jam dinding, wah.. ternyat
a pukul setengah tujuh pagi. Kulihat Ibu Intan masih tertidur di pelukanku di at
as meja makan yang berantakan tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh kami.
"Bu.. bangun..", bisikku di telinga Ibu Intan.
Wajahnya terlihat begitu cantik ketika tertidur.
"Jam berapa sekarang Do?"
"Setengah tujuh".
"Hah.. setengah tujuh?!", Ibu Intan kaget dan segera bangun.
Kami segera berpakaian dan membereskan meja yang berantakan. Kami takut kepergok
oleh Bi Ana. Ibu Intan kemudian masuk kamarnya dan mandi di kamar mandi yang ad
a didalam kamarnya, aku pun segera mandi di kamar mandi lain yang letaknya dekat
dengan kamarku. Sekitar jam tujuh Bi Ana datang dan mulai dengan aktifitas seha
ri-harinya. Untunglah aku dan Ibu Intan tidak bangun terlambat sehingga perbuata
n kami semalam tidak diketahui oleh Bi Ana.
*****
Setiap ada kesempatan dan kalau nggak ada orang di rumah, aku dan Ibu Intan seri
ng melakukan ML, kadang di kamarnya, di kamarku, di kamar mandi, ruang tamu dan
di dapur juga pernah. Tiga bulan kemudian tepatnya bulan juni, Ibu Intan dan ana
knya menyusul suaminya di Jepang. Dan aku pun pindah kos karena rumah Ibu Intan
diisi oleh adik suaminya. Suami Ibu Intan akhirnya mendapatkan kerja di Jepang d
i tempat ia kuliah, oleh karena itu sampai saat ini Ibu Intan, anaknya serta sua
minya menetap di Jepang.
Aku tak akan pernah melupakan pengalamanku ini seumur hidupku. Terima kasih Ibu
Intan, Ibu kost-ku sekaligus guru seksku.
ungke
05-13-2008, 10:37 AM
dimana tuuh alamat t4 kost kyky gtt gue jg mauu tuh asyik bisa ML,,,,,, pastinya
bayar t4 kost mgakk mahal22 amat kan bonus ML ha ha bravooo brooo
vBulletin® v3.8.0, Copyright ©2000-2010, Jelsoft Enterprises Ltd.

Indobokepz - Indonesian Movie and Picture Community > Other XXX > XXX Story > Ta
nte Tetangga
PDA
View Full Version : Tante Tetangga
tiramisu_lover
04-17-2008, 04:40 PM
Awal kisah ini dimulai saat aku baru saja terima rapor cawu I, kelas 2 SMA.
Rumah yang tepat berhadapan dengan tempat tinggalku baru saja ditempati
penghuni baru, pindahan dari Gorontalo. Suami istri dengan dua anak, seorang
lelaki dan seorang perempuan. Suaminya bekerja di salah satu instansi
pemerintah Sebagai seoarang pejabat Oom U sangat sibuk dan sering dinas ke
Jakarta.
Sang suami ternyata kenalan baik kakaku yang nomor dua, jadi keluargaku dan
keluarga baru tersebut cepat menjadi akrab. Aku biasa memanggil mereka
dengan Oom dan tante "U".
Tante U seoarang wanita berdarah Menado, cantik, putih dan sangat menarik
hati. Penampilannya selalu nampak OK dan sangat serasi. Kedua anak tante U,
sangat akrab denganku, yang sulung perempuan usianya baru 3,5 tahun,
sedangkan adiknya 2 tahun. Sering aku mengajak mereka bermain, maklum aku
anak laki-laki bungsu dari enam bersaudara. Aku disukai anak-anak kecil, dan
cepat sekali akrab dengan mereka.
Hingga akhir cawu III, kehidupan rumah tangga mereka harmonis saja. Tante U
memang sering pergi sesaat setelah Oom U berangkat ke kantor, biasanya
pukul 13.00 sampai sekitar 14.00 WIB tante U sudah kembali. Hal itu sering
tante U lakukan setelah mereka bertempat tinggal kira-kira enam bulan di
rumah tersebut.
Jika Oom U ke luar kota, tante U pulang agak lebih sore, kadang malah
sehabis maghrib baru tante U pulang mengendarai mobil sedan HONDA PRESTIGE
warna merahnya.
Beberapa kali aku yang membukakan pintu garasinya, karena saat itu aku
sedang di rumahnya bermain dengan kedua anaknya. Biasanya jika tante U pergi
anak-anak biasa dijaga oleh pembantunya dan adik perempuan Oom U. Adik
perempuan Oom U sebaya denganku, tapi walaupun aku sering bermain dengan-nya
aku nggak tertarik padanya. Aku hanya merasa kasihan kepadanya, karena
seringkali dia mengeluh karena perlakuan tante U kepadanya tidak baik.
Pernah aku melihat dia dimarahi tante U dan disiram air bekas cucian pakaian
yang banyak sabunnya. Namun aneh kepadaku tante U sangat baik, namun hal itu
aku anggap hal yang biasa saja.
Cawu I kelas tiga berakhir, saat libur dua minggu aku gunakan waktuku untuk
jalan-jalan sama temen-teman ke suatu tempat rekreasi di dekat kotaku.
Jaraknya lebih kurang 45 km dari kotaku, tempat itu terletak di lereng
gunung dan berhawa sejuk, berbeda dengan kotaku yang panas. Aku masih ingat
saat itu hari Senin, kira-kira jam 10.00 WIB, saat aku berlibur di tempat
rekreasi itu kulihat mobil tante U diparkir di halaman sebuah restaurant;
aku tak berpikiran apa-apa waktu itu, bahkan ketika kuberpapasan dengan
tante U yang digandeng mesra oleh seorang lelaki dan di belakang mereka
bergandengan pula sepasang teman tante U aku tetap belum paham dan mengerti
apa sebenarnya yang terjadi dan tante U lakukan bersa-ma teman-temannya.
Mungkin karena memang saat itu secara kejiwaan aku masih polos dan lugu
serta belum mengenal arti cinta atau hubungan laki-laki dan perempuan aku
menganggap hal tersebut biasa saja, bahkan aku menyapa tante U dengan sopan.
Mendengar dan melihat aku spontan tante U nampak terperanjat dan kaget dan
segera melepaskan pelukan lelaki temennya tadi. Kemudian dia menghampiriku
dan basa-basi menanyakan acaraku di tempat itu. Sebelum kami berpisah tante
U menggamitku seraya memasukkan sesuatu ke dalam kantong bajuku, kemudian
dia berpesan agar aku merahasiakan pertemuan tadi dengan siapapun.
Aku mengangguk dan berjanji tak akan bercerita pada siapapun tentang
pertemuanku dengannya di tempat rekreasi tersebut. Sesaat setelah kami
berpisah kurogoh saku bajuku, ternyata tante U memberiku uang sejumlah Rp.
50.000,- , aku heran bercampur senang. Aku gunakan uang itu untuk mentraktir
temen-temen.
Seusai liburan, seperti biasanya kujalani masa-masa studiku seperti biasa.
Di kelas aku boleh dikata sebagai murid dengan prestasi belajar yang baik,
kelasku termasuk kelas unggulan yang murid-muridnya dipilih dari 10 terbaik
di masing-masing kelas 2. Dari kelas satu hingga kelas tiga, aku biasa
menduduki rangking tiga besar. Aku setiap hari berangkat dan pulang sekolah
dengan jalan kaki bersama teman-temanku. Pada hari Sabtu kelasku pulang agak
cepat dari biasanya, karena dua orang guru yang seharusnya mengajar di
kelasku tidak masuk, dan waktu kosong diisi dengan mencatat pelajaran dari
guru mata pelajaran lain yang berikutnya. Seperti biasa aku pulang jalan
kaki, kira-kira 1 kilo meter dari sekolahanku tiba-tiba sebuah mobil merah
berhenti di sampingku dan segera kukenali siapa pengemudinya, dialah tante
U. Aku sempat terkesima melihat penampilannya, dia nampak cantik sekali
apalagi dengan kacamata hitamnya wah sungguh bukan main. Dia buka jendela
pintu mobilnya dan memintaku segera naik ke mobilnya, mengajak-ku pulang
bersama. Kuterima ajakannya dan aku segera masuk dan duduk di dalam mobilnya
yang ber AC dan empuk jok kursinya. Dia tidak mengajakku langsung pulang,
tetapi jalan muter-muter dengan mobil-nya. Kulirik dia, sungguh sangat
cantik, dan secara tak sengaja kulihat paha putih dan mulus miliknya yang
terbuka diantara belahan rok spannya, benar-benar membuatku terkesima.
Setelah beberapa menit kami berjalan tante U berdehem, membuatku terperanjat
dan segera memalingkan mukaku ke luar jendela.
Diajaknya aku ngobrol tentang pertemuanku di tempat rekreasi dahulu, dan
menanyakan padaku apakah aku bercerita pada orang lain. Aku jawab bahwa aku
tak bercerita pada siapapun dan aku katakan sekali lagi bahwa aku tak akan
bercerita kepada siapapun tentang hal itu. Mendengar hal itu tante U nampak
lega dan menghela nafas panjang.
Sesampainya di rumah, seperti biasanya aku membantu membukakan pintu pagar
dan garasi rumahnya. Diparkirnya mobilnya dan saat aku menutup pintu pagar
rumah serta berpamitan pulang dipanggilnya aku. Aku mendekatinya dan
mengikutinya masuk ke ruang keluarga. Dia segera duduk di sofa di depan TV
ruang keluarga, dan memintaku duduk didekatnya. Serta merta dipeluknya aku
dan diciumnya pipiku kanan dan kiri, sambil dia mengucapkan terima kasih.
Aku diam saja. Kemudian dipegangnya mukaku dengan kedua belah tangannya dan
secepat kilat diciumnya bibirku dan mulutku dilumatnya, aku hanya
terperangah kaget dan tak bereaksi apapun. Sesaat kemudian dilepas
pelukannya dan dia tersenyum padaku. Segera dia bangkit dan memintaku
pulang.
Entah kenapa sejak kejadian itu aku jadi semakin membayangkan dia, aku ingin
semakin sering ketemu dengannya, di dalam mimpikupun sering terbayang tante
U. Setiap kali bertemu dia selalu melempar senyum padaku. Aku jadi semakin
sering melamun dan membayangkan dia.
Sebulan sejak kejadian itu kudengar kabar bahwa tante U ketahuan selingkuh.
Kulihat tante dan oom U sering bertengkar. Oh.. ya, adik perempuan oom U
sekarang nggak tinggal di rumah itu lagi., anak tante U yang sulung sudah
masuk playgroup. Sejak terdengar berita itu, tante U jarang keluar lagi
seperti biasanya, paling-paling dia keluar hanya sebentar untuk keperluan
antar jemput anaknya yang playgroup.
Aku tetap seperti biasa, tetap main ke rumah tante U dan ngobrol dengan tante
dan oom U, bagiku mereka seperti kakaku sendiri.
Pada suatu hari menjelang terima rapor dan libur Cawu II di sekolahku
seperti biasa diadakan lomba-lomba kesenian dan olah raga, dan kami pulang
lebih awal. Aku masih ingat hari itu hari Kamis, aku pulang sekitar jam
09.00 WIB. Sesaat setelah aku masuk ke rumah dan berganti pakaian, kudengar
telepon berdering. Segera kuangkat dan dari seberang sana terdengar suara
tante U. Mengetahui aku yang menerima tante U bilang wah kebetulan nih.
katanya, tante mau minta tolong sebentar... Tante U memintaku segera ke
rumahnya. Aku segera mengunci pintu-pintu rumah dan meletakkan anak kunci di
tempat biasanya, maklum di rumah nggak ada siapa-siapa. Bapak, Ibu dan
kakak-kakaku tak ada di rumah.
Segera aku pergi ke ruamah tante U. Suasana rumah tante U nampak sepi,
segera aku pencet bel rumah dan tante U nampak membukakan pintu dan
mempersilakan aku segera masuk. Aku terpesona melihatnya, dia sungguh cantik
dan seksi sekali, dengan gaun tipis warna pink yang kadang menampakkan lekuk
indah tubuhnya, dengan belahan lebar di dadanya, sehingga sedikit nampak
tersembul buah dadanya yang putih dan halus kulitnya. Jantungku berdetak
keras ketika pandang mata kami beradu, tante U tersenyum dan kubalas senyum
manisnya dengan senyum pula.
Kami mengobrol di ruang keluarga sambil menonton TV, aku menanyakan tentang
kedua anaknya, tante U bilang mereka berdua ke Jakarta; ke rumah uwaknya di
antar oom U. Jadi rumah saat itu sepi, cuman kami berdua saja. Tante U
mengobrol sambil menyilangkan kaki kanannya ke atas kaki kirinya, sehingga,
gaun tipisnya terbuka dan terlihat jelas pahanya yang putih dan halus. Aku
tak henti-henti melirik dan memper-hatikannya. Tante U pura-pura tak tahu,
bahkan secara sengaja gaunnya ditarik ke samping, sehingga paha mulusnya
nampak tersembul keluar, sungguh suatu pemandangan yang sangat merangsang,
dan tanpa terasa batang kemaluanku langsung berdiri tegak dan keras.
Sesaat setelah ngobrol, tante U berjalan ke arah TV dan mengambil sesuatu di
rak VCD. Segera dipasang dan dinyalakan VCD tadi, aku kaget dan malu; karena
ternyata VCD tersebut VCD porno dan baru sekali itu seumur hidupku melihat
adegan-adegan panas di dalam VCD tersebut. Tante U duduk di dekatku dan
merapatkan badannya ke tubuhku. Diletakkan tangan kanannya di paha kiriku
dan dielus-elusnya, kemudian di raihnya tangan kiriku dan diletakkannya di
atas paha kanannya, dimintanya aku mengelus pahanya, secara naluri tanganku
tidak hanya berhenti mengelus pahanya, bahkan lebih dari itu, langsung
menuju ke celah pahanya yang tertutup celana dalam pink tipis. Kugosok dan
kutekan tanganku ke vagina yang masih tertutup celana, nampak tante U senang
dan kadang dikepitnya pahanya untuk menjepit tanganku yang nakal menyelusup
masuk ke dalam Cd-nya dan menusukkan jariku kedalam memeknya.
Sesaat kami melakukan hal itu yakni saling mengelus sambil melihat adegan TV
yang sangat merangsang. Tiba-tiba diraih dan dipeluknya kepalaku, dan segera
dibenamkannya mukaku ke dadanya, ternyata tante U tak mengenakan BH,
sehingga mukaku langsung menyentuh buah dadanya yang hangat dan lunak. Aku
menurut saja dan segera tanganku bereaksi, menjalar kian kemari, membuka
ikatan gaun tipis yang dikena-kan tante U, dan segera mencampakkannya
jauh-jauh ke lantai. Dan nampak seluruh tubuh tante U tak tertutup apapun
kecuali CD pink yang masih melekat ketat di memeknya.
Buah dada tante U sekarang sudah tak tertutup apa-apa lagi, dan segera tante
menempelkannya di mukaku. Aku bereaksi mencium dan mengulum puting susunya,
kemudian bibirku menjalar kelehernya, akhirnya mulut kami saling mengulum.
Tangan tante U bergerak melepas kaos dan membuka resleiting celana pendek
jean yang kukenakan, kemudian secara sigap di raihnya batang kemaluanku dan
digosoknya dengan tangan kanannya. Pelan-pelan direbahkannya badanya di
sofa, dan ditariknya badanku sehingga menindihnya.
Kami saling mencium kembali, dan secara naluri aku meniru adegan yang ada di
VCD porno tadi, pelan-pelan bibirku bergerak ke bawah, menyusuri lehernya
yang putih. Terus turun dan turun ke bawah, hingga mencapai buah dadanya,
dan segera kuhisap dan kuremas buah dadanya yang putih dan sudah mengeras.
Terdengar tante U mengerang dan merintih. Di remas-remas batang kemaluanku
yang sudah mengeras dan dikocoknya pelan. Sungguh luar biasa rasanya, sebab
baru pertama ali aku merasakan hal tersebut. Tiba-tiba di dorongnya tubuhku,
lalu dia duduk di sofa menghadapku, di suruhnya aku berdiri dan segera
dilepas CD ku. Dengan terlepasnya CD tadi nampak tugu monasku tegak berdiri
dengan keras, segera dihisap dan dikulum dengan mulutnya, aku mengerang dan
mendesis keenakkan.
Sesaat kemudian dia lepas pula celana dalamnya, dan segera dibaringkan
tubuhnya di sofa sambil dibuka ke dua belah pahanya. Aku terkesima takjub
melihat pemandangan di depanku, nampak jelas celah vagina yang berwarna
kemerahan diantara ke dua belah pahanya yang putih.
Segera mukaku menyerbu ke vaginanya dan aku jilati vaginanya seperti apa
yang kulihat di adegan VCD . Tante U mengerang dan melenguh, pantatnya
sesekali didorongnya ke atas, sehingga mulut dan lidahku semakin keras
menempel di vaginanya.
Adegan tersebut berlangsung sekitar lima menit, setelah itu di raihnya
bahuku dan ditariknya badanku sehinga menindih tubuhnya lagi, mulutnya
meraih dan mencium mulutku serta dimainkan lidahnya, tangan-nya memegang
penisku dan menempel serta menggosoknya di liang kemaluannya. Sesaat
kemudian dibimbingnya kontolku memasuki vaginanya dan kemudian kami berpacu
mengumbar nafsu sepuas hati kami. Aku benar-benar merasakan nikmat yang luar
biasa, belum pernah sekalipun aku merasakan sebelumnya, dengan cepat dan
keras kuhentakkan kontolku dalam liang vaginanya. Tante U mengerang,
merintih dan menggerak-gerakkan pinggulnya naik turun seirama dengan
gerakkanku. Mulutku menciumi lehernya, kadang ke buah dadanya dan akhirnya
mengulum bibirnya sambil menggerakkan pinggulku naik turun untuk menarik dan
mendorong kontolku dalam liang vagina tante U.
Sesaat kemudian tante U terdengar mengerang keras dan memintaku untuk
mempercepat gerakkan pinggul-ku. , tiba-tiba dia mempererat pelukkannya dan
mengejang keras sambil dari mulutnya keluar teriakkan teriakan agak keras,
tak lama kemudian terasa sesuatu yang hangat membasahi batang kemaluanku dan
terasa vaginanya bertambah licin, tiba-tiba dia mengendurkan pelukkannya dan
menghela nafas panjang ooooh..nugi. oohh.., dan segera diraihnya muka dan
dilumatnya mulutku dengan ciuman yang panjang., sementara pinggulku tetap
bergerak naik turun..
Pelan-pelan di dorongnya badanku dan dikempitkan kedua kakinya di pantatku,
sehingga pantatku tak dapat bergerak naik turun.
Nampak rasa puas dan senyum manisnya.., oohh.. nugi.., kau belum keluar
ya..? Terus terang aku nggak tahu maksud perkataannnya.., tiba-tiba di
gulingkan tubuhku, sehingga kami berdua jatuh di lantai di atas karpet.
Tubuhku menelentang, di raihnya CD nya dan di lap vaginanya, sesaat kemudian
tante U jongkok tepat di atas kontolku. Dipegang dan dibenamkannya kontolku
ke dalam vaginanya, lalu dia gerakkan tubuhnya naik turun, sehingga kontolku
menggosok dinding dalam liang vaginanya. Kedua belah tangannya menekan
dadaku, dan kepalanya mengangguk-angguk seirama gerakan tubuhnya. Cepat
tangganku meraih dan meremas-remas buah dadanya. Rambutnya tergerai lepas
dan berulang kali menyentuh wajahku.
Tante U mengerang dan sesekali memekik agak keras., untung rumah tante U
agak besar, sehingga erangan dan teriakannya nggak terdengan dari luar.
Ohhh. aah... aduh. nugi.. Enak. sungguh enak.. Ohh., yach.. Yach.. Sambil
digerakkannya tubuhnya, persis seperti orang menunggang kuda liar.., aku
mengimbangi gerakkannya dengan menaik turunkan pantatku, sehingga membuat
tante U semakin liar dan histeris. Tiba-tiba dia membungkuk dan menggerakkan
tubuhnya semakin cepat, sambil jarinya memutar-mutar dinding luar vaginanya.
Suara erangannya semakin keras dan tiba-tiba tubuhnya mengejang, serta
memeluk tubuhku errat sekali.
Terasa kembali cairan hangat membasahi kontolku, saat itu kontolku sudah
mulai berdenyut-denyut, seperti hendak memuntahkan sesuatu. Keringat sudah
membasahi tubuh kami berdua, desakan dan dorongan letupan diujung kontolku
semakin terasa, tapi gerakan tante U sudah mulai lemah dan pelan dan
akhirnya berhenti, tubuhnya terkulai lemas menindih tubuhku.
Kontolku masih keras, namun desakan, dorongan dan denyutan kembali
hilang..., kembali lagi tante U tersenyum dan mengulum mulutku..ohh. nugi..
Tante puuaaasss... Sambil tetap dalam posisi telungkup di atas tubuhku,
tante U, menghujani mukaku dengan ciuman yang bertubi-tubi..
Kontolku masih menancap keras dan dalam di memeknya, bila pinggul tante U
bergerak, maka terasa enak dan nikmat rasanya. Dalam posisi seperti itu
mulut kami saling berpagut, dan ciuaman yang panjang yang seolah tak akan
selesai kami lakukan, lidah tante U menyulusuri sekujur wajahku, ke leherku
dan kembali kemulutku dengan batang kemaluanku masih tetap di liang
vaginanya.
Saat kami sedang asyik bercumbu, terdengar dering telepon berbunyi. Tante U
segera bangkit dan menuju ke pesawat telepon. Diangkatnya gagang telepon
sambil jari telunjuknya ditempelkan dimulutnya sebagai isyarat agar aku
diam. Tante U menerima telepon sambil berdiri merapat ke dinding, ternyata
telepon dari oom U di kantor. Mataku tak hentinya menatap tubuh dan
wajahnya; sungguh pemandangan yang indah dan hampir aku tak percaya dengan
apa yang baru saja aku alami sesaat tadi. Aku cubit tanganku terasa sakit,
berarti ini bukan mimpi. Melihat apa yang aku lakukan tante U tersenyum
geli, dilambaikan tangannya agar aku mendekatinya. Tanpa disuruh untuk kedua
kalinya aku segera bangkit dan menghampirinya. Kupeluk tubuhnya dari
belakang dan mulutku langsung menyerbu leher putihnya, sementara tanganku
meremas-remas buah dadanya. Matanya terpejam, menikmati apa yang aku
perbuat, tangan kirinya meraih kepalaku dan ditariknya menuju buah dadanya.
Segera kurobah posisi tubuhku sehinga menempel tubuhnya dalam posisi
berhadapan. Tangan kiri tante U meraih kontolku yang masih tegang dan keras,
digosok dan dikocoknya pelan, aduh. nikmat sekali...
Sambil menelepon tante U tetap memintaku mencumbuinya, namun jika aku mau
mencium mulutnya, maka segera didorongnya mukaku.., aku mengerti maksudnya
maka bagian tubuh lainnya yang menjadi sasaranku. Lidahku menjilati sekujur
tubuhnya.., menghisap pentil susunya, meremas buah dadanya dan terus ke
bawah. Kaki kirinya segera kuangkat dan kuletakan di atas meja di dekat kami
bercumbu, sehingga celah vaginanya terbuka menganga, yang dengan segera
kujilati. Tangan kiri tante U memegang dan menekan kepalaku ke memeknya,
sementara tangan kanannya tetap memegang gagang telepon. Dia nampak menahan
rasa nikmatnya agar tak keluar erangan dari mulutnya..., tiba-tiba
didorongnya mukaku menjauh dari memeknya dan jarinya memberi isyarat agar
aku sementara menghentikan cumbuannku.
Sesaat kemudian diletakkannya gagang telepon dan langsung diraih tanganku
dan segera ditariknya aku menuju kamarnya. Segera ditutup dan dikunci
pintunya, langsung diraihnya tubuhku dan kami berguling-guling dan saling
tindih di atas kasur tempat tidurnya. Tempat tidurnya nyaman, empuk dan
bersih. Kembali kami saling mencumbu dan merangsang satu sama lain. Tante U
menelentangkan badannya, dan memintaku menindih tubuhnya dalam posisi
terbalik. Kontolku tepat dimukanya dan memeknya persis dimukaku, aku segera
tahu maksudnya.. Dan segera kami bereaksi, kujilati memeknya yang tanpa
rambut, bau memeknya membuatku semakin mabuk kepayang.., dikulum dan
disedotnya kontolku., sehingga semakin keras dan tegang. Lebih kurang 10
menit hal itu kami lakukan, selanjutnya tanpa diminta kubalik posisi tubuhku
dan segera kumasukan batang penisku ke liang vaginanya dan kugerakkan
pantatku naik turun dengan cepat dan keras.., tante U mengerang-ngerang..dan
teriakkannya sesekali terdengar lepas tak ditahannya... Kugenjot terus
memeknya, kupacu gerakkanku dan lagi-lagi dia mempererat dan mengencangkan
pelukannnya.. sambil merintih ohhh..aahhh..uuuh. nugi.nugi. teruusss.teruss
sayang..auuw.enak nugi. teruus.., diraihnya mukaku.dan dilumatnya mulutku..,
eehmm.ehmm..suara yang keluar dari mulut tante U saat menciumku, setiap kali
kuhentakkan kontolku keras-keras ke memeknya, sesaat kemudian tubuhnya
mengejang dan kepalanya bergoyang-goyang kekiri dan ke ke kanan, sambil
mulutnya mengerang keras. Pinggulnya menghentak-hentak dengan keras
mengimbangi gerakanku, keringat kami bercucuran, membasahi tubuh kami. Dan
pada suatu hentakan yang keras tante U mendekap kepalaku keras-keras dan
melolong histeris dan akhirnya kedua kakinya terkulai lemas., saat itu
diujung kontolku. terasa ada yang berdenyut dan sepertinya mau kencing..,
aku bilang sama tante U..tante aku pengin pipis rasanya tante.., tante U
menjawab biar.. terus. aja .biarkan pipis di memek tante aja..ayo. Mendengar
jawabannya aku sudah nggak peduli lagi., kupercepat gerakan pantatku dan
terasa desakan dan denyutan di kontolku semakin menjadi saat ujung kontolku
menggesek dinding dalam liang vagina tante U. Dan akhirnya aku tak dapat
menahan lagi kencingku.., kubuang air kencingku dalam vagina tante U, tapi
aneh.rasanya nikmat sekali tidak seperti bila aku kencing biasa di kamar
mandi... ooh.. Aah. tante...tante.. Setelah itu aku merasa lega dan
nikmat..., dan sesaat kemudian gerakan dan hentakan tubuhku berhenti.,
badanku terasa ringan dan lemas sekujur.dan aku telungkup di atas tubuh
tante U.
Kupandang wajahnya dan kami saling menatap. Tante U tersenyum, tangannya
mengusap wajahku dan meyibak rambutku yang tergerai. Ohh..ya. aku lupa
menceritakan bahwa peraturan di sekolahku cukup memberi keluasaan kepada
murid, sehingga murid laki-laki tidak dilarang memelihara rambut panjang.
Mengikuti hal itu, akupun mempunyai rambut ikal panjang sebahu..., sehingga
membuat penampilaku layaknya pemain band saja.
Tante U mencium mulutku dan mengusap rambutku. Dia berbisik.., gimana
rasanya ? Enak apa nggak ?
Aku tak menjawab namun tersenyum saja, dan langsung kupeluk dia dan kucium
mulutnya. Nugi., kau jangan cerita siapapun ya. tentang apa yang kita
lakukan barusan. Aku mengangguk mengiakan.
Pelan-pelan didorongnya tubuhku kesamping dan kami berbaring sambil
berpelukan., kami bercumbu dan bercanda seperti anak kecil. Kadang aku gemas
dan kuremas buah dadanya, jika tante U gemas padaku diremasnya kontolku.
Sesaat kemudian kami bangun dan tante U segera menggandengku ku kamar mandi
yang memang ada di dalam kamarnya. Segera diguyur dan disiramnya tubuhnya
dengan air, dari shower sambil berendam di bathtub warna pink. Kubantu tante
U menggosok dan menyabuni tubuhnya. Saat aku menyabuni kakinya, tanganku
iseng meraba memeknya dan memasukkan jariku ke dalam memeknya. Tante U
menndesis., secara naluri aku segera menjilati memeknya.., dan terdengar
erangan dan rintihannya. Kembali kami bercumbu dan bercinta sepuas-puasnya
di kamar mandi, di atas lantai kamar mandi yang dingin kugenjot memeknya
dengan keras dan bernafsu., sampai akhirnya tante U mencapai klimaks-nya,
yang kami lanjutkan hingga kemudian akupun kembali mencapai klimaks pula.

Jam berdentang 12 kali, jadi sudah tiga jam aku di rumah tante U, 2 jam lagi
oom U datang. Segera kami berpakaian, tante U ke luar kamar mengambil
pakaianku dan pakaiannya yang berserakan di lantai ruang tamu. Setelah
kukenakkan dan kurapikan pakainku aku segera pulang. Saat aku hendak keluar,
tante U meraih tubuhku dan menciumku, sambil berpesan..agar rahasia kami
tersimpan rapat, serta berjanji besok akan mengulang lagi apa yang kami
lakukan pagi tadi.

Inilah pengalaman pertamaku dengan wanita, yang tak lain tetanggaku sendiri.
Aku bersyukur bisa bercinta dengan wanita cantik tetanggaku. Wanita cantik
yang sering dikagumi oleh gadis-gadis mahasiswi yang kost di rumahku.
Dan selanjutnya selama liburan cawu II, kami tak pernah melewatkan
kesempatan untuk bercumbu setiap hari, hingga suatu hari tante U bilang
kalau oom U hendak kursus di Jakarta selama 4 bulan. Mendengar itu aku amat
gembira. Bisa kubayangkan hari-hari yang menyenangkan saat aku dan tante U
bercinta sepuas hati setiap hari.
Benar kata tante U, hari minggu malam oom U berangkat ke Jakarta naik kereta
api, aku diminta tante U menemaninya mengantar oom U ke stasiun. Tentu saja
dengan senang hati kulakukan hal tersebut. Saat mau berangkat oom U berpesan
kepadaku untuk menemani tante U dan anak-anaknya di rumah. Aku mengangguk
mengiakan dan melirik tante U, tante U tersenyum penuh arti padaku. Saat
pulang dari stasiun tante U menyetir mobilnya sambil tangannya meremas
tanganku, sementara dua anaknya duduk di jok belakang sambil bercanda.
Kuremas tangannya dan kucium punggung tangannya, tante U tersenyum penuh
arti. Selanjutnya selama 4 bulan kami lalui hari-hari indah kami, aku sering
diminta tante U menemaninya ke super market untuk belanja atau untuk
keperluan lain, padahal kesempatan itu sering kami gunakan untuk bercinta di
rumah seoarang kenalan tante U, yang bernama tante H.

segera menemuinya di hotel Panghegar. Segera aku menuju hotel


tersebut, langsung aku menuju ke lantai 5, ke kamar 509 tempat
menginap kekasihku itu. Hatiku berdebar menahan kegembiraan dan
kebahagiaan saat kuketuk pintu kamar tersebut, tak lama kemudian
pintu terbuka dan segera aku menghambur masuk dan segera memeluk
serta mencium muka dan bibirnya untuk melampiaskan rinduku
kepadanya.
Setelah beberapa saat kami tenggelam dalam pelukan dan ciuman
kerinduan, direnggang-kan pelukannya, dipandanginya aku sepuas-
puasnya, nampak tante U masih cantik dan menggairahkan. Tubuhnya
tambah padat berisi ditutup baju tipis yang tembus pandang. Tanpa
banyak bicara segera kulepas baju dan pakaian dalamnya, sehingga tak
sehelai benangpun melekat pada tubuhnya, kubaringkan badannya dia
atas tempat tidur telentang menghadapku. Segera kulepas seluruh
pakaianku, aku sengaja tidak memakai celana dalam, sehingga begitu
kulepas celana jeanku, maka tugu monasku langsung mencuat tegak
berdiri. Kuserbu memeknya dengan jilatan-jilatan lidahku, kembali
erangan yang pernah kudengar; terdengar merdu di telingaku, menambah
gairah dan hasratku.
Aku bangkit dan jongkok tepat di dekat mukanya, segera kusorongkan
penisku ke mulutnya, tanpa kuminta tante U segera memegang penisku
dengan kedua tangannya dan memasukkan ke mulutnya. Dihisap dan kadang
pelan digigitnya penisku, sehingga semakin mengeras dan tegak.
Segera kuputar posisi tubuhku, dalam posisi tengkurap menindihnya,
kujilati memeknya, sementara penisku terus dikulum dan dijilatinya.
Pada akhirnya, tante U tak tahan lagi. Dia memintaku untuk segera
memulai permainan. Dipegangnya penisku dan dibimbingnya masuk ke
liang vaginanya, penisku segera bergerak cepat dan keras menghunjam
memeknya. Kami bercumbu benar-benar seperti kuda binal, diangkat
tinggi-tinggi pantatnya, menyambut serbuan penisku yang menyentak
dengan keras dan cepat. Kepalanya bergerak-gerak kiri-kanan, kadang
mendongak, tak henti-hentinya terdengar erangan dan pekikan kecil
dari mulutnya, saat hunjaman kontolku terasa nikmat olehnya.
Batang penisku yang keras menggesek dinding dalam vaginanya berirama
dan cepat. Hingga sesaat kemudian terasa kontolku disiram oleh cairan
memeknya saat orgasme dicapainya. Aku teruskan gerakan pantatku, yang
terus mendorong dan menarik kontolku keluar masuk memeknya. Tempat
tidur menjadi berantakan nggak karuan, bantal guling sudah berserakan
jatuh di lantai, keringat keluar deras dari pori-pori kulitku,
menetes jatuh membasahi tubuhnya. Kami bercumbu sambil bergulingan,
kadang aku di atas menindihnya, kadang dia di atas menduduki tubuhku.
Sampai akhirnya denyutan di kontolku semakin terasa, kupercepat
genjotanku ., akhirnya dengan hentakan keras dan geraman mulutku
tercapailah klimaks .. Kusiram memeknya dengan air maniku,
kutekan
penisku dalam-dalam ke memeknya. Tante U memberiku kesempatan sejenak
untuk menuntaskan klimaksku, sesaat kemudian dibaliknya badanku
telentang, serta merta digerakkan pantatnya hingga penisku yang masih
tegang menggesek dinding vaginanya, semakin cepat dan keras dan
sesaat kemudian orgasme yang kedua dicapainya. Dipeluk erat tubuhku,
mulut kami saling berpagut dalam ciuamn yang panjang. Lidah kami tak
henti-hentinya beradu ., pokoknya kami benar-benar menikmati
senggama
kami dan melampiaskan rasa rindu kami.
Tubuh tante U tetap menindihku. Penisku tetap kubiarkan di dalam
memeknya, anehnya walau sudah kumuntahkan air maniku tapi kontolku
tetap berdiri meskipun tidak sekeras tadi, sekali-kali kudenyutkan
sehingga gerakan kontolku terasa oleh tante U. Tante U membalas
dengan mengejan, sehingga terasa kontolku seperti ada yang meremas.
Begitu berkali-kali kami lakukan, sampai akhirnya kontolku mengeras
dan mengeras lagi.
Kurobah posisi tubuh kami, kuatur posisi tubuhnya dalam posisi
nungigng, dan segera kembali kontolku beraksi menghujani memeknya.
Erangan dan pekikannya terdengar keras tak ditahan. Diputar kepalanya
dan kedua tangannya meraih mukaku, kembali kami berciuman hangat dan
mesra, genjotan penisku terus berlangsung.
Oh ..eghm .ough aaah aaah .te
rus..teruuus .nugie ough oooh enaakk
eghm .kubuat tante U, mabuk kepayang, merintih, mengelinjang-
ngeinjang tubuhnya hingga orgasme dirasakan kembali olehnya. Aku
baringkan tubuhnya dalam posisi miring, dari belakang dan dalam
keadaan kakinya menutup, terus kugenjot keras memeknya. Terasa olehku
penisku dijepit oleh gumpalan-gumpalan dinding vaginanya. Beberapa
saat kemudian aku duduk bersimpuh, tante U menghadap dan memelukku.
Digerakan pantatnya naik-turun, sehingga penisku bebas keluar masuk
menggesek dinding vaginanya. Mulutku terus mengulum payudaranya, dia
benar-benar merasakan nikmat yang luar biasa. Semakin lama-semakin
menggila gerakan tubuhnya, kepalanya seringkali mendongak ke atas
disertai lolongan hysteria . ooh . oh . enaaak ..
nugie .. ough ..,
tiba-tiba dipercepat gerakan dan mulutku dilumat oleh mulutnya,
eghmmm eghmmmmm ..dan tercapai lagi orgasme olehnya. Cairan
vaginanya
yang hangat mengguyur batang penisku.
Kubiarkan sebentar tante U menikmati orgasmenya, kemudian kubaringkan
lagi tubuhnya dan kubuka pahanya lebar-lebar. Kutindih tubuhnya dan
kuserbu memeknya dengan hunjaman dan sentakan kontolku. Keras dan
cepat gerakanku akhirnya denyutan kontolku terasa,
kupercepat dan
semakin cepat Lagi-lagi tante U merasakan sentakan-sentakan
keras
di dinding memeknya, malahan mengimbangi gerakanku. Aksiku itu
berlangsung cukup lama, hingga akhirnya diapun merasakan kenikmatan
yang luar biasa dalam senggama itu, hingga kami berdua menrcapai
orgasme bersama.
Kurebahkan badanku disampingnya, tante U merebahkan kepalanya
didadaku, kaki kanannay disilangkan di atas perutku, terasa memeknya
yang hangat dan berlendir menempel di perutku. Mulut kami saling
berpagut, melumat dan memainkan lidah. Benar-benar kami berdua saling
menumpahkan rasa rindu dan cinta. Enggan rasanya aku mengakhiri
moment itu. Gumpalan rasa yang terpendam selama kami berpisah,
rasanya masih belum habis. Tanpa terasa air mataku meleleh membasahi
pipiku. Aku berbisik sangat merindukan dan mencintainya dan enggan
berpisah lagi dengannya. Diusapnya air mataku, dicium dan dibelainya
mukaku dengan segenap rasa kasihnya. Kami saling tersenyum dan
berbicara setengah berbisik untuk menumpahkan rasa rindu kami. Tiba-
tiba dia bertanya tentang kelanjutan affairku dengan ketiga wanita
kakak beradik Yanti, Rina dan Rani. Aku memang pernah cerita ke dia
perihal affairku dengan mereka, namun aku memang merasakan bahwa
bagaimanapun perasaan cinta dan kasih sayangku tetap pada tante U.
Tante U mencubitku gemas dan berkata : gombal kamu nugie .
Aku benar-
benar iri dan cemburu pada mereka.
Sesaat kemudian dia bangkit dan segera menghampiri pesawat telepon.
Segera tante U memesan makanan kesukaanku, Steak daging dan tak lupa
pula dia menambah pesanan-nya dengan dua butir telor setengah matang
dan segelas susu segar untukku. Untuknya dipesannya slad dan roti
tawar serta segelas air putih. Setengah jam kemudian pesanan datang.
Saat itu kami baru saja bercumbu kembali, penisku baru beberapa kali
menghu-jani memeknya. Dengan agak terpaksa, kucabut kontolku, segera
aku melompat bangun dan mengenakan piyama, pintu kamar kubuka sedikit
dan segera kuterima pesanan tersebut, sambil tak lupa sekedar tip
buat pelayan hotel itu.
Kami makan di atas ranjang, tanpa busana. Bergantian kami saling
menyuapi, kadang-kadang mulut kami berpagutan, makanan yang sedang
kukunyah aku pindahkan ke dalam mulutnya, demikian bergantian.
Kami bereskan tempat makan dan sisa makanan, dan sesaat kemudian
tubuh kami mulai bercumbu, bergumul dan bercinta kembali. Kami benar-
benar tak mau banyak kehilangan waktu. Kami bercinta hingga menjelang
maghrib. Kami turun dari pembaringan untuk mandi, bersama-sama kami
menuju ke kamar mandi, sambil bercanda kami mandi bersama. Kami
berendam bersama di bak mandi whirphool dengan air yang hangat, air
di bak whirphool diberinya sabun cair hingga berbusa banyak, baunya
lembut dan wangi. Kubasuh sekujur badannya dengan sabun cair yang
dibelinya di Singapore. Lembut dan harum baunya, bergantian kami
saling menyabuni. Saat dia menyabuni tubuhku, sengaja kontolku
diremas-remas. Reaksinya anda pasti tahu. Kontolku kembali berdiri
dan mengeras. Segera kudorong tubuhnya hingga bersandar pada dinding
bak whirphool. Kubuka pahanya, kutindih tubuhnya dan kudorong masuk
penisku ke dalam memeknya. Di bak whirphool kami kembali bercinta,
terdengar bunyi air berkecipak, lehernya kuhujani dengan ciuman
bibirku. Di bak whirphool kami bercinta dalam beberapa posisi, dan
posisi terakhir yang membuatnya mencapai orgasme adalah posisi dimana
aku telentang menyandar dinding whirphool dan tante U aktif
mengerakkan pantatnya naik-turun mengocok penisku keluar masuk
memeknya. Kedua tangannya memegang bahuku, sementara tanganku meremas-
remas pantatnya, kedua buah dadanya kuhisap dan kujilati dengan mulut
dan lidahku.
Posisi menunggang kuda seperti itu benar-benar membuatnya
nikmat .,
hingga dua kali dia mencapai orgasme.
Kuangkat berdiri tubuhnya, satu kakinya aku tumpangkan di atas
dinding whirphool, dari belakang kuhunjamkan kontolku dan kuhentak
cepat dan keras. Denyutan kontolku semakin terasa, erangan dari
mulutnya semakin keras saat kupercepat gerakan penisku menggesek
dinding vaginanya. Sekali lagi tante U mencapai orgasme, dan akhirnya
air maniku tertumpah dalam memeknya, mengiringi klimaks yang kucapai.
Kembali kami berendam, tanganku mengosok memeknya untuk membersihkan
liang sengamanya dari air maniku, penisku dibersihkan tante U dengan
menggosok lembut.
Selesai mandi kukeringkan tubuhnya dengan handuk lembut yang
dibawanya. Saat aku mengeringkan memeknya, dengan lembut dan mesra
memeknya kujilati. Berikutnya ganti tante U mengeringkan tubuhku,
saat tante U mengeringkan selangkanganku diku-lum dan dihisap
penisku. Aku memejamkan mata menikmati apa yang tante U perbuat.
Kami benar-benar menikmati apa yang saat itu kami lakukan, tak
terlintas rasa sesal atau dosa atas perbuatan kami tersebut.
Add to rupert's Reputation Report Post IP
ungke
04-19-2008, 07:07 AM
udah dapat 1 eeeh ada bonusnya lg bravo brooo
protonic
04-19-2008, 03:28 PM
enak enak :D :D
runn3r
04-20-2008, 09:59 AM
mantep banget critanya...
nababan
04-22-2008, 01:53 AM
weleh kopi paste dari postingan nya rupert :D
vBulletin® v3.8.0, Copyright ©2000-2010, Jelsoft Enterprises Ltd.

Indobokepz - Indonesian Movie and Picture Community > Other XXX > XXX Story > Is
tri Tetanggaku 01
PDA
View Full Version : Istri Tetanggaku 01
tiramisu_lover
04-17-2008, 04:43 PM
Sudah bertahun-tahun kegiatan ronda malam di lingkungan tempat tinggalku berjala
n dengan baik. Setiap malam ada satu grup terdiri dari tiga orang. Sebagai anak
muda yang sudah bekerja aku dapat giliran ronda pada malam minggu.
Pada suatu malam minggu aku giliran ronda. Tetapi sampai pukul 23.00 dua orang t
emanku tidak muncul di pos perondaan. Aku tidak peduli mau datang apa tidak, kar
ena aku maklum tugas ronda adalah sukarela, sehingga tidak baik untuk dipaksa-pa
ksa. Biarlah aku ronda sendiri tidak ada masalah.
Karena memang belum mengantuk, aku jalan-jalan mengontrol kampung. Biasanya kami
mengelilingi rumah-rumah penduduk. Pada waktu sampai di samping rumah Pak Tadi,
aku melihat kaca nako yang belum tertutup. Aku mendekati untuk melihat apakah k
aca nako itu kelupaan ditutup atau ada orang jahat yang membukanya. Dengan hati-
hati kudekati, tetapi ternyata kain korden tertutup rapi. Kupikir kemarin sore p
asti lupa menutup kaca nako, tetapi langsung menutup kain kordennya saja. Mendad
ak aku mendengar suara aneh, seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baik-ba
ik, ternyata suara itu datang dari dalam kamar. Kudekati pelan-pelan, dan darahk
u berdesir, ketika ternyata itu suara orang bersetubuh. Nampaknya ini kamar tidu
r Pak Tadi dan istrinya. Aku lebih mendekat lagi, suaranya dengusan nafas yang m
emburu dan gemerisik dan goyangan tempat tidur lebih jelas terdengar. "Ssshh...
hhemm... uughh... ugghh, terdengar suara dengusan dan suara orang seperti menaha
n sesuatu. Jelas itu suara Bu Tadi yang ditindih suaminya. Terdengar pula bunyi
kecepak-kecepok, nampaknya penis Pak Tadi sedang mengocok liang vagina Bu Tadi.
Aduuh, darahku naik ke kepala, penisku sudah berdiri keras seperti kayu. Aku bet
ul-betul iri membayangkan Pak Tadi menggumuli istrinya. Alangkah nikmatnya menye
tubuhi Bu Tadi yang cantik dan bahenol itu.
"Oohh, sshh buuu, aku mau keluar, sshh.... ssshh.." terdengar suara Pak Tadi ter
sengal-sengal. Suara kecepak-kecepok makin cepat, dan kemudian berhenti. Nampakn
ya Pak Tadi sudah ejakulasi dan pasti penisnya dibenamkan dalam-dalam ke dalam v
agina Bu Tadi. Selesailah sudah persetubuhan itu, aku pelan-pelan meninggalkan t
empat itu dengan kepala berdenyut-denyut dan penis yang kemeng karena tegang dar
i tadi.
Sejak malam itu, aku jadi sering mengendap-endap mengintip kegiatan suami-istri
itu di tempat tidurnya. Walaupun nako tidak terbuka lagi, namun suaranya masih j
elas terdengar dari sela-sela kaca nako yang tidak rapat benar. Aku jadi seperti
detektip partikelir yang mengamati kegiatan mereka di sore hari. Biasanya pukul
21.00 mereka masih melihat siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu da
n masuk ke kamar tidurnya. Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip
mereka. Apabila aman, aku akan mendekati kamar mereka. Kadang-kadang mereka han
ya bercakap-cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali memasang selim
ut), lalu sepi. Pasti mereka terus tidur. Tetapi apabila mereka masuk kamar, ber
cakap-cakap, terdengar ketawa-ketawa kecil mereka, jeritan lirih Bu Tadi yang ke
gelian (barangkali dia digelitik, dicubit atau diremas buah dadanya oleh Pak Tad
i), dapat dipastikan akan diteruskan dengan persetubuhan. Dan aku pasti mendenga
rkan sampai selesai. Rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara Pak Tadi dan k
hususnya suara Bu Tadi yang keenakan disetubuhi suaminya.
Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu Bu Tadi juga b
iasa-biasa saja, namun tidak dapat dipungkiri, aku jadi jatuh cinta sama istri P
ak Tadi itu. Orangnya memang cantik, dan badannya padat berisi sesuai dengan sel
eraku. Khususnya pantat dan buah dadanya yang besar dan bagus. Aku menyadari bah
wa hal itu tidak akan mungkin, karena Bu tadi istri orang. Kalau aku berani meng
goda Bu Tadi pasti jadi masalah besar di kampungku. Bisa-bisa aku dipukuli atau
diusir dari kampungku. Tetapi nasib orang tidak ada yang tahu. Ternyata aku akhi
rnya dapat menikmati keindahan tubuh Bu Tadi.
Pada suatu hari aku mendengar Pak Tadi opname di rumah sakit, katanya operasi us
us buntu. Sebagai tetangga dan masih bujangan aku banyak waktu untuk menengoknya
di rumah sakit. Dan yang penting aku mencoba membangun hubungan yang lebih akra
b dengan Bu Tadi. Pada suatu sore, aku menengok di rumah sakit bersamaan dengan
adiknya Pak Tadi. Sore itu, mereka sepakat Bu Tadi akan digantikan adiknya menun
ggu di rumah sakit, karena Bu Tadi sudah beberapa hari tidak pulang. Aku menawar
kan diri untuk pulang bersamaku. Mereka setuju saja dan malah berterima kasih. T
erus terang kami sudah menjalin hubungan lebih akrab dengan keluarga itu.
Sehabis mahgrib aku bersama Bu Tadi pulang. Dalam mobilku kami mulai mengobrol,
mengenai sakitnya Pak Tadi. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang. Aku mulai
mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi, atau katakanlah lebih kurang ajar. Ini
kan kesempatan bagus sekali untuk mendekatai Bu Tadi.
"Bu, maaf yaa. ngomong-ngomong Bu Tadi sudah berkeluarga sekitar 3 tahun kok bel
um diberi momongan yaa", kataku hati-hati.
"Ya, itulah Dik Budi. Kami kan hanya lakoni. Barangkali Tuhan belum mengizinkan"
, jawab Bu Tadi.
"Tapi anu tho bu... anuu.. bikinnya khan jalan terus." godaku.
"Ooh apa, ooh. kalau itu sih iiiya Dik Budi" jawab Bu Tadi agak kikuk. Sebenarny
a kan aku tahu, mereka setiap minggunya minmal 2 kali bersetubuh dan terbayang k
embali desahan Bu Tadi yang keenakan. Darahku semakin berdesir-desir. Aku semaki
n nekad saja.
"Tapi, kok belum berhasil juga yaa bu?" lanjutku.
"Ya, itulah, kami berusaha terus. Tapi ngomong-ngomong kapan Dik Budi kawin. Sud
ah kerja, sudah punya mobil, cakep lagi. Cepetan dong. Nanti keburu tua lhoo", k
ata Bu Tadi.
"Eeh, benar nih Bu Tadi. Aku cakep niih. Ah kebetulan, tolong carikan aku Bu. To
long carikan yang kayak Ibu Tadi ini lhoo", kataku menggodanya.
"Lho, kok hanya kayak saya. Yang lain yang lebih cakep kan banyak. Saya khan sud
ah tua, jelek lagi", katanya sambil ketawa.
Aku harus dapat memanfaatkan situasi. Harus, Bu tadi harus aku dapatkan.
"Eeh, Bu Tadi. Kita kan nggak usah buru-buru nih. Di rumah Bu Tadi juga kosong.
Kita cari makan dulu yaa. Mauu yaa bu, mau yaa", ajakku dengan penuh kekhawatira
n jangan-jangan dia menolak.
"Tapi nanti kemaleman lo Dik", jawabnya.
"Aah, baru jam tujuh. Mau ya Buu", aku sedikit memaksa.
"Yaa gimana yaa... ya deh terserah Dik Budi. Tapi nggak malam-malam lho." Bu Tad
i setuju. Batinku bersorak.
Kami berehenti di warung bakmi yang terkenal. Sambil makan kami terus mengobrol.
Jeratku semakin aku persempit.
"Eeh, aku benar-benar tolong dicarikan istri yang kayak Bu Tadi dong Bu. benar n
ih. Soalnya begini bu, tapii eeh nanti Bu Tadi marah sama saya. Nggak usaah aku
katakan saja deh", kubuat Bu Tadi penasaran.
"Emangnya kenapa siih." Bu tadi memandangku penuh tanda tanya.
"Tapi janji nggak marah lho." kataku memancing. Dia mengangguk kecil.
"Anu bu... tapi janji tidak marah lho yaa."
"Bu Tadi terus terang aku terobsesi punya istri seperti Bu tadi. Aku benar-benar
bingung dan seperti orang gila kalau memikirkan Bu Tadi. Aku menyadari ini ngga
k betul. Bu Tadi kan istri tetanggaku yang harus aku hormati. Aduuh, maaf, maaf
sekali bu. aku sudah kurang ajar sekali", kataku menghiba. Bu Tadi melongo, mema
ndangiku. sendoknya tidak terasa jatuh di piring. Bunyinya mengagetkan dia, dia
tersipu-sipu, tidak berani memandangiku lagi.
Sampai selesai kami jadi berdiam-diaman. Kami berangkat pulang. Dalam mobil aku
berpikir, ini sudah telanjur basah. Katanya laki-laki harus nekad untuk menakluk
kan wanita. Nekad kupegang tangannya dengan tangan kiriku, sementara tangan kana
nku memegang setir. Di luar dugaanku, Bu Tadi balas meremas tanganku. Batinku be
rsorak. Aku tersenyum penuh kemenangan. Tidak ada kata-kata, batin kami, perasaa
n kami telah bertaut. Pikiranku melambung, melayang-layang. Mendadak ada sepeda
motor menyalib mobilku. Aku kaget.
"Awaas! hati-hati!" Bu Tadi menjerit kaget.
"Aduh nyalib kok nekad amat siih", gerutuku.
"Makanya kalau nyetir jangan macam-macam", kata Bu tadi. Kami tertawa. Kami tida
k membisu lagi, kami ngomong, ngomong apa saja. Kebekuan cair sudah. Sampai di r
umah aku hanya sampai pintu masuk, aku lalu pamit pulang.
Di rumah aku mencoba untuk tidur. Tidak bisa. Nonton siaran TV, tidak nyaman jug
a. Aku terus membayangkan Bu Tadi yang sekarang sendirian, hanya ditemani pemban
tunya yang tua di kamar belakang. Ada dorongan sangat kuat untuk mendatangi ruma
h Bu Tadi. Berani nggaak, berani nggak. Mengapa nggak berani. Entah setan mana y
ang mendorongku, tahu-tahu aku sudah keluar rumah. Aku mendatangi kamar Bu Tadi.
Dengan berdebar-debar, aku ketok pelan-pelan kaca nakonya, "Buu Tadi, aku Budi"
, kataku lirih. Terdengar gemerisik tempat tidur, lalu sepi. Mungkin Bu Tadi ban
gun dan takut. Bisa juga mengira aku maling. "Aku Budi", kataku lirih. Terdengar
gemerisik. Kain korden terbuka sedikit. Nako terbuka sedikit. "Lewat belakang!"
kata Bu Tadi. Aku menuju ke belakang ke pintu dapur. Pintu terbuka, aku masuk,
pintu tertutup kembali. Aku nggak tahan lagi, Bu Tadi aku peluk erat-erat, kuciu
mi pipinya, hidungnya, bibirnya dengan lembut dan mesra, penuh kerinduan. Bu Tad
i membalas memelukku, wajahnya disusupkan ke dadaku.
"Aku nggak bisa tidur", bisikku.
"Aku juga", katanya sambil memelukku erat-erat.
Dia melepaskan pelukannya. Aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Kami berpel
ukan lagi, berciuman lagi dengan lebih bernafsu. "Buu, aku kangen bangeeet. Aku
kangen", bisikku sambil terus menciumi dan membelai punggungnya. Nafsu kami sema
kin menggelora. Aku ditariknya ke tempat tidur. Bu Tadi membaringkan dirinya. Ta
nganku menyusup ke buah dadanya yang besar dan empuk, aduuh nikmat sekali, kuelu
s buah dadanya dengan lembut, kuremas pelan-pelan. Bu Tadi menyingkapkan dastern
ya ke atas, dia tidak memakai BH. Aduh buah dadanya kelihatan putih dan menggung
. Aku nggak tahan lagi, kuciumi, kukulum pentilnya, kubenamkan wajahku di kedua
buah dadanya, sampai aku nggak bisa bernapas. Sementara tanganku merogoh kemalua
nnya yang berbulu tebal. Celana dalamnya kupelorotkan, dan Bu Tadi meneruskan ke
bawah sampai terlepas dari kakinya. Dengan sigap aku melepaskan sarung dan cela
na dalamku. Penisku langsung tegang tegak menantang. Bu Tadi segera menggenggamn
ya dan dikocok-kocok pelan dari ujung penisku ke pangkal pahaku. Aduuh, rasanya
geli dan nikmat sekali. Aku sudah nggak sabar lagi. Aku naiki tubuh Bu Tadi, ber
telekan pada sikut dan dengkulku.
Kaki Bu Tadi dikangkangkannya lebar-lebar, penisku dibimbingnya masuk ke liang v
aginanya yang sudah basah. Digesek-gesekannya di bibir kemaluannya, makin lama s
emakin basah, kepala penisku masuk, semakin dalam, semakin... dan akhirnya blees
, masuk semuanya ke dalam kemaluan Bu Tadi. Aku turun-naik pelan-pelan dengan te
ratur. Aduuh, nikmat sekali. Penisku dijepit kemaluan Bu Tadi yang sempit dan li
cin. Makin cepat kucoblos, keluar-masuk, turun-naik dengan penuh nafsu. "Aduuh,
Dik Budi, Dik Budii... enaak sekali, yang cepaat.. teruus", bisik Bu Tadi sambil
mendesis-desis. Kupercepat lagi. Suaranya vagina Bu Tadi kecepak-kecepok, menam
bah semangatku. "Dik Budiii aku mau muncaak... muncaak, teruus... teruus", Aku j
uga sudah mau keluar. Aku percepat, dan penisku merasa akan keluar. Kubenamkan d
alam-dalam ke dalam vagina Bu Tadi sampai amblaas. Pangkal penisku berdenyut-den
yut, spermaku muncrat-muncrat di dalam vagina Bu Tadi. Kami berangkulan kuat-kua
t, napas kami berhenti. Saking nikmatnya dalam beberapa detik nyawaku melayang e
ntah kemana. Selesailah sudah. Kerinduanku tercurah sudah, aku merasa lemas seka
li tetapi puas sekali.
Kucabut penisku, dan berbaring di sisinya. Kami berpelukan, mengatur napas kami.
Tiada kata-kata yang terucapkan, ciuman dan belaian kami yang berbicara.
"Dik Budi, aku curiga, salah satu dari kami mandul. Kalau aku subur, aku harap a
ku bisa hamil dari spermamu. Nanti kalau jadi aku kasih tahu. Yang tahu bapaknya
anakku kan hanya aku sendiri kan. Dengan siapa aku membuat anak", katanya sambi
l mencubitku. Malam itu pertama kali aku menyetubuhi Bu Tadi tetanggaku. Beberap
a kali kami berhubungan sampai aku kawin dengan wanita lain. Bu Tadi walaupun ce
mburu tapi dapat memakluminya.
ungke
04-19-2008, 07:01 AM
wah pd keneakan tuh brooo dpt tentangga lg bravo2
protonic
04-19-2008, 03:50 PM
:p :p :p :p
runn3r
04-20-2008, 09:50 AM
enak banget dapet gratisan...
vBulletin® v3.8.0, Copyright ©2000-2010, Jelsoft Enterprises Ltd.

You might also like